PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK DI SMP

advertisement
PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK
DI SMP SEMEN PADANG
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
APRIYUS WENDRA
NPM: 10060054
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2014
PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK
DI SMP SEMEN PADANG
Oleh:
Apriyus Wendra*
Indra Ibrahim**
Ahmad Zaini**
*Mahasiswa
**Dosen Pembimbing
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
Learners who have a healthy personality can adapt well to the environment so as to fulfill
the needs with the demands (norms) environment, not all students are able to show a healthy
personality, among them there are also displays an unhealthy personality. This study aims to
determine the characteristics of a healthy personality profile of students in junior Semen Padang.
This research is descriptive quantitative. The study population was all students of SMP Semen
Padang. The sampling technique is stratified random sampling, samples are taken from 84 students
who are at different grade levels. The source of data is the primary data. The instrument used was
a questionnaire, while the data used for the analysis of the percentage formula. Results of research
conducted on the personality profile in junior Semen Padang, can generally be categorized as
healthy. These results indicate that the majority of learners in junior Semen Padang has a healthy
personality. Based on the research results suggested: (1) Learners, could further enhance the
display of healthy personality, so it can adapt to the environment so as to fulfill the needs with the
demands (norms) environment. (2) Teachers BK, as an input to develop BK service program that
fits the needs of learners, especially in providing services related to personality BK. (3)
Researchers further, be used as guidelines for research related to personality issues.
Keyword: personality profile, personality and personality learners.
PENDAHULUAN
Perkembangan kepribadian remaja
merupakan hasil hubungan dan pengaruh
timbal balik secara terus menerus antara
pribadi dengan lingkungannya. Lingkungan
sosial bagi kelompok remaja merupakan
sumber inspirasi yang dapat memberikan
kekuatan fisik maupun kesehatan mental
yang dapat mencegah timbulnya gangguan
perkembangan
kepribadian.
Sebaliknya
lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat
pula
menimbulkan
gangguan
dalam
kesejahteraan
mentalnya.
Pendidik
diharapkan dapat mengatasi berbagai
kesulitan remaja sehingga perkembangan
kepribadiannya dapat berlangsung dengan
baik.
Menurut Pikunas (Yusuf, 2009:200)
kepribadian merupakan ”sistem yang
dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang
menghasilkan tingkat konsistensi respons
individu
yang
beragam.
Sifat-sifat
kepribadian mencerminkan perkembangan
fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan
nilai-nilai”. Sedangkan menurut Sjarkawi
(2008:11) kepribadian adalah “ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari
diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungannya, misalnya keluarga pada
masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak
lahir”.
Salah satu kata kunci dari definisi
kepribadian menurut Schneiders (Yusuf,
2009:130) adalah “Penyesuaian”. Menurut
Makmum (Yusuf, 2009:127) kepribadian
diartikan sebagai “kualitas perilaku individu
yang tampak dalam melakukan penyesuaian
dirinya terhadap lingkungan secara unik”.
Keunikan penyesuaian tersebut sangat
berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian
itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut:
1. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya
dalam
mematuhi
etika
perilaku,
konsisten atau teguh tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen, yaitu disposisi reaktif
seseorang atau cepat/lambatnya mereaksi
terhadap ransangan-ransangan yang
datang dari lingkungan.
3. Sikap, sambutan terhadap objek (orang,
benda, peristiwa, norma dan sebagainya)
yang bersikap positif, negatif atau
ambivalen (ragu-ragu).
4. Stabilitas emosional, yaitu kadar
kestabilan reaksi emosional terhadap
ransangan dari lingkungan. Seperti:
mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih atau putus asa.
5. Responsibilitas
(tanggung
jawab),
kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
6. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang
berkaitan
dengan
hubungan
interpersonal. Disposisi ini seperti
tampak dalam sifat pribadi yang tertutup
atau
terbuka
dan
kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain.
Berdasarkan kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa kepribadian individu
adalah sejumlah ciri-ciri dan sifat-sifatnya
sebagai perseorangan maupun cara-cara
semuanya ini berpadu menjadi kesatuan
yang utuh yang diaplikasikan oleh remaja ke
dalam keseluruhan cara hidupnya dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang
tampak dalam pola-pola tingkah lakunya
yang dapat diukur oleh standar-standar
masyarakat di mana dia hidup.
Masa remaja menurut
Yusuf
(2009:101) merupakan saat berkembangnya
jati diri. Perkembangan ini merupakan
modal
dasar
bagi
remaja
dalam
perkembangannya menuju masa dewasa.
Selanjutnya pendapat ini diperkuat oleh
Erikson (Yusuf, 2009:71) remaja merupakan
masa berkembangnya identity. Erikson
mengingatkan bahwa kegagalan remaja
untuk mengisi dan menuntaskan tugas ini
akan
berdampak
tidak
baik
bagi
perkembangan dirinya.
Aspek-aspek perkembangan remaja
menurut Yusuf (2009:101) meliputi: fisik,
intelligensi (kecerdasan), emosi, bahasa,
sosial, kepribadian, moral dan kesadaran
beragama.
Jadi masa remaja adalah masa
dimana seorang remaja mencari identitas diri
yang meninggalkan masa kanak-kanak dan
memasuki masa remaja. Usaha pencarian
identitas diri oleh remaja banyak dilakukan
dengan menunjukkan perilaku coba-coba,
perilaku imitasi dan identifikasi. Tindakan
untuk menemukan identitas diri yang
dilakukan oleh remaja karena ingin diakui
keberadaannya
dalam
lingkungannya
sehingga remaja melakukan berbagai cara
untuk menunjukkan eksistensinya. Ketika
remaja gagal menemukan identitas dirinya,
maka remaja akan mengalami krisis
identitas, merasa tidak mampu untuk
memilih dan mengarahkan dirinya dengan
baik, bagaikan kapal yang kehilangan
kompas. Dampaknya mereka mungkin akan
mengembangkan perilaku menyimpang,
menutup diri, menampilkan kepribadian
yang kurang baik seperti: tidak percaya diri,
tidak disiplin, suka memberi alasan palsu,
tidak bertanggung jawab atau bahkan remaja
melakukan kriminalitas.
Mungkin saja akan membentuk
sistem
kepribadian
yang
bukan
menggambarkan keadaan remaja yang
sebenarnya, sehingga mengalami hambatan
dalam
menyesuaikan
diri
terhadap
lingkungan. Reaksi-reaksi dan ekspresi
emosional yang masih labil dan belum
terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya. Remaja menjadi sering merasa
tertekan atau justru menjadi orang yang
berperilaku agresif. Pertengkaran dan
perkelahian seringkali terjadi akibat dari
ketidakstabilan emosinya. Remaja dapat
dipandang telah memiliki jati diri yang
matang apabila sudah memiliki pemahaman
dan kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, nilai-nilai agama dan
kehidupan sosial baik di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pada masa remaja awal anak laki-laki
dan perempuan sudah mengetahui perbedaan
diantara yang baik dan yang buruk dan
mereka sudah mulai menilai sifat-sifatnya
sesuai dengan sifat teman-temannya. Sifat
ini akan menyadarkan anak laki-laki dan
perempuan terhadap pentingnya kepribadian
dalam kehidupan sosial dan karenanya
mereka akan menempuh cara untuk
memperbaiki kepribadiannya lewat baca
buku, haus motivasi dan ingin mendapatkan
arahan dari orang lain.
Pengalaman remaja sejak kecil yang
penuh konflik dan kurang mendapat
bimbingan keagamaan akan berdampak
kurang baik bagi perkembangan remaja.
Remaja cenderung akan mengalami
kegagalan dalam mengikuti program sekolah
dan cenderung memiliki sifat pribadi tidak
jujur, tidak disiplin, tidak percaya diri, suka
memberi alasan-alasan untuk menutupi
kelemahannya dan meremehkan normanorma yang berlaku di masyarakat.
Sebaliknya pengalaman yang menyenangkan
akan mempengaruhi sifat-sifat pribadi yang
taat hukum dan tidak melampaui batas.
Jadi remaja dalam menyesuaikan diri
terhadap
lingkungan
ternyata
tidak
semuanya mampu menampilkan kepribadian
yang sehat, normal atau yang secara wajar,
diantara mereka ada juga yang menampilkan
kepribadian yang tidak sehat.
Berdasarkan pengamatan peneliti
selama melakukan Praktek Pengalaman
Lapangan Bimbingan dan Konseling
(PPLBK) Sekolah yang peneliti laksanakan
pada tanggal 12 Agustus sampai 14
Desember 2013 di SMP Semen Padang
terlihat bahwa peserta didik ada yang
menampilkan kepribadian yang sehat
seperti: peserta didik yang datang ke sekolah
tepat waktu, peserta didik yang mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi jika diminta
tampil di depan kelas atau di depan umum,
peserta didik yang mempunyai rasa
bertanggung jawab dalam dirinya sehingga
melaksanakan
kewajibannya
dengan
sungguh-sungguh,
jika
mengalami
kegagalan misalnya dalam ujian, dia tidak
mencari kambing hitam untuk disalahkan,
peserta didik yang bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan sehingga mudah bergaul
dengan orang lain, peserta didik yang bisa
merasakan apa yang dirasakan orang lain,
peserta didik yang menepati janjinya
sehingga dipercaya oleh teman-temannya.
Adapun peserta didik yang terlihat
menampilkan kepribadian yang tidak sehat
seperti: peserta didik tidak mengatur jadwal
belajarnya dengan baik, peserta didik yang
datang terlambat ke sekolah karena kurang
tertanam jiwa disiplin dalam dirinya, peserta
didik yang sering berbohong untuk menutupi
kesalahannya, peserta didik yang tidak
percaya diri jika diminta oleh guru untuk
tampil di depan kelas, peserta didik yang
kurang mandiri dalam belajar seperti
mengharapkan bantuan dari orang lain,
peserta didik yang kurang gigih dalam
belajar seperti mengerjakan tugas yang
diberikan guru, peserta didik yang tidak
yakin
terhadap
kemampuan
yang
dimilikinya, peserta didik yang kurang
tertanam rasa bertanggung jawab dalam
dirinya, peserta didik yang kurang bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan
sehingga sulit bergaul dengan teman sebaya
dan ada juga peserta didik yang tidak bisa
mengontrol emosinya dengan baik seperti
jika ditegur guru, dia langsung melawan dan
membangkang.
Berdasarkan permasalahan yang
dikemukakan di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Profil
Kepribadian Peserta Didik di SMP Semen
Padang”.
Berdasarkan latar belakang masalah
yang dikemukakan di atas maka identifikasi
masalah penelitian ini adalah adanya peserta
didik yang tidak disiplin, tidak percaya diri,
kurang mandiri, tidak jujur untuk menutupi
kelemahannya, kurang gigih dalam belajar,
tidak yakin terhadap kemampuannya, kurang
tertanam rasa bertanggung jawab dalam
dirinya, kurang bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan tidak bisa
mengontrol emosinya dengan baik.
Batasan masalah penelitian ini adalah
profil karakteristik kepribadian yang sehat
peserta didik di SMP Semen Padang.
Rumuskan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana profil kepribadian
peserta didik di SMP Semen Padang?”.
Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui profil karakteristik
kepribadian yang sehat peserta didik di SMP
Semen Padang.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Peserta Didik.
Sebagai bahan masukan untuk
menjadi pribadi yang baik sehingga
dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan dan menemukan identitas
atau jati dirinya.
2. Guru BK.
Dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam merumuskan program
bimbingan
dan
konseling
untuk
3.
4.
5.
6.
membantu
peserta
didik
dalam
mengembangkan kepribadiannya dengan
baik.
Kepala Sekolah.
Hasil penelitian dapat dijadikan
masukan
untuk
meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan dan juga
sebagai bahan masukan bagi kepala
sekolah
untuk
mencapai
tugas
perkembangan
kepribadian
secara
optimal kepada peserta didik.
Peneliti.
Menambah
wawasan
dan
pengetahuan
dalam
melaksanakan
penelitian dan mengetahui manfaat yang
diperoleh
peserta
didik
tentang
pentingnya memiliki kepribadian yang
sehat.
Pimpinan Program Studi Bimbingan dan
Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat.
Bahan masukan dalam rangka
meningkatkan program perkuliahan
untuk menyiapkan tenaga-tenaga guru
pembimbing di sekolah yang profesional
khususnya
dalam
membentuk
kepribadian peserta didik di sekolah.
Peneliti Selanjutnya.
Sebagai dasar dan landasan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan
masalah kepribadian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Menurut Lehmann ( A. Muri
Yusuf, 2005:83) penelitian deskriptif adalah
salah satu jenis penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat
populasi tertentu, atau mengambarkan
fenomena secara detail.
Adapun populasi dalam penelitian ini
sebanyak 516 orang peserta didik. Teknik
pengambilan sampel adalah stratified random
sampling. Menurut Yusuf (2007:198)
stratified random sampling merupakan “suatu
prosedur atau cara dalam menentukan sampel
dengan membagi populasi atas beberapa
strata sehingga setiap strata menjadi homogen
dan tidak tumpang tindih dengan kelompok
lain”.
Sumber data penelitian ini adalah data
primer, data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama yaitu peserta didik di
SMP Semen Padang. Alat pengumpul data
adalah angket. Selanjutnya pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan rumus
persentase yang dikemukakan oleh Sudijono
(2010:43) dengan rumus:
P= ×100
Keterangan:
P : Persentase
f : Frekuensi
n : Jumlah skor item (total)
100 : Jumlah angka mutlak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profil kepribadian peserta didik di SMP
Semen Padang. Dilihat secara umum dapat
diketahui bahwa dari 84 orang responden,
terdapat 14 orang responden berada pada
tingkat klasifikasi 81%-100% dengan
kategori sangat sehat, jika dipersenkan
16,67%, pada tingkat klasifikasi 61%-80%
dengan kategori sehat terdapat 70 orang
responden, jika dipersenkan 83,33%, pada
kategori cukup sehat, kurang sehat dan tidak
sehat tidak ada.
Berdasarkan hasil penelitian tentang
profil kepribadian peserta didik di SMP
Semen Padang tergolong ke dalam kategori
sehat.
Data mengenai profil kepribadian
peserta didik dilihat dari karakteristik
kepribadian yang sehat dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
mampu menilai diri secara realistik
tergolong ke dalam kategori sehat.
2. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
mampu menilai situasi secara realistik
tergolong ke dalam kategori sehat.
3. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
mampu menilai prestasi yang diperoleh
secara realistik tergolong ke dalam
kategori sehat.
4. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
menerima tanggung jawab tergolong ke
dalam kategori sehat.
5. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
kemandirian tergolong ke dalam kategori
sehat.
6. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
dapat mengontrol emosi tergolong ke
dalam kategori sehat.
7. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
berorientasi tujuan tergolong ke dalam
kategori sehat.
8. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
berorientasi keluar tergolong ke dalam
kategori sehat.
9. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
penerimaan sosial tergolong ke dalam
kategori sehat.
10. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
memiliki filsafat hidup tergolong ke
dalam kategori sehat.
11. Data mengenai profil kepribadian peserta
didik dilihat dari karakteristik kepribadian
yang sehat ditandai dengan karakteristik
berbahagia tergolong ke dalam kategori
sehat.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Hurlock
(Yusuf,
2009:130)
bahwa
penyesuaian yang sehat atau kepribadian
yang sehat (healthy personality) ditandai
dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Mampu menilai diri secara realistik.
Individu yang kepribadiannya sehat
mampu menilai dirinya sebagaimana apa
adanya,
baik
kelebihan
maupun
kelemahannya yang menyangkut fisik
(postur tubuh, wajah, keutuhan dan
kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan
dan keterampilan).
2. Mampu menilai situasi secara realistik.
Individu dapat menghadapi situasi atau
kondisi kehidupan yang dialaminya secara
realistik dan mau menerimanya secara
wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai suatu yang harus
sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh
secara realistik. Individu dapat menilai
prestasinya
(keberhasilan
yang
4.
5.
6.
7.
8.
9.
diperolehnya) secara realistik dan
mereaksinya secara rasional. Dia tidak
menjadi
sombong,
angkuh
atau
mengalami “superiority complex”, apabila
memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan dalam hidupnya. Apabila
mengalami
kegagalan,
dia
tidak
mereaksinya dengan frustasi, tetapi
dengan sikap optimistik (penuh harapan).
Menerima tanggung jawab. Individu yang
sehat adalah individu yang bertanggung
jawab. Dia mempunyai keyakinan
terhadap kemampuannya untuk mengatasi
masalah-masalah
kehidupan
yang
dihadapinya.
Kemandirian. Individu memiliki sikap
mandiri dalam cara berpikir dan
bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri
serta menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi. Individu merasa
nyaman dengan emosinya. Dia dapat
menghadapi situasi frustasi, depresi atau
stress secara positif dan konstruktif, tidak
destruktif (merusak).
Berorientasi
tujuan.
Setiap
orang
mempunyai tujuan yang ingin dicapainya.
Namun, dalam merumuskan tujuan itu ada
yang realistik dan ada yang tidak realistik.
Individu yang sehat kepribadiannya dapat
merumuskan
tujuannya
berdasarkan
pertimbangan secara matang (rasional),
tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia
berupaya untuk mencapai tujuan tersebut
dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan) dan keterampilan.
Berorientasi keluar. Individu yang sehat
memiliki orientasi keluar. Dia bersikap
respek, empati terhadap orang lain
mempunyai kepedulian terhadap situasi
atau masalah-masalah lingkungannya dan
bersifat fleksibel dalam berpikirnya.
Menurut Leonard (Yusuf, 2011:31)
mengemukakan sifat-sifat individu yang
berorientasi keluar yaitu: 1). Menghargai
dan menilai orang lain seperti dirinya
sendiri; 2). Merasa nyaman dan terbuka
terhadap
orang
lain;
3).
Tidak
membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk
menjadi korban orang lain dan tidak
mengorbankan
orang lain
karena
kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial. Individu dinilai positif
oleh orang lain, mau berpartisipasi aktif
dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan
orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan
hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama.
11. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi
kehidupannya diwarnai kebahagiaan.
Kebahagiaan itu didukung oleh faktorfaktor pencapaian prestasi, penerimaan
dari orang lain dan perasaan dicintai atau
disayangi orang lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan tentang profil kepribadian
peserta didik di SMP Semen Padang yang
telah dipaparkan pada pembahasan penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa profil
kepribadian peserta didik di SMP Semen
Padang berada pada kategori sehat sebanyak
83,33% dari responden.
Hasil ini menunjukkan bahwa banyak
peserta didik yang mempunyai kepribadian
yang sehat. Hal ini disebabkan oleh peserta
didik menampilkan karakteristik kepribadian
yang sehat dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan
yang
ditandai
dengan
karakteristik mampu menilai diri secara
realistik, mampu menilai situasi secara
realistik, mampu menilai prestasi yang
diperoleh
secara
realistik,
menerima
tanggung
jawab,
kemandirian,
dapat
mengontrol emosi, berorientasi tujuan,
berorientasi keluar, penerimaan sosial,
memiliki filsafat hidup dan berbahagia.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka
peneliti mengemukakan beberapa saran bagi:
1. Peserta didik, agar lebih mampu
meningkatkan
dalam
menampilkan
kepribadian yang sehat, sehingga dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan
sehingga terpenuhi kebutuhan dengan
tuntutan (norma) lingkungan.
2. Orang Tua, agar lebih dapat membimbing
dan membentuk kepribadian si anak
sehingga
tercapai
tugas
perkembangannya.
3. Guru BK, sebagai masukan untuk
menyusun program pelayanan BK yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik
khususnya dalam memberikan layanan
BK yang menyangkut kepribadian.
4. Kepala Sekolah, sebagai masukan untuk
meningkatkan
penyelenggaraan
pendidikan dan bahan masukan untuk
mencapai
tugas
perkembangan
kepribadian secara optimal kepada peserta
didik.
5. Peneliti, untuk bisa menjadi bahan
masukan dan menambah wawasan tentang
permasalahan yang dialami oleh peserta
didik yang menyangkut kepribadian.
6. Pimpinan Program Studi Bimbingan dan
Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat,
sebagai
masukan
dalam
rangka
meningkatkan program perkuliahan untuk
menyiapkan
tenaga-tenaga
guru
pembimbing di sekolah yang profesional
khususnya dalam membentuk kepribadian
yang sehat peserta didik di sekolah.
7. Peneliti selanjutnya, dijadikan pedoman
bagi penelitian yang berkaitan dengan
masalah kepribadian.
KEPUSTAKAAN
Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian
Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian
“Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah”.
Padang: UNP Press
Yusuf. A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian
“Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah”.
Padang: UNP Press
Yusuf,
Syamsu.
2009.
Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Download