PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK DI SMP SEMEN PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) APRIYUS WENDRA NPM: 10060054 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014 PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK DI SMP SEMEN PADANG Oleh: Apriyus Wendra* Indra Ibrahim** Ahmad Zaini** *Mahasiswa **Dosen Pembimbing Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Learners who have a healthy personality can adapt well to the environment so as to fulfill the needs with the demands (norms) environment, not all students are able to show a healthy personality, among them there are also displays an unhealthy personality. This study aims to determine the characteristics of a healthy personality profile of students in junior Semen Padang. This research is descriptive quantitative. The study population was all students of SMP Semen Padang. The sampling technique is stratified random sampling, samples are taken from 84 students who are at different grade levels. The source of data is the primary data. The instrument used was a questionnaire, while the data used for the analysis of the percentage formula. Results of research conducted on the personality profile in junior Semen Padang, can generally be categorized as healthy. These results indicate that the majority of learners in junior Semen Padang has a healthy personality. Based on the research results suggested: (1) Learners, could further enhance the display of healthy personality, so it can adapt to the environment so as to fulfill the needs with the demands (norms) environment. (2) Teachers BK, as an input to develop BK service program that fits the needs of learners, especially in providing services related to personality BK. (3) Researchers further, be used as guidelines for research related to personality issues. Keyword: personality profile, personality and personality learners. PENDAHULUAN Perkembangan kepribadian remaja merupakan hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara pribadi dengan lingkungannya. Lingkungan sosial bagi kelompok remaja merupakan sumber inspirasi yang dapat memberikan kekuatan fisik maupun kesehatan mental yang dapat mencegah timbulnya gangguan perkembangan kepribadian. Sebaliknya lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat pula menimbulkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya. Pendidik diharapkan dapat mengatasi berbagai kesulitan remaja sehingga perkembangan kepribadiannya dapat berlangsung dengan baik. Menurut Pikunas (Yusuf, 2009:200) kepribadian merupakan ”sistem yang dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai”. Sedangkan menurut Sjarkawi (2008:11) kepribadian adalah “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungannya, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir”. Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian menurut Schneiders (Yusuf, 2009:130) adalah “Penyesuaian”. Menurut Makmum (Yusuf, 2009:127) kepribadian diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”. Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut: 1. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. 2. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap ransangan-ransangan yang datang dari lingkungan. 3. Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersikap positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu). 4. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap ransangan dari lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa. 5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. 6. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian individu adalah sejumlah ciri-ciri dan sifat-sifatnya sebagai perseorangan maupun cara-cara semuanya ini berpadu menjadi kesatuan yang utuh yang diaplikasikan oleh remaja ke dalam keseluruhan cara hidupnya dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan yang tampak dalam pola-pola tingkah lakunya yang dapat diukur oleh standar-standar masyarakat di mana dia hidup. Masa remaja menurut Yusuf (2009:101) merupakan saat berkembangnya jati diri. Perkembangan ini merupakan modal dasar bagi remaja dalam perkembangannya menuju masa dewasa. Selanjutnya pendapat ini diperkuat oleh Erikson (Yusuf, 2009:71) remaja merupakan masa berkembangnya identity. Erikson mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi dan menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya. Aspek-aspek perkembangan remaja menurut Yusuf (2009:101) meliputi: fisik, intelligensi (kecerdasan), emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral dan kesadaran beragama. Jadi masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari identitas diri yang meninggalkan masa kanak-kanak dan memasuki masa remaja. Usaha pencarian identitas diri oleh remaja banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi dan identifikasi. Tindakan untuk menemukan identitas diri yang dilakukan oleh remaja karena ingin diakui keberadaannya dalam lingkungannya sehingga remaja melakukan berbagai cara untuk menunjukkan eksistensinya. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, maka remaja akan mengalami krisis identitas, merasa tidak mampu untuk memilih dan mengarahkan dirinya dengan baik, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya mereka mungkin akan mengembangkan perilaku menyimpang, menutup diri, menampilkan kepribadian yang kurang baik seperti: tidak percaya diri, tidak disiplin, suka memberi alasan palsu, tidak bertanggung jawab atau bahkan remaja melakukan kriminalitas. Mungkin saja akan membentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan remaja yang sebenarnya, sehingga mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Remaja menjadi sering merasa tertekan atau justru menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya. Remaja dapat dipandang telah memiliki jati diri yang matang apabila sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, nilai-nilai agama dan kehidupan sosial baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pada masa remaja awal anak laki-laki dan perempuan sudah mengetahui perbedaan diantara yang baik dan yang buruk dan mereka sudah mulai menilai sifat-sifatnya sesuai dengan sifat teman-temannya. Sifat ini akan menyadarkan anak laki-laki dan perempuan terhadap pentingnya kepribadian dalam kehidupan sosial dan karenanya mereka akan menempuh cara untuk memperbaiki kepribadiannya lewat baca buku, haus motivasi dan ingin mendapatkan arahan dari orang lain. Pengalaman remaja sejak kecil yang penuh konflik dan kurang mendapat bimbingan keagamaan akan berdampak kurang baik bagi perkembangan remaja. Remaja cenderung akan mengalami kegagalan dalam mengikuti program sekolah dan cenderung memiliki sifat pribadi tidak jujur, tidak disiplin, tidak percaya diri, suka memberi alasan-alasan untuk menutupi kelemahannya dan meremehkan normanorma yang berlaku di masyarakat. Sebaliknya pengalaman yang menyenangkan akan mempengaruhi sifat-sifat pribadi yang taat hukum dan tidak melampaui batas. Jadi remaja dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan ternyata tidak semuanya mampu menampilkan kepribadian yang sehat, normal atau yang secara wajar, diantara mereka ada juga yang menampilkan kepribadian yang tidak sehat. Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPLBK) Sekolah yang peneliti laksanakan pada tanggal 12 Agustus sampai 14 Desember 2013 di SMP Semen Padang terlihat bahwa peserta didik ada yang menampilkan kepribadian yang sehat seperti: peserta didik yang datang ke sekolah tepat waktu, peserta didik yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi jika diminta tampil di depan kelas atau di depan umum, peserta didik yang mempunyai rasa bertanggung jawab dalam dirinya sehingga melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh, jika mengalami kegagalan misalnya dalam ujian, dia tidak mencari kambing hitam untuk disalahkan, peserta didik yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga mudah bergaul dengan orang lain, peserta didik yang bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain, peserta didik yang menepati janjinya sehingga dipercaya oleh teman-temannya. Adapun peserta didik yang terlihat menampilkan kepribadian yang tidak sehat seperti: peserta didik tidak mengatur jadwal belajarnya dengan baik, peserta didik yang datang terlambat ke sekolah karena kurang tertanam jiwa disiplin dalam dirinya, peserta didik yang sering berbohong untuk menutupi kesalahannya, peserta didik yang tidak percaya diri jika diminta oleh guru untuk tampil di depan kelas, peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar seperti mengharapkan bantuan dari orang lain, peserta didik yang kurang gigih dalam belajar seperti mengerjakan tugas yang diberikan guru, peserta didik yang tidak yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya, peserta didik yang kurang tertanam rasa bertanggung jawab dalam dirinya, peserta didik yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga sulit bergaul dengan teman sebaya dan ada juga peserta didik yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik seperti jika ditegur guru, dia langsung melawan dan membangkang. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Profil Kepribadian Peserta Didik di SMP Semen Padang”. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka identifikasi masalah penelitian ini adalah adanya peserta didik yang tidak disiplin, tidak percaya diri, kurang mandiri, tidak jujur untuk menutupi kelemahannya, kurang gigih dalam belajar, tidak yakin terhadap kemampuannya, kurang tertanam rasa bertanggung jawab dalam dirinya, kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Batasan masalah penelitian ini adalah profil karakteristik kepribadian yang sehat peserta didik di SMP Semen Padang. Rumuskan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana profil kepribadian peserta didik di SMP Semen Padang?”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui profil karakteristik kepribadian yang sehat peserta didik di SMP Semen Padang. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Peserta Didik. Sebagai bahan masukan untuk menjadi pribadi yang baik sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan menemukan identitas atau jati dirinya. 2. Guru BK. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam merumuskan program bimbingan dan konseling untuk 3. 4. 5. 6. membantu peserta didik dalam mengembangkan kepribadiannya dengan baik. Kepala Sekolah. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pendidikan dan juga sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah untuk mencapai tugas perkembangan kepribadian secara optimal kepada peserta didik. Peneliti. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian dan mengetahui manfaat yang diperoleh peserta didik tentang pentingnya memiliki kepribadian yang sehat. Pimpinan Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat. Bahan masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan untuk menyiapkan tenaga-tenaga guru pembimbing di sekolah yang profesional khususnya dalam membentuk kepribadian peserta didik di sekolah. Peneliti Selanjutnya. Sebagai dasar dan landasan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah kepribadian. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Lehmann ( A. Muri Yusuf, 2005:83) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mengambarkan fenomena secara detail. Adapun populasi dalam penelitian ini sebanyak 516 orang peserta didik. Teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling. Menurut Yusuf (2007:198) stratified random sampling merupakan “suatu prosedur atau cara dalam menentukan sampel dengan membagi populasi atas beberapa strata sehingga setiap strata menjadi homogen dan tidak tumpang tindih dengan kelompok lain”. Sumber data penelitian ini adalah data primer, data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama yaitu peserta didik di SMP Semen Padang. Alat pengumpul data adalah angket. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Sudijono (2010:43) dengan rumus: P= ×100 Keterangan: P : Persentase f : Frekuensi n : Jumlah skor item (total) 100 : Jumlah angka mutlak HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil kepribadian peserta didik di SMP Semen Padang. Dilihat secara umum dapat diketahui bahwa dari 84 orang responden, terdapat 14 orang responden berada pada tingkat klasifikasi 81%-100% dengan kategori sangat sehat, jika dipersenkan 16,67%, pada tingkat klasifikasi 61%-80% dengan kategori sehat terdapat 70 orang responden, jika dipersenkan 83,33%, pada kategori cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat tidak ada. Berdasarkan hasil penelitian tentang profil kepribadian peserta didik di SMP Semen Padang tergolong ke dalam kategori sehat. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik mampu menilai diri secara realistik tergolong ke dalam kategori sehat. 2. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik mampu menilai situasi secara realistik tergolong ke dalam kategori sehat. 3. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik tergolong ke dalam kategori sehat. 4. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik menerima tanggung jawab tergolong ke dalam kategori sehat. 5. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik kemandirian tergolong ke dalam kategori sehat. 6. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik dapat mengontrol emosi tergolong ke dalam kategori sehat. 7. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik berorientasi tujuan tergolong ke dalam kategori sehat. 8. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik berorientasi keluar tergolong ke dalam kategori sehat. 9. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik penerimaan sosial tergolong ke dalam kategori sehat. 10. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik memiliki filsafat hidup tergolong ke dalam kategori sehat. 11. Data mengenai profil kepribadian peserta didik dilihat dari karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik berbahagia tergolong ke dalam kategori sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (Yusuf, 2009:130) bahwa penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai dirinya sebagaimana apa adanya, baik kelebihan maupun kelemahannya yang menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan). 2. Mampu menilai situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna. 3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu dapat menilai prestasinya (keberhasilan yang 4. 5. 6. 7. 8. 9. diperolehnya) secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami “superiority complex”, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan dalam hidupnya. Apabila mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistik (penuh harapan). Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Kemandirian. Individu memiliki sikap mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif dan konstruktif, tidak destruktif (merusak). Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Namun, dalam merumuskan tujuan itu ada yang realistik dan ada yang tidak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupaya untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan) dan keterampilan. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar. Dia bersikap respek, empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikirnya. Menurut Leonard (Yusuf, 2011:31) mengemukakan sifat-sifat individu yang berorientasi keluar yaitu: 1). Menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri; 2). Merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain; 3). Tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain. 10. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama. 11. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan. Kebahagiaan itu didukung oleh faktorfaktor pencapaian prestasi, penerimaan dari orang lain dan perasaan dicintai atau disayangi orang lain. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang profil kepribadian peserta didik di SMP Semen Padang yang telah dipaparkan pada pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa profil kepribadian peserta didik di SMP Semen Padang berada pada kategori sehat sebanyak 83,33% dari responden. Hasil ini menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang mempunyai kepribadian yang sehat. Hal ini disebabkan oleh peserta didik menampilkan karakteristik kepribadian yang sehat dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan yang ditandai dengan karakteristik mampu menilai diri secara realistik, mampu menilai situasi secara realistik, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik, menerima tanggung jawab, kemandirian, dapat mengontrol emosi, berorientasi tujuan, berorientasi keluar, penerimaan sosial, memiliki filsafat hidup dan berbahagia. SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa saran bagi: 1. Peserta didik, agar lebih mampu meningkatkan dalam menampilkan kepribadian yang sehat, sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sehingga terpenuhi kebutuhan dengan tuntutan (norma) lingkungan. 2. Orang Tua, agar lebih dapat membimbing dan membentuk kepribadian si anak sehingga tercapai tugas perkembangannya. 3. Guru BK, sebagai masukan untuk menyusun program pelayanan BK yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik khususnya dalam memberikan layanan BK yang menyangkut kepribadian. 4. Kepala Sekolah, sebagai masukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pendidikan dan bahan masukan untuk mencapai tugas perkembangan kepribadian secara optimal kepada peserta didik. 5. Peneliti, untuk bisa menjadi bahan masukan dan menambah wawasan tentang permasalahan yang dialami oleh peserta didik yang menyangkut kepribadian. 6. Pimpinan Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, sebagai masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan untuk menyiapkan tenaga-tenaga guru pembimbing di sekolah yang profesional khususnya dalam membentuk kepribadian yang sehat peserta didik di sekolah. 7. Peneliti selanjutnya, dijadikan pedoman bagi penelitian yang berkaitan dengan masalah kepribadian. KEPUSTAKAAN Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian “Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah”. Padang: UNP Press Yusuf. A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian “Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah”. Padang: UNP Press Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya