PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DARI LIMBAH SAMPAH DOMESTIK Oleh : Aris Sudarwanto Balitbang Provinsi Riau Manusia merupakan penghasil sampah nomor satu di dunia. Sampah dapat dibedakan menjadi dua, menurut kemampuannya untuk didegradasi, yaitu sampah anorgnik dan organik. Sampah organik adalah sampah yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme menjadi bentuk senyawa yang lebih kecil. Dan sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk Lain. Sampah yang dihasilkan oleh manusia kebanyakan adalah sampah organik, dimana sampah organik adalah sampah yang dapat didegradasi oleh bakteri di alam. Selain itu sampah anorganik dan kaca juga merupakan sampah-sampah yang banyak dihasilkan oleh manusia. Tanpa disadari manusia itu sendiri merupakan produsen utama sampah diseluruh dunia. Terlebih jika kita mengerucutkan masalah ini pada willayah tertentu seperti Pekanbaru. Penduduk Kota Pekanbaru tahun 2012 sebanyak 964.558 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 490.339 jiwa dan penduduk perempuan 474.219 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Tampan, yaitu sebanyak 179.470 jiwa (19,13 persen) (sumber : BPS Riau). Urbanisasi yang seiring berjalan waktu meningkat dan populasi bertambah, memunculkan masalah baru di Pekanbaru yaitu sampah. Pekanbaru sendiri merupakan suatu kota dengan tingkat kepadatan penduduk 1.483,47 jiwa/km2. Banyaknya penduduk berbanding lurus dengan peningkatan jumlah sampah. Sampah yang dihasilkan rerata oleh masing-masing penduduk adalah 0,5 kg perhari. Ini berarti sampah dihasilkan sebanyak 741,73 kg/ km2 perhari. Jumlah ini belum termasuk sampah yang berasal dari unit pelayanan masyarakat seperti perkantoran, rumah sakit dan sekolah. Kehidupan masyarakat modern memproduksi sampah lebih banyak daripada masyarakat tradisional. Kenyataan ini bisa disaksikan di kota-kota besar, yaitu persoalan penanganan sampah yang tak kunjung terpecahkan (Sumber : Bayu Indrawan, 2009). Sampah merupakan segala sesuatu yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan mengonversi barang-barang ini menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis dapat memberikan dampak yang sangat bagus, baik pada sisi ekonomis maupun lingkungan. Limbah sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos itu sendiri mempunyai banyak kegunaan yakni memperbesar daya ikat tanah berpasir, menambah daya ikat air tanah, memperbaiki drainase tata udara tanah, dan mengandung hara. Kompos adalah pupuk organik yang merupakan hasil penguraian atau dekomposisi bahan organik yang dihasilkan dari tanaman, hewan, sampah, yang dilakukan oleh mikroorganisme aktif, seperti bakteri dan jamur. Tidak semua sampah rumah tangga bisa dibuat kompos. Hanya sampah yang berasal dari kulit buah, sisa sayur, sisa buah, dan sisa makanan dan sampah kebun seperti dedaunan dan rumput yang dijadikan kompos. Berikut cara dan langkah-langkah pembuatan pupuk kompos : Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposter, aerator (air pump), selang, ember, alat pencacah, kayu pengaduk, thermometer, cawan porselin, oven, timbangan analitik, desikator dan pH meter. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah organik yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan, sampah makanan, kertas, bioaktivator EM4, TSP, dedak dan kapur pertanian. Pembuatan Kompos 1. Sampah organik dicacah dengan ukuran 3-4 cm. Pencacahan dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan. 2. Sampah yang telah dicacah dimasukkan kedalam 4 buah komposter masing-masing 15 kg. Bioaktivator EM4 dimasukkan kedalam 3 buah komposter masing – masing 150 ml, 225 ml dan 300 ml, dan 1 buah komposter sebagai kontrol tanpa EM4. Selanjutnya ditambahkan juga TSP 250 gr, dedak 1 kg, dan kapur pertanian 1 kg ke dalam 4 buah komposter, serta diaerasi dengan cara mengalirkan udara menggunakan aerator pada masing-masing komposter sebesar 1,5 l/m . Selanjutnya bahan baku kompos dalam masing-masing komposter diaduk dengan kayu hingga rata. Proses pengomposan berjalan selama 30 hari (4 minggu). Setalah 30 (tiga puluh) hari atau 4 (empat) minggu didiamkan, kita harus melakukan pengamatan fisik kompos. Beberapa kondisi fisik kompos yang perlu diperhatikan ialah : Warna Warna kompos yang dihasilkan coklat kehitaman. Uji kenampakan kompos telah memenuhi standar kualitas kompos ( SNI 19-7030-2004 ). Bau Bau kompos yang dihasilkan berbau tanah. Uji bau kompos telah memenuhi standar kualitas kompos ( SNI 19-7030-2004 ). Bentuk Wujud akhir kompos berbentuk remah–remah dan hancur, berbeda dengan bentuk bahan baku kompos pada awal proses pengomposan. Wujud fisik kompos matang pada penelitian ini sesuai dengan pendapat Wahyono dkk (2003), bahwa wujud fisik kompos matang hancur dan tidak menyerupai bentuk aslinya, tidak berbau dan warna kompos gelap coklat kehitaman menyerupai tanah hutan atau pertanian. Reduksi/ Penyusutan Kompos Bahan kompos matang akhir akan mengalami penurunan volume atau berat lebih dari 60% dari berat awal. Reduksi bahan kompos pada masing–masing komposter disebabkan karena pada saat proses pengkomposan terjadi perombakan bahan–bahan kompos oleh sejumlah mikroorganisme yang mana mikroorganisme-mikroorganisme tersebut merubah bahan–bahan kompos yang berupa bahan organik menjadi produk metabolisme berupa karbondioksida (CO2), air (H2O), humus dan energi. (AS) Sumber : Balitbang Provinsi Riau: Kajian Pembuatan Pupuk Kompos Dari Limbah Domestik Tanpa Menggunakan BBM. 2014. Pekanbaru : Balitbang Provinsi Riau. Haryono, Nur (2015) :Serba Serbi Pupuk Organik.