Implementasi Kebijakan Rendy Sueztra Canaldhy,SIP.,MPA Implementasi • Kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan yang dilakukan oleh implemnter kepada kelompok sasaran sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan Delivery Mechanism Policy Output Policy Output Delivery Target Group Implikasi Policy Outcomes Implementasi sebagai bagian dari suatu proses/siklus kebijakan. Agenda Setting Formulasi Implementasi Evaluasi Implementasi sebagai suatu studi/sebagai suatu bidang kajian • Menemukan masalah implementasi • Merumuskan masalah penelitian • Merumuskan landasan teori, konsep, variabel penelitian • Menetapkan metodelogi yang hendak dipakai untuk mengumpulkan data • Mengolah dan menganalisis data • Rekomendasi kebijakan Substantive atau procedural policies • kebijaksanaan tentang apa yang akan/ingin dilakukan oleh kebijaksanaan luar pemerintah. negeri, Contoh: perdagangan, pendidikan, perburuhan, energi, kesehatan, perumahan rakyat dsb. Sedangkan untuk Procedural policies • adalah kebijaksanaan tentang siapa atau pihak- pihak mana saja yang terlibat dalam perumusan kebijaksanaan serta cara bagaimana perumusan kebijakasanaan itu dilakukan. Contoh prosedur pembuatan undang-undang perpajakan yang menyangkut beberapa pihak yang terlibat serta prosedur perumusannya. Distributive policies • Distributive policies adalah kebijaksanaan tentang pemberian keuntungan bagi kelompok, pelayanan sejumlah perusahaan dsb. atau penduduk, Contoh : pemberian beasiswa, subsidi pada koperasi teladan, pemberian perusahaan. tax-holiday bagi Re-distributive • yaitu kebijaksanaan yang sengaja dilakukan pemerintah untuk memindahkan pengalokasian kekayaan, pendapatan, pemilikan, atau hak-hak diantara penduduk. Contoh : pembebasan tanah untuk kepentingan negara, pembagian tanah absenti pada buruh tani, pemberian dana kesejahteraan sosial Regulatory • adalah kebijaksanaan tentang pengenaan pembatasan atau larangan perbuatan atau tindakan bagi seseorang atau sekelompok orang. Contoh : memiliki, menyimpan dan menggunakan senjata api tanpa surat-surat, pembatasan penjualan obat-obatan jenis tertentu secara bebas, pembatasan penggunaan kendaraan dinas dsb. Self-regulatory • adalah kebijaksanaan tentang pembatasan atau pengawasan perbuatan pada masalah tertentu bagi sekelompok orang. Contoh : pemberian surat ijin kerja, surat ijin mengemudi, harga eceran produk pertanian, BBM dsb. Material dan symbolic policies • adalah kebijaksanaan tentang pengalokasian atau penyediaan sumber material yang nyata atau kekuasaan yang hakiki bagi para penerimanya atau mengenkan beban-beban bagi yang harus mengalokaiskannya. Contoh : kewajiban para majikan membayar upah minimum bagi buruhnya, kewajiban pemerintah daerah untuk menyediakan perumahan murah bagi warganya dsb. Collective goods policies • Yaitu kebijaksanaan tentang penyediaan barang-barang dan pelayanan keperluan orang banyak (kolektif). Contoh : pengadaan sembilan pokok kebutuhan manusia, pertahanan dan keamana, pengawasan lalu lintas (udara,air, laut). Private good • adalah kebijaksanaan tentang penyediaan barang-barang atau pelayanan hanya bagi kepentingan perseorangan tersedia pasaran di memerlukannya harus (privat) bebas yang dan orang membayar biaya tertentu. Contoh :seperti restoran, tempattempat hiburan, perumahan, universitas Liberal policies • Adalah jenis kebijaksanaan yang menganjurkan pemerintah untuk megadakan perubahan sosial terutama yang diarahkan untuk memperbesar hak-hak persamaan. Contoh : meningkatkan program ekonomi dan kesejahteraan Concervative policies • adalah lawan dari kebijaksanaan liberal. Aturan sosial yang ada cukup baik jadi tidak perlu adanya perubahan sosial (bertahan dengan status quo) atau kalau perubahan sosial diperlukan harus diperlambat dan berjalan secara ilmiah. Implementasi Kebijakan • Yang harus dipenuhi dalam hal keefektifan Implementasi kebijakan : • Apakah kebijakannya sendiri sudah tepat • Apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai dengan karakter masalah yg hendak dipecahkan • Apakah kebijakan dibuat oleh lembaga yang mempunyai kewenangan sesuai dengan karakter kebijakannya • Tepat pelaksanaannya ; aktor implementasinya bukan hanya pemerintah (swasta dan masyarakat). - Penanggulangan kemiskinan (pemerintahmasyarakat) • Tapat target ; apakah target yg di intervensi sesuai dengan direncanakan, tidak tumpah tindih dg intervensi lain, tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan lain. • Tepat lingkungan ; lingkungan kebijakan (interaksi lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dan lembaga lain terkait) Faktor penentu berhasil/tidaknya proses implementasi • Kualitas kebijakan; kejelasan tujuan, implementor • Kecukupan input kebijakan; dukungan anggaran • Ketepatan instrumen yang dipakai untuk mencapai tujuan; penyakit – obat yang tepat, hibah alat-alat bengkel – dibekali pelatihan keterampilan. • Kapasitas implementor (struktur organisasi, dukungan SDM, koordinasi, pengawasan dll) struktur terlalu hirarki menghambat proses implementasi. • Karakteristik dan dukungan kelompok sasaran; apakah target group individu atau kelompok, laki-laki atau perempuan dll) • Kondisi lingkungan; geografi, sosial, ekonomi, dan politik. tipe(tipologi) implementasi yang menunjukan potensi kegagalan dan keberhasilan pencapaian tujuan • Penyimpangan : pengunduran/pembatalan implementasi oleh implementor disertai perubahan tujuan, kelompok sasaran, mekanisme implentasi • Penundaan : implementor menunda implementasi, namun tidak melakukan perubahan-perubahan terhadap isi kebijakan. • Penundaan strategis : penundaan disertai modifikasi yang bertujuan memperbesar keberhasilan impelemtasi • Taat : implementor menjalankan implementasi tanpa disertai dengan perubahan terhadap isi dan mekanisme implementasi kebijakan tsb. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Googin (1990) • Isi kebijakan (sumber daya, manfaat kebijakan, keterlibatan publik) • Format kebijakan (kejelasan kebijakan, konsistensi kebijakan, frekuensi, penerima isi kebijakan) • Reputasi aktor (legitimasi dan kredibilitas aktor-aktor pemerintah) Rondinelli & Cheema • Kondisi lingkungan • Ubungan antar organisasi • Sumber daya • Karakter institusi impelmentor Agus Dwiyanto (kinerja pelayanan publik) • Kewenangan diskresi; langkah administrator untuk menyelsaikan suatu kasus tertentu yang tidak/belum diatur dalam suatu regulasi yang baku. • Orientasi thd perubahan; kesediaan aparat birokrasi menerima perubahan • Budaya paternalisme; sistem yg menempatkan pimpinan sebagai pihak yang paling dominan • Etika pelayanan • Sistem insentif • Semangat kerjasama • Akuntabilitas ; mengelola SDM dlm melayani masyarakat sebaga pengguna jasa • Responsivitas • Orientasi thd pelayanan Menilai kinerja implementasi kebijakan • Kinerja : keberhasilan suatu tindakan, tugas/operasi yang dilakukan oleh orang, kelompok, organisasi. • Kinerja merujuk pada keluaran (output), hasil (outcomes) • Tingkat Pencapaian implementasi dalam mewujudkan sasaran dan tujuan suatu kebijakan baik itu berupa keluaran maupun hasil kebijakan. • Penilaian terhadap kinerja : penerapan metode yang dipakai oleh peneliti untuk dapat menjawab pertanyaan pokok dalam studi implementasi yaitu; apa isi dan tujuan kebijakan, apa tahap-tahap yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, setelah tahapan-tahapan tsb dilakukan, implementasi yang dijalankan td mampu mewujudkan tujuan kebijakan/tidak. Indikator (pengukuran kinerja) • Indikator : alat untuk membantu panca indra kita mengetahui berbagai macam fenomena alam, seperti termometer........, kompas......, speedometer........ • Dalam perkembangannya indikator membantu manusia memahami fenomena sosial, ekonomi dan politik dll. • Jika dikaitkan dengan kebijakan publik, indikator merupakan istrumen penting dalam untuk mengevaluasi kinerja implementasi. Ciri-ciri indikator yang baik • Memiliki relevansi dengan kebijakan/program yang akan dievaluasi. Indikator untuk mengukur keberhasilan kebijakan/program pendidikan/kesehatan misal angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dll. Indikator seperti : angka melek huruf, angka putus sekolah dll • Memadai : indikator yang digunakan memiliki kemampuan menggambarkan secara lengkap kondisi tercapainya tujuan kebijakan • Data yang diperlukan mudah diperoleh dilapangan sehingga tidak akan menyulitkan evaluator. Indikator output dan indikator outcome • Indikator untuk mengetahui konskuensi langsung yang dirasakan oleh kelompok sasaran sebagai akibat adanya realisasi kegiatan, aktivitas, dll yang dilaksanakan dalam implementasi suatu kebijakan. • Indikator untuk menilai hasil implementasi suatu kebijakan (indikator dampak kebijakan) Pendekatan studi implementasi • Generasi I - pendekatan studi implementasi yg digunakan masih terbatas pada studi kasus : melakukan investigasi terhadap implementasi suatu kebijakan secara mendalam yang dilaksanakan pada suatu lokasi tertentu - Tujuan studi diarahkan untuk mengetahui mengapa implementasi tersebut gagal dilaksanakan. Dari serangkaian studi yang dilakukan oleh peneliti muncul missing link. Konsep ini dipakai untuk menjelaskan kegagalan pemerintah dalam mentraspormasikan niat baik mereka menjadi good policy • Generasi II (Grindle, Edward III,Smallwood dan Nakamura) - Pendekatan TOP-DOWN ; menggunakan logika berfikir dari atas kemudian melakukan pemetaan kebawah untuk melihat keberhasilan dan kegagalan implementasi. • Tahapan-tahapan kerja - Memilih kebijakan yg akan dikaji - Mempelajari dokumen kebijakan yang ada untuk dapat mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan - Mengidentifikasi bentuk-bentuk keluaran kebijakan yang digunakan sebagai instrumen untuk pencapaian tujuan - Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan telah diterima kelompok sasaran dan memiliki manfaat bagi kelompok sasaran - Mengidentifikasi apakah muncul dampak setelah kelompok sasaran memanfaatkan keluaran kebijakan • Dengan melihat tahapan-tahapan tsb, sering juga disebut pendekatan COMMAND and CONTROL • Keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh kejelasan perintah atasan kepada bawahan dan selanjutnya bagaimana cara atasan mengawasi bawahan tersebut dalam melaksanakan perintahnya • Dari pemahaman tsb diatas model implementasi yg ideal dengan pendekatan topdown Van Meter dan Van Horn, Mazmanian dan Sabtier. • Pendekatan Bottom-Up - muncul dari kelemahan pendekatan Top-Down yang menganggap bahwa aktor utama yang paling berpengaruh dalam implementasi adalah policy maker. Keberhasilan dan kegagalan implementasi bisa juga dipengaruhi oleh aktor aktor lain birokrat garda depan, kelompok sasaran dll. - pendekatan top-down sulit diterapkan ketika tidak ada kebijakan atau aktor yg dominan. (implementasi program rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi merapi) - pendekatan top-down melupakan kenyataan bahwa birokrat garda depan dan kelompok sasaran memiliki kecenderungan untuk menyelewengkan arah kebijakan bagi kepentingan mereka masingmasing. • Pendekatan Bottom-Up menekankan dua aspek; birokrat pada level bawah (terkait posisinya merealisasikan/menyampaikan keluaran kebijakan) dan kelompok sasaran(dilibatkan sejak awal dalam perencanaan kebijakan/implementasi). • Tahapan-tahapan: - Memetakan Stakeholder (aktor/Organisasi) yg terlibat dalam implementasi pada level terbawah - Mencari informasi dari aktor tsb tentang pemahaman mereka thd kebijakan yg mereka implementasikan dan apa kepentingan mereka terlibat dalam impelementasi. • Memetakan keterkaitan (jaringan) para aktor pada level terbawah tsb dengan aktor-aktor pada level diatasnya, lebih tinggi dan sampai pada level tertinggi. • Generasi III • Kecenderungan penganjuran prosedur ilmiah yang lebih baku. - Memperjelas konsep-konsep yang digunakan. - Membangun model dan indikator yang akan dipakai untuk menguji hipotesis - Mendorong penelitian implemntasi mengadopsi penelitian positivisme (kuantitatif) • Generasi IV • Comunication Theory (Malcom Goggin); memahami hubungan antara berbagai tingkatan pemerintahan untuk menjelaskan fenomena implementasi. (sintesis top-doen & Bottom-Up) • Regim Theory (Robert Stoker); orang-orang yang terlibat dalam implementasi adalah aktor-aktor yang memiliki nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam proses impelementasi. Selanjutnya aktor-aktor tersebut menciptakan kerangka kerja organisasi yg mendukung pencapaian nilai-nilai. • Kontingensi (James Lester); keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh komitmen (tinggi & rendah) dan kapasitas pemerintah daerah (Progresif, regresif, strugle, delayer) • Ambiguity Conflict Model; implementasi akan memunculkan ambiguitas dan konflik diatara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi • Trust and Involvement Theory; keberhasilan implementasi akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan keterlibatan para aktor implementasi • Policy Learning Model; tindakan yang dibutuhkan oleh implementor untuk merespon tuntutan lingkungan eksternal yang berubah dan harus memperhatikan aspek efektivitas kebijakan. Organisasi dalam implementasi kebijakan • Keberhasilan implementasi suatu kebijakan sangat dipengaruhi oleh delivery mechanism, yaitu bagaimana keluaran-keluaran (output) dapat disampaikan kepada kelompok sasaran dengan berbagai kriteria tepat : tepat sasaran, waktu, kualitas dll. • Delivery mechanism sendiri keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh implementing agency, yaitu keberadaan organisasi/lembaga yang diberi mandat untuk mengimplementasikan suatu kebijakan. • Kemampuan implementing agency untuk menjalankan perannya sangat dipengaruhi oleh kapasitas organisasi tsb. • Kapasitas organisasi itu sendiri merupakan fungsi dari ketepatan struktur, jumlah dan kualitas SDM yang dimiliki, kegiatan yang dirancang untuk menjalankan perannya dan dukungan lingkungan dimana tugas organisasi tersebut harus dilakukan Siapa Implementing Agency ? • Lembaga yang paling otoritatif untuk mengimplementasikan kebijakan adalah eksekutif/pemerintah (dalam gagasan dikotomi politik-administrasi) • Adanya pembagian tugas secara luas maka tugas lembaga politik (DPR) adalah merumuskan kebijakan. • Setelah kebijakan diambil maka tugas eksekutif adalah mengeksekusi kebijakan tersebut • Agar pemerintah dapat menjalankan tugas untuk mengeksekusi berbagai kebijakan maka kemudian membentuk organisasi yang solid (birokrasi). • Birokrasi pemerintah terbagi menurut spesialisasinya yang terdiri dari berbagai kementrian/lembagaatau dinas/SKPD • Sektor swasta juga diakui memiliki peran penting dalam membantu pemerintah mengimplementasikan berbagai kebijakan. • Mengapa....? • Efisiensi cara kerja sektor swasta, SDM kecepatan adopsi terhadap perkembangan teknologi dll. • Hal tersebut diformulasikan dalam bentuk kemitraan Public Private Partnership. • CSOs Civil Society Organization memiliki peran kedekatan dengan kelompok sasaran Kapasitas Organisasi untuk implementasi • Kapasitas organisasi sebagai suatu kesatuan unsur organisasi yang melibatkan : struktur, mekanisme kerja/koordinasi antar unit yang terlibat dalam implemnentasi, SDM, dukungan finansial yg dibutuhkan organisasi tersebut untuk bekerja. • Agar tujuan kebijakan dapat tercapai dengan baik dari keempat hal diatas maka harus : desain struktur organisasi yg tepat. Ketepatan tsb dpt dilihat sbg kesesuaian antara misi yg harus dicapai dengan karakteristik lingkungan tugas dimana organisasi tersebut bekerja • Kemudian kemampuan SDM, knowledge, skill serta personality yang baik. • Unsur-unsur kapasitas organisasi : - kemampuan untuk menjembatani berbagai kepentingan - kapasitas untuk menggalang dan menjaga dukungan - kemampuan untuk beradaptasi terhadap tugas-tugas baru dan memiliki suatu framework untuk melakukan proses pembelajaran • Kemampuan untuk mengenali perubahan lingkungan • Kemampuan untuk melakukan lobby • Memonitor dan mengendalikan implementasi • Memiliki koordinasi yg baik • Memiliki mekanisme untuk memonitor dampak dari kebijakan • Dalam kegiatan implementasi kebijakan, struktur organisasi merupakan wadah/wahana interaksi dimana para petugas, aparat birokrasi/pejabat berwenang mengelola implementasi kebijakan dengan berbagai kegiatannya. • dalam hal ini, adanya pembagian kerja diantara anggotanya, koordinasi diantara berbagai departemen, unit kerja, individuindividu yang memiliki tugas-tugas berbeda • Ada pendekatan dalam implementasi : top down dan Bottom up. • Proses implementasi bergerak dari atas ke bawah struktur berjenjang dari pusat sampai daerah atau sebaliknya • Kegagalan/keberhasilan implementasi dipengaruhi bagaimana interaksi antar para aktor yang berada pada level bawah, dan bagai manamereka dapat mempengaruhi dan mendapatkan dukungan dari aktor yang berada pada hirarki lebih tinggi. • Bentuk Struktur organisasi tentunya akan dipengaruhi adanya tujuan dan kompleksitas kebijakan yang di implementasikan • Makin kompleks – Struktur organisasi semakin kompleks pula (mampu mengakomodasi berbagai organisasi yang terlibat dalam implementasi) • Dan sebaliknya. • Complex structure – pemerintah, lsm, swasta • dan simple structure - peluang keberhasilan lebih tinggi (single agency) • Hubungan antar organisasi (interorganizational) diartikan sebagai interaksi diantara berbagai organisasi yang terlibat. Pempus, pemprov, pemkab – pendekatan vertikal hirarkis (tinggi rendahnya keberhasilan implementasi dikarenakan adanya dinamika hubungan pusat dan daerah) • Dalam hal diatas pemerintah pusat memberikan dukungan berupa regulasi, keuangan, SDM, teknologi • Pemerintah jg dapat memberikan hambatan : pempus menganggap kebijakan didaerah mengganggu kepentingan nasional/misi yang dijalankan oleh pempus. • Ketika proses implementasi hanya melibatkan institusi pemerintah saja maka disebut intergovernmental. • Pendekatan hozontal : suatu pendekatan tentang bagaimana struktur organisasi didesain untuk mencapai tujuan kebijakan dengan tidak mengandalkan hirarki. • Banyak dinas yang dilibatkan yang berkaitan dengan tujuan kebijakan. • Ex : pengentasan kemiskinan : Dinas Sosial (sistem bantuan dan Jaminan sosial), BPS : mendata penduduk miskin, Dinas Pendidikan : Melaksanakan Program wajib belajar, Dinas Kesehatan : pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat, Disperindag : pembinaan UMKM Proses Implementasi (dengan menggunakan mekanisme kerja Mengutub) • Terjadi ketika suatu kebijakan dalam proses implementasinya melibatkan banyak organisasi (departemen/lembaga/dinas) dengan suatu kelompok sasaran tertentu • Tidak saling tergantung antara satu dengan yang lain dalam melakukan delevery mechanism atas keluaran-keluaran kebijakan yang mereka hasilkan kepada kelompok sasaran ex : pengentasan kemiskinan. Proses Implementasi (dengan menggunakan mekanisme kerja Sequential) • Terjadi ketika implementasi kebijakan melibatkan banyak organisasi dengan kelompok sasaran tertentu • Adanya saling ketergantungan antara organisasi satu dengan organisasi lain • Output – input • Keberhasilan impelementasi akan sangat dipengaruhi kerja sama seluruh organisasi yang terlibat • Ex : Bantuan beras (RASKIN) BPS, Bulog, Pemdes. Proses Implementasi (dengan menggunakan mekanisme kerja Reciprocal) • Terjadi ketika implementasi kebijakan melibatkan beberapa organisasi dan untuk dapat menjalankan tugas mereka masingmasing organisasi akan menghasilkan output yang akan menjadi input bagi organisasi lain. Namun pada titik tertentu proses tersebut akan bebalik ketika input yang telah diproses akan menghasilkan output yang akan digunakan sebagai input bagi organisasi sebelumnya memberikan input • Ex : Program rehabilitasi dan rekonstruksi. Pemdes, Pemkab, Pemprov, Pempus • Tugas pokok pertama mengumpulkan data jumlah rumah tangga yang menjadi korban gempa. Data tersebut menjadi input bagi PEMKAB kemudian diverifikasi kemudian dilaporkan pada PEMPROV. Kemudian membuat ususlan jenis kegiatan dan besarannya dana untuk direhab dan rekon disampaikan ke PEMPUS. Setelah besaran anggaran diputuskan oleh PEMPUS amaka anggaran disalurkan melalui PEMPROV dan PEMKAB. Selanjutnya didistribusikan ke PEMDES untuk kegiatan rehab dan rekon.