BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan lokasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di SLB-E Bhina Putera Surakarta yang beralamat di Jalan Bibis Baru No.3, Cengklik , Surakarta. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena peneliti melihat adanya permasalahan berupa rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV. 2) Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015 / 2016 yaitu pada bulan November 2015. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap pelaksanaannya sebagai berikut: a. Tahap persiapan, meliputi: observasi awal, permohonan pembimbing, pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, perijinan penelitian, dan penyusunan instrumen penelitian, dilaksanakan pada bulan April – September 2015 b. Tahap pelaksanaan meliputi pengambilan data melalui pelaksaan Baseline A1, Intervensi B1, Baseline A2 dan Intervensi B2. Tahap pelaksanaan dilakukan pada bulan November 2015 c. Tahap Penyelesaian, meliputi pengolahan data, dan penyusunan laporan yang dilaksanakan pada bulan Desember 2015. 54 55 B. Desain Penelitian Permalasahan yang terdapat pada penelitian ini akan dipecahkan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:7) kuantitatif dapat diartikan sebagai pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011:109) pengertian “eksperimen adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen Single Subject Research (SSR). Menurut Sugiyono (2011:111) Single Subject Research (SSR) merupakan pendekatan eksperimen yang digunakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang setelah dilakukan penanganan/intervensi secara berulang-ulang. Pendapat lain diungkapkan oleh Sukmadinata (2006:209) Eksperimen Single Subject Research (SSR) adalah penelitian dengan subjek atau partisipan tunggal yang hasil eksperimennya disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual. Pemilihan pendekatan eksperimen dengan desain Single Subject Research (SSR) bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan prestasi belajar materi geometri pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2015/2016 Karakteristik eksperimen Single Subject Research (SSR) menurut Sunanto dkk (2005:55) terdiri dari tiga macam yaitu pengukuran terhadap variabel terikat berulang-ulang, kelompok eksperimen dan kontrol pada individu yang sama serta memungkinkan untuk satu individu atau lebih. Menurut Sunanto (2005: 55) desain Single Subject Research secara garis besar terdiri dari dua kategori yaitu sebagai berikut: 1. Desain reversal yang terdiri dari tiga macam yaitu design A – B, design A – B – A, dan design A – B – A – B. 56 2. Desain multiple baseline yang terdiri dari multiple baseline cross conditions, multiple baseline cross variables, multiple baseline cross subjects Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain reversal A-B-A-B yang merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B. Pada desain A-B-A-B ini telah menunjukkan adanya hubungan kontrol yang lebih kuat terhadap variabel bebas dibandingkan dengan desain A-B-A. Dengan membandingkan dua kondisi baseline sebelum (A1) dan sesudah intervensi (A2) maka adanya pengaruh intervensi akan lebih meyakinkan. Pada mulanya Target behavior diukur pada kondisi baseline (A1), kemudian dilakukan pengukuran pada kondisi intervensi (B1), setelah itu diulang kembali pengukuran pada kondisi baseline (A2) dan intervensi (B2) pada subjek yang sama. Penelitian single subject research desain A-B-A-B secara visual dapat digambarkan sebagai berikut: Target Baseline 1 (A1) Intervensi 1 (B1) Baseline 2 (A2) Intervensi 2 (A2) Bagan 3.1 Single Subject Research (SSR) Keterangan gambar di atas adalah sebagai berikut: Baseline 1 (A1) : Kemampuan pemecahan masalah awal siswa sebelum diberi perlakuan. Intervensi 1 (B1): Kemampuan pemecahan masalah siswa setelah penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistic. Baseline 2 (A2) : : Kemampuan pemecahan masalah siswa tanpa diberi perlakuan lagi. Intervensi 2 (B2): : Kemampuan pemecahan masalah siswa setelah penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistic. 57 C. Populasi dan Sampel 1) Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2011:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Arikunto (2006:108) mengemukakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Lebih lanjut Darmawan (2013:137) mengemukakan populasi merupakan sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas. Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan generelasi atas objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang digunakan sebagai sumber data. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 3 orang. 2) Sampel Penelitian Arikunto (2006:117) mengatakan bahwa “sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.” Sugiyono (2011:57) memberikan pengertian bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Darmawan (2013:138) mengutarakan ada beberapa teknik sampling untuk memperoleh responden/sumber data yang repsentatif dalam suatu penelitian, diantaranya yaitu probability sampling dan non- probability sampling . Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan sebagian dari subjek. Teknik pengambilan sampel untuk menentukan subjek pada penelitian ini adalah menggunakan teknik nonprobability sampling dengan jenis sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012:85) bahwa “sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sampel”. Lebih lanjut Arikunto (2006:134) mengemukakan “apabila subjeknya 58 kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.” Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 3 orang, yaitu DFN, GLH dan RSD. Kedua subjek tersebut akan diberikan tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalahnya pada materi pecahan pada masing-masing kondisi, yaitu fase baseline 1 (A1), intervensi 1 (B1), baseline 2 (A2) dan intervensi 2 (B2). Rincian tentang data subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 subjek penelitian No 1. 2. 3 Nama Subjek (Inisial) DFN GLH RSD Jenis Kelamin L L L Kemampuan awal 1. Kemampuan membaca bagus 2. Kemampuan menulis bagus 3. Kemampuan hitungan perkalian perkalian 2 digit 4. Aktif 5. Suka mengganggu teman 1. Kemampuan membaca bagus 2. Kemampuan menulis bagus 3. Kemampuan hitungan perkalian perkalian 2 digit 4. Aktif 5. Emosi terkontrol 1. Kemampuan membaca rendah 2. Kemampuan menulis bagus 3. Kemampuan hitungan perkalian perkalian 2 digit 4. Pasif 5. Tenang masih masih masih 59 D. Variabel Penelitian Menurut Suwarto dan Slamet (2007:78) “variabel diartikan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian”. Sugiyono (2011:60) mengemukakan variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Lebih lanjut Azwar (2013:33) memaparkan bahwa variabel penelitian dapat berupa apapun juga yang variasinya perlu diperhatikan agar dapat mengambil kesimpulan mengenai fenomena yang terjadi. Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari oleh peneliti sehingga peneliti bisa mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independen) dilambangkan dengan huruf X dan variabel terikat (dependen) yang dilambangkan huruf Y. 1. Variabel Bebas (Independen) Menurut Mulyatingsih (2013:88) variabel bebas (independent) merupakan variabel yang kedudukannya memberi pengaruh terehadap variabel dependent, dapat dimanipulasi, diubah atau diganti. Azwar (2013:62) mengungkapkan bahwa variabel bebas adalah sautu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Variabel ini sengaja dipilih dan disengaja dimanipulasi oleh peneliti agar efeknya terhadap variabel lain bias diukur dan diamati. Menurut Sugiyono (2011:59) adalah “Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”. Menurut Sunanto dkk (2006:31) dalam penelitian dengan subyek tunggal variabel bebas disebut intervensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel bebas (independent) adalah pendekatan pembelajaran matematika realistic (PMR). 60 2. Variabel Terikat (Dependent) Menurut Mulyatingsih (2013:88) variabel terikat (dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Sugiyono (2011:59) mengemukakan “Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independent (bebas).” Menurut Sunanto dkk (2006:31) dalam penelitian dengan subyek tunggal variabel terikat sering disebut target behavior. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel terikat (dependen) adalah prestasi belajar matematika materi geometri pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera Surakarta. Seperti yang dikemukakan oleh Sunanto, J et al. (2006:41) bahwa “pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran (target behavior) dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu”. E. Pengumpulan Data Azwar (2013:36) mengemukakan bahwa data penelitian bisa dikumpulkan baik lewat isntrumen pengumpulan data, observasi, maupun lewat data dokumentasi. Data yang harus dikumpulkan mungkin berupa data primer, sekunder, atau keduanya. Menurut Sugiyono (2011:308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Selain itu, informasi tidak akan kita peroleh apabila kita tidak menggunakan alat pengumpul data. Mulyatiningsih (2013:24) juga berpendapat bahwa: Alat pengumpul data dibedakan menjadi dua yaitu tes dan non test. Instrumen yang berwujud tes digunakan pada variabel yang mengukur pengetahuan, kemampuan atau kompetensi sedangkan instrumen non tes digunakan untuk mengukur variabel yang memiliki cakupan luas, tidak mengandung unsur benar atau salah seperti pendapat, sikap, kepemilikan pribadi, dll 61 Alat pengumpul data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tes a. Pengertian Tes Untuk mengetahui apakah materi yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya adalah salah satunya dengan menggunakan tes. Mulyatiningsih (2013:24) mengatakan bahwa “Tes merupakan metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang. Tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan yang memiliki respon/jawaban benar atau salah. Jawaban benar akan mendapat skor dan jawaban salah tidak mendapat skor”. Selain itu menurut Arifin (2012:118) yang mengatakan “tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau di jawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik”. Pendapat lain disampaikan oleh Sukardi (2008:138) yang mengatakan bahwa tes prestasi pada umumnya mengukur penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah mereka selama waktu tertentu menerima proses belajar mengajar dari guru. Lebih lanjut Margono (2005: 170) menjelaskan bahwa tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud mendapat jawaban yang dijadikan dasar menetapan skor. Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tes adalah cara yang digunakan untuk mengukur kemampuan untuk mengetahui pencapaian kemampuan seseorang dalam jangaka waktu yang telah ditentukan. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes untuk mengetahui efektivitas penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistic untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi geometri. 62 b. Macam-Macam Tes Ada beberapa jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik, seperti yang dijelaskan oleh Arifin (2009: 118-150) adalah sebagai berikut: 1) Tes Berdasarkan Jumlah Peserta Didik a) Tes kelompok b) Tes perseorangan 2) Tes Dilihat Dari Cara Penyusunannya a) Tes buatan guru b) Tes yang dibakukan 3) Tes Berdasarkan Aspek Pengetahuan dan Ketrampilan a) Tes kemampuan b) Tes kecepatan 4) Tes Dilihat Dari Bentuk Jawaban Peserta Didik a) Tes perbuatan b) Tes lisan c) Tes tertulis Tes tertulis dibagi menjadi dua bentuk yaitu: (1) Bentuk uraian (2) Bentuk objektif (a). Bentuk benar-salah atau true-false test (b). Bentuk pilihan ganda atau multiple-choise test (c). Bentuk menjodohkan atau matching test (3) Tes semi objektif atau semi karangan (a). Tes jawaban singkat (b). Tes melengkapi Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, seperti yang dijelaskan oleh Arifin (2009:124) tes tertulis atau sering disebut 63 paper pencil test adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis. c. Bentuk-Bentuk Tes Menurut Arifin (2009:124) tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk (objective). 1) Tes Bentuk Uraian a) Bentuk uraian objektif (BUO) b) Bentuk uraian non-objektif (BUNO) 2) Tes Bentuk Objektif a) Benar – Salah (True – False, or Yes – No) Bentuk tes benar – salah ( B – S ) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah b) Pilihan Ganda (Multiple – Choise) Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. c) Menjodohkan (Matching) Bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan soal, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. d) Jawaban Singkat (Short Answer) dan Melengkapai (Completion) Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes bentuk objektif dengan bentuk soal pilihan ganda (multiple–Choise). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan membaca permulaan siswa. Bentuk soal dalam penelitian ini adalah peneliti menyajikan soal penyelesaian luas persegi, persegi panjang dan segitiga, kemudian dibawah soal terdapat jawaban pilihan ganda (multiple–Choise), siswa menyilang huruf dalam jawaban pilihan ganda sesuai dengan jawaban yanjg dipilih. Instrumen tes ini terdiri dari paket soal berisi 10 soal. Peneliti membuat soal tentu saja tidak asal membuatnya, terdapat langkah-langkah dalam menentukan soal. Soal yang diberikan hendaknya 64 sesuai dengan materi yang terdapat pada instrumen yang telah ditetapkan. Sebelum membuat soal sebaiknya membuat kisi-kisi terlebih dahulu. Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan instrumen dan sesuai dengan kemampuan awal belajar matematika materi geometri pada anak. Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kompetensi Dasar No 1. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah Indikator Baseline 1 (A1) dan Intervensi 1 (BI) 1. Menghitung luas persegi dengan bantuan garis bantu 2. Menghitung luas persegi tanpa bantuan garis bantu 3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas persegi Baseline 2 (A2) dan intervensi 2 (B2) 1. Menghitung luas persegi panjang dengan bantuan garis bantu 2. Menghitung luas persegi panjang tanpa bantuan garis bantu 3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas persegi panjang Penskoran : Nilai = Skor yang diperoleh X 100 10 Jumlah Nomor Bentuk soal soal soal 4 1, 2,3,4 Pilihan ganda 3 5,6,7 Pilihan ganda 3 8, 9,10 Pilihan ganda 4 1,2,3,4 Pilihan ganda 3 5,6,7 Pilihan ganda 3 8,9,10 Pilihan ganda 65 2. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan awal pada saat guru dan anak melaksanakan pembelajaran. Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran, metode dan hasil dari pembelajaran tersebut. F. Validasi Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2011:137) validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Lebih lanjut Arikuto (2006:168) mengemukakan “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen” Menurut Gay (1983) dalam Sukardi (2008:121) yang mengatakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Selain itu menurut Sukmadinata dan Nana Saodih (2012:228) yang mengatakan bahwa validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Berdasarkan pada penelitian yang terdahulu dapat dilihat bahwa dalam sebuah penelitian dibuat suatu alat tes yang bisa digunakan untuk melakukan sebuah penilaian dan agar memperoleh hasil yang baik. Tes yang dibuat harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Cara pengujian validitas instrumen penelitian juga dijelaskan Sugiyono (2012:125-130) sebagai berikut : 1. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity) Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli. Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Setelah pengujian konstruksi instrumen dari ahli dan berdasarkan 66 pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen ke sampel yang telah diambil dari populasi. Kemudian data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor yaitu mengkolerasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. 2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity) Instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau metrik pengembangan instrumen. Pada kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. 3. Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan faktafakta empiris yang terjadi di lapangan. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Menurut Arifin (2012:248) yang menyebutkan bahwa jenis-jenis validitas instrumen adalah sebagai berikut: 1. Validitas Permukaan (Face Validity) Validitas ini menggunkan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya, jika suatu tes secra sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap febomena yang di ukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan. 2. Validitas Isi (Centent Validity) 67 Validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrument dengan tujuan dan deskripsi bahan yang diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti. Untuk mengetahui kesesuaian kedua hal itu, penyusunan instrument haruslah mendasarkan diri pada kisi-kisi yang sengaja disiapkan untuk tujuan itu. Sebelum kisi-kisi dijadikan pedoman penyusunan butirbutir soal instrument, terlebih dahulu harus telah ditelaah dan dinyatakan baik. Setelah butir-butir pertanyaan disusun, mereka juga harus ditelaah dengan mempergunakan kriteria tertentu disamping disesuaikan dengan kisikisi. Penelaah harus dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan, atau biasa dikenal dengan istilah expert judgment. 3. Validitas Empiris (Empirical Validity) Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang bersangkutan. Ada tiga macam validitas empiris, yaitu: a. validitas prediksi, b. validitas kongkuren, dan c. validitas sejenis. 4. Validitas Konstruk (Construct Validity) Validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut. Untuk menguji validitas konstruk, dapat dilakukan dengan berbagai sumber, antara lain validitas isi, validitas prediktiif, dan validitas konkuren. 5. Validitas Faktor (Factorial Validity) Penilaian hasil belajar sering digunkan skala pengukuran tentang suatu variabel yang terdiri atas beberapa faktor. Kriterium yang digunakan dalam validitas faktor ini dapat diketahui dengan menghitung homogenitas skor setiap faktor dengan total skor, dan antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari faktor yang lain. 68 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam sebuah penelitian harus ada pengukuran validitas intrumen. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen untuk mendapatkan data valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Cara mengukur validitas instrumen dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan menggunakan Pengujian validitas konstruksi (Construct Validity), Pengujian validitas isi (Content Validity), Pengujian validitas eksternal, Validitas permukaan (face validity), Validitas empiris (empirical validity), dan Validitas faktor (factorial validity). Cara mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi digunakan karena dengan validitas ini tingkat kevalidan intstrument diukur oleh orang yang berkompeten dibidang yang bersangkutan, atau biasa dikenal dengan istilah expert judgment. Peneliti dalam meyusun istrumen penelitian membandingkan soal dengan isi kurikulum untuk kelas IV SD dengan membuat kisi-kisi soal. Instrumen tes ini terdiri dari 2 paket soal, masing-masing paket berisi 10 soal. Instrumen selanjutnya diujikan kepada tiga ahli untuk mengetahui validitas instrumen, setelah didapatkan hasil penilaian yang valid oleh para ahli kemudian instrument diterapkan. Peneliti memilih tiga ahli sebagai validator isntrumen penelitian ini. Pemilihan ketiga ahli tersebut tentu saja didasari oleh keahlian yang dimiliki oleh ahli tersebut pada bidangnya masing-masing. Ketiga ahli yang diambil peneliti sebagai validator penelitian ini adalah ahli konstruk, ahli substansi materi dan ahli bahasa. Pada awal pengukuran terdap instrumen terdapat revisi yang harus dilakukan oleh peneliti. Instrumen tes kemudian peneliti revisi sesuai dengan saran dan komentar dari para ahli, kemudian dinyatakan oleh ketiga ahli tersebut bahwa semua instrumen soal valid dan dapat digunakan untuk penelitian. 69 Nama validator untuk menguji instrumen tes akan disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3.3 Validator Instrumen Tes No Nama Ahli Ahli Dalam Bidang Pekerjaan Dosen 1 Sutopo, S.Pd,M.Pd Substansi Materi Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta Dosen 2 Dr. Rukayah, M.Hum Pendidikan Guru Sekolah Dasar Bahasa Universitas Sebelas Maret Surakarta Dosen 3 Erma Kumalasari, S.Psi, M.Psi Konstruk Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret Surakarta Hasil uji validitas instrumen melalui hasil expert judgment dari tiga ahli diatas (terlampir) dapat dilihat menunjukan instrumen yang digunakan dapat dikatakan valid karena setiap kriteria penelahan cocok pada setiap butir nomor yang ada. G. Tekhnik Analisis Data Setelah dilakukan penelitian, maka dilakukan analisis data yang dimaksudkan untuk menarik kesimpulan dari hasil pengamatan. Menurut Sugiyono (2011:207) mengatakan bahwa terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yait statistik deskriptif dan statistik inferensial. 70 Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:207). Analisis data pada penelitian Single Subject Research (SSR) menurut Sunanto (2006:66) terdapat tiga komponen penting, yaitu:(1) banyaknya data dalam kondisi yang disebut dengan pajang kondisi, (2) tingkat stabilitas, dan (3) kecenderungan arah grafik. Menurut Sunanto (2006:35) ada empat prinsip dasar yang membantu agar grafik dapat mengkomunikasikan informasi kepada pembaca, yaitu kejelasan, kesederhanaan, penampilan, dan disainnya. Grafik yang baik akan (1) menampilkan secara jelas perbedaan antara setiap data dan arahnya, (2) secara jelas memisahkan kondisi eksperimen, (3) menghindari tumpang tindih dua data dalam satu grafik, (4) memberikan keterangan pada label dan legend, dan (5) menggunakan proporsi dan skala yang tidak membingungkan pembaca. Di samping itu, peneliti berkewajiban untuk memilih jenis grafik yang paling sesuai dengan data yang ingin disampaikan. 71 Sunanto dkk (2006: 30) menjelaskan beberapa komponen dalam membuat grafik, yaitu: JUDUL Or din at (y) Baseline Intervensi Garis Perubahan Kondisi Bagan 3.2 Komponen Grafik a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal) b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, dan durasi) c. Titik awal merupakan pertemuan anatara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala d. Skala, garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%) e. Label kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi f. Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus 72 g. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat. Sunanto dkk (2006:100) analisis data dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam satu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis meliputi komponen seperti yang dibicarakan di atas yakni tingkat stabilitas, kecenderungan arah, dan tingkat perubahan (level change). Sunanto dkk (2006:100-104) mengemukakan komponen analisis dalam kondisi, diantaranya: a. Panjang Kondisi Banyaknya data dalam suatu kondisi yang menunjukkan banyaknya sesi yang dilakukan b. Kecenderungan Arah Menunjukkan perubahan setiap jejak data dari sesi kesesi dengan garis lurus yang melintasi semua data sehingga banyaknya data yang berada di atas dan di bawah sama banyak. c. Tingkat Stabilitas (Level Stability) Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Untuk menentukan kecendrungan kestabilan dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan Rentang Stabilitas Rentang stabilitas menggunakan kriteria stabilitas sebesar 15% 2) Menentukan Rentang Stabilitas Skor tertinggi x 0,15 = rentang stabilitas 3) Hitung Mean Level X level = 4) Tentukan Batas Atas Batas atas = 73 5) Tentukan Batas Bawah Batas bawah = 6) Menghitung Persentase Trend Stabilitas Persentase trend stabilitas = d. Tingkat Perubahan (Level Change) Menunjukkan berapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi dan antar kondisi. Langkah-langkah untuk menentukan tingkat perubahan adalah sebagai berikut: 1) Menentukan data point pertama dan data point terakhir dalam suatu kondisi. 2) Kurangi data point yang besar dengan data point yang kecil. 3) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi. e. Jejak Data (Data Path) Menunjukkan perubahan dari data satu ke data lainnya (menaik, menurun, dan mendatar) dalam suatu kondisi. Menentukan jejak data yaitu dimasukan hasil yang sama seperti kecendrungan arah. Apakah meningkat (+), menurun (-) atau sejajar dengan sumbu X (=). f. Menentukan Level Stabilitas dan Rentang Tingkat stabilitas menunjukkan pada besar kecilnya data yang berada pada skala ordinat (sumbu Y). Terdapat dua jenis level yaitu level stabilitas dan level perubahannya. Level stabilitas menunjukkan derajat variasi atau besar kecilnya rentang kelompok data tertentu. Kemudian menentukan rentangnya. g. Perubahan Level Menentukan level perubahan dengan cara : 1) Tandai sesi pertama dan terakhir dalam fase tertentu 2) Hitung selisih sesi pertama dan terakhir Persentase stabilitas = point max – point min 74 3) Beri tanda (+) jika membaik, (-) jika memburuk, atau (=) jika tidak ada perubahan 4) Lakukan penghitungan yang sama pada fase intervensi Catatan : a) Tanda (+) menunjukkan makna yang membaik meskipun menurun b) Tanda (-) menunjukkan makna memburuk meskipun menaik c) Karena hal ini disesuaikan dengan tujuan intervensi Setelah data analisis dalam kondisi didapat maka dimasukkan pada tabel rangkuman hasil visual dalam kondisi. h. Rentang Menunjukkan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Menurut Sunanto dkk (2006:100) analisis data antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Sunanto, dkk (2005: 117) mengatakan untuk memulai menganalisa perubahan data antara kondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisa. Karena jika data bervariasi (tidak stabil), maka akan mengalami kesulitan untuk menginterpretasi. Sunanto dkk (2006:104) menjelaskan komponen analisis antar kondisi, yaitu: a. Variabel yang Diubah Variabel terikat/perilaku sasaran yang diubah. b. Perubahan Kecendrungan Arah dan Efeknya Perubahan kecendrungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi yang menunjukkan perubahan perilaku sasaran. c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya: Menunjukkan kestabilan perubahan sederet data. d. Perubahan Level Data Menunjukkan seberapa besar data berubah antara data terakhir pada kondisi baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. 75 e. Data yang Tumpang Tindih (Overlap) Terjadinya data yang sama pada kedua kondisi yang menandakan tidak adanya perubahan pada kondisi. Langkah-langkah untuk menentukan persentase overlap adalah dengan cara sebagai berikut: 1) Melihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline 1 (A1). 2) Menghitung banyaknya data pada fase intervensi (B) yang berada pada rentang fase baseline 1 (A1). 3) Banyaknya data yang diperoleh pada langkah b dibagi banyaknya data dalam fase intervensi (B) kemudian dikalikan 100%. Jika data pada fase baseline 1 (A1) lebih dari 90% yang tumpang tindih pada fase intervensi (B), ini berarti bahwa pengaruh intervensi terhadap target behavior tidak dapat diyakinkan. Setelah diketahui masing-masing komponen tersebut maka dimasukan dalam tabel rangkuman hasil analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan setelah data penelitian terkumpul dari baseline 1 (A1), intervensi 1 (B1), baseline 2 (A2), intervensi 2 (B2), selanjutnya data dijabarkan dalam bentuk grafik dan dianalisis dengan statistik deskripsi komparatif untuk melihat perbandingan antara baseline dan intervensi, sehingga dapat diketahui pengaruh dari treatment yang diberikan H. Prosedur Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian untuk mengetahui efektivitas pendekatan pembelajaran matematika realistic (PMR) untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E BHina Putera Surakarta adalah sebagai berikut. Prosedur pada penelitian meliputi tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap evaluasi, serta tahap analisis dan tahap tindak lanjutan, yaitu tahap perencanaan,tahap perlakuan, dan tahap analisis data. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut. 76 1. Tahap Perencanaan a. Pengajuan judul Peneliti mengajukan judul penelitian kepada dosen pembimbing I dan dosen Pembimbing II dengan judul “Efektivitas Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi geometri pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016” b. Penyusunan proposal Setelah judul disetujui kemudian peneliti menyusun proposal penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi geometri pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera Surakarta 2015/2016” c. Perijinan Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu mempersiapkan surat ijin penelitian ke sekolah terkait, yaitu SLB-E Bhina Putera Surakarta. d. Membuat instrumen Membuat dan menyusun instrumen yang akan digunakan pada penelitian. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah instrumen yang berbentuk tes essay untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pecahan. e. Validasi instrumen Instrumen yang telah disusun kemudian dilakukan uji validitas instrumen pada validator yang telah ditentukan agar instrumen valid sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan data. 77 2. Tahap Pelaksanaan a. Baseline 1 (A1) Baseline 1 (A1) merupakan langkah awal yang dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa dengan memberikan tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda tanpa diberi perlakuan pendekatan pembelajaran matematika realistic. Baseline 1 (A1) dilakukan selama satu sesi dan hasil skor yang diperoleh siswa dijadikan sebagai data baseline 1 (A1). Langkah-langkah dalam pelaksanaan Baseline 1 (A1) antara lain yaitu: 1) Pengkondisian kelas sebelum pembelajaran dimulai. 2) Peneliti memberikan instrumen soal kepada siswa untuk dikerjakan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. 3) Siswa mengerjakan soal tertulis. 4) Hasil jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai sebagai data baseline 1 (A1) b. Intervensi 1 (B1) Pada intervensi 1 (B1) tes dilakukan setelah diberikan perlakuan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistic. Pelaksanaan pendekatan pembelajaran matematika realistic dalam pembelajaran dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, namun pada kegiatan kolaborasi siswa melalui diskusi dimodifikasi sesuai kebutuhan dan subjek penelitian. Intervensi 1 (A1) dilakukan selama satu sesi dan hasil skor yang diperoleh siswa dijadikan sebagai data intervensi 1 (A1). Langkah-langkah dalam pelaksanaan Intervensi 1 (B1), antara lain sebagai berilut: 1) Pengkondisian kelas sebelum pembelajaran dimulai. 2) Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan pembelajaran matematika realistic, sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. 3) Peneliti memberikan instrumen soal kepada siswa untuk dikerjakan setelah pembelajaran. 78 4) Siswa mengerjakan soal tertulis. 5) Hasil jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai sebagai data intervensi 1 (B1) c. Baseline 2 (A2) Baseline 2 (A2) dilakukan dengan memberikan tes tanpa diberikan perlakuan. Baseline 2 (A2) merupakan pengulangan dari Baseline 1 (A1) dengan soal yang berbeda. Baseline 2 (A2) dilakukan selama satu sesi dan hasil skor yang diperoleh siswa dijadikan sebagai data baseline 2 (A2). Langkah-langkah dalam pelaksanaan Baseline 1 (A1) antara lain yaitu: 1) Pengkondisian kelas sebelum pembelajaran dimulai. 2) Peneliti memberikan instrumen soal kepada siswa untuk dikerjakan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. 3) Siswa mengerjakan soal tertulis. 4) Hasil jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai sebagai data baseline 1 (A1) d. Intervensi 2 (B2) Pada intervensi 2 (B2) tes dilakukan setelah diberikan perlakuan dengan pendekatan pembelajaran matematika realistic. Intervensi 2 (A2) merupakan pengulangan dari Intervensi 1 (A1) dengan soal yang berbeda. Intervensi 2 (A2) dilakukan selama satu sesi dan hasil skor yang diperoleh siswa dijadikan sebagai data intervensi 2 (A2). Langkah-langkah dalam pelaksanaan Intervensi 2 (B2), antara lain sebagai berilut: 1) Pengkondisian kelas sebelum pembelajaran dimulai. 2) Pembelajaran dilaksanakan dengan model problem based learning, sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. 3) Peneliti memberikan instrumen soal kepada siswa untuk dikerjakan setelah pembelajaran. 4) Siswa mengerjakan soal tertulis. 79 5) Hasil jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai sebagai data intervensi 2 (B2) 3. Tahap Penyelesaian a. Analisis Data Data yang telah diperoleh dari baseline 1 (A1), intervensi 1 (B1), baseline 2 (A2), dan intervensi 2 (B2) selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui efektivitas dari pendekatan pembelajaran matematika realistic yang dilakukan pada fase intervensi b. Pelaporan Hasil Dari hasil analisis data yang telah diperoleh kemudian ditarik kesimpulan, setelah itu hasil penelitian tersebut dilaporkan. Alur prosedur penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.3 di bawah Perijinan dan ini: Mengurus Berkas Penyusunan Skripsi Persiapan Instrument Validitas Instrument Baseline 2 (A2) Intervensi Intervensi Analisis Data Baseline 1 (A1) Penulisan Laporan