BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pemasaran Hijau Pemasaran hijau merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari konsep pemasaran yang sudah ada. Definisi Pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2006: 6) menyatakan bahwa Pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:5) menjelaskan konsep Pemasaran bahwa untuk sukses, perusahaan harus menentukan kebutuhan dan keinginan berbagai target pasar tertentu dan memberikan kepuasan yang diinginkan lebih baik daripada pesaing. Konsep pemasaran didasarkan kepada dasar pemikiran bahwa pemasar harus membuat apa yang dapat dijualnya, daripada berusaha menjual apa yang telah dibuatnya. Menurut Kotler dan Keller (2007) Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas menpertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pemasaran adalah suatu proses yang dilakukan 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan lebih dari yang diharapkan konsumen sehingga terciptanya nilai bagi pelanggan dan hubungan yang kuat dengan pelanggan. Menurut Chandrasekar (2010) menjelaskan bahwa pemasaran hijau adalah pemasaran produk yang dianggap akan menyelamatkan lingkungan (AMA). Maka pemasaran hijau menggabungkan beberapa kegiatan seperti modifikasi produk, perubahan proses produksi, perubahan kemasan dan perubahan promosi. Pemasaran hijau mengacu pada konsep pemasaran holistic dimana dalam produksi, konsumsi, pemasaran dan pembuangan produk dan jasa terjadi dengan cara yang kurang merugikan lingkungan dengan tumbuhnya kesadaran tentang dampak dari pemanasan global, limbah yang dapat terurai, limbah padat dan dampak berbahaya dari polusi lainnya, baik pemasaran dan konsumen semakin peka untuk beralih pada kebutuhan produk hijau dan pelayanannya. Produk ramah lingkungan merupakan produk yang tidak mengandung toxic yang terbuat dari bahan daur ulang dalam pengemasannya. Strategi produknya yakni dengan memaksimalkan bahan daur ulang dan mengurangi penggunaan bahan baru dalam pengemasannya yang bertujuan untuk memenuhi kebuthuan konsumen akan produk ramah lingkungan serta memberikan kepuasan nilai terhadap produk ramah lingkungan (Rizwanalam, 2013). Produk ramah lingkungan dapat diartikan sebagai produk yang aman digunakan dan tidak menimbulkan dampak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 negatif bagi lingkungan. Pemasaran hijau merupakan holistik, tanggung jawab strategik, proses manajemen yang mengidentifikasi, mengantisipasi, memuaskan dan memenuhi kebutuhan stakeholders untuk memberi pengarahan yang wajar, yang tidak menimbulkan kerugian kepada manusia atau kesehatan lingkungan alam (Rambing et al, 2015). Pemasaran Hijau dijelaskan oleh Chen dan Chang (2013) yang mengutip pendapat Jain dan Kanur konsep yang meliputi semua kegiatan pemasaran yang dikembangkan untuk merangsang dan mempertahankan sikap dan perilaku konsumen yang ramah lingkungan. Definisi lain dijelaskan oleh Grewal dan Levy (2008) bahwa Pemasaran Hijau memberikan konsumen dengan produk yang lebih ramah lingkungan melalui strategi yang digunakan oleh perusahaan. Menurut Kadirov dan Varey (2010) menjelaskan dua komponen utama dari pemasaran hijau yaitu penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan atau diperbaharui dan pengurangan polusi dan limbah dari produksi dan penggunaan produk. Akan tetapi Perusahaan tidak hanya mengklaim hijau atau menghasilkan kemasan yang ramah lingkungan, melainkan juga harus mencakup konsep hijau dalam mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk hijau (Mohajan, 2011). Definisi Pemasaran Hijau dijelaskan oleh Tan dan Lau (2011) yang mengutip pendapat Peatitie dan Welford adalah proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, http://digilib.mercubuana.ac.id/ mengantisipasi dan 16 memuaskan kebutuhan pelanggan dan masyarakat, dengan cara yang menguntungkan dan berkelanjutan pada lingkungan. Menurut Sumarwan (2012: 216) merangkum konsep Pemasaran Hijau sebagai suatu strategi bisnis filosofi yang memiliki tujuan berikut ini: 1. Memuaskan kebutuhan konsumen untuk produk dan jasa yang ramah lingkungan dan untuk mengadaptasi perilaku perusahaan pada nilai sosial dan lingkungan yang berlaku dalam masyarakat saat ini. 2. Mencapai tujuan ekonomis perusahaan, membuatnya menyadari bahwa mencapai tujuan ekonomis ini bukannya tidak selaras dengan pencapaian tujuan bagi lingkungan hidup. 3. Mencapai kedua tujuan ini dengan meminimalkan kerusakan lingkungan. Berdasarkan pengertian Pemasaran Hijau menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa Pemasaran Hijau merupakan suatu kegiatan pemasaran dalam menghasilkan produk dari penggunaan bahan baku produk, penggunaan bahan baku pengemasan menggunakan bahanbahan yang tidak membahayakan kesehatan dan tidak membahayakan lingkungan, proses produksi yang ramah lingkungan serta perusahaan tidak hanya mengklaim bahwa produk yang dihasilkan sebagai produk hijau melainkan perusahaan juga perlu memiliki tanggung jawab terhadap kepedulian lingkungan melalui penyampaian informasi dan komunikasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 yang jelas mengenai produknya yang hijau dan kegiatan yang dilakukan perusahaan memberikan sikap kepedulian pada lingkungan. 2. Perilaku Konsumen a. Definisi Perilaku Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk (2008: 6) Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, seberapa sering mereka menggunakannya. Definisi lain dijelaskan menurut Suryani (2008: 6) Perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan menghentikan produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat. Di dalam mempelajari perilaku konsumen pemasar tidak hanya berhenti pada perilaku konsumen semata saja namun juga perlu mengkaitkannya dengan strategi pemasaran yang akan disusunnya. Strategi pemasaran yang baik pada hakekatnya didasarkan pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumennya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Definisi Perilaku konsumen menurut Sangadji dan Sopiah (2013) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam pemerolehan, pengonsumsian dan penghabisan produk/ jasa termasuk proses yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Masyarakat dihadapkan pada banyak pilihan guna memenuhi kebutuhannya. Pilihan-pilihan ini dilakukan karena kebutuhan manusia tidak terbatas sedangkan alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat terbatas. Banyak faktor dan alasan yang mendorong manusia untuk melakukan suatu pembelian. Berdasarkan definisi Perilaku Konsumen menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa Perilaku Konsumen adalah semua kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh konsumen dalam memutuskan untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk pada saat individu memiliki kebutuhan akan suatu produk dan terdapat banyak alternatif pilihan sehingga individu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut yang terkait dengan apa yang akan mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka akan membeli dan dimana mereka akan membeli hingga konsumen melakukan evaluasi setelah melakukan pembelian atau mengkonsumsi produk. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Amstrong (2006: 159) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen untuk melakukan pembelian dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: 1) Faktor Budaya Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam pada perilaku konsumen. a) Budaya Budaya (culture) adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar. Perilaku manusia dipelajari secara luas. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai budaya dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian bisa sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. b) Subbudaya Masing-masin budaya mengandung subbudaya (subcultuer) yang lebih kecil atau kelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. c) Kelas Sosial Kelas sosial (social class) adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh hanya satu faktor seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. 2) Faktor Sosial a) Kelompok Kecil Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat dimana seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung (berhadapan) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Kelompok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep diri seseorang, menciptakan tekanan untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang. Pengaruh ini berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat oleh orang lain yang dihormati pembeli. b) Keluarga Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan telah diteliti secara ekstensif. Peran pemblian bisa berubah sesuai dengan gaya hidup konsumen yang berubah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 c) Peran dan Status Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang disekitarnya. Masing-masing mencerminkan nilai-nilai peran yang membawa diberikan status yang kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih produk yang sesuai dengan peran dan status mereka. 3) Faktor Pribadi a) Usia dan Tahap Siklus Hidup Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga yakni tahap-tahap yang dilalui keluarga ketika mereka menjadi matang dengan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang sesuai untuk setiap tahap itu. b) Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata pada produk dan jasanya. Perusahaan bahkan dapat menghkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 c) Situasi Ekonomi Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. d) Gaya Hidup Gaya diekspresikan hidup adalah dalam keadaan pola hidup seseorang psikografisnya. Gaya yang hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang didunia.konsep gaya hidup dapat membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian. e) Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 4) Faktor Psikologis a) Motivasi Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas yang kuat. Motif atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan. b) Persepsi Orang yang termotivasi siap beraksi. Cara orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang sebuah situasi. Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. c) Pembelajaran Ketika orang bertindak, maka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Dorongan adalah rangsangan internal yang kuat dan memerlukan tindakan. Dorongan menjadi motif ketika dorongan itu diarahkan menuju objek rangsangan tertentu. d) Keyakinan dan Sikap Melalui pelaksanaan dan pembelajaran, seseorang mendapatkan keyakinan dan sikap. Pada akhirnya, keyakinan dan sikap ini mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat atau iman dan bisa membawa muatan emosi maupun tidak. Keyakinan ini membentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Sikap menempatkan orang kedalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu. 3. Green Consumer Behavior Green Consumer Behavior secara umum didefinisikan sebagai salah satu perilaku yang ramah lingkungan dan atau yang membeli produk hijau yang standar sebagai alternatifnya. Green consumers lebih bisa dikontrol secara internal karena mereka percaya bahwa konsumen individu bisa efektif dalam melindungi lingkungan. Dengan demikian, mereka merasa bahwa pekerjaan melindungi lingkungan tidak harus diserahkan kepada pemerintah, bisnis, lingkungan dan ilmuwan saja; mereka sebagai konsumen juga dapat memainkan peran. Mereka lebih berpikiran terbuka atau toleran terhadap produk baru dan ide-ide baru. Keterbukaan pikiran mereka membantu mereka untuk menerima dengan perilakunya yang senang hati pada produk hijau (Boztepe, 2012). Green Consumers adalah mereka yang menyadari dan tertarik pada isu-isu lingkungan (Soonthonsmai, 2007). Hossan memaparkan Individu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 yang secara sadar berusaha untuk meminimalkan dampak negatif perbuatannya pada alam dengan mencoba untuk meminimalkan sumber daya dan konsumsi energi, penggunaan zat non–beracun dan mengurangi produksi limbah (Al-Otoum dan Nimri, 2015). Green Consumer Behavior memiliki fokus utama pada perilaku non-konsumsi dan pasca-konsumsi seperti daur ulang dan energi konservasi (Jansson dan Marell, 2010). Berdasarkan penjelasan menurut para ahli mengenai Green Consumer Behavior dapat disimpulkan bahwa Green Consumer Behavior merupakan perilaku konsumen yang sadar pada lingkungan dan permasalahan lingkungannya sehingga dalam memutuskan membeli produk, konsumen akan lebih memilih produk yang tidak memilik dampak negatif pada lingkungan yang dapat memperbesar kerusakan lingkungan dan perilaku konsumen yang sadar pada lingkungan tidak hanya ditujukan pada saat konsumen memutuskan pembelian melainkan pada saat pasca pembelian yang artinya setelah individu mengggunakan suatu produk maka mereka tidak akan melakukan perbuatan yang dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan, misalnya dengan mengurangi penggunaan energi/ listrik, membuang sampah plastik dengan meremukkan plastiknya. 4. Green Perceived Quality a. Definisi Green Perceived Quality Menurut Krisno dan Samuel (2013) yang mengutip pendapat Aaker bahwa kesan kualitas (perceived quality) dapat didefinisikan sebagai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 persepsi pelanggan terhadap seluruh kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan sehubungan dengan maksud yang diharapkan. Definisi lain dijelaskan Krisno dan Samuel (2013) yang mengutip pendapat Zeithaml sebagai penilaian (persepsi) konsumen terhadap keunggulan suatu produk secara keseluruhan diibandingkan dengan penggantinya. Perceived Quality yang tinggi menunjukkan bahwa konsumen telah menemukan perbedaan dan kelebihan produk tersebut dengan produk sejenis setelah melalui jangka waktu yang lama. Perceived quality adalah komponen dari nilai merek, oleh karena itu perceived quality yang tinggi akan mendorong konsumen untuk lebih memilih merek tersebut dibandingkan pesaing. Penjelasan lain oleh Durianto bahwa Persepsi Kualitas (Preceived Quality) mencerminkan perasaan pelanggan secara menyeluruh mengenai suatu merek. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan atau konsumen memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa (Massie, 2013). Berdasarkan uraian mengenai definisi perceived quality menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas (perceived quality) merupakan persepsi, penilaian yang dirasakan oleh konsumen terhadap keseluruhan kualitas yang dimiliki suatu produk dan konsumen mampu melihat keunggulan yang dimiliki suatu produk dibandingkan pesaing karena apa yang diharapkan oleh konsumen terdapat pada produk tersebut dan apa yang dipersepsikan oleh konsumen merupakan hal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 penting karena konsumen akan memutuskan pembelian pada produk yang dirasakan atau dinilai mereka sebagai produk yang memiliki kualitas dan keunggulan. Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel persepsi kualitas dalam konteks Green Perceived Quality karena aspek lingkungan menjadi bagian yang penting dalam kegiatan pemasaran. Hal ini mengacu pada definisi menurut Zeithaml mendefinisikan Green Perceived Quality sebagai penilaian pelanggan tentang keunggulan suatu merek (atau produk) pada lingkungan. Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, perusahaan harus memanfaatkan strategi Pemasaran Hijau untuk meningkatkan persepsi kualitas dan mengurangi resiko yang dinilai konsumen sehubungan dengan kepedulian konsumen pada lingkungan (Chen dan Chang, 2013). Perceived Environmental Quality dianggap sebagai tingkat kesesuaian antara kepribadian yang bermakna pada faktor kualitas lingkungan dan persespi lingkungan hidup saat ini (Kytta, Kahila dan Broberg, 2011). Oleh karena, green perceived quality memainkan peran yang lebih penting dalam era lingkungan saat ini. Dengan demikian, berdasarkan pengertian Green Perceived Quality menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa Green Perceived Quality adalah persepsi, penilaian konsumen pada suatu produk yang mana produknya memiliki kualitas yang unggul aman bagi kesehatan karena mengandung bahan-bahan yang alami dan tidak berbahaya serta memiliki keunggulan yang terkait dengan kepedulian lingkungan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 b. Indikator Green Perceived Quality Menurut Chen dan Chang (2013) memaparkan bahwa untuk mengukur Green Perceived Quality menggunakan lima indikator berikut: 1. Kualitas produk sebagai patokan terbaik terhadap kepedulian lingkungan. 2. Kualitas produk dapat diandalkan terhadap kepentingan lingkungan. 3. Kualitas produk tahan lama terhadap kinerja lingkungan. 4. Kualitas produk unggul terhadap citra lingkungan. 5. Kualitas produk profesional terhadap reputasi lingkungan. 5. Green Satisfaction a. Definisi Green Satisfaction Dalam bukunya Marknesis (2009) menjelaskan bahwa Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang didapatkan seseorang dari membandingkan antara kinerja (atau hasil) produk yang dipersepsikan dengan ekspetasinya. Definisi lain menurut Kotler (2005) menyatakan bahwa Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang akan muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan amat puas atau senang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Menurut Zeithaml (2009: 104) menjelaskan bahwa Kepuasan adalah tanggapan terhadap pemenuhan keinginan konsumen. Hal ini adalah suatu penilaian bahwa fitur produk atau jasa, atau produk atau layanan itu sendiri, memberikan tingkat konsumsi yang menyenangkan terkait pemenuhan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kepuasan adalah perasaan emosional yang ditimbulkan ketika kebutuhan konsumen terpenuhi setelah membandingkan antara kinerja yang dihasilkan oleh suatu produk dengan kinerja yang diharapkan. Jika kinerja suatu produk yang dihasilkan memenuhi harapan maka konsumen akan merasa puas. Sebaliknya, jika kinerja suatu produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan maka konsumen merasa kecewa pada suatu produk. Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel Kepuasan dalam konteks Green Satisfaction dengan mengangkat pembahasan mengenai kepuasan konsumen pada produk hijau. Hal ini mengacu pada definisi Green Satisfaction menurut Chen (2010) mengatakan bahwa Green Satisfaction sebagai tingkat pemenuhan konsumsi yang menyenangkan terkait untuk memuaskan keinginan pelanggan pada lingkungan, harapan berkelanjutan dan kebutuhan produk hijau. Menurut Chen (2010) juga mengatakan bahwa Green Satisfaction adalah sebuah tahap pencapaian kepuasan terkait pemanfaatan untuk meyakinkan konsumen terhadap kebutuhan lingkungan, keinginan dan harapan berkelanjutan. Selanjutnya, Prybutok dan Zhang (2005) mengatakan bahwa Green Satisfaction adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 kepuasan yang terasa ketika salah satu keinginan, kebutuhan atau harapan tentang perlunya produk ramah lingkungan telah terpenuhi. Ketika pelanggan membeli produk yang mahal dan produk hijau, mereka mengorbankan kepentingan pribadi mereka pada perlindungan lingkungan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang dan manfaat bagi banyak orang yang mana hasil akhirnya untuk kelangsungan hidup dan green satisfaction (Xiao dan Li, 2011). Jika pelanggan sadar terhadap lingkungan dengan membeli produk hijau dan mereka mempersepsikan fitur dan manfaat dari produk tersebut yang dikaitkan dengan klaim yang diposisikan oleh pemasar dan pembuat kebijakan maka akan menghasilkan green satisfaction lebih tinggi. Menurut Chen (2010) menjelaskan bahwa Kepuasan hijau mengacu pada kesediaan konsumen untuk mengharapkan efektivitas lingkungan dari produk atau layanan (atau merek) karena produk atau layanan yang handal, ramah lingkungan dan memiliki kapabilitas pada produk hijau. Hal yang sama dinyatakan oleh Bansal (2005) dan Barnet (2007) bahwa Green Consumer Satisfaction didefiniskan sebagai pelanggan merasakan bahwa beberapa kebutuhan konsumsi terpenuhi yang tujuannya agar pemenuhan keinginan tentang kepedulian lingkungan atau hijau memuaskan. Hal itu hasil konsumsi bahwa kinerja memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggan pada produk ramah lingkungan/ hijau, persyaratan peraturan lingkungan dan harapan berkelanjutan masyarakat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Berdasarkan pengertian Green Satisfaction menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa Green Satisfaction adalah perasaan puas yang dirasakan konsumen ketika keinginan dan kebutuhan konsumen pada produk hijau dan ramah lingkungan terpenuhi memenuhi ataupun melebihi yang diharapkan. b. Dimensi Green Satisfaction Menurut Chen (2009) terdapat empat dimensi terkait green satisfaction adalah sebagai berikut: 1. Kebahagiaan dalam memutuskan memilih merek hijau Artinya, konsumen senang dengan keputusannya dalam memilih merek yang memiliki komitmen terhadap lingkungan. 2. Kepercayaan membeli merek hijau yang tepat Artinya, konsumen percaya bahwa membeli merek yang memiliki kinerja terhadap lingkungan adalah hal yang tepat. 3. Kesenangan membeli merek hijau Artinya, secara keseluruhan konsumen senang untuk membeli merek yang ramah lingkungan. 4. Kepuasan membeli merek hijau. Artinya, secara keseluruhan konsumen puas dengan merek yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 c. Indikator Green Satisfaction Menurut Chen (2009) terdapat empat indikator untuk mengukur green satisfaction adalah sebagai berikut: 1. Kesenangan dalam memutuskan untuk memilih merek yang berkomitmen terhadap lingkungan. 2. Kepercayaan membeli merek yang memiliki kinerja terhadap lingkungan adalah hal yang tepat. 3. Kesenangan untuk membeli merek yang ramah lingkungan. 4. Kepuasan terhadap merek yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. 6. Green Trust a. Definisi Green Trust Menurut Kamtarin (2012) menjelaskan bahwa Kepercayaan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembelian. Kepercayaan mengacu pada keyakinan individu bahwa konsumen akan berperilaku berdasarkan harapannya. Kepercayaan konsumen adalah dasar pertimbangan dan harapan konsumen dengan tingkat kepercayaan diri dalam harapan kepada pihak lain yang akan mengarah pada perilaku konsumen jangka panjang (Lee et al, 2009). Kepercayaan menandakan bahwa konsumen memiliki keyakinan pada suatu produk sehingga konsumen bersedia menerima resiko yang dimiliki pada suatu produk atas dasar produk tersebut sesuai dengan harapannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Berdasarkan uraian mengenai pengertian Kepercayaan menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa Kepercayaan adalah suatu tindakan atau perilaku konsumen yang memiliki tingkat keyakinan dan kemampuan yang dimiliki konsumen untuk memberikan rasa percaya pada dirinya terhadap suatu produk bahwa produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya yang akan memenuhi atau melebih harapannya sehingga konsumen memiliki kesedian untuk menerima resiko yang dihasilkan dari suatu produk yang mana konsumen yakin dan percaya bahwa produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya karena biasanya keyakinan konsumen mengenai suatu produk akan mempengaruhi konsumen dalam pembelian. Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel Green Trust yang menggunakan aspek lingkungan dalam pembahasan kepercayaan konsumen pada suatu produk. Hal ini mengacu pada definisi Green Trust yang dinyatakan menurut Chen dan Chang (2012) bahwa Green Trust adalah kesediaan untuk menggunakan beberapa barang spesifik yang diyakini, layanan atau merek yang diyakini memiliki dampak positif pada lingkungan. Menurut Chen (2010) mendefinisikan Green Trust adalah sebagai sebuah kehendak untuk bergantung pada sebuah produk, jasa atau merek atas dasar keyakinan atau harapan yang dihasilkan dari kredibilitas, perbuatan baik, dan kecapakan tentang kinerja lingkungan. Menurut Chen (2010) juga mengatakan bahwa Green Trust sebagai dorongan bagi konsumen untuk memiliki kepercayaan pada produk yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 memiliki klaim ramah lingkungan. Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar pada perilaku pelanggan adalah kepercayaan pelanggan. Definisi produk ramah lingkungan pada dasarnya bergantung pada keyakinan sebagai konsumen tidak bisa pasti jika hanya menilai produk ini tentu ramah lingkungan bahkan setelah mereka mengkonsumsi (Thompson et al, 2010). Konsumen tidak akan mempercayai kegiatan perusahaan yang ramah lingkungan sampai mereka yakin tentang manfaat yang dihasilkan. Konsumen tidak hanya mengandalkan produk hijau tanpa informasi sebelumnya tentang dampak lingkungan (Vaishnavi dan Rahman, 2014). Menurut Chaudhuri dan Holbrook Green Trust dapat diidentifikasi sebagai kecenderungan pelanggan untuk percaya bahwa merek tetap pada janjinya mengenai kinerja hijau (Kang dan Hur, 2012). Kepercayaan merupakan faktor yang tidak dapat dikembangkan tanpa pengetahuan sebelumnya. Kepercayaan konsumen pada produk hijau akan mendesak mereka untuk membeli produk-produk yang tidak akan merusak lingkungan (Rizwan et al., 2013). Berdasarkan pennjelasan beberapa ahli mengenai Green Trust maka dapat disimpulkan bahwa Green Trust merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki konsumen pada suatu produk bahwa produk hijau dapat benar-benar memenuhi keinginan dan kebutuhannya pada produk yang ramah lingkungan karena memiliki kredibilitas dan kinerja yang baik terhadap kelestarian lingkungan serta memenuhi apa yang diharapkan oleh konsumen terkait dengan pemenuhan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 produk-produk yang tidak merusak lingkungan dan kandungannya yang aman. b. Dimensi Green Trust Menurut Chen (2009) terdapat empat dimensi terkait green trust adalah sebagai berikut: 1. Perasaan bahwa komitmen hijau dari merek dapat diandalkan. Artinya, konsumen merasa bahwa komitmen merek terhadap lingkungan dapat diandalkan. 2. Perasaan tergantung pada kinerja merek. Artinya, konsumen merasa kinerja merek terhadap lingkungan umumnya dapat dipertanggung jawabkan. 3. Perasaan bahwa argumen kelingkunganan dapat dipercaya. Artinya, konsumen merasa bahwa argumen kelingkunganan yang dimiliki merek dapat dipercaya. 4. Perhatian kelingkunganan merek sesuai harapan. Artinya, kepedulian kelingkunganan yang dimiliki merek memenuhi harapan konsumen. 5. Merek memegang janji dan komitmen perlindungan kelingkunganan. Artinya, merek dapat memegang janji dan komitmen untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 c. Indikator Green Trust Menurut Chen (2009) terdapat lima indikator green trust adalah sebagai berikut: 1. Komitmen merek terhadap lingkungan dapat diandalkan. 2. Kinerja merek terhadap lingkungan umumnya dapat dipertanggung jawabkan. 3. Argumen kelingkunganan yang dimiliki merek dapat dipercaya. 4. Kepedulian kelingkunganan merek memenuhi harapan. 5. Merek memegang janji dan komitmen untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan. 7. Green Purchase Behavior a. Definisi Green Purchase Behavior Menurut Kotler (2005) menyatakan bahwa Perilaku Pembelian Konsumen adalah bagaimana individu, kelompok dan organisasi untuk memilih, melakukan pembelian, penggunaan dan pembuangan produk, jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku pembelian adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan seseorang yang terlibat dalam membeli dan menggunakan produk yang termasuk proses sosial dan mental. Penjelasan perilaku pembelian yang sama juga dijelaskan menurut Kotler dan Amstrong (2006: 158) Perilaku Pembelian Konsumen (Consumer buyer behavior) mengacu pada perilaku pembelian konsumen akhir, perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Penjelasan yang sama juga dinyatakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 menurut Acton (2005) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen adalah didefinisikan sebagai "perilaku pembelian konsumen" yang dikonsumsi dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut East et al (2008) mengatakan bahwa perilaku pembelian telah diterima sebagian besar sebagai keputusan pembelian ulang yang dilakukan sebagai kebiasaan dan tingkatan yang sering dari berbagai pengambilan keputusan secara rasional otomatis berhubungan dengan tingkat keterlibatan. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) Perilaku pembelian merupakan bagian dari proses keluaran dalam model pengambilan keputusan konsumen yang berhubungan dengan kegiatan pasca pembelian yang tujuannya untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap pembeliannya. Berdasarkan pengertian menurut beberapa ahli mengenai perilaku pembelian (purchase behavior) maka dapat disimpulkan bahwa perilaku pembelian (purchase behavior) adalah Kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok sebagai suatu kebiasaan dalam keterlibatannya memilih, melakukan pembelian, menggunakan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pribadinya. Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel Purchase Behavior (Perilaku Pembelian) dalam konteks lingkungan atau Green maka variabel yang diangkat dalam penelitian ini adalah Green Purchase Behavior. Green Purchase Behavior dapat dianggap sebagai tindakan individu atau organisasi yang menempatkan dampak minimal pada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 gangguan lingkungan dan membantu sumber daya alam untuk pembangunan berkelanjutan (Halpenny et al., 2006). Individu yang bertanggung jawab untuk tidak mencemari lingkungan disebut sebagai konsumen hijau (green consumer) karena mereka merasa lebih puas dalam menggunakan produk hijau karena mereka ingin memberikan bagian yang baik di masyarakat (Abid dan Latif, 2015). Sejak 1970-an, orang menjadi lebih mengetahui tentang masalah lingkungan yang mengarah untuk mengubah perilaku mereka terhadap pembelian hijau (Rizwan et al, 2013). Menurut Rashid (2009) bahwa Green Purchase Behavior dikatakan sebagai kemungkinan dan kesiapan individu untuk lebih memilih produk hijau. Green Buying Commitments (Komitmen pembelian hijau) yang terutama karena fitur-fitur inti produk yang ramah lingkungan (Tilikidou, 2007). Green purchase behavior akan mendesak individu untuk memperoleh produk yang kurang merusak di alam dan tidak merusak gaya hidup yang rutin (Vazifehdoust et al, 2013). Tujuan penentu produk hijau untuk mengurangi dampak yang berbahaya terhadap lingkungan dan meningkatkan produktivitas dari sumber daya yang tersedia. Saat ini, orang yang menyadari pentingnya membeli produk hijau untuk kepentingan kesehatan mereka dan lingkungan (Vazifehdoust et al, 2013). Green Purchase Behavior dapat diartikan sebagai tindakan mengkonsumsi produk yang conservable, bermanfaat bagi lingkungan dan menanggapi kepedulian lingkungan (Lee, 2009). Definisi lain dijelaskan oleh Halpenny (2006) Pro-environmental behavior dapat didefinisikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 sebagai tindakan individu atau kelompok yang memberikan kontribusi untuk pemanfaatan sumber daya alam. Hal ini dapat diklasifikasikan ke dalam green purchase behavior, penghematan energi, limbah dan perilaku daur ulang dan partisipasi dalam kegiatan atau sifat yang terkait (Tan dan Lau, 2011). Green purchase behavior mengacu pada pembelian dan mengkonsumsi produk yang memiliki dampak minimal pada lingkungan (Tan dan Lau, 2011). Ada istilah yang berbeda digunakan secara bergantian dengan green purchase behavior, yang dikutip oleh Tan dan Lau (2011) seperti green buying behavior, pro-environmental purchase dan perilaku pembelian bertanggung jawab terhadap lingkungan. Menurut Mostafa (2007) menjelaskan Green Purchase Behavior sebagai perilaku pembelian pada produk ramah lingkungan atau konsumsi produk yang menguntungkan lingkungan, conservable, didaur ulang, responsif dan (lingkungan). peka terhadap keprihatinan Green Purchase Behavior dari sebagai hal-hal ekologi perilaku ramah lingkungan yang diungkapkan oleh konsumen dalam menunjukkan minat mereka terhadap lingkungan (Goh dan Wahid, 2015) sedangkan Rashid (2009) menggambarkannya sebagai probabilitas dan kemauan individu yang memberikan preferensi untuk produk yang mengandung fitur yang ramah lingkungan bila dibandingkan dengan pembelian produk tradisional lainnya. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai definisi Green Purchase Behavior maka dapat disimpulkan bahwa Green Purchase Behavior http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 merupakan tindakan individu atau kelompok yang lebih memilih, membeli, menggunakan produk hijau yang memberikan manfaat kesehatan karena fitur-fitur inti yang dimiliki produk dengan memanfaatkan sumber daya alam tetapi tetap tidak merusak lingkungan dan memberikan manfaat bagi lingkungan. b. Indikator Green Purchase Behavior Indikator Green Purchase Behavior berdasarkan Abid dan Latif (2015) adalah sebagai berikut: 1. Konsumen membeli produk ramah lingkungan 2. Konsumen tidak membeli produk yang berpotensi dapat menyebabkan kerusakan lingkungan 3. Konsumen lebih tertarik pada produk green labels 4. Probabilitas membeli produk green labels tinggi 5. Konsumen bersedia membayar lebih mahal untuk produk hijau 6. Konsumen beralih produk karena alasan lingkungan 7. Konsumen menghindari membeli produk yang berpotensi memiliki dampak membahayakan lingkungan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 8. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1. 2. 3. Peneliti dan Tahun Penelitian Yu-Shan Chen dan Ching-Hsun Chang (2013) Judul Penelitian Towards Green Trust: The Influences of Green Perceived Quality, Green Perceived Risk and Green Satisfaction Elmira Nazari, Behroz Ghasemi, dan Soheil Sarmad Saeidi (2015) Explain The Relationship Between Green Brand Image, Green Satisfaction and Green Trust and Factors Affecting on Green Brand Equity Yu-Shan Chen, Ching-Ying Lin dan Chia-Sui Weng (2015) The Influence of Environmental Friendliness on Green Trust: The Mediation Effects of Green Satisfaction and Green Perceived Quality Metode Hasil Penelitian Structural Equation Modeling (SEM) Green Perceived Quality secara positif akan mempengaruhi Green Satisfaction dan Green Trust, sedangkan Green Perceived Risk secara negatif akan mempengaruhi keduanya. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Green Trust dengan Green Perceived Quality dan Green Perceived Risk yang sebagian dimediasi oleh Green Satisfaction. Structural Equations Model (SEM) dan the partial least squares (PLS) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung dan positif antara Green Brand Image, Green Brand Trusting dan kepuasan, persepsi kualitas dari merek hijau, loyalitas merek hijau, dan kesadaran merek hijau. Green Brand Image secara positif dan tidak langsung berhubungan dengan kualitas yang dirasakan dari merek hijau, loyalitas merek hijau, dan kesadaran merek hijau melalui kepuasan merek hijau dan kepercayaan. Structural Equations Model (SEM) Penelitian ini menunjukkan bahwa Environmental Friendliness memiliki dampak positif yang signifikan pada Green Satisfaction, Green Perceived Quality, dan Green Trust; Green Satisfaction dan Green Perceived Quality berpengaruh positif pada Green Trust; dan Green Satisfaction dan Green Perceived Quality memediasi hubungan positif antara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Environmental Green Trust. 4. Seongho Kang dan Won-Moo Hur (2012) Investigating the Antecedents of Green Brand Equity:A Sustainable Development Perspective 5. Muhammad Abid dan Tehreem Abdul Latif (2015) 6. Peran Green Trust I Putu Agus Dalam Memediasi Surya Green Perceived Setyawan Value terhadap Putra dan Green Purchase Alit Suryani Behavior Pada (2015) Porduk Organik Green Marketing Towards Green Purchase Behavior Friendliness dan Structural Equation Modeling (SEM), LISREL Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Green Satisfaction memiliki pengaruh positif pada Green Trust dan loyalitas. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Green Brand, dan Green Trust memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap Green Brand Loyalty. Dan Green Brand Loyalty memiliki pengaruh kuat dan positif pada Green Brand Equity. Structural Equation Modeling (SEM) Penelitian ini menyatakan bahwa E-co Awareness secara signifikan mengurangi Green Risk, Environmental Liability secara signifikan mengurangi Green Risk, Environmental Liability secara signifikan meningkatkan Cognitive Recognition (Pengakuan Kognitif), Faktor Eksternal secara signifkan meningkatkan dampak negatif dari Eco Awareness pada Green Risk, Faktor Eksternal secara signifikan meningkatkan dampak positif dari Environmental Liability pada Cognitive Recognition (Pengakuan Kognitif), Green Risk secara signifikan mengurangi Green Trust pada produk/jasa, Green Trust secara signifikan meningkatkan Green Purchase Behavior, dan Cognitive Recognition (Pengakuan Kognitif) secara signifikan meningkatkan Green Purchase Behavior. Path Analysis Green perceived value memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap green purchase behavior pada produk organik di Kota Denpasar, green perceived value memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap green trust pada produk organic, green trust memiliki pengaruh positif dan signifikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 terhadap green purchase behavior pada produk organik di Kota Denpasar, green trust secara signifikan memediasi pengaruh green perceived value terhadap green purchase behavior pada produk organik di Kota Denpasar. 7. Shelvy Kurniawan (2014) 9. THE INFLUENCE OF GREEN MARKETING ON GREEN SATISFACTION MEDIATED BY PERCEIVED QUALITY AND ITS IMPACT TO GREEN TRUST IN INJECTION MOTORCYCLE Structural Equation Modeling (SEM) Penelitian ini menunjukkan bahwa green marketing memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap persepsi kualitas; persepsi kualitas memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap green satisfaction; green satisfaction memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap green trust; green marketing memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung yang signifikan terhadap green satisfaction; dan green marketing memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung yang signifikan terhadap green trust. Semua pengaruh yang ditemukan tersebut adalah pengaruh yang bersifat positif. Hubungan Antar Variabel a. Hubungan Green Perceived Quality dan Green Satisfaction Menurut hasil penelitian Chen dan Chang (2013) bahwa Persepsi kualitas merupakan faktor kunci dalam mempertahankan hubungan pelanggan jangka panjang yang memainkan peran penting dalam mempengaruhi niat pembelian. Selain itu, kualitas yang dirasakan adalah faktor penting untuk kepuasan pelanggan. Kualitas yang dirasakan dari produk atau merek memiliki hubungan positif dengan kepuasan konsumen. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 H1 = Green Perceived Quality berpengaruh signifikan terhadap Green Satisfaction b. Hubungan Green Perceived Quality dan Green Trust Chen dan Chang (2013) mengutip penjelasan Kardes, et al bahwa Penilaian Konsumen biasanya didasarkan pada informasi yang tidak lengkap atau informasi yang asimetris, kepercayaan konsumen secara langsung bergantung pada persepsi kualitas produk atau merek yang dianggap sebagai sinyal ke konsumen. Menurut Qualls dan Rosa, Karena kualitas yang dirasakan adalah satu set atribut yang berkaitan dengan persepsi kualitas merek atau produk yang dapat membangun word of mouth yang positif, mengurangi biaya pengelolaan pelanggan, meningkatkan jumlah pembelian, dan kenaikan harga premium (Chen dan Chang, 2013). Ketika perusahaan meluncurkan produk baru mereka dengan cara mengklaim hijau yang membingungkan dan membesar-besarkan nilai lingkungan pada produk mereka maka pelanggan enggan untuk percaya produk mereka lagi (Chen dan Chang, 2013). Akibatnya, Green Perceived Quality memainkan peran yang lebih penting dalam era lingkungan saat ini. Selain itu, hasil temuan oleh Chen dan Chang (2013) juga menjelaskan persepsi kualitas merupakan salah satu faktor yang paling signifikan yang akan mempengaruhi kepercayaan. Peningkatan kualitas yang dirasakan tidak hanya bisa meningkatkan kepuasan pelanggan tetapi juga meningkatkan kepercayaan pelanggan. Persepsi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 kualitas yang buruk dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan pelanggan (Yeh dan Li, 2009). Jika konsumen merasa bahwa produk atau merek tersebut memiliki kualitas tinggi, mereka cenderung memiliki kepercayaan yang tinggi untuk produk atau merek tersebut (Chen dan Chang, 2013). Dengan demikian, persepsi kualitas yang positif dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan. Maka dari itu, persepsi kualitas diharapkan menjadi anteseden/ faktor dari kepercayaan pelanggan (Chen dan Chang, 2013). Oleh karena itu, Green Perceived Quality sangat penting untuk Green Trust dalam konteks pengelolaan lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah: H2 = Green Perceived Quality berpengaruh signifikan terhadap Green Trust c. Hubungan Green Satisfaction dan Green Trust Kepuasan pelanggan dianggap sebagai penentu penting dari hubungan konsumen jangka panjang (Zhang dan Prybutok, 2005). Penjelasan yang dikutip oleh Chen dan Chang (2013) bahwa Kepuasan sebagai hasil dari evaluasi keseluruhan kondisi ekonomi atau faktor psikologis yang dapat meningkatkan hubungan konsumen secara positif. Dengan demikian, kepercayaan konsumen dipengaruhi langsung oleh kepuasan konsumen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Penelitian sebelumnya 46 menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan adalah anteseden/ faktor kepercayaan. Menurut Ravald, et al yang dikutip oleh Chen, Lin, dan Weng (2015), Ketika pelanggan merasa puas dengan transaksi yang dilakukan dan merasa aman dalam hubungan mereka dengan perusahaan, mereka akan mengembangkan kepercayaan dan bersedia untuk percaya pada janji-janji bisnis. Tujuan kepuasan untuk mempengaruhi kepercayaan, dan kepercayaan pada gilirannya akan mempengaruhi komitmen dalam hubungan kausal satu arah. Kepuasan pelanggan memiliki dampak positif pada kepercayaan, komitmen dan kesediaan yang akan datang untuk membeli. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kepuasan secara keseluruhan, sebagai penilaian umum dari pengalaman konsumsi dengan merek yang menimbulkan kepercayaan merek (Kang dan Hur, 2012). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah: H3 = Green Satisfaction berpengaruh signifikan terhadap Green Trust d. Hubungan Green Trust dan Green Purchase Behavior Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 mengenai kepercayaan pelanggan pada label hijau (green labeling) dan merek hijau (green brand) mengungkapkan terdapat pengaruh positif terhadap perilaku pembelian mereka (Rahbar dan Nabsiah, 2011). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 Menurut Chen dan Chang (2012), Asnsar (2013), Penelitian ini menyoroti bahwa bisnis harus mencoba untuk meningkatkan Green Trust pada konsumen dengan menggunakan pesan yang kredibel untuk menimbulkan rasa antusias pada perilaku pembelian produk hijau (Green Purchase Behavior). Rendahnya risiko pada produk hijau memperkuat kepercayaan konsumen terhadap green buying yang efektif (Abid dan Latif, 2015). Keandalan dan kepercayaan secara signifikan menanamkan konsumen untuk membeli produk hijau Kepercayaan adalah kemungkinan untuk membentuk perilaku pembelian yang positif terhadap produk hijau. Berdasarakan uraian tersebut maka hipotesis penelitian ini yaitu: H4 = Green Trust berpengaruh signifikan terhadap Green Purchase Behavior B. Rerangka Pemikiran Pada penelitian ini terdapat empat variabel yang akan diteliti, antara lain variabel yang pertama adalah Green Perceived Quality sebagai variabel independen, variabel yang kedua adalah Green Satisfaction sebagai variabel intervening, variabel yang ketiga adalah Green Trust sebagai variabel intervening, dan variabel yang keempat adalah Green Purchase Behavior sebagai variabel dependen. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh Green Perceived Quality sebagai variabel independen terhadap Green Satisfaction dan Green Trust sebagai variabel intervening, mengkaji pengaruh Green http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 Satisfaction sebagai variabel intervening terhadap Green Trust sebagai variabel intervening, dan mengkaji pengaruh dimensi Green Trust sebagai variabel intervening terhadap Green Purchase Behavior sebagai variabel dependen. Model penelitian ini menggunakan dasar pemikiran dari penelitian Chen dan Chang (2013) mengenai Towards green trust: The influences of green perceived quality, green perceived risk, and green satisfaction. Selanjutnya, menurut Rahbar dan Nabsiah (2011) kepercayaan pelanggan pada label hijau (green labeling) dan merek hijau (green brand) mengungkapkan terdapat pengaruh positif terhadap perilaku pembelian mereka. Dengan demikian, penulis menggabungkan kedua model tersebut menjadi satu model yang dijadikan rerangka pemikiran dalam penelitian ini dengan menambahkan satu variabel yakni Green Purchase Behavior. Dengan demikian, berdasarkan kajian pustaka dan penelitian-penelitian terdahulu, maka rerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Teoritis Green Perceived Quality H2 H4 H1 Green Satisfaction Green Trust Green Purchase Behavior H3 Sumber : Diolah Peneliti C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2014: 134). Pengembangan hipoteis berdasarkan kajian pustaka dan penelitian-penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: H1 = Green Perceived Quality berpengaruh signifikan terhadap Green Satisfaction H2 = Green Perceived Quality berpengaruh signifikan terhadap Green Trust H3 = Green Satisfaction berpengaruh signifikan terhadap Green Trust H4 = Green Trust berpengaruh signifikan terhadap Green Purchase Behavior http://digilib.mercubuana.ac.id/