1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini masyarakat di dunia termasuk Indonesia banyak menghadapi
masalah kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan pencernaan. Masyarakat
mulai ketergantungan pada sedikit sumber zat gizi seperti beras dan gandum
serta rendah akan konsumsi serat. Selain itu, menjamurnya makanan siap saji
(fast food) yang tinggi lemak dan rendah serat, berpotensi memicu penyakit
degeneratif seperti diabetes melitus, jantung koroner, kanker dan obesitas.
Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat semakin teredukasi untuk memilih
makanan yang tidak hanya bergizi namun juga berpengaruh positif bagi
kesehatan serta mampu mencegah penyakit salah satunya mengkonsumsi
makanan yang tinggi serat.
Serat pangan (dietary fiber) memiliki fungsi fisiologis bagi tubuh meliputi
kemampuan mengikat air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran
pencernaan sehingga memberi waktu cerna lebih lama dalam lambung, mampu
difermentasi dalam kolon menghasilkan asam lemak rantai pendek, mampu
menyerap air dan mengikat glukosa, meningkatkan kandungan air sehingga
feses menjadi ruah, mengurangi waktu transit makanan dalam usus lebih
pendek, dan mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah (Muchtadi,
2001). Salah satu komponen serat pangan adalah oligosakarida.
1
Oligosakarida meliputi
inulin, rafinosa, oligofruktosa, palatimosa,
isomaltosa, laktusukrosa dan polisakarida meliputi resistant starch (Fotiadis et
al, 2008). Sedangkan salah satu komponen prebiotik yang banyak digunakan
adalah inulin, fruktooligosakarida (FOS), galaktooligosakrida (GOS), dan
oligosakarida (Gibson et al, 2010).
Oligosakaria mempunyai aktivitas prebiotik karena selain tidak dapat
dicerna oleh enzim pencernaan, namun oligosakarida mampu menstimulasi
pertumbuhan
bakteri
asam
laktat
(BAL)
seperti
Lactobacillus
dan
Bifidobacteria di dalam kolon (Weese, 2002). Selain itu oligosakarida juga
dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
patogen.
Apabila
jumlah
Lactobacillus meningkat maka pertumbuhan bakteri patogenik lain seperti
strain anggota spesies E. coli dan beberapa bakteri patogen lain seperti strain
anggota spesies Clostridium perfingens, strain anggota genus Veillonella dan
Proteus akan terhambat (Manning dan Gibson, 2004).
Dioscorea spp merupakan kelompok umbi-umbian yang diketahui
mempunyai
kandungan
serat
pangan
salah
satunya
oligosakarida.
Oligosakarida terdapat pada berbagai bahan pangan seperti biji-bijian, buahbuahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, umbi-umbian dan hasil tanaman
lainnya (Manning et al, 2004). Sudah banyak penelitian tentang Dioscorea spp
khususnya pada gembili (Dioscorea esculenta) yang dilakukan oleh Marsono
(2002), tentang kandungan serat pada gembili, mampu menurunkan kadar
glukosa darah penderita diabetes mellitus. Namun penelitian mengenai potensi
umbi katak (Dioscorea penthaphylla) belum banyak dilakukan. Hal ini
2
disebabkan karena keberadaan umbi katak tidak banyak diketahui oleh
masyarakat dan jarang dimanfaatkan umbinya karena dikenal sebagai
tumbuhan liar.
Keberadaan umbi katak lebih banyak ditemukan didaerah marginal dan
pegunungan seperti didaerah hutan Wonosadi Gunung Kidul Yogyakarta. Umbi
katak ini, hidupnya meliar di hutan, jarang diketahui banyak orang dan
kebanyakan dikonsumsi oleh hewan liar seperti babi hutan dan kerabat
pemakan umbi yang lainnya (Eprilianti, 2000). Penelitian tentang umbi katak
masih sangat terbatas pada kandungan inulin umbi katak yang dilakukan oleh
Winarti et al, 2013. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian untuk
mengetahui potensi prebiotik dari umbi katak tersebut.
Penelitian mengenai potensi prebiotik pada umbi katak dilakukan melalui
analisis oligosakaridanya. Oligosakarida didapatkan melalui ekstraksi dari
tepung umbi katak dengan etanol 70% dan analisis kandungan oligoskarida
menggunakan HPLC. Metode ekstraksi dipilih karena metode tersebut sudah
banyak digunakan pada beberapa penelitian lain untuk isolasi oligosakarida.
Penelitian tentang oligosakarida dipilih karena belum banyak penelitian yang
dilakukan tentang kandungan oligoskarida pada umbi katak. Oleh karena itu
pada penelitian ini akan dilakukan analisis oliogosakarida pada umbi katak dan
potensinya sebagai prebiotik.
3
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang timbul untuk
penelitian ini adalah:
1. Apa jenis oligosakarida yang terkandung dalam umbi katak (D.
penthaphylla)?
2. Apakah oligosakarida dari umbi katak (D. penthaphylla) memiliki potensi
prebiotik?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis oligosakarida yang terkandung dalam umbi katak (D.
penthaphylla).
2. Menentukan indeks prebiotik oligosakarida dari umbi katak (D.
penthaphylla).
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan potensi umbi-umbian di
Indonesia khususnya dari kelompok Dioscorea spp yaitu umbi katak (D.
penthaphylla), sebagai bahan pangan lokal yang belum dimanfaatkan secara
optimal melalui ekstraksi oligosakaridanya. Potensi umbi katak ini, diharapkan
dapat digunakan sebagai sumber prebiotik dan menjadi salah satu alternatif
pangan fungsional.
4
Download