Analisis Hubungan Struktur Pasar Industri Perbankan Dengan Tingkat Suku Bunga dan Kinerja Perbankan Indonesia selama tahun 2005-2009 (Studi Kasus pada Bank Umum) Tauresto Yogo Utomo Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma ABSTRACT Concentration of concentration of certain assets by a group of banks showed that the bank as one of the actors in the market faces a high level of competition. The dominance of large banks in determining interest rates is still very dominant. An increase in interest rates at major banks will soon be followed by other small banks. This is the background for the purpose of this study, namely: 1) To determine how the market structure of the banking industry, when seen from the asset market konsentasi four largest banks during the period 2005-2009; 2) To determine whether the market structure of the banking industry has a relationship interest rates (lending rates for working capital, investment credit interest rate, interest rate consumer loans, deposit rates, savings rates); 3) To determine whether the market structure of the banking industry has a banking relationship with performance (LDR, CAR, BOPO , ROA,NIM). Results showed In the period 2005 to 2009, the average concentration ratio of the banking industry amounted to 45.25 percent. Based on the concentration ratio proposed by Joe S. Bain, the Indonesian banking industry market structure can be classified as type IV oligopoly which means the type of oligopoly with a moderate concentration level is low. Correlation test at α = 5% (two tailed) shows that the banking market structure (CR4) at the rate of working capital, investment rates, consumption rates did not have a real relationship (significant). While the correlation between banking market structure (CR4) with the deposit rate and savings rate have a significant relationship with a correlation coefficient of -0.308, respectively, and 0.347. In addition, the correlation test results showed that the banking market structure (CR4) with ROA, ROA, NIM does not have a significant relationship. While the correlation between banking market structure (CR4) with LDR and CAR have a significant relationship with a correlation coefficient of -0.667, respectively, and0.277. Keywords: Market Structure (CR4), Interest Rates, Banking Performance ABSTRAK Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan. Setiap perusahaan memiliki suatu struktur pada masing-masing keadaan tertentu. Terpusatnya konsentrasi aset oleh sekelompok bank tertentu menunjukkan bahwa bank sebagai salah satu pelaku dalam pasar menghadapi tingkat persaingan yang tinggi. Hal tersebut melatar belakangi tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1) Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk struktur pasar dari industri perbankan, jika dilihat dari konsentasi pasar atas asset; 2) Untuk mengetahui apakah struktur pasar industri perbankan memiliki hubungan dengan tingkat suku bunga (suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi, suku bunga deposito, suku bunga tabungan); 3) Untuk mengetahui apakah struktur pasar industri perbankan memiliki hubungan dengan kinerja perbankan (LDR, CAR, BOPO, ROA, NIM). Hasil penelitian menunjukkan Pada periode penelitian selama tahun 2005 sampai tahun 2009, rata-rata konsentrasi rasio industri perbankan sebesar 45,25 persen. Berdasarkan konsentrasi rasio yang dikemukakan oleh Joe S. Bain, maka struktur pasar industri perbankan Indonesia dapat dikategorikan sebagai oligopoli tipe IV yang berarti tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi moderat rendah. Hasil uji korelasi pada α=5% (two tailed) menunujukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan suku bunga modal kerja, suku bunga investasi, suku bunga konsumsi tidak memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan suku bunga deposito dan suku bunga tabungan memiliki hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,308 dan 0,347. Selain itu, hasil uji korelasi menunjukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan BOPO, ROA, NIM tidak memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan LDR dan CAR memiliki hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,667 dan 0,277. Kata kunci : Struktur Pasar (CR4), Suku Bunga, Kinerja Perbankan Pendahuluan Latar Belakang Bank-bank pada masa awal kemerdekaan tidak secara tegas diarahkan untuk memobilisasi dana dari seluruh masyarakat dan tidak pula diarahkan untuk mengembangkan perekonomian rakyat. Kebijakan yang terkait dengan sektor perbankan hanya ditekankan pada kegiatan usaha-usaha besar dan program-program pemerintah. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah mengambil serangkaian kebijakan berupa deregulasi di sektor riil dan sektor moneter. Kebijakan pemerintah tentang deregulasi bidang perbankan ini dilihat dari satu sisi memang menghasilkan banyak kemajuan, antara lain pada sisi jumlah bank yang beroperasi. Struktur pasar pada industrri perbankan menunjukkan komponen-komponen dari pasar yang dapat mempengaruhi proses dan intensitas persaingan dalam industri perbankan. Salah satu komponennya adalah jumlah bank yang perkembangannya dapat dilihat pada Gambar 1.1. 134 132 130 128 126 124 122 120 118 116 114 Periode J um l ah B an k Gambar 1.1. Perkembangan Jumlah Bank di Indonesia Sumber : Statistik Perbankan Indonesia 2009, data diolah Terpusatnya konsentrasi aset oleh sekelompok bank tertentu menunjukkan bahwa bank sebagai salah satu pelaku dalam pasar menghadapi tingkat persaingan yang tinggi. Gambar 1.2 menunjukkan pangsa pasar 10 bank di Indonesia pada tahun 2,28% 2,31% 3,07% Bank Mandiri 2,26% 3,80% BRI BCA 14,62% BNI Bank CIMB Niaga 4,27% Bank Danamon Indonesia Bank Pan Indonesia 12,22% 8,71% 11,22% BII BTN Bank Permata 2009. Gambar 1.2. Pangsa Pasar 10 Bank, 2009 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia 2009, data diolah Di lain pihak, untuk tetap eksis dalam industri perbankan, ke-121 bank yang ada harus bersaing ketat demi menunjukkan performa bank yang mendekati ideal. Persyaratan yang dituntut pihak regulator maupun nasabah juga semakin ketat, baik berupa kinerja keuangan yang berupa permodalan, kualitas asset, rentabilitas, likuiditas ataupun kinerja lain seperti service excellence dan efisiensi. Adanya dominasi peranan bank-bank besar dalam kegiatan perbankan dapat dikatakan bahwa keadaan industri perbankan Indonesia sampai tahun 1990-an masih bersifat oligopoli. Hal ini terjadi karena pangsa pasar, baik dalam kepemilikan asset, penghimpunan dana masyarakat maupun penyalurann kredit kepada para peminjam dikuasai oleh bank yang masuk dalam daftar 10 besar. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan diamati dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimanakah bentuk struktur pasar dari industri perbankan, jika dilihat dari konsentasi pasar atas asset 4 bank terbesar selama periode 2005-2009?; (2) Apakah struktur pasar industri perbankan memiliki hubungan dengan tingkat suku bunga (suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi, suku bunga deposito, suku bunga tabungan)?; (3) Apakah struktur pasar industri perbankan memiliki hubungan dengan kinerja perbankan (LDR, CAR, BOPO, ROA, dan NIM)? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari informasi yang diperlukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk strutur pasar dari industri perbankan dan mengetahui hubungan yang terjadi antara struktur pasar industri perbankan dengan tingkat suku bunga dan kinerja perbankan. Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Struktur Pasar Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan. Untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan menghadapi sejumlah rintangan. JS Bain mendefinisikan struktur pasar sebagai karakteristik pasar yang mempengaruhi sifat kompetisi dan harga pasar. Dengan mengetahui struktur pasar, maka akan dapat diklasifikasikan suatu bentuk pasar apakah mendekati persaingan persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistis atau oligopoli. Setiap perusahaan memiliki suatu struktur pada masing-masing keadaan tertentu. Struktur ini biasanya mempengaruhi perilaku dari perusahaan. Struktur dan perilaku kemudian mempengaruhi kinerja pasar. Kinerja yang baik terutama mencakup harga yang rendah, efisiensi, inovasi dan keadilan. Struktur pasar juga menggambarkan ukuran distribusi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi di suatu pasar yang terdiri dari pangsa pasar dan tingkat konsentrasi. Pangsa pasar Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri dan besarnya berkisar antar 0 hingga 100% dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar sendiri merupakan perbandingan hasil penjualan dalam industri dengan total penjualan di dalam industri yang bersangkutan (Jaya, 2001). Menurut literatur Neo-Klasik, landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya. Perusahaan dengan pangsa pasar yang lebih baik akan menikmati keuntungan dari penjualan produk dan kenaikan harga sahamnya. Secara umum terdapat hubungan yang positif antara pangsa pasar dan keuntungan (Jaya, 2001). Konsentrasi Pemusatan (concentration) merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolis (terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan) dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar oligopolis membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Bain dalam Jaya (2001) menemukan bahwa antara tingkat konsentrasi dengan penghasilan terdapat tingkat korelasi yang rendah. Penerimaan rata-rata industri yang terkonsentrasi adalah lebih tinggi daripada penghasilan jenis industri yang kurang terkonsentrasi. Sementara itu, Weiss dalam Jaya (2001) dengan menggunakan regresi berganda mendapatkan suatu hubungan yang positif antara keuntungan dengan produk-produk konsentrasi tinggi. Unsur-Unsur Struktur Pasar Walaupun belum ada kesepakatan yang mendasar tentang ukuran atau jenis struktur industri atau pasar, namun biasanya metode yang paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan struktur pasar atau industri adalah atas dasar banyaknya penjual atau pembeli dan homogenitas atau derajat differensiasi produk. Bertumpu pada metode tersebut, teori perusahaan tradisional mengklasifikasikan struktur pasar atau industri dalam empat ciri utama yaitu yang biasanya dikenal sebagai konsentrasi penjual, konsentrasi pembeli, hambatan masuk, dan differensiasi produk (Jaya,2001). Struktur Pasar Persaingan Sempurna Persaingan Monopolistik Persaingan Oligopoli Monopoli Tabel 2.1 : Klasifikasi Struktur Pasar Industri Jumlah Jumlah Hambatan Penjual Pembeli Masuk Banyak Banyak Kecil Produk Homogen Banyak Banyak Kecil Heterogen 2-10 Banyak Besar Heterogen Satu Banyak Besar Homogen Sumber : Jaya, 2001 Suku Bunga Bank Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvesional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu (Kasmir, 2004) : 1. Bunga simpanan Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito. 2. Bunga pinjaman Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Untuk menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengruhi disamping pengaruh faktor-faktor lainnya. Faktor –faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan dana Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka bunga simpanan akan turun. 2. Persaingan Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan akan memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikan di atas bunga pesaing, misalkan 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman harus berada di bawah bunga pesaing. 3. Kebijaksanaan pemerintah Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 4. Target laba yang diinginkan Sesuai dengan target laba yang diiginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar atau sebaliknya. 5. Jangka waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemmungkinan resiko di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif rendah. 6. Kualitas jaminan Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito. 7. Reputasi perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya. 8. Produk yang kompetitif Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. 9. Hubungan baik Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan bunganya berbeda dengan nasabah biasa. 10. Jamina pihak ketiga Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan berbeda. Penjelasan Teoritis Kinerja Perbankan 1. LDR (Loan to Deposit Ratio) LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio yang tinggi menujukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (iliquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk memberikan isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi. Dapat dikatakan Loan to deposit Ratio adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan yang diterima dari masyarakat. LDR = Pembiayaan yang diberikan Simpanan Masyarakat 2. CAR (Capital Adequacy Ratio) Pengartian CAR adalah perbandingan antara modal sendiri bank dengan kebutuhan modal yang tersedia setelah dihitung pertumbuhan resiko (margin risk) dari akibat yang beresiko. Menurut Suhardi (2003;143-144) secara teknis kewajiban penyediaan modal minimum diukur dari presentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut resiko (ATMR), sedangkan pengertian modal meliputi modal inti dan modal pelengkap (masing-masing seimbang) Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio kecukupan modal minimum yang harus ada pada setiap bank sebagai pengembangan usaha dan penampung resiko kerugian usaha bank, rasio ini merupakan pembagian dari modal (primary capital dan secondary capital) dengan total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) Modal Sendiri CAR = ATMR 3. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi(Lukman Dwijaya, 2000). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Biaya Operasional BOPO = Pendatan Operasional 4. ROA (Return On Asset) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Profitabilitas merupakan ukuran spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan bagian dari tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkatan return, dan minimalisasi resiko yang ada. Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (kuncoro;2002) Net Income ROA = Total Asset ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva atau asset yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return, semakin baik, berarti deviden yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga semakin besar (kuncoro;2002). 5. NIM (Net Interest Margin) NIM sebagai indikator kinerja. NIM merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya (Dendawijaya,2003). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Pendapatan Bunga Bersih NIM = Rata-rata aktiva Produktif Pendapatan bunga bersih merupakan selisih dari pendapatan bunga dan beban bunga. Dalam perhitungan NIM, pendapatan bunga bersih disetahunkan. Sedangkan aktiva produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif. Hipotesis Penelitian Hipotesa yang akan diuji pada penelitian ini adalah : 1. Industri perbankan nasional merupakan industri yang terkonsentrasi sehingga dapat dikatakan struktur pasarnya mengarah ke bentuk oligopoli. 2. terdapat hubungan antara struktur pasar industri perbankan dengan tingkat suku bunga (suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi, suku bunga deposito, suku bunga tabungan). 3. terdapat hubungan antara struktur pasar industri perbankan dengan kinerja perbankan (LDR, CAR, BOPO, ROA, dan NIM) Metodelogi Penelitian Objek Penelitian Objek dari penelitian ini yaitu hubungan antara struktur pasar industri perbankan yang diwakili oleh 4 bank terbesar (Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BRI, Bank BNI) berdasarkan konsentrasi pasarrnya dengan indikator bank umum konvensional (suku bunga kredit pinjaman, suku bunga simpanan dan kinerja keuangan perbankan). Data / variable yang digunakan Variabel yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Variabel bebas atau Independent Variable (X) yaitu, Struktur Pasar Industri Perbankan 2. Variabel tidak bebas atau Dependent Variable (Y) yaitu Suku Bunga Pinjaman (Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, Kredit Konsumsi), Suku Bunga Simpanan (Suku Bunga Deposito, Suku Bunga Tabungan), dan Kinerja Keuangan Perbankan (LDR,CAR, BOPO, ROA, NIM). Y1 = Suku Bunga Kredit Modal Kerja Y2 = Suku Bunga Kredit Investasi Y3 = Suku Bunga Kredit Konsumsi Y4 = Suku Bunga Deposito Y5 = Suku Bunga Tabungan Y6 = LDR (Loan to Deposit Ratio) Y7 = CAR (Capital adequacy Ratio) Y8 = BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Y9 = ROA (Return on Asset) Y10= NIM (Net Interest Margin) Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Sebagai upaya untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan dan pembahasan masalah, penulis memperoleh data melalui berbagai sumber : a. Dari berbagai literatur refrensi dan bahan bacaan yang relevan dengan materi pembahasan dalam penulisan ini yang diperoleh dari perpustakaan. b. Data yang bersumber dari internet melalui situs yang terdiri dari 1. Data Kuantitatif Data yang dinyatakan dalam bentuk angka untuk mebantu menganalisis penulisan ini yang di dalamnya berupa Statistik Perbankan Indonesia dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia selama periode 2005-2009 yang diperoleh dari situs Bank Indonesia http://www.bi.go.id 2. Data Kualitatif Data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka tetapi merupakan keterangan yang berhubungan dengan penulisan ini yang di dalamnya berupa gambaran umum dari objek yang diteliti. Alat Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Rasio Konsentarsi (CR4) Dalam industri perbankan, rasio konsentrasi yang digunakan dapat diukur dengan menggunakan berbagai ukuran yaitu tiga perusahaan terbesar, empat perusahaan terbesar, delapan perusahaan terbesar atau 20 perusahaan terbesar. Penelitian ini menggunakan rasio konsentrasi empat perusahaan atau bank terbesar yang merupakan perbandingan jumlah aset dari empat bank terbesar terhadap total aset industri perbankan nasional. Rumus CR4 aset adalah sebagai berikut : S4 CR4 = ∑S dimana : CR4 = rasio konsentrasi 4 bank terbesar industri perbankan (%) S4 = jumlah aset 4 bank terbesar (miliar rupiah) ∑ S = total aset industri perbankan (miliar rupiah) 2. Analisis korelasi sederhana Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya keeratan hubungan antara variabel X dan Y, dimana tingkat korelasi kedua variabel dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2003). n. ∑ XY - ∑X . ∑Y R= √(n.∑X 2___- ( ∑X )2 ) ( n . ∑Y2 – ( ∑Y )2 ) Dimana : r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = Variabel bebas Y = Variabel tidak bebas n = Jumlah data 3. Koefisien Determinasi Koefien determinasi merupakan ukuran proporsi keragaman total nilai perubahan Y yang dapat dijelaskan oleh nilai perubahan X melalui hubungan linear. Analisis ini digunakan untuk menunujukkan berapa persen fluktuatif atau variasi pada suatu variabel (Y) dan dapat dijelaskan atau disebabkan oleh variabel lain (X). Koefisien determinasi dilambangkan dengan r2, merupakan kuadrat dari koefien korelasi. Koefisien ini dapat dipergunakan untuk menganalisis apakah variabel yang diduga atau diramal (Y) dipengaruhi oleh variabel (X) atau seberapa besar variabel independent. Koefisien determinasi dicari dengan menkuadratkan koefisien korelasinya dan bernilai 0 s.d. 1. 2 : Rumus koefisien determinasi R=r 4. Analisis Regresi Linear sederhana Merupakan hubungan secara linear anatara variable dependen dengan variabel independen yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel dependen bedasarkan variable independen. Persamaan regresi linear sederhana : Y = a + b (X) Dimana : a = konstanta b = koefisien regresi Y = variabel dependent X = variabel independent Untuk mencari a dan b dapat dipergunakan metode least square sebagai berikut. n ∑XY - (∑X) . (∑Y) ∑Y - b ∑X b = _____________________________a = __________ n ∑X2 - (∑X)2 n Dimana : a = konstanta b = koefisien regresi untuk mengukur perubahan X dan Y n = jumlah data Y = variabel dependent X = variabel independent 5. Analisis Uji “t” (t test) Analisis ini digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas (X) secara individual terhadap variabel terikat (Y). a. Jika -t tabel < t hitung > t tabel, maka Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. b. Jika -t tabel > t hitung < t tabel, maka Ho ditolak yang artinya ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis uji ‘t’ dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut (J. Supranto, 2001) sebagai berikut. r n 2 − t hitung = 1 r ( 2 ) − Dimana : t hitung r n : statistik student t hitung : koefisien korelasi : jumlah sampel penelitian Hasil dan Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis 1 Pada periode tahun 2005 sampai tahun 2009, rata-rata konsentrasi rasio industri perbankan 4 bank terbesar sebesar 45,25 persen. Berdasarkan konsentrasi rasio yang dikemukakan oleh Joe S. Bain, maka struktur pasar industri perbankan Indonesia dapat dikategorikan sebagai oligopoli tipe IV yang berarti tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi moderat rendah. Pada tipe ini empat perusahaan terbesar menguasai pangsa pasar antara 3 8-50%. Konsentrasi rasio tertinggi yaitu sebesar 49,66 persen terjadi pada Januari 2005. Sedangkann penurunan signifikan terjadi pada Oktober 2008 yaitu sebesar 42,69 persen. Perkembangan pangsa pasar industri perbankan dapat dilihat pada tabel 4.1 52,00% 50,00% 49,66% 48,00% 46,00% 44,00% 42,00% 42,69% 40,00% 38,00% Periode Pangsa Pasar Gambar 4.1 : Perkembangan Pangsa Pasar Industri Perbankan Hasil Pengujian Hipotesis 2 Dari 60 data yang digunakan didapat nilai korelasi (R) antara struktur pasar industri perbankan dengan tingkat suku bunga di peroleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 : Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Struktur Pasar Perbankan dengan Tingkat Suku Bunga Korelasi R R Squared t Signifikansi Struktur Pasar Perbankan dengan - 0,103 0,011 -0,789 0,43 3 0,078 0,006 0,5 95 0,554 - 0,05 1 0,003 -0,390 0,698 - 0,308 0,095 -2,462 0,017 0,347 0,120 2,818 0,007 Suku Bunga Kredit Modal kerja Struktur Pasar Perbankan dengan Suku Bunga Kredit Investasi Struktur Pasar Perbankan dengan Suku Bunga Kredit Konsumsi Struktur Pasar Perbankan dengan Suku Bunga Deposito Struktur Pasar Perbankan dengan Suku Bunga Tabungan Berdasarkan Analisis statistik dengan SPSS 17, maka hasil uji korelasi pada α=5% (two tailed) menunujukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi tidak memiliki hubungan yang nyata (signifikan). Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas ketiga variabel tersebut yang lebih besar dari 0,05, yang berarti Ho diterima atau tidak memiliki hubungan yang nyata atau signifikan. Sedangkan uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan suku bunga deposito dan suku bunga tabungan memiliki hubungan yang nyata (signifikan) berdasarkan nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak, dengan koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,308 dan 0,347. Hubungan antara struktur pasar perbankan dengan suku bunga deposito sebesar -0,308 memiliki arti bahwa setiap kenaikan variabel struktur pasar (X) menyebabkan penurunan terhadap variabel suku bunga deposito (Y). Sedangkan hubungan antara struktur pasar perbankan dengan suku bunga tabungan sebesar 0,3 47 memiliki arti bahwa setiap kenaikan variabel struktur pasar perbankan (X) akan dikuti dengan kenaikan variabel suku bunga tabungan (Y). Perkembangan Suku Bunga Kredit Pinjaman dan Suku Bunga Simpanan dapat dilihat pada gambar 4.2 dan gambar 4.3 Gamabar 4.2 : Perkembangan Suku Bunga Kredit Pinjaman 20,00% 17, 50% 15, 00% 1 2 ,5 0% 10, 00% 7,50% 5,00% 2,50% 0,00% Periode B u n g a K re d i t M o d a l K e r j a B u ng a K re d it I nv e s t a s i Bunga K red it Konsumsi Gambar 4.3 : Perkembangan Suku Bunga Simpanan 14,00% 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% Periode Suku Bunga Deposito Suku Bunga Tabungan Hasil Pengujian Hipotesis 3 Dari 60 data yang digunakan didapat nilai korelasi (R) antara struktur pasar industri perbankan dengan kinerja keuangan perbankan di peroleh hasil sebagai berikut Tabel 4.2 : Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Struktur Pasar Perbankan denga n Kinerja Keuangan Perbankan Korelasi R R Squared t Signifikansi Struktur Pasar Perbankan dengan -0,667 0,459 -7,014 0,000 Loan to Deposit ratio (LDR) Struktur Pasar Perbankan dengan 0,277 0,077 2,199 0,032 Capital Adequacy Ratio (CAR) Struktur Pasar Perbankan dengan -0,036 0,001 -0,276 0,783 BOPO Struktur Pasar Perbankan dengan 0,127 0,016 0,972 0,335 Return on Assets (ROA) Struktur Pasar Perbankan dengan 0,156 0,24 1,202 0,234 Net Interest margin (NIM) Berdasarkan Analisis statistik dengan SPSS 17, maka hasil uji korelasi pada α=5% (two tailed) menunujukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) tidak memiliki hubungan yang nyata (signifikan). Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas ketiga variabel tersebut yang lebih besar dari 0,05, yang berarti Ho diterima atau tidak memiliki hubungan yang nyata atau signifikan. Sedangkan uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki hubungan yang nyata (signifikan) berdasarkan nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak, dengan koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,667 dan 0,277. Hubungan antara struktur pasar perbankan dengan Loan to Deposit ratio sebesar -0,667 memiliki arti bahwa setiap kenaikan variabel struktur pasar (X) menyebabkan penurunan terhadap variabel Loan to Deposit Ratio (Y). Sedangkan hubungan antara struktur pasar perbankan dengan Capital adequacy Ratio sebesar 0,347 memiliki arti bahwa setiap kenaikan variabel struktur pasar perbankan (X) akan dikuti dengan kenaikan variabel Capital adequacy Ratio (Y). Perkembangan kinerja keuangan perbankan dapat dilihat pada gambar 4.3 140,00% 120,00% 100,00% LDR CAR 80,00% BOPO ROA 60,00% NIM 40,00% 20,00% 0,00% Periode Gambar 4.3 : Perkembangan Kinerja Keuangan Perbankan Kesimpulan dn Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa antara tahun 2005-2009 bentuk struktur pasar industri perbankan Indonesia dapat dikategorikan sebagai oligopoli tipe IV yang berarti tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi moderat rendah. Hasil uji korelasi pada α=5% (two tailed) menunjukkan struktur pasar perbankan (CR4) dengan suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi tidak memiliki hubungan yang nyata (signifikan). Sedangkan hasil uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan suku bunga deposito dan suku bunga tabungan memiliki hubungan yang nyata (signifikan). dan hasil uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan kinerja keuangan perbankan menunjukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) tidak memiliki hubungan yang nyata (signifikan) sedangkan hasil uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki hubungan yang nyata (signifikan). Saran Bank Indonesia perlu melakukan koordinasi dengan KPPU guna menyeimbangkan antara aspek efisiensi dan iklim kompetisi. Kemudian dari sisi KPPU tetap mengawasi adanya indikasi pelanggaran yang terjadi pada industri perbankan. Serta perlu dibuatnya suatu kebijakan moneter agar industri perbankan nasional tidak mengarah kepada struktur industri yang bersifat monopoli. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisa faktor-faktor lain yang belum dijelaskan pada penelitian ini, diantaranya Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia atau kinerja perbankan lainnya seperti, NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity) dan lain sebagainya. Daftar Pustaka Ariyanto, T. 2004. Profil Persaingan Usaha dalam Industri Perbankan Indonesia . Perbanas Finance and Banking Journal, 6: 95-108. Bank Indonesia. 2005. Statistik Perbankan Indonesia 2005. Bank Indonesia, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Perbankan Indonesia. 2006. Bank Indonesia, Jakarta. ___________. 2007. Statistik Perbankan Indonesia. 2007. Bank Indonesia, Jakarta. ___________. 2008. Statistik Perbankan Indonesia. 2008. Bank Indonesia, Jakarta. ___________. 2009. Statistik Perbankan Indonesia. 2009. Bank Indonesia, Jakarta. ____________ . 2005. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2005 . Bank Indonesia, Jakarta. ____________ . 2006. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2006 . Bank Indonesia, Jakarta. ____________. 2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2007 . bank Indonesia, Jakarta. ____________ . 2008. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2008 . Bank Indonesia, Jakarta. ____________ . 2009. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2009 . Bank Indonesia, Jakarta. Duwi, Priyatno. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Penerbit Andi, Yogyakarta. Gunawan, F. 2004. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Asuransi Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor. Jonathan, Sarwono. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta. Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Luciana Spica, Almilia. Dan Anton Wahyu Utomo. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank umum di Indonesia. STIE Perbanas, Surabaya. Lukman, Dendawijaya. 2001. Managemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Marizka, Lutfiah. 2008. Analisis Dampak Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) terhadap Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Perbankan Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor. Peni, Sawitri dan Eko Hartanto. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Universitas Gunadarma, Jakarta. Simorangkir, O.P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Ghalia Indonesia, Jakarta. Sri Yani Kusumastuti. 2007. Derajat persaingan di Industri Perbankan Indonesia Setelah Krisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta. Sugiarto, A. 2004. Arsitektur Perbankan Indonesia : Suatu Kebutuhan dan Tantangan Perbankan Ke Depan. Bank Indonesia, Jakarta. Yogi, Nidaha. 2005. Analisa Struktur Industri dan Kinerja Bank Pemerintah (BP) dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSND) Pasaca Krisis Ekonomi 1997 di Indonesia [Tesis]. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok. Zaenal Abidin, dkk. 2008. Kinerja Keuangan dan Efisiensi Perbankan : Pendekatan CAMEL, DEA, dan SFA. ABFI Institute Perbanas, Jakarta.