BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prevalensi infeksi bakteri vaginosis pada ibu hamil di Kabupaten Blora sebesar 26,1% 2. Karakteristik responden tidak ada yang berhubungan dengan kejadian infeksi bakteri vaginosis pada kehamilan di Kabupaten Blora. 3. Faktor perilaku ibu hamil di Kabupaten Blora yang berhubungan dengan kejadian infeksi bakteri vaginosis pada kehamilan adalah : a. Responden yang mempunyai kebiasaan mengeringkan/mengelap vagina menggunnakan handuk/tissue setelah cebok berisiko 1,91 kali kali lebih besar terinfeksi bakteri vaginosis dibandingkan dengan yang tidak mengelap/mengeringkan vaginanya setelah cebok (RP=1,91 95%CI=1,022-3,567 p=0,034) b. Responden yang mempunyai kebiasaan melakukan bilas vagina menggunakan sabun/air sirih berisiko 1,82 kali lebih besar terinfeksi bakteri vaginosis dibandingkan dengan yang tidak melakukan bilas vagina (RP=1,82 95%CI=1,007-3,294 p=0,041) 4. Faktor riwayat penyakit dan kehamilan pada ibu hamil di Kabupaten Blora yang berhubungan dengan kejadian infeksi bakteri vaginosis pada kehamilan adalah responden dengan riwayat kehamilan sekarang bukan kehamilan anak pertama mempunyai risiko 1,94 kali lebih besar terinfeksi bakteri vaginosis dibandingkan dengan kehamilan sekarang merupakan kehamilan yang pertama (RP=1,94 95%CI=1,017-3,707 p=0,035) 5. Hasil uji multivariabel yang berhubungan dengan kejadian infeksi bakteri vaginosis pada ibu hamil di Kabupaten Blora adalah kebiasaan mengeringkan vagina dengan jalan mengelap menggunakan tissue atau handuk (OR=2,437, 95% CI=1,031–5,760, p=0,042). 46 47 B. Saran 1. Bagi ibu hamil a. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan kepada petugas kesehatan b. Menghindari perilaku yang berisiko dapat meningkatkan kejadian infeksi bakteri vaginosis; antara lain: penggunaan pantyliners, kebiasaan melakukan bilas vagina menggunakan sabun/air sirih, cebok dari arah sehabis cebok dengan menggunakan handuk. c. Memeriksakan kesehatan organ intim apabila ditemukan gejala keputihan yang berlebihan, rasa gatal/panas pada vagina, rasa sakit/nyeri pada saat melakukan hubungan intim, dan bau yang tidak sedap (amis) di daerah vagina sehingga dapat dilakukan pengobatan. 2. Bagi Dinas Kesehatan a. Perlunya dilakukan skrining bakteri vaginosis terutama pada ibu hamil; idealnya diawal kehamilan, sehingga dapat dilakukan pengobatan dengan segera. Pencegahan yang dilakukan sedini mungkin dapat meminimalkan dampak yang diakibatkan oleh infeksi bakteri vaginosis pada kehamilan dan persalinan. Pencegahan terjadinya infeksi bakteri vaginosis pada ibu hamil dapat mengurangi kejadian BBLR. Dengan menurunkan kejadian BBLR secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian bayi. b. Menggerakkan bidan-bidan di desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak di masyarakat untuk memperhatikan kesehatan reproduksi ibu hamil di desanya. c. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang risiko infeksi bakteri vaginosis pada kehamilan dan persalinan sehingga dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan. 3. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain yang berminat dalam kesehatan ibu hamil dapat melakukan penelitian jenis bakteri yang menjadi penyebab bakteri vaginosis pada wanita di Indonesia