pengaruh modal sosial relasional da

advertisement
155
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Keseluruhan tahap pada penelitian dengan judul “pengaruh modal sosial
relasional dan faktor teknologi terhadap proses berbagi pengetahuan” ini telah
dilaksanakan, diawali dengan penyusunan proposal penelitian, penyusunan
instrument penelitian, uji instrument penelitian, pengumpulan data, hingga
pengolahan dan analisis data.
Dari hasil analisis data, mengacu pada hipotesis penelitian, dapat dibuat
kesimpulan hasil penelitian, sebagai berikut :
1.
Modal sosial relasional mempunyai pengaruh terhadap proses berbagi
pengetahuan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan, yaitu “terdapat
pengaruh modal sosial relasional terhadap proses berbagi pengetahuan” dapat
diterima.
Hasil tersebut dibuktikan dengan hasil uji statistik, dari uji pengaruh variable
secara parsial (uji t), diketahui bahwa nilai thitung > ttabel, yaitu 7,381 > 1,974
dengan tingkat kepecayaan 95%. Pengaruh modal sosial relasional secara
parsial terhadap proses berbagi pengetahuan sebesar 24,1%, sisanya sebesar
75,9% dipengaruhi oleh faktor lain.
Dimensi identifikasi pada variabel modal sosial relasional mempunyai
hubungan yang lebih erat dengan dimensi kombinasi pada variabel proses
berbagi pengetahuan, khususnya pada rasa saling keterkaitan kebutuhan
diantara
anggota
komunitas
online
dengan
keinginan
pengetahuan bersama tentang kegiatan berpariwisata.
membangun
156
2.
Faktor teknologi mempunyai pengaruh terhadap proses berbagi pengetahuan.
Dengan demikian, hipotesis yang diajukan, yaitu “terdapat pengaruh faktor
teknologi terhadap proses berbagi pengetahuan” dapat diterima.
Hasil tersebut dibuktikan dengan hasil uji statistik, dari uji pengaruh variable
secara parsial (uji t), diketahui bahwa nilai thitung > ttabel, yaitu 8,750 > 1,974
dengan tingkat kepecayaan 95%. Pengaruh faktor teknologi secara parsial
terhadap proses berbagi pengetahuan 31%, sisanya sebesar 69% dipengaruhi
oleh faktor lain.
Dimensi konten website pada variabel faktor teknologi mempunyai hubungan
lebih erat dengan dimensi internalisasi pada proses berbagi pengetahuan,
khususnya ketersediaan pengetahuan pada website dengan kegiatan
membagikan kembali pengetahuan hasil dari pemahaman saat terjadinya
diskusi pada forum online.
3.
Modal sosial relasional dan faktor teknologi secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap proses berbagi pengetahuan. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan, yaitu “terdapat pengaruh modal sosial
relasional
bersama-sama
faktor
teknologi
terhadap
proses
berbagi
pengetahuan pada komunitas Backpacker Indonesia” dapat diterima.
Hasil tersebut dibuktikan dengan hasil uji statistik, dari uji signifikansi
simultan (F) nilai Fhitung > Ftabel, yaitu 50,650 > 3,05 dengan taraf signifikansi
0.000 < 0.05.
Faktor teknologi mempunyai pengaruh lebih besar dari pada modal sosial
relasional terhadap proses berbagi pengetahuan. Dimensi konten website pada
157
faktor teknologi, merupakan dimensi yang paling erat hubungannya dengan
pada proses berbagi pengetahuan khususnya pada fase internalisasi.
Anggota komunitas online BPI bersedia berbagi pengetahuan untuk
menciptakan pengetahuan bersama setelah mereka merasa teridentifikasi dengan
komunitasnya khususnya saat para anggota merasa mempunyai keterkaitan
kebutuhan diantara sesama anggota komunitas. Didukung oleh konten yang ada
pada website, para anggota komunitas melakukan proses internalisasi, yaitu
belajar membuat rencana perjalanan, melakukan perjalanan dan menuliskan
kembali pengetahuan hasil perjalanan pada website BPI sebagai bentuk
pengetahuan baru.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian
ini, berikut saran yang diharapkan dapat menjadi masukkan bagi pengelola
website, pengelola sektor pariwisata serta akademisi:
5.2.1. Saran Akademis
1. Secara konseptual, dari hasil penelitian diketahui terdapat hubungan dan
pengaruh antara modal sosial relasional dan faktor teknologi terhadap proses
berbagi pengetahuan dengan tingkat hubungan yang rendah dan kontribusi
dibawah 25%. Merujuk pada hasil pembahasan dan berdasarkan penelitian
sebelumnya teridentifikasi terdapat beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi terjadinya proses berbagi pengetahuan pada komunitas online,
158
yaitu motivasi, kompetensi serta masa keanggotaan. Untuk mengembangkan
konsep dalam penelitian selanjutnya, maka faktor-faktor tersebut dapat
ditambahkan sebagai variable penelitian.
2. Secara metodologi, pertama keterbatasan penelitian ini adalah mengenai
metode pengumpulan data. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan
secara cross-sectional. Kelemahan pendekatan cross-sectional adalah hasil
penelitian tidak dapat memberikan informasi hasil yang maksimal tentang
bagaimana modal sosial relasional berkembang dari waktu ke waktu dalam
sebuah komunitas online. Saran untuk penelitian selanjutnya, penelitian dapat
dilakukan dengan pendekatan longitudinal agar dapat membandingkan
perkembangan modal sosial relasional dari waktu ke waktu. Kedua, jumlah
sampel dalam penelitian ini masih terbatas dan mayoritas sampel merupakan
anggota dengan keaktifan pada level awal. Untuk membandingkan hasil
penelitian, rekomendasi penelitian selanjutnya, yaitu dengan meningkatkan
jumlah sampel dengan level keaktifan yang lebih beragam.
5.2.2. Saran Praktis
1.
Pengaruh modal sosial relasional terhadap proses berbagi pengetahuan
persentasenya dibawah 25%. Sejalan dengan teori kesempurnaan media
(media richness), temuan dari penelitian ini menunjukkan pertemuan offline
masih diperlukan mengingat pengetahuan yang dibutuhkan khususnya
produk-produk pariwisata merupakan pengetahuan yang kompleks dan
beresiko tinggi. Untuk itu, pengelola komunitas online hendaknya
meningkatkan kegiatan pertemuan secara offline bagi anggota komunitas.
159
2.
Konten
website
dan
identifikasi
merupakan
faktor
penting
yang
mempengaruhi anggota komunitas online dalam berbagi pengetahuan.
Kecukupan dan kebaruan konten website, perlu mendapat perhatian khusus
dari pengelola website mengingat konten website merupakan faktor paling
penting yang mempengaruhi proses berbagi pengetahuan pada komunitas
online. Demikian pula dengan upaya-upaya yang dapat mempercepat proses
identifikasi serta menjaga rasa teridentifikasinya para anggota komunitas
harus menjadi perhatian dari pengelola komunitas online. Dengan
teridentifikasinya anggota didukung kecukupan konten pada website dapat
mendorong terjadinya proses berbagi pengetahuan pada komunitas online.
3.
Komunitas online Backpacker Indonesia merupakan komunitas online
traveler yang aktif dan sangat potensial untuk membantu tumbuh
kembangnya industri pariwisata di Indonesia. Para pengelola sektor
pariwisata baik pemerintah maupun swasta, dapat merancang strategi
komunikasi pemasaran melalui social networking dengan menggandeng
komunitas online. Para anggota komunitas online dapat membantu
mensosialisasikan dan mempromosikan sektor-sektor pariwisata yang ada di
Indonesia.
Karena kurangnya kepentingan komersial terkait dengan rekomendasi word
of mouth dari sesama anggota komunitas online untuk berpariwisata,
membuat traveler cenderung lebih mempercayai rekomendasi word of mouth
dari sesama anggota komunitas online daripada dari sumber-sumber
komersial seperti agen perjalanan.
160
1
Komunitas offline adalah komunitas yang disatukan oleh kepentingan ekonomi
atau kebutuhan akan perlindungan bersama (Wood & Smith, 2005 : 124)
2
Komunitas online adalah komunitas yang disatukan oleh keinginan untuk
pertemanan, berdiskusi tentang hal-hal baru, memperoleh informasi, berbagi
pengetahuan, menerima empati dari orang lain yang mempunyai pemikiran
yang sama, dan memperoleh dukungan untuk mengatasi masalah (Preece, 2000
: 34).
3
Komunitas traveler menurut Goeldner & Ritchie (2012 : 249) merupakan
sekelompok orang biasanya terbentuk berdasarkan ketertarikan yang sama
(bisa jadi hanya mengenai pariwisata), yang membentuk komunitasnya untuk
keuntungan anggotanya satu sama lain
4
Media sosial adalah bentuk komunikasi elektronik di mana pengguna yang
tergabung dalam komunitas online berbagi informasi, ide, pesan pribadi, video
dan konten lainnya (Edosomwan, Prakasan, Kouame, Watson, Seymour, 2011
: 1). Sedangkan menurut McCann (2008 : 10) media sosial adalah aplikasi
online, platform dan media yang bertujuan untuk memfasilitasi interaksi,
kolaborasi dan berbagi konten.
5
Blogs atau blogging merupakan salah satu tipe dari website atau situs, yang
biasanya “diasuh” secara individual dengan catatan-catatan berupa komentar,
deskripsi peristiwa, ataupun materi lain yang dapat berupa gambar-gambar dan
video. Beberapa platforms blog yang cukup populer adalah, Blogger,
WordPress, dan Tumblr. Melalui blog seseorang dapat mengekspresikan diri
mereka mengenai berbagai topik dan minat yang dituangkan melalui opini,
pokok pikiran, cerita pengalaman, dan sebagainya (Van der Merwee, 2010,
http://www.virtualprojectconsulting.com/11-key-social-media-tools/
dalam
Aisyah, 2013).
Micro-blogging adalah salah satu perangkat media sosial dengan karakteristik
penulisan konten yang relatif singkat. Salah satu contoh micro-blogging yang
paling berkembang saat ini adalah Twitter.com (Van der Merwee, 20
http://www.virtualprojectconsulting.com/11-key-social-media-tools/
dalam
Aisyah, 2013 ).
RSS merupakan singkatan dari Really Simple Syndication, digunakan oleh
pengguna Internet untuk berlangganan berbagai website, blog, atau bagian
didalam website yang menarik bagi mereka dengan menggunakan umpan web
(RSS feeds) (Van der Merwee, 2010, http:// www.virtualprojectconsulting.
com/ 11-key-social-media-tools/ dalam Aisyah, 2013).
Widgets, juga sering disebut wikis. Yaitu perangkat kolaboratif yang
sederhana, digunakan untuk mengunggah, mengubah, maupun menghapus
konten dalam situs. Salah satu contoh dapat dilihat pada sebuah situs
ensiklopedia online, Wikipedia (Van der Merwee, 2010, http://www.virtual
projectconsulting.com/ 11-key-social-media-tools/ dalam Aisyah, 2013).
161
Social Networking, menurut Boyd dan Ellison (2007) merupakan platforms
yang menyediakan serangkaian aplikasi bagi penggunanya untuk menciptakan
profil publik maupun semi publik didalam sebuah sistem komunitas yang
saling mengenal satu sama lain atau yang memiliki ketertarikan yang sama.
Platforms ini memungkinkan pengguna untuk menciptakan jaringan dalam
komunitas online. Beberapa contoh social networking yang paling berkembang
adalah Facebook dan Myspace, serta situs yang berisikan pengguna dengan
ketertarikan yang sama dapat dilihat pada Tripadvisor, dan Travellerspoint,
yaitu situs-situs pertemanan yang terkait dengan sektor pariwisata (Van der
Merwee, 2010, http://www.virtualprojectconsulting.com/11-key-social-mediatools/ dalam Aisyah, 2013).
Chat Rooms, menurut OCDE (2005) adalah sebuah ruang maya, dua atau lebih
pengguna Internet dapat berkomunikasi secara real time, dalam bentuk yang
paling umum yaitu dengan menggunakan teks. Setelah seseorang mengetikkan
informasi, yang lain dapat menerima informasi tersebut secara instan. Contoh
chat rooms adalah Yahoo chat room, MSN chat room, Google chat room, dan
lain-lain (Van der Merwee, 2010, http://www. virtualprojectconsulting.com/11key-social-media-tools/ dalam Aisyah, 2013).
Message Boards, merupakan situs diskusi online, berbagai topik disebarkan
dan diperbincangkan. Message Boards juga dapat disebut sebagai forum atau
kelompok diskusi. Salah satu contoh forum yang didalamnya kental dengan
topik pariwisata adalah forum Lonely Planet (Van der Merwee, 2010,
http://www.virtualprojectconsulting.com/11-key-social-media-tools/
dalam
Aisyah, 2013).
Podcasts, adalah serangkaian data-data digital komputer, biasanya berbentuk
audio maupun visual yang dikeluarkan secara teratur dan dapat diunduh
melalui web syndication (Van der Merwee, 2010, http://www.virtualproject
consulting.com/11-key-social-media-tools/ dalam Aisyah, 2013).
Video Sharing dan Photo Sharing Platforms, menurut Ensiklopedia PC
Magazine (2009) merupakan platforms, pengguna dapat mengunggah,
menyimpan, dan membagikannya kepada pengguna lain. Contoh dari video
sharing platform yang cukup dikenal didunia adalah Youtube, dan contoh
photo sharing : Picasa, Flirk, dan yang terbaru adalah Instagram (Van der
Merwee, 2010, http://www.virtualprojectconsulting.com/11-key-social-mediatools/ dalam Aisyah, 2013).
6
Backpacker adalah pelaku perjalanan yang berusia antara 20 sampai 24, dapat
juga berkisar 15-60 tahun, cenderung
memperhitungkan biaya dalam
merancang kegiatannya, jadwal perjalanan dirancang secara independen dan
fleksibel, waktu perjalanan yang lebih panjang, perjalanan bersifat informal,
mempunyai motivasi untuk bertemu dengan traveler lain, dan senang
berinteraksi dengan masyarakat lokal, (Nash, et. al, 2006 : 526)
7
Modal Sosial merupakan sumber daya dalam komunitas yang dibangun dari
tindakan pro-sosial oleh para anggota komunitas dan digunakan sebagai
162
landasan untuk bekerja sama yang saling menguntungkan sehingga
memungkinkan terciptanya sumber daya baru.
8
Pro-sosial merupakan tindakan menolong orang lain sehingga orang lain
memperoleh keuntungan, dan pihak yang menolong tidak berekspektasi untuk
mendapat keuntungan langsung dari orang yang diberi pertolongan tersebut
atau disebut efek timbal balik tidak langsung (Baron & Byrne, 2003).
Download