BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1 Kajian Pustaka 3.1.1 Entrepreneur Entrepreneurial leadership merupakan suatu bagian entrepreneur. Dalam bagian ini akan membahas tentang pengertian entrepreneur dan ciri-ciri entrepreneur. 3.1.1.1 Pengertian Entrepreneur Menurut Winardi (2011: 305) Entrepreneur merupakan seorang individu yang menerima resiko, dan yang melaksanakan tindakan-tindakan untuk mengejar peluang-peluang dalam situasi dimana pihak lain dapat melihatnya atau merasakannya, bahkan ada kemungkinan bahwa pihak lain tersebut sebagai problem atau bahkan ancaman. Menurut Thornberry (2012:3), Entrepreneur adalah seorang dimana ia mempunyai ide yang inovatif, dapat melihat peluang yang ada di dalam pasar dan dapat membuat mimpi-mimpi mereka menjadi sebuah realitas yang gemilang. Menurut Kasmir (2010: 18), Entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko berarti bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Menurut Hisrich, Peter dan Shepherd (2011: 9), Entepreneur adalah seorang yang mengabungkan sumber daya, tenaga kerja, bahan baku, serta asset lain untuk 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 menghasilkan nilai yang lebih besar dari sebelumnya, juga seorang yang memperkenalkan perubahan, inovasi dan tatanan baru. Menurut Zimmerer, Scarborough, dan Wilson (2012: 20), Entrepreneur adalah orang atau individu yang melakukan proses penciptaan bisnis baru dengan menghadapi resiko-resiko dan ketidak pastian yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan bisnisnya melalui identifikasi peluang yang signifikan dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa entrepreneur adalah Seseorang yang memiliki keberanian mengambil resiko dalam ketidakpastian dengan cara menggabungkan sumber daya yang ada dapat menghasilkan nilai yang lebih besar dari sebelumnya serta memiliki ide inovatif sebagai peluang bisnis yang belum ada menjadi ada. 3.1.1.2 Ciri-Ciri Entrepreneur Menurut Alma (2010: 33) ada tiga tipe utama dari seorang entrepreneur adalah sebagai berikut: 1) Craftman Wirausaha ahli pada umumnya adalah seorang penemu dalam bidang penelitian yang menjual lisensinya idenya untuk dijadikan produk komersial. 2) The Promoter Seorang individu yang berlatar belakang marketing yang kemudian mengambangkan perusahaannya sendiri. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 3) General Manager Seorang individu yang ideal yang secara sukses bekerja pada perusahaan dan menguasai banyak keahlian. 3.1.2 Leadership Leadership merupakan cara dan bagaimana entrepreneur dalam mempengaruhi dan mampu mendorong orang-orang yang bekerja bersamanya untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Dalam bagian bab ini akan membahas tentang Pengertian Leadership, tipe-tipe Pemimpin, dan Sifat-Sifat Seorang Pemimpin. 3.1.2.1 Pengertian Leadership Menurut Siagian (2002) dalam Intan dan Michael (2011:11) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin. Menurut Robbins (1999) dalam Wibowo (2014:34) memberikan definisi kepemimpinanan sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok menuju pada pencapaian tujuan.Sumber dari pengaruh mungkin bersifat formal seperti yang diberikan pada jabatan manajerial dalam organisasi. Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi.Kepemimpinan dibutuhkan oleh manusia karena adanya sifat keterbatasan yang sangat melekat pada diri manusia. Suatu organisasi tanpa ada sosok seorang pemimpin akan mengalami kesulitan dalam mencapai visi dan misi dari organisasi itu sendiri. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Kepemimpinan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 didefinisikan sebagai ciri – ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan dalam organisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah. Menurut Robbins dan Judge (1999) dalam Wibowo (2014:40) Menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan. Menurut Soekarso et al (2010:212) kepemimpinan merupakan proses pengaruh sosial, yaitu suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain, kekuatan yang mempengaruhi perilaku orang lain ke arah pencapaian tujuan tertentu Menurut Locander dalam Maulizar, Musnadi, dan Yunus (2012: 124), kepemimpinan adalah hubungan antara pimpinan (leader) dengan yang dipimpin (follower). Lebih lanjut Locander menjelaskan bahwa kepemimpinan mengandung makna bahwa pemimpin mempengaruhi yang dipimpin tapi hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin bersifat saling menguntungkan kedua belah pihak. Menurut Colquitt et al dalam Wibowo (2014:50) mendefinisikan kepemimpinan sebagai penggunaan kekuasaan dan pengaruh untuk mengarahkan aktivitas pengikut kearah pencapaian tujuan. Arah tersebut dapat mempengaruhi interpretasi kejadian pengikut, organisasi aktivitas pekerja mereka, komitmen mereka terhadap tujuan utama, hubungan mereka dengan pengikut, atau akses mereka pada kerjasama dan dukungan dari unit kerja lain. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Leadership merupakan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 menyebabkan orang lain merespon guna mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Leadership merupakan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain merespon guna mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. 3.1.2.2 Sifat-Sifat Seorang Pemimpin Menurut Samsudi (2011: 293) beberapa sifat pemimpin yang berguna dan dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut: 1) Keinginan untuk menerima tanggung jawab Seorang pemimpin harus dapat menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan yang berarti, bersedia tanggung jawab pada pimpinannya atas segala yang dilakukan oleh bawahannya. 2) Kemampuan untuk "Perceptive" Perceptive menunjukan kemampuan untuk mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu lingkungan. Setian pimpinan harus mengena tujuan organisasi sehingga dapat bekerja untuk mencapai tujuan tersebut 3) Kemampuan untuk bersifat objektivitas Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan perluasan dari kemampuan http://digilib.mercubuana.ac.id/ persepsi. Perseptivitas 23 menimbulkan kepekaan terhadap fakta, kejadian, dan kenyataan yang lain. 4) Kemampuan untuk berkomunikasi Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja dengan menggunakan bantuan orang lain. Oleh karena itu, pemberian perintah dan penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai. Beberapa sifat dalam teori mengenai kepemimpinan menurut Winardi (2011;33) yaitu 1. Teori otokratis Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak arbiter dalam hubungan pimpinan dengan pihak bawahan. 2. Teori psikologis Pendekatan ini kepada kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik. 3. Teori sosiologis Pihak lain menganggap bahwa kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para pemimpin dan yang berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara pengikut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 4. Teori suportif Pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya dan dapat memimpin dengan sebaik-baiknya melalui tindakan membantu mereka 5. Teori Laissez Faire Pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dalam hal menentukan aktivitas mereka. 6. Teori perilaku pribadi Kepemimpinan dapat pula dipelajari berdasarkan kualitas pribadi ataupun pola-pola kelakuan para pemimpin. Pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan identik dalam situasi yang dihadapinya. 7. Teori sifat Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain: Intelegensi, Inistif, Energi atau rangsangan, Kedewasaan emosional, Persuasif, Skill communicative, Kepercayaan kepada diri sendiri, Perspektif, Kreativitas dan partisipasi sosial. 8. Teori situasi Pada teori ini dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam elemen yakni: pemimpin, pengikut, situasi. Situasi dianggap elemen yang paling penting karena memiliki banyak variabel. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 3.1.3 Entrepreneurial Leadership Entrepreneurial Leadership merupakan variabel independen yang pertama (X1) dalam mempengaruhi dan mampu mendorong orang-orang yang bekerja bersamanya untuk mencapai tujuan dan juga bisa bijaksana dalam mengambil keputusan. Dalam bagian ini akan membahas mengenai Pengertian Entrepreneurial Leadership, Dimensi-dimensi Entrepreneurial Leadership dan Elemen Entrepreneurial Leadership. 3.1.3.1 Pengertian Entrepreneurial Leadersip Menurut Corbin (2007) dalam penelitian Hadi dan Marlangen (2013:13), Entrepreneurial Leadership atau gaya kepemimpinan kewirausahaan adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendelegasikan, mampu membangun karyawan berperilaku tanggung jawab, mampu membuat dan menetapkan keputusan serta bekerja secara independent. Menurut Esiri (2012) dalam penelitian Hendi dan Avyanto (2012:7), Entrepreneurial Leadership adalah kepemimpinan yang memimpin secara inovatif, terlibat penuh dalam pekerjaan, dan mampu melihat peluang yang ada serta memanfaatkanya menurut cara dan metodenya sendiri. Alisjahbana (2012:1) mengatakan bahwa “Ketika perubahan terjadi semakin cepat dan persaingan semakin dahsyat seperti saat ini, kepemimpinan yang bersifat entrepreneurial, tidak sekadar managerial, sangat dibutuhkan”. Entrepreneurial leadership adalah pengorganisasian sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama dengan menggunakan perilaku kewirausahaan proaktif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 yang mengoptimalkan risiko, berinovasi untuk memanfaatkan peluang, mengambil tanggung jawab pribadi dan mengelola perubahan dalam lingkungan yang dinamis untuk kepentingan organisasi. Menurut Corbin (2007) dalam penelitian Hadi dan Marlangen (2013:13), Entrepreneurial Leadership atau gaya kepemimpinan kewirausahaan adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendelegasikan, mampu membangun karyawankaryawan berperilaku bertanggung jawab, mampu membuat dan menetapkan keputusan, dan bekerja secara independen. Sementara itu menurut Esiri (2002) dalam penelitian Hendi dan Avyanto (2012: 7), Entrepreneurial leadership adalah kepemimpinan yang memimpin secara inovatif, terlibat penuh dalam bekerja, mampu melihat peluang dan memanfaatkannya menurut cara dan metodenya sendiri. Entrepreneurial Leadership memiliki ciri sebagai berikut : Tidak menunggu atau menyerahkan nasib kepada orang lain, melainkan mengambil inisiatif dan menganggap dirinya memiliki peran kunci dalam organisasi. Dia membangkitkan energi timnya. Menunjukkan kreativitas yang entrepreneurial, selalu mencari peluangpeluang baru dan merealisasikannya. Berani mengambil risiko, mencoba hal-hal baru, memberikan arahan strategis, dan menginspirasi timnya. Bertanggung jawab atas kegagalan dari timnya, belajar dari kegagalan tersebut, dan menggunakannya untuk mencapai tujuan organisasi yang menguntungkan semua pemangku kepentingan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Entrepreneurial Leadership menjadi elemen yang sangat penting dalam persaingan industri yang semakin kompetitif karena perusahaan membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan entrepreneurial untuk mengidentifikasi peluang pasar dan keberanian mengambil resiko untuk mempertahankan atau menciptakan keunggulan kompetitif sehingga perusahaan dapat memperoleh atau mempertahankan posisi startegisnya dalam pasar. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan, entrepreneurial leadership merupakan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada peluang dan menempatkan kekuasaan ditangan satu orang, mampu menciptakan peluang, serta mampu mengatur dan mengendalikan sumber daya secara efektif menggunakan keterampilan dan strategis untuk mencapai keuntungan. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan, entrepreneurial leadership merupakan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada peluang dan menempatkan kekuasaan ditangan satu orang, mampu menciptakan peluang, serta mampu mengatur dan mengendalikan sumber daya secara efektif menggunakan keterampilan dan strategis untuk mencapai keuntungan. 3.1.3.2 Dimensi Entrepreneurial Leadership Menurut J. Winardi (2011: 193), terdapat lima dimensi di dalam perusahaan yang dijalankan dengan Entrepreneurial Leadership, yaitu: 1) Orientasi yang didorong persepsi peluang Seorang entrepreneur tergantung kepada persepsinya tentang peluang yang ada Entrepreneur menggunakan sistem-sistem perencanaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 pengukuran kinerja guna mengendalikan sumber-sumber daya yang ada. 2) Komitmen terhadap peluang-peluang Entrepreneur dengan jelas bersedia menerima resiko dari keputusan dan peluang-peluang yang diambilnya.dan entrepreneur dengan teliti dan dalam jangka waktu singkat mampu melihat suatu peluang dan memanfaatkannya. 3) Komitmen sumber-sumber daya Seorang entrepreneur terbiasa dengan kondisi dimana ia menyalurkan sumber-sumber daya dan memantaunya secara periodik. 4) Pengendalian sumber-sumber daya Entrepreneur yang menyediakan sumber-sumber daya bagi perusahaan, juga ikut mengendalikan.Mereka disiplin dalam aturan mengendalikan sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan, sehingga bersikap kurang fleksibel, namun bukan pula memaksa.Terhadap pihak-pihak yang bekerja dengannya didalam perusahaan, seorang yang memimpin secara entrepreneurial akan senantiasa memberikan ide-ide kepada mereka. Ikut membantu mereka dalam mengalami kesulitan dalam mencari suatu metode atau cara terbaik yang dapat ditempuh dalam perusahaan. 5) Visi yang Realistik Entrepreneur memang bersedia mengambil resiko yang telah diperhitungkan, hal ini dikarenakan mereka memiliki visi yang realistik http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 yang sudah mereka rencanakan dalam pencapaian tujuan.Visi tesebut pun direalisasikan dengan mendukung penuh orang-orang dalam perusahaannya. Agar berhasil, Seorang wirausahawan harus memikul berbagai peranan, tugas, dan tanggung jawab, tetapi tidak ada yang lebih penting daripada peranan pemimpin oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan dalam kepemimpinan wirausaha atau Entrepreneurial Leadership yaitu Pemimpin yang baik harus mampu memengaruhi karyawan dengan memberikan bimbingan atau konsultasi dan memberi motivasi. Sementara itu, menurut Fernald et al.(2011: 60), ada 8 karakteristik dari entrepreneurial leadership, yaitu able to motivate, achievement orientated, creative, flexible, patient, persistent, risk taker, visionary. Sedangkan menurut Chen, (2007) dalam Kansikas, Laakkonen, Sarpo, Kontinen (2012L 143) ada tiga atribut entrepreneurial leadership yaitu: inovativeness, risk taking, dan proactiveness. Munculnya konsep entrepreneurial leadership ini dikarenakan adanya perubahan iklim usaha yang cepat dan penuh ketidakpastian serta ada ketidakefektifan pada model pendekatan leadership sebelumnya. Perubahan yang cepat ini salah satunya juga dikarenakan berkembang pesatnya teknologi informasi dan munculnya aktor kekuatan ekonomi baru seperti India dan Cina menurut Jones & Helen (2011), Gupta, dkk (2011) dalam Marcketti & Kozar (2012: 204) sependapat menyatakan bahwa perusahaan harus menjadi lebih berwawasan kewirausahaan agar dapat meningkatkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ peforma mereka 30 kemampuan mereka beradaptasi dan berkompetisi serta untuk kelangsungan jangka panjang perusahaan. Gupta, dkk (2011: 312) menyatakan ada dua tantangan yang akan dihadapi oleh entrepreneurial leaders. Tantangan pertama adalah scenario enatcment dan tantangan kedua adalah cast enactment. Keduanya padu dan untuk menciptakan kondisi tersebut dipengaruhi oleh pelaksanaan lima peran spesifik entrepreneurial leadership yang diadaptasi dan dimodifikasi oleh McGrath dan MacMillan (2010) dalam Gupta,dkk (2011:315), tiga di antaranya berhubungan dengan scenario enatcment dan dua dengan cast enactment. Menurut Gupta dalam Basrowi (2011: 215) mengatakan, bahwa kemampuan orang dalam berkreativitas juga dapat diterapkan dalam kewirausahaan, kemampuan seseorang untuk memimpin harus diimbangi oleh perilaku tertentu juga dikenal sebagai kewirausahaan dimensi inovasi. Di samping itu, variabel entrepreneurial leadership yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tujuh dimensi, yaitu: able to motivate, achievement orientated, persistent, visionary, inovativeness, risk taking, dan proactiveness, yang masing-masing dijabarkan menjadi 25 indikator. 3.1.4 Motivasi Motivasi merupakan variabel independen yang kedua (X2) dalam penelitian ini. Dalam bagian ini akan membahas mengenai pengertian motivasi, dan jenis-jenis Motivasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 3.1.4.1 Pengertian Motivasi Nawawi (2000) dalam Darsono dan Siswandoko (2011: 149), menyatakan kata motivasi berasal dari kata dasar motive yang artinya dorongan atau alas an manusia melakukan tindakan secara sadar. Suatu inidikasi yang menunjukan hilangnya motivasi bekerja menurut Nitisemitoo dama Darmawan (2013: 78), tingkat absensi yang semakin meningkat dan tinggi. Motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya sesuai dengan keinginan masing-masing (Afin Murti, 2012: 63). Motivasi adalah proses dimana upaya seseorang diberi energi, diarahkan dan berkelanjutan untuk menuju mencapai tujuan. Motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intesitas, bersifat terus-menerus dan adanya tujuan (Robbins dan Coulter, 2012: 125). Menurut Hasibuan (2012: 141), Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Menurut Saydam (2000: 327) dalam Kadarisma (2012:276), pengertian motivasi dalam kehidupan sehari-hari diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Menurut Kadarisma (2012: 278), Motivasi kerja adalah penggerak atau pendorong dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat dan baik sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya. Jadi menurut yang dikemukakan di atas dapat di uraikan bahwa motivasi merupakan kegiatan atau cara untuk mendorong seseorang atau dalam diri manusia agar mau berperilaku, bekerja secara sesuai keingian diri sendiri tanpa dipaksa untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan yang telah ditentukan agar optimal. Motivasi mempunyai kaitan erat dengan gaya kepemimpinan. Karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain sangat tergantung kepada kewibawaan dan bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap karyawan, sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Karyawan sangat membutuhkan motivasi dari pimpinan untuk mewujudkan cita-cita di masa mendatang baik melalui pelatihan, pada saat bekerja, sehingga terbentuk suatu sinergi yang dapat meningkatkan produktivitas. Pada dasarnya motivasi kerja dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan (Wahjosimidjo dalam Surbakti dan Suharnomo (2013: 272). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 3.1.4.2 Jenis-Jenis Motivasi Menurut Hasibuan (2012: 150), Mengatakan bawah jenis-jenis motivasi adalah sebagai beriku: 1) Motivasi Positif Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. 2) Motivasi Negatif Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. Teori motivasi yang paling dikenal adalah Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow. Maslow adalah psikolog humanistik yang berpendapat bahwa pada diri setiap orang terdapat hirarki lima kebutuhan, yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis (Physiological needs): makanan, minuman, tempat tinggal, kepuasan seksual, dan kebutuhan fisik lain. 2. Kebutuhan keamanan (Safety needs): keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 3. Kebutuhan sosial (Social needs): kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya, diterima oleh teman-teman, dan persahabatan. 4. Kebutuhan harga diri (Esteem needs): faktor harga diri internal, seperti penghargaan diri, otonomi, pencapaian prestasi dan harga diri eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. 5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization needs): pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa yang dia mampu capai. Seorang individu bergerak naik ke hirarki kebutuhan dari satu tingkat ke tingkat yang berikutnya. Selain itu, Maslow memisahkan lima kebutuhan ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan keamanan dianggap kebutuhan yang lebih rendah, sedangkan kebutuhan sosial, harga diri, dan aktualisasi diri dianggap kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan urutan lebih rendah didominasi oleh kepuasan eksternal sementara kebutuhan tingkat tinggi didominasi oleh kepuasan internal. Bagaimana teori Maslow menjelaskan motivasi? Manajer menggunakan hirarki Maslow untuk memotivasi karyawan dalam melakukan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan karyawan. Tetapi teori ini juga mengatakan bahwa setelah kebutuhan secara substansial terpenuhi, maka seorang individu tidak lagi termotivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, untuk memotivasi seseorang, kita perlu memahami ditingkat mana keberadaan orang itu dalam hirarki dan perlu berfokus pada pemuasan kebutuhan pada atau diatas tingkat itu. Teori kebutuhan Maslow secara luas diakui selama tahun 1960 dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 1970-an, terutama di kalangan manajer terlatih, mungkin karena logis dan mudah dimengerti secara intuitif (Robbins dan Coulter, 2012:78) 3.1.4.3 Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg) Frederick Herzberg (1950) dalam Hasibuan (2012: 157), seorang profesor ilmu jiwa pada Universitas di Cleveland, Ohio, mengemukakan Teori Motivasi Dua Faktor atau Herzberg's Two Factors Motivation Theory. Faktor-faktor yang merupakan penggerak motivasi (faktor-faktor intrinsik) ialah: Prestasi (Achievement), artinya karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai hasil yang baik atau berprestasi. Pengakuan (Recognition), artinya karyawan memperoleh pengakuan dari pihak perusahaan bahwa ia adalah orang, berprestasi, baik, diberi penghargaan, pujian, dimanusiakan, dan sebagainya. Pekerjaan itu sendiri (Work Itself), artinya memang pekerjaan yang dilakukan itu sesuai dan menyenangkan bagi karyawan. Tanggung jawab (Responsibility), artinya karyawan diserahi tanggung jawab dalam pekerjaan yang dilaksanakannya, tidak hanya sematamata melaksanakan pekerjaan. Pertumbuhan dan perkembangan (Advancement and Growth), artinya dalam setiap pekerjaan itu ada kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dan berkembang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Adapun faktor-faktor pemelihara motivasi (faktor-faktor ekstrinsik) ialah: Pengawasan (Supervision) terhadap karyawan. Kebijakan dalam perusahaan (Company Policy). Hubungan dengan atasan (Relationship with Supervisor). Kondisi tempat kerja (Working Condition). Gaji (Salary) yang diterima karyawan. Hubungan dengan rekan-rekan kerja sederajat (Relationship with Peers). Kehidupan pribadi para karyawan (Personal Life). Hubungan dengan bawahan (Relationship with Subordinates). Kedudukan (Status) karyawan. Keamanan dan keselamatan kerja (Security). Menurut Herzberg, meskipun faktor-faktor pendorong motivasi baik keadaannya (menurut penilaian karyawan), tetapi jika faktor-faktor pemeliharaan tidak baik keadaannya, tidak akan menimbulkan kepuasan kerja bagi karyawan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan motivasi dengan cara perbaikan faktor-faktor pemeliharaan, baru kemudian faktor-faktor pendorong motivasi. Teori Herzberg populer pada 1960-an sampai awal 1980-an. Meskipun beberapa kritikus mengatakan teorinya terlalu sederhana, namun teori tersebut telah mempengaruhi bagaimana kita dalam dunia kerja (Robbins dan Coulter, 2012:79). Dari faktor motivasi tersebut umumnya motivasi yang tinggi dihubungkan kinerja dengan kinerja yang baik. Sebaliknya, motivasi yang rendah dihubungkan dengan kinerja yang buruk. Kinerja karyawan kadang-kadang tidak berhubungan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 dengan kompetensi yang dimiliki, karena terdapat faktor dari mempengaruhi kinerja. Sementara itu, teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan Abraham Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu urutan kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi dalam. Yaitu, jika seseorang terus-menerus terhambat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan menyebabkan individu tersebut mengarahkan pada upaya pengurangan karena menimbulkan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih rendah. Di sisi lain, teori E. R. G. oleh Alderfer menurut Jane R. Caulton dalam jurnal Emerging Leadership Journeys, Vol 5 (2012) menyesuaikan dan melakukan modifikasi dari lima tingkat teori hierarki kebutuhan Maslow hanya pada tiga kebutuhan saja yaitu : 1) Kebutuhan keberadaan (existence) 2) Kebutuhan hubungan (relatedness) 3) Kebutuhan pertumbuhan (growth) Pada dasarnya teori E. R. G ini meringkas teori kebutuhan Maslow tersebut sebagai berikut : a. Kebutuhan Keberadaan (existence) Kebutuhan keberadaan meliputi berbagai macam tingkat dorongan yang berkaitan dengan kebutuhan materi dan fisik.Kebutuhankebutuhan tersebut meliputi gaji, keuntungan, dan keselamatan secara fisik.Kategori kebutuhan tersebut mempunyai tujuan untuk memenuhi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 kebutuhan materi bagi diri individu itu sendiri. Jika kebutuhan materi ini tidak terpenuhi individu mempunyai kecenderungan untuk bersaing dengan individu yang lain. Persaingan itu terjadi bila sumber yang diiginkan terbatas dan dalam persaingan tersebut sering kali dpat mengecewakan individu yang lainnya. Kebutuhan tersebut akan tercapai oleh individu dengan segala macam cara jika memang diperlukan untuk dipuaskan. Contohnya, seseorang karyawan yang ingin mendapat bonus tinggi, maka ia berusaha untuk dapat mencapai keinginannya tersebut walaupun kadang-kadang terjadi persaingan yang dapat membuat rekan kerjanya tidak puas dan merasa kecewa. b. Kebutuhan Hubungan (relatedness) Kebutuhan relasi merupakan kebutuhan untuk mengadakan hubungan dan sosialisasi dengan orang lain. Dalam membina hubungan tersebut individu mengharapkan memperoleh pemahaman dan pengertian dari orang lain yang ada sekitarnya seperti suami, istri, anak, orang tua, tetangga, teman, sahabat, dan pacar. Jika diakitkan dengan organisasi, maka individu akan berusaha untuk dapat membina hubungan dengan orang-orang di lingkungan kerjanya seperti teman kerja (kolega), atasan dan bawahan. Kebutuhan hubungan dengan orang lain di dalam organisasi ini tidak akan terpenuhi jika belum tercipta adanya kerja sama dan saling member dukungan satu sama lain dalam usaha mencapai prestasi kerja yang diinginkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 c. Kebutuhan Pertumbuhan (Growth) Kebutuhan pertumbuhan ini, mengacu pada bentuk kebutuhan yang mendorong individu untuk menjadi orang yang kreatif dan produktif serta berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya maupun lingkungan dimana dia berada. Keputusan akan pemenuhan hidup ini akan timbul jika individu dapat menyelesaikan masalah-masalah dan memuaskan keinginannya untuk dapat mengembangkan potensi diri dan tumbuh secara optimal dalam kehidupan, seperti dalam keluarga, dan di tempat kerjanya misalnya memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri di perusahaan, meningkatkan diri keterampilan dan mengembangkan keahliannya. 3.1.5 Kreativitas Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2011: 211). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2011:212) 3.1.5.1 Definisi Kreativitas 1. Menurut West, kreativitas adalah pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide yang baru dan lebih baik. Kreativitas adalah salah satu bagian mendasar dari usaha manusia (Marizar 2012:10) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 2. Menurut Munandar (2011:25), kreativitas pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. 3. Menurut Hurlock (dalam Basuki, 2012:210), kreativitas adalah proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. 4. Menurut Clark (dalam Basuki, 2012:211) kreativitas adalah ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia, yaitu: berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi 3.1.5.2 Teori Kreativitas Menurut Dedi Supriadi (dalam Yuliana W., 2013:125) kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda. Keberagaman definisi itu, sehingga pengertian kreativitas itu tergantung pada bagaimana orang mendefinisikannya “creativity is a matter of definition”. Tidak ada satu definisi pun yang dianggap dapat mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal ini disebabkan oleh dua alasan, yaitu: 1. Kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional, yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam 2. Definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Terdapat lima sifat yang mejadi ciri kemempauan berfikir kreatif antar lain adalah: 1. Kelancaran : Kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan 2. Keluwesan : Kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah 3. Keaslian : Kemampuan menciptakan sesuatu yang asli karya sendiri 4. Elaborasi atau penguraian : Kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci 5. Perumusan kembali : Kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang Penentuan kriteria kreativitas menyangkut dua dimensi antara lain adalah: 1. Dimensi proses : segala produk yang dihasilkan dari proses yang dianggap sebagai produk kreatif. Kriteria produk yang dianggap sebagai produk kreatif menunjuk pada hasil perbuatan, kinerja, atau, karya sesorang dalam bentuk barang atau gagasan. Dalam buku Dedi Supiadi yang dikutip oleh McPherson menyebutkan ada 11 indiktor yaitu : patents, patent disclosures, publications, improved process, new instrument, new compounds. Pada semua indikator tersebut tampak bahwa kualitas produk kreatif ditentukan oleh sejauh manakah produk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 memiliki kebaruan atau orisini, bermanfaat, dan dapat memecahkan masalah. 2. Dimensi person : sering dikatakan sebagai kepribadian kreatif yang meliputi dimensi kognitif (bakat) dan dimensi non-kognitif (minat, skiap, dan kualitas temperamental). Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang signifikan, berbeda dengan orang-orang yang kurang kreatif. Selain itu, terdapat 7 ciri sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang melekat pada orang-orang kreatif, yaitu : terbuka terhadap pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam berpikir dan bertindak, bebas dalam mengekspresikan diri, dapat mengapresiasi fantasi, berminat pada kegiatan-kegiatan kreatif, percaya pada gagasan sendiri, dan mandiri. 3.1.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Menurut Rogers (dalam Munandar, 2011:114), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya: a) Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi interinsik) Menurut Roger (1999) dalam Munandar (2011:114) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer atau kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya Rogers (1999) dalam Munandar, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 (2011:114). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2011:114) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi interinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri selain didukung oleh perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers (1999) dalam Zulkarnain (2002:110), kondisi internal yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya: 1. Keterbukaan terhadap pengalaman Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan untuk membuka diri, menerima informasi dari pengalaman dalam bentuk apapun yang berasal dari dalam tanpa ada bentuk tindakan untuk menolak pengalaman-pengalaman tersebut. Karena pribadi yang kreatif adalah individu yang terbuka yang mampu meresapi perbedaan 2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation) Penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain. 3. Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 Kemampuan seseorang untuk bereksperimen terhadap konsep juga mencirikan pribadi yang kreatif. Karena pribadi yang kreatif cenderung mau “membuka” dirinya terhadap hal-hal dan pengalaman baru. b) Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik) Munandar (2011:114) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jejaringnya mulai dari pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativtas individu. Rogers 1999 dalam Munandar (2011:115) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya: 1. Keamanan psikologis Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu: a) Menerima individu sebagaimana keterbatasannya http://digilib.mercubuana.ac.id/ adanya dengan segala 45 b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam) c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan tanpa melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya 2. Kebebasan psikologis Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Munandar (2010) dalam Zulkarnain (2012:110) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (intigensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalamann dan keterampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, mengambil resiko dan sifat asertif Kuwato (2000) dalam Zulkarnain (2012:111). Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat pula berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yaitu: a) Jenis kelamin Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas. b) Status sosial ekonomi Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas. c) Urutan kelahiran Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 d) Ukuran keluarga Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas. e) Lingkungan kota vs. lingkungan pedesaan Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan. f) Intelegensi Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut. 3.1.6 Inovasi Produk Secara konvensional istilah inovasi diartikan sebagai suatu terobosan yang berhubungan dengan produk-produk baru. Menurut Avanti Fontana (2011:152) inovasi sebagai keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara – cara lama dalam mentransformasi input menjadi output ( teknologi ) yang menghasilkan perubahan besar atau drastis dalam perbandingan antara nilai guna yang dipersepsikan oleh konsumen atas manfaat suatu produk ( barang dan/atau jasa ) dan harga yang ditetapkan oleh produsen. Kemudian inovasi dalam konteks http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 lebih luas bahwa inovasi yang berhasil mengandung arti tidak saja keberhasilan ekonomi melainkan juga keberhasilan sosial. Inovasi yang berhasil adalah inovasi yang menciptakan nilai besar untuk konsumen, untuk komunitas, dan lingkungan pada saat yang sama. Avanti Fontana (2011:153) mendefinisikan inovasi produk sebagai proses pengenalan produk atau sistem baru yang membawa kesuksesan ekonomi bagi perusahaan dan kesuksesan sosial bagi konsumen serta komunitas atau lingkungan yang lebih luas. Menurut Sumarwan (2011:90) menyatakan inovasi sebagai sebuah ide, praktek atau obyek yang dipahami sebagai sesuatu yang baru oleh masingmasing individu atau unit pengguna lainnya. Proses keputusan inovasi pada prinsipnya merupakan kegiatan pencarian dan pemrosesan informasi dimana individu termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang keuntungan dan kekurangan motivasi. Menurut Hurley and Hult (2000) dalam Kusumo (2011:22) mendefinisikan inovasi sebagai sebuah mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis, oleh karena itu perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan baru dan menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan pelayanan yang memuaskan pelanggan Menurut Wess & Farr (1999) dalam De Jong & Kemp (2011:40) menyatakan inovasi adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 menghasilkan, memperkenalkan, mengaplikasikan hal-hal „baru‟ yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi Menurut Fontana (2011:152) merangkum inovasi dalam 12 macam definisi sebagai berikut: 1. Menciptakan sesuatu yang baru 2. Menghasilkan ide-ide baru 3. Menghasilkan ide, metode dan alat baru 4. Memperbaiki sesuatu yang sudah ada 5. Menyebarkan ide-ide baru 6. Mengadopsi sesuatu yang sudah dicoba secara sukses di tempat lain 7. Melakukan sesuatu dengan cara yang baru 8. Mengikuti pasar 9. Melakukan perubahan 10. Menarik orang-orang inovatif 11. Melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda 3.1.6.1 Teori Inovasi Inovasi didefinisikan sebagai penciptaan ide-ide baru, produk dan proses dan pengaruhnya terhadap kinerja De Jong (2011:152). Selain itu, De Jong & Den Hartog (2011:153) membagi proses inovasi menjadi 4 tahap, yaitu: 1. Melihat kesempatan. bagi karyawan untuk mengidentifikasi kesempatan-kesempatan. Kesempatan dapat berawal dari ketidakkongruenan dan dikontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan pola yang diharapkan, misalnya timbulnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung, adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi atau adanya indikasi trends yang sedang berubah 2. Mengeluarkan ide. Dalam fase ini karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan, pertemanan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah mengombinasikan dan mere-organisasikan informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu ketidaksesuaian kinerja aktual dengan kinerja potensial 3. Implementasi. Dalam fase ini, ide di-transformasi terhadap hasil yang konkret. Pada tahapan ini sering disebut tahap konvergen. Untuk mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide, karyawan harus memiliki perilaku yang mengacu pada hasil. Perilaku inovasi konvergen meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras. Seorang yang berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide kreatif. Usaha menjadi juara juga meliputi membujuk dan mempengaruhi karyawan dan juga menekan dan bernegoisasi. Untuk mengimplementasikan inovasi, sering dibutuhkan koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 4. Aplikasi. Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji dan memasarkan perilaku baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan. Sedangkan mengacu pada De Meyer dan Garg (2011:154), terdapat beberapa prinsip manajamen inovasi yang bersifat universal, yaitu: 1. Tidak ada inovasi tanpa kepemimpinan Inovasi yang berhasil membutuhkan visi yang jelas yang didefiniskan oleh kepemimpinan dalam organisasi dan oleh penciptaan lingkungan yang memungkinkan visi tersebut disebarkan, dibagikan dan dimiliki oleh semua orang dalam organisasi dan semua kolaborator organisasi. Visi juga harus diiringi dengan kemampuan untuk melakukan internalisasi visi tersebut keseluruh bagian organisasi serta mampu merespons perubahan lingkungan eksternal serta menguasai konteks strategis yang memberikan tujuan, arah dan model peran yang ideal. 2. Inovasi membutuhkan integrasi organisasi Integrasi organisasi merupakan konsep kunci dalam proses inovasi. Prose inovasi harus didukung oleh seluruh unit dalam organisasi dan tidak bisa hanya dibebankan pada unit tertentu. Proses inovasi merupakan rangkaian proses sekuensial yang terdiri dari tahap penggalian ide, pengembangan konsep, pendefinisian produk, pengembangan produk/proses dan peluncuran produk. Di atas tahapan inovasi tersebut terdapat kotak strategi yang mewakili visi jangka http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 panjang organisasi. Di bawah rangkaian tahapan inovasi terdapat 4 kelompok dalam memberikan support dalam setiap tahapan inovasi, yaitu: manajemen puncak, pemasaran dan purna jual, R&D, back office (keuangan, unit operasional dll) 3. Informasi adalah sumber daya penting untuk efetivitas inovasi Informasi sangat penting karena informasi dan ide merupakan bahan baku yang akan ditransformasi menjadi produk. Untuk itu terdapat 4 tindakan yang perlu diperhatikan dalam rangka memperoleh akses informasi: a. Melakukan akses informasi dengan kotak langsung (face to face contact) dengan cara menempatkan orang-orang yang relevan di lokasi yang sama atau berdekatan. Cara lain adalah memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi komunikasi untuk memastikan komunikasi efektif dengan seluruh organisasi b. Merancang struktur fisik organisasi sedemikian rupa sehingga penempatan orang-orang dan tim di suatu tempat atau kantor menunjang komunukasi sesama anggota tim dan antar anggota dari unit lain c. Merancang struktur organiasasi yang menunjang pola komunikasi, integrasi dan keterbukaan d. Memilih gatekeeper yang handal yang bisa memperoleh akses informasi terbaru dan relevan bagi proyek inovatif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 3.1.6.2 Proses Inovasi Produk 1. Mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan rancangan teknis dan desain 2. Resolusi masalah, yaitu meliputi keputusan memecah ide ke dalam kompenen yang lebih kecil, menentukan prioritas untuk tiap komponen atau elemen, membagi alternatif masalah dan menilai desain alternatif menggunakan kriteria yang telah dipaparkan dalam tahap pertama fase yang menciptakan penemuan dalam proses inovasi adalah adopsi dalam implementasi a. Tahap-tahap inovasi produk: 1. Inisiasi yaitu kegiatan yang mencakup keputusan dalam organisasi untuk mengadopsi inovasi 2. Pengembangan yaitu kegiatan yang meliputi desain dan inovasi jadi fase ini meliputi mengeluarkan ide dan pemecahan masalah 3. Implementasi yaitu kegiatan penerapan desain inovasi yang telah dibuat sebelumnya dalam fase pengembangan b. Fase-fase dalam tahap inovasi: 1. Generating ideas. Keterlibatan individu dan tim dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan layanan yang ada dan menciptakan sesuatu yang baru 2. Harvesting ideas. Melibatkan sekumpulan orang untuk mengumpulkan dan mengevaluasi ide-ide http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 3. Developing and implementing these ideas. Mengembangkan ide-ide yang telah terkumpul dan telah terkumpul selanjutnya mengomplementasikan ide tersebut Menurut Hussey dalam Wibowo (2011:131), Ia berupaya membentuk tahapan-tahapan dalam akronim EASIER, yaitu: a. Envisioing, yaitu proses penyamaan pandangan mengenai masa depan untuk membentuk tujuan berinovasi. Visi ini harus meliputi ukuran, inovasi apa yang dilakukan untuk organiasasi, ruang lingkup inovasi dan bagaimana visi tersebut sesuai dengan visi organisasi b. Activating, yaitu penyampaian visi ke pulik agar tercapai sebuah komitmen terhadap visi sehingga strategi akan relevan dengan visi begitu pula dengan implementasi vital c. Supporting, yaitu tahapan mengupayakan seorang pemimpin tidak hanya di dalam memberikan perintah dan instruksi kepada bawahan, namun juga keterampilan di dalam menginspirasi bawahannya untuk bertidak inovatif. Dalam hal ini diperlukan kepekaan pemimpin dalam memahami bawahannya. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya bersikap empatik d. Installing, yaitu pada tahapan ini merupakan tahap implementasi. dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kompleksitas strategi yang diperlukan dalam berinovasi dan konsekuensi yang diterima. Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu seseorang di dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 memberikan masukan dalam implementasi sebuah inovasi sebagai berikut: 1. Meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat dipahami kemudian 2. Mengidentifikasi apakah tidakan-tindakan yang dilakukan membawa perubahan 3. Mengalokasikan tanggung jawab dari berbagai tindakan yang diterima 4. Memprioritaskan tindakan yang diterima 5. Memberikan anggaran yang sesuai, mengatur tim kerja dan struktur yang dibutuhkan 6. Mengalokasikan orang-orang yang tepat 7. Menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk memperlancar implementasi inovasi e. Ensuring, yaitu kegiatan yang meliputi monitoring dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan sudah tepat waktu dan sesuai rencana. Apabila tidak sesuai dengan rencana maka rencana alternatif apa yang dapat diambil. Selain itu, tahapan ini juga dipergunakan untuk memantau apakah hasil sesuai dengan yang diharapkan sehingga apabila tidak, maka akan dibuat langkah penyesuaian f. Recognizing, yaitu tahapan yang meliputi segala macam bentuk penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal ini tidak hanya meliputi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 reward dalam bentuk finansial tapi dapat juga berbentuk kepercayaan, ucapan terima kasih yang tulus, serta bentuk promosi. 3.6.1.3 Jenis-jenis Inovasi Produk Lukas dan Ferrel (1999) dalam Agung Raharjo Wibowo Kusumo (2011:125) “Studi pada Industri Batik di Kota dan Kabupaten Pekalongan” menjelaskan adanya tiga kategori dalam inovasi produk : 1. Perluasan lini (line extension) yaitu, produk yang dihasilkan perusahaan tidaklah benar-benar baru bagi tetapi relatif baru untuk sebuah pasar. 2. Produk baru (me-too product) yaitu, produk baru bagi perusahaan, tetapi tidak baru bagi sebuah pasar. 3. Produk benar-benar-baru (new-to-the-world-product) yaitu, produk yang termasuk baru baik bagi perusahaan maupun pasar. 3.2 Penelitan Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitan sebelumnya yang telah mengkasji tentang Entrepreneurial Leadership, motivasi, kreativitas serta inovasi produk. Selain itu, ada juga beberapa penelitian yang memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Adapaun beberapa penelitiannya sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu (Jurnal Luar Negeri) NO Nama, Tahun Judul Penelitian 1. Syed, Anwar Ali Shah G; Anka, Lawal Muhammad; Jamil, Muhammad Bachal; Sahikh, FM (2012) Public Sector: A Case Study of Raw Material Reseacrh of Nigeria 2 Musa, Soebowo; Fontana, Avanti (2016) Entrepreneurial Leadership Measurement Validation in Innovation Management 3 Hong-Da, Lu; Vivian, Chen Chun-Hsi; ChinTien, Hsu; Wu-Chen, Fei (2014) Relationship between Entrepreneurial Leadership and Innovative Behavior: The Mediating Effect of Entrepreneurial SelfEfficacy and the Moderating Effect of Openness to Experience and Extraversion 4 Hayek, Mario; Salem, Roberto (2011) A Conversation with the Pizza Princess: Diane Barrentine on Entrepreneurial Leadership 5 Mehrad, et al (2011) The Impact of Entreprenurial Orientation and leadership styles on Business: A Study On Micro Small and Medium Enterprises http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 39,3 % responden menyatakan puas dengan kinerja mereka serta entrepreneurial leadership yang diterapkan. Selain itu, adanya motivasi terhadap mereka dalam pekerjaannya seharihari. Studi menunjukkan bahwa adanya manfaat yang dirasakan organisasi saat penerapan entrepreneurial leadership disana. Selain itu, entrepreneurial leadership juga berpengaruh cukup besar dalam perubahan inovasi serta motivasi dalam perusahaan. Studi ini menunjukkan hubungan antara para pimpinan yang menggunakan gaya entrepreneurial leadership sebaga kempimpinannya. Dalam 224 hari ditemukan adanya inovasi yang terlahir dan berpengaruh positif terhadap jalannya organisasi yang ada. Dimana, adanya saling motivasi yang baik antar pimpinan dan karyawan. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa Presiden dari Domino Pizza, Diane Davis Barentine mengatakan bahwa entrepreneurial leadership membawa dampak positif dalam bisnisnya. Dia juga menambahkan entrepreneurial leadership sangat bermanfaat karena dapat mengembangkan pola pikir kreativitas serta motivasi bagi karyawannya Mendeskripsikan entrepreneurial leadership sebagai sebuah proses praktek dan aktivitas pengambilan keputusan yang menuju entri baru. 58 NO Nama, Tahun Judul Penelitian 6 Tsai, Yafang (2011) Relation between Organizational Culture, Leadership Behavior and Job Satisfication 7 Ling Voon, May Chiun, Kwang Sing (2010) The influence of leadership styles on employees’ job satisfaction in public sector organizations in Malaysia 8 Stefan, DanielLaurentiu (2013) Entrepreneurial leadership a necessity for survival Smrita Sinha, Ajay Kr. Singh, Nisha Gupta, Rajul Dutt, 2010 Impact of Work Culture on Motivation and Performance Level of Employees in Private Sector Companies 9 10 Chirsbel M. Ncube; Michael O. Samuel, 2014 Revisiting Employee Motivation and Job Satisfaction within the context of an Emerging Economy 11 Evans Sokro, 2012 Analysis of the Relationship that Exists between Organizational Culture, Motivation and Performance 12 Gichohi, Paul Maku (2014) The Role of Employee Engagement in Revitalizing Creativity and Innovation at the Workplace: A Survey of Selected Libraries in Meru County - Kenya http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Penelitian Budaya organisasi secara signifikan (positif) berkorelasi dengan perilaku kepemimpinan dan kepuasan kerja, dan perilaku kepemimpinan secara signifikan (positif) berkorelasi dengan kepuasan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja. Ini berarti bahwa kepemimpinan transformasional dianggap cocok untuk mengelola organisasi pemerintah. Entrepreneur menjadi salah satu faktor yang baik dalam perusahaan. Analisa dalam penelitian mengatakan bahwa entrepreneurial leadership cukup berpengaruh positif ke dalam perusahaan serta menumbuhkan motivasi bagi para karyawannya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai dampak kerja budaya dalam motivasi dan tingkatan kinerja karyawan dalam perusahaan sektor pribadi Penelitian ini untuk meneliti mengenai apakah entrepreneurial leadership dan motivasi mempengaruhi inovasi pada karyawan di salah satu distrik ekonomi pada negara bagian Afsel Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai analisis hubungan entrepreneurial leadership antara budaya organisasi, motivasi dan kreatifitas Studi ini menunjukkan kreativitas karyawan menimbulkan sebuah inovasi dalam perpustakaan yang menjadi tempat survey. Tingkat responden 91% menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara motivasi, inovasi serta kreativitas karyawan. 59 NO Nama, Tahun 13 Robert J Taormina (2010) 14 R. Gopal & Rima Ghose Chowdhury (2014) 15 M.L. Voon, M.C. Lo, K.S. Ngui, N.B. Ayob, (2011) Judul Penelitian Interralating Leadeship Behaviours, Organizational Socialization, and Organizational Culture Leadership Styles And Employee Motivation: An Empirical Investigation In A Leading Oil Company In India The Influence of Leadership Styles on Employees’ Job Satisfaction in Public Sector Organizations in Malaysia http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan kalau motivasi dan kepemimpinan mempengaruhi minat karyawan semakin kompetitif Peneliti menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang dominan adalah transformasional dan transaksional, dan karyawan cukup termotivasi. Hasil menunjukkan bahwa faktor gaya kepemimpinan yang berbeda akan memiliki dampak yang berbeda pada komponen motivasi dan kreativitas karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja. Ini berarti bahwa kepemimpinan transformasional dianggap cocok untuk mengelola organisasi pemerintah. 60 Tabel 3.2 Penelitian Terdahulu (Jurnal Dalam Negeri) NO Nama, Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh Faktor Modal Psikologis, Karakteristik Entrepreneur, Inovasi, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan Karakteristik UKM Terhadap Perkembangan Usaha Pedagan di Pasar Tradisional (Studi Kasus pada Pedagang Sembaka dan Snack di Pasar Peterongan) Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Motivasi Terhadap Kreativitas Karyawan Perum PENGADAIAN (KANWIL) Hasil uji analisis regresi didapat bahwa variabel modal psikologis, karakteristik entrepreuner, motivas, kreativitas,inovasi, manajemen sumber daya manusia dan karakteristik UKM baik secara parsial maupun simultan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan usaha di pasar tradisional peterongan. 1. Reni Shinta Dewi (2013) 2 Lim Sanny; Raden Ajeng Bebby Cahyani; Yogi Andhika (2013) 3 Netty Lisdiantini (2013) Pengaruh Budaya Organisasi dan Entrepreneurial Leadership terhadap Motivasi Karyawan dan Dampaknya pada Peningkatan Kinerja Organisasi (Studi Pada PT Industri Kereta Api/INKA Madiun) 4 Febrika Kusmintarwanto (2014) 5 Wibowo, Edi. (2011) Analisa Pengaruh Antara Entrepreneurial Leadership dan product innovation pada Industri Makanan dan Minuman di Jawa Timur Pengaruh Kepemimpinan, Organizational Citizenship Behavior, dan Komitemen Organisasional terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dari hasil analisis tersebut diperoleh bahwa terdapat efek yang signifikan dan simultan pada variabel Lingkungan Kerja dan Motivasi terhadap Kreativitas Karyawan pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah Jakarta Pusat. Entrepreneurial Leadership berpengaruh signifikan terhadap motivasi karyawan. Artinya, kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh secara bermakna terhadap motivasi dan kreativitas karyawan berhubungan positif, di mana semakin kuat Entrepreneurial Leadership akan semakin kuat pula motivasi karyawan. Dari hasil analisa regresi, dapat disimpulkan bahwa variabel product innovation dipengaruhi positif dan signifikan oleh entrepreneurial leadership. Hasil analisis menunjukan bahwa kepemimpinan, organizational citizenship behavior, dan komitmen organisasional memiliki pengaruh yang signifikan pada kepuasan kerja. Hasil menunjukan bahwa kepemimpinan, organizational citizenship behavior, dan komitmen organisasional memiliki pengaruh terhadap peforma karyawan sebesar 72% http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 NO Nama, Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian dimana terdapat kesimpulan bahwa kreativitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Kreativitas dan motivasi memilki hubungan yang kuat dengan kinerja karyawan, sehingga semakin tinggi kreativitas yang dilakukan maka akan semakin meningkat pula kinerja dan inovasi karyawan. dimana terdapat kesimpulan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan yang ditunjukkan oleh koefisien jalur (α= 0,023<0,05) yang artinya kepemimpinan secara positif berpengaruh terhadap kinerja karyawan Penelitian menunjukkan bahwa Entrepreneurial leadership mempengaruhi iklim organisasional secara positif pada bagian produksi di SBO TV Surabaya. Semakin baik entrepreneurial leadership suatu pimpinan maka semakin baik pula iklim organisasional yang dipimpinnya. Hal ini menunjukkan bahwa entrepreneurial leadership yang baik dari pimpinan di bagian produksi di SBO TV Surabaya dapat memberikan motivasi kerja dan suasana kerja yang kondusif, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dan produktivitas kerja yang maksimal dari para karyawan bahwa orientasi kewirausahaan dan kepemimpinan wirausaha bersamaan memiliki pengaruh yang positif dan siginifikan yang berdampak kepada kinerja organisasi secara kesuluruhan. entrepreneurial leadership dari para pengusaha mikro dan kecil di Jawa Timur pada enam dimensi yaitu able to motivate, visionary, proactive, risk taking, achievement oriented, dan persistence sudah tinggi, hanya saja pada dimensi innovativeness diperlukan peningkatan khususnya pada indikator perlu mengajak orang lain untuk berpikir bersama guna menemukan produk baru 6 Mita Andini Putri (2012) Analisis Pengaruh Kreativitas dan Perilaku Inovatif Terhadap Kinerja Karyawan (PT Trias Sena Bhakti) 7 A. Soegihartono (2012) Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja dengan Mediasi Komitmen (di PT Alam Kayu Sakti Semarang) 8 Emmillya Yosephine Sugianto dan Eddy Madiono Sutanto (2013) Pengaruh Entrepreneurial Leadership Terhadap Iklim Organisasional, Kreativitas dan Inovasi Karyawan Bagian Produksi pada SBO TV 9 Astri Ghina (2012) 10 Probo Suwignyo dan R.R Retno Ardianti (2013) ” Corporate Entrepreneurship at Public Service Sector : Measurement and the Influence toward Government Performance “ Entrepreneurial Leadership pada Pengusaha Mikro dan kecil di Jawa Timur http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 3.3 Kerangka Pemikiran Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang mempunyai peran penting dalam suatu organisasi, karena dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, faktor manusia memegang peranan yang paling dominan. Setiap motivasi dan training dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi produktivitas karyawan serta inovasi pada perusahaan tersebut. Hal ini juga bergantung dari kepimpinan seorang pemimpin di perusahaan serta kreativitas karyawan, seperti apa kepemimpinan yang mereka terapkan dan kreativitas karyawan dapat mempengaruhi kinerja serta dampaknya terhadap inovasi produk. Berdasarkan teori-teori yang ada, maka dapat dirumuskan suatu model kerangka pemikiran yang digunakan pada penilitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Kerangka Berpikir http://digilib.mercubuana.ac.id/ 63 3.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka teoritik. Selanjutnya diajukan hipotes penelitian sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sebagai berikut: H1 : Entrepreneurial leadership berpengaruh terhadap inovasi produk H2 : Motivasi kerja berpengaruh terhadap inovasi produk H3 : Kreativitas karyawan berpengaruh terhadap inovasi produk H4 : Motivasi kerja berpengaruh terhadap kreativitas karyawan H5 : Entrepreneurial leadership berpengaruh terhadap kreativitas karayawan H6 : Entrepreneurial leadership berpengaruh terhadap motivasi karyawan http://digilib.mercubuana.ac.id/