UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KIMIA FARMA TRADING AND DISTRIBUTION JL. BUDI UTOMO NO. 1 JAKARTA PUSAT PERIODE 23 SEPTEMBER – 01 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI DESYE NURMALITA TANAN, S.Farm. 1206329461 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KIMIA FARMA TRADING AND DISTRIBUTION JL. BUDI UTOMO NO. 1 JAKARTA PUSAT PERIODE 23 SEPTEMBER – 01 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker DESYE NURMALITA TANAN, S.Farm. 1206329461 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 HALAMAN PENGESAHAII LaporanPraktikKerja Profesiini diajukanoleh: DesyeNurmalitaTanan,S.Farm. Nama NPM t20632946r Apoteker FrogramStudi LaporanPraktik Kerja ProfesiApotekerdi PT. Kimia Farma Judul Laporan TradingandDistribution,Jl. Budi UtomoNo.1 JakartaPusat Periode23 September - 01 November2013 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas lndonesia DEWAN PENGUJI #s trF.r PembimbingI PembimbingII : Drs. Taufik Hidayat, Apl 1; r"[' sffi ;rF.- : Dr. Harmita,Apt. :r w . 'rB.lf . ,- b ...,6 f,, ' .---' ,.t0-1, PengujiI PengujiII PengujiIII .Aoi?rhurob. \15,{f,b. I ho. D.g"r* 9. Iyt.r..\{r$....M.,....... r. .1/1,* {:........:r-7-........1 I t^--tr-- , .h,..H,b..0$9.*.1l|..W,,.M.'...... (...................ir..........) Ditetapkandi : Depok Tanggal : lo Jcn\[n ro( 111 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 HALAMAN PERITIYATAAIIT ORISINALITAS LaporanPraktik Kerja ProfesiApotekerini adalahhasil karya sayasendiriodan sernuasnnber baik yang dih$ip mauprn dirujuk telah sayanyatakanbenar. Nama DesyeNurmalita Tman" S.Farm. NPM 1206329Mt TandaTangan Tanggal 10Jamari2014 lv Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta yang telah dilaksanakan pada tanggal 23 September – 01 November 2013. Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan wawasan kefarmasian mengenai farmasi di pedagang besar farmasi (PBF) sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap MS., selaku Pejabat Sementara Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013. 3. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 4. Ignatius Muryanta, selaku Direktur Utama PT. Kimia Farma Trading and Distribution. 5. Drs. M. Umar Said, Apt., MM., selaku Direktur Bidang Keuangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kimia Farma Trading and Distribution atas waktu, pikiran dan ijin yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan PKPA di PT. Kimia Farma Trading and Distribution. 6. Drs. Taufik Hidayat, Apt., selaku Manajer Bidang Sumber Daya Manusia dan Pembimbing di PT. Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta atas waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan kepada penulis. v Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 7. Drs. Kardinal Ferry, Apt., selaku pembimbing lapangan di Pedagang Besar Farmasi PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong atas ijin dan bimbingan selama penulis melakukan PKPA di KFTD cabang. 8. Seluruh staf dan karyawan KFTD Serpong yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker. 9. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 10. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan LXXVII atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini. Demikian laporan PKPA ini disusun, dengan harapan tulisan ini bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhir kata, “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Terima kasih. Penulis 2014 vi Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia HALAMAN PER}TYATAAI\i PDRSETUJUAN PT]BLIKASI TUGAS AKIIIR T]NTUK KEPENTINGAI\ AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia" saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama DesyeNurmalita Tanan,S.Farm NPM 1206329461 ProgramStudi ProfesiApoteker Faklutas Fannasi JenisKarya LaporanPraktik Kerja demi peng ilmu pengetahuan,menyetujui untuk memberikankepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusiveRoyalty Free Right)ataskarya ilmiah sayayang berjudul: Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di pT. Kimia Farma Trading and Distibution JI. Budi utomo No.l Periode23 September - 0l Novernber2013 beserta perangkat yang ada (iika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),merawatodan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkanmma saya sebagaipenulis/penciptadan sebagaipemilik Hak Cipta. Demikianpernyataanini sayabuat dengansebenarnya. Dibuat di : Depok PadaTanggal : l0 Januari2014 Yang menyatakan vu Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 ABSTRAK Nama : Desye Nurmalita Tanan, S.Farm NPM : 1206329461 Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Trading and Distribution Jl. Budi Utomo No.1 Jakarta Pusat Periode 23 September - 01 November 2013 Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Trading and Distribution bertujuan untuk mengetahui dan memahami cara distribusi obat yang baik di PT. Kimia Farma Trading and Distribution dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di pedagang besar farmasi. Tugas khusus yang diberikan berjudul Kepatuhan Menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk Sediaan Narkotika dan Psikotropika di PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Serpong. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk untuk mengetahui sejauh mana kepatuhan PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong menerapkan cara distribusi obat yang baik (CDOB) untuk sediaan narkotika dan psikotropika di fasilitas distribusinya. Kata kunci : PT. Kimia Farma Trading and Distribution, CDOB, Narkotika, Psikotropika, Pedagang Besar Farmasi. Tugas umum : vii + 82 halaman; 19 lampiran Tugas khusus : iv + 42 halaman; 20 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 13 (1997-2013) Daftar Acuan Tugas Khusus : 4 (1978-2012) viii Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia ABSTRACT Name NPM Program of Study Title : Desye Nurmalita Tanan, S.Farm : 1206329461 : Apothecary : Pharmacist Internship Program at PT. Kimia Farma Trading and Distribution Budi Utomo Street Number 1 of Central Jakarta Period of September 23rd to 1st, 2013 Pharmacist Internship Program at PT. Kimia Farma Trading and Distribution is aims to know and understand the good distribution practice in PT. Kimia Farma Trading and Distribution and also to know the rule and duty of Pharmacist in Drug Distributor. The specific assignment given is Obidience of Applicating Good Distribution Practice for Narcotics and Psychotropics in PT. Kimia Farma Trading and Distribution Branch of Serpong that is aims to know how far the PT. Kimia Farma Trading and Distribution Branch of Serpong has applicates the Good Distribution Practice for Narcotics and Psychotropics in its distributing facility. : PT. Kimia Farma Trading and Distribution, GDP, Narcotics, Physcotropics, Drug Distributor General Assignment : vii + 82 pages; 19 appendices Specific Assignment : iv + 42 pages; 20 appendices Bibliography of General Assignment : 13 (1997-2013) Bibliography of Specific Assignment : 4 (1978-2012) Keywords ix Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN ORISINALITAS ......................................................................... iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Tujuan ............................................................................................ 1 1 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM ........................................................................... 2.1 Pedagang Besar Farmasi (PBF) ..................................................... 2.1.1 Definisi .............................................................................. 2.1.2 Landasan Hukum PBF ....................................................... 2.1.3 Tugas dan Fungsi PBF ....................................................... 2.1.4 Persyaratan PBF ................................................................ 2.1.4.1 Tempat atau Lokasi ................................................ 2.1.4.2 Bangunan ............................................................... 2.1.4.3 Perlengkapan PBF ................................................. 2.1.5 Apoteker Penanggung Jawab untuk PBF .......................... 2.1.6 Tata Cara Perizinan PBF ................................................... 2.1.7 Pencabutan Ijin PBF .......................................................... 2.1.8 Penyelenggaraan PBF ........................................................ 2.1.8.1 Pengadaan .............................................................. 2.1.8.2 Penyaluran ............................................................. 2.1.9 Pelaporan Kegiatan PBF .................................................... 2.1.10 Larangan PBF .................................................................... 2.2 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) ...................................... 2.2.1 Manajemen Mutu ............................................................... 2.2.2 Organisasi, Managemen, Personalia .................................. 2.2.3 Bangunan dan Peralatan .................................................... 2.2.4 Operasional ........................................................................ 2.2.5 Inspeksi Diri ...................................................................... 2.2.6 Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu, dan Penarikan Kembali ........................................... 2.2.7 Transportasi ....................................................................... 2.2.8 Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak .......................... 2.2.9 Dokumentasi ...................................................................... 2.2.9.1 Pelaporan Kegiatan di PBF ke Institusi Terkait ..... 2.2.9.2 Pelaporan Narkotika dan Psikotropika .................. 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 8 10 10 11 12 13 14 14 14 15 16 18 21 x Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 22 22 23 24 25 26 Universitas Indonesia BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ........................................................................ 3.1 PT. Kimia Farma Trading And Distribution ................................. 3.1.1 Sejarah Pendirian Perusahaan ............................................ 3.1.2 Visi dan Misi ..................................................................... 3.1.2.1 Visi ......................................................................... 3.1.2.2 Misi ........................................................................ 3.1.3 Strategi ............................................................................... 3.1.4 Sistem Pengadaan dan Pendistribusian Barang ................. 3.1.5 Jenis Pelanggan PT. KFTD (Channel Distribution) .......... 3.2 Manajemen Operational ................................................................ 3.2.1 Manajemen Pengadaan ...................................................... 3.2.1.1 Definisi .................................................................. 3.2.1.2 Tujuan .................................................................... 3.2.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab ................................... 3.2.1.4 Standar Operational and Procedure Pengadaan Barang .................................................................... 3.2.1.5 Sasaran ................................................................... 3.2.1.6 Indikator ................................................................. 3.2.2 Manajemen Penyimpanan .................................................. 3.2.2.1 Definisi .................................................................. 3.2.2.2 Tujuan .................................................................... 3.2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab ................................... 3.2.2.4 Sistem Penyimpanan Barang di Gudang ............... 3.2.2.5 Penataan Alokasi Ruang Penyimpanan di Gudang . 3.2.2.6 Kelengkapan Peralatan Gudang ............................. 3.2.2.7 Standar Operational and Procedure Penerimaan, Penyimpanan, dan Pengeluaran Barang ................. 3.2.2.8 Sasaran ................................................................... 3.2.2.9 Indikator ................................................................. 3.2.3 Manajemen Penjualan dan Pelayanan ............................... 3.2.3.1 Definisi .................................................................. 3.2.3.2 Tujuan .................................................................... 3.2.3.3 Standar Operational and Procedure Penjualan dan Pelayanan ........................................................ 3.2.3.4 Sasaran ................................................................... 3.2.3.5 Indikator ................................................................. 3.2.4 Manajemen Piutang ........................................................... 3.2.4.1 Definisi .................................................................. 3.2.4.2 Standar Operational and Procedure Piutang ........ 3.2.4.3 Sasaran ................................................................... 3.2.4.4 Indikator ................................................................. 3.2.5 Manajemen Pembukuan .................................................... 3.2.5.1 Definisi .................................................................. 3.2.5.2 Tujuan .................................................................... 3.2.5.3 Standar Operational and Procedure Pembukuan . 3.2.5.4 Sasaran ................................................................... 3.2.5.5 Indikator ................................................................. 3.3 Pajak .............................................................................................. xi Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 27 27 27 29 29 30 30 30 30 31 32 32 32 32 32 34 34 34 34 34 35 35 36 37 37 39 39 39 39 40 40 42 43 43 43 43 46 46 46 46 47 47 48 48 48 Universitas Indonesia 3.3.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ........................................ 3.3.2 Pajak Penghasilan (PPh) .................................................... BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 48 49 51 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 5.2 Saran .............................................................................................. 60 60 60 DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 62 LAMPIRAN .................................................................................................... ...................................................................................................................... 63 xii Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Diagram Pengadaan Barang ..................................................... Gambar 3.2. Diagram Penerimaan, Penyimpanan, dan Pengeluaran Barang....................................................................................... Gambar 3.3. Alur Penerimaan, Penyimpanan, dan Pengeluaran Barang ...... Gambar 3.4. Contoh Alat Kontrol Penjualan ............................................ ... Gambar 3.5. Diagram Penjualan ................................................................... Gambar 3.6. Diagram Piutang ....................................................................... Gambar 3.7. Diagram Pembukuan ................................................................ xiii Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 33 38 39 40 42 46 47 Universitas Indonesia DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Surat Pesanan Pembelian ke Pihak III ...................................... Surat Pesanan ke Unit Bisnis Logistik (UBL) .......................... Faktur Pembelian dari Pihak III ............................................... Surat Kirim Barang (SKB) dari UBL ke KFTD Cabang ......... Surat Pesanan Sementara .......................................................... Surat Pesanan yang difaksimile ................................................ Delivery Order atau SKB Penjualan ........................................ Faktur Penjualan ....................................................................... Faktur Pajak Penjualan ............................................................. Kartu Stok ................................................................................. Buku Ekspedisi Tunai............................................................... Buku Ekspedisi Kredit .............................................................. Tanda Terima Tukar Faktur...................................................... Konfirmasi Piutang Per Pelanggan ........................................... Nota Inkaso ............................................................................... Laporan Harian Kunjungan Salesman ...................................... Daftar Kunjungan Salesman ..................................................... Kunjungan Penagih .................................................................. Customer Record Card ............................................................. xiv Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan. Hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian yang dilakukan meliputi pengadaan sediaan farmasi, produksi sediaan farmasi, distribusi atau penyaluran sediaan farmasi dan dalam pelayanan sediaan farmasi (Pemerintah Republik Indonesia, 2009b). Proses distribusi atau penyaluran sediaan farmasi dilaksanakan oleh pedagang besar farmasi (PBF) yang merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (Menteri Kesehatan, 2011). PBF dalam menyelenggarakan kegiatannya meliputi pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/ atau bahan obat wajib menerapkan Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan atau bahan obat bertanggung jawab untuk memastikan mutu obat dan atau bahan obat dan mempertahankan integritas rantai distribusi selama proses distribusi. Penanggung jawab fasilitas distribusi harus seorang apoteker yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi sesuai peraturan perundang-undangan, mampu memenuhi tanggung jawabnya, bertugas purna waktu, serta memiliki pengetahuan dan telah mengikuti pelatihan CDOB. Pelatihan CDOB tersebut harus memuat aspek keamanan, identifikasi obat dan atau bahan obat, deteksi dan pencegahan masuknya obat dan 1 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 2 atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). Sebagai mahasiswa program profesi apoteker, perlu adanya pemahaman tentang peran apoteker di PBF. Oleh karena itu, Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Trading and Distribution yang bergerak dalam bidang distribusi dan penyaluran sediaan farmasi melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada tanggal 23 September – 01 November 2013. Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa yang merupakan calon apoteker dapat mendapatkan ilmu dan pengalaman kerja agar nantinya dapat diterapkan secara nyata dalam menjalankan perannya sebagai apoteker. 1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kimia Farma Trading and Distribution bertujuan untuk : a. Mengetahui dan memahami cara distribusi obat yang baik di PT. Kimia Farma Trading and Distribution. b. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di pedagang besar farmasi. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Pedagang Besar Farmasi (PBF) 2.1.1 Definisi PBF Menurut Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011, pedagang besar farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/ atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF dan PBF Cabang dalam menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/ atau bahan obat wajib menerapkan Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan/ atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). 2.1.2 Landasan Hukum PBF PBF memiliki landasan hukum yang diatur dalam: a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi. b. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. c. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. d. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2.1.3 Tugas dan Fungsi PBF Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF, tugas dan fungsi PBF yaitu: a. Menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat. b. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan. 3 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 4 2.1.4 Persyaratan PBF Suatu PBF beroperasi setelah mendapat surat izin. Selama PBF tersebut masih aktif melakukan kegiatan pengelolaan obat, maka seluruh kegiatan yang dilaksanakan di PBF tersebut wajib berdasarkan kepada CDOB. 2.1.4.1 Tempat atau Lokasi Lokasi PBF dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi efisiensi dan efektivitas dalam pengadaan dan penyaluran obat ke sarana pelayanan kesehatan dan faktor-faktor lainnya. 2.1.4.2 Bangunan Suatu PBF harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF. Suatu PBF paling sedikit memiliki ruang tunggu, ruang penerimaan obat, ruang penyiapan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, gudang obat jadi, ruang makan dan kamar kecil. Bangunan PBF dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, pencahayaan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik. Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai keamanan yang memadai, kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, dan area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan aman. Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah, terlindung dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman hanya diberikan kepada personil yang berwenang, yakni dengan adanya sistem alarm dan kontrol akses yang memadai (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih, bebas dari sampah dan debu serta harus dirancang dan dilengkapi, sehingga memberikan perlindungan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 5 terhadap masuknya serangga, hewan pengerat atau hewan lain. Ruang istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area penyimpanan. Selain itu harus disediakan area khusussepertipenyimpananobat-obatnarkotikaseperti yang telahditetapkandalam CDOB (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). 2.1.4.3 Perlengkapan PBF Suatu PBF yang ingin beroperasi harus memiliki perlengkapan yang memadai agar dapat mendukung pendistribusian obat jadi. Perlengkapan yang harus dimiliki yaitu peralatan penyimpanan obat dan perlengkapan administrasi. Peralatan dan tempat penyimpanan obat seperti lemari obat jadi, lemari pendingin (kulkas), lemari untuk menyimpan produk kembalian, kontainer untuk pengiriman barang dan box es untuk pengiriman obat dengan suhu penyimpanan rendah. Perlengkapan administrasi terkait dokumen penjualan, pembelian dan penyimpanan, seperti blanko pesanan, blanko faktur, blanko tukar faktur, bilyet giro, blanko faktur pajak, blanko surat jalan, kartu stok obat, bukti penerimaan pembayaran, form retur, blanko faktur pajak dan stempel PBF. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan di PBF. 2.1.5 Apoteker Penanggung Jawab untuk PBF Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian menjelaskan bahwa apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/ Asisten Apoteker. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 6 Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan yang tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Pasal 35, 37, 52, 54, yaitu sebagai berikut: a. Memiliki keahlian dan kewenangan. b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional. d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, apoteker harus memenuhi persyaratan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a): a. Memiliki ijazah apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/ janji apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. f. Pas foto terbaru berwama ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Setelah memenuhi persyaratan di atas, seorang apoteker yang akan bekerja sebagai apoteker penanggungjawab di PBF wajib memiliki Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA). SIKA adalah surat izin praktek yang diberikan kepada apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran. SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. Untuk memperoleh SIKA, apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan serta harus menerbitkan SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 7 Berkas-berkas yang harus dilampirkan untuk permohonan SIKA yaitu: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN). b. Surat penyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/ penyaluran. c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi. d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar. Pencabutan SIKA oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat dilakukan apabila: a. Atas permintaan yang bersangkutan. b. STRA tidak berlaku lagi. c. Yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat izin. d. Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan pengawasan dan ditetapkan dengan surat keterangan dokter. e. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan rekomendasi KFN. f. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan pengadilan. Menurut Pedoman Teknis CDOB (2012), tugas dan kewajiban apoteker di PBF adalah sebagai berikut: a. Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem manajemen mutu. b. Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi kewenangannya serta menjaga akurasi dan mutu dokumentasi. c. Menyusun dan/ atau menyetujui program pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan distribusi. d. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap kegiatan penarikan obat. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 8 e. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif. f. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan pelanggan. g. Meluluskan obat kembalian untuk dikembalikan ke dalam stok obat yang memenuhi syarat jual. h. Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak dan penerima kontrak yang menjelaskan mengenai tanggung jawab masing-masing pihak yang berkaitan dengan distribusi dan/ atau transportasi obat. i. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program dan tersedia tindakan perbaikan yang diperlukan. j. Mendelegasikan tugasnya kepada apoteker/ tenaga teknis kefarmasian yang telah mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang ketika sedang tidak berada di tempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang terkait dengan setiap pendelegasian yang dilakukan. k. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina atau memusnahkan obat. 2.1.6 Tata Cara Perizinan PBF Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF, setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur Jenderal yang dapat diperoleh apabila pemohon mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM dengan menggunakan Formulir 1. Izin PBF berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi. b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). c. Memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai penanggung jawab. d. Komisaris/ dewan pengawas dan direksi/ pengurus tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang farmasi. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 9 e. Menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat melaksanakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat serta dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF. f. Menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat yang disimpan. g. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai CDOB. Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ ketua dan apoteker calon penanggung jawab disertai dengan kelengkapan administratif sebagai berikut: a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/ identitas direktur/ ketua. b. Susunan direksi/ pengurus. c. Pernyataan komisaris/ dewan pengawas dan direksi/ pengurus tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi. d. Akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. e. Surat Tanda Daftar Perusahaan. f. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan. g. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak. h. Surat bukti penguasaan bangunan dan gudang. i. Peta lokasi dan denah bangunan. j. Surat penyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung jawab. k. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab. Berikut ini merupakan alur dari pengajuan izin PBF, yaitu: a. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan administratif. b. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan, Kepala Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan CDOB. c. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif kepada Direktur Jenderal Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 10 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM dan pemohon dengan menggunakan Formulir 2. d. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan CDOB, Kepala Balai POM mengeluarkan rekomendasi hasil analisis pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon dengan menggunakan Formulir 3. e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima rekomendasi serta persyaratan lainnya yang ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF dengan menggunakan Formulir 4. f. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada bagian (c), (d), (e) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Balai POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan menggunakan Formulir 5. g. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada bagian (f), Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Kepala Balai POM. 2.1.7 Pencabutan Ijin PBF Izin PBF dinyatakan tidak berlaku apabila: a. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang; b. Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau c. Izin PBF dicabut. 2.1.8 Penyelenggaraan PBF Penyelenggaraan PBF diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF yang menyebutkan bahwa PBF hanya dapat mengadakan, menyimpan dan menyalurkan obat yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Menteri. Untuk pengadaan obat di PBF, PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi dan/ Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 11 atau sesama PBF. Sedangkan PBF cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/ bahan obt dari PBF pusat. Setiap PBF harus memiliki apoteker penanggung jawab yang telah memiliki izin yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat. Selain itu, apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai direksi/ pengurus PBF. Jika terjadi pergantian apoteker penanggung jawab, direksi/ pengurus PBF wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selambatlambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja. PBF dalam menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat wajib menerapkan Pedoman Teknis CDOB (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). Sertifikat CDOB akan diberikan pada PBF yang telah menerapkan CDOB. Setiap PBF wajib melaksanakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran di tempat usahanya dengan mengikuti pedoman CDOB. Dokumentasi tersebut dapat dilakukan secara elektronik. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai penelusuran kegiatan yang dilakukan oleh PBF dan untuk keperluan pemeriksaan petugas yang berwenang. 2.1.8.1 Pengadaan Sebelum melakukan pengadaan obat di PBF harus dilakukan kualifikasi yang tepat sebelum pengadaan dilaksanakan. Pemilihan pemasok, termasuk kualifikasi dan persetujuan penunjukannya, merupakan hal operasional yang penting. Pemilihan pemasok harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan hasilnya didokumentasikan serta diperiksa ulang secara berkala. Jika obat dan/ atau bahan obat diperoleh dari industri farmasi, maka fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok tersebut mempunyai izin serta menerapkan prinsip dan Pedoman CPOB sedangkan jika bahan obat diperoleh dari industri nonfarmasi yang memproduksi bahan obat dengan standar mutu farmasi, maka fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok tersebut mempunyai izin serta menerapkan prinsip CPOB. Pengadaan obat dan/ atau bahan obat harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan rantai pasokan harus diidentifikasi serta Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 12 didokumentasikan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). 2.1.8.2 Penyaluran Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF, PBF hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko obat (selain obat keras). Dalam pelaksanaan penyaluran sediaan farmasi di PBF terdapat beberapa ketentuan, yakni meliputi: a. Penyaluran Obat 1) Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dapat menyalurkan obat kepada instansi pemerintah yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, PBF tidak dapat menyalurkan obat keras kepada toko obat. 2) PBF hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat keras berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker penanggung jawab. b. Penyaluran Narkotika Setiap PBF yang melakukan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran narkotika wajib memiliki izin khusus sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. c. Penyaluran Psikotropika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran dilakukan oleh pabrik obat, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah. Penyaluran psikotropika salah satunya dapat dilakukan oleh: 1) Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/ atau lembaga pendidikan. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 13 2) Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lain-nya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/ atau lembaga pendidikan. Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/ atau lembaga pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan. Sedangkan psikotropika yang digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/ atau lembaga pendidikan atau diimpor secara langsung oleh lembaga penelitian dan/ atau lembaga pendidikan yang bersangkutan. Ekspor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi yang telah memiliki izin sebagai eksportir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan impor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi yang telah memiliki izin sebagai importir sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta lembaga penelitian atau lembaga pendidikan. 2.1.9 Pelaporan Kegiatan PBF Setiap PBF wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan sekali namun dapat diminta setiap saat, meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM. Setiap PBF yang menyalurkan narkotika dan psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan psikotropika sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Laporan tersebut dapat dilakukan secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu, laporan tersebut harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 14 2.1.10 Larangan PBF Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF, terdapat beberapa hal yang dilarang untuk dilakukan di PBF, yaitu: a. Setiap PBF dilarang menjual obat secara eceran. b. Setiap PBF dilarang menerima dan/ atau melayani resep dokter. 2.2 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) 2.2.1 Manajemen Mutu Fasilitas distribusi harus mempertahankan sistem mutu yang mencakup tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan/ atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi. Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna harus divalidasi dan didokumentasikan. Sistem mutu harus mencakup prinsip manajemen risiko mutu. Pencapaian sasaran mutu merupakan tanggung jawab dari penanggung jawab fasilitas distribusi, membutuhkan kepemimpinan dan partisipasi aktif serta harus didukung oleh komitmen manajemen puncak. Manajemen Mutu yang diuraikan dalam CDOB (2012), meliputi sistem mutu, pengelolaan kegiatan berdasarkan kontrak, kajian dan pemantuan manjamen, dan manajemen risiko mutu. Dalam suatu organisasi, pemastian mutu berfungsi sebagai alat manajemen. Harus ada kebijakan mutu terdokumentasi yang menguraikan maksud keseluruhan dan persyaratan fasilitas distribusi yang berkaitan dengan mutu, sebagaimana dinyatakan dan disahkan secara resmi oleh manajemen. Sistem mutu harus memastikan bahwa: a. Obat dan/ atau bahan obat diperoleh, disimpan, disediakan, dikirimkan atau diekspor dengan cara yang sesuai dengan persyaratan CDOB; b. Tanggung jawab manajemen ditetapkan secara jelas; c. Obat dan/ atau bahan obat dikirimkan ke penerima yang tepat dalam jangka waktu yang sesuai; Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 15 d. Kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan tersebut dilakukan; e. Penyimpangan terhadap prosedur yang sudah ditetapkan didokumentasikan dan diselidiki; f. Tindakan perbaikan dan pencegahan (Corrective Action Preventive Action/ CAPA) yang tepat diambil untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan sesuai dengan prinsip manajemen risiko mutu. Sistem manajemen mutu harus mencakup pengendalian dan pengkajian berbagai kegiatan berdasarkan kontrak. Proses ini harus mencakup manajemen risiko mutu yang meliputi penilaian terhadap pihak yang ditunjuk, penetapan tanggung jawab dan proses komunikasi, dan pemantauan dan pengkajian secara teratur. Manajemen puncak harus memiliki proses formal untuk mengkaji sistem manajemen mutu secara periodik. Kajian tersebut mencakup pengukuranpencapaian sasaran, penilaian indikator kinerja, peraturan, pedoman dan hal baru yang berkaitan dengan mutu, inovasi, perubahan iklim usaha dan bisnis. Bagian terakhir dalam manajemen mutu adalah manajemen risiko mutu yang merupakan suatu proses sistematis untuk menilai, mengendalikan, mengkomunikasikan dan mengkaji risiko terhadap mutu obat dan/ atau bahan obat. Hal ini dapat dilaksanakan baik secara proaktif maupun retrospektif. 2.2.2 Organisasi, Manajemen, Personalia Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu yang baik serta distribusi obat dan/ atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil yang menjalankannya. Harus ada personil yang cukup dan kompeten untuk melaksanakan semua tugas yang menjadi tanggung jawab fasilitas distribusi. Tanggung jawab masing-masing personil harus dipahami dengan jelas dan dicatat. Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai dengan tanggung jawabnya. Di dalam perusahaan harus ada struktur organisasi untuk tiap bagian yang dilengkapi dengan bagan organisasi yang jelas. Tanggung jawab, wewenang dan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 16 hubungan antar semua personil harus ditetapkan dengan jelas. Manajemen puncak di fasilitas distribusi harus menunjuk seorang penanggung jawab. Penanggung jawab harus seorang Apoteker yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi sesuai peraturan perundang-undangan. Selain itu setiap personil lainnya harus kompeten dan dalam jumlah yang memadai. Perlu dilakukan pelatihan terhadap personil secara berkala untuk meningkatkan kompetensinya. Untuk mendukung kegiatan yang dilakukan perlu diterapkan higiene personil. Harus tersedia prosedur tertulis berkaitan dengan higiene personil yang relevan dengan kegiatannya mencakup kesehatan, higiene dan pakaian kerja. 2.2.3 Bangunan dan Peralatan Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan untuk menjamin perlindungan dan distribusi obat dan/ atau bahan obat meliputi gedung,gudang dan penyimpanan. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2012), persyaratan Bangunan dan Peralatan sesuai CDOB antara lain: a. Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, dan area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat. b. Jika bangunan (termasuk sarana penunjang) bukan milik sendiri, maka harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan bangunan tersebut. c. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat dan/ atau bahan obat yang menunggu keputusan lebih lanjut mengenai statusnya, meliputi obat dan/ atau bahan obat yang diduga palsu, yang dikembalikan, yang ditolak, yang akan dimusnahkan, yang ditarik, dan yang kedaluwarsa dari obat dan/ atau bahan obat yang dapat disalurkan. d. Jika diperlukan area penyimpanan dengan kondisi khusus, harus dilakukan pengendalian yang memadai untuk menjaga agar semua bagian terkait dengan area penyimpanan berada dalam parameter suhu, kelembaban dan pencahayaan yang dipersyaratkan. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 17 e. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat dan/ atau bahan obat yang membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan (misalnya narkotika). f. Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat dan/ atau bahan obat yang mengandung bahan radioaktif dan bahan berbahaya lain yang dapat menimbulkan risiko kebakaran atau ledakan (misalnya gas bertekanan, mudah terbakar, cairan dan padatan mudah menyala) sesuai persyaratan keselamatan dan keamanan. g. Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah, terlindung dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta dilengkapi dengan peralatan yang memadai. h. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman hanya diberikan kepada personil yang berwenang. Langkah pencegahan dapat berupa sistem alarm dan kontrol akses yang memadai. i. Harus tersedia prosedur tertulis yang mengatur personil termasuk personil kontrak yang memiliki akses terhadap obat dan/ atau bahan obat di area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman, untuk meminimalkan kemungkinan obat dan/ atau bahan obat diberikan kepada pihak yang tidak berhak. j. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah dan debu. Harus tersedia prosedur tertulis, program pembersihan dan dokumentasi pelaksanaan pembersihan. k. Ruang istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area penyimpanan. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2012), persyaratan peralatan sesuai CDOB antara lain: a. Semua peralatan untuk penyimpanan dan penyaluran obat dan/ atau bahan obat harus didesain, diletakkan dan dipelihara sesuai dengan standar yang ditetapkan. Harus tersedia program perawatan untuk peralatan vital, seperti termometer, genset, dan chiller. b. Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan atau memonitor lingkungan penyimpanan obat dan/ atau bahan obat harus di kalibrasi, serta kebenaran dan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 18 kesesuaian tujuan penggunaan diverifikasi secara berkala dengan metodologi yang tepat. c. Kegiatan perbaikan, pemeliharaan, dan kalibrasi peralatan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi mutu obat dan/ atau bahan obat. d. Dokumentasi yang memadai untuk kegiatan perbaikan, pemeliharaan dan kalibrasi peralatan utama harus dibuat dan disimpan. Peralatan tersebut misalnya tempat penyimpanan suhu dingin, termohigrometer, atau alat lain pencatat suhu dan kelembaban, unit pengendali udara dan peralatan lain yang digunakan pada rantai distribusi. 2.2.4 Operasional Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat memastikan bahwa identitas obat dan/ atau bahan obat tidak hilang dan distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan. Bagian operasional terdiri dari proses penerimaan, penyimpanan, pemisahan, pemusnahan, pengambilan, pengemasan, dan pengiriman obat dan/ atau bahan obat. Proses penerimaan obat dan/ atau bahan obat ditujukan untuk memastikan bahwa kiriman obat dan/ atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama transportasi. Obat dan/ atau bahan obat tidak boleh diterima jika kedaluwarsa, atau mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan besar obat dan/ atau bahan obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh konsumen. Selain itu, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa obat dan/ atau bahan obat harus dicatat pada saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran. Jika ditemukan obat dan/ atau bahan obat diduga palsu, batch tersebut harus segera dipisahkan dan dilaporkan ke instansi berwenang, dan ke pemegang izin edar. Pengiriman obat dan/ atau bahan obat yang diterima dari sarana transportasi harus diperiksa sebagai bentuk verifikasi terhadap keutuhan kontainer/ sistem penutup, fisik dan fitur kemasan serta label kemasan. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 19 Proses penyimpanan dan penanganan obat dan/ atau bahan obat harus mematuhi peraturan perundang-undangan. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/ atau bahan obat harus sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau nonfarmasi yang memproduksi bahan obat standar mutu farmasi. Obat dan/ atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat dan/ atau bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat dan/ atau bahan obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus. Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/ atau bahan obat harus memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan danmemungkinkan penyimpanan secara teratur sesuai kategorinya; obat dan/ atau bahan obat dalam status karantina, diluluskan, ditolak, dikembalikan, ditarik atau diduga palsu. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stok sesuai dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/ atau bahan obat mengikuti kaidah First Expired First Out (FEFO). Obat dan/ atau bahan obat harus ditangani dan disimpan sedemikian rupa untuk mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campur-baur. Obat dan/ atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkan di lantai. Obat dan/ atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik, dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara fisik untuk obat dan/ atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara berkala. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock opname secara berkala berdasarkan pendekatan risiko. Perbedaan stok harus diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya campur-baur, kesalahan keluar-masuk, pencurian, penyalahgunaan obat dan/ atau bahan obat. Dokumentasi yang berkaitan dengan penyelidikan harus disimpan untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Pemusnahan obat dan/ atau bahan obat dilaksanakan terhadap obat dan/ atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat untuk didistribusikan. Obat dan/ atau bahan obat yang akan dimusnahkan harus diidentifikasi secara tepat, diberi label yang jelas, disimpan secara terpisah dan terkunci serta ditangani sesuai dengan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 20 prosedur tertulis. Prosedur tertulis tersebut harus memperhatikan dampak terhadap kesehatan, pencegahan pencemaran lingkungan dan kebocoran/ penyimpangan obat dan/ atau bahan obat kepada pihak yang tidak berwenang. Proses pengambilan obat dan/ atau bahan obat harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan dokumen yang tersedia untuk memastikan obat dan/ atau bahan obat yang diambil benar. Obat dan/ atau bahan obat yang diambil harus memiliki masa simpan yang cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan sistem FEFO. Nomor batch obat dan/ atau bahan obat harus dicatat. Pengecualian dapat diizinkan jika ada kontrol yang memadai untuk mencegah pendistribusian obat dan/ atau bahan obat kedaluwarsa. Obat dan/ atau bahan obat harus dikemas sedemikian rupa sehingga kerusakan, kontaminasi dan pencurian dapat dihindari. Kemasan harus memadai untuk mempertahankan kondisi penyimpanan obat dan/ atau bahan obat selama transportasi. Kontainer obat dan/ atau bahan obat yang akan dikirimkan harus disegel. Pengiriman obat dan/ atau bahan obat harus ditujukan kepada pelanggan yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk penyaluran obat dan/ atau bahan obat ke pihak yang berwenang atau berhak untuk keperluan khusus, seperti penelitian, special access dan uji klinik, harus dilengkapi dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama obat dan/ atau bahan obat, bentuk sediaan, nomor batch, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan alamat pemesan atau penerima. Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan harus sesuai dengan persyaratan obat dan/ atau bahan obat dari industri farmasi. Dokumentasi harus disimpan dan mampu tertelusur. Dokumen untuk pengiriman obat dan/ atau bahan obat harus disiapkan dan harus mencakup sekurangkurangnya informasi berikut: a. Tanggal pengiriman; b. Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status dari penerima (misalnya Apotek, rumah sakit atau klinik); c. Deskripsi obat dan/ atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan dan kekuatan (jika perlu); d. Nomor batch dan tanggal kedaluwarsa; Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 21 e. Kuantitas obat dan/ atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan kuantitas per kontainer (jika perlu); f. Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman; g. Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat perusahaan ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi) dan kondisi penyimpanan. 2.2.5 Inspeksi Diri Inspeksi diri adalah inspeksi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap sistem. Inspeksi diri dilakukan untuk mengukur kinerja dan mengetahui apakahsistem yang direncanakan dan dijalankan sudah memenuhi standar. Inspeksi diri dilembaga distribusi obat dilakukan secara periodik. Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Program inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, pedoman dan prosedur tertulis. Inspeksi diri tidak hanya dilakukan pada bagian tertentu saja. Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara yang independen dan rinci oleh personil yang kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan. Audit eksternal yang dilakukan oleh ahli independen dapat membantu, namun tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya cara untuk memastikan kepatuhan terhadap penerapan CDOB. Audit terhadap kegiatan yang disubkontrakkan harus menjadi bagian dari program inspeksi diri. Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan harus berisi semua pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Salinan laporan tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya. Jika dalam pengamatan ditemukan adanya penyimpangan dan/ atau kekurangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. CAPA harus didokumentasikan dan ditindaklanjuti. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 22 2.2.6 Keluhan, Obat dan/ atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu, dan Penarikan Kembali Jika terjadi keluhan maka semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/ atau bahan obat berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis serta harus tersedia dokumentasi untuk setiap proses penanganan keluhan termasuk pengembalian dan penarikan kembali serta dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Jika obat ternyata dapat dijual kembali maka harus melalui persetujuan dari personil yang bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya. Adapun persyaratan obat dan/ atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara lain jika: a. Obat dan/ atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi syarat serta memenuhi ketentuan; b. Obat dan/ atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan penyimpanan ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan; c. Obat dan/ atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung jawab atau personil yang terlatih, kompeten dan berwenang; d. Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang kebenaran asal-usul obat dan/ atau bahan obat termasuk identitas obat dan/ atau bahan obat untuk memastikan bahwa obat dan/ atau bahan obat kembalian tersebut bukan obat dan/ atau bahan obat palsu. Sedangkan untuk obat dan/ atau bahan obat diduga palsu, penyalurannya harus dihentikan, segera dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak lanjut dari instansi yang berwenang. Setelah ada pemastian bahwa obat dan/ atau bahan obat tersebut palsu, maka harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari instansi yang berwenang. 2.2.7 Transportasi Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang memadai. Obat dan/ atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus digunakan mencakup transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas. Apapun moda transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 23 dan/ atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang dapat mengurangi mutu. Pendekatan berbasis risiko harus digunakan ketika merencanakan rute transportasi. Obat dan/ atau bahan obat dan kontainer pengiriman harus aman untuk mencegah akses yang tidak sah. Kendaraan dan personil yang terlibat dalam pengiriman harus dilengkapi dengan peralatan keamanan tambahan yang sesuai untuk mencegah pencurian obat dan/ atau bahan obat dan penyelewengan lainnya selama transportasi. Kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan untuk obat dan/ atau bahan obat harus dipertahankan selama transportasi sesuai dengan yangditetapkan pada informasi kemasan. Jika menggunakan kendaraan berpendingin, alat pemantau suhu selama transportasi harus dipelihara dan dikalibrasi secara berkala atau minimal sekali setahun. Persyaratan ini meliputi pemetaan suhu pada kondisi yang representatif dan harus mempertimbangkan variasi musim. Jika diperlukan, pelanggan dapat memperoleh dokumen data suhu untuk menunjukkan bahwa obat dan/ atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu penyimpanan yang dipersyaratkan selama transportasi. 2.2.8 Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak Cakupan kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat dan mutu obat dan/ atau bahan obat meliputi kontrak antar fasilitas distribusi dan kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa antara lain transportasi, pengendalian hama, pergudangan, kebersihan dan sebagainya. Semua kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak serta setiap kegiatan harus sesuai dengan persyaratan CDOB. Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi yang diperlukan oleh penerima kontrak. Pemberi kontrak harus melakukan pengawasan terhadap penerima kontrak dalam melaksanakan tugas yang dikontrakkan sesuai dengan prinsip dan pedoman CDOB. Penerima kontrak harus memiliki tempat, personil yang kompeten, peralatan, pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan tugas yang dikontrakkan oleh pemberi kontrak. Penerima kontrak tidak diperbolehkan untuk mengalihkan pekerjaan yang dipercayakan oleh pemberi kontrak kepada pihak ketiga sebelum dilakukannya evaluasi, dan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 24 mendapatkan persetujuan dari pemberi kontrak serta dilakukannya audit ke pihak ketiga tersebut. 2.2.9 Dokumentasi Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan distribusi (pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu. Menurut Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen mutu.Dokumentasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : a. Menjamin semua pelaksanaan distribusi berjalan sesuai dengan panduan mutu dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. b. Apabila terjadi penyelewengan sistem, maka dapat ditelusuri dengan sistem dokumentasi perjalanan distribusi. c. Untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan dan untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah batch, instruksi dan prosedur, maka dokumentasi harus tertulis jelas. Dokumentasi terdiri dari semua prosedur tertulis, petunjuk, kontrak, catatan dan data, dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dicatat dengan jelas dan rinci merupakan dasar untuk memastikan bahwa setiap personil melaksanakan kegiatan, sesuai uraian tugas sehingga memperkecil risiko kesalahan. Dokumentasi distribusi harus mencakup informasi berikut: a. Tanggal; b. Nama obat dan/ atau bahan obat; c. Nomor batch; d. Tanggal kedaluwarsa; e. Jumlah yang diterima/ disalurkan; f. Nama dan alamat pemasok/ pelanggan. Dokumentasi harus dibuat pada saat kegiatan berlangsung, sehingga mudah untuk ditelusuri. Dokumentasi harus komprehensif mencakup ruang lingkup kegiatan fasilitas distribusi dan ditulis dalam bahasa yang jelas, dimengerti oleh personil dan tidak berarti ganda. Prosedur tertulis harus disetujui, Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 25 ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang berwenang. Prosedur tertulis tidak ditulis tangan dan harus tercetak. Setiap perubahan yang dibuat dalam dokumentasi harus ditandatangani, diberi tanggal dan memungkinkan pembacaan informasi yang asli. Jika diperlukan, alasan perubahan harus dicatat dan seluruh dokumentasi harus tersedia sebagaimana mestinya. Semua dokumentasi harus mudah didapat kembali, disimpan dan dipelihara pada tempat yang aman untuk mencegah dari perubahan yang tidak sah, kerusakan dan/ atau kehilangan dokumen. Dokumen yang dibuatharus disimpan dalam waktu sekurang-kurangnya 3 tahun dari tanggal pembuatan dokumen. Dokumentasi permanen, tertulis atau dengan elektronik, untuk setiap obat dan atau bahan obat yang disimpan harus menunjukkan kondisi penyimpanan yang direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang khusus untuk bahan obat (jika ada) harus diperhatikan. Persyaratan farmakope dan peraturan nasional terkini tentang label dan wadah harus dipatuhi. Dokumen yang dibuat harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to date. Jika suatu dokumen direvisi, harus dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku. 2.2.9.1 Pelaporan Kegiatan di PBF ke Institusi Terkait Menurut pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/Per/VI/2011 tentang pedagang besar farmasi : a. Setiap PBF dan cabangnya wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan/ atau bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM. b. Selain laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada bagian (a), Direktur Jenderal setiap saat dapat meminta laporan kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan/ atau bahan obat. c. Setiap PBF dan PBF cabang yang menyalurkan narkotika dan psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan psikotropika sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 26 d. Laporan sebagaimana dimaksud pada bagian (a) dan bagian (b) dapat dilakukan secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. e. Laporan sebagaimana dimaksud pada bagian (d) setiap saat harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang. 2.2.9.2 Pelaporan Narkotika dan Psikotropika Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, pasal 14 ayat 2 menyatakan industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/ atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Dokumen pelaporan mengenai narkotika yang berada di bawah kewenangan Badan Pengawas Obat dan Makanan, disimpan dengan ketentuan sekurang-kurangnya dalam waktu 3 (tiga) tahun. Maksud adanya kewajiban untuk membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan adalah agar pemerintah setiap waktu dapat mengetahui tentang persediaan narkotika yang ada di dalam peredaran dan sekaligus sebagai bahan dalam penyusunan rencana kebutuhan tahunan narkotika. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 912/MENKES/PER/VIII/1997 tentang kebutuhan dan pelaporan psikotropika pada pasal 7 ayat 1, pabrik obat dan pedagang besar farmasi yang menyalurkan psikotropika wajib mencatat dan melaporkan psikotropika setiap bulan dengan menggunakan formulir laporan penyaluran psikotropika. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 PT. KIMIA FARMA TRADING AND DISTRIBUTION 3.1.1 Sejarah Pendirian Perusahaan Kimia Farma merupakan pioneer dalam industri farmasi di Indonesia. Asal mula berdirinya perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1997, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp and Co, perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur didirikan pada tahun 1871. Sejalan dengan kebijakan nasional bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi Bhineka Kimia Farma (PNF). Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT. Kimia Farma Persero (Kimia Farma, 2012). Sejak tanggal 4 Juli 2001, Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada tanggal 28 Juni 2001, PT. Kimia Farma (Persero) menjadi Perusahaan Terbuka (Tbk.) dengan nama PT. Kimia Farma Tbk., dimana untuk privatisasi tahap I saham yang lepas adalah sebanyak 9% dengan rincian 3% untuk program Kepemilikan Saham Karyawan dan Manajemen (KSKM) PT. Kimia Farma, dan sebanyak 6% untuk masyarakat umum (Kimia Farma, 2012). Berbekal atas tradisi industri yang panjang selama lebih dari 195 tahun dan nama yang identik dengan mutu, saat ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan, pembangunan bangsa dan masyarakat. Bisnis Kimia Farma meliputi antara lain (Kimia Farma, 2012): a. PT. Kimia Farma Tbk. (Holding) PT. Kimia Farma Tbk. dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan jalur usaha pelayanan kesehatan. Sebagai perusahaan publik sekaligus Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kimia Farma berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan sekaligus kewajiban sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. PT. Kimia Farma Tbk., merupakan sebuah perusahaan pelayanan 27 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 28 kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir yaitu industri, marketing, retail, laboratorium klinik dan klinik kesehatan. Pada tanggal 4 januari 2003 PT. Kimia Farma Tbk. membentuk 2 anak perusahaan yaitu: PT. Kimia Farma Health and Care dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution (Kimia Farma, 2012). b. Anak Perusahaan (Subsidiaries) 1) PT. Kimia Farma Apotek Perusahaan ini dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dengan jalur usaha Farmasi. Pada akhir tahun 2012 PT. Kimia Farma Apotek (KFA) mengelola sebanyak 412 apotek, 64 klinik kesehatan dan 33 laboraturium klinik. KFA menyediakan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi (apotek), klinik kesehatan, laboraturium klinik dan optik, dengan konsep One Stop Health Care Solution (OSHcS) sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan layanan berkualitas. Pelayanan farmasi menggunakan standar Good Pharmacy Practice (GPP) yaitu standar internasional yang diterbitkan oleh The International Pharmaceutical Federation serta standar yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Kimia Farma, 2012). Pada tahun 2012, jumlah tenaga kerja KFA adalah 2.535 orang, yang sebagian besar tenaga apoteker yang memiliki sertifikat kompetensi dari organisasi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan didukung oleh Asisten Apoteker yang terlatih (Kimia Farma, 2012). 2) PT. Kimia Farma Trading and Distribution Perusahaan ini dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003, dengan jalur usaha distribusi obat dan alat kesehatan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) sebelumnya merupakan divisi yang bergerak dibidang yang sama, yaitu perdagangan dan distribusi. Oleh karena itu pengalamannya bukan baru sepuluh tahun, tetapi sama dengan umur PT. Kimia Farma Tbk. Sendiri (KFTD, 2011). Sebelum menjadi perusahaan tersendiri, PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) dahulu merupakan divisi Pedagang Besar Farmasi (PBF) dari PT Kimia Farma Tbk. yang memiliki tugas utama mendistribusikan produkUniversitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 29 produk farmasi yang diproduksi PT. Kimia Farma Tbk. ke channel-channel yang tersebar di seluruh nusantara (KFTD, 2011). Berbekal kemampuan serta pengalaman menangani pendistribusian produk-produk PT Kimia Farma Tbk. sejak tahun 1917, pada tanggal 4 Januari 2003 divisi Pedagang Besar Farmasi ini kemudian berkembang menjadi anak perusahaan dengan nama PT. Kimia Farma Trading and Distribution, yang berbasis Jasa Layanan Perdagangan dan Distribusi (KFTD, 2011). PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) adalah anak perusahaan PT. Kimia Farma Tbk. yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 07 tanggal 4 Januari 2003 yang dibuat di hadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H di Jakarta dan telah diubah dengan akta No.42 tanggal 22 April 2003 yang dibuat di hadapan Notaris Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No: C-09648 HT.01.01 TH 2003 tanggal 1 Mei 2003 (KFTD, 2011). Untuk memudahkan operasionalnya, KFTD juga didukung oleh 44 kantor cabang (6 cabang kelas 1, 32 cabang kelas 2 dan 7 cabang kelas 3) dengan wilayah operasinya mulai dari Aceh sampai dengan Jayapura, jumlah salesman 450 orang dan armada pengantar roda 4 (mobil box) 477 unit dan pengantar roda 2 (motor box) 292 unit. Jaringan distribusi ini melayani lebih dari 31 rekanan principal, memenuhi kebutuhan sekitar 13.963 apotek, 1.527 Pedagang Besar Farmasi (PBF), 3.691 toko obat, 106 horeka (hotel restoran karaoke), 1.975 rumah sakit, 6.572 pasar tradisional dan 2.074 pasar modern (KFTD, 2011). 3.1.2 Visi dan Misi 3.1.2.1 Visi Menurut Kimia Farma (2012), visi PT. Kimia Farma, Tbk. ialah menjadi perusahaan terkemuka dibidang distribusi dan perdagangan produk kesehatan (to be the greatest trading and distribution company). Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 30 3.1.2.2 Misi Misi PT. Kimia Farma Tbk. antara sebagai berikut (Kimia Farma, 2012): a. Meningkatkan jumlah jaringan distribusi produk kesehatan baik produk sendiri maupun principal pihak ketiga. b. Meningkatkan perdagangan dan pengadaan produk kesehatan di pasar institusi. c. Meningkatkan perdagangan alat kesehatan dan diagnostik keagenan atau private label. 3.1.3 Strategi Dalam menjalankan kegiatannya, strategi yang diterapkan antara lain sebagai berikut (Kimia Farma, 2012): a. Cost leadership guna menciptakan comparative advantages. b. Product differentiation jenis produk unggulan guna meningkatkan competitive advantages. 3.1.4 Sistem Pengadaan dan Pendistribusian Barang Sesuai dengan anggaran dasarnya, perusahaan melakukan usaha dalam bidang Distribusi dan Perdagangan, yang produknya meliputi produk farmasi dan alat kesehatan. Principal meliputi principal perusahaan induk (PT. Kimia Farma Tbk) sebesar 60% dan principal pihak ketiga 40%, seperti Biofarma, Janssen, Otsuka, Daria Varia, Rohto, Novartis, dan lain-lain (Kimia Farma, 2012). Sebagai penyedia Jasa Layanan Distribusi, KFTD menyalurkan aneka produk dari perusahaan induk, produk dari principal lainnya, serta produk-produk non-principal. Di bidang jasa perdagangan atau trading, KFTD menangani kontrak-kontrak bisnis yang didapat melalui sistem tender (Kimia Farma, 2012). 3.1.5 Jenis Pelanggan KFTD (Channel Distribution) Sesuai dengan jenis penjualannya, pelanggan KFTD terdiri dari : a. Pelanggan reguler adalah pelanggan yang membeli produk secara rutin, tanpa melalui pelelangan (tender). Sesuai dengan Permenkes Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang PBF, pelanggan reguler terdiri dari: 1) Pedagang Besar Farmasi (PBF) Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 31 2) Instalasi Farmasi Rumah Sakit 3) Puskesmas 4) Klinik 5) Apotek 6) Toko obat b. Pelanggan Institusi adalah pelanggan yang membeli produk secara paket melalui pelelangan terbuka (tender) atau penunjukan langsung. Sesuai dengan Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah, pelanggan institusi terdiri dari : 1) Kementerian (Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Tenaga Kerja, dan sebagainya) 2) Lembaga (BKKBN, BPOM, Universitas, dan sebagainya) 3) Satuan kerja perangkat daerah (Dinas kesehatan) 4) Institusi (Rumah Sakit) 3.2 Manajemen Operasional Manajemen operasional adalah suatu cara pengelolaan fungsi-fungsi kegiatan (fungsi-fungsi manajemen) yang terdapat dalam suatu perusahaan, untuk mencapai tujuan. Cara pengelolaan pada setiap fungsi kegiatan berbeda antara fungsi kegiatan yang dengan yang lainnya, karena pada setiap fungsi kegiatan tersebut memiliki tujuan yang berbeda (Said, 2013). a. Fungsi kegiatan pembelian, yaitu memperoleh harga beli barang yang efisien dan menjaga ketersediaan (availability) barang. b. Fungsi kegiatan pengelolaan barang di gudang (warehousing), yaitu menjaga kondisi kualitas barang sesuai persyaratan Farmakope, tidak rusak dan tidak hilang. c. Fungsi kegiatan penjualan dan pelayanan, yaitu memperoleh pertumbuhan penjualan (sales growth) dan jumlah pelanggan (customer growth) serta untuk mempertahankan pelanggan yang loyal (customer rate retention). d. Fungsi kegiatan pengelolaan piutang (accounting), untuk menjaga likuiditas keuangan dan aliran kas (cash flow) yang sehat. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 32 e. Fungsi kegiatan pembukuan atau tata usaha, yaitu menyajikan laporan yang tepat waktu, isi dan guna agar dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. 3.2.1 Manajemen Pengadaan 3.2.1.1 Definisi Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan, yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi. 3.2.1.2 Tujuan Manajemen pengadaan dilakukan untuk menyediakan obat atau bahan obat untuk memenuhi kebutuhan stok di gudang. 3.2.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Tugas dan Tanggung jawab seorang supervisor pembelian di KFTD yaitu (KFTD, 2011): a. Bertugas dan bertanggung jawab membuat rencana pembelian. b. Bertugas dan bertanggung jawab memantau hasil pembelian dengan cara memeriksa copy faktur yang diterima terhadap kelengkapan barang, dan kebenaran harga. c. Bertugas dan bertanggung jawab mengevaluasi hasil pembelian. d. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap kelancaran penyediaan barang dagangan. e. Bertugas dan bertanggung jawab atas pilihannya dalam menentukan supplier. 3.2.1.4 Standard Operational and Procedure Pengadaan Barang Tahapan dalam melakukan pengadaan barang di KFTD adalah sebagai berikut (Said, 2013): a. Membuat daftar rencana pembelian barang Petugas logistik (kepala gudang) bersama petugas penjualan menghitung buffer stock dan kebutuhan level stock per item barang setiap bulan berdasarkan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 33 data historis, lalu data tersebut dikirim ke petugas pembelian untuk membuat daftar rencana pembelian barang setiap bulannya. b. Membuat kontrak pembelian barang Petugas pembelian melakukan perjanjian kontrak pembelian barang dengan pemasok atau principal untuk memperoleh margin yang lebih besar dan masa tenggang pembayaran relatif lebih panjang. c. Mengeksekusi pembelian barang Petugas pembelian menyiapkan Surat Pesanan (SP), ditandatangani oleh penanggung jawab logistik atau penanggung jawab PBF, lalu mengirimkan SP ke principal atau pemasok. d. Menerima dan memeriksa barang Petugas logistik memeriksa dan menerima fisik barang dari pemasok sesuai dengan SP dan faktur barang, lalu membuat tanda terima barang di faktur (stempel dan tanda tangan) petugas gudang. e. Memeriksa kebenaran faktur pembelian barang Petugas pembelian faktur mengenai jumlah, jenis, harga barang dan diskon serta masa tenggang pembayaran, lalu memberikan paraf dan mengirimkan faktur pembelian ke fungsi tata usaha (TU). f. Membukukan faktur pembelian sebagai pembelian dan hutang Petugas TU membukukan faktur tersebut sebagai pembelian barang dan hutang di kartu hutang lalu membuat laporan pembelian dan hutang setiap bulannya. Gambar 3.1. Diagram pengadaan barang Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 34 3.2.1.5 Sasaran Sasaran mutu dari manajemen pengadaan yaitu memperoleh harga barang yang lebih murah (lebih efisien) serta dapat melayani seluruh kebutuhan barang pelanggan (service level) 100% (Said, 2013). 3.2.1.6 Indikator Indikator yang digunakan untuk mengukur fungsi manajemen pengadaan antara lain (Said, 2013): a. Harga pokok penjualan (HPP) 1) Jika HPP yang diperoleh < dari HPP tahun lalu (PBF pesaing), maka fungsi pembelian berfungsi dengan baik. 2) Jika HPP yang diperoleh > dari HPP tahun lalu (PBF pesaing), maka fungsi pembelian tidak berfungsi dengan baik. b. Service level 1) Jika service level > dari service level tahun lalu, maka fungsi pembelian berfungsi dengan baik. 2) Jika service level < dari service level tahun lalu, maka fungsi pembelian tidak berfungsi dengan baik. 3.2.2 Manajemen Penyimpanan 3.2.2.1 Definisi Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. 3.2.2.2 Tujuan Tujuan adanya manajemen penyimpanan ialah untuk memastikan bahwa obat atau bahan obat yang disimpan sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non farmasi. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 35 3.2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab petugas bagian penyimpanan antara lain sebagai berikut (KFTD, 2011): a. Bertugas dan bertanggung jawab memeriksa kebenaran produk (fisik item, bets) di gudang pengeluaran barang yang akan didistribusikan. b. Bertugas dan bertanggung jawab memvalidasi administrasi atas kebenaran mutasi pengeluaran dalam sistem informasi logistik sentral. c. Bertugas dan bertanggung jawab menyerahkan produk yang telah divalidasi ke masing-masing gudang tujuan hantaran. d. Bertugas dan bertanggung jawab meningkatkan ketepatan dan kecepatan proses pengeluaran barang. e. Bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan dokumentasi pengeluaran barang yang sistematis, tertib, rapi, bersih, dan mudah dicari. f. Bertugas dan bertanggung jawab membina SDM dalam jajaran fungsi kerjanya agar memiliki kemampuan dalam melaksanakan business process di pengeluaran barang yang efektif dan efisien sesuai fungsinya. 3.2.2.4 Sistem Penyimpanan Barang di Gudang Sesuai dengan SK Kepala BPOM No. HK 00.05.3.252 tahun 2003, bangunan dan peralatan harus memenuhi beberapa persyaratan. a. Sistem penyimpanan obat di gudang dalam kegiatan distribusi berdasarkan sistem first expired first out (FEFO) atau sistem first in first out (FIFO). b. Kondisi fisik bangunan : 1) Memiliki sirkulasi udara yang baik 2) Tidak boleh banjir 3) Tidak boleh ada rembesan air tanah 4) Tidak boleh ada binatang, serangga dan tikus serta binatang lain yang dapat mempengaruhi kualitas obat dan bahan obat 5) Selalu dalam keadaan bersih dan rapih c. Suhu dan kelembaban udara harus sesuai dengan sifat obat dan bahan obatnya yang ditetapkan Farmakope Indonesia Indonesia, seperti: Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 36 1) Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15-30 oC), untuk obat tablet, kaplet, sirup, infus atau ditentukan lain. 2) Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 5-15 oC), untuk minyak atsiri, salep mata, krim, ovula, suppositoria, tingtur. 3) Disimpan ditempat dingin (pada suhu 0–5oC), untuk vaksin atau ditentukan lain. d. Layout ruangan meliputi: 1) Ruang penerimaan dan pemeriksaan barang masuk (transito in) 2) Ruang penyimpanan barang 3) Ruang pengeluaran dan pemeriksaan barang keluar (transito out) e. Alokasi ruangan meliputi: 1) Ruang barang tidak kedaluwarsa 2) Ruang narkotika 3) Ruang psikotropika 4) Ruang barang–barang kedaluwarsa f. Persyaratan peralatan 1) Alat penyimpanan barang, seperti rak dan paletnya 2) Alat pengukur suhu ruangan serta dokumen data kalibrasinya 3) Alat pengangkut barang di gudang, sepeti forklift, trolley dan tangga 4) Alat pengirim barang bersuhu 5-15oC, seperti cooler box 3.2.2.5 Penataan Alokasi Ruang Penyimpanan di Gudang Sesuai dengan ketentuan peraturan yang ditetapkan Pemerintah tersebut diatas dan berdasarkan sifat obatnya sendiri, maka ruang penyimpanan obat dibagi menjadi 6 yaitu: a. Ruang penyimpanan obat bersuhu 15-30oC, seperti untuk obat tablet, kaplet, sirup atau ditentukan lain. b. Ruang penyimpanan obat bersuhu 5–15oC, seperti untuk minyak atsiri, salep, krim, ovula, suppositoria, tingtur, eter, floatane, halotane. c. Ruang penyimpanan obat bersuhu 0-5oC, seperti untuk obat vaksin dan serum atau ditentukan lain. d. Ruang penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan yang berlaku. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 37 e. Ruang penyimpanan psikotropika sesuai dengan peraturan yang berlaku. f. Ruang penyimpanan obat kedaluwarsa. 3.2.2.6 Kelengkapan Peralatan Gudang Kelengkapan peralatan gudang sesuai kebijakan KFTD yaitu: a. Alat pemeliharaan gedung: generator, alat pemadam kebakaran, alat kebersihan dan tempat sampah. b. Alat pemeriksaan dan penerimaan barang: komputer, barcode scanner, trolley dan stempel. c. Kelengkapan alat penyimpan barang: AC, lemari narkotika, rak besi dan palet, trolley, tangga dan forklift d. Kelengkapan alat pengeluaran barang: komputer, barcode scanner, trolley, forklift dan buku ekspedisi pengeluaran barang. e. Kelengkapan alat K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja): helm, sepatu dan rompi. f. Kelengkapan alat pengiriman barang: mobil box dan sepeda motor box. 3.2.2.7 Standard Operational and Procedure Penerimaan, Penyimpanan, dan Pengeluaran Barang Menurut Said (2013), SOP penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang ialah sebagai berikut: a. Menerima barang di transito in 1) Petugas logistik memeriksa dan menerima fisik barang dari pemasok sesuai dengan SP dan faktur barang, di ruang transito in. 2) Membuat tanda terima barang (stempel atau paraf) di faktur pembelian. 3) Menyimpan dan memasukkan data barang pada sistem informasi. b. Menyimpan barang 1) Petugas logistik memasukkan barang dari ruang transito in ke ruang penyimpanan sesuai dengan lokasinya masing–masing barang. 2) Mencatat barang masuk di sistem informasi dan masing–masing kartu barangnya. 3) Melaporkan penerimaan barang ke TU sebagai pembelian dan hutang. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 38 c. Mengeluarkan barang dari gudang 1) Petugas logistik berdasarkan SP dan faktur penjualan dari fakturis, mengeluarkan barang dari gudang ke transito out. 2) Mencatat mutasi barang di kartu barang dan sistem informasi. 3) Mencatat penyerahan barang dari gudang ke pengantar barang di buku ekspedisi hantaran barang dan meminta paraf pengantar barang. 4) Memeriksa kembali penyerahan barang dari pengantar barang ke pelanggan melalui faktur yang ada tanda terima dari pelanggan. d. Membuat laporan mutasi barang di gudang 1) Petugas gudang membuat laporan mutasi barang. 2) Petugas gudang menghitung saldo barang setiap periode tertentu (1 bulan, 3 bulan), lalu membuat berita acara stock opname barang kemudian mengirim laporan tersebut ke fungsi TU. Gambar 3.2. Diagram penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 39 Gambar 3.3. Alur penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang 3.2.2.8 Sasaran Sasaran yang ingin dicapai pada manajemen penyimpanan ialah mencegah kehilangan dan kerusakan barang atau kedaluwarsa (Said, 2013). 3.2.2.9 Indikator Indikator yang digunakan untuk mengukur fungsi manajemen pergudangan antara lain (Said, 2013): a. Jika jumlah barang hilang dan rusak > dari angka kebijakannya, maka fungsi pergudangan berfungsi dengan baik. b. Jika jumlah barang hilang dan rusak < dari angka kebijakannya, maka fungsi pergudangan tidak berfungsi dengan baik. 3.2.3 Manajemen Penjualan dan Pelayanan 3.2.3.1 Definisi The American Marketing Association mendefinisikan marketing (management) sebagai “the process of planning and executing the conception, pricing, promotion,and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and organizational objectives. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 40 Philip Kotler mendefinisikan marketing management sebagai “the art and science of choosingtarget markets and getting, keeping, and growing customers through creating, delivering, and communicating superior customer values”. 3.2.3.2 Tujuan Menurut Said (2013), tujuan dari manajemen penjualan ialah untuk memperoleh pertumbuhan penjualan (sales growth) dan pertumbuhan jumlah pelanggan (costumer growth) serta untuk mempertahankan pelanggan yang loyal (costumer rate retention). 3.2.3.3 Standard Operational and Procedure Penjualan dan Pelayanan Menurut Said (2013), SOP penjualan dan pelayanan ialah sebagai berikut: a. Mengecek SP terhadap status umur hutang pelanggan yang lebih dari 2 bulan 1) Salesman mengunjungi pelanggan yang tidak bermasalah (tidak memiliki hutang > 2 bulan), secara rutin. 2) Salesman menawarkan produk ke pelanggan (jumlah item dan SKU’s) melalui program–program dari principalnya, seperti program diskon dan bonus. 3) Salesman mengambil SP dari pelanggan dan memeriksa status umur hutang yang > 2 bulan, mencatat statusnya (ok atau tidak ok). 4) Salesman menyerahkan SP ke fakturis untuk dibuatkan fakturnya. Gambar 3.4. Contoh alat kontrol penjualan b. Pembuatan faktur atas SP pelanggan 1) Fakturis mengecek kebenaran data dan alamat pelanggan melalui sistem informasi dan mencatat statusnya (ok atau tidak ok). 2) Fakturis membuatkan faktur penjualan barangnya. 3) Fakturis menyerahkan faktur dan SP pelanggan ke fungsi logistik. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 41 c. Menyiapkan barang pesanan pelanggan 1) Petugas logistik mengeluarkan barang atas pesanan pelanggan berdasarkan faktur dan SP, dan mencatat mutasi barang di kartu barang. 2) Petugas mengecek kesesuaian barang dengan faktur dan SP kemudian mencatat statusnya (ok atau tidak ok). 3) Petugas mencatat jumlah barang yang dikeluarkannya sesuai dengan nama pelanggan di sistem informasi. 4) Petugas memindahkan barang yang siap dikirim ke ruang transito out dan mencatat di buku ekspedisi pengeluaran barang gudang. 5) Petugas membuat tanda terima penyerahan barang ke pengantar barang di buku ekspedisi pengeluaran barang. d. Memindahkan barang pesanan ke transito out 1) Petugas gudang memindahkan barang yang siap dikirim ke ruang transito out dan mencatat di buku ekspedisi pengeluaran barang gudang. 2) Petugas membuat tanda terima penyerahan barang ke pengantar barang di buku ekspedisi pengeluaran barang. e. Menyerahkan barang ke petugas hantaran 1) Petugas gudang menyerahkan barang yang siap antar kepada petugas hantaran. 2) Petugas hantaran mencatat seluruh barang pesanan di buku ekspedisinya. f. Mengirim barang ke pelanggan 1) Petugas hantaran barang mengirim barang ke pelanggan. 2) Petugas hantaran barang meminta tanda terima barang dari pelanggan dan mencatat status penerimaannya (ok atau tidak ok). 3) Petugas hantaran barang menyerahkan tanda terima barang ke fungsi logistik. g. Memvalidasi pengeluaran barang 1) Petugas logistik memvalidasi pengiriman barang ke pelanggan di sistem informasi sebagai barang keluar. 2) Petugas logistik menyerahkan faktur penjualan yang telah ada tanda terima dari pelanggan dan SP ke fungsi TU. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 42 h. Mencatat hasil penjualan barang ke pelanggan 1) Petugas administrasi penjualan TU memasukkan data pengiriman barang di sistem informasi sebagai penjualan berdasarkan faktur dan SP yang telah ada TT nya dari pelanggan. 2) Petugas administrasi penjualan TU juga memasukkan ke sistem informasi hasil penjualan tersebut. 3) Petugas administrasi penjualan menyerahkan SP dan faktur penjualan ke administrasi inkaso. i. Menyimpan faktur dan penyerahan faktur yang telah jatuh tempo ke juru tagih 1) Petugas administrasi inkaso memasukkan data penjualan di kartu piutang berdasarkan faktur dan SP yang telah ada tanda terimanya dari pelanggan ke dalam sistem informasi. 2) Petugas administrasi inkaso menyimpan faktur penjualan dan membuat daftar tanggal jatuh temponya ke sistem informasi. 3) Petugas administrasi inkaso akan menyerahkan faktur tagihan ke juru tagih sesuai dengan daftar tagihan yang telah jatuh tempo untuk ditagihkan ke pelanggan. Gambar 3.5. Diagram penjualan 3.2.3.4 Sasaran Sasaran yang ingin dicapai pada manajemen penjualan ialah mencapai target penjualan dan service level yang ditentukan (Said, 2013). Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 43 3.2.3.5 Indikator Indikator yang digunakan untuk mengukur fungsi manajemen penjualan (Said, 2013) antara lain: a. Jika penjualannya > target atau dari tahun lalu, maka fungsi pelayanannya berfungsi dengan baik b. Jika penjualannya < target atau dari tahun lalu, maka fungsi pelayanannya tidak berfungsi dengan baik c. Jika service levelnya = 100 % atau > baik dari tahun lalu, maka fungsi pelayanannya berfungsi dengan baik d. Jika service levelnya < 100 %, maka fungsi pelayanannya tidak berfungsi dengan baik 3.2.4 Manajemen Piutang 3.2.4.1 Definisi Menurut Nurjannah (2012), piutang adalah hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain, menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa kepada pihak terhutang. Piutang merupakan semua tuntutan terhadap langganan baik berbentuk perkiraan uang, barang maupun jasa dan segala bentuk perkiraan seperti transaksi. Penjualan secara kredit menimbulkan hak bagi perusahaan yang melakukan penagihan pada langganannya sesuai persyaratan yang telah disepakati bersama pada saat melakukan transaksi. Piutang dapat diartikan sebagai jumlah nominal yang harus dibayarkan oleh pelanggan kepada pihak penyedia setelah dilakukan proses transaksi jual beli pada waktu jatuh tempo pembayarannya. 3.2.4.2 Standard Operational and Procedure Piutang Menurut Said (2013), SOP Piutang ialah sebagai berikut: a. Penyerahan faktur tagihan dari fungsi TU ke administrasi Inkaso 1) Administrasi penjualan menerima dokumen penjualan kredit (faktur yang sudah ada tanda terima dari pelanggan beserta SP) dari fungsi gudang. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 44 2) Administrasi penjualan mengelompokkan dokumen penjualan kredit sesuai dengan nama-nama pelanggannya dan mencatat di kartu piutang per pelanggan. 3) Administrasi penjualan membukukan penjualan kredit per pelanggan di sistem informasi (komputer). 4) Administrasi penjualan pada awal bulan merekap hasil penjualan kredit dan membuatkan rekap tagihan per pelanggan lalu menyerahkan ke administrasi inkaso. b. Penyerahan faktur tagihan dari administrasi inkaso ke juru tagih 1) Adminsitrasi inkaso memeriksa dan menerima penyerahan fisik faktur tagihan dan membuat tanda terima di buku ekspedisi penyerahan faktur dari administrasi penjualan. 2) Administrasi inkaso mencatat piutang masuk di sistem informasi (kartu piutang) per pelanggan. 3) Adminsitrasi inkaso membuat rencana penagihan berdasarkan tanggal jatuh temponya. 4) Administrasi inkaso menyerahkan sejumlah faktur yang telah jatuh tempo ke juru tagih disertai dengan nota inkaso (dokumen tanda penyerahan faktur tagihan ke juru tagih). c. Penyerahan faktur tagihan dari juru tagih ke pelanggan 1) Juru tagih menerima faktur tagihan dari administrasi inkaso disertai tanda terima di nota inkaso. 2) Juru tagih menyerahkan faktur yang telah jatuh tempo ke pelanggan. 3) Pelanggan menerima faktur dan membayar hutangnya dengan 3 kemungkinan yaitu: a) Dibayar lunas (100 %) b) Dibayar sebagian c) Hanya membuat tanda terima faktur dan pembayaran pada tanggal berikutnya Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 45 d. Penyetoran dan pelaporan uang hasil tagihan 1) Juru tagih menyetorkan uang hasil tagihan pada hari yang sama (sore hari) ke fungsi keuangan dengan meminta tanda terima setortan uang tagihan di nota inkaso, jika pelanggan membayar 100 % lunas atau sebagian lunas. 2) Juru tagih melaporkan dan menyerahkan kembali hasil dokumen alat tagih ke administrasi inkaso dengan tiga keterangan: a) Dibayar lunas (100 %) oleh pelanggan. b) Dibayar sebagian oleh pelanggan dengan melampirkan bukti sebagian pembayarannya di balik faktur aslinya. 3) Ditunda oleh pelanggan dengan melampirkan bukti tanda terima faktur dari pelanggan dan keterangan tanggal akan dibayar oleh pelanggan. 4) Administrasi inkaso menerima laporan dari juru tagih dan menyimpan kembali faktur–faktur tagihan atau tanda terima faktur yang belum lunas dibrankas. 5) Administrasi inkaso menyerahkan kembali faktur tagihan atau tanda terima faktur yang belum lunas ke juru tagih untuk ditagihkan kembali ke pelanggan sesuai janji. e. Konfirmasi piutang ke pelanggan 1) Administrasi inkaso membuat data mutasi piutang per pelanggan pada setiap awal bulan. 2) Administrasi inkaso membuat surat konfirmasi setiap bulan tentang jumlah hutang kepada setiap pelanggan. 3) Bagi pelanggan yang tidak menjawab surat konfirmasi tersebut, maka angka hutang pelanggan yang dibuat apotek yang dianggap benar. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 46 Gambar 3.6. Diagram pengelolaan piutang 3.2.4.3 Sasaran Sasaran yang ingin dicapai pada manajemen piutang ialah mencegah kehilangan faktur dan pencurian uang hasil tagihan (Said, 2013). 3.2.4.4 Indikator Indikator yang digunakan untuk mengukur fungsi manajemen penjualan (Said, 2013) antara lain: a. Jika tingkat kehilangan faktur atau pencurian uang hasil tagihan = 0 %, maka administrasi inkaso berfungsi dengan baik. b. Jika tingkat kehilangan atau pencurian uang hasil tagihan > 0, maka administrasi inkaso tidak berfungsi dengan baik. 3.2.5 Manajemen Pembukuan 3.2.5.1 Definisi Manajemen pembukuan adalah cara mengelola pembukuan atau pencatatan (accounting) dan pengikhtisaran seluruh transaksi dagang dan keuangan serta penganalisaan, pembuktian dan pembuatan laporan. Di Indonesia istilah (bagian) pembukuan yang terdapat di suatu perusahaan juga dikenal dengan nama tata usaha yaitu fungsi kegiatan yang bertugas melakukan pencatatan, pemeriksaan, pembuatan laporan dan pengarsipan (Said, 2013). Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 47 3.2.5.2 Tujuan Pembukuan dibutuhkan untuk menyimpan seluruh kegiatan perusahaan dan transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan Tujuan utama kegiatan pembukuan di PBF adalah agar seluruh transaksi keuangan dapat didokumentasikan sesuai dengan urutan peristiwa atau kejadian dan besarannya, sehingga dapat disajikan dalam laporan keuangan dengan benar dan berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2013). 3.2.5.3 Standard Operational and Procedure Pembukuan Adapun proses pembuatan laporan akuntansi keuangan terdiri (Said, 2013): a. Mengumpulkan seluruh dokumen transaksi b. Mencatat seluruh data transaksi ke buku jurnal c. Memindahkan dari buku jurnal ke buku besar (posting) d. Mencocokkan (judgment) terhadap informasi terakhir e. Menyususun (reporting) laporan dari data buku besar f. Menutup buku besar dan membuat laporannya g. Mengirimkan laporan ke pihak yang membutuhkan h. Mengarsipkan (filing) Gambar 3.7. Diagram pembukuan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 48 3.2.5.4 Sasaran Sasaran yang ingin dicapai pada manajemen pembukuan ialah menyajikan laporan keuangan tepat isi dan tepat waktu (Said, 2013). 3.2.5.5 Indikator Indikator yang digunakan untuk mengukur fungsi manajemen penjualan (Said, 2013) antara lain: a. Jika laporan keuangan dapat dibuat dan disajikan tepat isi dan waktu sesuai tanggal yang ditetapkan, maka TU berfungsi dengan baik. b. Jika laporan keuangan tidak dapat dibuat dan disajikan tepat isi dan waktu sesuai tanggal yang ditetapkan, maka TU tidak berfungsi dengan baik. 3.3 Pajak Jenis pajak yang dikelola di bagian tata usaha PT. Kimia Farma Trading and Distribution antara lain pajak pertambahan nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). 3.1.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas : a. Penyerahan barang kena pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha b. Impor barang kena pajak c. Penyerahan jasa kena pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar Daerah Pabean, di dalam Daerah Pabean atau ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yg meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 49 Ekonomi Ekslusif dan Landas Kontinen. Barang kena pajak adalah barang yang dikenakan pajak. Dalam PPN dikenal pula istilah diantaranya yaitu : a. Pajak keluaran yaitu, PPN terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak. Dalam hal ini Pajak keluaran merupakan pajak yang dikeluarkan oleh KFTD kepada pelanggan terhadap transaksi jual beli yang dilakukan, dibuktikan dengan adanya faktur pajak. b. Pajak masukan yaitu, PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak. Pajak masukan dalam hal ini merupakan pajak yang telah dibayarkan oleh KFTD pada saat proses pembelian barang kepada pihak principal pihak III, dibuktikan dengan adanya Surat Setoran Pajak (SSP). Faktur pajak yaitu, bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak. Faktur pajak dalam hal ini dibundel menjadi satu bersama dengan faktur penjualan. Faktur pajak pelanggan akan dikelola oleh pihak KFTD pusat. 3.1.2 Pajak Penghasilan (PPh) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara dan daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya dan bentuk usaha tetap. Orang pribadi yang dimaksud yaitu pegawai yang dikenakan pajak meliputi pegawai tetap dan tidak tetap yang jumlah nominal kena pajaknya disesuaikan dengan statusnya antara kawin, kawin dengan memiliki anak dan memiliki tanggungan terhadap anak serta status tidak kawin. Berdasarkan PMK No. 162/PMK.011/2012 besarnya pajak yang dibayarkan dalam satu tahun yaitu Rp. 24.300.000,- untuk pegawai dengan status tidak kawin, Rp. 2.025.000,- untuk pegawai dengan status kawin dan untuk status kawin dengan tanggungan anggota Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 50 keluarga berupa anak, jumlah anak yang ditanggung maksimal tiga orang. Sedangkan Badan Usaha Milik Negara dalam hal ini yaitu KFTD, dikenakan pajak pula atas badan usaha dengan penghasilan yang diterima atau diterimanya selama satu tahun pajak. Jumlah nominal pajak yang dikenakan berdasarkan dari jumlah pemasukan yang didapat selama satu tahun. Dalam hal pengelolaan pajak diambil alih oleh KFTD pusat, sedangkan besarnya nominal pajak penghasilan yang harus dibayarkan ke Direktorat Jenderal Pajak dihitung oleh KFTD di cabang masing-masing di bagian tata usaha. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) dilaksanakan di tiga cabang, yaitu KFTD cabang Bogor yang merupakan KFTD cabang kelas 2 dan terletak di Jl. Tentara Pelajar No. 2 Bogor, KFTD cabang Jakarta-1 yang merupakan KFTD cabang kelas 3 terletak di Jl. Majapahit No. 20 Jakarta Pusat, serta KTFD cabang Serpong yang merupakan KFTD cabang kelas 1 dan terletak di Komplek Multiguna nomor A12 Serpong Tangerang Selatan. Perbedaan kelas cabang didasarkan pada besarnya omset penjualan. KFTD melakukan tugasnya sebagai distributor sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan ke berbagai tempat diantaranya yaitu institusi pemerintahan, rumah sakit, apotek, toko obat, pedagang besar farmasi lainnya, horeka (hotel, restoran, karaoke atau kafe) dan lain-lain. Diantara produk yang di distribusikan yaitu, obat-obat keras dengan resep dokter, obat Over The Counter (OTC), narkotika, Obat Generik Berlogo (OGB), kosmetika, bahan baku dan alat kesehatan. KFTD cabang Bogor melakukan pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan ke wilayah Bogor, Depok, Cileungsi, dan Cibubur. KFTD cabang Jakarta-1 melakukan pendistribusian ke wilayah Cengkareng, Pluit, Muara Karang, Grogol, Tomang, Slipi, Mangga Besar, Tanjung Duren, Tanah Abang, Asemka. KFTD cabang Serpong melakukan pendistribusian ke wilayah Kota Tangerang, Tangerang Selatan, beberapa daerah di Jakarta Selatan seperti Fatmawati hingga Blok M, dan beberapa wilayah di pinggiran Jakarta Barat seperti Pos Pengumben. Penanggung jawab diketiga cabang KFTD adalah seorang apoteker yang bekerja purna waktu sesuai dengan peraturan dan persyaratan CDOB. Apoteker bertanggung jawab menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem manajeman mutu di fasilitas distribusi. Apabila apoteker penanggung jawab (APJ) tidak dapat melakukan tugasnya dalam kurun waktu tertentu yang ditetapkan, maka perlu ada pendelegasian tugas ke tenaga teknis kefarmasian. Namun, SOP pendelegasian tugas ini di ketiga cabang belum ada. 51 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 52 Pengadaan barang di ketiga cabang didasarkan pada kondisi stok barang di gudang dengan mengacu kepada kondisi level stock, buffer stock dan minimal stock di gudang. Hal lain yang menjadi dasar pengadaan barang yaitu dilihat dari laporan penjualan bulan sebelumnya. Untuk barang yang dinilai laku (fast moving) maka dapat dilakukan pengadaan kembali, namun untuk barang yang kurang laku atau tidak laku tidak akan dilakukan pengadaan. Pengadaan barang dilakukan oleh petugas logistik ke pihak-pihak yang telah disetujui oleh KFTD pusat sebagai pemasok yang sah dalam melakukan pembelian, yaitu Principal Perusahaan Induk (PT. Kimia Farma Tbk.) yang memasok Obat Generik Berlogo (OGB), Over The Counter Drugs (OTC), dan narkotika-psikotropika, Principal Pihak III (Industri Farmasi atau PBF lain yang telah bekerja sama dengan KFTD pusat) seperti Biofarma, dan Principal Lokal (Industri Farmasi atau PBF lain yang telah bekerja sama dengan KFTD cabang dengan persetujuan KFTD pusat). Pengadaan ke principal perusahaan induk melalui Unit Bisnis Logistik (UBL) dilakukan seminggu sekali. KFTD cabang Bogor dan Serpong melakukan pengadaan pada hari senin, sedangkan KFTD cabang Jakarta-1 pada hari rabu. Pengadaan ke principal pihak III dan principal lokal di ketiga cabang dilakukan sesuai kebutuhan. Pemesanan barang dilakukan menggunakan surat pesanan (SP) (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Untuk pemesanan narkotika wajib menggunakan SP khusus model N-9 dan untuk psikotropika menggunakan SP khusus psikotropika. Pemesanan yang telah dibuat oleh bagian pembelian ditandatangani oleh supervisor logistik dan kepala cabang sebagai persetujuan pengadaan barang. SP yang telah disetujui, di faksimile untuk dipesan, lalu diarsipkan. Untuk SP nakotika yang telah di faksimile seharusnya segera dikirimkan ke UBL melalui pos, namun pengiriman SP asli tidak segera dilakukan. Seperti di KFTD cabang Jakarta-1 pengiriman SP asli narkotika-psikotropika oleh apoteker dilakukan sebulan kemudian. KFTD cabang Serpong pengiriman SP asli narkotikapsikotropika dilakukan seminggu kemudian. Namun di cabang Bogor pengiriman SP asli narkotika-psikotropika dilakukan saat penerimaan barang dari UBL. Setelah pemesanan dilakukan, maka proses selanjutnya adalah penerimaan dan penyimpanan. Kegiatan penerimaan dilakukan di ruang penerimaan (transito Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 53 in). Penerimaan barang dilakukan dengan pengecekan kesesuaian antara surat pesanan dengan faktur pembelian (Lampiran 3) atau SKB (Surat Kirim Barang) (Lampiran 4) meliputi item barang, jumlah barang, diskon, dan harga. Kemudian dilakukan pengecekan kembali antara faktur atau SKB dengan fisik barang meliputi item barang, jumlah barang, nomor batch, tanggal kedaluwarsa, dan kondisi fisik barang. Seluruh kegiatan penggadaan obat reguler diketiga cabang telah sesuai dengan standard operational procedure (SOP) dan mengacu pada CDOB. Sedangkan penggadaan narkotika-psikotropika belum mengacu pada CDOB. Barang yang telah diterima selajutnya disimpan di gudang dan dokumen barang atau faktur pembelian (Lampiran 3) ditandatangani oleh bagian penerimaan dan APJ PBF. Kemudian dilakukan entry data barang masuk di sistem informasi oleh bagian logistik. Faktur pembelian (Lampiran 3) kemudian ditandatangani kembali oleh supervisor tata usaha (TU) dan dijadikan sebagai hutang dagang. Sistem penyimpanan di gudang KFTD cabang Bogor, Serpong, Jakarta-1 menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO). Khusus penyimpanan narkotika-psikotropika di cabang Bogor menggunakan sistem First In First Out (FIFO). Penyimpanannya di ketiga cabang berbeda-beda. Penyimpanan di KFTD cabang Bogor berdasarkan obat reguler dan obat narkotika-psikotropika. Gudang obat regular dipisahkan berdasarkan obat dari Kimia Farma dan dari pihak III. Penyimpanannya di KFTD cabang Jakarta-1 dipisahkan berdasarkan obat reguler dan obat narkotika-psikotropika. Obat reguler dipisahkan kembali berdasarkan obat yang berasal dari Kimia Farma dan pihak III menggunakan rak-rak yang berbeda. Gudang terbagi menjadi gudang produk eceran atau box serta gudang produk dalam bentuk dus. Penyimpanannya di KFTD cabang Serpong berdasarkan obat reguler dan obat narkotika-psikotropika. Gudang obat regular dipisahkan kembali berdasarkan: 1) Rak 1, obat generik Kimia Farma, 2) Rak 2, OTC dan ethical Kimia Farma, 3) Rak 3, Pihak III dan Kosmetik, 4) Rak 4, Pihak III. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 54 Kelengkapan alat penyimpanan obat regular di ketiga cabang dilengkapi dengan pallet, tangga, exhaust fan, dan alat pengendali suhu (AC) namun tidak terkalibrasi. Di KFTD cabang Jakarta-1 dan Serpong terdapat APAR dan generator tetapi belum memadai, sedangkan di KFTD cabang Bogor tidak tersedia. KFTD cabang Serpong telah dilengkapi dengan forklift untuk memudahkan pemindahan barang, sedangkan di KFTD cabang Bogor dan Jakarta1 belum tersedia. Ketidaktersediaan forklift di KFTD cabang Jakarta-1, dapat diatasi dengan adanya lift gedung. Gudang narkotika-psikotropika di KFTD cabang Bogor dan Serpong ditempatkan diruang terpisah dengan dua lapis pintu yang terkunci. Namun di cabang Jakarta-1 hanya satu lapis pintu. Kunci gudang narkotika-psikotropika dipegang oleh APJ PBF sekaligus sebagai penanggung jawab narkotikapsikotropika. Persyaratan untuk menyimpan narkotika-psikotropika telah sesuai dengan CDOB. Untuk penyimpanan vaksin dan obat yang memerlukan suhu rendah di KFTD cabang Bogor dan Jakarta-1 terdapat 1 chiller dan 1 refrigerator rumah tangga. Refrigerator tidak dilengkapi dengan termometer. Chiller maupun refrigerator di KFTD cabang Bogor belum terkalibrasi namun di KFTD cabang Jakarta-1 telah dikalibrasi. KFTD cabang Serpong memiliki 1 chiller dan 2 refrigerator dan belum dikalibrasi. Pemantauan suhu chiller dan refrigerator di ketiga cabang belum dilakukan secara teratur setiap pagi, siang, dan sore. Layout bangunan di KFTD cabang Bogor dan Jakarta-1 belum memenuhi syarat peta dan ruang karena belum adanya ruang transito in dan transito out. Di KFTD cabang Serpong telah memiliki ruangan transito in dan transito out namun pintu transito out tidak memadai barang-barang yang teralu besar (karton) tidak dapat melewati ruangan transito out. Cabang yang tidak memiliki ruangan transito in dan transito out dilakukan proses penerimaan dan pengeluaran barang pada waktu yang terpisah. Ketika proses penerimaan barang dilakukan maka tidak ada proses pengeluaran barang dan begitu pula sebaliknya. Untuk obat yang rusak dan kedaluwarsa di ketiga cabang telah dilakukan pemisahan dan ditempatkan di ruang yang terpisah, Ruangan obat rusak dan kedaluwarsa di KFTD cabang Serpong dan Bogor tidak terkunci, namun di Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 55 cabang Jakarta-1 sudah terkunci dengan baik. Obat yang diduga palsu belum pernah ditemukan diketiga cabang. Untuk obat kembalian di cabang Bogor dan Jakarta-1 dilakukan pemisahan dari obat-obat reguler, namun di cabang Serpong tidak dipisahkan. Pemusnahan obat di cabang Jakarta-1 belum pernah dilakukan karena pemusnahan dilakukan oleh UBL. Pemusnahan obat di cabang Bogor pernah dilakukan tahun 2011, begitu juga dengan cabang Serpong. Pemusnahan obat disertai dengan berita acara pemusnahan yang dibuat oleh APJ dengan disaksikan oleh BPOM, Dinas Kesehatan dan APJ. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar atau diencerkan sesuai dengan sifat barang yang akan dimusnahkan setelah itu ditimbun di dalam tanah. Kegiatan penjualan dan pelayanan di ketiga cabang KFTD terdiri dari penjualan regular dan penjualan narkotika-psikotropika. Untuk penjualan yang bersifat regular maka pelanggan dapat langsung melakukan pemesanan melalui telepon (Lampiran 5), menggunakan Surat pesanan (SP) yang di faksimile (Lampiran 6) atau menggunakan SP yang dititipkan kepada salesman. Pada pemesanan narkotika-psikotropika, wajib menggunakan SP Narkotika (Form N-9) asli atau SP Psikotropika asli yang ditandatangani oleh APJ sesuai dengan ketentuan CDOB. Pada KFTD cabang Bogor dan Jakarta-1, pemesanan narkotikapsikotropika telah sesuai dengan ketetapan CDOB, namun di KFTD cabang Serpong masih ditemukan adanya pemesanan via telepon/ faksimile oleh APJ dan tidak menggunakan SP asli. SP asli diterima sesaat sebelum dilakukan penyerahan narkotika oleh petugas hantaran. Hal ini merupakan kebijakan yang diberikan oleh KFTD cabang Serpong atas pertimbangan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang mungkin mendesak. Setelah SP diterima, selanjutnya dibuat sales order (SO) di sistem informasi untuk mengecek ketersediaan barang dalam memenuhi pesanan, kemudian dibuat surat kirim barang (SKB) (Lampiran 7) dan faktur penjualan (Lampiran 8) serta faktur pajak (Lampiran 9) jika pembayaran secara COD. Jika pembayaran secara kredit maka faktur pajak akan dibuat saat tukar faktur atau saat penagihan. SKB akan dicetak oleh petugas logistik untuk kemudian dilakukan penyiapan pesanan. Proses penyiapan diawali dengan pengambilan barang sesuai dengan SKB, mulai dari nama sediaan, jumlah, jenis atau bentuk sediaan, nomor Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 56 batch sampai dengan pengecekan tanggal kedaluwarsa. Untuk meminimalkan kesalahan pengambilan barang (error) maka petugas penyiapan dan petugas pengemasan merupakan orang yang berbeda, dimana kedua orang tersebut melakukan pemeriksaan saat penyiapan dan saat pengemasan (double check). Pengambilan barang dari rak penyimpanan berdasarkan sistem FEFO. Pengambilan barang reguler dan CCP belum terdokumentasi dengan baik, dimana telah dilakukan pencatatan jumlah sediaan yang diambil, nomor faktur dan nama pelanggan, namun belum dicatat nomor batch dan sisa stok di kartu stok barang (Lampiran 10). Sedangkan untuk sediaan narkotika dan psikotropika, dokumentasi pengambilan barang telah dilakukan dengan baik. Setelah kegiatan pengambilan dilaksanakan, barang dikemas dan disegel untuk menjaga mutu selama transportasi pengiriman, kemudian diberi label. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan kerusakan, kontaminasi, pencurian dan tertukarnya barang hantaran. Selanjutnya, petugas logistik akan mengeluarkan barang yang sudah dikemas ke ruang transito out dan barang selanjutnya diberikan kepada petugas penghantar barang. Penghantar barang kemudian menuliskan tanggal penghantaran, nomor faktur, nama pelanggan dan total harga barang yang harus dibayarkan di dalam buku ekspedisi penjualan (Lampiran 11 dan Lampiran 12). Buku ekspedisi ini merupakan dokumentasi penghantaran barang ke pelanggan. Setelah diisi, buku selanjutnya diperiksa kebenarannya oleh penanggung jawab logistik. Selain buku ekspedisi penjualan, penghantaran juga disertai dengan faktur penjualan (Lampiran 8) dan SP dari pelanggan (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Pengiriman barang di ketiga cabang KFTD berbeda, dimana KFTD cabang Bogor mengirim barang melalui pihak ketiga (out sourching), KFTD cabang Jakarta-1 pengiriman barang dilakukan sendiri dan KFTD cabang Serpong dilakukan melaui pihak ketiga (out sourching) dan dilakukan sendiri. Penghantaran barang dilakukan setiap pagi dan sore hari. Penghantaran dilakukan menggunakan motor dan mobil box. Mobil box telah dilengkapi dengan kunci gembok guna menjaga keamanan dan mencegah pencurian obat dan penyelewengan lainnya selama transportasi. Namun, penghantaran dengan menggunakan motor belum dilengkapi dengan box melainkan menggunakan tas Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 57 ransel. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan CDOB yang menyatakan bahwa kendaraan yang digunakan harus dapat menjamin bahwa obat tidak mengalami perubahan kondisi selama penghantaran yang dapat mengurangi mutu, seperti penyok, basah karena hujan atau rusak karena jatuh. Selain itu, hal tersebut juga berbahaya bagi petugas penghantar. Untuk sediaan dengan suhu tertentu seperti vaksin, dalam penghantarannya digunakan cool box berisi ice pack untuk menjaga kondisi mutu sediaan sesuai dengan anjuran CDOB. Namun, belum tersedia termometer untuk memastikan bahwa barang yang dihantarkan tidak berubah suhunya selama proses penghantaran. Petugas penghantar barang belum dibekali dengan pengetahuan CDOB, dimana pada KFTD cabang ini memang belum pernah diberikan pelatihan mengenai CDOB pada personil. Selanjutnya, barang diserahkan kepada pelanggan dan faktur penjualan (Lampiran 8) ditandatangani oleh tim penerima barang. Faktur penjualan yang telah ditandatangani diserahkan ke PJ logistik kemudian dibuatkan faktur pajaknya (Lampiran 9). Faktur ini akan menjadi dokumen yang sah untuk dilakukan penagihan kepada pelanggan. Pada penjualan regular, pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai (kredit) dengan tenggang waktu 30 hari. Sedangkan untuk sediaan narkotika dan psikotropika, pembayaran dilakukan secara tunai atau cash on delivery (COD) pada saat barang dihantarkan. Hal ini diberlakukan agar sediaan narkotika setelah dihantarkan secara sah telah menjadi tanggung jawab pelanggan dan bukan tanggung jawab KFTD lagi, serta menghindari penyalahgunaan narkotika oleh pihak yang tidak berwenang. Namun, untuk penjualan narkotika dan psikotropika ke rumah sakit, pembayaran dapat dilakukan secara kredit dengan batas pembayaran maksimal 14 hari setelah pemesanan karena proses dokumen di rumah sakit yang rumit, sehingga untuk melakukan pembayaran secara COD. Pemilihan pelanggan dalam proses penjualan juga menjadi perhatian, dimana penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya disalurkan kepada pihak yang berhak dan berwenang untuk menyerahkan obat ke masyarakat yang dibuktikan dengan adanya Surat Izin Apotek, toko obat dan PBF, Surat Izin Penanggung Jawab dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) atau SIUP (Surat Izin Usaha Pengusaha). Pada penjualan non-tunai, penagihan dilakukan ketika pembayaran telah jatuh tempo. Sebelum Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 58 waktu jatuh tempo, petugas penagih mendatangi pelanggan membawa faktur penjualan (Lampiran 8) untuk melakukan tukar faktur dengan pelanggan yang tujuannya untuk mengingatkan pelanggan bahwa pembayaran telah mendekati jatuh tempo. Ketika telah tiba tanggal jatuh tempo, penagih datang membawa tanda terima tukar faktur (Lampiran 13) yang kemudian akan dijadikan alat penagihan kepada pelanggan. Batas pembayaran bagi pelanggan adalah 45 hari, jika lebih dari 45 hari maka pelanggan tidak boleh melakukan transaksi pembelian dengan PBF sampai piutang dibayar. Penagihan piutang kepada pelanggan yang telat membayar setelah 45 hari maka akan disertakan surat konfirmasi piutang per pelanggan (Lampiran 14) saat melakukan penagihan. Hal ini dilakukan sebagai alat kontrol dalam penagihan. Bagian terakhir dalam seluruh rangkaian proses kegiatan yang dilakukan di KFTD yaitu pengarsipan dokumentasi. Hal ini sangat penting untuk menelusuri seluruh aspek kegiatan jikalau terjadi suatu hal yang tidak dinginkan di masa yang akan datang. Pengarsipan dokumentasi yang dilakukan oleh ketiga cabang KFTD telah memenuhi ketentuan CDOB yaitu adanya dokumentasi tertulis yang berupa prosedur (SOP), kontrak, dan data berbentuk kertas dan elektronik pada kegiatan pembelian, penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan. Seluruh dokumen seperti laporan keuangan, laporan penjualan, laporan pembelian dan lain-lain dicetak dan ditandatangani oleh masing-masing petugas dengan persetujuan kepala cabang. Dokumen disimpan di rak arsip secara teratur dan belum pernah dimusnahkan. Pelaporan dilakukan secara bulanan, triwulan dan tahunan ke KFTD pusat sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan selanjutnya di waktu mendatang. Berdasarkan dari seluruh rangkaian kegiatan tersebut maka kegiatan di ketiga cabang KFTD dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama yaitu kegiatan pembelian dan penyimpanan (Unit Logistik), kegiatan penjualan dan pelayanan (Unit Penjualan) dan kegiatan penagihan serta pengarsipan dokumentasi (Unit Tata Usaha). Seluruh rangkaian kegiatan memiliki indikator apakah kegiatan berjalan dengan baik atau tidak serta sasaran kegiatan sebagai tolak ukur pencapaian tujuan. Dari seluruh rangkaian kegiatan tersebut maka unit logistik di ketiga cabang KFTD dalam hal pembelian telah mencapai sasaran Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 59 memperoleh harga barang yang lebih murah dengan adanya diskon yang diberikan oleh pihak principal terutama principal pihak III pusat. Namun, service level pembelian belum 100%, karena UBL belum mampu memenuhi seluruh permintaan di ketiga cabang KFTD dan sering terjadinya keterlambatan dalam pengiriman barang. Manajemen pergudangan bertujuan untuk mencegah kehilangan, kerusakan, dan kedaluarsa barang. Dalam hal penyimpanan, jumlah barang rusak di KFTD cabang Serpong lebih kecil dari angka kebijakannya (0,4%), yaitu 0,07%. Hal ini menandakan bahwa manajemen pergudangan telah berfungsi dengan baik. Pada unit penjualan di KFTD cabang Serpong, sasaran penjualan untuk bulan september tahun 2013 telah tercapai. Pencapaian penjualan bulan tersebut lebih besar dari yang ditargetkan, dimana capaian di bulan tersebut ialah 3,9 milyar dan target capaian di bulan tersebut ialah 3,7 milayar. Dapat dilihat bahwa fungsi penjualan di bulan tersebut berjalan dengan baik. Pencapaian penjualan di KFTD cabang Jakarta-1 untuk bulan September 2013 ialah 2,5 milyar dari target awal 2,7 milyar. Bila dibandingkan dengan target pencapaian pada bulan September 2012, maka pencapaian di bulan September tahun ini lebih besar, begitu pula dengan pencapaian penjualan di KFTD Bogor. Dapat dilihat bahwa fungsi penjualan di kedua cabang KFTD tersebut berjalan dengan baik. Namun, service level di ketiga cabang KFTD belum 100%, dikarenakan masih adanya pesanan yang tidak dapat dilayani karena barang tidak tersedia. Pada unit tata usaha di ketiga cabang KFTD, pencapaian sasaran sudah tercapai dengan tidak adanya kehilangan faktur. Di sisi lain, unit tata usaha juga telah mencapai sasaran kegiatan dengan menyajikan laporan keuangan yang tepat isi dan tepat waktu. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Trading and Distribution, dapat disimpulkan bahwa: a. Cara Distribusi Obat yang Baik di PT. Kimia Farma Trading and Distribution meliputi aspek manajemen mutu, organisasi, manajemen dan personalia, bangunan dan peralatan, operasional, inspeksi diri, transportasi, fasilitas distribusi berdasar kontrak dan dokumentasi. Sebagai Pedagang Besar Farmasi, KFTD cabang Bogor, KFTD cabang Jakarta 1, dan KFTD cabang Serpong telah berusaha berpedoman pada CDOB yang dikeluarkan oleh BPOM RI pada semua lini kegiatannya, namun masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. b. Dalam melakukan kegiatannya PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) telah menunjuk apoteker sebagai penanggung jawab fasilitas distribusi, dimana tanggung jawab apoteker yaitu menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem manajeman mutu di fasilitas distribusi. 5.2 Saran a. Sebaiknya dibuat SOP pendelegasian tugas ke tenaga teknis kefarmasian lain apabila APJ tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam waktu yang ditentukan. b. Perlu dilakukannya inspeksi diri secara berkala dan berkesinambungan di ketiga KFTD cabang untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masingmasing lini kegiatan agar mampu menjadi bahan evaluasi untuk kegiatan di masa yang akan datang serta mempertahankan kinerja baik yang telah ada. c. Sebaiknya ruang transito out dan transito in di KFTD Jakarta-1 dan KFTD Bogor dipisah dan tidak dijadikan tempat penyimpanan barang untuk mencegah kesalahan saat pengiriman barang, penerimaan barang dan kehilangan barang. d. Sebaiknya SP asli pengadaan narkotika-psikotropika di ketiga KFTD cabang segera dikirimkan ke UBL setelah dibuat oleh APJ. 60 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 61 e. Sebaiknya pemeriksaan pada penerimaan barang didokumentasikan secara rutin oleh ketiga KFTD cabang. f. Sebaiknya alat pengukur suhu ruangan di gudang ketiga KFTD cabang Bogor dipelihara, dikalibrasi, dimonitoring dan didokumentasikan secara rutin oleh petugas logistik. g. Sebaiknya dibuat jadwal pembersihan gudang yang rutin di ketiga KFTD cabang. h. Sebaiknya barang kembalian, rusak, dan kedaluarsa yang ada di KFTD cabang Serpong dan KFTD cabang Bogor disimpan di ruang terpisah dan terkunci. i. Sebaiknya pengadaan AC untuk gudang reguler di ketiga KFTD cabang segera direalisasikan demi menjaga mutu sediaan farmasi tetap terjaga. j. Sebaiknya penjualan narkotika-psikotropika di KFTD cabang Jakarta-1 dan KFTD cabang Serpong hanya melayani pesanan dengan SP asli. k. Sebaiknya pencatatan pengambilan barang ke dalam kartu stok untuk barang reguler dilakukan dengan lengkap oleh ketiga KFTD cabang (tanggal, nomor faktur, nama pelanggan, nomor batch, tanggal kedaluwarsa, jumlah barang yang diambil, dan sisa stok) sesuai SOP. l. Sebaiknya motor penghantar barang di KFTD cabang Jakarta-1 dan KFTD cabang Serpong dilengkapi dengan box demi menjaga mutu sediaan dan keselamatan penghantar. m. Sebaiknya dilakukan pelatihan kepada petugas di ketiga KFTD cabang mengenai penggunaan APAR, pengelolaan CCP, pengelolaan narkotikapsikotropika, CDOB dan perundang-undangan yang terkait. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 DAFTAR ACUAN Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Dstribusi Obat yang Baik. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1148 Tahun 2011 tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012. Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2013). Pembukuan Unit Pengelola Keuangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya. KFTD. (2011). PT. Kimia Farma Trading and Distribution. September 26, 2013. http://www.kftd.biz. Kimia Kimia Farma. (2012). http://www.kimiafarma.co.id. Farma. September 26, 2013. Nurjannah. (2012). Analisis Tingkat Perputaran Piutang Pada PT Adira Finance Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Pemerintah Republik Indonesia. (1983). Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Said, Muhammad Umar. (2013). Manajemen Pedagang Besar Farmasi Praktis. Solo: CV. Ar-Rahman. 62 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 63 LAMPIRAN Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 64 Lampiran 1. Surat pesanan pembelian ke pihak III Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 65 Lampiran 2. Surat pesanan ke unit bisnis logistik (UBL) Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 66 Lampiran 3. Faktur pembelian dari pihak III Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 67 Lampiran 4. Surat kirim barang (SKB) dari UBL ke KFTD cabang Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 68 Lampiran 5. Surat pesanan sementara Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 69 Lampiran 6. Surat pesanan yang di faksimile Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 70 Lampiran 7. Delivery order atau SKB penjualan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 71 Lampiran 8. Faktur penjualan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 72 Lampiran 9. Faktur pajak penjualan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 73 Lampiran 10. Kartu stok Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 74 Lampiran 11. Buku ekspedisi tunai Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 75 Lampiran 12. Buku ekspedisi kredit Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 76 Lampiran 13. Tanda terima tukar faktur Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 77 Lampiran 14. Konfirmasi piutang per pelanggan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 78 Lampiran 15. Nota inkaso Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 79 Lampiran 16. Laporan harian kunjungan salesman Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 80 Lampiran 17. Daftar kunjungan salesman Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 81 Lampiran 18. Kunjungan penagih Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 82 Lampiran 19. Customer record card Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA KEPATUHAN MELAKSANAKAN CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK (CDOB) UNTUK SEDIAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI PT. KIMIA FARMA TRADING AND DISTRIBUTION CABANG SERPONG TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DESYE NURMALITA TANAN, S.Farm. 1206329461 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. i ii iv BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Tujuan ......................................................................................... 1 1 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1 Narkotika dan Psikotropika ......................................................... 2.1.1 Narkotika ........................................................................... 2.1.1.1 Definisi .................................................................. 2.1.1.2 Penggolongan ........................................................ 2.1.2 Psikotropika ....................................................................... 2.1.2.1 Definisi .................................................................. 2.1.2.2 Penggolongan ........................................................ 2.2 PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Serpong .... 2.2.1 Gambaran Umum .............................................................. 2.2.2 Struktur Organisasi ............................................................ 2.3 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) .................................. 2.3.1 Definisi .............................................................................. 2.3.2 Tujuan ................................................................................ 2.4 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Menurut CDOB ......... 2.4.1 Prinsip ................................................................................ 2.4.2 Umum ................................................................................ 2.4.3 Personalia ........................................................................... 2.4.4 Bangunan dan Peralatan .................................................... 2.4.5 Operasional ........................................................................ 2.4.5.1 Kualifikasi Pemasok .............................................. 2.4.5.2 Kualifikasi Pelanggan ............................................ 2.4.5.3 Pengadaan .............................................................. 2.4.5.4 Penerimaan ............................................................. 2.4.5.5 Penyimpanan .......................................................... 2.4.5.6 Pemusnahan ........................................................... 2.4.5.7 Penyaluran ............................................................. 2.4.5.8 Ekspor dan Impor ................................................... 2.4.6 Narkotika dan Psikotropika Kembalian ............................. 2.4.7 Dokumentasi ...................................................................... 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 6 7 7 7 7 8 9 9 9 11 11 12 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 14 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 4.1 Kesimpulan ................................................................................. 4.2 Saran ............................................................................................ 19 19 20 ii Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 21 LAMPIRAN .................................................................................................. ......................................................................................... 22 iii Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13 Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Serpong .................................................. Surat Pesanan Narkotika KFTD Cabang Serpong .................. Surat Kirim Barang (SKB) dari UBL ..................................... Gudang Narkotika dan Psikotropika ....................................... Langit-Langit Gudang Narkotika dan Psikotropika ................ Lemari Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika ................. Air Conditioner dan Termohidrometer di Gudang Narkotika dan Psikotropika ..................................................................... Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika dari Pelanggan .... Surat Pesanan Sementara ........................................................ Delivery Order ........................................................................ Faktur Penjualan Narkotika .................................................... Faktur Pajak Penjualan Narkotika .......................................... Kartu Stok ............................................................................... Kemasan Narkotika Dan Psikotropika .................................... Lembar Ekspedisi Penjualan Narkotika Dan Psikotropika ..... Barang Kembalian dan Nota Retur ......................................... Lemari Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika Rusak, Retur dan Kedaluarsa .............................................................. Berita Acara Retur Narkotika dan Psikotropika ke UBL ........ Laporan Bulanan Distribusi Narkotika ................................... Laporan Bulanan Distribusi Psikotropika ............................... iv Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut perlu dilakukan upaya berkelanjutan di segala bidang, antara lain pembangunan kesejahteraan rakyat, termasuk kesehatan. Dalam rangka mewujudkan kesehatan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan psikotropika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Narkotika dan Psikotropika di satu sisi merupakan obat atau bahan obat yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun di sisi lain, narkotika dan psikotropika dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Pengadaan, penyimpanan dan penyaluran sediaan farmasi termasuk narkotika, psikotropika dan preskusor dalam jumlah besar dilakukan oleh suatu perusahaan berbentuk badan hukum berizin yang disebut pedagang besar farmasi (PBF). PBF dan PBF Cabang dalam menyelenggarakan kegiatan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran sediaan farmasi wajib menerapkan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik (CDOB). CDOB adalah cara distribusi/ penyaluran obat dan/ atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/ penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). PT. Kimia Farma Trading and Distribution sebagai satu-satunya distributor narkotika dan psikotropika yang telah ditunjuk oleh pemerintah seyogianya dapat menjamin keabsahan mutu produk narkotika dan psikotropika yang sampai ke konsumen adalah produk yang aman, efektif dan dapat digunakan sesuai indikasinya; dan menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi 1 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 2 yang dipersyaratkan, termasuk pada sistem transportasinya. Dalam rangka menjamin keabsahan mutu dan keamanannya, perlu dilakukan peniliaan mengenai penerapan CDOB di fasilitas distribusi. Oleh karena itu, mahasiswa Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Universitas Indonesia diberikan tugas khusus mengenai Kepatuhan Melaksanakan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk Sediaan Narkotika dan Psikotropika di PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Serpong. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui sejauh mana kepatuhan PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong menerapkan cara distribusi obat yang baik (CDOB) untuk sediaan narkotika dan psikotropika di fasilitas distribusinya. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Narkotika dan Psikotropika 2.1.1 Narkotika 2.1.1.1 Definisi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 2.1.1.2 Penggolongan Narkotika digolongkan ke dalam beberapa golongan, yaitu (Pemerintah Republik Indonesia, 2009): a. Golongan I : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: opium, candu, kokaina, ganja, heroina. b. Golongan II : narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: fentanil, metadona, morfina. c. Golongan III : narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodeina. 2.1.2 Psikotropika 2.1.2.1 Definisi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan nakotika 3 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 4 yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku 2.1.2.2 Penggolongan Psikotropika digolongkan ke dalam beberapa golongan, yaitu (Pemerintah Republik Indonesia, 1997): a. Golongan I : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: lisergida, psilosibina. b. Golongan II : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: amfetamina, metamfetamina, sekobarbital. c. Golongan III : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital. d. Golongan IV : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: alprazolam, barbital, diazepam, fenobarbital. 2.2 PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Serpong 2.2.1 Gambaran Umum PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong merupakan salah satu cabang kelas I dari PT. Kimia Farma Trading and Distribution. PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong beralamat di Jalan Raya Serpong, Kompleks Pergudangan Multiguna Nomor A 12, Serpong, Tangerang Selatan. PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong memiliki nomor ijin PBF 442/2881.1/Kes/VII/10. Apoteker di PT. Kimia Farma Trading Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 5 and Distribution cabang Serpong berperan sebagai penanggung jawab PBF dan penanggung jawab narkotika. 2.2.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong dapat dilihat pada Lampiran 1. PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong dipimpin oleh seorang apoteker sebagai kepala cabang. Kepala cabang membawahi 4 orang supervisor, yaitu: a. Supervisor Tata Usaha dan Keuangan b. Supervisor Pembelian c. Supervisor Penjualan d. Supervisor Gudang 2.3 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) 2.3.1 Definisi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012, cara distribusi obat yang baik, yang selanjutnya disingkat CDOB, adalah cara distribusi/ penyaluran obat dan/ atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/ penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. 2.3.2 Tujuan CDOB dimaksudkan untuk memastikan bahwa keamanan, manfaat dan mutu produk obat di sepanjang jalur distribusi tetap dipertahankan sesuai dengan karakteristik pada saat obat dimaksud disetujui untuk beredar, yaitu sejak dari industri farmasi hingga fasilitas pelayanan kefarmasian meliputi apotek, rumah sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat dan toko obat (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 6 2.4 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Menurut CDOB 2.4.1 Prinsip Cara distribusi narkotika dan psikotropika harus dilakukan dalam rangka pemenuhan CDOB termasuk untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan/ atau kehilangan narkotika dan psikotropika dari jalur distribusi resmi. 2.4.2 Umum Distribusi narkotika dan psikotropika wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan CDOB. 2.4.3 Personalia Penanggung jawab merupakan seorang apoteker sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2.4.4 Bangunan dan Peralatan Persyaratan bangunan dan peralatan yang digunakan untuk mengelola narkotika dan psikotropika wajib memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan. Menurut Permenkes No. 28 Tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika, pedagang besar farmasi harus mempunyai gudang khusus untuk menyimpan narkotika. Gudang atau lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika harus aman dan terkunci. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 1978 Nomor 28/Menkes/Per/I/1978, gudang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang kuat dengan merek yang berlainan. b. Langit-langit dan jendela dilengkapi dengan jeruji besi. c. Dilengkapi dengan lemari besi yang tidak kurang dari 150 kilogram dan mempunyai kunci yang kuat. Kunci lemari atau gudang penyimpanan narkotika dan psikotropika dikuasai oleh penanggung jawab fasilitas distribusi atau personil lain yang dikuasakan sesuai dengan uraian pekerjaan. Kapasitas lemari atau gudang khusus Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 7 penyimpanan narkotika atau psikotropika harus sesuai dengan yang dipersyaratkan. Persyaratan yang dimaksud ialah: a. Bahan baku narkotika dan sediaan-sediaan morfina, petidina dan garamgaramnya harus disimpan dalam lemari besi dan dikunci dengan baik. b. Gudang dan lemari tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri. c. Gudang khusus penyimpanan psikotropika tidak boleh dimasuki orang lain tanpa izin penanggung jawab fasilitas distribusi. 2.4.5 Operasional 2.4.5.1 Kualifikasi Pemasok Pemasok yang menyalurkan narkotika wajib memiliki ijin khusus sebagai fasilitas distribusi atau industri farmasi yang memproduksi narkotika. Izin khusus menyalurkan atau memproduksi narkotika diterbitkan oleh Menteri Kesehatan. 2.4.5.2 Kualifikasi Pelanggan Fasilitas distribusi harus memastikan penyaluran narkotika ke fasilitas distribusi lain yang memiliki ijin khusus penyalur narkotika, instalasi sediaan farmasi, apotek dan rumah sakit yang memiliki kewenangan menyalurkan atau menyerahkan narkotika sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Fasilitas distribusi harus memastikan penyaluran psikotropika ke fasilitas distribusi lain, instalasi sediaan farmasi, apotek dan rumah sakit yang memiliki kewenangan menyerahkan psikotropika sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2.4.5.3 Pengadaan Perencanaan kebutuhan tahunan harus dibuat dalam pengadaan narkotika atau psikotropika. Pengadaan narkotika atau psikotropika harus berdasarkan surat pesanan dengan format khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Surat pesanan wajib: a. Asli dan dibuat paling sedikit dalam rangkap 2 (dua) serta tidak dibenarkan dalam bentuk faksimile dan fotokopi; Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 8 b. Ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan dilengkapi dengan nama jelas dan nomor Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); c. Mencantumkan nama dan alamat lengkap, nomor telepon/ faksimile, nomor izin dan stempel fasilitas distribusi; d. Mencantumkan nama industri farmasi atau fasilitas distribusi pemasok beserta alamat lengkap; e. Mencantumkan nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah dalam bentuk angka dan huruf; f. Diberi nomor urut dan tanggal dengan penulisan yang jelas; g. Dibuat terpisah dari surat pesanan obat lain. 2.4.5.4 Penerimaan Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap: a. Kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan kemasan harus sesuai dengan surat pengantar/ pengiriman barang dan/ atau faktur penjualan; b. Kondisi kontainer pengiriman dan/ atau kemasan termasuk segel, label dan/ atau penandaan dalam kondisi baik; c. Kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar/ pengiriman barang dan/ atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip surat pesanan. Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan telah sesuai, penanggung jawab fasilitas distribusi harus menandatangani surat pengantar/ pengiriman barang dan/ atau faktur penjualan dan dibubuhi stempel fasilitas distribusi. Jika setelah dilakukan pemeriksaan terdapat item obat yang tidak sesuai dengan surat pesanan atau kondisi kemasan tidak baik, maka obat tersebut harus dikembalikan dengan disertai bukti retur dan surat pesanan asli, dan segera meminta bukti terima pengembalian dari pemasok. Jika terdapat ketidaksesuaian nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan jumlah antara fisik dengan dokumen pengadaan harus dibuat dokumentasi untuk mengklarifikasi ketidaksesuaian dimaksud ke pihak pemasok. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 9 2.4.5.5 Penyimpanan Penyimpanan narkotika wajib memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan. Psikotropika harus disimpan dalam lemari atau gudang terkunci serta tidak boleh digunakan menyimpan barang selain psikotropika untuk menjamin keamanan. 2.4.5.6 Pemusnahan Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan disaksikan oleh petugas Badan POM, serta dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan saksi. Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke Badan POM dengan tembusan disampaikan ke Balai Besar/ Balai POM dan Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan melampirkan berita acara pemusnahan. Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat: a. Nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan, jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa; b. Tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan; c. Cara dan alasan pemusnahan; d. Nama penanggung jawab fasilitas distribusi; dan e. Nama saksi-saksi. 2.4.5.7 Penyaluran Dalam penyaluran harus memperhatikan tahap-tahap penerimaan pesanan, pengemasan dan pengiriman. a. Penerimaan pesanan Pada saat penerimaan pesanan, penanggung jawab fasilitas distribusi wajib memeriksa hal-hal sebagai berikut: 1) Surat pesanan menggunakan format khusus yang telah ditentukan dan terpisah dari produk lain. 2) Keaslian surat pesanan, tidak dalam bentuk faksimile, fotokopi maupun email. 3) Memeriksa kebenaran surat pesanan, meliputi nama dan alamat penanggung jawab sarana pemesan; nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 10 sediaan, isi kemasan dan jumlah dalam bentuk angka dan huruf; nomor surat pesanan; nama, alamat dan izin sarana pemesan. 4) Keabsahan surat pesanan, meliputi tanda tangan dan nama jelas penanggung jawab, nomor Surat Izin Kerja (SIK) penanggung jawab, stempel fasilitas distribusi atau sarana pelayanan kefarmasian. Penanggung jawab fasilitas distribusi harus memperhatikan kewajaran jumlah dan frekuensi pesanan. Pesanan yang ditolak atau yang tidak dapat dilayani harus segera diberitahukan kepada pemesan dengan menerbitkan Surat Penolakan Pesanan paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Surat pesanan narkotika atau psikotropika yang dapat dilayani, disahkan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dengan membubuhkan tanda tangan atau paraf atau sistem lain yang dapat dipertanggungjawabkan. b. Pengemasan Pengemasan untuk tujuan pengiriman narkotika atau psikotropika harus dilaksanakan setelah menerima surat pesanan. Setiap pengeluaran narkotika atau psikotropika untuk dilakukan pengemasan harus dicatat dalam kartu stok dan disahkan dengan paraf Kepala Gudang. Sebelum dilakukan pengemasan narkotika atau psikotropika yang akan dikirim harus dilakukan pemeriksaan terhadap: 1) kebenaran nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah 2) nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan nama industri farmasi 3) kondisi kemasan termasuk penandaan dan segel dari narkotika atau psikotropika 4) kelengkapan dan keabsahan dokumen serta kebenaran tujuan pengiriman. c. Pengiriman Setiap pengiriman narkotika atau psikotropika harus disertai dan dilengkapi dengan dokumen pengiriman narkotika atau psikotropika yang sah, antara lain surat jalan dan/ atau surat pengantar/ pengiriman barang dan/ atau faktur penjualan yang dikeluarkan oleh fasilitas distribusi yang ditandatangani oleh kepala gudang dan penanggung jawab fasilitas distribusi. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 11 Dokumen pengiriman harus terpisah dari dokumen lain. Fasilitas distribusi wajib bertanggung jawab terhadap pengiriman narkotika atau psikotropika sampai diterima di tempat pemesan oleh penanggung jawab sarana atau penanggung jawab produksi, dibuktikan dengan telah ditandatanganinya surat pengantar/ pengiriman barang (nama, nomor SIK/ SIPA, tanda tangan penanggung jawab, tanggal penerimaan, dan stempel sarana) Pengiriman narkotika atau psikotropika wajib sesuai dengan alamat yang tercantum pada surat pesanan dan faktur penjualan atau surat pengantar/ pengiriman barang. Setiap narkotika atau psikotropika yang mengalami kerusakan dalam pengiriman harus dicatat dalam bentuk berita acara dan dilaporkan segera kepada penanggung jawab fasilitas distribusi pengirim. Selanjutnya hal tersebut dilaporkan kepada Badan POM RI dengan tembusan Balai Besar/ Balai POM setempat. Setiap kehilangan narkotika atau psikotropika selama pengiriman wajib dicatat dalam bentuk berita acara dan dilaporkan segera kepada penanggung jawab fasilitas distribusi. Selanjutnya hal tersebut segera dilaporkan kepada Badan POM RI dengan tembusan Balai Besar/ Balai POM setempat dilengkapi dengan bukti lapor kepolisian. 2.4.5.7 Ekspor dan Impor Setiap pengadaan narkotika atau psikotropika melalui impor harus memenuhi peraturan perundang-undangan. Pengadaan narkotika dan psikotropika impor harus dilengkapi dengan surat pesanan dan estimasi kebutuhan tahunan dari industri farmasi pengguna dan harus memenuhi peraturan perundang-undangan. 2.4.6 Narkotika dan Psikotropika Kembalian Ketentuan tentang narkotika dan psikotropika kembalian ialah sebagai berikut: a. Narkotika atau psikotropika kembalian harus disimpan terpisah dari obat dan/ atau bahan obat kembalian lain, terkunci dan aman untuk mencegah pendistribusian kembali. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 12 b. Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya harus didokumentasikan. Untuk produk kembalian yang akan dimusnahkan harus dilaporkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2.4.7 Dokumentasi Pencatatan mutasi narkotika atau psikotropika wajib dilakukan dengan tertib dan akurat. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pendokumentasian antara lain: a. Melakukan stock opname secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali. b. Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stock opname dan mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk berita acara hasil investigasi selisih stok serta melaporkan ke Badan POM RI dengan tembusan Balai Besar/ Balai POM setempat. c. Dokumen pengadaan meliputi arsip surat pesanan, faktur penjualan dan/ atau surat pengantar/ pengiriman barang dari industri farmasi atau fasilitas distribusi lain, bukti retur dan/ atau nota kredit, wajib diarsipkan menjadi satu berdasarkan nomor urut atau tanggal penerimaan barang dan terpisah dari dokumen lain. d. Dokumen penyaluran meliputi surat pesanan, faktur penjualan dan/ atau surat penyerahan/ pengiriman barang, bukti retur dan/ atau nota kredit, wajib diarsipkan menjadi satu berdasarkan nomor urut atau tanggal penyaluran barang dan terpisah dari dokumen produk lain. Surat pesanan yang tidak dapat dilayani tetap diarsipkan dengan diberi tanda pembatalan yang jelas. e. Dokumen berita acara pemusnahan, berita acara kerusakan, berita acara kehilangan dan berita acara hasil investigasi selisih stok, wajib didokumentasikan, dipisahkan dari dokumen obat dan/ atau bahan obat lain dan disusun berdasarkan urutan tanggal berita acara. f. Arsip kartu stok manual wajib disimpan secara terpisah dari kartu stok produk lain dan disusun berdasarkan tanggal sehingga mudah ditampilkan dan dapat ditelusuri pada saat diperlukan. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 13 g. Fasilitas distribusi wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan atau psikotropika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. h. Fasilitas distribusi yang melakukan importasi narkotika dan/ atau psikotropika wajib menyampaikan laporan realisasi impor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. i. Fasilitas distribusi yang melakukan eksportasi narkotika dan/ atau psikotropika wajib menyampaikan. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil penerapan CDOB untuk narkotika dan psikotropika di PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Serpong (KFTD cabang Serpong) telah hampir memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan. KFTD Serpong telah mempunyai ijin khusus penyaluran narkotika dengan nomor HK.07.01/I/411/10. Sesuai dengan CDOB, penanggung jawab di KFTD cabang Serpong ialah seorang apoteker yang mempunyai SIKA dan bekerja purna waktu. Hal ini dikarenakan apoteker lebih paham mengenai obat dan cara pengelolaannya untuk menjamin mutu produk tetap terjaga sejak dari industri farmasi hingga ke pelanggan dan guna mencegah peredaran obat palsu masuk ke rantai distribusi. Adapun narkotika, psikotropika dan prekusor yang tersedia di KFTD cabang Serpong antara lain sebagai berikut. a. Nakotika : MST Continus (10, 15, dan 30 mg), Pethidin HCl 50 mg/ml, Codipront Capsule (@10 dan @100 capsule), Codein (10, 15, dan 20 mg), Codipront Syrup, Durogesic (12,5, 25, dan 50 mg/ml), Codipront Cum Expectorant Syrup, Codipront Cum Expectorant Capsule @10, Fentanyl 0,05 mg/ 1 ml (2 ml dan 10ml), Jurnista 8 mg, Naloxone, Codikaf 20 mg, Morfina 10 mg/ml, Clopedine, Morphine 10 mg dan Coditam. b. Psikotropika : Diazepam 2 mg (@100 dan @1000 tablet), Phenobarbital 20 mg (@1000 tablet), Neurodial, Carbamazepin c. Prekusor : Ergotamin Coffein dan Methylergometrin 0,125 mg. Pemasok narkotika dan psikotropika di KFTD cabang Serpong ialah UBL (Unit Bisnis Logistik) yang merupakan principal perusahaan induk (PT. Kimia Farma Tbk.). Pelanggan narkotika dan psikotropika di KFTD cabang Serpong ialah PBF lain yang memiliki nomor ijin khusus penyaluran narkotika, apotek, dan rumah sakit di wilayah Tangerang, Tangerang Selatan, dan Jakarta Selatan. Pengelolaan narkotika dan psikotropika di KFTD cabang Serpong meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penerimaan pesanan, penyaluran, pemusnahan, dokumentasi dan pelaporan. Pengadaan narkotika dan psikotropika 14 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 15 dilakukan dengan menggunakan surat pesanan (SP) narkotika form N-9 (Lampiran 2) dan pengadaan psikotropika menggunakan SP psikotropika, yang dicetak dan ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab (APJ). SP kemudian dikirim melalui faksimile ke UBL, sedangkan SP aslinya dikirim setelah 1 minggu kemudian melalui pos. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan CDOB mengenai pengadaan narkotika dan psikotropika, yaitu pengadaan harus berdasarkan SP asli dan tidak dibenarkan dalam bentuk faksimile dan fotokopi dengan format khusus. Penerimaan dilakukan setelah pemeriksaan terhadap kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluarsa, jumlah sesuai antara SP dengan surat kirim barang/ SKB (Lampiran 3) guna mencegah kesalahan dalam pengiriman. Namun, kegiatan ini belum didokumentasikan. Ketentuan CDOB tentang dokumentasi menyatakan bahwa dokumentasi distribusi harus mencakup informasi: tanggal, nama obat dan/ atau bahan obat; nomor batch; tanggal kedaluwarsa; jumlah yang diterima/ disalurkan; nama dan alamat pemasok/ pelanggan. Standar bangunan dan peralatan yang digunakan untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika telah hampir memenuhi standar yang ditetapkan dalam CDOB. Narkotika dan psikotropika telah disimpan dalam gudang khusus yang terbuat dari tembok, hanya mempunyai 1 akses masuk dan keluar, mempunyai 2 (dua) buah kunci gembok dengan merek berlainan (Lampiran 4). Langit-langit gudang dilengkapi dengan jeruji besi (Lampiran 5). Di dalam gudang, terdapat 3 lemari besi berkunci kuat, 2 lemari digunakan untuk menyimpan narkotika (Lampiran 6) dan 1 lemari untuk menyimpan psikotropika dan prekursor (Lampiran 7). Gudang penyimpanan narkotika dan psikotropika di KFTD cabang Serpong tidak dapat dimasuki oleh orang lain tanpa ijin APJ guna mencegah kehilangan dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (Lampiran 8). Kunci lemari besi dan kunci gudang penyimpanan dikuasai oleh APJ dan penanggung jawab logistik yang dikuasakan. Gudang juga telah dilengkapi dengan air conditioner (AC) (Lampiran 9) dan termohidrometer (Lampiran 10). Berdasarkan termohidrometer tersebut, diketahui bahwa suhu ruangan 30oC dan kelembaban 76%. Hal ini disebabkan karena termohidrometer yang ada di gudang belum pernah dikalibrasi. Belum terkalibrasinya termohigrometer ini berdampak pada tidak diketahuinya suhu Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 16 ruangan yang tepat. Menurut ketentuan CDOB mengenai kalibrasi, termometer harus dikalibrasi sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun terhadap standar yang tersertifikasi. Monitoring dan pencatatan suhu ruangan juga belum dilakukan secara rutin. Pembersihan dan pemeliharaan gudang secara teratur juga belum terlaksana dengan baik, terlihat dari masih terdapat debu di gudang dikarenakan tidak adanya program pembersihan dan pemeliharaan gudang secara rutin. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan CDOB mengenai bangunan dan peralatan yang menyatakan bahwa bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah dan debu. Proses penyaluran di KFTD cabang Serpong dimulai dari penerimaan pesanan. Penerimaan pesanan narkotika seharusnya disertai SP narkotika N-9 asli (Lampiran 11) atau SP psikotropika asli untuk pemesanan psikotropika (Lampiran 12), yang ditandatangani APJ dan diperiksa kebenarannya meliputi keaslian SP; nama, alamat, SIK dan tanda tangan APJ; nama, alamat dan stempel sarana pemesan; nama, jenis, kekuatan sediaan, isi dan jumlah narkotika dan psikotropika dalam bentuk angka dan huruf; serta jumlah dan frekuensi pemesanan. Namun, ditemukan ada beberapa pemesanan tanpa SP yaitu melalui telepon lalu dibuatkan SP sementara (Lampiran 13) dan faksimile. SP asli diserahkan oleh pelanggan sebelum penyerahan obat oleh petugas hantaran. Hal ini tidak sesuai mengikuti CDOB tentang penyaluran, dimana pada saat penerimaan pesanan, PJ fasilitas distribusi wajib memeriksa keaslian SP. Kebijakan ini diberlakukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terdesak saja. Setelah penerimaan, selanjutnya dibuatlah sales order (SO) di sistem informasi untuk mengecek ketersediaan barang guna memenuhi pesanan, kemudian dibuat delivery order/ DO (Lampiran 14), faktur penjualan (Lampiran 15) dan faktur pajak (Lampiran 16). DO akan dicetak oleh petugas logistik untuk kemudian dilakukan penyiapan oleh APJ narkotika dan psikotropika atau penanggung jawab (PJ) logistik. Penyiapan dilakukan dengan mengambil barang sesuai dengan SKB, mulai dari nama sediaan, jumlah, jenis atau bentuk sediaan, nomor batch sampai dengan pengecekan tanggal kedaluwarsa. Pengambilan ini disertai dengan pencatatan tanggal, nomor faktur, nama pelanggan, nomor batch, Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 17 tanggal kedaluarsa, dan jumlah sediaan yang diambil ke dalam kartu stok masingmasing obat yang telah disediakan (Lampiran 17). Setelah barang disiapkan, dilakukan pengemasan dan kemasan disegel dan diberi label agar tidak tertukar (Lampiran 18). Untuk meminimalkan kesalahan pengambilan barang (human error) maka petugas melakukan pemeriksaan setelah penyiapan dan pengemasan (double check). Selanjutnya, barang yang sudah dikemas dicatat ke dalam buku ekspedisi penjualan tunai oleh APJ, hal ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan dokumentasi ke dalam buku ekspedisi ataupun penyelewengan petugas penghantar barang atas sediaan narkotika dan psikotropika yang dihantarkan. Penghantaran dilakukan dengan menyertakan dokumen yang sah meliputi lembar ekspedisi penjualan tunai (Lampiran 19), faktur penjualan dan faktur pajak dan copy SP. Pembayaran kredit untuk narkotika dan psikotropika tidak diberlakukan, sehingga pelanggan harus membayar secara cash saat barang dihantarkan (Cash On Delievery/ COD). Apabila saat dihantarkan barang tidak dibayar COD, maka barang dibawa kembali ke KFTD cabang Serpong. Pemusnahan nakotika belum pernah dilakukan di KFTD cabang serpong. Pengembalian narkotika-psikotropika yang rusak atau kedaluarsa disertai dengan nota retur (Lampiran 20). Narkotika dan psikotropika kembalian, rusak dan kedaluarsa, dipisahkan dan disimpan di lemari besi kecil dengan pelabelan yang jelas sebelum dilakukan pengembalian ke UBL (Lampiran 21). Namun, tidak terkunci karena kunci lemari tersebut telah rusak, dan tidak dapat diganti. Sistem keamanan gudang yang berkunci ganda diharapkan dapat meminimalisir kemungkinan kehilangan atas barang-barang yang rusak di lemari tersebut. Pengembalian barang ke UBL dilakukan dengan melampirkan berita acara retur (Lampiran 22). Pelaporan yang teratur dilakukan oleh cabang ialah laporan bulanan pendistribusian narkotika (Lampiran 23) dan psikotropika (Lampiran 24). Hal ini telah sesuai dengan ketentuan CDOB tentang dokumentasi penyaluran yang menyatakan bahwa fasilitas distribusi wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan atau psikotropika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 18 Dokumentasi yang telah dilakukan untuk narkotika dan psikotropika, yaitu dokumen pengadaan (arsip surat pesan dan SKB) yang diarsipkan menjadi satu berdasarkan tanggal penerimaan dan terpisah dari dokumen lain; dokumen penyaluran (arsip surat pesanan, faktur penjualan, delievery order) diarsipkan menjadi satu berdasarkan tanggal penyaluran barang dan terpisah dari dokumen lain; dan dokumen berita acara retur barang kembalian, rusak dan kedaluarsa ke UBL yang disusun berdasarkan tanggal namun masih belum dipisahkan antara berita acara retur barang reguler dan berita acara retur narkotika-psikotropika. Berdasarkan CDOB mengenai dokumentasi, dinyatakan bahwa dokumen wajib dipisahkan dari dokumen obat dan/ atau bahan obat lain dan disusun berdasarkan urutan tanggal berita acara. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa KFTD cabang Serpong telah hampir memenuhi semua ketentuan CDOB untuk sediaan narkotika dan psikotropika. KFTD cabang Serpong dalam kegiatan distribusinya telah memiliki ijin khusus penyaluran narkotika dan penanggung jawab seorang apoteker. Pemasok narkotika dan psikotropika di KFTD cabang Serpong ialah UBL (Unit Bisnis Logistik) yang merupakan principal perusahaan induk (PT. Kimia Farma Tbk.), sedangkan pelanggan narkotika dan psikotropika di KFTD cabang Serpong ialah PBF lain (khusus psikotropika), apotek dan rumah sakit di wilayah Tangerang, Tangerang Selatan, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Pengadaan narkotika telah menggunakan SP N-9 yang dicetak, namun dikirimkan melalui faksimile. Pada saat penerimaan narkotika dan psikotropika dilakukan pemeriksaan terhadap kebenaran nama, jenis, nomor batch, tanggal kedaluarsa, jumlah sesuai antara SP dengan surat kirim barang, hanya saja belum terdokumentasi. Standar bangunan dan peralatan yang digunakan untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika juga telah hampir memenuhi standar yang ditetapkan dalam CDOB, yaitu narkotika dan psikotropika telah disimpan di dalam lemari terkunci dalam gudang khusus yang berkunci ganda, dimana kunci dikuasai oleh APJ dan PJ logistik yang dikuasakan. Gudang juga telah dilengkapi dengan AC dan termohidrometer, namun termohidrometer belum terkalibrasi sehingga pembacaan suhunya tidak akurat. Penjualan narkotika umumnya didasarkan atas SP N-9 asli dan SP khusus psikotropika asli, namun masih ditemukan adanya penjualan dengan menggunakan SP sementara dan faximile. Penghantaran narkotika dan psikotropika telah disertai dengan dokumen-dokumen seperti faktur penjualan, faktur pajak, lembar ekspedisi penjualan tunai, dan copy SP. Pemusnahan narkotika dan psikotropika belum pernah dilakukan oleh KFTD cabang Serpong. Narkotika dan psikotropika yang rusak, retur atau kedaluarsa, dipisahkan dan disimpan di lemari besi kecil sebelum dikembalikan ke UBL. Pengembalian barang ke UBL dilakukan dengan melampirkan berita acara retur. 19 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 20 4.2 Saran a. Petugas segera mengirimkan SP asli yang telah dibuat ke UBL pada setiap kali pengadaan narkotika dan psikotropika. b. Petugas mendokumentasian kegiatan pemeriksaan secara rutin pada saat penerimaan narkotika dan psikotropika. c. Petugas melakukan kalibrasi secara rutin minimal satu tahun sekali untuk termohidrometer di gudang. d. Petugas melakukan monitoring dan pencatatan suhu serta pembersihan dan pemeliharaan gudang secara rutin. e. Petugas tidak melayani penjualan yang menggunakan SP sementara dan faximile. f. Kunci lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika kembalian, rusak dan kedaluarsa diperbaiki atau ditambah. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. 21 Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 Universitas Indonesia 22 LAMPIRAN Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 23 Lampiran 1. Struktur organisasiPT. Kimia Farma Trading and Distibution cabangSerpong Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 UniversitasIndonesia 24 Lampiran 2. Surat pesanan narkotika KFTD cabang Serpong Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 25 Lampiran 3. Surat kirim barang (SKB) dari UBL Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 26 Lampiran 4. Gudang narkotika dan psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 27 Lampiran 5. Langit-langit gudang narkotika dan psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 28 Lampiran 6. Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika \ Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 29 Lampiran 7. Air conditioner dan termohidrometer di gudang narkotika dan psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 30 Lampiran 8. Surat pesanan narkotika dan psikotropika dari pelanggan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 31 Lampiran 9. Surat pesanan sementara Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 32 Lampiran 10. Delivery order Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 33 Lampiran 11. Faktur penjualan narkotika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 34 Lampiran 12. Faktur pajak penjualan narkotika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 35 Lampiran 13. Kartu stok Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 36 Lampiran 14. Kemasan narkotika dan psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 37 Lampiran 15. Lembar ekspedisi penjualan narkotika dan psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 38 Lampiran 16. Barang kembalian dan nota retur Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 39 Lampiran 17. Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika rusak, retur dan kedaluarsa Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 40 Lampiran 18. Berita acara retur narkotika dan psikotropika ke UBL Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 41 Lampiran 19. Laporan bulanan distribusi narkotika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014 42 Lampiran 20. Laporan bulanan distribusi psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek….., Desye Nurmalita, FFar UI, 2014