BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia ekonomi, perdagangan dan bisnis di Indonesia, terutama yang berskala menengah keatas, mayoritas menggunakan perusahaan-perusahaan yang dibentuk oleh pihak-pihak pemiliknya. Perusahaan-perusahaan ini memiliki berbagai bentuk, antara lain sebagaimana Pasal 1618 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), adalah Perseketuan Perdata; yaitu persekutuan yang dibuat berdasarkan perjanjian antara dua orang atau lebih yang memasukkan sesuatu kedalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.1 Selain itu terdapat pula Persekutuan Firma; yaitu perserikatan yang didirikan untuk menjalankan sesuatu perusahaan dibawah satu nama bersama.2 Dan Persekutuan Komanditer; yaitu persekutuan yang didirikan antara satu orang atau beberapa orang yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain.3 Kemudian, yang satu ini merupakan bentuk persekutuan yang dianggap sebagai penemuan terbesar dalam bidang ekonomi, yaitu Perseroan Terbatas (disingkat PT). Bahkan terhadap Perseroan 1 Terbatas ini, dibuatkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buergerlijk Wetboek), 1996. diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, Pradnya Paramita, jakarta, Pasal 1618. 2 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel), 2002, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, Pradnya Paramita, Jakarta, Pasal 16. 3 Ibid, Ps. 19. 1 2 Undang-Undang tersendiri terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) maupun Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak seperti Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, maupun Persekutuan Komanditer (CV). Peraturan yang mengatur Perseroan Terbatas secara khusus diawali oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, yang kemudian terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Melalui perseroan terbatas inilah sejumlah modal dikumpulkan, diorganisasikan, dan diadministrasikan secara efisien. Tidak berlebihan kiranya untuk mengatakan bahwa perseroan terbatas adalah kunci pembuka gerbang kearah sistem kapitalis.4 Mengingat Perseroan Terbatas adalah persekutuan modal, maka tujuan PT adalah mencapai keuntungan untuk dirinya sendiri, dimana untuk mencapainya PT harus melakukan kegiatan usaha. KUHD membuat istilah perbuatan perniagaan yang terdapat pada Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD yang rinci menjelaskan makna perbuatan perniagaan, istilah perusahaan dan menjalankan perusahaan. Sedangkan menurut Pasal 1 huruf (b) UU No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Hal tersebut semakin menjelaskan sifat perusahaan yang mencari keuntungan. Bahkan Polak berpendapat, baru ada perusahaan jika diperlukan 4 Chatamarrasjid Ais, 2004, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum Perusahaan, Citra Aditya Bakti, Jakarta, hlm 2. 3 adanya perhitungan laba rugi yang dapat diperkirakan dan segala sesuatu dicatat dalam pembukuan.5 Sehingga dapat disimpulkan, bahwa sesuatu dikatakan sebagai perusahaan jika memenuhi unsur-unsur dibawah ini :6 1. Bentuk usaha, baik yang dijalankan secara orang persorangan atau badan usaha; 2. Melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus; dan 3. Tujuannya adalah untuk mencari keuntungan atau laba. Pasal 18 UUPT No. 40 Tahun 2007, juga mengharuskan Perseroan Terbatas untuk memiliki maksud serta tujuan serta kegiatan usaha yang dicantumkan dalam anggaran dasar perseroan sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Penjelasan pasal ini adalah kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dijalankan oleh perseroan dalam rangka mencapai maksud tujuannya, yang harus dirinci secara jelas dalam anggaran dasar. Kegiatan usaha tersebut menimbulkan transaksi-transaksi oleh perusahaan, dimana transaksi bisnis dapat dibagi dua menurut pihak yang terlibat dalam bisnis tersebut. Pertama, transaksi bisnis dalam negeri, yaitu transaksi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak yang datang dari dua hukum yang sama. Kedua, transaksi bisnis internasional, yaitu dimana pihak datang dari dua sistem hukum yang berbeda. Sehingga para pihak perlu memutuskan terlebih dahulu hukum mana yang berlaku bagi perjanjian yang mereka buat. Dari hukum kontrak, transaksi bisnis terdiri dari tiga tahap, tahap persiapan (preparation phase), tahap 5 H.M.N. Purwosutjipto, 1981. Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jilid I, Djabatan, Jakarta, hlm. 12. 6 Ridwan Khairandy, 2008. Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan dan Yurispudensi, Edisi Revisi, Kreasi Total Media, Yogyakarta, hlm. 43. 4 pelaksanaan (performance phase), tahap penegakan hukum kontrak (enforcement phase). Dengan tiga aspek yang mengiringinya yaitu budaya (culture), hukum (legal), serta praktis (practical).7 Selanjutnya, didalam hal perusahaan merupakan perusahaan terbuka dimana pada dasarnya perusahaan terbuka juga bersifat perseroan terbatas, sehingga turut tunduk pula dengan UUPT No. 40 Tahun 2007, namun sebagai akibat dari sahamnya yang masuk didalam struktur pasar modal, maka perusahaan terbuka juga turut tunduk dengan UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 (UUPM). Definisi Pasar Modal di Indonesia sendiri menurut UU Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan pengertian umum pasar modal (capital market) adalah institusi/tempat dan prosedur/sistem yang memberikan sarana untuk penciptaan dan transfer/transaksi instrumen keuangan jangka panjang. Berdasarkan sifat fisiknya pasar modal dibedakan antara organized security exchange (biasa disebut bursa efek atau stock exchange) yang secara fisik ada tempatnya, misalnya Bursa Efek Indonesia dan New York Stock Exchange, dan over the counter markets yang secara fisik tidak ada tempatnya, dan meliputi semua efek yang tidak diperdagangkan dibursa.8 Selanjutnya UUPM mengenal sebutan perusahaan publik, yang berarti adalah perusahaan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang 7 saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Erman Rajaguguk, 2009, Transaksi Bisnis Internasional : 3 Aspek, 3 Tahap, Makalah, UI Offset, Jakarta, hlm 1. 8 Iman Sjahputra, 2011, Hukum Pasar Modal: Teori dan Kasus, Harvarindo, Jakarta, hlm. 8. 5 Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal yang disetor yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Perusahaan publik juga dapat disebut emiten manakala ia melakukan penawaran umum dan sahamnya aktif diperdagangan di bursa (secondary market) atau telah melakukan listing dibursa dalam menjaring dana bagi kegiatan usaha perusahaan atau pengembangan usaha perusahaan. Usaha untuk mendapatkan dana itu dilakukan dengan menjual efek kepada masyarakat luas melalui pasar modal. Suatu perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal disebut dengan Perusahaan Terbuka. Kewajiban untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam wajib dilakukan oleh perusahaan publik baik yang melakukan atau tidak melakukan penawaran umum.9 Dalam beraktivitas di pasar modal emiten diharuskan melakukan keterbukaan informasi, pengertian keterbukaan informasi menurut Pasal 1 ayat 25 UUPM adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten/perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk kepada undang-undang ini, untuk menginformasikan seluruh informasi material kepada masyarakat dalam waktu yang tepat mengenai usahanya atau efeknya, yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal atau harga efek tersebut. Dengan demikian setiap emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan 9 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, 2004, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana Prenada Media Group, hlm. 155. 6 kepada masyarakat secepat mungkin (paling lambat akhir hari kerja ke-2 setelah keputusan atau terjadinya sesuatu peristiwa atau fakta material) yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Dari kewajiban tersebut, muncul pula kewajiban perusahaan atau emiten yang telah melakukan penawaran umum efek bersifat ekuitas atau perusahaan publik, untuk mengumumkan informasi mengenai transaksi material kepada masyarakat dalam paling kurang satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang beredar secara nasional dan menyampaikan bukti pengumuman tersebut kepada Bapepam-LK termasuk dokumen pendukungnya. 10 Terutama dalam hal transaksi material bernilai diatas 50% dari ekuitas perusahaan, wajib pula memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Perusahaan publik dengan sifatnya yang terbuka, khususnya mengenai informasinya, memang memiliki kewajiban untuk terus memberikan infomasi kepada publik dengan tujuan agar publik sebagai pemodal perseroan mengerti benar bahwa rencana investasi yang dipilihnya telah sesuai dan tidak akan dirugikan. Namun demikian, terhadap pengaturan transaksi material tersebut perusahaan publik menjadi cukup disulitkan. Adapun didalam perusahaan publik, untuk mengadakan RUPS diperlukan biaya yang sangat besar, baik dari pemanggilan pemegang saham yang berjumlah sangat banyak, sampai dengan sulitnya untuk menghadirkan quorum RUPS itu sendiri. Sehingga apabila perusahaan berusaha melakukan transaksi bisnis yang bernilai lebih dari 50% nilai ekuitasnya, maka terkendala waktu dan biaya untuk 10 Peraturan Nomor IX.E.2 : Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-413/BL/2009 Tanggal 25 November 2009, Pasal 2 huruf (a). 7 melakukannya, belum lagi ketentuan harus mengiklankannya. Dari kendala tersebut, akhirnya banyak perusahaan yang memanfaatkan pengecualian didalam masuknya kategori transaksi sebagai Transaksi Material. Salah satu pengecualiannya adalah apabila perusahaan yang melakukan transaksi material yang merupakan kegiatan usaha utama.11 Dengan adanya pengecualian tersebut, maka perlu dimengerti benar mengenai pelaksanaannya secara praktek di Indonesia. Karena sifat pengertiannya yang luas dari pengaturan pengecualian tersebut, serta filosofi dari perusahaan publik sendiri yang secara jelas harus melindungi pemodal dengan keterbukaan informasi, maka kebertentangan tersebut didalam prakteknya harus ada penyelesaiannya. Tentu saja peran Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sebagai pihak institusi pemerintah yang memiliki wewenang serta mengeluarkan pengaturannya itu perlu diketahui bagaimana menjalankan pengaturan ini didalam prakteknya. Atas dasar uraian tersebut diatas, penulis membuat penelitian thesis dengan judul ”Tinjauan Yuridis Penerapan Pengecualian Transaksi Material Terhadap Kegiatan Usaha Utama Perusahaan Publik“, dengan harapan dapat menjawab permasalahan-permasalahan didalam transaksi material pada perusahaan publik sebagaimana dibawah ini. B. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas didalam penelitian diidentifikasikan didalam rumusan-rumusan pertanyaan berikut ini : 11 Peraturan IX.E.2, Op.cit., Pasal 3 huruf (a) angka (4). ini akan 8 1. Apa yang menjadi pertimbangan ketentuan transaksi material memiliki/ mengandung pengecualian? 2. Bagaimana penerapan pengecualian transaksi material terhadap kegiatan usaha utama perusahaan publik ? C. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa saja yang dikecualikan dari ketentuan transaksi material, serta pengecualian apa saja tersebut, pertimbangan serta untuk adanya mengetahui pengecualiansiapa yang mengaturnya. 2. Untuk memperoleh gambaran penerapan pengecualian transaksi material khususnya dalam hal perusahaan publik melakukan transaksi yang merupakan kegiatan usaha utama perusahaan, baik gambaran mengenai praktek proses pengecualiannya, serta apa saja yang harus dilakukan oleh perusahaan publik. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Sejalan dengan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian ini diharapkan akan berguna secara praktis untuk mengetahui hal-hal yang menjadi suatu pertimbangan transaksi material yang dikecualikan oleh suatu perusahaan publik dan penerapan pengecualian transaksi material terhadap kegiatan usaha utama perusahaan publik. 9 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan akan dapat memberikan informasi secara deskriptif pada kalangan akademisi, sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam berkaitan dengan pertimbangan transaksi material yang dikecualikan oleh suatu perusahaan publik dan penerapan pengecualian transaksi material terhadap kegiatan usaha utama perusahaan publik. E. Keaslian Penelitian Dari hasil penelusuran penulis mencari penelitian yang serupa dengan penelitian yang penulis lakukan ditemukan penelitian tesis yang berkaitan dengan transaksi material yang hampir serupa yakni Penilaian PT. Jasa Marga (persero) Tbk Terkait Dengan transaksi material Tahun 2009 oleh Imam Kasro’i untuk menyelesaikan pendidikan S2 Magister Ekonomika Pembangunan UGM di Universitas Gadjah Mada. Sedangkan penelitian tesis yang penulis lakukan Tinjauan Yuridis Penerapan Pengecualian Transaksi Material Terhadap Kegiatan Usaha Utama Perusahaan Publik, sehingga perbedaannya yaitu Penilaian PT. Jasa Marga (persero) Tbk Terkait Dengan transaksi material jadi transaksi material yang secara khusus ada di Jasa Marga. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki pembahasan yang asli dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara akademis.