PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia wilayahnya sebagian besar terdiri atas perairan, dimana perairan merupakan wilayah yang termasuk penghasil gas N2 O, yang merupakan gas rumah kaca. Di perairan N2 O dihasilkan dari proses reduksi nitrat, senyawa nitrat banyak dimanfaatkan oleh mikroorganisme heterotrof untuk membentuk bahan organik sel. Pada kondisi anorganik nitrat atau nitrit akan digunakan sebagai penerima elekron terakhir pada proses dissimilasi nitrat (Madigan et al. 2006). Bakteri denitrifikasi merupakan salah satu mikroorganisme yang mereduksi nitrat menjadi N2 O atau N2. Pada proses ini bakteri menggunakan nitrat sebagai penerima elektron terakhir untuk memperoleh energi pada kondisi O2 terbatas atau anaerob (Zumft 1997; Ricardson et al. 2001; Purwoko 2007) Tingginya nitrogen organik pada suatu lingkungan berhubungan dengan peningkatan emisi gas N2 O (Condrad 1995). Salah satu gas rumah kaca adalah Nitrous oksida (N 2 O), yang potensial selain karbondioksida (CO2 ) dan metan (CH4 ) penyebab pemanasan global. Konsentrasi N2 O di atmosfir relatif kecil tetapi gas ini memiliki potensi absorbsi panas 150 kali lebih tinggi dari karbondioksida dan laju peningkatannya di atmosfir 0,2% - 0,3% pertahun. Gas N2 O mempunyai waktu tinggal di atmosfir selama 120 tahun. Sekitar 90% emisi N2 O berasal dari proses biotik (Conrad 1995; Paul dan Clark 1996; Rusmana 2003c). Proses biotik di perairan yang berpotensi menghasilkan gas N2 O diantaranya adalah reduksi nitrat oleh bakteri. Ada dua proses umum yang dilakukan oleh bakteri dalam mereduksi yaitu denitrifikasi dan reduksi nitrat menjadi ammonium dissimilatif. Kurang lebih 66% N2 O berasal dari sungai dan muara. Produksi N2 O pada lingkungan aquatik berkorelasi positif dengan konsentrasi nitrat dan nitrit di perairan (Seitzingger dan Kroze 1998; Rusmana 2003c). Gas N2 O dihasilkan melalui aktivitas reduksi nitrat oleh bakteri denitrifikasi dan reduksi nitrat menjadi amonium (DNRA). Di alam bakteri pereduksi nitrat berperan dalam degradasi senyawa organik pada lingk ungan oksigen terbatas atau anaerob. Bakteri pereduksi juga 2 merupakan bagian dari mikroorganisma yang terlibat dalam siklus biogeokimia nitrogen global. Bakteri ini dapat mengurangi kadar nitrogen tanah pertanian, bermanfaat juga dalam pengolahan air limbah, perbaikan perairan seperti tambak (Madigan et al. 2006; Maier et al. 2000; Widiyanto 2006). Denitrifikasi dan reduksi nitrat menjadi amonium merupakan proses metabolisme utama yang dapat menghilangkan nitrat di lingkungan perairan. Melalui proses tersebut bakteri memanfaatkan nitrat untuk menghasilkan energi yaitu dengan menggunakan nitrat sebagai penerima elektron terakhir (respirasi nitrat) dan menghilangkan kelebihan tenaga pereduksi (Moreno-Vivian et al.1999; Richardson et al. 2001) Pada ekosistem dengan masukan nitrogen yang tinggi seperti muara sungai proses reduksi nitrat terutama denitrifikasi merupakan pengontrol eutrofikasi (Herbert 1999; Zumft 1997). Pada kondisi anaerobik kelompok bakteri denitrifikasi akan aktif mereduksi senyawa nitrat (NO3 ) menjadi nitrit (NO2 ), nitrit oksida (NO), nitrous oksida (N2 O) dan dinitrogen (N 2 ), pada setiap tahapan reaksinya dikatalis oleh enzim yang berbeda. Bakteri pereduksi nitrat merupakan mikroorganisme heterotrof yang memerlukan sumber karbon organik seperti asam asetat, asam propionate, asam benzoate, gliserol, methanol, dan glukosa untuk pertumbuhannya (Teixera & Oliviera, 2002). Menurut Richardson (2000) produk akhir emisi N2 O pada aktivitas reduksi nitrat ditentukan oleh keberadaan dan dominasi bakteri di lingkungan. Kemampuan mendominasi tersebut tergantung pada kemampuan fisiologi bakteri tersebut dan kelengkapan enzim yang terlibat dalam reduksi nitrat. adalah periplasmic nitrate reductase (Nap), membrane bound nitrate reductase (Nar), cytochrom cd1 nitrite reductase (NirS), copper nitrite reductase (NirK), nitrite oxide reductase (Nor), nitrous oxide reductase (Nos) dan multiheme cytocrhom c nitrite reductase (Nrf) (Zumft 1997 ; Richardson 2000). Dominasi bakteri pereduksi nitrat yang tidak memiliki nos akan menghasilkan produk akhir berupa N2O dari reduksi nitrat. Produk akhir emisi N2 O dari aktivitas reduksi nitrat ditentukan oleh keberadaan dan dominasi bakteri di lingkungan. Kemampuan mendominasi 3 tersebut bergantung pada kemampuan fisiologi bakteri dengan kelengkapan enzimnya yang terlibat dalam proses reduksi nitrat. Enzim-enzim yang terlibat dalam mereduksi nitrat dari hasil penelitian yang telah dilakukan Rusmana (2003a) Shewanella putrefacien mereduksi nitrat hanya sampai N2 O. Serratia liquefaciens adalah bakteri yang bersifat denitrifikasi fakultatif, sedangkan Alcaligenes faecalis adalah bakteri respirasi nitrit. Kemampuan mereduksi nitrat dari bakteri ini dipengaruhi kondisi lingkungan, seperti konsentrasi bahan organik dan suhu. Pada konsentrasi bahan organik tinggi, bakteri pereduksi nitrat menjadi amonium lebih kompetitif daripada bakteri pendenitrifikasi dan demikian juga sebaliknya (Rusmana 2003b). Untuk mengetahui aktivitas reduksi nitrat bakteri denitrifikasi dari muara sungai di Indonesia, dan hubunga nnya dengan jenis sumber karbon dan prediksi gas N2 O perlu dilakukan penelitian aktivitas reduksi nitrat dan kinetika bakteri denitrifikasi dari muara sungai pada sumber karbon berbeda. Pengetahuan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan lingkungan terutama pengurangan emisi N2 O dan pencemaran nitrat di perairan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas reduksi nitrat dan kinetika bakteri denitrifikasi pada sumber karbon yang berasal dari muara sungai Cimandiri Sukabumi Jawa Barat dan muara sungai Cisadane Tanggerang Banten.