BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman energi adalah minuman yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserapoleh tubuh untuk menghasilkan energi dengan atau tanpa bahan tambahanmakanan yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional, 2002).Minuman berenergi bertujuan memberi peningkatan energi melalui kombinasi zat stimulan seperti kafein, ginseng, vitamin B, asam amino dan gula (Tautua, dkk., 2014). Orang yang minum minuman yang mengandung kafein dapat merasakan tidak mengantuk, tidak lelah dan daya pikirnya lebih cepat dan lebih jernih karena kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat yang kuat (Gunawan dan Wilmana,2007). Menurut Badan Standarisasi Nasional (1995), pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambatfermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan olehmikroorganisme. Penggunaan pengawet dalam pangan harus tepat.Dengan penambahan pengawet, produk minuman diharapkan dapat terpelihara kesegarannya (Cahyadi, 2008). Asam benzoat merupakan pengawet yang sering digunakan salah satunyapada minuman berenergi, yang umumnya terdapat dalam bentuk garamnya yaitu natrium benzoat yang bersifat lebih mudah larut dalam air (Cahyadi, 2008). Kandungan natrium benzoat dalam minuman umumnya tidak terlalu besar,akan tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus akan terakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan seperti kanker serta jika dikonsumsi secara 1 Universitas Sumatera Utara berlebihan dapat timbul efek samping berupa edema atau bengkak yang dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di dalam tubuh (Anonim, 2005). Penetapan kadar natrium benzoat dan kafein dapat dilakukan secara titrimetri dan spektrofotometri ultraviolet (UV). Pada penetapan kadar secara spektrofotometri UV, baku natrium benzoat dan kafein mempunyai panjang gelombang maksimum yang berdekatan sehingga profil kurva serapan kedua zat tersebut saling tumpang tindih, maka serapan yang diperoleh merupakan jumlah serapan dari kedua komponen tersebut (Sari, dkk., 2013). Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektrum pada spektrofotometri ultraviolet. Pada spektrofotometri konvensional, spektrum serapan merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang (λ). Pada spektrofotometri derivatif, plot A lawan λ, ditransformasikan menjadi plot dA/dλ lawan λ untuk derivatif pertama, dan d2A/dλ2 lawan λ untuk derivatif kedua, dan seterusnya (Hayun, 2006). Efek utama derivatisasi adalah menghilangkan dasar pita-pita serapan luas yang terjadi terhadap perubahan bertahap panjang gelombang (Watson, 2005). Spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zatzat yang spektrumnya saling tumpang tindih dan/atau spektrumnya mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar. Panjang gelombang pada spektrofotometri derivatif yaitu panjang gelombang zero crossing dimana senyawanya mempunyai serapan nol dan menjadi panjang gelombang analisis untuk zat lain dalam campurannya (Hayun, dkk., 2006). Beberapa keuntungan dari spektrofotometri derivatif antara lain yaitu spektrum derivatif memberikan gambaran struktur yang terinci dari spektrum 2 Universitas Sumatera Utara serapan derivatif pertama sampai ke derivatif keempat. Selain itu dapat dilakukan analisis kuantitatif suatu komponen dalam campuran dengan zat yang panjang gelombangnya saling berdekatan. Bila dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), metode spektrofotometri derivatif relatif lebih sederhana, alat dan biaya operasionalnya relatif lebih murah dan waktu analisisnya lebih cepat (Nurhidayati, 2007). Menurut Ermer dan Miller (2005),validasi merupakan suatu bagian dari prosedur analisis yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Harmita (2004),untuk menguji validasi metode dilakukan uji akurasi (ketepatan) dengan parameter persen perolehan kembali dan metode penambahan baku (standard addition method) dan uji presisi (ketelitian) dengan parameter Relative Standard Deviation (RSD). Berdasarkan SNI 01-6684-2002 tentang minuman berenergi, batas penggunaan kafein pada minuman energi yaitu maksimum 50 mg/sajian (Badan Standarisasi Nasional, 2002) dan batas penggunaan natrium benzoatmaksimum 600 mg/kg (Badan Standarisasi Nasional, 1995). Di label minuman berenergi jumlahnatrium benzoat tidak dicantumkansehinggaperlu ditetapkan jumlah masing-masing zat menggunakan penetapan kadar dengan pengembangan metode spektrofotometri derivatifagardapat diketahui batas maksimum penggunaan kafein dan natrium benzoat masih memenuhi syarat yang telah ditetapkan SNI 01-66842002 tentang minuman berenergi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan uji validasi spektrofotometri derivatif dalam melakukan estimasi terhadap kandungan kafein dan natrium benzoat dalam minuman berenergi. 3 Universitas Sumatera Utara 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk menganalisa kandungan kafein dan natrium benzoat yang terdapat dalam minuman berenergi? 2. Apakah kandungan kafein dan natrium benzoat yang terdapat dalam minuman berenergi sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI 01-6684-2002 tentang minuman berenergi? 3. Apakah hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif untuk meganalisa kandungan kafein dan natrium benzoat dalam minuman berenergi dapat memenuhi syarat pengujian? 1.3Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut: 1. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk menganalisa kandungan kafein dan natrium benzoat yang terdapat dalam minuman berenergi. 2. Kandungan kafein dan natrium benzoat yang terdapat dalam minuman berenergi sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI 016684-2002 tentang minuman berenergi. 3. Hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif untuk meganalisa kandungan kafein dan natrium benzoat dalam minuman berenergi dapat memenuhi syarat pengujian. 1.4Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 4 Universitas Sumatera Utara 1. Untuk mengetahui metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan dalam menganalisa kandungan kafein dan natrium benzoat yang terdapat dalam minuman berenergi. 2. Untuk mengetahui kandungan kafein dan natrium benzoat yang terdapat dalam minuman berenergi sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI 01-6684-2002 tentang minuman berenergi. 3. Untuk mengetahui hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif dalam menganalisa kandungan kafein dan natrium benzoat dalam minuman berenergi dapat memenuhi syarat pengujian. 1.5 Manfaat Penelitian Untuk mengetahui kandungan kafein dan natrium benzoat dalam minuman berenergi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu informasi bagi masyarakat dalam mengkonsumsi minuman berenergi. Selain itu, dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya untuk menentukan campuran zat dalam minuman lainnya dengan pengembangan metode spektrofotometri derivatif yang dibandingkan hasilnya dengan metode lain seperti KCKT. 5 Universitas Sumatera Utara