8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
(Umar, 2005) menyatakan bahwa MSDM sebagai suatu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas
pengadaan,
pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk
mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu.
(Hasibuan, 2008) meyatakan bahwa MSDM adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan
efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Mondy (2008) hadir dengan pengertian yang lebih singkat
yaitu manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan sejumlah
individu untuk mencapai tujuan organisasi.
Sementara itu, Dessler (2008) berpendapat bahwa selain proses
pelatihan dan memberikan kompensasi kepada karyawan, manajemen
sumber daya manusia juga ikut memperhatikan hubungan kerja di
antara karyawan, kesehatan, keamanan, serta masalah keadilan.
8
9
b.
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut (Mondy, 2008) terdapat lima area fungsional yang
dikaitkan dengan
manajemen sumber daya manusia yang efektif
sebagai berikut:
1) Penyediaan Staf
Penyediaan staf (staffing) merupakan proses yang menjamin suatu
organisasi untuk selalu memiliki jumlah karyawan yang tepat
dengan keahlian-keahlian yang memadai dalam pekerjaanpekerjaan yang tepat, pada waktu yang tepat, untuk mencapai
tujuan organisasi.
2) Pengembangan Sumber Daya Manusia
Human resource development atau lebih sering disingkat dengan
HRD adalah fungsi MSDM utama yang tidak hanya terdiri atas
pelatihan dan pengembangan namun juga aktivitas perencanaan
dan pengembangan karier individu, pengembangan organisasi,
serta manejemen dan penilaian kinerja.
3) Kompensasi
Kompensasi mencakup semua imbalan total yang diberikan kepada
para karyawan sebagai timbal balik untuk jasa mereka. Imbalan
bisa berupa salah satu atau kombinasi dari kompensasi finansial
langsung, kompensasi finansial tidak langsung, atau berupa
kompensasi nonfinansial.
10
4) Keselamatan dan Kesehatan
Keselamatan adalah perlindungan bagi karyawan dari luka-luka
yang disebabkkan kecelakaan-kecelakaan yang terkait dengan
pekerjaan. Sedangkan kesehatan adalh bebasnya karyawan dari
sakit secara fisik atau emosi.
5) Hubungan Kekaryawanan dan Perburuhan
Suatu perusahaan dituntut oleh hukum untuk mengakui serikat
pekerja dan berunding dengannya dengan itikad baik jika karyawan
perusahaan yang bersangkutan menginginkan serikat pekerja
mewakili mereka. Ketika serikat pekerja mewakili karyawan
perusahaan, aktivitas sumber daya manusia seringkali disebut
sebagai hubungan industrial.
c.
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut (Rivai & Sagala, 2011), Tujuan Manajemen SDM
ialah meningkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada dalam
perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara
strategis, etis, dan sosial.
Cushway dalam (Sutrisno, 2009) menyatakan bahwa tujuan
MSDSM meliputi:
1) Memberi pertimbangan manajemen dalam membuat kebijakan
SDM untuk memastikan bahwa organisasi memiliki pekerja yang
bermotivasi dan berkinerja tinggi, memiliki pekerja yang selalu
11
siap mengatasi perubahan dan memnuhi kewajiban pekerjaan
secara legal.
2) SDM yang memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.
3) Membantu dalam pengembangan arah keseluruhan organisasi dan
strategi, khususnya yang berkaitan dengan implikasi SDM.
4) Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lini
mencapai tujuannya.
5) Menangani berbegai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar
pekerja untuk meyakinkan bahwa mereka tidak menghambat
organisasi dalam mencapai tujuannya.
6) Menyediakan media komunikasi antara pekerja dan manajemen
organisasi.
7) Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai
dalam manajemen SDM.
Sementara itu menurut Schuler, setidaknya MSDM memiliki
tiga tujuan utama yaitu:
1) Memperbaiki tingkat produktivitas
2) Memperbaiki kualitas kehidupan kerja
3) Meyakinkan organisasi telah memenuhi aspek-aspek legal.
12
2. Status Karyawan
Status karyawan adalah yang membedakan jenis masa kerja
karyawan dalam suatu perusahaan atau organisasi menurut waktu yang
telah ditentukan oleh kedua belah pihak berdasarkan perjanjian kerja yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak (karyawan dan perusahaan).
Perjanjian kerja menurut Undang – Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14 yaitu suatu perjanjian antara
pekerjaan buruh dan pengusaha atau Pemberi kerja yang memuat syarat –
syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Perjanjian kerja menurut Undang – Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan sifatnya lebih umum. Dikatakan lebih umum
karena menunjuk pada hubungan antara pekerja dan pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Syarat kerja
berkaitan dengan pengakuan terhadap serikat pekerja, sedangkan hak dan
kewajiban para pihak salah satunya.
Pengertian perjanjian kerja berdasarkan Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 ini tidak menyebutkan bentuk perjanjian kerja itu lisan atau
tertulis, demikian juga mengenai jangka waktunya ditentukan atau tidak
sebagaimana sebelumnya diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
1997 tentang Ketenagakerjaan. (Budiyanto, 2014)
a. Pengertian Karyawan Tetap
Menurut Lestari dalam (Budiyanto, 2014), Karyawan tetap
adalah karyawan yang telah resmi menjadi karyawan perusahaan dan
13
jika dapat menunjukkan prestasi kerjanya dengan baik maka kenaikan
pangkat dan memperoleh kenaikan jenjang karir yang lebih tinggi dari
sebelumnya adalah jaminan dari rantai sistem jabatan yang berlaku
untuk karyawan tetap.
Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003, Karyawan Tetap adalah
karyawan dengan status kerja yang tidak berjangka waktu tertentu.
Hubungan kerja untuk karyawan tetap berlangsung untuk pekerjaan
yang bersifat tetap dalam waktu yang tidak terbatas. Karyawan Tetap
dapat dipersyaratkan masa percobaan paling lama 3 bulan dan tidak
perlu perpanjangan atau pembaharuan.
Perjanjian kerja untuk karyawan tetap tidak harus dalam bentuk
tertulis dan dalam hal terjadinya PHK, maka yang dibayarkan kepada
karyawan tetap adalah pesangon sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dalam Pasal 156 UU No. 13 Tahun 2003.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang masuk
ke dalam deskripsi karyawan tetap adalah karyawan dengan masa
jabatan tidak terbatas dengan perjanjian dan memiliki hak atas
pesangon jika terkena PHK dan merupakan anggota resmi dari
perusahaan.
b. Pengertian Karyawan Kontrak
Pengertian karyawan kontrak adalah karyawan yang bekerja
pada suatu instansi dengan kerja waktu tertentu yang didasari atas
suatu perjanjian atau kontrak dapat juga disebut dengan Perjanjian
14
Kerja Waktu Tertentu (PKWT), yaitu perjanjian kerja yang didasarkan
suatu jangka waktu yang diadakan untuk paling lama 2 tahun dan
hanya dapat diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu maksimal 1 tahun
(Undang-Undang RI Ketenagakerjaan 2003 dalam pasal 59 ayat 1).
Menurut Lestari dalam (Budiyanto, 2014), Karyawan kontrak
adalah pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak kerja yaitu
perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak atau lebih yang bersanksi
hukum untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan.
Karyawan kontrak adalah karyawan yang diperbantukan untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rutin perusahaan, dan tidak ada
jaminan kelangsungan masa kerjanya. Dalam kelangsungan masa kerja
karyawan kontrak ditentukan oleh prestasi kerjanya.
Semakin bagus prestasi kerjanya, karyawan kontrak akan
dipertahankan oleh perusahaan, namun jika prestasi kerjanya tidak ada
peningkatan maka perusahaan akan memberhentikan karyawan
tersebut atau mengganti dengan karyawan lain. Kewajiban kerja
karyawan kontrak terkadang hampir sama atau bahkan lebih berat dari
pada karyawan tetap. Namun dari segi gaji atau fasilitas lainnya tentu
saja berbeda, termasuk tidak adanya ketentuan pesangon yang jelas
apabila perusahaan tidak lagi menggunakan jasa tenaga kerja kontrak.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karyawan kontrak adalah seseorang yang bekerja dalam suatu
15
organisasi atau perusahaan dengan perjanjian waktu tertentu atau
dinyatakan sebagai karyawan tidak tetap.
3. Kinerja
a.
Pengertian Kinerja dan Penilaian Kinerja
Prawirasentono
dalam
(Murwani
&
Mulyanto,
2012)
mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja pada dasarnya
meliputi apa yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh karyawan dalam
satu organisasi.
(Mathis & Jackson, 2011) mendefinisikan bahwa kinerja
karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberikan
kontribusi
kepada
organisasi
termasuk: kuantitas
keluaran, kualitas keluaran, jangka waktu keluaran, kehadiran di
tempat kerja, dan sikap kooperatif.
Kinerja sumber daya manusia merupakan istilah yang berasal
dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Menurut
Kusriyanto dalam (Mangkunegara, 2009) menyatakan bahwa “kinerja
16
karyawan adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta
tenaga kerja persatuan waktu, lazimnya per jam”.
Kinerja maupun prestasi kerja merupakan cerminan hasil yang
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja perorangan
(individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional
performance) atau kinerja perusahaan (coorporate performace)
terdapat hubungan yang erat. Dengan demikian perkataan lain bila
kinerja karyawan (individual performance) baik maka kinerja
perusahaan (coorporate performance) juga baik.
Menurut (Sirait, 2006) penilaian prestasi kerja adalah proses
evaluasi prestasi atau unjuk kerja yang dilakukan oleh organisasi.
Melalui kegiatan ini para manajer atau supervisor bisa memperoleh
data
tentang
bagaimana
pegawai
bekerja.
(Hasibuan,
2008)
mendefinisikan penilaian kerja sebagai kegiatan manajer untuk
mengevaluasi perilaku kinerja pegawai serta menetapkan kebijakan
selanjutnya.
Pendapat lain dari (Mondy, 2008) yang menyatakan bahwa
penilaian kerja merupakan sistem formal untuk menilai dan
mengevaluasi kinerja tugas tim dan individu. Menurut (Dessler, 2008)
penilaian kerja berari mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan atau
di masa lalu, relatif terhadap standar kinerja.
Penilaian kinerja juga selalu mengasumsikan bahwa karyawan
mengetahui dan memahami apa standar kinerja mereka dan penyelia
17
juga memberikan karyawan umpan balik, pengembangan, dan insentif
yang
diperlukan
untuk
membantu
orang
yang
bersangkutan
menghilangkan kinerja yang kurang baik atau melanjutkan kinerja
yang baik.
Sedangkan (Mugianti, 2014) menyimpulkan bahwa sistem
penilaian kinerja adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
mengukur dan menilai hasil kerja yang telah dilakukan oleh karyawan
dalam rangka pencapaian tujuan utama organisasi perusahaan melalui
beberapa metode standard yang digunakan.
Dari definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa kinerja adalah
output yang dihasilkan oleh karyawan yang telah disesuaikan standar
yang berlaku sesuai tujuan organisasi dan tidak melanggar norma,
hukum, dan etika di masyarakat.
b. Manfaat Penilaian Kinerja
Setiap karyawan dalam melaksanakan kewajiban atau tugas
merasa bahwa hasil kerja mereka tidak terlepas dari penilaian atasan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian kinerja
digunakan untuk mengetahui kinerja seorang karyawan.
18
Menurut (Rivai & Sagala, 2011) manfaat penilaian kinerja
adalah sbb :
1) Manfaat bagi karyawan yang dinilai antara lain :
a) Meningkatkan motivasi
b) Meningkatkan kepuasaan kerja
c) Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan
d) Adanya kesempatan berkomunikasi ke atas
e) Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi
2) Manfaat bagi penilai
a) Meningkatkan kepuasan kerja
b) Kesempatan
untuk
mengukur
dan
mengidentifikasikan
kecenderungan kinerja karyawan
c) Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun
karyawan
d) Sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan
e) Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi karyawan
3) Manfaat bagi perusahaan
a)
Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan
2) Meningkatkan kualitas komunikasi
3) Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan
4) Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang
dilakukan untuk masing-masing karyawan
19
c. Ruang Lingkup Penilaian Kinerja
Ruang lingkup penilaian kinerja menurut Mangkunegara dalam
(Mugianti, 2014), terdiri dari:
1) Who (Siapa), lingkupnya adalah sebagai berikut:
a) Siapa yang dinilai
b) Siapa yang melakukan penilaian
2) What (Apa), lingkupnya adalah sebagai berikut:
a) Objek/materi yang dinilai antara lain hasil kerja, kemampuan
sikap, kepemimpinan kerja dan motivasi kerja.
b) Dimensi Waktu, yaitu kinerja yang dicapai pada saat ini
(current performance) dan potensi yang dapat dikembangkan
pada waktu yang akan datang (future performance).
3) Why (Kenapa) lingkupnya adalah sebagai berikut:
a) Memelihara potensi kerja
b) Menetukan kebutuhan pelatihan kerja
c) Dasar pengembangan karir
d) Dasar promosi jabatan
4) When (Kapan) lingkupnya adalah sebagai berikut:
a) Waktu pelaksanaan penilaian kinerja dapat dilakukan secara
formal maupun informal.
b) Penilaian kerja secara formal dilakukan secara periodik atau
pada periode tertentu seperti penilaian persemester atau
penilaian tahunan.
20
c) Penilaian secara informal dilakaukan secara terus menerus dan
setiap saat atau setiap hari kerja.
5) Where (Di mana) lingkupnya adalah sebagai berikut:
a) Di tempat kerja (on the job appraisal). Pelaksanaan kinerja
dilakukan di tempat kerja karyawan yang bersangkutan atau di
tempat lain yang masih dalam lingkungan organisasinya
sendiri.
b) Di luar tempat kerja (off the job appraisal). Pelaksanaan
penilaian kinerja ini dilakukan di luar organisasi dengan cara
meminta bantuan konsultan.
d. Unsur-unsur Penilaian Kinerja
Unsur-unsur yang digunakan dalam penilaian kinerja karyawan
menurut (Hasibuan, 2008) adalah sebagai berikut:
1) Prestasi
Penilaian hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan karyawan.
2) Kedisiplinan
Penilaian disiplin dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada
dan melakukan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang diberikan
kepadanya.
3) Kreatifitas
21
Penilaian kemampuan karywan dalam mengembangkan kreatifitas
untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat bekerja lebih
berdaya guna dan berhasil guna.
4) Bekerja sama
Penilaian kesediaan karyawan berpartipasi dan bekerja sama
dengan karyawan lain secara vertikal atau horizontal di dalam
maupun di luar sehingga hasil pekerjaannya lebih baik.
5) Kecakapan
Penilaian dalam menyatukan dan melaraskan bermacam-macam
elemen yang terlibat dalam menyusun kebijaksanaan dan dalam
situasi manajemen.
6) Tanggung jawab
Penilaian kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan
prasarana
yang
digunakan,
serta
perilaku
pekerjaannya.
22
e. Indikator Kinerja
Chung & Meggincon dalam Sugiono 2011 mengemukakan
indikator variabel performance kerja meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Quatitiy of work
Quality of work
Job knowledge
Creativeness
Cooperation
Dependability
Initiative
Personal Qualitiesq
Moorhead mengemukakan indikator performance kerja (kinerja)
menurut Max Weber (Sugiyono, 2014) adalah sbb: Quantity, Quality,
Teamwork,
Innovation,
dan
Independence.
Chung/Megginson
mengemukakan indikator variabel performance kerja meliputi Quantity of
work, Quality of work, Job knowledgement, Creativeness, Cooperation,
Dependanbility, Initiative, dan Personal Qualities.
Di bawah ini adalah contoh dari beberapa variabel penilaian kinerja
dalam suatu organisasi . (Moeheriono, 2012)
23
Tabel 2.1 Variabel Penilaian Kinerja
Variabel
Hasil Kerja
Keterampilan Kerja
Pengetahuan Jabatan
(professional
knowledge)
Pengambilan
Keputusan
Kepemimpinan
Kerja Sama
Tanggung Jawab
Disiplin
Inisiatif
Komunikasi
Melayani (Service
Excellence)
Sikap (Attitude)
Pengertian
Pencapaian hasil kerja atau target
karyawan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
Kemampuan melaksanakan pekerjaan
berdasarkan juklak/juknis atau instruksi
dari atasan
Pengetahuan dan pemahaman prosedur
kerja, sistem, dokumen, sasaran sesuai
dengan ruang lingkup tugas dan jabatan
Kemampuan untuk mengambil
keputusan dan bertanggung jawab
terhadap keputusan sesuai ruang
lingkkuo tugas dan wewenangnya
Kemampuan memotivasi dan
memengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan
Kesediaan untuk berhubungan dan
bekerja sama dengan orang lain/jabatan
lain dalam kerangka menjalankan tugas
pekerjaan
Kesediaan melibatkan diri dalam
pekerjaan untuk mencapai tujuan unit
kerja maupun organisasi
Kesediaan untuk teratur dan tertib
dalam bekerja agar tidak menghambat
pelaksanaan tugas
Kemampuan membuat gagasangagasan atau ide baru di luar rutinitas
atau keberanian untuk mengambil
tindakan pada situasi yang kurang
menguntungkan
Kemampuan untuk mengomunikasikan
dan menyampaikan gagasan secara
tertulis/lisan dengan tata bahasa yang
baik
Kemampuan memenuhi kebutuhan
pelanggan dan memberikan pelayanan
sesuai keinginannya jika dikomplain
Kemampuan/tindakan sikapnya
terhadap perusahaan dan karyawan lain
serta kerja samanya
Sumber
Performance
Competency
Competency
Competency
Competency
Job Behavior
Job Behavior
Job Behavior
Job Behavior
Job Behavior
Job Behavior
Job Behavior
Sumber 1. Moeheriono (2012). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi.
24
Tabel 2.2 Contoh pengukuran kinerja yang dapat ditinjau dari beberapa aspek
hasil keluaran(outcome), aspek atribut, dan aspek sikap perilaku (behavior)
Aspek Penilaian
Pengetahuan
Tentang Pekerjaan
Kualitas Kerja
Produktivitas
Adaptasi dan
Fleksibilitas
Inisiatif dan
Pemecahan Masalah
Kooperatif dan
Kerja Sama
Tanggung Jawab
Kemampuan
Berkomunikasi dan
Berinteraksi
Manajemen atau
Kepemimpinan
Pengembangan dari
Bawahan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
Indikator
Memahami tugas dan tanggung jawab pekerjaan
Memiliki pengetahuan peraturan, prosedur, dan keahlian teknis
Menggunakan informasi, peralatan, teknik dengan tepat dan benar
Mengikuti perkembangan peraturan, prosedur teknis yang terbaru
Menunjukkan perhatian, detail, akurat, cermat, dan teliti
Mematuhi peraturan dan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
Membuat
keputusan
yang
berhubungan
dengan
pekerjaan,
mengembangkan solusi
Memahami dari keputusan yang diambil
Menyelesaikan tugas kerja yang diberikan secara konsisten
Menentukan dan mengatur prioritas kerja secara efektif
Menggunakan waktu dengan efisien
Memelihara tempat kerja teratur sesuai fungsinya
Menyesuaikan diri dengan segala perubahan dalam lingkungan pekerjaan
Menunjukkan hasil kerja yang baik meskipun di bawah tekanan
Mempelajari dan menguasai informasi peraturan, prosedur yang terbaru
Mempunyai inisiatif
Mempunyai ide tindakan dan solusi yang inovatif
Mencari tantangan baru, pengembangan diri dan kesempatan untuk belajar
Mengantisipasi dan memahami masalah yang mungkin dapat terjadi
Membuat solusi alternative pada saat memecahkan masalah
Memelihara hubungan kerja yang efektif
Dapat bekerja sama dalam tim
Memberikan bantuan dan dukungan kepada orang lain
Mengakui kesalahan sendiri dan mau belajar dari kesalahan tersebut
Hadir secara rutin dan tepat waktu
Mengikuti instruksi-instruksi
Bekerja secara mandiri
Menyelesaikan tugas dan memenuhi tanggung jawab sesuai dengan batas
waktu yang ditentukan
Dapat berkomunikasi denga jelas dan tepat secara lisan dan tulisan
Selalu memberikan informasi kepada orang lain
Dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain dan berbagai jenis
pekerjaan
Memelihara sikap yang baik dan profesional dalam segala hubungan
antarindividu
Mampu memberikan intruksi/perintah
Mampu membagi tugas pekerjaan kepada bawahan
Mampu membangun kerja kelompok
Mampu memotivasi karyawan
Mampu memberikan feedback secara tegas
Mampu mengendalaikan bawahan
Memberikan dorongan kepada bawahan untuk dapat mengembangakan diri
secara profesional
Memberikan masukan dan bimbingan yang tepat kepada bawahan
Memberikan massukan yang bersifat membangun
Mengembangkan kemampuan bawahan dan sumber lain.
25
4. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Salah seorang ahli, Wayne F. Cascio mendefinisikan motivasi
sebagai “a force that results from an individual’s desire to satisfy there
needs (e.g. hunger, thirst, and social approval).” (Umar, 2005)
Teori Motivasi dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu
Teori Kepuasan (Content Theory) dan Teori Proses (Process Theory).
1) Teori Motivasi Kepuasan
Teori ini mencoba mencari tahu tentang kebutuhan apa
yang dapat memuaskan sesorang dan mendorong semangat kerja
seseorang. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang
diinginkan, maka semakin giat seseorang untuk bekerja. Teori ini
yang terkenal antara lain:
a. Teori Motivasi Klasik dari Taylor, menyatakan bahwa
motivasi pekerja hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan
kepuasan biologis saja, yaitu mempertahankan kelangsungan
hidup.
b. Teori Hierarki Kebutuhan (Need Hierarchy) dari Maslow,
menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan pekerja identik
dengan kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materil
dan nonmateril. Bahwa kebutuhan manusia tidak akan pernah
ada habisnya dan selalu tak terbatas seperti berjenjang.
26
c. Teori Dua Faktor (Two Factors) dari Hezberg, menyatakan
bahwa pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi
oleh dua faktor utama yang merupakan kebutuhan, yaitu faktor
pemeliharaan
(maintance
factors)
dan
faktor
motivasi
(motivation factors).
d. Teori Motivasi Prestasi (Achievement Motivation) dari Mc.
Clelland, menyatakan bahwa seorang pekerja memiliki energi
potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung pada dorongan
motivasi, situasi, dan peluang yang ada.
e. Teori ERG (Existence, Relatedness, and Growth) dari Alderfer
yang merupakan penyempurnaan teori dari yang dikemukakan
oleh Abraham Maslow dan menurut pada ahli dianggap lebih
mendekati keadaan yang sebenarnya menurut data empiris.
2) Teori Motivasi Proses
Daya
penggerak
yang
memotivasi
semangat
kerja
terkandung dari harapan yang akan diperoleh. Jadi ketika harapan
menjadi kenyataan, hal tersebut akan membuat pekerja cenderung
meningkatkan kualitas kerjanya dan sebaliknya. Teori yang cukup
terkenal antara lain:
a) Teori Harapan (Expectancy Theory) dari Vroom yang
menyatakan bahwa seseorang bekerja untuk merealisasikan
harapan-harapan dari pekerjaannya. Didasarkan pada 3
27
komponen yaitu harapan, nilai (valence), dan pertautan
(instrumentality).
b) Teori Penetapan Tujuan (Goal Settiing Theory) dari Edwin
Locke yang menjelaskan bahwa dalam penetapan tujuan
memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni tujuan
mengarahkan perhatian, tujuan mengatur upaya, tujuan
meningkatkan persistensi, dan tujuan menunjang strategi dan
rencana kegiatan.
c) Reinforcement Theory oleh Skinner yang didasarkan atas
“hukum pengaruh”. Tingkah laku dengan konsekuensi positif
cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan
konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
Dari teori di atas intinya motivasi adalah apa yang menjadi
dasar atas suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan apa yang
diinginkan.
b. Indikator Motivasi
Edward Murray (Mangkunegara, 2009) menyatakan bahwa
karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah
sebagai berikut:
1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya
2) Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan
28
3) Menyelesaikan
tugas-tugas
yang
memerlukan
usaha
dan
keterampilan
4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang
tertentu
5) Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan
6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti
7) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.
Seorang yang termotivasi biasanya bersifat enerjik dan
bersemangat dalam mengerjakan sesuatu secara konsisten dan aktif
mencari peran dengan tanggung jawab yang lebih besar. Tidak takut
menghadapi tantangan. (Mangkuprawira & Hubeis, 2007).
Seorang atau beberapa karyawan dalam tim yang motivasinya
tinggi dapat membangkitkan semangat rekan-rekan lainnya dan
membawanya ke arah prestasi yang semakin tinggi. Sebaliknya para
karyawan yang motivasinya kurang akan sering menampilkan rasa
tidak senang akan tugas-tugas dan tujuannya serta cenderung masa
bodoh.
Akibatnya, kinerja
mereka
menjadi buruk dan sering
melepaskan tanggung jawabnya. Mereka umumnya datang terlambat
atau tidak masuk kerja. Mereka kerap membesar-besarkan masalah
kecil dan sebagai konsekuensinya akan sulit mengatasi perubahanperubahan yang terjadi. Kemorosotan motivasi bagai suatu infeksi
29
yang sulit disembuhkan. Sehubungan dengan itu manajemen
menengah puncak perlu membuat beberapa kondisi prinsip-prinsip
dasar penerapan strategi pemotivasian karyawan :
1) Penerapan kesepadanan kondisi karyawan dengan keahliannya.
Karyawan yang merasa cocok dengan posisi pekerjaannya akan
lebih merasa puas daripada kalau mendapat beban berlebihan atau
jika pekerjaannya tidak cocok dengan latar belakang keahliannya.
2) Perumusan konsep bekerja dengan tujuan yang jelas. Tujuan yang
ingin ditetapkan harus dapat dikelola, dilaksanakan dan dicapai
karyawan. Untuk itu para karyawan seharusnya mengetahui persis
apa yang dapat diharapkan dari tujuan tersebut. Dengan demikian
biasanya karyawan akan termotivasi dalam bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tersebut.
3) Pemberian penghargaan. Penghargaan tidak selalu dalam bentuk
uang. Pada tahap tertentu uang bukan segalanya dalam memotivasi
karyawan untuk bekerja dengan baik. Untuk itu perlu dicari bentuk
lain, misalnya pengembangan karir yang jelas dan pemberian
otonomi.
4) Penciptaan lingkungan kerja yang nyaman. Lingkungan kerja
yang nyaman tidak saja dicirikan fasilitas kerja fisik (suhu
ruangan, alat kerja, kursi-meja kerja, dsb) tetapi juga non-fisik
seperti manajemen kepemimpinan yang partisipatif dan hubungan
sosial antarkaryawan. Di samping itu diperlukan komunikasi
30
horisontal dan vertikal yang tidak kaku dibatasi oleh status atau
posisi pekerjaan.
Disiplin
Menurut (Handoko, 2008), Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk
menjalankan standar-standar organisasional. Ada dua tipe kegiatan
kedisiplinan, yaitu preventif dan korektif.
1) Disiplin Preventif
Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para
karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga
penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya
adalah untuk mendorong disiplin diri di anrata para karyawan.
Untuk mencapai tujuan ini, beberapa metode yang perlu
dilakukan adalah:
a) Pegawai mengetahui serta memahami standar
b) Standar yang ada harus jelas
c) Melibatkan pegawai dalam menyusun standar
d) Standar atau aturan dinyatakan secara positif bukan negatif.
e) Dilakaukan secara komprehensif, yaitu melibatkan semua
elemen yang ada yang terkait dalam organisasi(terpadu).
31
2) Disiplin Korektif
Adalah
pelanggaran
kegiatan
terhadap
yang
diambil
aturan-aturan
dan
untuk
menangani
mencoba
untuk
menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Sebagai contoh,
tindakan pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing.
Untuk mencapai tujuan ini, beberapa metode yang perlu
dilakukan adalah:
a) Bersifat mendidik, artinya mengakibatkan terjadinya perubahan
perilaku, dengan cara bahwa tindakan indisipliner harus
menunjukkan konsekuensi yang tidak baik bagi diri sendiri,
yang biasanya tidak diinginkan oleh seseorang, dan segera
dilakukan untuk menunjukkan adanya kaitan langsung antara
pelanggaran dengan akibatnya.
b) Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang
sering disebut dengan tindakan disiplin progesif, yaitu
pengulangan kesalahan yang sama akan mengakibatkan
hukuman yang lebih bberat.
5. Kepemimpinan
Menurut Sarros dan Butchatsky, istilah ini dapat didefinisikan
sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi
aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang
dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan
32
menurut Anderson , “leadership means using power to influence the
thoughts and actions of others in such a way that achieve high
performance”.
Brahmasari
dan
Suprayetno
dalam
(Andiyanto,
2011)
mengemukakan bahwa kepemimpinan atau leadership merupakan suatu
proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang
akan dikehendaki. Masih pada sumber yang sama, Suharto dan Cahyono
mengemukakan bahwa untuk mengelola dan mengendalikan berbagai
fungsi subsistem dalam organisasi agar tetap konsisten dengan tujuan
organisasi dibutuhkan seorang pemimpin karena pemimpin merupakan
bagian penting dalam peningkatan kinerja para pegawai.
Karena itu, pemimpin yang baik harus mampu mengontrol dan
mengendalikan organisasi salah satunya dengan memperhatikan serta
merumuskan cara yang tepat untuk meningkatkan kinerja bawahan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa
implikasi, antara lain:
A.
Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para
karyawan atau bawahan (followers). Tanpa adanya karyawan atau
bawahan, tidak akan ada pimpinan.
B.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan
kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya
untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
33
C.
Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri
(integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion),
pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan
keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang
lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain
(communication) dalam membangun organisasi.
6. Lingkungan Kerja
a. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja organisasi mencakup lingkungan fisik
maupun nonfisik. (Hemsath & Yerkes, 2006). Faktor lingkungan kerja
bisa berupa kondisi fisik kantor yang meliputi penerangan, suhu udara,
dll yang mampu meningkatkan suasana kondusif dan semangat kerja
serta berpengaruh terhadap kinerja pegawai dijelaskan Sedarmayanti
dalam (Dhermawan, Sudibya, & Utama, 2012).
Menurut (Mangkunegara, 2009) lingkungan kerja meliputi
uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang
menantang, pola komunikasi, hubungan kerja yang harmonis, iklim
kerja yang dinamis, peluang karir, dan fasilitas kerja yang memadai.
Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan
kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat
bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau
tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya
34
saat bekerja. Lingkungan kerja sangatlah perlu untuk diperhatikan
karena merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
kinerja karyawan.
b. Indikator Lingkungan Kerja
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai
apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat,
aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat
akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkunganlingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan
waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya
rencangan sistem kerja yang efisien.
Terdapat dua jenis lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja
fisik dan lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik merupakan
lingkungan atau kondisi tempat kerja yang dapat mempengaruhi atau
meningkatkan efesiensi kerja, di antaranya adalah:
1) Tata ruang kerja yang tepat
2) Cahaya dalam ruangan yang tepat
3) Suhu dan kelembapan udara yang tepat
4) Suara yang tidak mengganggu konsentrasi kerja
35
Sedangkan menurut Moekijat, lingkungan kerja non fisik
adalah segala sesuatu yang berhubungan dan mempunyai kekuatan
serta mempunyai pengaruh terhadap jiwa karyawan, meliputi:
1) Suasana kerja dalam perusahaan
Suasana dalam perusahaan merupakan pendukung dalam
kelancaran pekerjaan perusahaan. Dengan suasana kerja yang baik
dapat menimbulkan semangat kerja karyawan. Suasana dalam
perusahaan yang baik dapat dilihat dari hubungan antara atasan
dengan bawahan atau sebaliknya. Dengan adanya hubungan yang
baik, maka dapat menimbulkan saling pengertian antara pimpinan
dengan karyawan serta dapat menumbuhkan motivasi kerja
karyawan itu sendiri.
2) Keamanan kerja karyawan
Rasa aman akan menimbulkan ketenangan, dan ketenangan itu
akan mendorong motivasi kerja karyawan sehingga kinerja menjadi
baik. Rasa aman di sini meliputi diri pribadi maupun luar pribadi.
Kaitan dengan diri pribadi adalah menyangkut keselamatan selama
bekerja dan terjaminnya karyawan dalam memperoleh pekerjaan
dan jabatan dalam perusahaan, selama ia melaksanakan tugasnya
dengan prestasi kerja yang memuaskan. Sedangkan rasa aman dari
luar pribadi adalah terjaminnya milik karyawan dari adanya
perusakan dan pencurian.
36
7. Beban Kerja
a. Pengertian Beban Kerja
(Kusnadi, 2014) menyatakan bahwa beban kerja adalah kondisi
yang muncul dari hubungan tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja,
keterampilan, perilaku dan persepsi para pekerja. Beban kerja yang
berlebihan pada karyawan akan dapat memicu timbulnya stress.
Karyawan yang mengalami stress memungkinkan mereka untuk tidak
menunjukkan performa kinerja yang baik.
Ashfort (Kusnadi, 2014) menyatakan bahwa beban kerja adalah
penyebab stress yang signifikan yang memunculkan jenis reaksi
psikologi yang merusak dan menumbuhkan gejala burnout. Menurut
Menpan (Dhania, 2010), pengertian beban kerja adalah sekumpulan
atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja
adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau
unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan
norma waktu.
Dengan demikian pengertian beban kerja adalah sebuah proses
yang dilakukan oleh seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas suatu
pekerjaan atau kelompok jabatan yang dilaksanakan dalam keadaan
normal dalam suatu jangka waktu tertentu.
37
Beban kerja akan dirasakan berbeda oleh setiap orang jika tidak
ada standar yang sama untuk mengukurnya. Perusahaan menilai bahwa
perusahaan bisa memanfaatkan kapasitas yang cukup besar untuk
pemanfaatan karyawan tidak tetap guna melakukan penghantaran
dalam jumlah yang lebih banyak dari karyawan tetap sebelumnya. Hal
ini bisa saja menjadi salah satu pengaruh mengapa ada perbedaan
kinerja di antara keduanya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja dalam penelitian
Aminah Soleman (Jurnal Arika, 2011:85) adalah sebagai berikut :
1) Faktor eksternal
Beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti:
a) Tugas (Task). Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun
kerja, tata ruang tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi
lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang
diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi,
tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan
sebagainya.
b) Organisasi Kerja. Meliputi lamanya waktu kerja, waktu
istirahat, shift kerja, sistem kerja dan sebagainya.
c) Lingkungan Kerja. Lingkungan kerja ini dapat memberikan
beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik,
38
lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan
lingkungan kerja psikologis.
2) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh
akibat dari reaksi beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai
stresor, meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,
status gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya), dan faktor psikis
(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan
sebagainya).
Dari faktor-faktor tersebut dapat diperoleh indikator-indikator
dari variabel beban kerja sebagai berikut :
1) Faktor eksternal
1. Tugas-tugas yang bersifat fisik (sikap kerja)
2. Tugas-tugas
yang
bersifat
mental
(tanggung
jawab,
kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya)
3. Waktu kerja dan waktu istirahat
4. Kerja secara bergilir
5. Pelimpahan tugas dan wewenang
2) Faktor internal
a) Faktor somatis (kondisi kesehatan)
b) Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan
sebagainya)
39
8. Literatur Jurnal dengan Permasalahan Sejenis
Jurnal pertama yang diteliti oleh Nurhidayati, Yuli Budiati, dan
Witjaksono E.H., dosen Fakultas Ekonomi FMIPA UNDIP ; 2011, dengan
judul penelitian Perbedaan Kinerja Karyawan Tetap dan Kontrak Pada
FMIPA UNDIP menggunakan metode Mean Whitney dengan kesimpulan
penelitian tidak ada perbedaan pada semua variabel kinerja karyawan yang
terdiri dari semangat kerja, pelaksanaan tugas, keterbukaan, kerja sama
dengan tim, keluwesan, keramahan, kesabaran, loyalitas, semangat kerja,
pemahaman, hubungan dengan rekan kerja, kerapihan kerja, tanggung
jawab. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Kemampuan
karyawan sama, Perilaku atasan tidak membedakan, Lingkungan kerja
mendukung, dan Budaya Organisasi yang baik.
Penelitian kedua yang diteliti oleh Monica Theodora B, mahasiswa
FISIP USU; 2008, dengan judul penelitian Analisis Perbandingan Kinerja
Antara Pegawai Tetap dengan Karyawan Outsoursing, Studi Kasus pada
PLN Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh, dan
Riau di Medan menggunakan rumus Chi-Square dengan hasil penelitian
terdapat perbedaan kinerja antara karyawan dengan pegawai tetap. Hal ini
diakibatkan oleh selain adanya perbedaan status kerja karyawan dalam
perusahaan juga terdapat perbedaan kondisi kerja yang dialami oleh
karyawan outsourcing jika dibandingkan dengan pegawai tetap.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ayu Rahmania Firdausi,
mahasiswa FE Universitas Jember; 2014, dengan judul penelitian Analisis
40
Perbedaan Kinerja Antara Karyawan Tetap dan Karyawan Kontrak Pada
PT Lamipak Primula Indonesia menggunakan alat uji Independent Sample
t-test. Hasil penelitian menyimpulkan tidak terdapat perbedaan kinerja
antara karyawan tetap dengan karyawan kontrak.
Penelitian berikutnya oleh Arisman Sahat Saputra mahasiswa FE
Universitas Atma Jaya Yogyakarta; 2010, dengan judul penelitian Analisis
Perbedaan Motivasi Kerja Karyawan Tetap dan Karyawan Kontrak studi
kasus pada karyawan Hotel Sahid Raya Yogyakarta menggunakan metode
penelitian telaah kajian pustaka, kuisioner, dan analisis data menggunaakn
analisis persentase, analisis rata-rata hitung (arithmatic mean) dan uji t test
dengan kesimpulan penelitian terdapat perbedaan signifikan motivasi kerja
karyawan tetap dan karyawan kontrak yang bekerja di Hotel Sahid Raya
Yogyakarta berdasarkan kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Dengan adanya perbedaan dan gap kesimpulan penelitian
mengenai perbandingan antara karyawan tetap dan karyawan tidak tetap
atau kontrak yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, semakin meyakinkan
peneliti untuk melakukan penelitian ini dan mencari tahu apakah ada
perbedaan terhadap kinerja karyawan kontrak dan karyawan tetap pada
perusahaan tempat penelitian.
41
B. Rerangka Pemikiran
Rerangka berfikir diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan
jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab oleh penelitian, teori
yang digunakan unutk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan
teknik analisis statistik yang akan digunakan. (Sugiyono, 2014)
Karyawan tetap dan karyawan tidak tetap memiliki posisi yang sama
yaitu sebagai penggerak dari suatu organisasi perusahaan. Kecenderungan
yang terjadi adalah adanya persepsi bahwa kinerja karyawan yang berbeda
status akan berbeda pula. Kinerja karyawan dapat diukur oleh perusahaan
berdasarkan berbagai cara dan disandarkan pada acuan variabel tertentu.
Pada penelitian ini, perbandingan kinerja antara karyawan tetap dan
tidak
tetap
dilihat
berdasarkan
motivasi
kerja,
lingkungan
kerja,
kepemimpinan, dan beban kerja yang secara langsung dapat memengaruhi
kinerja kerja dari karyawan.
Dengan uji komparasi menggunakan Uji Mann-Whitney diharapkan
peneliti bisa mendapatkan hasil atau simpulan ada atau tidaknya perbedaan di
antara keduanya.
42
Gambar dari rerangka penelitian bisa dilihat sebagai berikut:
Perbandingan
Kinerja
Berdasarkan:




Karyawan
Tetap
Karyawan
Tidak Tetap
Motivasi kerja
Kepemimpinan
Lingkungan Kerja
Beban Kerja
Uji Mann Whitney
Gambar 2.1 Rerangka Penelitian
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementaran terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar
dan
mungkin
salah.
Hipotesis
akan
diterima
apabila
fakta-fakta
mendukungnya dan akan ditolak jika sebaliknya.
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka hipotesis yang dapat
disampaikan dalam penelitian ini adalah :
1) Ho1
: Tidak terdapat perbedaan pengaruh motivasi pada kinerja antara
karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
43
Ha1
: Terdapat perbedaan pengaruh motivasi pada kinerja antara
karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
2) Ho2
: Tidak terdapat perbedaan pengaruh kepemimpinan pada kinerja
antara karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
Ha2
: Terdapat perbedaan pengaruh kepemimpinan pada kinerja antara
karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
3) Ho3
: Tidak terdapat pengaruh lingkungan kerja pada kinerja antara
karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
Ha3
: Terdapat perbedaan pengaruh lingkungan kerja pada kinerja
antara karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
4) Ho4
: Tidak terdapat perbedaan pengaruh beban kerja pada kinerja
antara karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
Ha4
: Terdapat perbedaan pengaruh beban kerja pada kinerja antara
karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
Download