BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum 2.1.1 Teori

advertisement
 BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Dasar/Umum
2.1.1 Teori Komunikasi
Kata
atau
istilah
komunikasi
(dari
bahasa
Inggris
“communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari
bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis
Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau
kesamaan makna.
Komunikasi
secara
terminologis
merujuk
pada
adanya
proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu
merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi
manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies—respond to and create
messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi
manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,
kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan
untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
10
11
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan
secara efektif dalam (Effendy, 1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara
yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan
sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1.
Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2.
Pesan (mengatakan apa?)
3.
Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4.
Komunikan (kepada siapa?)
5.
Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses
komunikasi
adalah
pihak
komunikator
membentuk
(encode)
pesan
dan
menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
2.1.1.1 Proses Komunikasi
Berangkat dari paradigma Lasswell, (Effendy, 1994:11-19) membedakan proses
komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
12
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna,
dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi
adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan.
Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan
yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator
memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang
diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk
menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan
lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam
konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah
komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut
(terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan
berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh
13
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan
pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh
oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience)
merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman
komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan
berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama
dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu
sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh (Sendjaja, 1994:33) yakni :
Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta
asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih
mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B
yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal
tersebut dengan si C, seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikasi
tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena
antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan,
pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasi akan
berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif
sama. Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka
kita harsu mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang
sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang
14
budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual,
sosial dan budaya dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan
komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh
atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi,
film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses
komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan
sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon,
surat, megapon, dsb.).
2.1.1.2 Konseptual Komunikasi
Deddy Mulyana (2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang
komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang
(atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung
15
(tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah,
radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya
kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru
bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab.
Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber.
Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja
dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon
orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja
untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti
menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan
sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
a. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku.
b. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu
pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku
penerima.
c. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunkate).
16
d. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu
transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada
penerima.
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau
aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal
atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau
nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau
umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (Wiryanto,
2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentuk
komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , dan
teknologi.
3. Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang
secara sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan
pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai
komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat
mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.
17
Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:
a. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan
makna di antara dua orang atau lebih.
b. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami
danberbagi makna.
c. William I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang
melibatkan gagasan dan perasaan.
d. Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi
antara dua orang atau lebih.
2.1.1.3 Fungsi Komunikasi
William I. Gorden (Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi
komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa
komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk
hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan
18
anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ...,
negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita
mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi
yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan
orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga
bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila
anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar
anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila
orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. George Herbert
Mead (Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant others
(orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita yang
mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita.
Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara
kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey
dan W.J. Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain
yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari
merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita.
Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group
(kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional mengikat
kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan
melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan
19
dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok
rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma
dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri
sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer
menurut persepsi anda.
b. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan
dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi
pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri
terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun
mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan
langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering
berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumenargumen yang terkadang tidak relevan.
c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh
kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan
orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan
dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses
dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita
sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara
rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang
hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan
orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya
20
lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan
sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih
dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih
tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis
dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi
kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan
ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh
rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima,
memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat
dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang
dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain,
mempertimbangkan
solusi
alternatif
atas
masalah
kemudian
mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
Perasaan-perasaan
tersebut
terutama
dikomunikasikan
melalui
pesan-pesan
nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin,
marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara
lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya
dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan
mengumpat,
mengepalkan
tangan
seraya
melototkan
matanya,
mahasiswa
21
memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan
demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun
dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai
dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan
lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku
tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang,
misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu
kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah
komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual
tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku,
bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi
instrumental
mempunyai
beberapa
tujuan
umum,
yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan,
dan juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan
membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi
komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan
22
dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan
bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan
pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan
yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik,
yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management),
yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji,
mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk
menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi,
misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis.
Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti
bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai
tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk
memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para
ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi. Misal pendapat Onong Effendy
(1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi,
mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam
Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai
berikut:
23
1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni
penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk
menanggapi lingkungannya .
3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
2.1.1.4 Ragam Tingkatan Komunikasi atau Konteks – Konteks Komunikasi
Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi
intrapribadi
(intrapersonal
communication)
yaitu
komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses
pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf
manusia.
2. Komunikasi
antarpribadi
(interpersonal
communication)
yaitu
kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain
dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada
tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang
memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah
perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama
pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.
3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi
yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Menurut
24
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam (Sendjaja,1994)
memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka
dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan
yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
4. Komunikasi
organisasi
(organization
communication)
yaitu
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto,
2005:52).
5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat
didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005:74) juga
menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi
publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah
besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu.
Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah
(umum).
Beberapa
pakar
komunikasi
menggunakan
istilah
komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk
komunikasi ini.
25
2.1.1.5 Kegunaan Belajar Ilmu Komunikasi
Mengapa
kita
mempelajari
ilmu
komunikasi?
(Ruben&Steward,2005:1-8)
menyatakan bahwa:
1. Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat
penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi.tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa
komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial
manakala kita berkomunikasi dengan orang lain.Demikian pula sebaliknya, orang
lain akan berkomunikasi dengan kita ,baik dalam jangka pendek ataupun jangka
panjang. Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu hubungan kita
bentuk, bagaimana cara kita memberikan kontribusi sebagai anggota keluarga,
kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu
komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut menjadi hal yang sangat
fundamental dalam kehidupan kita.
2. Komunikasi adalah merupakan suatu aktifitas komplek.
Komunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek dan menantang. Dalam hal ini
ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai
kompetensi komunikasi memerlukan understanding dan suatu ketrampilan sehingga
komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam (Ruben&Stewat,
2005:3) menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita memberikan perhatian
26
pada situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi baru dan kita menyadari
bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu persepektif di kehidupan manusia.
3. Komunikasi adalah vital untuk suatu kedudukan/posisi yang efektif.
Karir dalam bisnis, pemerintah, atau pendidikan memerlukan kemampuan dalam
memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif,
memerlukan kerjasama antara satu dengan yang lain, dan dapat menerima atas
kehadiran ide-ide yang efektif melalui saluran saluran komunikasi. Untuk mencapai
kesuksesan dari suatu kedudukan/ posisi tertentu dalam mencapai kompetensi
komunikasi antara lain melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan
interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain
sebagainya.
4. Suatu pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik.
Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang
bersifat common sense dan setiap orang pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi.
Padahal sesungguhnya banyak yang tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang
baik karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang
disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga nonverbal, ada ketrampilan
komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara
interpersonal, ataupun secara kelompok sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai
anggota dengan baik, dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan
dalam berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki
27
ketrampilan berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Sehingga komunikasi itu
perlu kita pelajari.
5. Komunikasi adalah populer.
Komunikasi adalah suatu bidang yang dikatakan sebagai popular. Banyak
bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi
tentang pesan, ada juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang
profesiponal lainnya termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan, ilmu computer,
dan lain-lain. Sehingga sekarang ini komunikasi sebagai ilmu social/perileku dan
suatu seni yang diaplikasikan. Disiplin ini bersifat multidisiplin, yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain
sebagainya
2.1.2 Konsep Komunikasi Massa
Komunikasi
massa
merupakan
suatu
tipe
kumunikasi
manusia
(human
communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik,
yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. (Wiryanto, 2000 : 4)
Komunikasi massa dalam istilah bahasa inggris, Mass communication kependekan
dari mass media communication (komunikasi media masa). Artinya, komunikasi yang
menggunkan media massa.
28
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukaan oleh Bittner yakni :
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (mass communication is message comunicated through a mass
medium to alarge number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
komunikai massa itu harus menggunakan media massa. (Ardianto, 2007 : 3).
2.1.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa
Ada beberapa karakteristik dari komunikasi massa, sebagai berikut :
1. Komunikator terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikas masa
melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dala organisasi yang
kompleks.
2. Pesan bersifat umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan
untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.
3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Dalam
komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan ( anonim), karena
komunikasinya menggunakan media dan tatap muka. Disamping anonim,
komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat yang berbeda dan dikelompokan berdasarkan faktor : usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekejaan, latar belakang budaya, agama, tingkat
ekonomi.
29
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalaj
jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan
tidak tebatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara
serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Salah satu prinsip komunikasi adalah komunikasi mempunyai dimensi hubungan,
Dimensi ini menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan,
sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya, yag
juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui
media massa karena dapat melakukan kontak langsuga. Komunikator aktif
menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara
keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagai mana hal yang terjadi dalam
komunikasi antarpersona.
7. Stimulasi Alat Indera Terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera tergantung pada jenis media
massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran
dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi
dan film, menggunkan penglihatan dan pendengaran.
30
8. Umpan Balik Tertunda ( Delay feedback )
Komponen umpan balik atau lebih dikenal dengan feedback merupakan faktor
penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali
dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto. 2007 :
7-11).
2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Media komunikasi massa dalam melakukan proses komunikasi dapat mengatasi
segala rintangan baik itu berupa jarak dan waktu, karena memiliki kecepatan dan
dapat melakukannya secara serentak. Selain itu, media komunikasi massa sifatnya
terbuka arinya siapa saja boleh mengakses setiap informasi tanpa mengenal jenis
kelamin, suku bangsa, agama, dan pekerjaan. Adapun fungsi dari media komunikasi
massa, yaitu :
1. Fungsi Pengawasan ( surveillance )
Fungsi pengawasan dalam media komunikasi massa adalah untuk menyampaikan
kepada masyarakat mengenai pesa atau informasi-informasi yang berkaitan dengan
ancaman bagi masyarakat. Seperti, mengenai angin topan dan tsunami.
2. Fungsi Penafsiran ( Interpretation )
Media massa tidak hanya memasok faka atau data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Tujuan dan fungsi penafsiran adalah
ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan
membahasnya.
31
3. Fungsi Pertalian ( Linkage )
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beraga, sehingga
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
4. Fungsi Penyebaran Nilai-Nilai ( Transmission of Values )
Fungsi ini disebut sebagai sosialisasi. Sosialisasi ini mangecu kepada caa dimana
individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili
gambaran masyarakat memperlihatkan kepada kita bagaimana kita bertindak dan apa
yang mereka harapkan.
5. Fungsi Hiburan ( Entertaiment )
Fungsi hiburan lebih banyak pada media komunikasi massa seperti televisi.
Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan dan siarnya banyak
dimuati oleh unsur hiburan ( Ardianto, 2007 : 15-17).
2.1.2.3 Efek Komunikasi Massa
Efek pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media massa timbul
pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada
khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Ada tiga jenis efek yang
berpengaruh pada khalayak, diantaranya :
1. Efek Kognitif
Berhungungan dengan pemikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula
tidak tahu, yang tadinya tidak menreti, yang tadinya bingung, menjadi merasa jelas.
32
2. Efek Afektif
Berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah,
mendengarkan radio, mennton acara televisi atau film bioskop, timbul perasaan
tertentu pada khalayak. Erasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacammacam, senang sehingga tertawa terbahak-bahak, sedih sehingga mencucurkan air
mata, takut sampai merindin, dan lainlain perasaan yang bergejolak dalam hati.
3. Efek Konatif
Tidak langsung timbul sebgai akibat terpaan media massa, melainkan didahului
oleh efek kognitif dan atau efek afektif. Dengan lain perkataan, timbulnya efek
konatif stelah muncul kognitif dan atau efek afektif. Dampak konatifadalah dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindkn, atau kegiatan. ( Onong
Uchjana, 2000 : 318 – 319 ).
2.1.2.4 Ciri Komunikasi Massa
Sebenarnya setiap definisi dari komunikasi massa itu secara prinsip mengandung
suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan definisi lainnya dapat
dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula, kita dapat mengetahui
karakteristik komunikasi massa.
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:
1. Komunikator Terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya.Seperti yang sudah
diketahui sebelumnya bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik
33
media cetak atau media elektronik. Komunikasi juga melibatkan lembaga, dan
komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks
2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan
untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh
karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.
Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini namun, tidak
semua fakta dan peristiwa yang terjadi di ekitar kita dapat dimuat dalam media
massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus
memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi
sebagian besar komunikan. Dengan demikian,kriteria pesan yang penting dan
menarik itu mempunyai ukuran tersendiri.
3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Sedangkan
dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonym)
karena,komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka.
Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen karena,
terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan
berdasarkan factor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang
budaya, agama dan tingkat ekonomi.
34
4. Media Massa Menimbulkan Kesempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi laiinya adalah
jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan tidak
terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak
pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
Effendy (1981) mengartikan kesempakan media massa itu sebagai keserempakan
kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator
dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.
Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi
dan dimensi hubungan (Mulyana,2000:99). Dimensi ini menunjukkan bagaimana
cara mengantarkannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu.
Dalam konteks komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenal dengan
komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting, bagaimana seorang komunikator
menyusun pesan secara sistematis, baik, sesuai dengan jenis medianya, agar
komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Selain ada cirri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan
dengan komunikasi lainnya, ada juga cirri komunikasi massa yang merupakan
kelemahnnya. Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan
komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif
35
menyampaikann pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara
keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam
komunikasi atarpersona. Dengan kata lain,komunikasi massa itu bersifat satu arah.
7. Umpan Balik Tertunda dan Tidak Langsung
Feedback meruapakan factor penting dalam proses komunikasi antarpersona,
komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Efektivitas komunikasi seringkali
dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.
Dalam proses komunikasi massa, feedback bersifat tidak langsung dan tertunda.
Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui
bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampakaiannya.
2.1.2.5 Peranan Komunikasi Massa
Melalui komunikasi massa kita menjadi tahu berbagai macam informasi. Tak
pelak lagi komunikasi melalui media massa dapat menembus kehidupan kita. Kita
mendengarkan radio siaran ketika mengendarai mobil atau tinggal di rumah,
membaca surat kabar pada pagi dan sore hari, menonton televisi pada malam hari,
walaupun motif kita menerpakan diri oada isi media berbeda-beda.
Gamble dan Gamble (2001) mengatakan, sejak lahir sampai meninggal,semua
bentuk komunikasi memainkan manusia. Apa pun pekerjaan, kegiatan atau waktu
luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan
dalam kehidupan mereka.
36
2.1.2.6 Fungsi Komunikasi Massa bagi Masyarakat
Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi,kendati dalam
setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi
komunikasi tealh menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi
komunikasi melalui media massa. Berikut fungi-fungi komunikasi massa tersebut:
1. Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama,yaitu;
warning or beware surveillance (pengawasan peringatan), instrumental surveillance
(pengawasan instrumental).
Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan
tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang
memperihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini
dengan serta merta dapat menjadi ancaman.
Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi
yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan seharihari.
2.
Interpretation (penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Komunikasi massa
tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap
kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan
peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.
37
3. Linkage (pertalian)
Komunikasi massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk linkage berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang
sesuatu.
4. Tranmission of Values (penyebaran nilai-nilai)
Fungi penyebaran nilai tidak terlalu terlihat. Fungsi ini juga disebut socialization
(sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku
dan nilai kelompok. Komunikasi
gambaran
masyarakat
itu
massa melalui media massa yang mewakili
ditonton,
didengar
dan
dibaca.
Media
massa
memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka mewakili kita dengan model peran
yang kita amati dan harapan untuk menirunya.
5. Entertainment (hiburan)
Sulit dibantah bahwa pada kenyataannya, hampir semua komunikasi massa
dilakukan melalui media,sedangkan media memiliki fungi hiburan. Televisi
misalnya, televisi merupakan media massa yang mengutamakan sajian hiburan.
Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televise, khalayak dapat
memperoleh hiburan yang dikehendakinya.
2.1.3 Media Massa
Jika khalayak tersebut diketahui dimana mereka berada maka biasanya
digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada khalayak
(penerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.
38
Karakteristik media massa adalah :
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri
dari banyak orang, yakni dari pengumpulan, pengelolaan, sampai
pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memugkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
Kalau terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan dan
tertuduh.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan
jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan
stimulan, dimana informasi yang disampaikan oleh banyak orang
pada saat yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, surat kabar
dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja
dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku
bangsa.
2.1.4 Televisi Sebagai Media Massa
Pengertian TV dalam sistem penyiaran dengan disertai bunyi (suara) melalui
kabel atau angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan
39
bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi cahaya
yang dapat diingat.
Televisi adalah media massa yang memancarkan suara dan gambar atau secara
mudah dapat disebut dengan radio with picture atau move at home. Televisi
merupakan transmisi dari gambar visual yang disertai dengan suara atau bunyi yang
dikirimkan gelombang elekromagnetik oleh sebuah stasiun dan diterima oleh
perangkat televisi dirumah.
Televisi merupakan medium yang paling cepat perkembangannya di tahun 1980an, dalam jumlah pesawat dan kebebasan menonton orang Indonesia. Selama decade
ini jumlah pesawat televisi bertambah enam kali lipat, sementara radio meningkat
tiga kali data biro pusat satistik menunjukan tanpa ragu-ragu secara konsisten bahwa
pada akhir 1980-an, lebih banyak orang Indonesia menyaksikan televisi secara rutin
disbanding membaca Koran atau majalah atau mendengarkan radio (meskipun
seperti
ditunjukan, radio tetap penting di wilayah pedalaman atau pedesaan).
Dibeberapa bagian Sumatra padatahun 1986-1987, menonton televisi dilakukan dua
sampai tiga kali lebih banyak dari pada mendengarkan radio dikalangan penduduk
yang disurvey, dengan demikian para produsen dan distributor benda-benda
konsumen menganggap televisi sebagai alat penting efektif untuk menjangkau
khalayak luas.
Saat ini televisi dapat dikatakan sebagai media massa yang banyak diminati
masyarakat. Semua golongan ikut menikmati pesona dan popularitas televisi. Media
40
komunikasi yang satu ini mampu memikat segenap perhatian kita, namun pada saat
yang sama meredukasi dirinya terbatas pada aspek-aspek yang lebih bersifat
superficial, simple, dan material semata. Dengan melihat layer kaca dalam
kehidupan sehari-hari, individu seolah-olah terbawa kedimensi yang lain dari fiksi
dan imajinasi.
Menurut Lukas Batmomolin :“Televsi adalah bentuk media elektronik ampuh
yang dapat mendominasi dunia imajiner kita”. Dapat disimpulkan televisi memegang
peranan menjadi sasaran komunikasi dan pemawa cerita terbesar bagi kita melalui
program-programnya (2003 hlm 33).
2.1.4.1 Karakteristik Televisi
Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah
hanya satu alat indra yang mendapatkan stimulus. Radio siaran dengan indra
pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan .
a. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat
(audiovisual). Jdi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik
dan efek suara maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namum
demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata. Keduanya harus ada
kesesuaian secara harmonis.
41
b. Berfikir dalam gambar
Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah
acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berfikir
dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seseorang komunikator yang akan
menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan
erfikir dalam gambar.
2.1.4.2 Jenis dan Program Televisi
Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan
oleh stasiun televisi. Secara garis besar, program TV dibagi menjadi program berita
dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan
bentukjadi (format) teknis atau berdasarkan isi. Bentuk jadi teknis merupakan
bentukjadi umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti gelar
wicara (talk show), dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, dll. Berdasarkan isi,
program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program
hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk
berita secara garis besar digolongkan ke dalam warta penting (hard news) atau
berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan warta ringan (soft
news) yang mengangkat berita bersifat ringan.
Pengaturan penayangan program televisi di sebuah stasiun televisi biasanya
diatur oleh bagian pemrograman siaran atau bagian perencanaan siaran. Pada
umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu program
42
televisi berdasarkan perkiraan kecenderungan menonton peminat program tersebut.
Misalnya, pengaturan jadwal tayang siaran berita di pagi hari disesuaikan dengan
kecenderungan peminat penonton siaran berita. Keberhasilan sebuah program TV
saat ini diukur oleh tingkat konsumsi program tersebut oleh pemirsa atau biasa
disebut pemeringkatan. Pengukuran peringkat dilakukan oleh lembaga riset yang
menempatkan alat bernama "people meter" pada beberapa responden. Stasiun
televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat
banyak dan jenisnya sangat beragam.
Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi
selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan
dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran
dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai
program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1) program informasi (berita) dan; 2)
program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi
dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang
harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari
fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar
yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan.
Menurut Vane-Gross (1994) menentukan jenis program berarti menentukan atau
memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan
daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya.
43
Menurut Vane-Gross: the programmers must select the appeal through which the
audience will be reached (programer harus memilih daya tarik yang merupakan cara
untuk meraih audien). Selain pembagian jenis program berdasarkan skema di atas,
terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat
faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi: program berita,
dokumenter atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain
program drama atau komedi.
Istilah Talkshow adalah aksen dari bahasa inggris di Amerika. Di Inggris sendiri,
istilah Talkshow ini biasa disebut Chat Show. Pengertian Talkshow adalah sebuah
program televisi atau radio dimana seseorang ataupun group berkumpul bersama
untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi serius, yang
dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala, Talkshow menghadirkan tamu
berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Di lain hal juga,
seorang tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi pengalaman. Acara Talkshow
ini biasanya diikuti dengan menerima telpon dari para pendengar/penonton yang
berada di rumah, mobil, ataupun ditempat lain.
2.1.4.3 Dampak Media Massa Televisi
Mc Luhan mengemukakan the medium is the massage, media adalah pesan itu
sendiri. Oleh karena itu, bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Seperti
yang telah dijelaskan bahwa yang mempengaruhi khalayak bukan apa yang
disampaikan oleh media, tetapi jenis media komunikasi yang digunakan oleh
44
khalayak tersebut, baik tatap muaka atau media cetak atau elektronik. Menurut
Steven M. Chaffe, ada lima jenis dampak kehadiran media massa sebagai benda
fisik, yaitu: dampak ekonomis, social, dampak pada penjadwalan kegiatan, dampak
penyaluran atau penghilangan prasaan tertentu, dan dampak secara pesan yaitu:
dampak kognitif, dampak afektif, dan dampak konatif.( Elvinaro Ardiamto dan
Lukiati Komala op.cit hal 52 )
1. Dampak Kognitif
Dampak kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informative bagi dirinya. Dalam dampak kognitif ini akan dibahas tentang
bagaimana media massa dapat membantu khalayak dan mempelajari informasi yang
bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.
2. Dampak Konatif
Dampak konatif (behavioral) merupakan akibat yang timbul dari pada diri
khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
3. Dampak Afektif
Dampak ini kadarnya lebih tinggi dari pada dampak kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih
dari itu, halayak dapat turut merasakan perasaan ibah, terharu, sedih, gembira, marah
dan sebagainya.
45
Menurut Asch, semua bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan
pengetahuan yang kita miliki ( Jakarta 2001 hlm 69 ). Sikap selalu diarahkan oleh
objek, kelompok, atau orang yang disebut objek sikap.
Hubungan kita dengan ojek sikap pasti didasarkan pada informasi yang kita
peroleh tentang sifat-sifat objek sikap, dimana sikap pada seseorang atau sesuatu
bergantung pada citra kita tentang orang atau objek tersebut. Asch menyimpulkan,
“there cannot therefore be a theory of attitudes or of social action that is not
grounded in an examination of their cognitive foundation”. (tidak ada teori sikap
atau aksi-sosial yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar
kognitifnya). Secara sangat sederhana.
Lebih lanjut McDavid dan Harari mengidentifikasi adanya empat karakter sikap
yaitu:
1. Memiliki objek sikap seperti; manusia, benda atau peristiwa, tempat,
gagasan atau situasi, dan kelompok.
2. Memiliki arah, positif-negatif, suka-tidak suka.
3. Motivasional dan evaluasional.
4. Dipelajari atau hasil belajar
46
2.2 Teori-teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas
2.2.1 Teori S-O-R
Prinsip stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang
sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan
demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat
antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini
adalah: pesan (stimulus), seorang penerima atau receiver (organisme), efek
(respons).
Prinsip stimulus respons ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori
klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh.
Dalam teori ini isi media dipandang sebagai obat yang disuntikkan kedalam
pembuluh darah atau audience, yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti
yang diharapkan. Dibalik konsepsi ini sesungguhnya terdapat dua pemikiran yang
mendasarinya:
1. gambaran mengenai suatu masyarakat modern yang merupakan agregasi
dari individu-individu yang relatif terisolasi (atomized) yang bertindak
berdasarkan kepentingan pribadinya, yang tidak terlalu terpengaruh oleh
kendala dan ikatan sosial.
2. suatu pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah
sedang melakukan kampanye untuk mobilisasi perilaku sesuai dengan
47
tujuan dari berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat (biro iklan,
pemerintah, parpol dan sebagainya).
Dari pemikiran tersebut, dikenal apa yang disebut “masyarakat massa”, dimana
prinsip
stimulus-respons
mengasumsikan
bahwa
pesan
dipersiapkan
dan
didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara
serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu, dan bukan
ditunjukan pada orang per orang. Penggunaan teknologi untuk penerimaan dan
respons oleh audience. Dalam hal ini tidak diperhitungkan kemungkinan adanya
intervensi dari sktuktur sosial atau kelompok dan konsekuensinya, seluruh individu
yang menerima pesan dianggap sama atau seimbang. Jadi, hanya agregasi jumlah
yang dikenal, seperti konsumen, supporter dan sebagainya. Selain itu diasumsikan
pula bahwa terpaan pesan-pesan media, dalam tingkat tertentu, akan menghasilkan
efek. Jadi kontak dengan media cemerlang diartikan dengan adanya pengaruh
tertentu dan media, sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan media
tidak akan terpengaruh.
Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulusrespons dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi
massa (individual differences). Disini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi
stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-bed dengan karakteristik pribadi
dari para anggota audience. Teori Defleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya
intervensi variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media
massa dalam menghasilkan efek.
48
Berangkat dari teori perbedaan individu dan stimulus-respons ini, Defleur
mengembangkan model psikodinamik yang didasarkan pada keyakinan bahwa kunci
dari persuasi yang efektif terletak pada modifikasi struktur psikologis internal
individu. Melalui modifikasi inilah respons tertentu yang diharapkan muncul dalam
perilaku individu akan tercapai. Esensi dari model ini adalah fokusnya pada variabelvariabel yang berhubungan dengan inidividu sebagai penerima pesan, suatu
kelanjutan dari asumsi sebab-akibat, dan mendasarkan pada perubahan sikap sebagai
ukuran bagi perubahan perilaku.(2007.5.15)
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini, semua berasal dari
psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu
manusia yang
jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku,
kognisi afeksi dan konasi.
49
Tabel 2.2
Teori S-O-R
Variabel komunikasi
Æ
Variabel Organisme
Æ
Variabel Efek
* Variabel Komunikator
* Perhatian
* Perubahan kognitif
- Kredibilitas
* Pengertian
* Perubahan afektif
- Daya tarik
* Penerimaan
* Perubahan
- Kekuasaan
* Variabel Pesan
- Struktur
- Gaya
- Appeals
* Variabel Media
behavioral
50
Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap
stimulus
khusus
sehingga
seseorang
dapat
mengharapkan
dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur
dalam model ini adalah:
-
Pesan (stimulus, S)
-
Komunikan (organism, O)
-
Efek (Response, R)
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau
mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Kredibilitas terdiri dari dua unsur yaitu: keahlian dan kejujuran. Keahlian diukur
dengan sejauh mana komunikan menganggap komunikator mengetahui jawaban
yang “benar”, sedangkan kejujuran dioperasionalisasikan sebagai persepsi
komunikan tentang sejauh mana komunikator bersikap tidak memihak dalam
menyampaikan pesannya.
Daya tarik diukur dengan kesamaan, familiaritas dan kesukaan. Kekuasaan
dioperasionalisasikan
dengan
tanggapan
komunikan
tentang
kemampuan
komunikator untuk menghukum atau memberi hukuman, kemampuan untuk
memperhatikan apakah komunikan tunduk atau tidak, dan kemampuan untuk
meneliti apakah komunikan tunduk atau tidak.
51
Variabel pesan terdiri dari struktur pesan, gaya pesan, appeals pesan. Struktur
pesan ditunjukan dengan pola penyimpulan, pola urutan argumentasi (mana yang
lebih dahulu, argumentasi yan disenangi atau yang tidak disenangi), pola
objektivitas. Gaya pesan menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan
(perulangan, mudah dimengerti, pembedaharaan kata). Appeals pesan mengacu pada
motif-motif psikologis yang dikandung pesan.
Variabel media boleh berupa media elektronik ataupun media cetak.
Variabel organisme ditunjukkan dengan perhatian dan pengertian serta
penerimaan. Diurai oleh McGuire dalam bukunya, perhatian diukur dengan sejauh
mana komunikan menyadari adanya pesan, pengertian diukur dengan sejauh mana
komunikan memahani pesan, penerimaan dibatasi pada sejauh mana komunikan
menyetujui gagasan yang dikemukakan komunikan.
Variabel efek diukur dari segi kognitif (perubahan pendapat), penambahan
pengetahuan, segi afektif (sikap,perasaan,kesukaan) dan segi behavioral (perilaku).
2.2.2 Teori Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
52
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap
kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun
dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya
tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks
studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk
memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1)
durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put)
yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
2.2.2.1 Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya
berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak
dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)
kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem
needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
53
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama
(fisiologis) dan kedua
(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal
pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual
dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman
tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow
semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan
atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “
yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai
tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa
menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan
kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan
kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat
54
pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan
diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula
seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan
manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya
tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan
bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara
simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu
yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman
serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai
kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
-
Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di
waktu yang akan datang;
-
Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser
dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
-
Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.
55
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat
teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teoriteori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat
aplikatif.
Seseorang yang dengan sadar terlibat dalam aktivitas organisasi biasanya
mempunyai latar belakang atau motivasi tertentu. Menurut Maslow seperti yang
dikutip (Supardi dan Anwar, 2004:52) berpendapat sebagai berikut: social need
adalah tuntutan kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan akan menjalani hubungan
dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu
kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
Download