11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Kajian Teori 1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 1.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang sebaiknya mendapatkan perhatian khusus dari perusahaan. Pada teori-teori sebelumnya manusia sering disebut sebagai salah satu ‘aset’ perusahaan, namun saat ini sumber daya manusia dalam perusahaan juga disebut sebagai ‘investor’ bagi perusahaan. Manajemen sumber daya manusia umumnya ada untuk memperoleh tingkat perkembangan karyawan yang setinggitingginya, hubungan kerja yang serasi di antara karyawan dan penyatupaduan sumber daya manusia secara efektif atau tujuan efisiensi dan kerjasama sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Menurut Edwin F. Flippo (2015) dalam buku Drs. Danang Sunyoto, S.H., SE, MM, Manajemen sumber daya manusia disebut dengan manajemen personalia yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 sumber daya manusia agar tercapai beberapa tujuan individu organisasi dan masyarakat. Kemudian dalam buku yang sama menurut Husein Umar (2015) manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan secara terpadu. 1.1.2 Peran dan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi MSDM dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: a) Fungsi Manajerial Perencanaan, fungsi perencanaan meliputi penentuan program sumber daya manusia yang membantu pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian, fungsi pengorganisasian adalah membentuk organisasi dengan merancang susunan dari berbagai hubungan antara jabatan, personalia, dan faktorfaktor fisik Pengarahan, fungsi pengarahan adalah mengusahakan agar karyawan mau bekerja secara efektif melalui perintah motivasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Pengendalian, fungsi pengendalian adalah mengadakan pengamatan atas pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana dan mengoreksinya jika terjadi penyimpangan. b) Fungsi Operasional Pengadaan, fungsi ini meliputi perencanaan sumber daya manusia, perekrutan, seleksi, penempatan dan orientasi karyawan, perencanaan mutu dan jumlah karyawan. Pengembangan, fungsi ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan sikap karyawan agar dapat melaksanakan tugas perannya dalam perusahaan dengan baik. Kompensasi, fungsi ini dapat didefinisikan sebagai pemberian penghargaan yang adil dan layak kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang telah diberikan. Integrasi, fungsi ini meliputi usaha-usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu karyawan, organisasi dan masyarakat. Pemeliharaan, fungsi ini tak hanya mengenai usaha untuk mencegah kehilangan karyawan-karyawan namun juga bermaksud untuk memelihara sikap kerja sama dan kemampuan bekerja karyawan. Pemutusan Hubungan Kerja, fungsi ini adalah memutuskan hubungan kerja dan mengembalikannya kepada masyarakat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Proses pemutusan hubungan kerja yang utama adalah pensiun, pemberhentian, dan pemecatan. 1.1.3 Manfaat Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Meilan Sugiarta (2007) pengimplementasian manajemen sumber daya manusia akan memberikan berbagai manfaat bagi kegiatan organisasi atau perusahaan, antara lain: Organisasi atau perusahaan akan memiliki sistem informasi sumber daya manusia yang akurat. Organisasi atau perusahaan akan memiliki hasil analisis pekerjaan atau jabatan berupa deskripsi dan atau spesifikasi pekerjaan atau jabatan yang terkini. Organisasi atau perusahaan memiliki kemampuan dalam menyusun dan menetapkan perencanaan sumber daya manusia yang mendukung kegiatan bisnis. Organisasi atau perusahaan akan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas rekrutmen dan seleksi tenaga kerja. Dapat melakukan kegiatan orientasi sosialisasi secara terarah. Dapat melaksanakan pelatihan secara efektif dan efisien. Dapat melaksanakan program pembinaan dan pengembangan karir sesuai kondisi dan kebutuhan. Dapat melakukan kegiatan penelitian dan penilaian. Dapat menyusun skala upah atau gaji dan mewujudkan system balas jasa bagi para pekerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 1.2 Budaya Organisasi 1.2.1 Pengertian Budaya Organisasi Sebuah budaya dibentuk dari kebiasaan dan kepercayaan dalam suatu lingkungan yang kemudian membentuk karakteristik seorang individu. Tidak semua budaya merupakan hal yang positif. Dalam beberapa kasus, terdapat budaya-budaya negatif yang seharusnya dievaluasi dan diperbaiki. Sama halnya pada sebuah organisasi atau perusahaan, yang membangun sebuah budaya positif dalam lingkungan kerja guna mencapai tujuan, visi, misi serta target yang telah ditetapkan. Kotter & Heskett (2014) mendefinisikan budaya sebagai serangkaian nilai dan cara berperilaku yang lumrah pada sebuah komunitas dan cenderung melekat pada diri anggota komunitas tersebut dalam jangka waktu yang lama. Menurut Jones (2010) organisasi adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh sekelompok orang untuk berkoordinasi dalam rangka mencapai suatu keinginan atau nilai. Menurut Zwell (2014) budaya perusahaan merupakan cara yang digunakan oleh perusahaan dalam memanifestasi dan mentransmisi hal-hal ke seluruh lini serta menyukseskan generasi karyawan-karyawan. Hal-hal tersebut termasuk serangkaian kepercayaan, perilaku, nilai-nilai, target, teknologi dan pelatihanpelatihan yang dibagikan pada setiap anggota organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Dari beberapa pengertian mengenai budaya organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah gabungan konsep kepercayaan, asumsi, nilai-nilai dan perilaku yang diadopsi dan ditanamkan pada setiap anggota, sehingga dapat membentuk pola kerja sesuai keinginan organisasi atau perusahaan dalam mencapai target yang diinginkan. 1.2.2 Peran Budaya Organisasi Menurut Judge & Robbins (2009) budaya perusahaan memiliki berbagai peran sebagai berikut: a. Peran batas organisasi Budaya perusahaan/organisasi memberi batasan baik fisik maupun nir-fisik antara satu organisasi dengan organisasi lain. b. Pemberi identitas Budaya memberi identitas para karyawan berkaitan dengan karakteristik suatu perusahaan. c. Perekat komitmen karyawan Budaya perusahaan berperan sebagai perekat komitmen para anggotanya. d. Pengarah tindakan Budaya perusahaan sering berperan sebagai pengendali sekaligus pengarah suatu tindakan. e. Pengatur kehidupan berorganisasi Budaya berperan sebagai penstabil ‘kehidupan bersama’ anggota. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 1.2.3 Karakteristik Budaya Organisasi O’Reilly III et. al dan Robbins (2014) mengemukakan tujuh dimensi karakteristik budaya perusahaan/organisasi, yaitu: a. Innovation & Risk Taking (Inovasi dan Pengambilan Resiko): bereksperimen, mencari peluang, berani ambil resiko. b. Stability (Stabilitas): orientasi pada peraturan, rasa aman, mudah diprediksi c. Respect for people (Respek pada orang): fair (adil), toleransi. d. Outcome Orientation (Orientasi Hasil): berorientasi pada tindakan, ekspektasi tinggi. e. Attention to Detail (Perhatian terhadap Detail): tepat, cermat, analitis. f. Team Orientation (Orientasi Tim): kolaborasi, orientasi pada manusia. g. Aggressiveness (Keagresifan): kompetitif, kurang menekankan pada tanggung jawab sosial. 1.2.4 Dimensi dan Indikator Budaya Organisasi Gordon & Cummins (2014) mengemukakan sembilan dimensi nilai (indikator) yang mencerminkan budaya perusahaan. Konsep ini pada awalnya lebih pada konsep iklim organisasi, namun dapat dikategorikan sebagai budaya organisasi dengan dengan “menggali nilai yang mendasari” dan bukan sekedar “persepsi perilaku”. Kesembilan dimensi nilainya sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 a. Individual Initiative. Menunjukkan sejauh mana inisiatif individu dihargai. b. Integrity. Menunjukkan sejauh mana integritas para anggota organisasi. c. Identity. Menunjukkan sejauh mana identitas diri anggota tersebut tampak. d. Conflict Tolerance. Menunjukkan sejauh mana toleransi manajemen terhadap konflik para anggota organisasi. e. Control. Menunjukkan sejauh mana manajemen melakukan pengendalian terhadap anggotanya dalam bekerja. f. Communication Patterns. Menunjukkan pola komunikasi antar anggota organisasi (Top down atau Lateral). g. Rewards Systems. Menunjukkan sejauh mana sistem pengimbalan yang diaplikasi berorientasi pada kinerja karyawan. h. Management Support. Menunjukkan sejauh mana para pemimpin organisasi memberikan dukungan pada para anggotanya. i. Direction. Menunjukkan sejauh mana para pemimpin organisasi mengarahkan anak buah mereka untuk mencapai sasaran organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 1.3 Efektivitas Komunikasi 1.3.1 Pengertian Komunikasi Perkembangan bisnis dan teknologi yang tak terbendung lagi saat ini, menjadikan ruang lingkup sebuah bisnis semakin luas. Hal ini juga menuntut jangkauan komunikasi yang lebih luas, efisien dan yang paling utama komunikasi tersebut haruslah menjadi sebuah komunikasi yang efektif. Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis yang berarti ‘sama’. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana, komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Menurut Carl I. Hovland (2009) ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian serta pembentukan pendapat dan sikap. Menurut Djoko Purwanto (2015) komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis, mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal dan nonverbal. 1.3.2 Unsur-unsur Komunikasi Terdapat beberapa unsur dalam proses komunikasi. Unsurunsur ini harus terpenuhi untuk mencapai sebuah komunikasi yang baik dan efektif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Harold Lasswell (2009) mengemukakan bahwa proses komunikasi adalah “Who says What in Which channel to Whom with What Effect” yang berarti Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa. Yang kemudian dijabarkan kembali menjadi 5 unsur sebagai berikut: a. (Who/Sender) Pengirim/Komunikator adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain atau komunikan. b. (What/Message) Pesan adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh suatu pihak kepada pihak lain. c. (Which/Channel) Saluran adalah media yang digunakan saat menyampaikan pesan pada komunikan. d. (Whom/Receiver) Penerima/Komunikan adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain. e. (What Effect/Feedback) Umpan balik adalah tanggapan dari penerima pesan atas isi pesan yang disampaikan. 1.3.3 Dimensi dan Indikator Efektivitas Komunikasi Sebuah komunikasi yang efektif dalam 5 inevitable of laws of effective communication atau lima hukum komunikasi efektif diindikasikan dengan istilah REACH yang meliputi Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble. a. Respect adalah suatu sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 b. Empathy adalah kemampuan menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain (Suranto, 2011). c. Audible adalah maksud dari pesan yang disampaikan dapat dipahami atau dapat dimengerti dengan baik. d. Clarity adalah kejelasan dari suatu pesan, dimana pesan yang disampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai tafsir yang beralainan e. Humble dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap rendah hati. Sikap rendah hati pada mencakup: sikap melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, dan penuh pengendalian diri. 1.4 Organizational Citizen Behaviour (OCB) 1.4.1 Pengertian Organizational Citizen Behaviour (OCB) Johns (2014) mengemukakan bahwa OCB memiliki karakteristik perilaku sukarela (extra-role behaviour) yang tidak termasuk dalam uraian jabatan, perilaku spontan/tanpa sasaran atau perintah seseorang, perilaku yang bersifat menolong, serta perilaku yang tidak mudah terlihat serta dinilai melalui evaluasi kerja. Menurut Mcshane dan Von Glinow (2010) mengemukakan bahwa OCB (Organizational Citizenship Behaviour) adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 berbagai bentuk kerja sama dan tolong menolong satu sama lain yang mendukung hubungan sosial dan konteks psikologi organisasi yang beriringan dengan kinerja. Pada hakikatnya pada diri setiap manusia terdapat sebuah rasa peduli, naluri dan rasa perikemanusiaan. Meskipun pada kenyataannya terdapat perbedaan skala naluri pada tiap individu. Namun, jika perusahaan menyadari dan mengapresiasi sikap OCB karyawan, hal ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan. 1.4.2 Manfaat OCB Menurut Podsakoff et al. (2014) OCB dapat mempengaruhi keefektifan organisasi dengan beberapa alasan sebagai berikut: a. OCB membantu meningkatkan produktivitas rekan kerja. b. OCB membantu meningkatkan produktivitas manajerial. c. OCB membantu mengefisienkan penggunaan sumber daya organissional untuk tujuan-tujuan produktif. d. OCB dapat menurunkan tingkat kebutuhan akan penyediaan sumber daya untuk tujuan-tujuan pemeliharaan karyawan. e. OCB dapat dijadikan sebagai dasar yang efektif untuk aktifitas-aktifitas koordinasi antar kelompok kerja. f. OCB dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan SDM-SDM handal. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 g. OCB dapat meningkatkan stabilitas kinerja organisasi. h. OCB dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan bisnis. 1.4.3 Faktor-faktor OCB Simanullang (2010) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi OCB, sebagai berikut: a. Budaya dan iklim organisasi b. Kepribadian dan suasana hati c. Persepsi terhadap dukungan organisasional d. Persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan e. Masa Kerja f. Jenis Kelamin 1.4.4 Dimensi dan Indikator Dimensi Konstruk OCB Organ, Podsakoff & McKenzie (2006) mengintegrasikan berbagai konstruk OCB menjadi tujuh dimensi sebagai berikut: a. Helping Behaviour/Altruism/Courtesy Menunjukkan suatu perilaku membantu orang lain secara sukarela dan bukan merupakan tugas dan kewajibannya. b. Sportsmanship Menunjukkan suatu kerelaan/toleransi untuk bertahan bekerja pada suatu organisasi/perusahaan tanpa mengeluh kendati keadaan di perusahaan tersebut kurang menyenangkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 c. Organizational compliance/general compliance/ organizational obedience Menunjukkan suatu sikap individu yang menerima peraturan dan prosedur yang berada dalam suatu organisasi. d. Organizational loyalty/spreading goodwill Perilaku individu yang berkaitan dengan upaya mempromosikan citra organisasinya ke pihak luar. e. Civic virtue/organizational participation Keterlibatan individu dalam suatu aktivitas organisasi dan peduli terhadap kelangsungan hidup organisasi. f. Individual initiative/conscientiousness Suatu perilaku individu yang menunjukkan upaya sukarela dalam meningkatkan cara dalam menjalankan tugasnya secara kreatif dan inovatif agar kinerja organisasi meningkat. g. Self development Suatu perilaku individu yang berkaitan dengan upaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta kemampuan tanpa diminta. Dimensi ini, menurut George dan Brief (2014) juga mencakup pengembangan kompetensi diri secara swadaya dengan kemauan dan bila perlu dengan biaya sendiri, misalnya mengikuti kursus atau pelatihan agar tidak ketinggalan dari kemajuan di bidangnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 1.5 Produktivitas Kerja 1.5.1 Pengertian Produktivitas Kerja Setiap perusahaan selalu berusaha agar karyawan dapat berprestasi dalam bentuk kontribusi kerja yang maksimal. Produktivitas kerja karyawan merupakan hal penting bagi perusahaan. Hal ini dipandang sebagai tolak ukur keberhasilan dalam menjalankan suatu usaha. Karena semakin tinggi produktivitas kerja karyawan dalam perusahaan, berarti laba perusahaan dan produktivitas meningkat. Menurut Pandi A (2016) produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang digunakan selama produksi berlangsung. 1.5.2 Konsep Produktivitas Kerja Konsep produktivitas kerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasi. Pengkajian masalah produktivitas dari dimensi individu tidak lain melihat produktivitas terutama dalam hubungannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu. Sementara itu menurut Pandi A. (2016) ditinjau dari dimensi keorganisasian, konsep, produktivitas secara keseluruhan, produktivitas merupakan dimensi lain dari upaya mencapai kualitas dan kuantitas suatu proses kegiatan berkenaan dengan bahasan ilmu ekonomi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 1.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Menurut Payaman J. Simanjuntak (2006) faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan perusahaan dapat digolongkan pada dua kelompok, yaitu: 1) Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan yang meliputi: tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan. 2) Sarana pendukung, meliputi: a) Lingkungan kerja, meliputi: produksi, sarana dan peralatan produksi, tingkat keselamatan, dan kesejahteraan kerja. b) Kesejahteraan karyawan, meliputi: Manajemen dan hubungan industri. Sedangkan menurut Muchdarsyah dalam Yuli Tri Cahyono dan Lestiyana Indira M. (2007) menyebutkan faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut: 1) Tenaga kerja Kenaikan sumbangan tenaga kerja pada produktivitas adalah karena adanya tenaga kerja yang lebih sehat, lebih terdidik dan lebih giat. Produktivitas dapat meningkat karena hari kerja yang lebih pendek. Imbalan dari pengawas dapat mendorong karyawan lebih giat dalam mencapai prestasi. Dengan demikian jelas bahwa tenaga kerja berperan penting dalam produktivitas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 2) Seni serta ilmu manajemen Manajemen adalah faktor produksi dan sumberdaya ekonomi, sedangkan memberikan seni adalah pengetahuan kemungkinan manajemen peningkatan yang produktivitas. Manajemen termasuk perbaikan melalui penerapan teknologi dan pemanfaatan pengetahuan yang memerlukan pendidikan dan penelitian. 3) Modal Modal merupakan landasan gerak suatu usaha perusahaan, karena dengan modal perusahaan dapat menyediakan peralatan bagi manusia yaitu untuk membantu melakukan pekerjaan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Fasilitas yang memadai akan membuat semangat kerja bertambah secara tidak langsung produktivitas kerja dapat meningkat. 1.5.4 Dimensi dan Indikator dalam Pengukuran Produktivitas Pandi Afandi (2016) menjabarkan bahwa mengukur produktivitas kerja menurut dimensi organisasi secara matematis hubungannya diformulasikan dengan rumus (P = Oi – I). Dimana Oi adalah Output dan I adalah sejumlah input yang dipergunakan dalam mencapai output tertentu. Dan indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran produktivitas adalah sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 a. Kuantitas kerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh perusahaan. b. Kualitas kerja merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan. Dimaknai juga sebagai suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. c. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari segi koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. 2. Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya perlu dijadikan bahan pertimbangan sebagai dasar atau acuan yang berupa teori-teori ataupun temuan-temuan. Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan produktivitas. Makadari itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa skripsi dan jurnal-jurnal melalui internet. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menyiratkan bahwa mayoritas menyatakan bahwa variable http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 produktivitas dapat dipengaruhi oleh beberapa variable lain. Pemaparan skematis penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilaksanakan, pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO 1 2 3 TAHUN 2012 2013 2006 VARIABEL YANG TERKAIT HASIL PENELITIAN Budaya Organisasi, Produktivitas Kerja Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung (9,785) lebih besar dari t tabel (2,00), maka Ho ditolak artinya Budaya Organisasi berpengaruh secara nyata (signifikan) dan positif terhadap Produktivitas Karyawan. Dengan demikian semakin kuat budaya organisasi pada perusahaan tersebut, semakin tinggi pula produktivitas kerja karyawan. Triwahyuni Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional VII KTI Efektivitas Komunikasi, Produktivitas Kerja Dari hasil penelitian pada nilai F hitung sebesar 39,183 dan taraf signifikasi sebesar 0,000 (sig alpha < 0,05), menunjukkan bahwa Efektifias Komunikasi menjadi faktor yang signifikan dan positif terhadap Produktivitas Kerja karyawan. Artinya karyawan pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Divisi Regional VII KTI sebagian besar menganggap bahwa peningkatan produktivitas kerja dipengaruhi oleh keterbukaan karyawannya dalam menerima masukan dan menyampaikan informasi penting kepada rekan kerja untuk mencari kejelasan, bersikap terbuka dengan menghindari ungkapan evaluatif yang bernada negatif, bersikap positif dengan memberikan pujian atau penghargaan kepada rekan kerja, menerapkan kesamaan dengan menghargai perbedaan rekan kerja dalam mengemukakan suatu pendapat. Raden Desiderius Melantono Lahanjono Pengaruh Organizational Citizenship Behaviour terhadap Produk-tivitas pada Karyawan Industri Kons-truksi di Yogyakarta OCB (Organizational Citizenship Behaviour), Produktivitas Kerja Hasil pengujian menunjukan bahwa unsurunsur Organizational Citizen Behaviour (OCB) yaitu kepuasan kerja, komitmen organisasional dan in/extra-role behaviour berhubungan positif dengan Produktivitas. PENELITI Vidi Primadha Nia JUDUL Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Otsuka Indonesia http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 4 5 6 2015 2011 2012 Intan Ayu Agoestya Risky I Gusti Agung Aries Indrajaya Hossein Rezai, Esmaeil Sabzikaran Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Self Efficacy dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap Produktivitas Kerja Perawat RSU. Kaliwates di Jember Pengaruh Budaya Organisasi, Komunikasi dan lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerjakaryawan CV. Hitakara Denpasar Exploring the Effect of Organizational Citizenship Behavior on Human Resources Productivity Enhancement. (Case Study: Blood Transfusion Organization Khorasan Razavi Region) Budaya Organisasi, OCB (Organizational Citizenship Behaviour), Produktivitas Kerja Hasil penelitian menunjukkan variabel budaya organisasi (X1) memiliki nilai t 2,172 > 1,994 dan signifikasi 0,040 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara parsial variabel budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja perawat RSU. Kaliwates di Jember. Kemudian variabel Organizational Citizenship Behaviour (OCB) (X3) memiliki nilai t 5,413 > 1,994 dan signifikasi 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara parsial variabel Organizational Citizenship Behaviour (OCB) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja perawat RSU. Kaliwates di Jember. Budaya Organisasi, Komunikasi, Produktivitas Kerja. Hasil uji menunjukkan nilai thitung (6,797) lebih besar dari ttabel (2,02) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel budaya organisasi terhadap produktivitas karyawan pada CV. Hitakara Denpasar. Hasil uji menunjukan nilai t hitung (4,155) lebih besar dari ttabel (2,02) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel komunikasi terhadap produktivitas karyawan pada CV. Hitakara Denpasar. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai F hitung (54,573) lebih besar dari nilai Ftabel (2,83) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel budaya organisasi, komunikasi dan lingkungan kerja terhadap produktivitas karyawan pada CV. Hitakara Denpasar. OCB (Organizational Citizenship Behaviour), Productivity. Having had the results, by using the SPSS software analysis of collected data (test T), as it is seen in Table 3, all coefficients of linear regression functions about the model of organizational citizenship behavior are confirmed and are meaningful. Therefore all regression lines related to the minor hypotheses have been meaningful and the existence of effects of every one of these dimensions on the enhancementof human resources productivity is confirmed. As a result, concepts like organizational citizenship behaviors are among others,one of relevant and helpful subjects for the promotion of employees operations and productivities. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 7 2014 Godson Ahiabor The Impact Of Corporate Culture on Productivity Of Firms In Ghana: A Case Of Vodafone Ghana Corporate Culture, Productivity. The results of these studies mostly show positive association between strong culture and performance improvement. on the basis of this study, they concluded that organizational culture has a positive impact on the employee’s job performance. investigation of the research reveals that the output has increased and the market sharehas also risen. furthermore about 87% of respondents said Vodafone was reliable. the study confirms that corporate culture had a positive impact on productivity. The view on the impact of corporate culture on productivity is relevant for expansion of output; therefore it adds insights on the topic. the hypothesis that corporate culture does havea positive impact on the level of productivity of firms is proven to be right. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang dijabarkan di atas, terbukti bahwa budaya organisasi, efektivitas komunikasi dan organizational citizen behaviour (OCB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja. B. Rerangka Pemikiran Dalam menjalankan sebuah perusahaan produktivitas kerja karyawan merupakan jiwa dari perusahaan tersebut. Karena produktivitas merupakan sebuah keterkaitan antara input (kontribusi kerja karyawan) dan output (hasil kerja karyawan). Hasil kerja diartikan sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai target yang telah direncanakan. Jika terdapat ketimpangan antara target yang telah direncanakan dengan realita hasil pencapaian, berarti terdapat masalah yang mempengaruhi turunnya produktivitas kerja tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jika nilai-nilai budaya organisasi ditanamkan dan diaplikasikan dengan baik oleh seluruh anggota organisasi atau perusahaan, produktivitas kerja karyawan pun akan meningkat. Nilai-nilai tersebut diantaranya Individual Initiative, Integrity, Identity, Conflict Tolerance, Control, Communication Pattern, Rewards Systems, Management Support dan Direction. Kemudian apabila komunikasi antar anggota organisasi/karyawan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini akan memberikan dampak positif pula pada efisiensi kerja, meminimalisir kesalahan akibat mis-komunikasi yang beriringan dengan meningkatnya produktivitas kerja karyawan. Karena core atau inti dari sebuah komunikasi adalah sebuah keseragaman pengertian dan pemahaman sehingga berhasil mencapai tujuan bersama. Sebuah penyampaian komunikasi yang efektif dirumuskan menjadi REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Selain itu hal yang mungkin sering terlupakan yaitu OCB, ternyata dapat memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Jika perilaku kewargaan organisasi (OCB) tinggi, maka produktivitas pun meningkat. Perilaku OCB meliputi Sportsmanship, Organizational Helping Behaviour/Altruism/Courtesy, compliance/general compliance/ organizational obedience, Organizational loyalty/spreading goodwill, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Civic virtue/organizational participation, Individual initiative/ conscientiousness dan Self development. Mengingat menolong pekerjaan karyawan lain sama dengan meningkatkan produktivitas karyawan tersebut, sehingga perusahaan pun mendapatkan efek domino yang positif dalam hal produktivitas. Untuk memperjelas rerangka pemikiran di atas, maka dapat digambarkan dalam sebuah konseptual rerangka pemikiran, yang disajikan dalam skema berikut: Gambar 2.1 Skema Rerangka Pemikiran Budaya Organisasi H1 (X1) Efektivitas Komunikasi (X2) OCB H2 H3 (X3) http://digilib.mercubuana.ac.id/ Produktivitas Kerja (Y) 34 C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008) Menurut Husein (1997) Hipotesis penelitian diartikan sebagai jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian yang kebenarannya harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan konseptual rerangka pemikiran yang telah dijabarkan, maka rumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu: H1 : Diduga adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara Budaya Organisasi dengan Produktivitas Kerja. H2 : Diduga adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara Efektivitas Komunikasi dengan Produktivitas Kerja. H3 : Diduga adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara Organizational Citizenship Behaviour Produktivitas Kerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ (OCB) dengan