54 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan lokasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan
dalam penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di SLB-E Bhina Putera Surakarta
yang beralamat di Jalan Bibis Baru No.3, Cengklik , Surakarta. Alasan peneliti
mengambil lokasi tersebut karena peneliti melihat adanya permasalahan berupa
rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV.
2) Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015 / 2016
yaitu pada bulan November 2015. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara
bertahap. Adapun tahap pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, meliputi: observasi awal, permohonan pembimbing,
pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, perijinan penelitian, dan
penyusunan instrumen penelitian, dilaksanakan pada bulan April –
September 2015
b. Tahap pelaksanaan meliputi pengambilan data melalui pelaksaan Baseline
A1, Intervensi B1, Baseline A2 dan Intervensi B2. Tahap pelaksanaan
dilakukan pada bulan November 2015
c. Tahap Penyelesaian, meliputi pengolahan data, dan penyusunan laporan yang
dilaksanakan pada bulan Desember 2015.
54
55
B. Desain Penelitian
Permalasahan yang terdapat pada penelitian ini akan dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:7) kuantitatif dapat
diartikan sebagai pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pada penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011:109)
pengertian “eksperimen adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
eksperimen Single Subject Research (SSR). Menurut Sugiyono (2011:111) Single
Subject Research (SSR) merupakan pendekatan eksperimen yang digunakan dengan
tujuan untuk mengidentifikasi perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang setelah
dilakukan penanganan/intervensi secara berulang-ulang. Pendapat lain diungkapkan
oleh Sukmadinata (2006:209) Eksperimen Single Subject Research (SSR) adalah
penelitian dengan subjek atau partisipan tunggal yang hasil eksperimennya disajikan
dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual. Pemilihan pendekatan
eksperimen dengan desain Single Subject Research (SSR) bertujuan untuk
mengetahui efektifitas penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik
untuk meningkatkan prestasi belajar materi geometri pada siswa tunalaras kelas IV
SLB-E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2015/2016
Karakteristik eksperimen Single Subject Research (SSR) menurut Sunanto
dkk (2005:55) terdiri dari tiga macam yaitu pengukuran terhadap variabel terikat
berulang-ulang, kelompok eksperimen dan kontrol pada individu yang sama serta
memungkinkan untuk satu individu atau lebih.
Menurut Sunanto (2005: 55) desain Single Subject Research secara garis
besar terdiri dari dua kategori yaitu sebagai berikut:
1. Desain reversal yang terdiri dari tiga macam yaitu design A – B, design A – B –
A, dan design A – B – A – B.
56
2. Desain multiple baseline yang terdiri dari multiple baseline cross conditions,
multiple baseline cross variables, multiple baseline cross subjects
Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain reversal A-B-A-B yang
merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B. Pada desain A-B-A-B ini
telah menunjukkan adanya hubungan kontrol yang lebih kuat terhadap variabel bebas
dibandingkan dengan desain A-B-A. Dengan membandingkan dua kondisi baseline
sebelum (A1) dan sesudah intervensi (A2) maka adanya pengaruh intervensi akan
lebih meyakinkan. Pada mulanya Target behavior diukur pada kondisi baseline (A1),
kemudian dilakukan pengukuran pada kondisi intervensi (B1), setelah itu diulang
kembali pengukuran pada kondisi baseline (A2) dan intervensi (B2) pada subjek yang
sama. Penelitian single subject research desain A-B-A-B secara visual dapat
digambarkan sebagai berikut:
Target
Baseline 1 (A1)
Intervensi 1 (B1)
Baseline 2 (A2)
Intervensi 2 (A2)
Bagan 3.1 Single Subject Research (SSR)
Keterangan gambar di atas adalah sebagai berikut:
Baseline 1 (A1) :
Kemampuan pemecahan masalah awal siswa sebelum diberi
perlakuan.
Intervensi 1 (B1):
Kemampuan pemecahan masalah siswa setelah penggunaan
pendekatan pembelajaran matematika realistic.
Baseline 2 (A2) : : Kemampuan pemecahan masalah siswa tanpa diberi perlakuan
lagi.
Intervensi 2 (B2): : Kemampuan pemecahan masalah siswa setelah penggunaan
pendekatan pembelajaran matematika realistic.
57
C. Populasi dan Sampel
1) Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan Arikunto (2006:108) mengemukakan bahwa “populasi adalah
keseluruhan
subjek
penelitian”.
Lebih
lanjut
Darmawan
(2013:137)
mengemukakan populasi merupakan sumber data dalam penelitian tertentu yang
memiliki jumlah banyak dan luas.
Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi
merupakan generelasi atas objek/subjek yang mempunyai kualitas atau
karakteristik tertentu yang digunakan sebagai sumber data. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera
Surakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 3 orang.
2) Sampel Penelitian
Arikunto (2006:117) mengatakan bahwa “sampel penelitian adalah sebagian
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.”
Sugiyono (2011:57) memberikan pengertian bahwa “sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Darmawan (2013:138)
mengutarakan ada beberapa teknik sampling untuk memperoleh responden/sumber
data yang repsentatif dalam suatu penelitian, diantaranya yaitu probability
sampling dan non- probability sampling .
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan
sebagian dari subjek. Teknik pengambilan sampel untuk menentukan subjek pada
penelitian ini adalah menggunakan teknik nonprobability sampling dengan jenis
sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012:85) bahwa “sampling jenuh yaitu teknik
penentuan sampel dengan mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan
sampel”. Lebih lanjut Arikunto (2006:134) mengemukakan “apabila subjeknya
58
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi.”
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera
Surakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 3 orang, yaitu DFN, GLH dan
RSD. Kedua subjek tersebut akan diberikan tes untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalahnya pada materi pecahan pada masing-masing kondisi, yaitu fase
baseline 1 (A1), intervensi 1 (B1), baseline 2 (A2) dan intervensi 2 (B2).
Rincian tentang data subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 subjek penelitian
No
1.
2.
3
Nama Subjek
(Inisial)
DFN
GLH
RSD
Jenis
Kelamin
L
L
L
Kemampuan awal
1. Kemampuan membaca bagus
2. Kemampuan menulis bagus
3. Kemampuan hitungan perkalian
perkalian 2 digit
4. Aktif
5. Suka mengganggu teman
1. Kemampuan membaca bagus
2. Kemampuan menulis bagus
3. Kemampuan hitungan perkalian
perkalian 2 digit
4. Aktif
5. Emosi terkontrol
1. Kemampuan membaca rendah
2. Kemampuan menulis bagus
3. Kemampuan hitungan perkalian
perkalian 2 digit
4. Pasif
5. Tenang
masih
masih
masih
59
D. Variabel Penelitian
Menurut Suwarto dan Slamet (2007:78) “variabel diartikan segala sesuatu
yang
akan
menjadi
objek
pengamatan
penelitian”.
Sugiyono
(2011:60)
mengemukakan variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Lebih lanjut Azwar
(2013:33) memaparkan bahwa variabel penelitian dapat berupa apapun juga yang
variasinya perlu diperhatikan agar dapat mengambil kesimpulan mengenai fenomena
yang terjadi.
Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian
merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari oleh peneliti
sehingga peneliti bisa mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel, yaitu variabel
bebas (independen) dilambangkan dengan huruf X dan variabel terikat (dependen)
yang dilambangkan huruf Y.
1. Variabel Bebas (Independen)
Menurut
Mulyatingsih
(2013:88)
variabel
bebas
(independent)
merupakan variabel yang kedudukannya memberi pengaruh terehadap variabel
dependent, dapat dimanipulasi, diubah atau diganti. Azwar (2013:62)
mengungkapkan bahwa variabel bebas adalah sautu variabel yang variasinya
mempengaruhi variabel lain. Variabel ini sengaja dipilih dan disengaja
dimanipulasi oleh peneliti agar efeknya terhadap variabel lain bias diukur dan
diamati. Menurut Sugiyono (2011:59) adalah “Variabel independent adalah
variabel yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependent (terikat)”. Menurut Sunanto dkk (2006:31) dalam
penelitian dengan subyek tunggal variabel bebas disebut intervensi.
Pada
penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel bebas (independent) adalah
pendekatan pembelajaran matematika realistic (PMR).
60
2. Variabel Terikat (Dependent)
Menurut
Mulyatingsih
(2013:88)
variabel
terikat
(dependent)
merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Sugiyono
(2011:59) mengemukakan “Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel independent
(bebas).” Menurut Sunanto dkk (2006:31) dalam penelitian dengan subyek
tunggal variabel terikat sering disebut target behavior. Pada penelitian yang
dilakukan oleh penulis variabel terikat (dependen) adalah prestasi belajar
matematika materi geometri pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera
Surakarta. Seperti yang dikemukakan oleh Sunanto, J et al. (2006:41) bahwa
“pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran
(target behavior) dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu”.
E. Pengumpulan Data
Azwar (2013:36) mengemukakan bahwa data penelitian bisa dikumpulkan
baik lewat isntrumen pengumpulan data, observasi, maupun lewat data dokumentasi.
Data yang harus dikumpulkan mungkin berupa data primer, sekunder, atau keduanya.
Menurut Sugiyono (2011:308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Selain itu, informasi tidak akan kita peroleh apabila kita tidak
menggunakan alat pengumpul data. Mulyatiningsih (2013:24) juga berpendapat
bahwa:
Alat pengumpul data dibedakan menjadi dua yaitu tes dan non test.
Instrumen yang berwujud tes digunakan pada variabel yang mengukur
pengetahuan, kemampuan atau kompetensi sedangkan instrumen non tes
digunakan untuk mengukur variabel yang memiliki cakupan luas, tidak
mengandung unsur benar atau salah seperti pendapat, sikap, kepemilikan
pribadi, dll
61
Alat pengumpul data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Tes
a. Pengertian Tes
Untuk mengetahui apakah materi yang diberikan oleh seorang guru
kepada anak didiknya adalah salah satunya dengan menggunakan tes.
Mulyatiningsih (2013:24) mengatakan bahwa “Tes merupakan metode
pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan
seseorang. Tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan yang memiliki
respon/jawaban benar atau salah. Jawaban benar akan mendapat skor dan
jawaban salah tidak mendapat skor”.
Selain itu menurut Arifin (2012:118) yang mengatakan “tes merupakan
suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau di jawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik”.
Pendapat lain disampaikan oleh Sukardi (2008:138) yang mengatakan
bahwa tes prestasi pada umumnya mengukur penguasaan dan kemampuan para
peserta didik setelah mereka selama waktu tertentu menerima proses belajar
mengajar dari guru. Lebih lanjut Margono (2005: 170) menjelaskan bahwa tes
adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud mendapat jawaban yang dijadikan dasar menetapan skor.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa tes adalah cara yang digunakan untuk mengukur kemampuan untuk
mengetahui pencapaian kemampuan seseorang dalam jangaka waktu yang telah
ditentukan. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes untuk mengetahui
efektivitas penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistic untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi geometri.
62
b. Macam-Macam Tes
Ada beberapa jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan peserta didik, seperti yang dijelaskan oleh Arifin (2009: 118-150)
adalah sebagai berikut:
1) Tes Berdasarkan Jumlah Peserta Didik
a) Tes kelompok
b) Tes perseorangan
2) Tes Dilihat Dari Cara Penyusunannya
a) Tes buatan guru
b) Tes yang dibakukan
3) Tes Berdasarkan Aspek Pengetahuan dan Ketrampilan
a) Tes kemampuan
b) Tes kecepatan
4) Tes Dilihat Dari Bentuk Jawaban Peserta Didik
a) Tes perbuatan
b) Tes lisan
c) Tes tertulis
Tes tertulis dibagi menjadi dua bentuk yaitu:
(1) Bentuk uraian
(2) Bentuk objektif
(a). Bentuk benar-salah atau true-false test
(b). Bentuk pilihan ganda atau multiple-choise test
(c). Bentuk menjodohkan atau matching test
(3) Tes semi objektif atau semi karangan
(a). Tes jawaban singkat
(b). Tes melengkapi
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis,
seperti yang dijelaskan oleh Arifin (2009:124) tes tertulis atau sering disebut
63
paper pencil test adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam
bentuk tertulis.
c. Bentuk-Bentuk Tes
Menurut Arifin (2009:124) tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk
uraian (essay) dan bentuk (objective).
1) Tes Bentuk Uraian
a) Bentuk uraian objektif (BUO)
b) Bentuk uraian non-objektif (BUNO)
2) Tes Bentuk Objektif
a) Benar – Salah (True – False, or Yes – No)
Bentuk tes benar – salah ( B – S ) adalah pernyataan yang mengandung
dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah
b) Pilihan Ganda (Multiple – Choise)
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
c) Menjodohkan (Matching)
Bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda,
yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan soal, dan kolom
sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
d) Jawaban Singkat (Short Answer) dan Melengkapai (Completion)
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan
kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau
salah.
Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes bentuk
objektif dengan bentuk soal pilihan ganda (multiple–Choise). Tes ini digunakan
untuk mengukur kemampuan membaca permulaan siswa. Bentuk soal dalam
penelitian ini adalah peneliti menyajikan soal penyelesaian luas persegi, persegi
panjang dan segitiga, kemudian dibawah soal terdapat jawaban pilihan ganda
(multiple–Choise), siswa menyilang huruf dalam jawaban pilihan ganda sesuai
dengan jawaban yanjg dipilih. Instrumen tes ini terdiri dari paket soal berisi 10
soal.
Peneliti membuat soal tentu saja tidak asal membuatnya, terdapat
langkah-langkah dalam menentukan soal. Soal yang diberikan hendaknya
64
sesuai dengan materi yang terdapat pada instrumen yang telah ditetapkan.
Sebelum membuat soal sebaiknya membuat kisi-kisi terlebih dahulu. Kisi-kisi
dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan instrumen dan sesuai dengan
kemampuan awal belajar matematika materi geometri pada anak.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal
Kompetensi
Dasar
No
1.
Menghitung luas
bangun
datar
sederhana
dan
menggunakannya
dalam pemecahan
masalah
Indikator
Baseline 1 (A1) dan
Intervensi 1 (BI)
1. Menghitung
luas
persegi
dengan
bantuan garis bantu
2. Menghitung
luas
persegi tanpa bantuan
garis bantu
3. Menyelesaikan
masalah
yang
berkaitan dengan luas
persegi
Baseline 2 (A2) dan
intervensi 2 (B2)
1. Menghitung
luas
persegi
panjang
dengan bantuan garis
bantu
2. Menghitung
luas
persegi panjang tanpa
bantuan garis bantu
3. Menyelesaikan
masalah
yang
berkaitan dengan luas
persegi panjang
Penskoran :
Nilai = Skor yang diperoleh X 100
10
Jumlah Nomor Bentuk
soal
soal
soal
4
1, 2,3,4
Pilihan
ganda
3
5,6,7
Pilihan
ganda
3
8, 9,10
Pilihan
ganda
4
1,2,3,4
Pilihan
ganda
3
5,6,7
Pilihan
ganda
3
8,9,10
Pilihan
ganda
65
2. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan awal pada saat guru dan anak
melaksanakan pembelajaran. Pengamatan yang peneliti lakukan adalah
pengamatan berperan serta secara pasif. Untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran, metode dan hasil dari pembelajaran tersebut.
F. Validasi Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:137) validitas adalah tingkat keandalah dan
kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan
alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Lebih lanjut Arikuto (2006:168)
mengemukakan “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”
Menurut Gay (1983) dalam Sukardi (2008:121) yang mengatakan bahwa
suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Selain itu menurut Sukmadinata dan Nana Saodih (2012:228)
yang mengatakan bahwa validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu
pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur.
Berdasarkan pada penelitian yang terdahulu dapat dilihat bahwa dalam
sebuah penelitian dibuat suatu alat tes yang bisa digunakan untuk melakukan sebuah
penilaian dan agar memperoleh hasil yang baik. Tes yang dibuat harus sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
Cara pengujian validitas instrumen penelitian juga dijelaskan Sugiyono
(2012:125-130) sebagai berikut :
1. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli.
Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur
dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.
Setelah pengujian konstruksi instrumen dari ahli dan berdasarkan
66
pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen ke sampel yang telah diambil dari populasi. Kemudian data
ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis
faktor yaitu mengkolerasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor
dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka
pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis
pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen, atau metrik pengembangan instrumen.
Pada kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan
nomor butir pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan faktafakta empiris yang terjadi di lapangan. Instrumen penelitian yang
mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil
penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula.
Menurut Arifin (2012:248) yang menyebutkan bahwa jenis-jenis validitas
instrumen adalah sebagai berikut:
1. Validitas Permukaan (Face Validity)
Validitas ini menggunkan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya
melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya, jika
suatu tes secra sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap febomena
yang di ukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat
validitas permukaan.
2. Validitas Isi (Centent Validity)
67
Validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrument
dengan tujuan dan deskripsi bahan yang diajarkan atau deskripsi masalah
yang akan diteliti. Untuk mengetahui kesesuaian kedua hal itu, penyusunan
instrument haruslah mendasarkan diri pada kisi-kisi yang sengaja disiapkan
untuk tujuan itu. Sebelum kisi-kisi dijadikan pedoman penyusunan butirbutir soal instrument, terlebih dahulu harus telah ditelaah dan dinyatakan
baik. Setelah butir-butir pertanyaan disusun, mereka juga harus ditelaah
dengan mempergunakan kriteria tertentu disamping disesuaikan dengan kisikisi. Penelaah harus dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang
bersangkutan, atau biasa dikenal dengan istilah expert judgment.
3. Validitas Empiris (Empirical Validity)
Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi.
Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes
dengan kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang
bersangkutan. Ada tiga macam validitas empiris, yaitu: a. validitas prediksi,
b. validitas kongkuren, dan c. validitas sejenis.
4. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes
betul-betul dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang
merupakan deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes
tersebut. Untuk menguji validitas konstruk, dapat dilakukan dengan berbagai
sumber, antara lain validitas isi, validitas prediktiif, dan validitas konkuren.
5. Validitas Faktor (Factorial Validity)
Penilaian hasil belajar sering digunkan skala pengukuran tentang suatu
variabel yang terdiri atas beberapa faktor. Kriterium yang digunakan dalam
validitas faktor ini dapat diketahui dengan menghitung homogenitas skor
setiap faktor dengan total skor, dan antara skor dari faktor yang satu dengan
skor dari faktor yang lain.
68
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam sebuah penelitian harus ada
pengukuran validitas intrumen. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen untuk mendapatkan data
valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Cara
mengukur validitas instrumen dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
dengan menggunakan Pengujian validitas konstruksi (Construct Validity), Pengujian
validitas isi (Content Validity), Pengujian validitas eksternal, Validitas permukaan
(face validity), Validitas empiris (empirical validity), dan Validitas faktor (factorial
validity).
Cara mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan
validitas isi. Validitas isi digunakan karena dengan validitas ini tingkat kevalidan
intstrument diukur oleh orang yang berkompeten dibidang yang bersangkutan, atau
biasa dikenal dengan istilah expert judgment.
Peneliti dalam meyusun istrumen penelitian membandingkan soal dengan isi
kurikulum untuk kelas IV SD dengan membuat kisi-kisi soal. Instrumen tes ini terdiri
dari 2 paket soal, masing-masing paket berisi 10 soal. Instrumen selanjutnya diujikan
kepada tiga ahli untuk mengetahui validitas instrumen, setelah didapatkan hasil
penilaian yang valid oleh para ahli kemudian instrument diterapkan.
Peneliti memilih tiga ahli sebagai validator isntrumen penelitian ini.
Pemilihan ketiga ahli tersebut tentu saja didasari oleh keahlian yang dimiliki oleh ahli
tersebut pada bidangnya masing-masing. Ketiga ahli yang diambil peneliti sebagai
validator penelitian ini adalah ahli konstruk, ahli substansi materi dan ahli bahasa.
Pada awal pengukuran terdap instrumen terdapat revisi yang harus dilakukan
oleh peneliti. Instrumen tes kemudian peneliti revisi sesuai dengan saran dan
komentar dari para ahli, kemudian dinyatakan oleh ketiga ahli tersebut bahwa semua
instrumen soal valid dan dapat digunakan untuk penelitian.
69
Nama validator untuk menguji instrumen tes akan disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 3.3 Validator Instrumen Tes
No
Nama Ahli
Ahli Dalam Bidang
Pekerjaan
Dosen
1
Sutopo, S.Pd,M.Pd
Substansi Materi
Pendidikan
Matematika
Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Dosen
2
Dr. Rukayah, M.Hum
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
Bahasa
Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Dosen
3
Erma Kumalasari, S.Psi,
M.Psi
Konstruk
Pendidikan
Luar Biasa
Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Hasil uji validitas instrumen melalui hasil expert judgment dari tiga ahli
diatas (terlampir) dapat dilihat menunjukan instrumen yang digunakan dapat
dikatakan valid karena setiap kriteria penelahan cocok pada setiap butir nomor yang
ada.
G. Tekhnik Analisis Data
Setelah
dilakukan
penelitian,
maka
dilakukan
analisis
data
yang
dimaksudkan untuk menarik kesimpulan dari hasil pengamatan. Menurut Sugiyono
(2011:207) mengatakan bahwa terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk
analisis data dalam penelitian, yait statistik deskriptif dan statistik inferensial.
70
Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:207).
Analisis data pada penelitian Single Subject Research (SSR) menurut
Sunanto (2006:66) terdapat tiga komponen penting, yaitu:(1) banyaknya data dalam
kondisi yang disebut dengan pajang kondisi, (2) tingkat stabilitas, dan (3)
kecenderungan arah grafik.
Menurut Sunanto (2006:35) ada empat prinsip dasar yang membantu agar
grafik dapat mengkomunikasikan informasi kepada pembaca, yaitu kejelasan,
kesederhanaan, penampilan, dan disainnya. Grafik yang baik akan (1) menampilkan
secara jelas perbedaan antara setiap data dan arahnya, (2) secara jelas memisahkan
kondisi eksperimen, (3) menghindari tumpang tindih dua data dalam satu grafik, (4)
memberikan keterangan pada label dan legend, dan (5) menggunakan proporsi dan
skala yang tidak membingungkan pembaca. Di samping itu, peneliti berkewajiban
untuk memilih jenis grafik yang paling sesuai dengan data yang ingin disampaikan.
71
Sunanto dkk (2006: 30) menjelaskan beberapa komponen dalam membuat
grafik, yaitu:
JUDUL
Or
din
at
(y)
Baseline
Intervensi
Garis Perubahan Kondisi
Bagan 3.2 Komponen Grafik
a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan
satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal)
b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan
satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen,
frekuensi, dan durasi)
c. Titik awal merupakan pertemuan anatara sumbu X dengan sumbu Y sebagai
titik awal skala
d. Skala, garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan
ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%)
e. Label kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen,
misalnya baseline atau intervensi
f. Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya
perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis
putus-putus
72
g. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera
diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Sunanto dkk (2006:100) analisis data dalam kondisi adalah menganalisis
perubahan data dalam satu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi,
sedangkan komponen yang akan dianalisis meliputi komponen seperti yang
dibicarakan di atas yakni tingkat stabilitas, kecenderungan arah, dan tingkat
perubahan (level change). Sunanto dkk (2006:100-104) mengemukakan komponen
analisis dalam kondisi, diantaranya:
a. Panjang Kondisi
Banyaknya data dalam suatu kondisi yang menunjukkan banyaknya sesi yang
dilakukan
b. Kecenderungan Arah
Menunjukkan perubahan setiap jejak data dari sesi kesesi dengan garis lurus yang
melintasi semua data sehingga banyaknya data yang berada di atas dan di bawah
sama banyak.
c. Tingkat Stabilitas (Level Stability)
Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Untuk menentukan
kecendrungan kestabilan dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan Rentang Stabilitas
Rentang stabilitas menggunakan kriteria stabilitas sebesar 15%
2) Menentukan Rentang Stabilitas
Skor tertinggi x 0,15 = rentang stabilitas
3) Hitung Mean Level
X level =
4) Tentukan Batas Atas
Batas atas =
73
5) Tentukan Batas Bawah
Batas bawah =
6) Menghitung Persentase Trend Stabilitas
Persentase trend stabilitas =
d. Tingkat Perubahan (Level Change)
Menunjukkan berapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi dan
antar kondisi. Langkah-langkah untuk menentukan tingkat perubahan adalah
sebagai berikut:
1) Menentukan data point pertama dan data point terakhir dalam suatu kondisi.
2) Kurangi data point yang besar dengan data point yang kecil.
3) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah membaik atau memburuk
sesuai dengan tujuan intervensi.
e. Jejak Data (Data Path)
Menunjukkan perubahan dari data satu ke data lainnya (menaik, menurun, dan
mendatar) dalam suatu kondisi. Menentukan jejak data yaitu dimasukan hasil
yang sama seperti kecendrungan arah. Apakah meningkat (+), menurun (-) atau
sejajar dengan sumbu X (=).
f. Menentukan Level Stabilitas dan Rentang
Tingkat stabilitas menunjukkan pada besar kecilnya data yang berada pada skala
ordinat (sumbu Y). Terdapat dua jenis level yaitu level stabilitas dan level
perubahannya. Level stabilitas menunjukkan derajat variasi atau besar kecilnya
rentang kelompok data tertentu. Kemudian menentukan rentangnya.
g. Perubahan Level
Menentukan level perubahan dengan cara :
1) Tandai sesi pertama dan terakhir dalam fase tertentu
2) Hitung selisih sesi pertama dan terakhir
Persentase stabilitas = point max – point min
74
3) Beri tanda (+) jika membaik, (-) jika memburuk, atau (=) jika tidak ada
perubahan
4) Lakukan penghitungan yang sama pada fase intervensi
Catatan :
a) Tanda (+) menunjukkan makna yang membaik meskipun menurun
b) Tanda (-) menunjukkan makna memburuk meskipun menaik
c) Karena hal ini disesuaikan dengan tujuan intervensi
Setelah data analisis dalam kondisi didapat maka dimasukkan pada tabel
rangkuman hasil visual dalam kondisi.
h. Rentang
Menunjukkan jarak antara data pertama dengan data terakhir.
Menurut Sunanto dkk (2006:100) analisis data antar kondisi adalah
perubahan data antar kondisi, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi.
Sunanto, dkk (2005: 117) mengatakan untuk memulai menganalisa perubahan data
antara kondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisa.
Karena jika data bervariasi (tidak stabil), maka akan mengalami kesulitan untuk
menginterpretasi. Sunanto dkk (2006:104) menjelaskan komponen analisis antar
kondisi, yaitu:
a. Variabel yang Diubah
Variabel terikat/perilaku sasaran yang diubah.
b. Perubahan Kecendrungan Arah dan Efeknya
Perubahan kecendrungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi yang
menunjukkan perubahan perilaku sasaran.
c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya:
Menunjukkan kestabilan perubahan sederet data.
d. Perubahan Level Data
Menunjukkan seberapa besar data berubah antara data terakhir pada kondisi
baseline dan data pertama pada kondisi intervensi.
75
e. Data yang Tumpang Tindih (Overlap)
Terjadinya data yang sama pada kedua kondisi yang menandakan tidak adanya
perubahan pada kondisi. Langkah-langkah untuk menentukan persentase overlap
adalah dengan cara sebagai berikut:
1) Melihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline 1 (A1).
2) Menghitung banyaknya data pada fase intervensi (B) yang berada pada
rentang fase baseline 1 (A1).
3) Banyaknya data yang diperoleh pada langkah b dibagi banyaknya data dalam
fase intervensi (B) kemudian dikalikan 100%.
Jika data pada fase baseline 1 (A1) lebih dari 90% yang tumpang tindih pada fase
intervensi (B), ini berarti bahwa pengaruh intervensi terhadap target behavior tidak
dapat diyakinkan. Setelah diketahui masing-masing komponen tersebut maka
dimasukan dalam tabel rangkuman hasil analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini dilakukan setelah data penelitian terkumpul dari baseline 1 (A1),
intervensi 1 (B1), baseline 2 (A2), intervensi 2 (B2), selanjutnya data dijabarkan
dalam bentuk grafik dan dianalisis dengan statistik deskripsi komparatif untuk
melihat perbandingan antara baseline dan intervensi, sehingga dapat diketahui
pengaruh dari treatment yang diberikan
H. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian untuk mengetahui efektivitas pendekatan
pembelajaran matematika realistic (PMR) untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E BHina Putera Surakarta adalah
sebagai berikut.
Prosedur pada penelitian meliputi tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan tahap evaluasi, serta tahap analisis dan tahap tindak
lanjutan, yaitu tahap perencanaan,tahap perlakuan, dan tahap analisis data. Secara
terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
76
1.
Tahap Perencanaan
a. Pengajuan judul
Peneliti mengajukan judul penelitian kepada dosen pembimbing I dan dosen
Pembimbing
II
dengan
judul
“Efektivitas
Penggunaan
Pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika materi geometri pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E
Bhina Putera Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”
b. Penyusunan proposal
Setelah judul disetujui kemudian peneliti menyusun proposal penelitian
dengan judul “Efektivitas Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi
geometri pada siswa tunalaras kelas IV SLB-E Bhina Putera Surakarta
2015/2016”
c. Perijinan
Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu mempersiapkan surat ijin
penelitian ke sekolah terkait, yaitu SLB-E Bhina Putera Surakarta.
d. Membuat instrumen
Membuat dan menyusun instrumen yang akan digunakan pada penelitian.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah instrumen yang berbentuk tes
essay untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi
pecahan.
e. Validasi instrumen
Instrumen yang telah disusun kemudian dilakukan uji validitas instrumen
pada validator yang telah ditentukan agar instrumen valid sehingga dapat
digunakan untuk mengumpulkan data.
77
2.
Tahap Pelaksanaan
a. Baseline 1 (A1)
Baseline 1 (A1) merupakan langkah awal yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan awal siswa dengan memberikan tes tertulis yang berbentuk
pilihan ganda tanpa diberi perlakuan pendekatan pembelajaran matematika
realistic. Baseline 1 (A1) dilakukan selama satu sesi dan hasil skor yang
diperoleh siswa dijadikan sebagai data baseline 1 (A1).
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Baseline 1 (A1) antara lain yaitu:
1) Pengkondisian kelas sebelum pembelajaran dimulai.
2) Peneliti memberikan instrumen soal kepada siswa untuk dikerjakan sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki.
3) Siswa mengerjakan soal tertulis.
4) Hasil jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai sebagai data baseline 1
(A1)
b. Intervensi 1 (B1)
Pada intervensi 1 (B1) tes dilakukan setelah diberikan perlakuan dengan
penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistic. Pelaksanaan
pendekatan pembelajaran matematika realistic dalam pembelajaran dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, namun pada kegiatan
kolaborasi siswa melalui diskusi dimodifikasi sesuai kebutuhan dan subjek
penelitian. Intervensi 1 (A1) dilakukan selama satu sesi dan hasil skor yang
diperoleh siswa dijadikan sebagai data intervensi 1 (A1).
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Intervensi 1 (B1), antara lain
sebagai berilut:
1) Pengkondisian kelas sebelum pembelajaran dimulai.
2) Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan pembelajaran matematika
realistic, sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
3) Peneliti memberikan instrumen soal kepada siswa untuk dikerjakan
setelah pembelajaran.
78
4) Siswa mengerjakan soal tertulis.
5) Hasil jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai sebagai data intervensi 1
(B1)
c. Baseline 2 (A2)
Baseline 2 (A2) dilakukan dengan memberikan tes tanpa diberikan perlakuan.
Baseline 2 (A2) merupakan pengulangan dari Baseline 1 (A1) dengan soal
yang berbeda. Baseline 2 (A2) dilakukan selama satu sesi dan hasil skor yang
diperoleh siswa dijadikan sebagai data baseline 2 (A2).
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Baseline 1 (A1) antara lain yaitu:
1) Pengkondisian kelas sebelum pembelajaran dimulai.
2) Peneliti memberikan instrumen soal kepada siswa untuk dikerjakan sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki.
3) Siswa mengerjakan soal tertulis.
4) Hasil jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai sebagai data baseline 1
(A1)
d. Intervensi 2 (B2)
Pada intervensi 2 (B2) tes dilakukan setelah diberikan perlakuan dengan
pendekatan pembelajaran matematika realistic. Intervensi 2 (A2) merupakan
pengulangan dari Intervensi 1 (A1) dengan soal yang berbeda. Intervensi 2
(A2) dilakukan selama satu sesi dan hasil skor yang diperoleh siswa dijadikan
sebagai data intervensi 2 (A2).
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Intervensi 2 (B2), antara lain
sebagai berilut:
1) Pengkondisian kelas sebelum pembelajaran dimulai.
2) Pembelajaran dilaksanakan dengan model
problem based learning,
sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
3) Peneliti memberikan instrumen soal kepada siswa untuk dikerjakan
setelah pembelajaran.
4) Siswa mengerjakan soal tertulis.
79
5) Hasil jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai sebagai data intervensi 2
(B2)
3.
Tahap Penyelesaian
a. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari baseline 1 (A1), intervensi 1 (B1), baseline 2
(A2), dan intervensi 2 (B2) selanjutnya dilakukan analisis data untuk
mengetahui efektivitas dari pendekatan pembelajaran matematika realistic
yang dilakukan pada fase intervensi
b. Pelaporan Hasil
Dari hasil analisis data yang telah diperoleh kemudian ditarik kesimpulan,
setelah itu hasil penelitian tersebut dilaporkan.
Alur prosedur penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.3
di bawah
Perijinan
dan ini:
Mengurus Berkas
Penyusunan Skripsi
Persiapan
Instrument
Validitas
Instrument
Baseline 2 (A2)
Intervensi
Intervensi
Analisis Data
Baseline 1 (A1)
Penulisan
Laporan
Download