BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

advertisement
52
BAB 4
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan
menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi
ini, penelitian serta penyelesaian masalah akan lebih terarah dan memberikan
kemudahan dalam kegiatan analisa serta dalam kegiatan penyimpulan dari masalah yang
ada.
4.1
Model Rumusan Masalahan dan Pengambilan Keputusan
Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah diambil untuk menunjang
penelitian pengendalian kualitas pada PT. Argha Karya Prima Industri. Dengan
berdasarkan pada metodologi ini, penelitian akan dapat berjalan secara lebih terarah dan
sistematis sehingga memudahkan proses analisa dan pemecahan masalah yang ada.
53
Gambar 4.1 Model Metodologi Pemecahan Masalah
54
1
2
Perancangan Sistem
Informasi
Tidak
Perlu dilakukan
Perbaikan?
Ya
Membuat system definition
dan menentukan FACTOR
criterion
Analisa dengan diagram
pareto
Analyze
Identifikasi Failure Mode
dengan Fish Bone Diagram
Melakukan analisis problem domain
1. Classes
2. Structure :
- Class Diagram
3. Behavior:
- Events
- Statechart diagram
Membuat FMEA
Hitung nilai Risk Priority
Number( RPN)
Improve
Tentukan Recommended
Action
Melakukan analisis application domain
1. Usage
- Use Case diagram
- Use Case description
- Sequence diagram
2. Function
3. User Interface :
- Navigation Diagram
- UI Example
4. Technical Platform
Analisa FMEA
Usulan Perbaikan
Control
Penerapan dan sosialisasi
dari usulan
Architectural Design
1. Criteria
2. Component Architecture
3. Process Architecture
Component Design
1. Model Component
2. Function Component
Kesimpulan dan Saran
Pembuatan program
Selesai
Penguji program
Gambar 4.1 Model Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)
55
Dibawah ini adalah penjelasan mengenai langkah – langakah penyelesaian
masalah tersebut :
4.1.1 Studi Lapangan
Pada tahap pertama ini, penulis melakukan pengamatan langsung ke perusahaan
dan juga untuk mencari tahu permasalahan yang ada pada perusahaan. Pengamatan
langsung dilakukan oleh penulis dengan cara mengunjungi pabrik PT. Argha Karya
Prima Industri dan wawancara dengan pihak yang berwenang untuk mendapatkan
gambaran singkat tentang jalannya proses produksi pada perusahaan.
4.1.2
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dengan menganalisa permasalahan-permasalahan yang ada dari penelitian
pendahuluan serta membandingkannya dengan literatur-literatur yang ada, maka pokok
permasalahan pun diidentifikasi. Pokok permasalahan inilah yang akan menjadi bahasan
dalam skripsi yang akan dibuat ini.
4.1.3
Studi Pustaka
Setelah melakukan studi lapangan dan pengamatan di perusahaan serta
melakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi perusahaan, maka penulis
melakukan studi pustaka dengan mencari sumber informasi seperti buku-buku referensi
seperti buku teks maupun buku lainnya serta melakukan proses pencarian di internet
yang berguna untuk menambah wawasan, konsep dasar serta teori yang berguna sebagai
landasan teori dalam melakukan pemecahan masalah.
56
4.1.4
Tahap Define
• Pemilihan Objek Penelitian
Objek penelitian didasarkan pada produk BOPP yang diproduksi secara rutin dan
kontinu dan memiliki persentase reject yang terbesar.
• Pernyataan Kebutuhan Pelanggan
Mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan yang dilakukan terhadap pelanggan
internal produksi serta kebutuhan pelanggan eksternal.
• Identifikasi Proses
Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi tiap-tiap proses produksi untuk
pembuatan produk dengan menggunakan SIPOC diagram ( Supplier - Input – Process –
Output – Customer ) untuk mendefinisikan proses – proses kunci pada aliran kerja.
4.1.5 Tahap Measure.
Pada tahap ini akan didefinisikan apa saja kebutuhan pelanggan untuk
menentukan factor-faktor CTQ (Critical To Quality) pembuatan peta kendali untuk
mengetahui apakah proses produksi sekarang sudah stabil dimana tidak ada lagi suatu
penyebab cacat yang berada di luar batas pengendalian, dan perhitungan kapabilitas
proses untuk mengetahui kemampuan proses produksi dalam menghasilkan produk yang
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
57
4.1.6 Tahap Analyze
Dalam tahap ini, semua data yang telah diukur diatas akan dibuat analisa untuk
menemukan inti permasalahan dengan menggunakan metode Pareto Diagram, Fishbone
Diagram dan Metode Failure Mode and Effect Analysis.
4.1.7 Tahap Improve
Tahapan ini menggunakan metode FMEA (Failure Mode Effect Analyze) yang
telah dibuat pada tahap Analyze. Pembuatan FMEA dengan melihat hasil dari
pembuatan fishbone diagram dan diagram pareto pada tahap sebelumnya untuk
mengetahui apakah perlu dilakukan analisis lebih lanjut. Dari Fishbone yang telah kita
buat dapat diketahui penyebab kegagalannya, sehingga dapat kita tentukan nilai severity,
probability, dan detection sehingga dapat dihitung nilai RPN (Risk Priority Number).
Setelah itu kita membuat analisa dari FMEA tersebut dan membuat usulan perbaikan
untuk setiap permasalahan yang telah dianalisa berdasarkan bobot RPN terbesar.
4.1.8 Tahap Control
Pada tahap ini kita melakukan penerapan dan sosialisasi dari usulan yang
diberikan. Dan melakukan perhitungan untuk data yang telah didapat berdasarkan
penerapan dari usulan tersebut.
4.1.9
Perancangan Sistem Informasi
Langkah selanjutnya yang dia mbil adalah melakukan analisa dan perancangan
sistem informasi, dimana tujuannya adalah menganalisa sistem yang sedang berjalan,
58
mencari kelemahan sistem yang sedang berjalan tersebut, dan memperbaikinya
berdasarkan spesifikasi dan kebutuhan pengguna sistem tersebut.
4.1.10 Membuat System Definition dan Menentukan FACTOR Criterion
System definition merupakan deskripsi dari sistem yang akan dikembangkan, dan
FACTOR criterion merupakan salah satu cara melakukan analisis awal terhadap sistem
yang akan dikembangkan tersebut. FACTOR criterion menganalisa sistem dari segi
fungsi (functionality), pengguna sistem (application domain), kondisi (condition),
teknologi (technology), obyek dalam problem domain (object), dan tanggung jawab
sistem secara keseluruhan (responsibility).
Penentuan system definition dan FACTOR criterion akan membantu proses
analisa dan perancangan sistem agar dapat dilakukan secara lebih terarah agar tujuan
awal pembuatan sistem tersebut dapat tercapai.
4.1.11 Analisa Problem Domain
Problem Domain Analysis ini meliputi pembuatan dua buah diagram yaitu class
diagram dan state chart diagram. Untuk membuat class diagram, pertama kali perlu
ditentukan objek dan event dari system definition yang telah dibuat sebelumnya.
Kemudian dari objek-objek yang ada, ditentukan objek mana saja yang merupakan class.
Setelah itu, event table dibuat untuk membantu menentukan event-event mana saja yang
dimiliki masing-masing class, dan langkah terakhir adalah menghubungkan class-class
yang ada menjadi sebuah skema.
59
State chart diagram berfungsi untuk menggambarkan event-event yang terjadi
atau dilakukan oleh masing-masing class. Dengan demikian, setiap class akan memiliki
sebuah state chart diagram.
4.1.12 Analisa Application Domain
Langkah selanjutnya adalah membuat analisa application domain. Pada tahap ini,
analisa sudah menitik beratkan pada pembuatan sistem dan orang-orang yang terlibat di
dalamnya yang disebut acto.. Analisis application domain ini terdiri dari tiga aktivitas,
yaitu usage, function, dan user interface. Aktivitas usage meliputi pembuatan use case
diagram, use case description, dan statechart diagram.
Pembuatan use case diagram dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan
actor dengan sistem yang dikembangkan, sehingga dapat terlihat interaksi antara user
dengan sistem melalui setiap use case. Setiap use case menggambarkan fungsi dari
sistem yang akan dikembangkan berdasarkan pada user requirements yang telah
dijelaskan dalam system definition yang dibuat sebelumnya. Sequence diagram
menggambarkan hubungan antara actor dan objek. Dengan menggunakan sequence
diagram, maka dapat terlihat aliran atau urutan aktivitas yang dilakukan actor terhadap
objek dalam menjalankan suatu use case.
Aktivitas function meliputi pembuatan function list. Function list atau daftar
fungsi merupakan sebuah tabel yang berisi kumpulan fungsi-fungsi yang terdapat dalam
setiap use case berserta tingkat kesulitan pembuatannya. Pembuatan daftar fungsi
dimaksudkan untuk membantu menentukan fungsi-fungsi apa saja yang harus ada dalam
perancangan interface sistem.
60
Aktivitas user interface meliputi pembuatan dialogue style dan navigation
diagram. Navigation diagram merupakan skema yang berisi hubungan antar interface
atau tampilan dari sistem yang akan dikembangkan. Pembuatan software akan mengacu
pada tampilan interface dari navigation diagram ini.
4.1.13 Analisa Architectural Design
Langkah berikutnya adalah melakukan analisa architectural design. Tahap ini
terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1. Criteria
Penentuan criteria dilakukan dengan maksud untuk membantu mengintegrasikan
standar dan prosedur untuk menjamin kualitas sistem. Criteria-criteria tersebut
ditentukan dengan melakukan analisa fungsi dari sistem yang dikembangkan dan juga
dengan brainstorming dengan penguna sistem.
2. Component Architecture
Langkah awal untuk membuat component diagram adalah menentukan
architecture pattern dari sistem yang dibuat. Setelah architecture pattern yang paling
tepat telah ditentukan, maka component diagram dapat dibuat dengan menambahkan
user interface, function, dan model ke dalam architecture pattern tersebut.
3. Process Architecture
Setelah component diagram selesai dibuat, maka untuk membuat deployment
diagram kita hanya perlu menentukan distribution pattern dari
sistem yang akan
dikembangkan, apakah sistem tersebut terpusat pada sebuah server, atau terdistribusi
pada setiap client, atau berada pada server dan juga pada client. Setelah distribution
61
pattern ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan hardware yang digunakan
dan menghubungkannya dengan component yang menggunakan hardware tersebut.
4.1.14 Analisa Component Design
Tahap analisa desain komponen terbagi menjadi tiga tahap, yaitu Model
Component, Function Component, dan Connecting Component. Tahap model component
merupakan tahap optional karena hanya dilakukan jika class diagram yang telah dibuat
sebelumnya perlu direvisi (revised class diagram). Revised class diagram dibuat
berdasarkan aturan-aturan tertentu sehingga menyebabkan pertambahan jumlah class
dengan hubungan aggregasi.
Tahap berikutnya adalah pembuatan function component yang merupakan
revised class diagram yang berhubungan dengan function dan dilengkapi operasi pada
masing-masing class.
62
4.2
Teknik Pengumpulan Data dan Penentuan Parameter
Pengumpulan data perusahaan serta penentuan parameter dalam upaya
peningkatan kualitas ini dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu
pengamatan langsung (overview), studi kepustakaan, wawancara dan brainstorming.
Berikut adalah penjelasan dari kedua metode pengumpulan data yang digunakan.
a. Pengamatan Langsung (Overview)
Dilakukan dengan cara meninjau langsung ke lokasi di lapangan, untuk
mengetahui bagaimana cara sistem kerja yang berlaku di PT Argha Karay Prima Industri
b. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan dilakukan untuk mencari teori – teori yang mendukung serta
berhubungan langsung dengan analisa yang akan kita lakukan terhadap data–data yang
telah kita kumpulkan
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang
diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Untuk
kebutuhan pengumpulan data umum dan data khusus perusahaan, wawancara dilakukan
dengan pihak perwakilan dari perusahaan yang telah ditunjuk untuk menjadi
pembimbing penulis.
d. Brainstorming
Brainstorming adalah suatu kegiatan pengumpulan ide-ide terhadap suatu
permasalahan yang dihadapi, mendiskusikan ide-ide tersebut sampai akhirnya
mendapatkan jawaban atas permasalahan tersebut. Brainstorming dilakukan dengan
63
pihak perusahaan yang berwenang serta memiliki pengetahuan mengenai permasalahan
yang dimaksud.
Untuk menentukan parameter atau ruang lingkup pembahasan dalam
menentukan data yang akan digunakan pada tahap Measure, pertama-tama penulis
menentukan data jenis cacat yang termasuk data variabel dan data jenis cacat yang
termasuk data atribut. Dari data yang diperoleh, penulis tidak berhasil mendapatkan
keterangan tentang cara pengukuran dan spesifikasi yang diperlukan untuk pengukuran
data variabel. Sehingga data yang diambil adalah data jenis cacat yang termasuk didalam
data atribut.
Yang kedua, pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas dapat dilakukan
pada tiga tingkat, yaitu tingkat process, tingkat output dan tingkat outcome. Dari data
yang berhasil diperoleh, penulis hanya mendapatkan jumlah produksi, cacat yang
muncul serta jumlah dari tiap-tiap cacat yang muncul. Oleh karena itu, ditetapkan bahwa
pengukuran hanya dilakukan pada tingkat produk karena penulis tidak bisa mendapatkan
data untuk pengukuran tingkat proses( perhitungan cacat pada tiap proses) dan
pengukuran tingkat outcome ( pengukuran tingkat kepuasan pelanggan).
Download