KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Secara fisik, Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat merupakan wilayah dataran rendah di tepi pantai, yang mempunyai topografi berbukit dan landai yang membentang di seluruh wilayah, serta pada beberapa kawasan juga terdapat rawa-rawa pasang surut. Adapun letak Kecamatan Sekotong berbatasan dengan: - Sebelah Utara : Kecamatan Lembar - Sebelah Selatan : Samudra Indonesia - Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah - Sebelah Barat : Selat Lombok Secara administratif, terdapat 6 desa di Kecamatan Sekotong, yang hampir keseluruhannya memiliki wilayah yang berbatasan dengan pesisir dan laut. Keenam desa tersebut masing-masing adalah Desa Sekotong Tengah, Buwun Mas, Desa Kedaro, Desa Sekotong Barat dan Desa Pelangan serta Desa Batu Putih yang merupakan pemekaran dari Desa Pelangan sejak tahun 2006. Luas wilayah daratan Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat secara administrasi adalah sebesar 34.523 ha. Wilayah pesisir yang dimiliki terdiri dari: 316 ha lahan perikanan; 25 ha rawa-rawa; 5.000 ha hutan dan 2,5 ha hutan bakau atau mangrove (DKP Lobar 2005). Di wilayah pesisir Sekotong, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga tipe pantai, yaitu pantai berpasir, pantai berhutan mangrove, dan pantai berlumpur. Elevasi dataran pantai ini berkisar antara 5 m hingga 50 m. Panjang garis pantai yang dimiliki wilayah Kecamatan Sekotong adalah sepanjang 208.515,88 meter, yang terdiri dari panjang pantai kawasan daratan sepanjang 172.352,97 meter, ditambah keliling pulau-pulau kecil yang ada yaitu sepanjang 36.162,91 meter (DKP Lobar 2005). Kondisi Iklim Wilayah Kecamatan Sekotong sekurang-kurangnya memiliki 75 hari hujan dengan curah hujan sekitar 123 mm per bulan dan kelembaban 97 % serta suhu rata-rata 270 C (DKP Lobar 2005). Kondisi Oceanografi Tabel 3 Kondisi umum oceanografi di Sekotong Parameter Kondisi Keterangan Kecepatan angin 35 knot Saat musim barat (Desember – Pebruari). Saat musim timur (Juni – September). 15 knot Salinitas < 33 ppm < 37,4 ppm < 34 ppm Pada kedalaman 0 -100m Pada kedalaman 125-175m Pada kedalaman 300-400m. Kedalaman laut 30 - 45 m, kemiringan 7-8% Pada jarak 600m dari garis pantai. Gelombang 1 – 1,5m Pasang surut 1 – 1,5m Kecepatan arus 0,002-0,035 m/det Arah arus Mengalir ke Timur Mengalir ke Barat Sumber : DKP Lobar (2005) Saat musim barat Saat musim timur Kondisi Sosial Pendidikan. Kualitas sumberdaya manusia di Desa Sekotong Barat dan Desa Pelangan, termasuk Desa Batu Putih relatif masih rendah. Hal ini terlihat dari masih cukup besarnya jumlah penduduk yang berpendidikan tidak tamat sekolah dasar. Adanya indikasi banyaknya penduduk yang belum tamat SD tersebut menuntut tingkat kepedulian pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah tersebut agar jumlah penduduk yang berpendidikan lebih tinggi dapat meningkat. Sedangkan peningkatan kualitas SDM pada penduduk dewasa diperlukan guna mendukung pengembangan ekowisata di kawasan ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan informal seperti pemberian pelatihan-pelatihan tentang ketrampilan yang berkaitan dengan wisata, seperti pembuatan kerajinan tangan, pemandu wisata, perhotelan dan sebagainya. Mata Pencaharian. Berdasarkan data BPS tentang sektor pekerjaan utama penduduk di Kecamatan Sekotong, diketahui bahwa sektor pertanian menduduki tempat tertinggi, dimana sektor pertanian yang dimaksud adalah dalam arti luas, termasuk peternakan dan perikanan. Jadi dari data tersebut, jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, padahal cukup banyak penduduk yang bermukim di wilayah pesisir. Curah hujan dan sumber air di kawasan ini terbatas, sehingga sebagian besar penduduk setempat hanya mengusahakan lahannya sebagai tegalan. Lahan yang produktif di kawasan ini sedikit, maka sebagian besar berupa semak belukar. Guna mengatasi hal ini diperlukan upaya pemerintah agar membudidayakan tanaman produktif yang tahan terhadap kekeringan namun bernilai ekonomi yang cukup tinggi. Agama. Mayoritas penduduk di kawasan ini adalah beragama Islam, oleh karena itu, dalam pengembangan ekowisata di kawasan ini harus mempertimbangkan budaya dan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat setempat. Hal ini agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat sehingga pembangunan ekowisata di kawasan ini dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman baik bagi masyarakat maupun wisatawan. Kondisi Prasarana dan Sarana Transportasi Prasarana transportasi di sepanjang lokasi penelitian merupakan bagian dari sistem transportasi di Kecamatan Sekotong. Sistem transportasi utama di daerah ini meliputi transportasi darat dan transportasi laut. Transportasi Darat. Prasarana transportasi darat yang ada di lokasi penelitian meliputi jaringan jalan sepanjang 86 km yang terdiri dari : jalan di Desa Sekotong Barat sepanjang 39 km, yang meliputi jalan propinsi 16 km dan jalan desa sepanjang 23 km. Sedangkan jaringan jalan di Desa Pelangan sepanjang 47 km, meliputi jalan negara sepanjang 14 km, jalan propinsi sepanjang 11 km, dan jalan desa sepanjang 22 km. Sementara jaringan jalan di Desa Batu Putih belum ada data tersendiri, karena desa ini merupakan pemekaran dari Desa Pelangan, yang secara administratif baru berjalan di tahun 2006 ini. Permukaan jaringan jalan di sepanjang pesisir Desa Sekotong Barat dan Pelangan umumnya dalam kondisi sudah diaspal, namun sebagian dalam kondisi rusak. Jaringan jalan di Desa Batu Putih, terutama mulai dari Dusun Brambangan sampai jalan menuju lokasi Taman Wisata Alam Bangko-Bangko berada dalam kondisi rusak berat. Bahkan akses jalan yang berada di areal TWA tersebut masih berupa jalan tanah berbatu-batu. Jaringan jalan ini merupakan pendukung bagi pengembangan kawasan ini menjadi daerah pariwisata berbasis ekowisata. Kondisi jaringan jalan yang saat ini terbatas tentu akan menghambat minat wisatawan untuk datang berwisata. Padahal di TWA Bangko-Bangko tersebut selain berupa kawasan hutan juga memiliki perairan pantai yang merupakan areal surfing yang diminati banyak wisatawan mancanegara. Sebagai pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat, pengembangan jaringan jalan di daerah ini merupakan hal yang penting dalam upaya pengembangan wilayah ini menjadi kawasan ekowisata, mengingat peran jalan sebagai akses kegiatan sosial ekonomi, dimana perkembangannya sangat tergantung dengan kondisi dan sarana jalan yang ada. Sarana angkutan umum untuk barang dan penumpang yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari kendaraan roda empat atau angkutan pedesaan dan kendaraan roda dua yang dioperasikan oleh para tukang ojek. Kendaraan lain yang menjadi ciri khas daerah setempat dan juga ciri khas daerah Lombok adalah cidomo, yaitu semacam dokar namun menggunakan roda mobil. Sarana angkutan inilah yang mendukung kegiatan masyarakat sehari-hari. Transportasi Laut. Prasarana transportasi laut sebagai akses menuju kawasan pesisir Sekotong adalah berupa pelabuhan Lembar yang terletak berbatasan dengan Kecamatan Sekotong. Ada juga beberapa pelabuhan tradisional yang dijadikan sebagai sarana penyeberangan, seperti pelabuhan nelayan di Labuan Poh dan beberapa lokasi pelabuhan penyeberangan ke pulau-pulau kecil (gugusan gili). Selain itu, juga ada lokasi pendaratan ikan yang dimanfaatkan masyarakat nelayan setempat Disamping itu, beberapa pengelola cottage dan sebagai resort pelabuhan. juga membangun darmaga kecil atau jeti sebagai akses tempat berlabuhnya kapal-kapal sewa ke kawasan penginapan tersebut. Sarana transportasi penyeberangan ke gugusan pulau-pulau kecil adalah perahu-perahu sewa bermesin, yang disewa dari tempat-tempat penyeberangan yang berada di Pantai Sekotong. Di samping itu, banyak juga wisatawan yang datang ke pulau-pulau kecil tersebut dan ke lokasi surfing di Tanjung BangkoBangko melalui kapal-kapal pesiar dari Pulau Bali. Kondisi Prasarana Listrik, Air, dan Komunikasi Penyediaan dan pembangunan ketiga prasarana dasar tersebut sangat penting diperhatikan berkaitan dengan upaya pengembangan daerah ini sebagai kawasan ekowisata. Listrik. Pelayanan listrik saat ini telah menjangkau hampir seluruh wilayah daratan kawasan pesisir Kecamatan Sekotong, menjangkau ke gugusan pulau-pulau kecil.. namun belum sampai Begitu juga dengan masyarakat yang ada di areal TWA Bangko-Bangko masih belum dapat menikmati sarana listrik. Perbandingan jumlah penduduk yang menggunakan fasilitas penerangan listrik jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk yang menggunakan penerangan minyak tanah. Hal ini dapat disebabkan oleh masih rendahnya daya beli penduduk terhadap fasilitas listrik, atau dapat juga karena jaringan listrik yang belum menjangkau sampai ke seluruh dusun yang ada di desa lokasi penelitian. Air Bersih. Masyarakat setempat mendapatkan air bersih dari sumber mata air di sumur, perigi atau mata air tanah dan sungai. Sampai saat ini, pelayanan air bersih di Kecamatan Sekotong belum dapat ditangani oleh PDAM. Hal ini tentu harus dipikirkan dan direalisasikan karena kebutuhan masyarakat akan air bersih adalah mutlak, terutama untuk mendukung pengembangan ekowisata di kawasan ini. Sedangkan di gugusan pulau-pulau kecil, sumber mata air tawar terdapat di Gili Gede, Gili Rengit, Gili Layar dan Gili Asahan. Di pulau-pulau kecil yang lain yang telah dihuni oleh beberapa penduduk seperti di Gili Nanggu, Gili Tangkong dan Gili Sudak, hanya terdapat sumber mata air payau. Air payau tersebut hanya dimanfaatkan oleh penduduk untuk MCK, sedangkan untuk air minum dan memasak mereka membeli kebutuhan air tawar dari kawasan daratan Sekotong. Komunikasi. oleh Sarana komunikasi yang menyebar dan dapat dinikmati hampir semua masyarakat di seluruh lokasi penelitian adalah berupa pesawat radio dan pesawat televisi. Sedangkan sarana komunikasi aktif seperti pesawat telepon juga telah menjangkau masyarakat di lokasi, namun kepemilikannya masih terbatas. Berdasarkan data BPS, terdapat sekitar 17 pesawat telepon yang tersebar di seluruh pedesaan. Warung telekomunikasi juga ada di lokasi penelitian, namun jumlahnya juga masih terbatas di sekitar pusat pemerintahan desa. Di kawasan ini juga terdapat jaringan telepon milik salah satu operator telepon swasta, sehingga masalah komunikasi melalui telepon bukan merupakan kendala dalam menunjang pengembangan daerah ini menjadi kawasan ekowisata. Sarana komunikasi lain yang dimiliki oleh masyarakat di lokasi penelitian adalah Kantor Pos Pembantu yang terdapat di sekitar pusat pemerintahan Kantor Kecamatan Sekotong. Kondisi Akomodasi Sarana akomodasi merupakan sarana pendukung yang sangat diperlukan bagi daerah wisata. Sarana akomodasi ini terutama berupa penginapan, rumah makan atau restauran, dan sarana penunjang lain seperti tourist information center dan penyewaan peralatan snorkeling dan diving. Berdasarkan survei, dapat diketahui bahwa fasilitas akomodasi di lokasi penelitian masih sangat terbatas, mengingat areal kawasan pengembangan ekowisata yang cukup luas. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat, agar dapat menambah fasilitas akomodasi di kawasan pesisir Sekotong. Penyediaan fasilitas akomodasi guna menunjang kegiatan ekowisata sebenarnya tidak perlu yang mewah, namun yang penting menarik, bersih dan nyaman. Pemerintah dapat bekerjasama dengan pengusaha lokal ataupun dengan memberdayakan tempat tinggal masyarakat setempat melalui pemberian dukungan fasilitasi dan sosialisasi. Dengan tersedianya fasilitas akomodasi yang lebih memadai diharapkan dapat menarik jumlah wisatawan dan kesempatan untuk tinggal lebih lama di daerah tersebut. Adapun yang ada di lokasi dapat dilihat di Lampiran 11. data sarana akomodasi