BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksisitas adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksisitas adalah kemampuan suatu zat kimia dalam menimbulkan
kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat berada dalam
lingkungan. Secara umum toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, sub kronik
dan kronik (Priyanto, 2009). Uji toksisitas subkronik merupakan suatu pengujian
untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan
dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama 28 atau 90 hari
(OECD, 2008).
Hati merupakan organ dalam tubuh yang terlibat dalam metabolisme suatu
zat (Lu, 1995). Hati sering menjadi organ sasaran karena zat makanan, sebagian
besar obat-obatan serta toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal
dan setelah diserap toksikan dibawa oleh vena porta ke hati. Oleh sebab itu, hati
menjadi organ yang sangat potensial menderita keracunan lebih dahulu sebelum
organ lain (Santoso dan Nurlaini, 2006). Pemeriksaan enzim seringkali menjadi
satu-satunya petunjuk adanya kerusakan pada sel hati. Gangguan hati ditandai
dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase berupa ALT (Alanin
Aminotransferase) (Widmann, 1995).
Masyarakat selama ini beranggapan bahwa obat tradisional tidak bisa
menyebabkan keracunan tetapi karena mengandung zat kimia dan digunakan
dalam waktu yang panjang maka efek toksik bisa saja terjadi. Oleh karena itu
perlu terlebih dahulu dilakukan uji keamanan sebagai dasar untuk menjadikan
tanaman sebagai obat fitofarmaka (Arifin, dkk., 2006).
Universitas Sumatera Utara
Obat tradisional agar dapat diterima di masyarakat maupun pelayanan
kesehatan, maka harus didukung secara ilmiah adanya khasiat dan keamanan
penggunaannya pada manusia (Dewoto, 2007).
Salah satu tumbuhan berkhasiat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan
makanan adalah bunga pepaya jantan (Carica papaya L.), famili Caricaceae
(Iman, 2009). Bunga pepaya memiliki karakteristik rasa yang pahit sama seperti
daunnya hal ini disebabkan oleh kandungan alkaloid carpein (C14H25NO2) (Kalie,
1996; Anonim, 2013). Alkaloid banyak digunakan dalam pengobatan (Sumardjo,
2008). Golongan alkaloid dikenal dengan toksisitasnya, namun tidak semua
senyawa alkaloid bersifat toksik (Simbala, 2009).
Hasil skrining bunga pepaya jantan ditemukan adanya alkaloid,
flavonoida, tannin dan steroida-triterpenoida (Henova, 2012). Hasil karakterisasi
simplisia bunga pepaya jantan diperoleh kadar air 7,32%, kadar sari larut dalam
air 19,25%, kadar sari larut dalam etanol 10,61%, kadar abu total 2,25% dan kadar
abu tidak larut asam 0,22% (Sitorus, 2012). Hasil penelitian yang telah dilakukan
terhadap khasiat bunga pepaya jantan antara lain, ekstrak etanol sebagai
antimutagenik (Sitorus, 2012), fraksi etil asetat sebagai antimutagenik (Fransisca,
2012), ekstrak etanol sebagai antioksidan (Henova, 2012), ekstrak metanol
sebagai antibakteri (Iman, 2009) dan ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi
etilasetat sebagai antioksidan dan antikanker payudara (Suwarso, dkk., 2013).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan pengujian
toksisitas subkronik ekstrak etanol bunga pepaya jantan (EEBPJ) pada mencit
jantan, mengingat pemanfaatannya yang beragam dan belum ditemukan informasi
mengenai batas keamanannya.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
a. apakah EEBPJ berpengaruh terhadap gejala toksik mencit jantan?
b. apakah EEBPJ berpengaruh terhadap berat badan mencit jantan?
c. apakah EEBPJ memberikan efek toksik pada organ hati mencit jantan?
d. berapakah batas keamanan dosis EEBPJ terhadap mencit jantan?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian
ini diduga:
a. EEBPJ berpengaruh terhadap gejala toksik mencit jantan.
b. EEBPJ tidak berpengaruh terhadap berat badan mencit jantan.
c. EEBPJ memberikan efek toksik pada organ hati mencit jantan.
d. EEBPJ aman digunakan pada dosis 1000 dan 2000 mg/kg bb.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
a. pengaruh EEBPJ terhadap gejala toksik mencit jantan.
b. pengaruh EEBPJ terhadap berat badan mencit jantan.
c. pengaruh EEBPJ terhadap organ hati mencit jantan.
d. batas keamanan dosis EEBPJ pada mencit jantan.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi
mengenai efek toksik yang ditimbulkan dari EEBPJ dan memberikan informasi
mengenai batas keamanan dosis dari EEBPJ serta sebagai acuan uji klinik untuk
dijadikan sebagai obat.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap mencit jantan yang diberikan EEBPJ selama
28 hari. Tardapat 5 variabel bebas yaitu kelompok kontrol (akuades), perlakuan
EEBPJ dosis 1000, 2000, 4000 dan 8000 mg/kg bb. Variabel terikat potensi
ketoksikan seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.1.
Variabel bebas
Variabel Terikat
Parameter
EEBPJ dosis
1000 mg/kg
bb
2000 mg/kg
bb
4000
/k
Gejala toksik
Berat badan
Men
cit
j t
Kematian
Potensi
ketoksikan
Kadar ALT
Makropatologi
Histopatologi
Akuades 1%
bb
(k t l)
Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian
Universitas Sumatera Utara
Download