BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Cherry dalam Cangara menyebutkan komunikasi berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi. 1 Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981) dalam Cangara mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada pada saling pengertian yang mendalam. 2 Deddy Mulyana mengatakan bahwa “ komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui lambang-lambang, tanda-tanda 3 atau tingkah laku” Menurut Onong Uchjana Effendi, Komunikasi didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang, yang memiliki makna sebagai panduan pikiran serta perasaan berupa ide, informasi, gagasan , harapan, imbauan, kepercayaan baik secara tatap muka maupun secara 1 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Radja Grafindo, 2008 hal 18 2 Ibid.20 3 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta : PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal 10 6 7 tidak langsung (melalui media) dengan tujuan mengubah sikap, pandanan dan perilaku 4 Harold D Laswell dalam Cangara menyebutkan tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi yaitu : 5 1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya, melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang yang ada dan menghindar pada hal-hal yang mengancam, mengetahui suatu kejadian atau peristiwa bahkan dengan komunikasi dapat mengembangkan pengetahuannya yakni belajar dari pengalamannya. 2. Upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya, supaya hidup dalam suasana harmonis. 3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Jadi, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses penyampaian pesan dari satu orang kepada orang lain baik secara sengaja maupun tidak sengaja, menggunakan bahasa verbal maupun nonverbal dengan maksud memberi memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, bahkan untuk saling mempengaruhi. 4 Onong Uchjana Effendy, Teori, Ilmu dan Filsafat Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003 hal 38 5 Hafied Cangara, Opcit. 2 8 2.1.2. Komponen-komponen dalam proses komunikasi Menurut Arni Muhammad, berpendapat bahwa komponen dasar komunikasi yaitu6: 1. Pengirim Pesan, adalah individu atau orang yang mengirim pesan. 2. Pesan, adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. 3. Saluran, adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima 4. Penerima pesan, adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. 5. Balikan, adalah respon terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer informasi atau pesanpesan (message) dari pengirim pesan dari komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut dengan tujuan adanya feedback untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. Ada 2 (dua) proses komunikasi yaitu : a. Proses komunikasi secara primer Adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kiat, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan. 6 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005 hal 17-18 9 b. Proses komunikasi secara sekunder Adalah proses pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sasaran sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama 7 2.2. Komunikasi Organisasi Berkaitan dengan apa yang telah diuraikan sebelumnya maka komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suartu organisasi tertentu. Definisi tersebut lebih menekankan pada aspek fungsional (objektif). Sedangkan bila dilihat dari perspektif interpretatif (subjektif), komunikasi organisasi dipandang sebagai proses penciptaan makna atas interaksi dalam organisasi. Komunikasi organisasi merupakan perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi8 Organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas, seperti pimpinan, staf dan pegawai. Disamping itu dalam organisasi juga mensyaratkan adanya pembagian kerja, dalam arti setiap 7 Onong Uchjana Effendy, Teori Komunikasi dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosadakarya, 2004 hal 11 8 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi : Stategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Terjemahan Deddy Mulyana, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001 hal 31-33 10 orang dalam institusi baik komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan landasan konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana telah diuraikan, Goldhaber memberi batasan “Komunikasi i” sebagai arus Organis pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung9 Bila sesuatu saling bergantung, ini berarti bahwa hal-hal tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pola dan sifat hubungan dalam organisasi dapat ditentukan oleh struktur atau hubungan posisional dan hubungan antar personal dimana individu-individu dalam organisasi bertindak di luar struktur peranan sehingga menciptakan jalinan komunikasi informal. Dalam sebuah teori tentang komunikasi organisasi, dikemukakan bahwa keputusan - keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan secara efektif, untuk bersikap jujur kepada organisasi, untuk meraih semangat dalam organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif dan untuk menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan organisasinya adalah dipengaruhi oleh komunikasi10 Dari penjelasan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah proses yang terjadi dalam organisasi, dan didalamnya ada proses komunikasi yang terjadi terbagi dalam tiga aspek terbesar yaitu : 9 Ibid. 201 10 Ibid. 145 11 1. Downward Communication (Komunikasi ke Bawah) Komunikasi menunjukan arus pesan yang mengalir dari atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Menurut Lewis 1987 dalam Arni Muhammad menyatakan komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan11 Bentuk komunikasi ini yang paling umum adalah instruksi kerja, memo resmi, pernyataan kebijaksanaan, prosedur, buku pedoman dan publikasi perusahaan. Adapun fungsinya sebagai berikut a. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (Job Instructions) b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan (Job Rational) c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (Procedure and Practices) d. 11 Pemberian motivasi pada pegawai untuk lebih baik. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 hal 108 12 2. Upward Communication (Komunikasi ke Atas) Komunikasi ini terjadi ketika bawahan mengirim pesan pada atasan. Pesan ini mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan12 Bentuk arus komunikasi ke atas yang paling umum adalah kotak saran, pertemuan kelompok. Fungsinya adalah sebagai berikut : a. Penyampaian informasi tentang tugas dan pekerjaan yang telah dilaksanakan. b. Penyampaian informasi tentang masalah-masalah pekerjaan atau tugas yang tidak dapat dilaksanakan oleh bawahan. c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang pekerjaannya 3. Horizontal Communication (Komunikasi Horisontal). Komunikasi ini mengalir melintasi berbagai fungsi dalam organisasi, dimana terjadi antara dan diantara bawahan pada jenjang yang sama/serata. Bentuk komunikasinya diperlukan untuk mengkoordinasi berbagai fungsi organisasi. Pesannya kemanusiaan, seperti : 12 Ibid. 116-117 biasanya berhubungan dengan tugas atau tujuan 13 a. Memperbaiki koordinasi tugas b. Upaya pemecahan masalah c. Saling berbagi informasi d. Upaya memecahkan konfilk e. Pembina hubungan melalui kegiatan bersama 2.3. Komunikasi interpersonal 2.3.1 Definisi Komunikasi Interpersonal Terdapat beberapa pengertian komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi yang menyatakan, Komunikasi Interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya13 Menurut Devito, Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang telah memiliki hubungan yang jelas, yang terhubungkan dengan beberapa cara. Deddy Mulyana (2005) menyatakan, Komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Baik secara verbal dan nonverbal 14 13 14 Ibid. 159 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005 hal 73 14 Dengan demikian, dari kedua pengertian komunikasi interpersonal tersebut dapat diketahui bahwa karateristik komunikasi interpersonal adalah terjadi diantara dua orang yang memiliki hubungan yang jelas, berlangsung secara tatap muka, bersifat interaktif dimana para pelaku komunikasi dapat saling bereaksi satu sama lain. Memperhatikan karateristik interpersonal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses komunikasi yang paling efektif, karena para pelaku komunikasi dapat terus menerus saling menyesuaikan diri baik dari segi isi pesan maupun dari segi perilaku, demi tercapai tujuan komunikasi. Communication Interpersonal diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai komunikasi antarpribadi. Jadi secara umum pengertian komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka yang dilakukan dua atau tiga orang untuk membentuk hubungan yang baik di dalam suatu lingkungan dan dapat mengubah sikap, pendapat atau pandangan karena sifatnya yang dialogis yaitu dapat langsung diketahui umpan baliknya antara komunikator dan komunikan baik secara verbal maupun nonverbal. Dengan demikian, arti sebenarnya dari komunikasi interpersonal itu sendiri adalah untuk membentuk suatu hubungan interpersonal yang baik. Dengan adanya komunikasi interpersonal yang baik di dalam lingkungan kerja maka dapat membuat situasi lingkungan kerja menjadi menyenangkan. 2.3.2. Efektifitas Komunikasi Interpersonal Efektifitas komunikasi interpersonal menjadi efektif dengan adanya Keterbukaan (openness), Empati (emphaty), Dukungan (supportivennes), 15 Kepositifan (positivennes), Kesamaan/kesetaraan (equality). Dibawah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai lima kualitas umum yang diperhatikan untuk membina dan mempertahankan hubungan interpersonal yang baik. Penulis akan mengukur bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja pegawai di DKBU-BI. Keterbukaan, Seorang komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka kepada individu yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa individu harus dengan segera membuka semua riwayat hidupnya. Tetapi hal ini biasanya tidak akan membentu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri-mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan secara jujur sesuai dengan keadaan asalkan pengungkapan diri ini patut. Untuk mendapatkan efektifitas keterbukaan juga memerlukan kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur serta tidak ada yang disembunyikan terhadap stimulus yang datang. Individu yang diam, tidak kritis dan tidak tanggap pada umumnya akan membuat percakapan yang menjemukkan. Dapat disimpulkan, bahwa keterbukaan dapat dilakukan dengan berkomunikasi secara jujur dan terbuka serta tidak ada hal-hal yang disembunyikan, transparansi, mau memberi dan menerima pendapat, kritik dan saran secara terbuka dan bebas. Empati, Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai kemampuan individu untuk mengetahui apa yang sedang dialami individu lain pada saat tertentu, mengidentifikasikan diri dari sudut pandang dan melalui kacamata individu lain itu. Bersimpati, dipihak lain, adalah merasakan sesuatu seperti 16 individu yang mengalaminya-berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama 15 Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Anda, misalkan, menyesuaikan apa yang anda katakan atau bagaimana anda mengatakannya. Anda dapat menghindari topik tertentu atau memperkenalkan orang tertentu. Anda dapat berdiam diri atau melakukan pengungkapan diri. Langkah pertama dalam mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik, bukan karena reaksi ini salah melainkan semata-mata karena reaksi-reaksi seperti ini seringkali menghambat pemahaman. Fokusnya adalah pada pemahaman. Kedua, makin banyaknya anda mengenal seseorang, keinginannya, pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya dan sebagainya, makin mampu anda melihat apa yang dilihat orang itu dan merasakan seperti apa yang dirasakannya. Cobalah mengerti alasan yang membuat orang itu mrasa seperti apa yang dirasakannya. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami sudut pandang orang lain, ajukankah pertanyaan-pertanyaan, carilah kejelasan, dan doronglah orang itu untuk berbicara. Ketiga, cobalah merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya. Mainkanlah peran orang lain itu dalam pikiran anda atau bahkan 15 Joseph A Devito, Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Jakarta : Professional Books, 1997 hal 260 17 mengungkapkannya keras-keras. Ini dapat membangun anda melihat dunia lebih dekat dengan apa yang dilihat orang lain itu. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara non verbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1). Keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai. (2) Konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik serta (3). Sentuhan atau belaian yang sepantasnya. Jerry Authier dan Kay Gustafson (1982) menyarankan beberapa metode yang berguna untuk mengkomunikasikan empati secara vebal 16 1. Mereflesikan balik kepada pembicara perasaan (dan intensitasnya) yang menurut anda sedang dialaminya.. Ini membantu dalam memeriksa ketepatan persepsi anda dan juga dalam menunjukkan bahwa anda berusaha memahaminya. 2. Membuat pertanyaan tentatif dan bukan mengajukan pertanyaan. Jadi jangan anda 3. mengatakan-benar ”apakah marah kepada ayah anda atau saya mendengar nada bena marah Pertanyaan pesan yang berbaur, pesan yang komponen verbal dan non verbalnya saling bertentangan. tidak ada persoalan apa-apa antara anda dengan Kris, tetapi nada suara anda 16 Ibid. 261 tidak meyakinkan. Anda nampak 18 membantu menceritakan komunikasi yang lebih terbuka dan lebih jujur. 4. Lakukan pengungkapan diri yang berkaitan dengan peristiwa dan perasaan orang itu untuk mengkomunikasikan pengertian dan pemahaman terhadap apa yang sedang dialami orang itu. Anda bisa mengatakan ” Sikap Mendukung, Saya dapat merasakan ap Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1). Deskriptif, bukan evaluatif (2). Spontan, bukan strategic dan (3). Provisional, bukan sangat yakin17 1. Deskriptif. Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya sikap mendukung. Bila anda mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu, anda umumnya tidak merasakannya sebagai ancaman (anda tampaknya marah kepada saya). Anda tidak ditantang dan tidak perlu membela diri. Dipihak lain, komunikasi yang bernada menilai seringkali membuat kita bersikap defensive (mengapa kamu begitu marah?). Tidaklah berarti bahwa komunikasi evaluatif menimbulkan reaksi defensive. Orang seringkali bereaksi 17 Ibid. 19 terhadap evaluasi positif tanpa sikap defensive, tetapi bahkan dalam hal ini pun. Ingatlah bahwa kenyataan adanya orang yang mempunyai kewenangan untuk mengevaluasi anda dengan cara apapun meskipun positif dapat membuat anda merasa tidak enak dan barangkali membuat anda bersikap defensive. Barangkali anda menduga bahwa evaluasi berikuthya tidak akan sangat postif. Begitu juga, evalusi negatif tidak selalu menimbulkan reaksi defensive. Aktor yang bersemangat tinggi yang ingin selalu meningkatkan dirinya seringkali terbuka terhadap evaluasi negatif. Tetapi pada umumnya, suasana evaluatif membuat orang lebih defensif daripada dalam suasana deskriptif. 2. Spontanitas, Gaya spontan membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang spontanitas dalam komunikasinya dan terus terang serta lebih terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya beraksi den cara yang sama, terus terang dan terbuka. Sebaliknya, bila kita merasa bahwa seseorang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya bahwa dia mempunyai rencana atau strategi tersembunyi kita bereaksi secara defensive. 3. Provisional, Bersikap provisional artunya bersikap tentative dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Provisionalisme seperti itulah, bukan keyakinan yang tak tergoyahkan, yang membantu menciptakan suasana mendukung 20 (suportif). Kita menyukai orang yang tahu segalanya dan orang yang selalu mempunyai jawaban pasti untuk setiap pertanyaan. Orang seperti ini terpaku dengan caranya sendiri dan tidak mentoleransi adanya perbedaan. Mereka siap dengan argumen terhadap setiap kemungkinan sikap atau keyakinan yang berbeda. Segera saja, anda akan bersikap defensive terhadap orang seperti ini, dan anda berkeras dengan pendirian anda sendiri. Akan tetapi anda bersikap terbuka kepada orang yang mengambil posisi privisional dan mau merubah pendapat mereka bila memang itu perlu dilakukan. Dengan orang seperti itu anda merasa setara. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap mendukung dapat membuat komunikasi interpersonal berlangsung secara lancar. Dengan memberikan dukungan secara fisik dan emosional dari sikap maupun cara pengungkapan pendapat serta kemauan untuk mengubah sikap jika keadaan mengharuskan. Sikap Positif (Positiveness), Mengkomunikasikan sikap dalam komunikasi antar pribadi dengan sedikitnya dua cara (1). Menyatakan sikap positif (2). Secara positif mendorong individu yang menjadi teman untuk berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi : pertama : komunikasi antar pribadi terbina jika setiap individu memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Individu yang merasa negatif 21 terhadap diri sendiri selalu mengkomunikasikan perasaan ini kepada individu lain. Yang selanjutnya barangkali akan mengembangkan perasaan negatif yang sama. Sebaliknya, individu yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada individu lain, yangs elanjutnya juga akan meredleksikan perasaan positif ini. Kedua : perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Sangat tidak menyenangkan jika berkomunikasi dengan individu yang tidak menikmati percakapan atau tidak bereaksi dalam situasi atau suasana interaksi. Reaksi negatif ini akan membuat individu merasa terganggu dan komuniaksi yang terjadi akan terputus18 Dorongan (stroking), Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking. Dorongan adalah istilah yang berasal dari kata kosakata umum, yang dipandang sangat penting dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antar manusia secara umum. Perilaku mendorong untuk menghargai keberadaan dan pentingnya individu lain, perilaku ini bertentangan dengan ketidakacuhan. Dorongan dapat verbal ataupun nonverbal seperti senyuman, tepukan dibahu, atau tamparan dimuka. Dorongan positif (sama dengan konsep sikap positif). Umumnya bebentuk pujian atau penghargaan dan terdiri atas perilaku yang biasanya diharapkan., dinikmati, dan dibanggakan. Dorongan positif ini mendukung 18 Ibid. 22 citra pribadi dan membuat suatu individu merasa lebih baik. Sebaliknya dorongan negatif bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian19. Dapat disimpulkan bahwa bersikap positif merupakan komunikasi interpersonal dengan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain yang akan membuat interaksi dari masing-masing pihak lebih menyenangkan dengan memliki kemampuan mengatasi persoalan walau menghaadapi kegagalan dan bersifat membangun orang lain dengan menunjukkan kualitas dari perkembangan diri sebagai teladan. Kesetaraan, Tidak pernah ada dua individu yang benar-benar setara dalam segala hal, terlepas dari ketidak setaraan ini. Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masingmasing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan 20 Dengan adanya kesetaran, tidak terjadi perbedaan derajat, tidak akan mempertegas perbedaan dan tidak ada perasaan bahwa salah satu lebih baik daripada yang lain serta kedua pihak sama bernilai dan berharga. 2.3.3. Tujuan Komunikasi Interpersonal Devito (2005) menyatakan, The five major purposes of interpersonal communication are to learn about self, others, and the world; to relate to others and to form 19 Ibid. 20 Ibid. 264 23 relationship ; to influence or control the attitudes and behaviour of others; to play or enjoy oneself ; to helps others. 21 Jadi menurut Devito tujuan komunikasi interpersonal adalah : Tujuan yang pertama adalah untuk belajar diri sendiri, tentang orang lain, bahkan tentang dunia. Melalui kegiatan komunikasi interpersonal dengan seseorang kita bisa mengetahui bagaimana pendapat dia tentang kita, sehingga kita pun menjadi tahu seperti apa kita, Semakin banyak kita berkomunikasi dengan orang lain, semakin banyak mengenal orang dan kita juga semakin mengenal diri kita sendiri. Semakin banyak kita berkenalan dengan orang maka semakin banyak pengetahuan kita tentang lingkungan di sekitar kita bahkan tentang dunia. Tujuan yang kedua adalah untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk membantu statu ikatan (relationship). Melalui komunikasi interpersonal kita dapat berkenalan dengan seseorang dan komunikasi interpersonal yang insentif dan efektif bisa menciptakan suatu ikatan batin yang erat. Hal ini terjadi ketika kita membangun dan memelihara persahabatan dengan orang lain yang sebelumnya tidak kita kenal. Disamping itu, melalui komunikasi interepersonal ikatan kekeluargaan tetap bisa dipelihara dengan baik. Tujuan yang ketiga adalah, untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain. Dalam hal ini kegiatan komunikasi ditujukan untuk 21 Joseph A. Devito, Interpersonal Communication Book, Hunter College Of The City University Of New York, 2005 hal 15 24 mempengaruhi atau membujuk agar orang lain memiliki sikap, pendapat atau perilaku yang sesuai dengan tujuan kita. Contoh dari kegiatan komunikasi interpersonal seperti ini adalah ketika seorang pramuniaga menawarkan produk yang dijualnya. Tujuan yang keempat adalah untuk hiburan dan menenangkan diri sendiri. Banyak komunikasi interpersonal yang kita lakukan yang sepertinya tidak memiliki tujuan yang jelas, hanya mengobrol kesanakemari, untuk sekedar melepaskan kelelahan setelah seharian bekerja, atau hanya untuk mengisi waktu ketika harus menunggu giliran diperiksa di rumah sakit. Tujuan yang kelima adalah untuk membantu orang lain, Hal ini terjadi misalnya seorang klien berkonsultasi dengan seorang psikolog atau seseorang yang sedang berkonsultasi dengan pengacara atau kita yang mendengarkan seorang teman yang mengeluhkan sesuatu (curhat). Proses komunikasi interpersonal yang demikian merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menolong orang lain memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar fikiran. Sifat komunikasi interpersonal yang tatap muka dan interaktif memungkinkan proses konsultasi berjalan dengan efektif. Sehingga baik konsultan maupun klien bisa mengakhiri proses komunikasinya denga lega dan menyenangkan. Memperhatikan tujuan sekaligus fungsi komunikasi interpersonal tersebut di atas, maka dapat diketahui betapa pentingnya peran komunikasi interpersonal dalam kehidupan kita. Komunikasi interpersonal berperan untuk saling mengubah 25 dan mengembangkan. Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak yang terlibat komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat dan dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan dan sikap yang sesuai topik yang dibahas. Kompetensi komunikasi interpersonal adalah tingkat dimana perilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai dan cocok dengan situasi sehingga membantu kita mencapai tujuan komunikasi interpersonal yang kita lakukan dengan orang lain. 2.4. Public Relations (Humas) 2.4.1. Definisi Public Relations Public Relations merupakan bagian dari organisasi yang berfungsi untuk menjaga dan membina hubungan baik antar instansi dengan masyarakat umum atau publik beserta dengan konsumennya. Menurut Roberto Simoes dalam Maria Assumpta Rumanti22 : 1. Public Relations merupakan proses interaksi. Public Relations menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan kedua belah pihak 2. Public Relations adalah fungsí manajemen 3. Public Relations merupakan aktivitas diberbagai bidang ilmu 4. Public Relations merupakan profesi profesional dalam bidangnya, juga merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi secara tepat 22 Sr Maria Assumpta Rumanti, Dasar-Dasar Pubic Relation Teori Dan Praktik, Jakarta : PT Grafindo, 2002 hal 7 26 5. Public Relations merupakan penerapan kebijaksanaan dan pelaksanaannya melalui interpretasi yang peka atas berbagai peristiwa. Dari penjelasan mengenai definisi Public Relations, maka dapat dirumuskan secara lebih sederhana bahwa Public Relations merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi-organisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi, yang dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efesien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas. 2.4.2. Fungsi Public Relations Public Relations dikatakan berfungsi dalam suatu organisasi atau lembaga apabila public relations tersebut telah menunjukkan suatu kegiatan yang jelas dan dapat dibedakan dari kegiatan lainnya. 27 Fungsí utama dari Public Relations menurut Anne Can Der Meiden dalam Maria Assumpta Rumanti 23 1. Menumbuhkan, mengembangkan hubungan baik antara organisasi perusahaan dengan publiknya baik internal maupun eksternal. 2. Menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan meningkatkan partisipasi publik. 3. Menciptakan opini publik yang menguntungkan organisasi dan publik. Secara sederhana dan singkat dapat dikatakan bahwa fungsi public relations adalah untuk menghubungkan publik atau pihak yang berkepentingan didalam atau diluar organisasi/perusahaan, karena public relations turut menjalankan fungsi manajemen. Dalam konteks komunikasi yang menjadikan pihak Humas sebagai suatu metode dan tehnik komunikasi atau sebagai kelembagaan dimana PR/Humas akan berperan sebagai penunjang manajemen, aktivitas organisasi dan demi tercapainya tujuan bersama dalam suatu organisasi. 2.5. Kinerja Pegawai 2.5.1. Pengertian Kinerja Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja 23 Ibid. 204 28 pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya24. Menurut Bernandin dan Russel sebagaimana dikutip Faustino Cardoso Gomes memberi batasan mengenai performansi, Kinerja adalah catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu selama satu periode waktu tertentu 25 . Sedangkan penilaian kinerja adalah suatu cara mengukur kontribusi- kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada organisasinya. Kinerja atau prestasi kerja pada dasarnya adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standard, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. 26 Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai pegawai dalam suatu organisasi. Dengan adanya motivasi berprestasi maka kinerja seorang individu akan meningkat karena mereka dalam menyelesaikan dan mengerjakan setiap kegiatan dan tugasnya akan selalu optimal dan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mc. Clelland yang dikutip oleh A.A Anwar 24 A.Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal 67 25 Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Andi Offset, 2003 hal 135 26 John Suprihanto, Penilaian Kinerja Dan Pengembangan Karyawan, Yogyakarta: Edisi Pertama, 2000 hal 7 29 Prabu Mangkunegara menyatakan Ada bahwa hubungan ” yang positif antara 27 motif berprestasi dengan pencapaian kinerja” Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja (performance) merupakan wujud atau keberhasilan pekerjaan seseorang atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Hasil atau kinerja suatu organisasi dapat dicapai dengan baik antara lain atas pengaruh dari pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas dari para peserta yang berkecimpung di dalam organisasi tersebut. 2.5.2. Pengukuran Kinerja Pegawai Pada dasarnya seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya diharapkan untuk menunjukkan suatu performance yang terbaik yang bisa ditunjukkan oleh pegawai tersebut, selain itu tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang penting, artinya bagi peningkatan hasil kerja yang menjadi tujuan dari organisasi atau instansi dimana pegawai tersebut bekerja. Selanjutnya peneliti akan mengemukakan pengukuran kinerja pegawai menurut teori Gomes28: 1. Kuantitas Kerja ( quantity of work ) Jumlah kerja yang dilakukan dalam satu periode. 2. Kualitas Kerja ( quality of work ) Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat- syarat kesesuaian dan kesiapannya. 27 A.Anwar Prabu Mangkunegara, op.cit. 68 28 Faustino Cardoso Gomes, op.cit. 142 . 30 3. Pengetahuan tentang pekerjaan ( job knowledge ) Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya. 4. Kreatifitas (creativeness) Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul 5. Kerjasama (cooperation) Kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain 6. Dapat dipercaya ( dependability) Kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja. 7. Inisiatif (initiative ) Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya. 8. Kualitas Personal (personal qualities) Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah tamahan, dan integritas pribadi. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kinerja pegawai harus dikelola, terutama untuk mencapai produktivitas dan efektivitas dalam rangka merancang bangun kesuksesan, baik secara individu maupun organisasi. Namun secara mudah dikatakan bahwa indikator kinerja yang positif adalah sikap, perilaku dan aktivitas yang secara nyata mendukung pelaksanaan program kerja dan pencapaian tujuan perkantoran. Sistem Pembaharuan Manajemen Sumber Daya 31 Manusia (MSDM) dan Organisasi BI melakukan penelitian tentang fakta opini, sikap, dan reaksi publik melaksanakan kebijakan demi kepentingan organisasi DKBU-BI yang sejalan dengan keinginan pegawai untuk lebih mengembangkan dan mengoptimalkan kompetensi dan potensinya dalam rangka terus melakukan peningkatan menuju kinerja terbaiknya Mc. Clelland dalam Mangkunegara mengemukakan pendapat bahwa akan mampu mencapai kinerja yang maksimal jika ia memiliki motif berprestasi tinggi. 29 Motif berprestasi yang dimiliki karyawan harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih mudah. Oleh karena itu organisasi harus menciptakan situasi yang ada pada lingkungan kerja guna mencapai kinerja yang maksimal. 2.6. Hipotesis Penelitian Dari beberapa kajian yang telah dikemukakan di muka, ada beberapa dapat disimpulkan bahwa hipotesis sebagai suatu kesimpulan sementara yang keabsahannya harus dibuktikan lagi. “Terdapat pengaruh yang positif antara proses komunikasi interpersonal antar pegawai terhadap kinerja pegawai”. 29 Ibid. 68