BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
3.1 Kajian Pustaka
3.1.1 Entrepreneur
Entrepreneurial leadership merupakan suatu bagian entrepreneur. Dalam
bagian ini akan membahas tentang pengertian entrepreneur dan ciri-ciri
entrepreneur.
3.1.1.1 Pengertian Entrepreneur
Menurut Winardi (2011: 305) Entrepreneur merupakan seorang individu
yang menerima resiko, dan yang melaksanakan tindakan-tindakan untuk mengejar
peluang-peluang dalam situasi dimana pihak lain dapat melihatnya atau
merasakannya, bahkan ada kemungkinan bahwa pihak lain tersebut sebagai
problem atau bahkan ancaman.
Menurut Thornberry (2012:3), Entrepreneur adalah seorang dimana ia
mempunyai ide yang inovatif, dapat melihat peluang yang ada di dalam pasar dan
dapat membuat mimpi-mimpi mereka menjadi sebuah realitas yang gemilang.
Menurut Kasmir (2010: 18), Entrepreneur adalah orang yang berjiwa
berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil resiko berarti bermental mandiri dan berani memulai
usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
Menurut Hisrich, Peter dan Shepherd (2011: 9), Entepreneur adalah seorang
yang mengabungkan sumber daya, tenaga kerja, bahan baku, serta asset lain untuk
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
menghasilkan nilai yang lebih besar dari sebelumnya, juga seorang yang
memperkenalkan perubahan, inovasi dan tatanan baru.
Menurut Zimmerer, Scarborough, dan Wilson (2012: 20), Entrepreneur
adalah orang atau individu yang melakukan proses penciptaan bisnis baru dengan
menghadapi resiko-resiko dan ketidak pastian yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dan pertumbuhan bisnisnya melalui identifikasi peluang yang
signifikan dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa entrepreneur
adalah Seseorang
yang memiliki
keberanian mengambil
resiko
dalam
ketidakpastian dengan cara menggabungkan sumber daya yang ada dapat
menghasilkan nilai yang lebih besar dari sebelumnya serta memiliki ide inovatif
sebagai peluang bisnis yang belum ada menjadi ada.
3.1.1.2 Ciri-Ciri Entrepreneur
Menurut Alma (2010: 33) ada tiga tipe utama dari seorang entrepreneur
adalah sebagai berikut:
1) Craftman
Wirausaha ahli pada umumnya adalah seorang penemu dalam bidang
penelitian yang menjual lisensinya idenya untuk dijadikan produk
komersial.
2) The Promoter
Seorang individu yang berlatar belakang marketing yang kemudian
mengambangkan perusahaannya sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
3) General Manager
Seorang individu yang ideal yang secara sukses bekerja pada
perusahaan dan menguasai banyak keahlian.
3.1.2 Leadership
Leadership
merupakan
cara
dan
bagaimana
entrepreneur
dalam
mempengaruhi dan mampu mendorong orang-orang yang bekerja bersamanya
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Dalam bagian bab ini akan
membahas tentang Pengertian Leadership, tipe-tipe Pemimpin, dan Sifat-Sifat
Seorang Pemimpin.
3.1.2.1 Pengertian Leadership
Menurut
Siagian
(2002)
dalam
Intan
dan
Michael
(2011:11)
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang
lain itu mau melakukan kehendak pemimpin.
Menurut Robbins (1999) dalam Wibowo (2014:34) memberikan definisi
kepemimpinanan sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok menuju
pada pencapaian tujuan.Sumber dari pengaruh mungkin bersifat formal seperti
yang diberikan pada jabatan manajerial dalam organisasi. Kepemimpinan
memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi.Kepemimpinan
dibutuhkan oleh manusia karena adanya sifat keterbatasan yang sangat melekat
pada diri manusia. Suatu organisasi tanpa ada sosok seorang pemimpin akan
mengalami kesulitan dalam mencapai visi dan misi dari organisasi itu sendiri.
Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Kepemimpinan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
didefinisikan sebagai ciri – ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang
lain, interaksi, kedudukan dalam organisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang
sah. Menurut Robbins dan Judge (1999) dalam Wibowo (2014:40) Menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju
pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan.
Menurut Soekarso et al (2010:212) kepemimpinan merupakan proses
pengaruh sosial, yaitu suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain,
kekuatan yang mempengaruhi perilaku orang lain ke arah pencapaian tujuan
tertentu Menurut Locander dalam Maulizar, Musnadi, dan Yunus (2012: 124),
kepemimpinan adalah hubungan antara pimpinan (leader) dengan yang dipimpin
(follower).
Lebih
lanjut
Locander
menjelaskan
bahwa
kepemimpinan
mengandung makna bahwa pemimpin mempengaruhi yang dipimpin tapi
hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin bersifat saling menguntungkan
kedua belah pihak. Menurut Colquitt et al dalam Wibowo (2014:50)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai penggunaan kekuasaan dan pengaruh
untuk mengarahkan aktivitas pengikut kearah pencapaian tujuan. Arah tersebut
dapat mempengaruhi interpretasi kejadian pengikut, organisasi aktivitas pekerja
mereka, komitmen mereka terhadap tujuan utama, hubungan mereka dengan
pengikut, atau akses mereka pada kerjasama dan dukungan dari unit kerja lain.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Leadership
merupakan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi
orang-orang yang dipimpinnya dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
menyebabkan orang lain merespon guna mencapai tujuan perusahaan atau
organisasi.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Leadership
merupakan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi
orang-orang yang dipimpinnya dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang
menyebabkan orang lain merespon guna mencapai tujuan perusahaan atau
organisasi.
3.1.2.2 Sifat-Sifat Seorang Pemimpin
Menurut Samsudi (2011: 293) beberapa sifat pemimpin yang berguna dan
dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1) Keinginan untuk menerima tanggung jawab
Seorang pemimpin harus dapat menerima kewajiban untuk mencapai
suatu tujuan yang berarti, bersedia tanggung jawab pada pimpinannya
atas segala yang dilakukan oleh bawahannya.
2) Kemampuan untuk "Perceptive"
Perceptive menunjukan kemampuan untuk mengamati atau menemukan
kenyataan dari suatu lingkungan. Setian pimpinan harus mengena
tujuan organisasi sehingga dapat bekerja untuk mencapai tujuan
tersebut
3) Kemampuan untuk bersifat objektivitas
Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau
merupakan
perluasan
dari
kemampuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
persepsi.
Perseptivitas
23
menimbulkan kepekaan terhadap fakta, kejadian, dan kenyataan yang
lain.
4) Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan
keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang
yang bekerja dengan menggunakan bantuan orang lain. Oleh karena itu,
pemberian perintah dan penyampaian informasi kepada orang lain
mutlak perlu dikuasai.
Beberapa sifat dalam teori mengenai kepemimpinan menurut Winardi
(2011;33) yaitu
1. Teori otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah, pemaksaan
dan tindakan yang agak arbiter dalam hubungan pimpinan dengan pihak
bawahan.
2. Teori psikologis
Pendekatan ini kepada kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi
seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik.
3. Teori sosiologis
Pihak lain menganggap bahwa kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha
yang melancarkan aktivitas para pemimpin dan yang berusaha untuk
menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara pengikut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
4. Teori suportif
Pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha
sebaik-baiknya dan dapat memimpin dengan sebaik-baiknya melalui
tindakan membantu mereka
5. Teori Laissez Faire
Pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan
dalam hal menentukan aktivitas mereka.
6. Teori perilaku pribadi
Kepemimpinan dapat pula dipelajari berdasarkan kualitas pribadi
ataupun
pola-pola
kelakuan
para
pemimpin.
Pemimpin
tidak
berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan identik dalam situasi
yang dihadapinya.
7. Teori sifat
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain:
Intelegensi, Inistif, Energi atau rangsangan, Kedewasaan emosional,
Persuasif, Skill communicative, Kepercayaan kepada diri sendiri,
Perspektif, Kreativitas dan partisipasi sosial.
8. Teori situasi
Pada teori ini dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam
elemen yakni: pemimpin, pengikut, situasi. Situasi dianggap elemen
yang paling penting karena memiliki banyak variabel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
3.1.3 Entrepreneurial Leadership
Entrepreneurial Leadership merupakan variabel independen yang pertama
(X1) dalam mempengaruhi dan mampu mendorong orang-orang yang bekerja
bersamanya untuk mencapai tujuan dan juga bisa bijaksana dalam mengambil
keputusan.
Dalam
bagian
ini
akan
membahas
mengenai
Pengertian
Entrepreneurial Leadership, Dimensi-dimensi Entrepreneurial Leadership dan
Elemen Entrepreneurial Leadership.
3.1.3.1 Pengertian Entrepreneurial Leadersip
Menurut Corbin (2007) dalam penelitian Hadi dan Marlangen (2013:13),
Entrepreneurial Leadership atau gaya kepemimpinan kewirausahaan adalah gaya
kepemimpinan yang mampu mendelegasikan, mampu membangun karyawan
berperilaku tanggung jawab, mampu membuat dan menetapkan keputusan serta
bekerja secara independent.
Menurut Esiri (2012) dalam penelitian Hendi dan Avyanto (2012:7),
Entrepreneurial Leadership adalah kepemimpinan yang memimpin secara
inovatif, terlibat penuh dalam pekerjaan, dan mampu melihat peluang yang ada
serta memanfaatkanya menurut cara dan metodenya sendiri.
Alisjahbana (2012:1) mengatakan bahwa “Ketika perubahan terjadi
semakin cepat dan persaingan semakin dahsyat seperti saat ini, kepemimpinan
yang bersifat entrepreneurial, tidak sekadar managerial, sangat dibutuhkan”.
Entrepreneurial leadership adalah pengorganisasian sekelompok orang untuk
mencapai tujuan bersama dengan menggunakan perilaku kewirausahaan proaktif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
yang
mengoptimalkan
risiko,
berinovasi
untuk
memanfaatkan
peluang,
mengambil tanggung jawab pribadi dan mengelola perubahan dalam lingkungan
yang dinamis untuk kepentingan organisasi.
Menurut Corbin (2007) dalam penelitian Hadi dan Marlangen (2013:13),
Entrepreneurial Leadership atau gaya kepemimpinan kewirausahaan adalah gaya
kepemimpinan yang mampu mendelegasikan, mampu membangun karyawankaryawan berperilaku bertanggung jawab, mampu membuat dan menetapkan
keputusan, dan bekerja secara independen.
Sementara itu menurut Esiri (2002) dalam penelitian Hendi dan Avyanto
(2012: 7), Entrepreneurial leadership adalah kepemimpinan yang memimpin
secara inovatif, terlibat penuh dalam bekerja, mampu melihat peluang dan
memanfaatkannya menurut cara dan metodenya sendiri.
Entrepreneurial Leadership memiliki ciri sebagai berikut :
 Tidak menunggu atau menyerahkan nasib kepada orang lain, melainkan
mengambil inisiatif dan menganggap dirinya memiliki peran kunci
dalam organisasi. Dia membangkitkan energi timnya.
 Menunjukkan kreativitas yang entrepreneurial, selalu mencari peluangpeluang baru dan merealisasikannya.
 Berani mengambil risiko, mencoba hal-hal baru, memberikan arahan
strategis, dan menginspirasi timnya.
 Bertanggung jawab atas kegagalan dari timnya, belajar dari kegagalan
tersebut, dan menggunakannya untuk mencapai tujuan organisasi yang
menguntungkan semua pemangku kepentingan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Entrepreneurial Leadership menjadi elemen yang sangat penting dalam
persaingan industri yang semakin kompetitif karena perusahaan membutuhkan
pemimpin yang memiliki kemampuan entrepreneurial untuk mengidentifikasi
peluang pasar dan keberanian mengambil resiko untuk mempertahankan atau
menciptakan keunggulan kompetitif sehingga perusahaan dapat memperoleh atau
mempertahankan posisi startegisnya dalam pasar. Dari beberapa teori diatas dapat
disimpulkan, entrepreneurial leadership merupakan gaya kepemimpinan yang
berorientasi kepada peluang dan menempatkan kekuasaan ditangan satu orang,
mampu menciptakan peluang, serta mampu mengatur dan mengendalikan sumber
daya secara efektif menggunakan keterampilan dan strategis untuk mencapai
keuntungan.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan, entrepreneurial leadership
merupakan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada peluang dan
menempatkan kekuasaan ditangan satu orang, mampu menciptakan peluang, serta
mampu mengatur dan mengendalikan sumber daya secara efektif menggunakan
keterampilan dan strategis untuk mencapai keuntungan.
3.1.3.2 Dimensi Entrepreneurial Leadership
Menurut J. Winardi (2011: 193), terdapat lima dimensi di dalam perusahaan
yang dijalankan dengan Entrepreneurial Leadership, yaitu:
1) Orientasi yang didorong persepsi peluang
Seorang entrepreneur tergantung kepada persepsinya tentang peluang
yang ada Entrepreneur menggunakan sistem-sistem perencanaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
pengukuran kinerja guna mengendalikan sumber-sumber daya yang
ada.
2) Komitmen terhadap peluang-peluang
Entrepreneur dengan jelas bersedia menerima resiko dari keputusan dan
peluang-peluang yang diambilnya.dan entrepreneur dengan teliti dan
dalam jangka waktu singkat mampu melihat suatu peluang dan
memanfaatkannya.
3) Komitmen sumber-sumber daya
Seorang entrepreneur terbiasa dengan kondisi dimana ia menyalurkan
sumber-sumber daya dan memantaunya secara periodik.
4) Pengendalian sumber-sumber daya
Entrepreneur yang menyediakan sumber-sumber daya bagi perusahaan,
juga ikut mengendalikan.Mereka disiplin dalam aturan mengendalikan
sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan, sehingga bersikap
kurang fleksibel, namun bukan pula memaksa.Terhadap pihak-pihak
yang bekerja dengannya didalam perusahaan, seorang yang memimpin
secara entrepreneurial akan senantiasa memberikan ide-ide kepada
mereka. Ikut membantu mereka dalam mengalami kesulitan dalam
mencari suatu metode atau cara terbaik yang dapat ditempuh dalam
perusahaan.
5) Visi yang Realistik
Entrepreneur memang bersedia mengambil resiko
yang telah
diperhitungkan, hal ini dikarenakan mereka memiliki visi yang realistik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
yang sudah mereka rencanakan dalam pencapaian tujuan.Visi tesebut
pun direalisasikan dengan mendukung penuh orang-orang dalam
perusahaannya.
Agar berhasil, Seorang wirausahawan harus memikul berbagai peranan,
tugas, dan tanggung jawab, tetapi tidak ada yang lebih penting daripada peranan
pemimpin oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan dalam kepemimpinan
wirausaha atau Entrepreneurial Leadership yaitu Pemimpin yang baik harus
mampu memengaruhi karyawan dengan memberikan bimbingan atau konsultasi
dan memberi motivasi.
Sementara itu, menurut Fernald et al.(2011: 60), ada 8 karakteristik dari
entrepreneurial leadership, yaitu able to motivate, achievement orientated,
creative, flexible, patient, persistent, risk taker, visionary. Sedangkan menurut
Chen, (2007) dalam Kansikas, Laakkonen, Sarpo, Kontinen (2012L 143) ada tiga
atribut entrepreneurial leadership yaitu: inovativeness, risk taking, dan
proactiveness.
Munculnya konsep entrepreneurial leadership ini dikarenakan adanya
perubahan iklim usaha yang cepat dan penuh ketidakpastian serta ada
ketidakefektifan pada model pendekatan leadership sebelumnya. Perubahan yang
cepat ini salah satunya juga dikarenakan berkembang pesatnya teknologi
informasi dan munculnya aktor kekuatan ekonomi baru seperti India dan Cina
menurut Jones & Helen (2011), Gupta, dkk (2011) dalam Marcketti & Kozar
(2012: 204) sependapat menyatakan bahwa perusahaan harus menjadi lebih
berwawasan
kewirausahaan
agar
dapat
meningkatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
peforma
mereka
30
kemampuan mereka beradaptasi dan berkompetisi serta untuk kelangsungan
jangka panjang perusahaan.
Gupta, dkk (2011: 312) menyatakan ada dua tantangan yang akan dihadapi
oleh entrepreneurial leaders. Tantangan pertama adalah scenario enatcment dan
tantangan kedua adalah cast enactment. Keduanya padu dan untuk menciptakan
kondisi tersebut dipengaruhi oleh pelaksanaan lima peran spesifik entrepreneurial
leadership yang diadaptasi dan dimodifikasi oleh McGrath dan MacMillan (2010)
dalam Gupta,dkk (2011:315), tiga di antaranya berhubungan dengan scenario
enatcment dan dua dengan cast enactment.
Menurut Gupta dalam Basrowi (2011: 215) mengatakan, bahwa
kemampuan
orang
dalam
berkreativitas
juga
dapat
diterapkan
dalam
kewirausahaan, kemampuan seseorang untuk memimpin harus diimbangi oleh
perilaku tertentu juga dikenal sebagai kewirausahaan dimensi inovasi.
Di samping itu, variabel entrepreneurial leadership yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi tujuh dimensi, yaitu: able to motivate, achievement
orientated, persistent, visionary, inovativeness, risk taking, dan proactiveness,
yang masing-masing dijabarkan menjadi 25 indikator.
3.1.4 Motivasi
Motivasi merupakan variabel independen yang kedua (X2) dalam
penelitian ini. Dalam bagian ini akan membahas mengenai pengertian motivasi,
dan jenis-jenis Motivasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
3.1.4.1 Pengertian Motivasi
Nawawi (2000) dalam Darsono dan Siswandoko (2011: 149), menyatakan
kata motivasi berasal dari kata dasar motive yang artinya dorongan atau alas an
manusia melakukan tindakan secara sadar.
Suatu inidikasi yang menunjukan hilangnya motivasi bekerja menurut
Nitisemitoo dama Darmawan (2013: 78), tingkat absensi yang semakin meningkat
dan tinggi.
Motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri
manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya sesuai dengan keinginan
masing-masing (Afin Murti, 2012: 63).
Motivasi adalah proses dimana upaya seseorang diberi energi, diarahkan
dan berkelanjutan untuk menuju mencapai tujuan. Motivasi merupakan dorongan
terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Sedangkan
elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan,
mengarahkan, menjaga, menunjukkan intesitas, bersifat terus-menerus dan adanya
tujuan (Robbins dan Coulter, 2012: 125).
Menurut Hasibuan (2012: 141), Motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Saydam (2000: 327) dalam Kadarisma (2012:276), pengertian
motivasi dalam kehidupan sehari-hari diartikan sebagai keseluruhan proses
pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka
bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Menurut Kadarisma (2012: 278), Motivasi kerja adalah penggerak atau
pendorong dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat
dan baik sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya.
Jadi menurut yang dikemukakan di atas dapat di uraikan bahwa motivasi
merupakan kegiatan atau cara untuk mendorong seseorang atau dalam diri
manusia agar mau berperilaku, bekerja secara sesuai keingian diri sendiri tanpa
dipaksa untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan yang telah ditentukan agar
optimal.
Motivasi mempunyai kaitan erat dengan gaya kepemimpinan. Karena
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain sangat
tergantung kepada kewibawaan dan bagaimana menciptakan motivasi dalam
diri setiap karyawan, sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Karyawan
sangat membutuhkan motivasi dari pimpinan untuk mewujudkan cita-cita di
masa mendatang baik melalui pelatihan, pada saat bekerja, sehingga
terbentuk suatu sinergi yang dapat meningkatkan produktivitas. Pada dasarnya
motivasi kerja
dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat
mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan
sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan (Wahjosimidjo dalam
Surbakti dan Suharnomo (2013: 272).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
3.1.4.2 Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Hasibuan (2012: 150), Mengatakan bawah jenis-jenis motivasi
adalah sebagai beriku:
1) Motivasi Positif
Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi (merangsang)
bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi
di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja
bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima
yang baik-baik saja.
2) Motivasi Negatif
Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan
standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini
semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan
meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu
panjang dapat berakibat kurang baik.
Teori motivasi yang paling dikenal adalah Teori Hirarki Kebutuhan
Abraham Maslow. Maslow adalah psikolog humanistik yang berpendapat bahwa
pada diri setiap orang terdapat hirarki lima kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis (Physiological needs): makanan, minuman,
tempat tinggal, kepuasan seksual, dan kebutuhan fisik lain.
2. Kebutuhan keamanan (Safety needs): keamanan dan perlindungan dari
gangguan fisik dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik
akan terus terpenuhi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
3. Kebutuhan sosial (Social needs): kasih sayang, menjadi bagian dari
kelompoknya, diterima oleh teman-teman, dan persahabatan.
4. Kebutuhan harga diri (Esteem needs): faktor harga diri internal, seperti
penghargaan diri, otonomi, pencapaian prestasi dan harga diri eksternal
seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization needs): pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri; dorongan
untuk menjadi apa yang dia mampu capai.
Seorang individu bergerak naik ke hirarki kebutuhan dari satu tingkat ke
tingkat yang berikutnya. Selain itu, Maslow memisahkan lima kebutuhan ke
tingkat yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan keamanan
dianggap kebutuhan yang lebih rendah, sedangkan kebutuhan sosial, harga diri,
dan aktualisasi diri dianggap kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan urutan lebih
rendah didominasi oleh kepuasan eksternal sementara kebutuhan tingkat tinggi
didominasi oleh kepuasan internal.
Bagaimana teori Maslow menjelaskan motivasi? Manajer menggunakan
hirarki Maslow untuk memotivasi karyawan dalam melakukan hal-hal untuk
memenuhi kebutuhan karyawan. Tetapi teori ini juga mengatakan bahwa setelah
kebutuhan secara substansial terpenuhi, maka seorang individu tidak lagi
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, untuk
memotivasi seseorang, kita perlu memahami ditingkat mana keberadaan orang itu
dalam hirarki dan perlu berfokus pada pemuasan kebutuhan pada atau diatas
tingkat itu. Teori kebutuhan Maslow secara luas diakui selama tahun 1960 dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
1970-an, terutama di kalangan manajer terlatih, mungkin karena logis dan mudah
dimengerti secara intuitif (Robbins dan Coulter, 2012:78)
3.1.4.3 Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg)
Frederick Herzberg (1950) dalam Hasibuan (2012: 157), seorang profesor
ilmu jiwa pada Universitas di Cleveland, Ohio, mengemukakan Teori Motivasi
Dua Faktor atau Herzberg's Two Factors Motivation Theory. Faktor-faktor yang
merupakan penggerak motivasi (faktor-faktor intrinsik) ialah:

Prestasi (Achievement), artinya karyawan memperoleh kesempatan
untuk mencapai hasil yang baik atau berprestasi.

Pengakuan (Recognition), artinya karyawan memperoleh pengakuan
dari pihak perusahaan bahwa ia adalah orang, berprestasi, baik, diberi
penghargaan, pujian, dimanusiakan, dan sebagainya.

Pekerjaan itu sendiri (Work Itself), artinya memang pekerjaan yang
dilakukan itu sesuai dan menyenangkan bagi karyawan.

Tanggung jawab (Responsibility), artinya karyawan diserahi tanggung
jawab dalam pekerjaan yang dilaksanakannya, tidak hanya sematamata melaksanakan pekerjaan.

Pertumbuhan dan perkembangan (Advancement and Growth), artinya
dalam setiap pekerjaan itu ada kesempatan bagi karyawan untuk
tumbuh dan berkembang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Adapun faktor-faktor pemelihara motivasi (faktor-faktor ekstrinsik) ialah:

Pengawasan (Supervision) terhadap karyawan.

Kebijakan dalam perusahaan (Company Policy).

Hubungan dengan atasan (Relationship with Supervisor).

Kondisi tempat kerja (Working Condition).

Gaji (Salary) yang diterima karyawan.

Hubungan dengan rekan-rekan kerja sederajat (Relationship with
Peers).

Kehidupan pribadi para karyawan (Personal Life).

Hubungan dengan bawahan (Relationship with Subordinates).

Kedudukan (Status) karyawan.

Keamanan dan keselamatan kerja (Security).
Menurut Herzberg, meskipun faktor-faktor pendorong motivasi baik
keadaannya (menurut penilaian karyawan), tetapi jika faktor-faktor pemeliharaan
tidak baik keadaannya, tidak akan menimbulkan kepuasan kerja bagi karyawan.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan motivasi dengan cara perbaikan faktor-faktor
pemeliharaan, baru kemudian faktor-faktor pendorong motivasi. Teori Herzberg
populer pada 1960-an sampai awal 1980-an. Meskipun beberapa kritikus
mengatakan teorinya terlalu sederhana, namun teori tersebut telah mempengaruhi
bagaimana kita dalam dunia kerja (Robbins dan Coulter, 2012:79).
Dari faktor motivasi tersebut umumnya motivasi yang tinggi dihubungkan
kinerja dengan kinerja yang baik. Sebaliknya, motivasi yang rendah dihubungkan
dengan kinerja yang buruk. Kinerja karyawan kadang-kadang tidak berhubungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
dengan kompetensi yang dimiliki, karena terdapat faktor dari mempengaruhi
kinerja.
Sementara itu, teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan Abraham
Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu urutan kebutuhan dari
kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi dalam.
Yaitu, jika seseorang terus-menerus terhambat dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhan menyebabkan individu tersebut mengarahkan pada upaya
pengurangan karena menimbulkan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih
rendah.
Di sisi lain, teori E. R. G. oleh Alderfer menurut Jane R. Caulton dalam
jurnal Emerging Leadership Journeys,
Vol 5 (2012) menyesuaikan dan
melakukan modifikasi dari lima tingkat teori hierarki kebutuhan Maslow hanya
pada tiga kebutuhan saja yaitu :
1)
Kebutuhan keberadaan (existence)
2)
Kebutuhan hubungan (relatedness)
3)
Kebutuhan pertumbuhan (growth)
Pada dasarnya teori E. R. G ini meringkas teori kebutuhan Maslow
tersebut sebagai berikut :
a. Kebutuhan Keberadaan (existence)
Kebutuhan keberadaan meliputi berbagai macam tingkat dorongan
yang berkaitan dengan kebutuhan materi dan fisik.Kebutuhankebutuhan tersebut meliputi gaji, keuntungan, dan keselamatan secara
fisik.Kategori kebutuhan tersebut mempunyai tujuan untuk memenuhi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
kebutuhan materi bagi diri individu itu sendiri. Jika kebutuhan materi
ini tidak terpenuhi individu mempunyai kecenderungan untuk
bersaing dengan individu yang lain. Persaingan itu terjadi bila sumber
yang diiginkan terbatas dan dalam persaingan tersebut sering kali dpat
mengecewakan individu yang lainnya. Kebutuhan tersebut akan
tercapai oleh individu dengan segala macam cara jika memang
diperlukan untuk dipuaskan. Contohnya, seseorang karyawan yang
ingin mendapat bonus tinggi, maka ia berusaha untuk dapat mencapai
keinginannya tersebut walaupun kadang-kadang terjadi persaingan
yang dapat membuat rekan kerjanya tidak puas dan merasa kecewa.
b. Kebutuhan Hubungan (relatedness)
Kebutuhan relasi merupakan kebutuhan untuk mengadakan hubungan
dan sosialisasi dengan orang lain. Dalam membina hubungan tersebut
individu mengharapkan memperoleh pemahaman dan pengertian dari
orang lain yang ada sekitarnya seperti suami, istri, anak, orang tua,
tetangga, teman, sahabat, dan pacar. Jika diakitkan dengan organisasi,
maka individu akan berusaha untuk dapat membina hubungan dengan
orang-orang di lingkungan kerjanya seperti teman kerja (kolega),
atasan dan bawahan. Kebutuhan hubungan dengan orang lain di
dalam organisasi ini tidak akan terpenuhi jika belum tercipta adanya
kerja sama dan saling member dukungan satu sama lain dalam usaha
mencapai prestasi kerja yang diinginkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
c. Kebutuhan Pertumbuhan (Growth)
Kebutuhan pertumbuhan ini, mengacu pada bentuk kebutuhan yang
mendorong individu untuk menjadi orang yang kreatif dan produktif
serta berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya maupun
lingkungan dimana dia berada. Keputusan akan pemenuhan hidup ini
akan timbul jika individu dapat menyelesaikan masalah-masalah dan
memuaskan keinginannya untuk dapat mengembangkan potensi diri
dan tumbuh secara optimal dalam kehidupan, seperti dalam keluarga,
dan di tempat kerjanya misalnya memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan diri di perusahaan, meningkatkan diri keterampilan
dan mengembangkan keahliannya.
3.1.5 Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan
paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2011: 211). Pada
dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif.
Kreativitas dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat
(Munandar, 2011:212)
3.1.5.1 Definisi Kreativitas
1. Menurut West, kreativitas adalah pengetahuan dari berbagai bidang
pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide yang baru
dan lebih baik. Kreativitas adalah salah satu bagian mendasar dari
usaha manusia (Marizar 2012:10)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
2. Menurut Munandar (2011:25), kreativitas pada intinya merupakan
kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan
untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang
telah ada sebelumnya.
3. Menurut Hurlock (dalam Basuki, 2012:210), kreativitas adalah proses
yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk gagasan atau
suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.
4. Menurut Clark (dalam Basuki, 2012:211) kreativitas adalah ekspresi
tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari
semua fungsi dasar manusia, yaitu: berfikir, merasa, menginderakan
dan intuisi
3.1.5.2 Teori Kreativitas
Menurut Dedi Supriadi (dalam Yuliana W., 2013:125) kreativitas
didefinisikan secara berbeda-beda. Keberagaman definisi itu, sehingga pengertian
kreativitas itu tergantung pada bagaimana orang mendefinisikannya “creativity is
a matter of definition”. Tidak ada satu definisi pun yang dianggap dapat mewakili
pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal ini disebabkan oleh dua alasan,
yaitu:
1. Kreativitas
merupakan
ranah
psikologis
yang kompleks
dan
multidimensional, yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam
2. Definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda,
tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya.
Terdapat lima sifat yang mejadi ciri kemempauan berfikir kreatif antar lain
adalah:
1. Kelancaran : Kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan
2. Keluwesan : Kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam
pemecahan atau pendekatan terhadap masalah
3. Keaslian : Kemampuan menciptakan sesuatu yang asli karya sendiri
4. Elaborasi atau penguraian : Kemampuan untuk menguraikan sesuatu
secara terinci
5. Perumusan kembali : Kemampuan untuk meninjau suatu persoalan
berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui
oleh banyak orang
Penentuan kriteria kreativitas menyangkut dua dimensi antara lain adalah:
1. Dimensi proses : segala produk yang dihasilkan dari proses yang
dianggap sebagai produk kreatif. Kriteria produk yang dianggap
sebagai produk kreatif menunjuk pada hasil perbuatan, kinerja, atau,
karya sesorang dalam bentuk barang atau gagasan. Dalam buku Dedi
Supiadi yang dikutip oleh McPherson menyebutkan ada 11 indiktor
yaitu : patents, patent disclosures, publications, improved process, new
instrument, new compounds. Pada semua indikator tersebut tampak
bahwa kualitas produk kreatif ditentukan oleh sejauh manakah produk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
memiliki kebaruan atau orisini, bermanfaat, dan dapat memecahkan
masalah.
2. Dimensi person : sering dikatakan sebagai kepribadian kreatif yang
meliputi dimensi kognitif (bakat) dan dimensi non-kognitif (minat,
skiap, dan kualitas temperamental). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang
signifikan, berbeda dengan orang-orang yang kurang kreatif. Selain
itu, terdapat 7 ciri sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang melekat
pada orang-orang kreatif, yaitu : terbuka terhadap pengalaman baru
dan luar biasa, luwes dalam berpikir dan bertindak, bebas dalam
mengekspresikan diri, dapat mengapresiasi fantasi, berminat pada
kegiatan-kegiatan kreatif, percaya pada gagasan sendiri, dan mandiri.
3.1.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2011:114), faktor-faktor yang dapat
mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
a)
Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi interinsik)
Menurut Roger (1999) dalam Munandar (2011:114) setiap individu
memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk
berkreativitas,
mewujudkan
potensi,
mengungkapkan
dan
mengaktifkan
semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini
merupakan motivasi primer atau kreativitas ketika individu
membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam
upaya menjadi dirinya sepenuhnya Rogers (1999) dalam Munandar,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
(2011:114). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar
(2011:114) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi
interinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya
sendiri selain didukung oleh perhatian, dorongan dan pelatihan dari
lingkungan. Menurut Rogers (1999) dalam Zulkarnain (2002:110),
kondisi internal yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi
diantaranya:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan untuk
membuka diri, menerima informasi dari pengalaman dalam
bentuk apapun yang berasal dari dalam tanpa ada bentuk
tindakan untuk menolak pengalaman-pengalaman tersebut.
Karena pribadi yang kreatif adalah individu yang terbuka yang
mampu meresapi perbedaan
2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi
seseorang (internal locus of evaluation)
Penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan
oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain.
Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan
masukan dan kritikan dari orang lain.
3. Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan
konsep-konsep
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Kemampuan seseorang untuk bereksperimen terhadap konsep
juga mencirikan pribadi yang kreatif. Karena pribadi yang kreatif
cenderung mau “membuka” dirinya terhadap hal-hal dan
pengalaman baru.
b)
Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2011:114) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat
mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan
kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama
dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah,
pendidikan di setiap jejaringnya mulai dari pra sekolah sampai
dengan perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat,
kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga
turut mempengaruhi kreativtas individu.
Rogers 1999 dalam Munandar (2011:115) menyatakan kondisi lingkungan
yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:
1.
Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling
berhubungan, yaitu:
a) Menerima
individu
sebagaimana
keterbatasannya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
adanya
dengan
segala
45
b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terapat evaluasi
eksternal
(atau
sekurang-kurangnya
tidak
bersifat
atau
mempunyai efek mengancam)
c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati
perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan tanpa melihat dari
sudut pandang mereka dan menerimanya
2.
Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan
kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar (2010) dalam Zulkarnain (2012:110) menyatakan faktor-faktor
yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat
kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan
berpikir terdiri dari kecerdasan (intigensi) dan pemerkayaan bahan berpikir
berupa pengalamann dan keterampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu,
harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, mengambil resiko dan sifat asertif
Kuwato (2000) dalam Zulkarnain (2012:111).
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat pula berbagai
faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan
kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
a)
Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada
anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan
terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi
kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih
mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk
lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b)
Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung
lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi
kelompok
yang
lebih
rendah.
Lingkungan
anak
kelompok
sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan
untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan
bagi kreativitas.
c)
Urutan kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas
yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada
bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak
tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak
pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk
menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih
mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada
pencipta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
d)
Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih
kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara
mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang
menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi
perkembangan kreativitas.
e)
Lingkungan kota vs. lingkungan pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak
lingkungan pedesaan.
f)
Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih
besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih
banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu
merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
3.1.6 Inovasi Produk
Secara konvensional istilah inovasi diartikan sebagai suatu terobosan
yang berhubungan dengan produk-produk baru.
Menurut Avanti Fontana (2011:152) inovasi sebagai keberhasilan
ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara – cara
lama dalam mentransformasi input menjadi output ( teknologi ) yang
menghasilkan perubahan besar atau drastis dalam perbandingan antara nilai guna
yang dipersepsikan oleh konsumen atas manfaat suatu produk ( barang dan/atau
jasa ) dan harga yang ditetapkan oleh produsen. Kemudian inovasi dalam konteks
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
lebih luas bahwa inovasi yang berhasil mengandung arti tidak saja keberhasilan
ekonomi melainkan juga keberhasilan sosial. Inovasi yang berhasil adalah inovasi
yang menciptakan nilai besar untuk konsumen, untuk komunitas, dan lingkungan
pada saat yang sama.
Avanti Fontana (2011:153) mendefinisikan inovasi produk sebagai proses
pengenalan produk atau sistem baru yang membawa kesuksesan ekonomi bagi
perusahaan dan kesuksesan sosial bagi konsumen serta komunitas atau
lingkungan yang lebih luas.
Menurut Sumarwan (2011:90) menyatakan inovasi sebagai sebuah ide,
praktek atau obyek yang dipahami sebagai sesuatu yang baru oleh masingmasing individu atau unit pengguna lainnya. Proses keputusan inovasi pada
prinsipnya merupakan kegiatan pencarian dan pemrosesan informasi dimana
individu termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang keuntungan dan
kekurangan motivasi.
Menurut
Hurley and
Hult
(2000)
dalam
Kusumo
(2011:22)
mendefinisikan inovasi sebagai sebuah mekanisme perusahaan untuk beradaptasi
dalam lingkungan yang dinamis, oleh karena itu perusahaan dituntut untuk
mampu menciptakan pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan baru dan
menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan pelayanan yang memuaskan
pelanggan
Menurut Wess & Farr (1999) dalam De Jong & Kemp (2011:40)
menyatakan inovasi adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
menghasilkan, memperkenalkan, mengaplikasikan hal-hal „baru‟ yang bermanfaat
dalam berbagai level organisasi
Menurut Fontana (2011:152) merangkum inovasi dalam 12 macam
definisi sebagai berikut:
1. Menciptakan sesuatu yang baru
2. Menghasilkan ide-ide baru
3. Menghasilkan ide, metode dan alat baru
4. Memperbaiki sesuatu yang sudah ada
5. Menyebarkan ide-ide baru
6. Mengadopsi sesuatu yang sudah dicoba secara sukses di tempat lain
7. Melakukan sesuatu dengan cara yang baru
8. Mengikuti pasar
9. Melakukan perubahan
10. Menarik orang-orang inovatif
11. Melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda
3.1.6.1 Teori Inovasi
Inovasi didefinisikan sebagai penciptaan ide-ide baru, produk dan proses
dan pengaruhnya terhadap kinerja De Jong (2011:152). Selain itu, De Jong & Den
Hartog (2011:153) membagi proses inovasi menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Melihat
kesempatan.
bagi
karyawan
untuk
mengidentifikasi
kesempatan-kesempatan. Kesempatan dapat berawal dari ketidakkongruenan
dan
dikontinuitas
yang
terjadi
karena
adanya
ketidaksesuaian dengan pola yang diharapkan, misalnya timbulnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung, adanya kebutuhan
konsumen yang belum terpenuhi atau adanya indikasi trends yang
sedang berubah
2. Mengeluarkan ide. Dalam fase ini karyawan mengeluarkan konsep
baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini meliputi
mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan,
pertemanan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam
mengeluarkan ide adalah mengombinasikan dan mere-organisasikan
informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan
masalah dan meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya diawali
dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu ketidaksesuaian kinerja
aktual dengan kinerja potensial
3. Implementasi. Dalam fase ini, ide di-transformasi terhadap hasil yang
konkret. Pada tahapan ini sering disebut tahap konvergen. Untuk
mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide, karyawan harus
memiliki perilaku yang mengacu pada hasil. Perilaku inovasi
konvergen meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras. Seorang
yang berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide
kreatif.
Usaha
menjadi
juara
juga
meliputi
membujuk
dan
mempengaruhi karyawan dan juga menekan dan bernegoisasi. Untuk
mengimplementasikan
inovasi,
sering
dibutuhkan
koalisi,
mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang
berpotensi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
4. Aplikasi. Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan
untuk membangun, menguji dan memasarkan perilaku baru. Hal ini
berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang
baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan.
Sedangkan mengacu pada De Meyer dan Garg (2011:154), terdapat
beberapa prinsip manajamen inovasi yang bersifat universal, yaitu:
1. Tidak ada inovasi tanpa kepemimpinan
Inovasi yang berhasil membutuhkan visi yang jelas yang didefiniskan
oleh kepemimpinan dalam organisasi dan oleh penciptaan lingkungan
yang memungkinkan visi tersebut disebarkan, dibagikan dan dimiliki
oleh semua orang dalam organisasi dan semua kolaborator organisasi.
Visi juga harus diiringi dengan kemampuan untuk melakukan
internalisasi visi tersebut keseluruh bagian organisasi serta mampu
merespons perubahan lingkungan eksternal serta menguasai konteks
strategis yang memberikan tujuan, arah dan model peran yang ideal.
2. Inovasi membutuhkan integrasi organisasi
Integrasi organisasi merupakan konsep kunci dalam proses inovasi.
Prose inovasi harus didukung oleh seluruh unit dalam organisasi dan
tidak bisa hanya dibebankan pada unit tertentu. Proses inovasi
merupakan rangkaian proses sekuensial yang terdiri dari tahap
penggalian
ide,
pengembangan
konsep,
pendefinisian
produk,
pengembangan produk/proses dan peluncuran produk. Di atas tahapan
inovasi tersebut terdapat kotak strategi yang mewakili visi jangka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
panjang organisasi. Di bawah rangkaian tahapan inovasi terdapat 4
kelompok dalam memberikan support dalam setiap tahapan inovasi,
yaitu: manajemen puncak, pemasaran dan purna jual, R&D, back
office (keuangan, unit operasional dll)
3. Informasi adalah sumber daya penting untuk efetivitas inovasi
Informasi sangat penting karena informasi dan ide merupakan bahan
baku yang akan ditransformasi menjadi produk. Untuk itu terdapat 4
tindakan yang perlu diperhatikan dalam rangka memperoleh akses
informasi:
a. Melakukan akses informasi dengan kotak langsung (face to face
contact) dengan cara menempatkan orang-orang yang relevan di
lokasi yang sama atau berdekatan. Cara lain adalah memanfaatkan
teknologi informasi dan teknologi komunikasi untuk memastikan
komunikasi efektif dengan seluruh organisasi
b. Merancang struktur fisik organisasi sedemikian rupa sehingga
penempatan orang-orang dan tim di suatu tempat atau kantor
menunjang komunukasi sesama anggota tim dan antar anggota dari
unit lain
c. Merancang struktur organiasasi yang menunjang pola komunikasi,
integrasi dan keterbukaan
d. Memilih gatekeeper yang handal yang bisa memperoleh akses
informasi terbaru dan relevan bagi proyek inovatif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
3.1.6.2 Proses Inovasi Produk
1. Mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan rancangan teknis dan
desain
2. Resolusi masalah, yaitu meliputi keputusan memecah ide ke dalam
kompenen yang lebih kecil, menentukan prioritas untuk tiap
komponen atau elemen, membagi alternatif masalah dan menilai
desain alternatif menggunakan kriteria yang telah dipaparkan dalam
tahap pertama fase yang menciptakan penemuan dalam proses inovasi
adalah adopsi dalam implementasi
a. Tahap-tahap inovasi produk:
1. Inisiasi yaitu kegiatan yang mencakup keputusan dalam
organisasi untuk mengadopsi inovasi
2. Pengembangan yaitu kegiatan yang meliputi desain dan inovasi
jadi fase ini meliputi mengeluarkan ide dan pemecahan
masalah
3. Implementasi yaitu kegiatan penerapan desain inovasi yang
telah dibuat sebelumnya dalam fase pengembangan
b. Fase-fase dalam tahap inovasi:
1. Generating ideas. Keterlibatan individu dan tim dalam
menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan
layanan yang ada dan menciptakan sesuatu yang baru
2. Harvesting ideas. Melibatkan sekumpulan orang untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi ide-ide
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
3. Developing and implementing these ideas. Mengembangkan
ide-ide yang telah terkumpul dan telah terkumpul selanjutnya
mengomplementasikan ide tersebut
Menurut Hussey dalam Wibowo (2011:131), Ia berupaya membentuk
tahapan-tahapan dalam akronim EASIER, yaitu:
a. Envisioing, yaitu proses penyamaan pandangan mengenai masa
depan untuk membentuk tujuan berinovasi. Visi ini harus meliputi
ukuran, inovasi apa yang dilakukan untuk organiasasi, ruang lingkup
inovasi dan bagaimana visi tersebut sesuai dengan visi organisasi
b. Activating, yaitu penyampaian visi ke pulik agar tercapai sebuah
komitmen terhadap visi sehingga strategi akan relevan dengan visi
begitu pula dengan implementasi vital
c. Supporting, yaitu tahapan mengupayakan seorang pemimpin tidak
hanya di dalam memberikan perintah dan instruksi kepada bawahan,
namun juga keterampilan di dalam menginspirasi bawahannya untuk
bertidak inovatif. Dalam hal ini diperlukan kepekaan pemimpin
dalam memahami bawahannya. Oleh karena itu, pemimpin
hendaknya bersikap empatik
d. Installing, yaitu pada tahapan ini merupakan tahap implementasi.
dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kompleksitas strategi
yang diperlukan dalam berinovasi dan konsekuensi yang diterima.
Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu seseorang di dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
memberikan masukan dalam implementasi sebuah inovasi sebagai
berikut:
1. Meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat dipahami
kemudian
2. Mengidentifikasi apakah tidakan-tindakan
yang dilakukan
membawa perubahan
3. Mengalokasikan tanggung jawab dari berbagai tindakan yang
diterima
4. Memprioritaskan tindakan yang diterima
5. Memberikan anggaran yang sesuai, mengatur tim kerja dan
struktur yang dibutuhkan
6. Mengalokasikan orang-orang yang tepat
7. Menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk memperlancar
implementasi inovasi
e. Ensuring, yaitu kegiatan yang meliputi monitoring dan evaluasi. Hal
ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan sudah tepat waktu
dan sesuai rencana. Apabila tidak sesuai dengan rencana maka
rencana alternatif apa yang dapat diambil. Selain itu, tahapan ini juga
dipergunakan untuk memantau apakah hasil sesuai dengan yang
diharapkan sehingga apabila tidak, maka akan dibuat langkah
penyesuaian
f. Recognizing, yaitu tahapan yang meliputi segala macam bentuk
penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal ini tidak hanya meliputi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
reward dalam bentuk finansial tapi dapat juga berbentuk
kepercayaan, ucapan terima kasih yang tulus, serta bentuk promosi.
3.6.1.3 Jenis-jenis Inovasi Produk
Lukas dan Ferrel (1999) dalam Agung Raharjo Wibowo Kusumo
(2011:125) “Studi pada Industri Batik di Kota dan Kabupaten Pekalongan”
menjelaskan adanya tiga kategori dalam inovasi produk :
1. Perluasan lini (line extension) yaitu, produk yang dihasilkan
perusahaan tidaklah benar-benar baru bagi tetapi relatif baru untuk
sebuah pasar.
2. Produk baru (me-too product) yaitu, produk baru bagi perusahaan,
tetapi tidak baru bagi sebuah pasar.
3. Produk benar-benar-baru (new-to-the-world-product) yaitu, produk
yang termasuk baru baik bagi perusahaan maupun pasar.
3.2 Penelitan Terdahulu
Penelitian-penelitian
terdahulu
berfungsi
sebagai
pendukung
untuk
melakukan penelitian. Penelitan sebelumnya yang telah mengkasji tentang
Entrepreneurial Leadership, motivasi, kreativitas serta inovasi produk.
Selain itu, ada juga beberapa penelitian yang memiliki kaitan dengan
variabel dalam penelitian ini. Adapaun beberapa penelitiannya sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Tabel 3.1
Penelitian Terdahulu (Jurnal Luar Negeri)
NO
Nama, Tahun
Judul Penelitian
1.
Syed, Anwar Ali Shah
G; Anka, Lawal
Muhammad; Jamil,
Muhammad Bachal;
Sahikh, FM (2012)
Public Sector: A Case Study
of Raw Material Reseacrh of
Nigeria
2
Musa, Soebowo;
Fontana, Avanti (2016)
Entrepreneurial Leadership
Measurement Validation in
Innovation Management
3
Hong-Da, Lu; Vivian,
Chen Chun-Hsi; ChinTien, Hsu; Wu-Chen,
Fei (2014)
Relationship between
Entrepreneurial Leadership
and Innovative Behavior:
The Mediating Effect of
Entrepreneurial SelfEfficacy and the Moderating
Effect of Openness to
Experience and Extraversion
4
Hayek, Mario; Salem,
Roberto (2011)
A Conversation with the
Pizza Princess: Diane
Barrentine on
Entrepreneurial Leadership
5
Mehrad, et al (2011)
The Impact of
Entreprenurial Orientation
and leadership styles on
Business: A Study On Micro
Small and Medium
Enterprises
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian
Penelitian ini menunjukkan bahwa
sebanyak 39,3 % responden
menyatakan puas dengan kinerja
mereka
serta
entrepreneurial
leadership yang diterapkan. Selain
itu, adanya motivasi terhadap
mereka dalam pekerjaannya seharihari.
Studi menunjukkan bahwa adanya
manfaat yang dirasakan organisasi
saat penerapan entrepreneurial
leadership disana. Selain itu,
entrepreneurial leadership juga
berpengaruh cukup besar dalam
perubahan inovasi serta motivasi
dalam perusahaan.
Studi ini menunjukkan hubungan
antara
para
pimpinan
yang
menggunakan gaya entrepreneurial
leadership sebaga kempimpinannya.
Dalam 224 hari ditemukan adanya
inovasi
yang
terlahir
dan
berpengaruh
positif
terhadap
jalannya organisasi yang ada.
Dimana, adanya saling motivasi
yang baik antar pimpinan dan
karyawan.
Dalam penelitian ini disebutkan
bahwa Presiden dari Domino Pizza,
Diane Davis Barentine mengatakan
bahwa entrepreneurial leadership
membawa dampak positif dalam
bisnisnya. Dia juga menambahkan
entrepreneurial leadership sangat
bermanfaat
karena
dapat
mengembangkan
pola
pikir
kreativitas serta motivasi bagi
karyawannya
Mendeskripsikan
entrepreneurial
leadership sebagai sebuah proses
praktek dan aktivitas pengambilan
keputusan yang menuju entri baru.
58
NO
Nama, Tahun
Judul Penelitian
6
Tsai, Yafang (2011)
Relation between
Organizational Culture,
Leadership Behavior and
Job Satisfication
7
Ling Voon, May
Chiun, Kwang Sing
(2010)
The influence of leadership
styles on employees’ job
satisfaction in public sector
organizations in Malaysia
8
Stefan, DanielLaurentiu (2013)
Entrepreneurial leadership a
necessity for survival
Smrita Sinha, Ajay Kr.
Singh, Nisha Gupta,
Rajul Dutt, 2010
Impact of Work Culture on
Motivation and Performance
Level of Employees in
Private Sector Companies
9
10
Chirsbel M. Ncube;
Michael O. Samuel,
2014
Revisiting Employee
Motivation and Job
Satisfaction within the
context of an Emerging
Economy
11
Evans Sokro, 2012
Analysis of the Relationship
that Exists between
Organizational Culture,
Motivation and Performance
12
Gichohi, Paul Maku
(2014)
The Role of Employee
Engagement in Revitalizing
Creativity and Innovation at
the Workplace: A Survey of
Selected Libraries in Meru
County - Kenya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian
Budaya organisasi secara signifikan
(positif) berkorelasi dengan perilaku
kepemimpinan dan kepuasan kerja,
dan perilaku kepemimpinan secara
signifikan
(positif)
berkorelasi
dengan kepuasan kerja.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
gaya
kepemimpinan
transformasional memiliki hubungan
yang lebih kuat dengan kepuasan
kerja.
Ini
berarti
bahwa
kepemimpinan
transformasional
dianggap cocok untuk mengelola
organisasi pemerintah.
Entrepreneur menjadi salah satu
faktor yang baik dalam perusahaan.
Analisa
dalam
penelitian
mengatakan bahwa entrepreneurial
leadership
cukup
berpengaruh
positif ke dalam perusahaan serta
menumbuhkan motivasi bagi para
karyawannya.
Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti mengenai dampak kerja
budaya
dalam
motivasi
dan
tingkatan kinerja karyawan dalam
perusahaan sektor pribadi
Penelitian ini untuk meneliti
mengenai apakah entrepreneurial
leadership
dan
motivasi
mempengaruhi
inovasi
pada
karyawan di salah satu distrik
ekonomi pada negara bagian Afsel
Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti mengenai analisis hubungan
entrepreneurial leadership antara
budaya organisasi, motivasi dan
kreatifitas
Studi ini menunjukkan kreativitas
karyawan menimbulkan sebuah
inovasi dalam perpustakaan yang
menjadi tempat survey. Tingkat
responden 91% menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang signifikan
antara motivasi, inovasi serta
kreativitas karyawan.
59
NO
Nama, Tahun
13
Robert J Taormina
(2010)
14
R. Gopal & Rima
Ghose Chowdhury
(2014)
15
M.L. Voon, M.C. Lo,
K.S. Ngui, N.B. Ayob,
(2011)
Judul Penelitian
Interralating Leadeship
Behaviours, Organizational
Socialization, and
Organizational Culture
Leadership Styles And
Employee Motivation: An
Empirical Investigation In A
Leading Oil Company In
India
The Influence of Leadership
Styles on Employees’ Job
Satisfaction in Public Sector
Organizations in Malaysia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan
kalau motivasi dan kepemimpinan
mempengaruhi minat karyawan
semakin kompetitif
Peneliti menemukan bahwa gaya
kepemimpinan yang dominan adalah
transformasional dan transaksional,
dan karyawan cukup termotivasi.
Hasil menunjukkan bahwa faktor
gaya kepemimpinan yang berbeda
akan memiliki dampak yang berbeda
pada komponen motivasi dan
kreativitas karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gaya
kepemimpinan
transformasional memiliki hubungan
yang lebih kuat dengan kepuasan
kerja.
Ini
berarti
bahwa
kepemimpinan
transformasional
dianggap cocok untuk mengelola
organisasi pemerintah.
60
Tabel 3.2
Penelitian Terdahulu (Jurnal Dalam Negeri)
NO
Nama, Tahun
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Pengaruh Faktor Modal
Psikologis, Karakteristik
Entrepreneur, Inovasi,
Manajemen Sumber Daya
Manusia, dan Karakteristik
UKM Terhadap
Perkembangan Usaha Pedagan
di Pasar Tradisional (Studi
Kasus pada Pedagang
Sembaka dan Snack di Pasar
Peterongan)
Analisis Pengaruh Lingkungan
Kerja dan Motivasi Terhadap
Kreativitas Karyawan Perum
PENGADAIAN (KANWIL)
Hasil uji analisis regresi didapat bahwa
variabel modal psikologis, karakteristik
entrepreuner,
motivas,
kreativitas,inovasi, manajemen sumber
daya manusia dan karakteristik UKM
baik secara parsial maupun simultan
mempunyai
pengaruh
terhadap
perkembangan usaha di pasar tradisional
peterongan.
1.
Reni Shinta Dewi
(2013)
2
Lim Sanny; Raden
Ajeng Bebby
Cahyani; Yogi
Andhika (2013)
3
Netty Lisdiantini
(2013)
Pengaruh Budaya Organisasi
dan Entrepreneurial
Leadership terhadap Motivasi
Karyawan dan Dampaknya
pada Peningkatan Kinerja
Organisasi (Studi Pada PT
Industri Kereta Api/INKA
Madiun)
4
Febrika
Kusmintarwanto
(2014)
5
Wibowo, Edi. (2011)
Analisa Pengaruh Antara
Entrepreneurial Leadership
dan product innovation pada
Industri Makanan dan
Minuman di Jawa Timur
Pengaruh Kepemimpinan,
Organizational Citizenship
Behavior, dan Komitemen
Organisasional terhadap
Kepuasan Kerja Pegawai
Dari hasil analisis tersebut diperoleh
bahwa terdapat efek yang signifikan dan
simultan pada variabel Lingkungan
Kerja dan Motivasi terhadap Kreativitas
Karyawan pada Perum Pegadaian
Kantor Wilayah Jakarta Pusat.
Entrepreneurial
Leadership
berpengaruh
signifikan
terhadap
motivasi
karyawan.
Artinya,
kepemimpinan
kewirausahaan
berpengaruh secara bermakna terhadap
motivasi dan kreativitas karyawan
berhubungan positif, di mana semakin
kuat Entrepreneurial Leadership akan
semakin kuat pula motivasi karyawan.
Dari hasil analisa regresi, dapat
disimpulkan bahwa variabel product
innovation dipengaruhi positif dan
signifikan
oleh
entrepreneurial
leadership.
Hasil analisis menunjukan bahwa
kepemimpinan,
organizational
citizenship behavior, dan komitmen
organisasional memiliki pengaruh yang
signifikan pada kepuasan kerja. Hasil
menunjukan bahwa kepemimpinan,
organizational citizenship behavior, dan
komitmen organisasional memiliki
pengaruh terhadap peforma karyawan
sebesar 72%
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
NO
Nama, Tahun
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
dimana terdapat kesimpulan bahwa
kreativitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Kreativitas dan motivasi memilki
hubungan yang kuat dengan kinerja
karyawan, sehingga semakin tinggi
kreativitas yang dilakukan maka akan
semakin meningkat pula kinerja dan
inovasi karyawan.
dimana terdapat kesimpulan bahwa
kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan
yang ditunjukkan oleh koefisien jalur
(α=
0,023<0,05)
yang
artinya
kepemimpinan
secara
positif
berpengaruh terhadap kinerja karyawan
Penelitian
menunjukkan
bahwa
Entrepreneurial
leadership
mempengaruhi iklim organisasional
secara positif pada bagian produksi di
SBO TV Surabaya. Semakin baik
entrepreneurial
leadership
suatu
pimpinan maka semakin baik pula iklim
organisasional yang dipimpinnya. Hal
ini menunjukkan bahwa entrepreneurial
leadership yang baik dari pimpinan di
bagian produksi di SBO TV Surabaya
dapat memberikan motivasi kerja dan
suasana kerja yang kondusif, sehingga
berpengaruh terhadap efisiensi dan
produktivitas kerja yang maksimal dari
para karyawan
bahwa orientasi kewirausahaan dan
kepemimpinan wirausaha bersamaan
memiliki pengaruh yang positif dan
siginifikan yang berdampak kepada
kinerja organisasi secara kesuluruhan.
entrepreneurial leadership dari para
pengusaha mikro dan kecil di Jawa
Timur pada enam dimensi yaitu able to
motivate, visionary, proactive, risk
taking, achievement oriented, dan
persistence sudah tinggi, hanya saja
pada dimensi innovativeness diperlukan
peningkatan khususnya pada indikator
perlu mengajak orang lain untuk
berpikir bersama guna menemukan
produk baru
6
Mita Andini Putri
(2012)
Analisis Pengaruh Kreativitas
dan Perilaku Inovatif Terhadap
Kinerja Karyawan (PT Trias
Sena Bhakti)
7
A. Soegihartono
(2012)
Pengaruh Kepemimpinan dan
Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja dengan Mediasi
Komitmen (di PT Alam Kayu
Sakti Semarang)
8
Emmillya Yosephine
Sugianto dan Eddy
Madiono Sutanto
(2013)
Pengaruh Entrepreneurial
Leadership Terhadap Iklim
Organisasional, Kreativitas
dan Inovasi Karyawan Bagian
Produksi pada SBO TV
9
Astri Ghina (2012)
10
Probo Suwignyo dan
R.R Retno Ardianti
(2013)
” Corporate Entrepreneurship
at Public Service Sector :
Measurement and the
Influence toward Government
Performance “
Entrepreneurial Leadership
pada Pengusaha Mikro dan
kecil di Jawa Timur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
3.3
Kerangka Pemikiran
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang
mempunyai peran penting dalam suatu organisasi, karena dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi, faktor manusia memegang peranan yang paling
dominan. Setiap motivasi dan training dalam suatu perusahaan akan
mempengaruhi produktivitas karyawan serta inovasi pada perusahaan tersebut.
Hal ini juga bergantung dari kepimpinan seorang pemimpin di perusahaan
serta kreativitas karyawan, seperti apa kepemimpinan yang mereka terapkan dan
kreativitas karyawan dapat mempengaruhi kinerja serta dampaknya terhadap
inovasi produk. Berdasarkan teori-teori yang ada, maka dapat dirumuskan suatu
model kerangka pemikiran yang digunakan pada penilitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
3.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka teoritik. Selanjutnya diajukan
hipotes penelitian sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
sebagai berikut:
H1
: Entrepreneurial leadership berpengaruh terhadap inovasi produk
H2
: Motivasi kerja berpengaruh terhadap inovasi produk
H3
: Kreativitas karyawan berpengaruh terhadap inovasi produk
H4
: Motivasi kerja berpengaruh terhadap kreativitas karyawan
H5
: Entrepreneurial leadership berpengaruh terhadap kreativitas karayawan
H6
: Entrepreneurial leadership berpengaruh terhadap motivasi karyawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download