1 BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

advertisement
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sekolah Menengah Atas Negeri Noemuti berstatus Negeri, Berdasarkan hasil
penelitian lapangan yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa catatan penting
yang dapat dijadikan simpulan hasil penelitian. Catatan hasil penelitian tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Tari perang merupakan seni musik tradisional masyarakat Kefamenanu. Seni musik
tari perang pada mulanya sangat sakral sebab hanya digunakan pada acara
kedukaan/kematian dalam perkembangan selanjutnya diperuntukan pada acara
perkawinan, penyambutan tamu agung, pesta rumah baru dan untuk mengiringi
tarian-tarian.
Bagi masyarakat kefamenanu tari perang tidak hanya dipahami sebagai seni
pertunjukan ataupun hiburan, namun tari peraang kaya akan pesan moral serta nilainilai budaya, pelestarian dan penanaman nilai-nilai budaya disampaikan secara
turun-temurun. Nilai-nilai yang terkandung dalam tari perang, yakni; a) nilai
pendidikan (pedagogis), b) nilai religious/sakral, c) nilai adat istiadat/tradisi, d) nilai
kreatif, e) nilai estetis, f) nilai hiburan dan g) nilai komersial.
2. Adanya kebijakan sekolah, menjadi dasar patokan bagi guru dalam menentukan
materi ajar. Kebijakan sekolah mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(ktsp). Ktsp memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi sekolah/lembaga
1
pendidikan untuk memperkenalkan dan melestarikan potensi daerah sekaligus
menanamkan nilai budaya dalam diri peserta didik. Dalam kaitan ini tari perang
sebagai budaya daerah yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal hendaknya perlu
diintegrasikan dalam pembelajaran sejarah di SMA
3. Sejarah perkembangan kearifan lokal masyarakat kefamenanu dipahami dengan
baik oleh guru dalam hal ini guru sejarah. Kearifan lokal sebagai potensi daerah
yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal hendaknya diajarkan kepada siswa/siswi,
baik pada tingkat dasar maupun menengah atas.
4. Dalam perencanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu memahami dasar acuan
kurikulum yang hendak digunakan untuk menyusun silabus. Setelah pembuatan
silabus selanjutnya dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
5. Implementasi nilai-nilai budaya kearifan lokal memberikan dampak positif untuk
diperkenalkan kepada siswa. Sebelum adanya pembelajaran tentang nilai kearifan
lokal, siswa kurang memahami tentang tari perang termasuk nilai yang
dikandungnya. Namun setelah diimplementasikan dalam pembelajaran, maka siswa
dapat memahami sejarah perkembangan sasandu dan nilai yang terkandung
didalamnya. Dalam proses belajar mengajar implementasi nilai-nilai kearifan lokal
kurang berjalan lancar oleh karena terbatasnya sarana maupun media pembelajaran
serta seniman profesional untuk mengajarkan dan melatih siswa dalam memainkan
music tari perang.
6. Dalam pembelajaran sejarah dengan mengimplementasikan nilai-nilai kearifan
lokal, evaluasi ditekankan pada tiga aspek yakni; aspek kognitif, aspek afektif dan
aspek psikomotorik.
Pada aspek kognitif, untuk mengevaluasi hasil pembelajaran guru sejarah di
SMAN Noemuti menggunakan tes awal (pre-test), tes akhir (post-test) dan tes
formatif sebagai alat evaluasi. Dalam tes awal dan akhir ini guru menggunakan tes
uraian (tes essay) dan tes lisan berupa pertanyaan, yang langsung ditanyakan kepasa
siswa. Sedangkan tes formatif yang digunakan oleh guru sejarah berupa ulangan
harian, dilaksanakan ketika sup pokok bahasan sudah dilaksanakan dengan baik.
Dengan demikian tes inilah yang selalu digunakan oleh guru sejarah SMAN
Noemuti setiap melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Sedangkan pada aspek afektif guru sejarah di SMAN Noemuti guru sejarah
menekankan pada keaktifan siswa, perhatian siswa saat proses KBM berlangsung
dan sikap atau kepribadian siswa selama kegiatan belajar di sekolah maupun di luar
sekolah.
Selanjutnya pada aspek psikomotor dalam penekanannya guru sejarah di
SMAN Noemuti, lebih ditekankan pada perilaku, perbuatan dan hasil kerja atau
produk hasil belajar. Dalam hal ini guru menugaskan siswa menggambarkan bentuk
alat musik gong, struktur candi dan menggambarkan peta perlawanan Patimura.
Selain itu dapat terlihat pada saat siswa mengajukan pertanyaan kepada guru, tata
tertib siswa pada saat mengikuti proses belajar mengajar, serta perilaku siswa
didalam dan luar lingkungan sekolah.
7. Hambatan Dalam Implementasi Nilai-nilai Budaya dan Cara Mengatasi
Implementasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah pada
siswa di SMAN Noemuti terdapat beberapa kendala yang menjadi faktor
penghambat pelaksanaannya. Hambatan/kendala yang dihadapi oleh guru sejarah
tersebut meliputi; a) alokasi waktu belajar yang terlalu singkat, b) keaktifan siswa
yang minim, c) minat siswa yang rendah terhadap budaya daerah, dan d)
kemampuan memanfaatkan media pengajaran.
Berbagai hambatan dalam mengimplementasikana nilai-nilai kearifan lokal
yang telah dijabarkan diatas diatasi oleh guru sejarah dengan cara sebagai berikut,
yakni;
Pertama berkaitan dengan alokasi waktu. Salah satu hambatan yang sering
dialami dalam mengajar adalah soal waktu. Seringkali seseorang mengajar tidak
dapat mengendalikan waktu. Akibatnya bisa terjadi bahan pelajaran sudah selesai,
namun waktu masih panjang. Atau sebaliknya, waktu sudah habis, bahan belum
tuntas. Untuk mengatasi kendala waktu tersebut guru sejarah memberikan materi
terlebih dahulu berupa buku untuk difoto copy serta dipelajari dirumah, materi yang
dianggap sulit dibuat berupa catatan dalam bentuk pertanyaan untuk ditanyakan dan
didiskusikan ketika proses KBM dilaksanakan di sekolah.
Kedua berkaitan dengan keaktifan siswa, Mengajar adalah upaya dalam
memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa
agar terjadi proses belajar. Peran aktif dari siswa sangat diperlukan dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga tercapai tujuan instruksional. Dalam pelaksanaan
pembelajaran di SMAN Noemuti guru sejarah mampu untuk menyiapkan kondisi
psikologis siswa dalam pembelajaran sehingga siswa aktif dan tenang dalam
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu dalam mengajar guru
sejarah telah menggunakan berbagai metode mengajar, seperti ceramah, tanya jawab
dan diskusi kelompok. penggunaan metode mengajar tersebut peserta didik terlihat
lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas.
Ketiga berkaitan dengan rendahnya minat siswa terhadap budaya daerah.
Sebagai guru sejarah di SMAN Noemuti dalam upaya meningkatkan rasa kecintaan
peserta didik terhadap budaya daerah dan melestarikan kebudayaan tersebut. Guru
sejarah dalam kegiatan belajar mengajar menjelaskan dan mengingatkan kepada
peserta didik betapa berharga dan pentingnya kebudayaan daerah nusantara kita.
kebudayaan daerah yang begitu beragam, membuat kita sebagai bangsa indonesia
memiliki daya tarik bagi penduduk di belahan dunia. bahkan tidak sedikit dari
mereka tertarik untuk mempelajarinya. karena mereka beranggapan bahwa kesenian
dan kebudayaan indonesia begitu unik, dan menarik untuk di pelajari. Selanjutnya
guru sejarah menjelaskan bahwa salah satu kebudayaan daerah yang memiliki daya
tarik tinggi adalah seni musik tradisional tari perang. Sebab sasandu dengan irama
bunyi yang indah mampu menggoda hati setiap orang yang mendengar pertunjukan
tersebut.
Keempat berkaitan dengan kemampuan memanfaatkan media pembelajaran.
Dalam memanfaatkan media pembelajaran di SMAN Noemuti guru sejarah hanya
sebatas menggunakan media komputer dan media power point dalam kegiatan
belajar mengajar. Namun kemampuan guru sejarah dalam memanfaatkan dan
menggunakan media pembelajaran komputer dan media power point pada tahap
orientasi pembelajaran teryata sangat membantu keefektifan proses pembelajaran
dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat proses KBM dilaksanakan.
B. Implikasi
Kesimpulan tersebut menimbulkan implikasi, implikasi yang ditimbulkan
yakni implikasi teoritis dan implikasi praktis. Kedua implikasi tersebut diantaranya
1. Implikasi Teoritis
Dari teori tentang kearifan lokal yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
menekankan perlunya media untuk melestarikan budaya daerah masyarakat
setempat yang kaya akan nilai-nilai kemanusiaan. Media dalam hal ini antara lain
lembaga pendidikan pada sekolah-sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal berkewajiban untuk turut serta dalam melestarikan dan memperkenalkan
budaya daerah kepada generasi muda/peserta didik, dengan demikian budaya daerah
yang kaya akan nilai-nilai kemanusian tidak terkikis dan hilang oleh derasnya arus
globalisasi saat ini. Seni musik tradisional sasandu dipandang sebagai kesenian yang
kaya pesan moral, dan nilai yangsangat bermanfaat sebagai pendidikan karakter
dilingkungan masyarakat setempat.
2. Implikasi Praktis
Penerapan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat kefamenanu dalam
pembelajaran sejarah di SMAN Noemuti dilakukan dengan menambahkan pada
indikator-indikator yang dikembangkan dalam silabus pembelajaran sejarah. Hal-hal
yang dapat dikembangkan dalam penerapan nilai-nilai pada pembelajaran sejarah
adalah pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ditekankan
pada sejarah dan nilai-nilai kearifan lokal didalam perumusan indikator
pembelajaran, pengembangan materi ajar, penggunaan media, sumber belajar dan
evaluasi pembelajaran.
C. Saran
Beberapa saran dalam penelitian ini sebagai berikut, yakni;
1. Bagi pemerintah
Pemerintah daerah hendaknya selalu memberi pengarahan dan pembinaan
seperti diadakannya diklat tentang kesenian tradisional tarian daerah agar tidak
menjadi kesenian yang mempunyai konotasi yang kurang baik. Disamping itu
pemerintah daerah kabupaten timor tengah utara hendaknya menyediakan suatu
tempat pementasan yang permanen yang dapat dikunjungi oleh masyarakat umum.
Serta perlu adanya penyelenggaraan festival tahunan tingkat dasar sampai menengah
yang diwakili oleh perwakilan masing-masing sekolah serta pembukaan sanggarsanggar belajar seni tarian daerah (tari perang).
2. Bagi sekolah
perlu ditingkatkan pemahaman guru dalam penyusunan silabus, rpp,
evaluasi dan mengupayakan kembali MGMP mata pelajaran sejarah.
3. Bagi masyarakat
hendaknya tidak hanya menyerahkan tanggung jawab kepada pihak sekolah
karena pembelajaran tentang nilai kearifan lokal dapat dimulai dari keluarga sebagai
lembaga pendidikan pertama dan utama. Juga perlu memupuk kesadaran dan
apresiasi mengenai kesenian daerah melalui media agar masyarakat tetap mencintai
kearifan lokal tradisional tersebut. Khususnya untuk para seniman tari perang agar
tetap memelihara ciri-ciri khas dan meningkatkan teknis artistiknya.
4. Bagi mahasiawa.
Hendaknya kesenian daerah timor tengah utara yang sudah menjelang punah
perlu diusahakan agar dapat hidup kembali, tentunya melalui penelitian ulang sejak
perkembangaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid (2007). Perencanaan Pembelajaran Pengembangan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: Rosda.
Leo Agung, Nunuk Suryani ((2013). Perencanaan Pengajaran Sejarah. Penerbit
Ombak. Yogyakarta.
Alo Liliweri (2004). Pengantar Studi Kebudayaan. Penerbit : Nusa Media. Bandung.
Anonim. (2008). Tanamkan Nasionalisme dan Solidaritas Sejak Dini. Gemari Edisi
89/Tahun IX/ Juni 2008.
Ari, H.G. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai
Problem Pendidikan. Penerbit: Rineka Cipta
Arif, S. (2010). Refilosofi Kebudayaan Pergeseran Pascastruktural. Yogyakarta:
AMAR-Ruzz Media.
Arnold, J.J. (2010). Kebudayaan Suatu Daerah Adalah Struktur Dan Kondisi Alam
Daerah Itu.
Ayatrohaedi, (1986). Unsur Budaya Daerah Potensial Sebagai Lokal Genius
Karena Telah Teruji Kemampuannya Untuk Bertahan Sampai Sekarang.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan
Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta. Kementrian Pendidikan
Nasional.
Buadloy, L.K. (2005). Orentasi Jangka Panjang Mengacu Pada Nilai-Nilai
Kebudayaan Suatu Daerah.
Burton, Moleong, (1995). Pandangan Tentang Pemanfaatan Situs Budaya
Sebagai Media Pembelajaran.
Darmiyati, T. (2008). Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme.
Diambil dari www.wikimu.com, tanggal 15 Maret 2009
Daliman. A. 2012. Manusia dan sejarah. Ombak (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Depdiknas. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewi, M. 2012. Implementasi Nilai-Nilai Budaya Bangsa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Islam Sudirman
Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit: Rineka Cipta.
Donald Ary (1982). Penelitian Deskriptif Bertujuan Melukiskan Kondisi Yang Ada
Pada Situasi Tertentu.
Ernawi, (2010). Kearifan Lokal Merupakan Kebenaran Yang Telah Mentradisi Dalam
Suatu Daerah.
Ester, K. 2006. Penelitian Kebudayaan Sebuah Panduan Praktis. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Femi, L.D. 2013. Sejarah Alat Musik Tradisional Sasando Bagi Masyarakat Rote
Ndao. FKIP. UNDANA, Kupang.
Goetz, (1981). Dalam Penelitiannya, (Siswa Harus Dilatih Berulang-Ulang Agar Dapat
Mahir Dalam Keterampilan).
Gunawan, A.H 2000. Sosiologi Pendidikan. Suatu Analisis Sosiologi Tentang
Pelbagai Problem Pendidikan. Penerbit: Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2007). Guru Yang Baik Akan Berusaha Sebaik Mungkin Agar
Pengajarannya Berhasil.
Hoirus, S. 2012. Pembelajaran Muatan Lokal Sejarah Dan Kebudayaan Banyuwangi Di
SMAN 1 Giri Kabupaten Banyuwangi. Program Pascasarjana. UNS
Surakarta.
Huberman , (1992). Bentuk Interaktif Dengan Proses Pengumpulan Data.
Irianto, A.M (2009). Kerifan Lokal dan Mahasiswa. Diambil dari
http://staff.undip.ac.id/sastra/agusmaladi, diakses tanggal 29 April 2010
Jacko, B. 2009. Keunikan Sasando, Erende Pos.
James, P.S. 2007. Metode Etnografi. Penerbit ; Tiara Wacana. Yogyakarta
Kawuryan, P. (2011). Globalisasi Merupakan Implikasi Logis Dalam Kemajuan
IPTEK dan Seni.
Khaeruddin, dkk.2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pilar
Media.
Kian. A. 2013. Hubungan antara sejarah nasional dan sikap nasionalisme dengan
kesadaran sejarah mahasiswa program studi pendidikan sejarah FKIP
Universitas Muhammadiyah Metro. 2013.
Kochar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Penerjemah Purwanto dan Yofita
Hardiwanti. Jakarta: grasindo.
Koentjaraningrat, E.d. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Penerbit: Gramedia.
Jakarta.
Lesi , L. (2011). Pelestarian Nilai-Nilai Kearifan Lokal. Dalam Seni Tari Gelipang
Sebagai Budaya Daerah di Desa Karanasi Kecamatan
Sukodono Kabupaten Lumajang.
Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran Pengembangan Standar Kompetensi Guru.
Bandung: Roda
Maryaeni 2008. Metode Penelitian Kebudayaan. Penerbit: PT Bumi Aksara. Jakarta.
Mills, C.W. 2013 Kaum Marxis: Ide-Ide Dasar dan Sejarah Perkembangan
(Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Miftahul, H. 2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran (Terjemah): Pustaka
Belajar. Yogyakarta
Miskawi, 2013. Kesenian Tradisional Gandrung Banyuwangi. Surakarta.
Moore, P. (2001). Rencana Pembelajaran Meliputi Komponen Topik Pembahasan
Tujuan, Dan Mencapai Indikator Kompetensi.
Mono, (2011). Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Sangat
Strategis Bagi Keberlangsungan Dan Keunggulan Bangsa.
Moleong, L. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya
Mono-mpd. Blogspot. Co.id /2011/12/ktsp- berkarakter. Html diakses pada
15/12/2015.
Mulyasa, (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dikembangkan Sesuai
Potensi Daerah/Sekolah.
Muhammad Yamin. 2011. Teknik Guru Dalam Mengatasi Hambatan Proses
Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya.
-----------.Nasionalisme. Diambil dari www.wikipedia.org, tanggal 17.
………..2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Suatu Panduan Praktis.
Bandung: Rosda.
Naratoom, (2003). Pengetahuan Yang Terakumulasi Karena Pengalaman Hidup.
Nasution , (1996). Investigator Triangulation.
Noor, J. 2010 Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Nurudin, 2008. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta; Rajawali Pers
Nurma, A.R. 2007. Kearifan Lokal Menggambarkan Cara Bersikap Dan Bertindak
Untuk Merespon Perubahan Yang Khas Dalam Lingkungan Fisik Maupun
Kultur.
Nurhadi, dkk. 2014. Pembelajaran Konstektual Dan Penerapannya Dalam KBK.
Malang: UM Pers
Nunuk, S. & Agung, L. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit: Ombak.
Nusa, P. 2013. Penelitian Kualitatif IPS. Penerbit: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Bandung
Yeremias, P. 2000. Melestarikan Alat Musik Tradisional Sasando. Dinas Pariwisata
Popinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang.
Panjaitan, A.P. (2014). Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan. Membangun
Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Penerbit: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Paul, A.H. 2009. Sasandu Alat Musik Tradisonal Rote Ndao. Kupang: CV Kairos
Purwanto, M.N 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Patminingsing, N. 1994. Penuntun Belajar Sejarah. (nasional dan umum). Surakarta
Bandung: Ganeca Exact.
Rachmah, H. (2013). Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter Bangsa Yang Berdasarkan
Pancasila Dan UUD 1945.
Rasid, Y. (2013). Transformasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya Pembangunan
Karakter Bangsa.
Richard, H.C. 2007. Individu dan Masyarakat Selalu Saling Melengkapi.
Robert , K.Y. (2000). Penelitian Studi Kasus.
Rosyada, (2007). Kecakapan Siswa Tidak Cukup Dalam Indikator-Indikator Yang
Dikembangkan (Teori Bloom).
Sadulloh, (2003). Pendidikan Pada Hakekatnya Harus Mencakup Kegiatan
Pendidik, Mengajar, Melatih Mentrasformasikan Nilai-Nilai.
Saefudin, S. (2008). Refleksi Terhadap Nilai-Nilai Dapat Menumbuhkan Kesadaran
Kolektif Menjadi Landasan Nasional.
Samsi, H. 2011. Metode Wawancara Dalam Penelitian Sejarah. (Studi Non
Dokumenter). Surakarta UNS Press.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Kepada Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Raja. Grafindo
Persada.
Sartono, K. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Satyananda, I.M. 2013. Kearifan Lokal Suku Helong. Di Pulau Semau Kabupaten
Kupang. Nusa Tenggara Timur. Penerbit: Ombak. Yogyakarta.
Sauri, S. &. H.A. 2007. Pendidikan Nilai. Pp 53. Dalam Muhamad Ali et al (edt). Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung:
Imtima
Sekar P.K. 2011. Mendekatkan Siswa Dengan Kearifan Budaya Lokal Melalui
IPS Di Sekolah Dasar. FIP UNY.
Setiadi, (2006). Suatu Hubungan Pedoman Antar Manusia Atau Kelompoknya.
Sheridan, J.E. (1992). Organizational Culture and Employee Retention, Academy Of
Management Jurnal.
Sholeh, H. 2012. Pembelajaran Muatan Lokal Sejarah dan Kebudayaan
Banyuwangi. Di SMA 1 Giri Kabupaten Banyuwangi. Program
Pascasarjana. UNS
Surakarta.
Silaban, W. 2012. Pemikiran Soekarno Tentang Nasionalisme. Jurnal Dinamika
Politik|Vol.1|No.3|Desember 2012.
Sofan, A. (2013). Sumber Daya Manusia Yang Menjadi Perencana, Pelaku Dan Tujuan
Pendidikan.
Sudikan, S.Y. 2002. Seni Pertunjukan Ludruk: Antara Konvensi, Inovasi, dan
Transformasi. Makalah disampaikan dalam seminar Nasional seni
Tradisi Ludruk, Fakultas Sastra Universitas Airlangga. 4 juli 2002.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sumatja, (2013). Pembelajaran Sejarah Adalah Suatu Proses Yang Dilakukan
Oleh Individu Untuk Memperoleh Suatu Perubahan Tingkahlaku Secara
Keseluruhan.
Sumaryono, (2003). Pendidikan Dimaknai Sebagai Suatu Proses Transisi Dan
Pengembagan Nilai-Nilai.
Sutarto, (2013). Globalisasi Budaya Bukanlah Gejala Peradaban Yang Misterius
Tetapi Merupakan Realita Yang Harus Diterima.
Sutopo. H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Dasar Teori dan Terapannya
Dalam Penelitian. Edisi Kedua. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sutrisno, (2005). Nilai Adalah Sesuatu Yang Dipandang Berharga Oleh
Masyarakat.
Suparno, (1997). Filsafat Konstruktivisme, (Kemampuan Siswa Harus Perlu
Diberdayakan).
Steven, G. 2011. Sejarah Nasionalisme; Asal Usul Bangsa dan Tanah Air. Yogyakarta
:
Pustaka Pelajar.
Syaiful, B.D. (2010). Pembelajaran Dirancang Untuk Memberikan Pengalaman
Belajar Yang Melibatkan Proses Mental.
Tila’ar (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Universitas Sebelas Maret, 2013, Panduan Penulisan Tesis. Edisi I Program
Pascasarjana UNS.
Wangsa, (2011). Pendidikan Menjamin Pewarisan Kebudayaan Dari Generasi Ke
Generasi.
Wasino, (2007). Fungsi Pembelajaran Sejarah Bagi Manusia Yang Mempelajarinya.
Wahab, (2008). Siswa Beradaptasi Dilingkungan Masyarakat Agar Menyelesaikan
Problem Kehidupan Di Era Globalisasi Zaman.
Widji, (2002). Nilai Budaya Sebagai Proses Penemuan Jati Diri.
Wineburg, (2006). Belajar Sejarah Memiliki Potensi Untuk Menjadikan Manusia
Berperikemanusian
Wina, S. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Kepada Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yusri, M. 2011. Teknik Guru Dalam Mengatasi Hambatan Proses
Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya.
Zais, (1976). Pendidikan Sebagai Usaha Penyiapan Peserta Didik Menghadapi
Lingkungan Yang Mengalami Perubahan Yang Semakin Pesat.
Download