Analisis Hubungan Struktur Pasar Industri Perbankan Dengan

advertisement
Analisis Hubungan Struktur Pasar Industri Perbankan
Dengan Tingkat Suku Bunga dan Kinerja Perbankan Indonesia
selama tahun 2005-2009 (Studi Kasus pada Bank Umum)
Tauresto Yogo Utomo
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma
ABSTRACT
Concentration of concentration of certain assets by a group of banks showed that the
bank as one of the actors in the market faces a high level of competition. The
dominance of large banks in determining interest rates is still very dominant. An
increase in interest rates at major banks will soon be followed by other small banks.
This is the background for the purpose of this study, namely: 1) To determine how
the market structure of the banking industry, when seen from the asset market
konsentasi four largest banks during the period 2005-2009; 2) To determine whether
the market structure of the banking industry has a relationship interest rates (lending
rates for working capital, investment credit interest rate, interest rate consumer loans,
deposit rates, savings rates); 3) To determine whether the market structure of the
banking industry has a banking relationship with performance (LDR, CAR, BOPO ,
ROA,NIM). Results showed In the period 2005 to 2009, the average concentration
ratio of the banking industry amounted to 45.25 percent. Based on the concentration
ratio proposed by Joe S. Bain, the Indonesian banking industry market structure can
be classified as type IV oligopoly which means the type of oligopoly with a moderate
concentration level is low. Correlation test at α = 5% (two tailed) shows that the
banking market structure (CR4) at the rate of working capital, investment rates,
consumption rates did not have a real relationship (significant). While the correlation
between banking market structure (CR4) with the deposit rate and savings rate have
a significant relationship with a correlation coefficient of -0.308, respectively, and
0.347. In addition, the correlation test results showed that the banking market
structure (CR4) with ROA, ROA, NIM does not have a significant relationship.
While the correlation between banking market structure (CR4) with LDR and CAR
have a significant relationship with a correlation coefficient of -0.667, respectively,
and0.277.
Keywords: Market Structure (CR4), Interest Rates, Banking Performance
ABSTRAK
Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan.
Setiap perusahaan memiliki suatu struktur pada masing-masing keadaan tertentu.
Terpusatnya konsentrasi aset oleh sekelompok bank tertentu menunjukkan bahwa bank
sebagai salah satu pelaku dalam pasar menghadapi tingkat persaingan yang tinggi.
Hal tersebut melatar belakangi tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1) Untuk
mengetahui bagaimanakah bentuk struktur pasar dari industri perbankan, jika dilihat
dari konsentasi pasar atas asset; 2) Untuk mengetahui apakah struktur pasar industri
perbankan memiliki hubungan dengan tingkat suku bunga (suku bunga kredit modal
kerja, suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi, suku bunga
deposito, suku bunga tabungan); 3) Untuk mengetahui apakah struktur pasar industri
perbankan memiliki hubungan dengan kinerja perbankan (LDR, CAR, BOPO, ROA,
NIM). Hasil penelitian menunjukkan Pada periode penelitian selama tahun 2005
sampai tahun 2009, rata-rata konsentrasi rasio industri perbankan sebesar 45,25 persen.
Berdasarkan konsentrasi rasio yang dikemukakan oleh Joe S. Bain, maka struktur
pasar industri perbankan Indonesia dapat dikategorikan sebagai oligopoli tipe IV yang
berarti tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi moderat rendah. Hasil uji korelasi pada
α=5% (two tailed) menunujukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan
suku bunga modal kerja, suku bunga investasi, suku bunga konsumsi tidak memiliki
hubungan yang signifikan. Sedangkan uji korelasi antara struktur pasar perbankan
(CR4) dengan suku bunga deposito dan suku bunga tabungan memiliki hubungan
yang signifikan dengan koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,308 dan 0,347.
Selain itu, hasil uji korelasi menunjukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4)
dengan BOPO, ROA, NIM tidak memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan uji
korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan LDR dan CAR memiliki
hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,667 dan
0,277.
Kata kunci : Struktur Pasar (CR4), Suku Bunga, Kinerja Perbankan
Pendahuluan
Latar Belakang
Bank-bank pada masa awal kemerdekaan tidak secara tegas diarahkan untuk
memobilisasi dana dari seluruh masyarakat dan tidak pula diarahkan untuk
mengembangkan perekonomian rakyat. Kebijakan yang terkait dengan sektor
perbankan hanya ditekankan pada kegiatan usaha-usaha besar dan program-program
pemerintah.
Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah mengambil serangkaian
kebijakan berupa deregulasi di sektor riil dan sektor moneter. Kebijakan pemerintah
tentang deregulasi bidang perbankan ini dilihat dari satu sisi memang menghasilkan
banyak kemajuan, antara lain pada sisi jumlah bank yang beroperasi.
Struktur pasar pada industrri perbankan menunjukkan komponen-komponen
dari pasar yang dapat mempengaruhi proses dan intensitas persaingan dalam industri
perbankan. Salah satu komponennya adalah jumlah bank yang perkembangannya
dapat dilihat pada Gambar 1.1.
134
132
130
128
126
124
122
120
118
116
114
Periode
J um l ah B an k
Gambar 1.1. Perkembangan Jumlah Bank di Indonesia
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia 2009, data diolah
Terpusatnya konsentrasi aset oleh sekelompok bank tertentu menunjukkan
bahwa bank sebagai salah satu pelaku dalam pasar menghadapi tingkat persaingan
yang tinggi. Gambar 1.2 menunjukkan pangsa pasar 10 bank di Indonesia pada tahun
2,28%
2,31%
3,07%
Bank Mandiri
2,26%
3,80%
BRI
BCA
14,62%
BNI
Bank CIMB Niaga
4,27%
Bank Danamon Indonesia
Bank Pan Indonesia
12,22%
8,71%
11,22%
BII BTN Bank
Permata
2009.
Gambar 1.2. Pangsa Pasar 10 Bank, 2009
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia 2009, data diolah
Di lain pihak, untuk tetap eksis dalam industri perbankan, ke-121 bank yang
ada harus bersaing ketat demi menunjukkan performa bank yang mendekati ideal.
Persyaratan yang dituntut pihak regulator maupun nasabah juga semakin ketat, baik
berupa kinerja keuangan yang berupa permodalan, kualitas asset, rentabilitas,
likuiditas ataupun kinerja lain seperti service excellence dan efisiensi.
Adanya dominasi peranan bank-bank besar dalam kegiatan perbankan dapat
dikatakan bahwa keadaan industri perbankan Indonesia sampai tahun 1990-an masih
bersifat oligopoli. Hal ini terjadi karena pangsa pasar, baik dalam kepemilikan asset,
penghimpunan dana masyarakat maupun penyalurann kredit kepada para peminjam
dikuasai oleh bank yang masuk dalam daftar 10 besar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan
diamati dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimanakah bentuk struktur pasar dari
industri perbankan, jika dilihat dari konsentasi pasar atas asset 4 bank terbesar
selama periode 2005-2009?; (2) Apakah struktur pasar industri perbankan memiliki
hubungan dengan tingkat suku bunga (suku bunga kredit modal kerja, suku bunga
kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi, suku bunga deposito, suku bunga
tabungan)?; (3) Apakah struktur pasar industri perbankan memiliki hubungan dengan
kinerja perbankan (LDR, CAR, BOPO, ROA, dan NIM)?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari informasi yang diperlukan
untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk strutur pasar dari industri
perbankan dan mengetahui hubungan yang terjadi antara struktur pasar industri
perbankan dengan tingkat suku bunga dan kinerja perbankan.
Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Struktur Pasar
Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan.
Untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan menghadapi sejumlah rintangan.
JS Bain mendefinisikan struktur pasar sebagai karakteristik pasar yang
mempengaruhi sifat kompetisi dan harga pasar. Dengan mengetahui struktur pasar,
maka akan dapat diklasifikasikan suatu bentuk pasar apakah mendekati persaingan
persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistis atau oligopoli.
Setiap perusahaan memiliki suatu struktur pada masing-masing keadaan tertentu.
Struktur ini biasanya mempengaruhi perilaku dari perusahaan. Struktur dan perilaku
kemudian mempengaruhi kinerja pasar. Kinerja yang baik terutama mencakup harga
yang rendah, efisiensi, inovasi dan keadilan. Struktur pasar juga menggambarkan
ukuran distribusi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi di suatu pasar yang
terdiri dari pangsa pasar dan tingkat konsentrasi.
Pangsa pasar
Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri dan besarnya berkisar
antar 0 hingga 100% dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar sendiri
merupakan perbandingan hasil penjualan dalam industri dengan total penjualan di
dalam industri yang bersangkutan (Jaya, 2001).
Menurut literatur Neo-Klasik, landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa
pasar yang diraihnya. Perusahaan dengan pangsa pasar yang lebih baik akan
menikmati keuntungan dari penjualan produk dan kenaikan harga sahamnya. Secara
umum terdapat hubungan yang positif antara pangsa pasar dan keuntungan (Jaya,
2001).
Konsentrasi
Pemusatan (concentration) merupakan kombinasi pangsa pasar dari
perusahaan-perusahaan oligopolis (terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan) dimana
mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar oligopolis
membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar.
Bain dalam Jaya (2001) menemukan bahwa antara tingkat konsentrasi dengan
penghasilan terdapat tingkat korelasi yang rendah. Penerimaan rata-rata industri yang
terkonsentrasi adalah lebih tinggi daripada penghasilan jenis industri yang kurang
terkonsentrasi. Sementara itu, Weiss dalam Jaya (2001) dengan menggunakan regresi
berganda mendapatkan suatu hubungan yang positif antara keuntungan dengan
produk-produk konsentrasi tinggi.
Unsur-Unsur Struktur Pasar
Walaupun belum ada kesepakatan yang mendasar tentang ukuran atau jenis
struktur industri atau pasar, namun biasanya metode yang paling sering digunakan
untuk mengklasifikasikan struktur pasar atau industri adalah atas dasar banyaknya
penjual atau pembeli dan homogenitas atau derajat differensiasi produk. Bertumpu
pada metode tersebut, teori perusahaan tradisional mengklasifikasikan struktur pasar
atau industri dalam empat ciri utama yaitu yang biasanya dikenal sebagai konsentrasi
penjual, konsentrasi pembeli, hambatan masuk, dan differensiasi produk (Jaya,2001).
Struktur
Pasar
Persaingan
Sempurna
Persaingan
Monopolistik
Persaingan
Oligopoli
Monopoli
Tabel 2.1 : Klasifikasi Struktur Pasar Industri
Jumlah
Jumlah
Hambatan
Penjual
Pembeli
Masuk
Banyak
Banyak
Kecil
Produk
Homogen
Banyak
Banyak
Kecil
Heterogen
2-10
Banyak
Besar
Heterogen
Satu
Banyak
Besar
Homogen
Sumber : Jaya, 2001
Suku Bunga Bank
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvesional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada
bank (nasabah yang memperoleh pinjaman)
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan
kepada nasabahnya yaitu (Kasmir, 2004) :
1. Bunga simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus
dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan
bunga deposito.
2. Bunga pinjaman
Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar
oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan
kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima
dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan
tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan
demikian pula sebaliknya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Untuk menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat
dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling
mempengruhi disamping pengaruh faktor-faktor lainnya.
Faktor –faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara
otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada
simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka bunga
simpanan akan turun.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi,
yang paling utama pihak perbankan akan memperhatikan pesaing. Dalam arti jika
untuk bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana
cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikan di atas bunga pesaing, misalkan 16%.
Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman harus berada di bawah bunga pesaing.
3. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh
melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diiginkan besar, maka bunga pinjaman ikut
besar atau sebaliknya.
5. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi
bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemmungkinan resiko di masa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka
bunganya relatif rendah.
6. Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit
yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito
berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah
dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi
jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito.
7. Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya
perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang
relatif kecil dan sebaliknya.
8. Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk
produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.
9. Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama dan
nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas
nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai
hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan bunganya
berbeda dengan nasabah biasa.
10. Jamina pihak ketiga
Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi
kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka
bunga yang dibebankan berbeda.
Penjelasan Teoritis Kinerja Perbankan
1. LDR (Loan to Deposit Ratio)
LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan
untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin
tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuditas bank
yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit semakin besar. Rasio yang tinggi menujukkan bahwa suatu bank
meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (iliquid).
Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan
kapasitas dana yang siap untuk dinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk
memberikan isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau
sebaliknya harus dibatasi.
Dapat dikatakan Loan to deposit Ratio adalah perbandingan jumlah
pembiayaan yang diberikan dengan simpanan yang diterima dari masyarakat.
LDR =
Pembiayaan yang diberikan
Simpanan Masyarakat
2. CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengartian CAR adalah perbandingan antara modal sendiri bank dengan
kebutuhan modal yang tersedia setelah dihitung pertumbuhan resiko (margin risk)
dari akibat yang beresiko. Menurut Suhardi (2003;143-144) secara teknis kewajiban
penyediaan modal minimum diukur dari presentase tertentu terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut resiko (ATMR), sedangkan pengertian modal meliputi modal
inti dan modal pelengkap (masing-masing seimbang)
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio kecukupan
modal minimum yang harus ada pada setiap bank sebagai pengembangan usaha dan
penampung resiko kerugian usaha bank, rasio ini merupakan pembagian dari modal
(primary capital dan secondary capital) dengan total Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR). CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang
menurut resiko (ATMR)
Modal Sendiri
CAR =
ATMR
3. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi(Lukman Dwijaya,
2000). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Biaya Operasional
BOPO =
Pendatan Operasional
4. ROA (Return On Asset)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Profitabilitas merupakan ukuran
spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan bagian dari tujuan dari
manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham,
optimalisasi dari berbagai tingkatan return, dan minimalisasi resiko yang ada.
Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan
(kuncoro;2002)
Net Income
ROA =
Total Asset
ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva atau
asset yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return, semakin
baik, berarti deviden yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained
earning juga semakin besar (kuncoro;2002).
5. NIM (Net Interest Margin)
NIM sebagai indikator kinerja. NIM merupakan rasio yang menggambarkan
tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan
yang diterima dari kegiatan operasionalnya (Dendawijaya,2003). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Pendapatan Bunga Bersih
NIM =
Rata-rata aktiva Produktif
Pendapatan bunga bersih merupakan selisih dari pendapatan bunga dan beban
bunga. Dalam perhitungan NIM, pendapatan bunga bersih disetahunkan. Sedangkan
aktiva produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valas
dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan,
termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif.
Hipotesis Penelitian
Hipotesa yang akan diuji pada penelitian ini adalah :
1. Industri perbankan nasional merupakan industri yang terkonsentrasi
sehingga dapat dikatakan struktur pasarnya mengarah ke bentuk oligopoli.
2. terdapat hubungan antara struktur pasar industri perbankan dengan tingkat
suku bunga (suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi,
suku bunga kredit konsumsi, suku bunga deposito, suku bunga tabungan).
3. terdapat hubungan antara struktur pasar industri perbankan dengan kinerja
perbankan (LDR, CAR, BOPO, ROA, dan NIM)
Metodelogi Penelitian
Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini yaitu hubungan antara struktur pasar industri
perbankan yang diwakili oleh 4 bank terbesar (Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BRI,
Bank BNI) berdasarkan konsentrasi pasarrnya dengan indikator bank umum
konvensional (suku bunga kredit pinjaman, suku bunga simpanan dan kinerja
keuangan perbankan).
Data / variable yang digunakan
Variabel yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Variabel bebas atau Independent Variable (X) yaitu, Struktur Pasar Industri
Perbankan
2. Variabel tidak bebas atau Dependent Variable (Y) yaitu Suku Bunga Pinjaman
(Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, Kredit Konsumsi), Suku
Bunga Simpanan (Suku Bunga Deposito, Suku Bunga Tabungan), dan Kinerja
Keuangan Perbankan (LDR,CAR, BOPO, ROA, NIM).
Y1 = Suku Bunga Kredit Modal Kerja
Y2 = Suku Bunga Kredit Investasi
Y3 = Suku Bunga Kredit Konsumsi
Y4 = Suku Bunga Deposito
Y5 = Suku Bunga Tabungan
Y6 = LDR (Loan to Deposit Ratio)
Y7 = CAR (Capital adequacy Ratio)
Y8 = BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
Y9 = ROA (Return on Asset)
Y10= NIM (Net Interest Margin)
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Sebagai upaya untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan dan pembahasan
masalah, penulis memperoleh data melalui berbagai sumber :
a. Dari berbagai literatur refrensi dan bahan bacaan yang relevan dengan
materi pembahasan dalam penulisan ini yang diperoleh dari perpustakaan.
b. Data yang bersumber dari internet melalui situs yang terdiri dari
1. Data Kuantitatif
Data yang dinyatakan dalam bentuk angka untuk mebantu
menganalisis penulisan ini yang di dalamnya berupa Statistik
Perbankan Indonesia dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
selama periode 2005-2009 yang diperoleh dari situs Bank Indonesia
http://www.bi.go.id
2. Data Kualitatif
Data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka tetapi merupakan keterangan
yang berhubungan dengan penulisan ini yang di dalamnya berupa gambaran umum
dari objek yang diteliti.
Alat Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rasio Konsentarsi (CR4)
Dalam industri perbankan, rasio konsentrasi yang digunakan dapat diukur
dengan menggunakan berbagai ukuran yaitu tiga perusahaan terbesar, empat
perusahaan terbesar, delapan perusahaan terbesar atau 20 perusahaan terbesar.
Penelitian ini menggunakan rasio konsentrasi empat perusahaan atau bank terbesar
yang merupakan perbandingan jumlah aset dari empat bank terbesar terhadap total
aset industri perbankan nasional. Rumus CR4 aset adalah sebagai berikut :
S4
CR4 =
∑S
dimana :
CR4 = rasio konsentrasi 4 bank terbesar industri perbankan (%)
S4
= jumlah aset 4 bank terbesar (miliar rupiah)
∑ S = total aset industri perbankan (miliar rupiah)
2. Analisis korelasi sederhana
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya keeratan hubungan
antara variabel X dan Y, dimana tingkat korelasi kedua variabel dapat
diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2003).
n. ∑ XY - ∑X . ∑Y
R=
√(n.∑X 2___- ( ∑X )2 ) ( n . ∑Y2 – ( ∑Y )2 )
Dimana :
r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = Variabel bebas
Y = Variabel tidak bebas
n = Jumlah data
3. Koefisien Determinasi
Koefien determinasi merupakan ukuran proporsi keragaman total nilai
perubahan Y yang dapat dijelaskan oleh nilai perubahan X melalui hubungan linear.
Analisis ini digunakan untuk menunujukkan berapa persen fluktuatif atau
variasi pada suatu variabel (Y) dan dapat dijelaskan atau disebabkan oleh variabel
lain (X). Koefisien determinasi dilambangkan dengan r2, merupakan kuadrat dari
koefien korelasi. Koefisien ini dapat dipergunakan untuk menganalisis apakah
variabel yang diduga atau diramal (Y) dipengaruhi oleh variabel (X) atau seberapa
besar variabel independent. Koefisien determinasi dicari dengan menkuadratkan
koefisien korelasinya dan bernilai 0 s.d. 1.
2
:
Rumus koefisien determinasi
R=r
4. Analisis Regresi Linear sederhana
Merupakan hubungan secara linear anatara variable dependen dengan variabel
independen yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel
dependen bedasarkan variable independen.
Persamaan regresi linear sederhana :
Y = a + b (X)
Dimana :
a = konstanta
b = koefisien regresi
Y = variabel dependent
X = variabel independent
Untuk mencari a dan b dapat dipergunakan metode least square sebagai berikut.
n ∑XY - (∑X) . (∑Y)
∑Y - b ∑X
b = _____________________________a = __________
n ∑X2 - (∑X)2
n
Dimana
: a = konstanta
b = koefisien regresi untuk mengukur perubahan X dan Y
n = jumlah data
Y = variabel dependent
X = variabel independent
5. Analisis Uji “t” (t test)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas
(X) secara individual terhadap variabel terikat (Y).
a. Jika -t tabel < t hitung > t tabel, maka Ho diterima yang artinya tidak
ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.
b. Jika -t tabel > t hitung < t tabel, maka Ho ditolak yang artinya ada
pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.
Analisis uji ‘t’ dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut (J.
Supranto, 2001) sebagai berikut.
r n 2
−
t hitung =
1 r
(
2
)
−
Dimana : t hitung
r
n
: statistik student t hitung
: koefisien korelasi
: jumlah sampel penelitian
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Pada periode tahun 2005 sampai tahun 2009, rata-rata konsentrasi rasio industri
perbankan 4 bank terbesar sebesar 45,25 persen. Berdasarkan konsentrasi rasio yang
dikemukakan oleh Joe S. Bain, maka struktur pasar industri perbankan Indonesia dapat
dikategorikan sebagai oligopoli tipe IV yang berarti tipe oligopoli dengan tingkat
konsentrasi moderat rendah. Pada tipe ini empat perusahaan terbesar menguasai pangsa
pasar antara 3 8-50%. Konsentrasi rasio tertinggi yaitu sebesar 49,66 persen terjadi pada
Januari 2005. Sedangkann penurunan signifikan terjadi pada Oktober 2008 yaitu
sebesar 42,69 persen. Perkembangan pangsa pasar industri perbankan dapat dilihat pada
tabel 4.1
52,00%
50,00%
49,66%
48,00%
46,00%
44,00%
42,00%
42,69%
40,00%
38,00%
Periode
Pangsa Pasar
Gambar 4.1 : Perkembangan Pangsa Pasar Industri Perbankan
Hasil Pengujian Hipotesis 2
Dari 60 data yang digunakan didapat nilai korelasi (R) antara struktur pasar
industri perbankan dengan tingkat suku bunga di peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 :
Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Struktur Pasar Perbankan dengan
Tingkat Suku Bunga
Korelasi
R
R Squared
t
Signifikansi
Struktur Pasar Perbankan dengan
- 0,103
0,011
-0,789
0,43 3
0,078
0,006
0,5 95
0,554
- 0,05 1
0,003
-0,390
0,698
- 0,308
0,095
-2,462
0,017
0,347
0,120
2,818
0,007
Suku Bunga Kredit Modal kerja
Struktur Pasar Perbankan dengan
Suku Bunga Kredit Investasi
Struktur Pasar Perbankan dengan
Suku Bunga Kredit Konsumsi
Struktur Pasar Perbankan dengan
Suku Bunga Deposito
Struktur Pasar Perbankan dengan
Suku Bunga Tabungan
Berdasarkan Analisis statistik dengan SPSS 17, maka hasil uji korelasi pada
α=5% (two tailed) menunujukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan
suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit
konsumsi tidak memiliki hubungan yang nyata (signifikan). Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitas ketiga variabel tersebut yang lebih besar dari 0,05, yang berarti Ho
diterima atau tidak memiliki hubungan yang nyata atau signifikan. Sedangkan uji
korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan suku bunga deposito dan suku
bunga tabungan memiliki hubungan yang nyata (signifikan) berdasarkan nilai
probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak, dengan koefisien
korelasi berturut-turut sebesar -0,308 dan 0,347. Hubungan antara struktur pasar
perbankan dengan suku bunga deposito sebesar -0,308 memiliki arti bahwa setiap
kenaikan variabel struktur pasar (X) menyebabkan penurunan terhadap variabel suku
bunga deposito (Y). Sedangkan hubungan antara struktur pasar perbankan dengan
suku bunga tabungan sebesar 0,3 47 memiliki arti bahwa setiap kenaikan variabel
struktur pasar perbankan (X) akan dikuti dengan kenaikan variabel suku bunga
tabungan (Y). Perkembangan Suku Bunga Kredit Pinjaman dan Suku Bunga
Simpanan dapat dilihat pada gambar 4.2 dan gambar 4.3
Gamabar 4.2 : Perkembangan Suku Bunga Kredit Pinjaman
20,00%
17, 50%
15, 00%
1 2 ,5 0%
10, 00%
7,50%
5,00%
2,50%
0,00%
Periode
B u n g a K re d i t M o d a l K e r j a
B u ng a K re d it I nv e s t a s i
Bunga K red it Konsumsi
Gambar 4.3 : Perkembangan Suku Bunga Simpanan
14,00%
12,00%
10,00%
8,00%
6,00%
4,00%
2,00%
0,00%
Periode
Suku Bunga Deposito
Suku Bunga Tabungan
Hasil Pengujian Hipotesis 3
Dari 60 data yang digunakan didapat nilai korelasi (R) antara struktur pasar
industri perbankan dengan kinerja keuangan perbankan di peroleh hasil sebagai
berikut
Tabel 4.2 :
Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Struktur Pasar Perbankan denga n
Kinerja Keuangan Perbankan
Korelasi
R
R Squared
t
Signifikansi
Struktur Pasar Perbankan dengan
-0,667
0,459
-7,014
0,000
Loan to Deposit ratio (LDR)
Struktur Pasar Perbankan dengan
0,277
0,077
2,199
0,032
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Struktur Pasar Perbankan dengan
-0,036
0,001
-0,276
0,783
BOPO
Struktur Pasar Perbankan dengan
0,127
0,016
0,972
0,335
Return on Assets (ROA)
Struktur Pasar Perbankan dengan
0,156
0,24
1,202
0,234
Net Interest margin (NIM)
Berdasarkan Analisis statistik dengan SPSS 17, maka hasil uji korelasi pada
α=5% (two tailed) menunujukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on assets
(ROA), Net Interest Margin (NIM) tidak memiliki hubungan yang nyata (signifikan).
Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas ketiga variabel tersebut yang lebih besar
dari 0,05, yang berarti Ho diterima atau tidak memiliki hubungan yang nyata atau
signifikan. Sedangkan uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan
Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki hubungan
yang nyata (signifikan) berdasarkan nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05
sehingga Ho ditolak, dengan koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,667 dan
0,277. Hubungan antara struktur pasar perbankan dengan Loan to Deposit ratio
sebesar -0,667 memiliki arti bahwa setiap kenaikan variabel struktur pasar (X)
menyebabkan penurunan terhadap variabel Loan to Deposit Ratio (Y). Sedangkan
hubungan antara struktur pasar perbankan dengan Capital adequacy Ratio sebesar
0,347 memiliki arti bahwa setiap kenaikan variabel struktur pasar perbankan (X)
akan dikuti dengan kenaikan variabel Capital adequacy Ratio (Y). Perkembangan
kinerja keuangan perbankan dapat dilihat pada gambar 4.3
140,00%
120,00%
100,00%
LDR
CAR
80,00%
BOPO
ROA
60,00%
NIM
40,00%
20,00%
0,00%
Periode
Gambar 4.3 : Perkembangan Kinerja Keuangan Perbankan
Kesimpulan dn Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa antara tahun 2005-2009
bentuk struktur pasar industri perbankan Indonesia dapat dikategorikan sebagai
oligopoli tipe IV yang berarti tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi moderat rendah.
Hasil uji korelasi pada α=5% (two tailed) menunjukkan struktur pasar perbankan
(CR4) dengan suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, suku
bunga kredit konsumsi tidak memiliki hubungan yang nyata (signifikan). Sedangkan
hasil uji korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan suku bunga deposito
dan suku bunga tabungan memiliki hubungan yang nyata (signifikan). dan hasil uji
korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan kinerja keuangan perbankan
menunjukkan bahwa struktur pasar perbankan (CR4) dengan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on assets (ROA), Net Interest
Margin (NIM) tidak memiliki hubungan yang nyata (signifikan) sedangkan hasil uji
korelasi antara struktur pasar perbankan (CR4) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR),
Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki hubungan yang nyata (signifikan).
Saran
Bank Indonesia perlu melakukan koordinasi dengan KPPU guna
menyeimbangkan antara aspek efisiensi dan iklim kompetisi. Kemudian dari sisi
KPPU tetap mengawasi adanya indikasi pelanggaran yang terjadi pada industri
perbankan. Serta perlu dibuatnya suatu kebijakan moneter agar industri perbankan
nasional tidak mengarah kepada struktur industri yang bersifat monopoli.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisa faktor-faktor lain yang
belum dijelaskan pada penelitian ini, diantaranya Suku Bunga Pasar Uang Antar
Bank, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia atau kinerja perbankan lainnya seperti,
NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity) dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Ariyanto, T. 2004. Profil Persaingan Usaha dalam Industri Perbankan Indonesia .
Perbanas Finance and Banking Journal, 6: 95-108.
Bank Indonesia. 2005. Statistik Perbankan Indonesia 2005. Bank Indonesia, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Perbankan Indonesia. 2006. Bank Indonesia, Jakarta.
___________. 2007. Statistik Perbankan Indonesia. 2007. Bank Indonesia, Jakarta.
___________. 2008. Statistik Perbankan Indonesia. 2008. Bank Indonesia, Jakarta.
___________. 2009. Statistik Perbankan Indonesia. 2009. Bank Indonesia, Jakarta.
____________ . 2005. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2005 . Bank
Indonesia, Jakarta.
____________ . 2006. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2006 . Bank
Indonesia, Jakarta.
____________. 2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2007 . bank
Indonesia, Jakarta.
____________ . 2008. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2008 . Bank
Indonesia, Jakarta.
____________ . 2009. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2009 . Bank
Indonesia, Jakarta.
Duwi, Priyatno. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Gunawan, F. 2004. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Asuransi Indonesia
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor.
Jonathan, Sarwono. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Luciana Spica, Almilia. Dan Anton Wahyu Utomo. 2006. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank umum di
Indonesia. STIE Perbanas, Surabaya.
Lukman, Dendawijaya. 2001. Managemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Marizka, Lutfiah. 2008. Analisis Dampak Implementasi Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) terhadap Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Perbankan
Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor.
Peni, Sawitri dan Eko Hartanto. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Universitas Gunadarma, Jakarta.
Simorangkir, O.P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Sri Yani Kusumastuti. 2007. Derajat persaingan di Industri Perbankan Indonesia
Setelah Krisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta.
Sugiarto, A. 2004. Arsitektur Perbankan Indonesia : Suatu Kebutuhan dan
Tantangan Perbankan Ke Depan. Bank Indonesia, Jakarta.
Yogi, Nidaha. 2005. Analisa Struktur Industri dan Kinerja Bank Pemerintah (BP)
dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSND) Pasaca Krisis Ekonomi
1997 di Indonesia [Tesis]. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok.
Zaenal Abidin, dkk. 2008. Kinerja Keuangan dan Efisiensi Perbankan : Pendekatan
CAMEL, DEA, dan SFA. ABFI Institute Perbanas, Jakarta.
Download