Investasi Sektor ESDM Masih Terkendala

advertisement
Investasi Sektor ESDM Masih Terkendala
Jumat, 12 Nopember 2010
JAKARTA (Suara Karya): Kinerja sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) dinilai
minim terobosan, khususnya untuk mendongkrak realisasi investasi.
Dalam setahun kinerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II, banyak kalangan
pengusaha dan calon investor mengeluhkan kelambanan Menteri ESDM Darwin Z
Saleh dalam mengambil berbagai keputusan strategis. Padahal, itu dibutuhkan untuk
meningkatkan kinerja sektor ESDM.
"Selama setahun ini, saya tidak melihat adanya gebrakan dari Menteri ESDM. Selain
itu, kebijakannya juga banyak yang tidak sesuai dengan konstitusi dan undangundang. Pengambilan keputusannya juga terkesan lamban," kata Direktur Eksekutif
Indonesian Resources Studies (Iress) Marwan Batubara kepada wartawan di Jakarta,
Kamis (11/11).
Bahkan, menurut sumber dari sektor ESDM, Menteri ESDM juga sangat lambat dalam
merespons maupun mendisposisi berbagai surat yang membutuhkan persetujuan
dari seorang menteri. "Ada surat yang baru dia tanda tangani setelah berbulan-bulan
berada di mejanya. Kondisi ini tidak sehat, karena bisa membuat investor mundur
atau membatalkan rencana investasinya," ujar sumber tersebut.
Selain itu, Marwan juga menyayangkan tidak dimanfaatkannya momentum
kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk menarik lebih banyak lagi
kerja sama dan investasi di bidang energi. Padahal banyak investor AS ingin
menanamkan modalnya di sektor energi yang ramah lingkungan (clean energy),
seperti energi panas bumi, di Indonesia. "Namun, minat ini ternyata tidak bisa
dimanfaatkan secara maksimal oleh Kementerian ESDM. Jadi, selama ini hanya
menunggu saja," tuturnya.
Seharusnya Kementerian ESDM bisa merespons dengan cepat keinginan AS untuk
menanamkan investasi dan kerja sama pengembangan energi ramah lingkungan.
Dalam hal ini, pengembangan panas bumi seharusnya sudah dimulai sejak beberapa
tahun sebelum Barack Obama datang. "Tapi, sampai sekarang belum juga," katanya.
Terkait pengembangan energi panas bumi ini, lanjut dia, persoalannya masih tetap
sama, yakni harga. Padahal soal harga bisa diselesaikan melalui aturan khusus. Jadi,
Indonesia kehilangan kesempatan karena persoalan administrasi. Hal yang sama
juga terjadi pada upaya pengembangan mineral dan batu bara. Ini karena peraturan
pemerintah sebagai amanat UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara
ternyata belum tuntas. Belum lagi masalah kepastian investasi di sektor minyak dan
gas, karena belum keluarnya peraturan pemerintah tentang cost rercovery. "Menteri
ESDM tidak mempunyai target kapan bisa diselesaikan," tutur Marwan.
Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama melakukan
kunjungan kenegaraan ke Jakarta, 9-10 November 2010. Obama bertemu bilateral
dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kemudian dilanjutkan dengan
sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu Kedua. Hasil pertemuan itu berupa
peningkatan kerja sama dan investasi, termasuk energi ramah lingkungan, seperti
panas bumi. Namun, Menteri ESDM Darwin Saleh tidak ikut dalam pertemuan
penting itu karena tengah menunaikan ibadah haji. Semestinya, Darwin Saleh
mendelegasikan ke pejabat di bawahnya.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR Ali Kastella menilai, buruknya kinerja Menteri
ESDM ini karena yang bersangkutan memang tidak memiliki pengetahuan terkait,
sehingga tidak mampu menguasai kondisi lapangan. "Karena itu, jika ada reshuffle
(perombakan kabinet), Darwin patut diganti. Dan, penggantinya harus figur yang
memiliki jam terbang tinggi, sehingga tidak menghambat kinerja Kementerian
ESDM," katanya. (A Choir)
Download