kedudukan al-qardhul hasan sebagai alternatif pembiayaan

advertisement
WAHANA INOVASI
VOLUME 3 No.1
JAN-JUNI 2014
ISSN : 2089-8592
KEDUDUKAN AL-QARDHUL HASAN SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBIAYAAN INVESTASI
BAGI USAHA KECIL DAN MENENGAH
Sri Istiawati
Dosen Kopertis Wilayah I dpk Universitas Amir Hamzah
ABSTRAK
Al-Qardhul Hasan adalah adanya
suatu sistem pembiayaan tanpa beban
yang bersifat sosial yang diperuntukan
tidak hanya untuk membantu orang-orang
yang kurang mampu atau pengusahapengusaha kecil dalam mengembangkan
usahanya sehingga mampu berwirausaha
dan memiliki prospek bisnis yang cerah
tapi juga untuk kegiatan-kegiatan sosial
keagamaan. Sumber dana dalam pembiayaan ini berasal dari zakat, infaq,
shadaqah dan dana sosial lainnya.
Disarankan dalam pembiayaan ini
agar masyarakat dapat mendonasikan sebahagian hartanya untuk di kembangkan
dan didayagunakan melalui pembiayaan
Al- Qardhul Hasan.
Kata kunci: Al-Qardhul Hasan, Pembiayaan Investasi, Usaha Kecil
dan Menengah
PENDAHULUAN
Manusia dalam hidup dan kehidupannya dianugrahi Allah Swt dua nikmat
utama yaitu Manhaj Al-Hayat (sistem
kehidupan) dan Wasilah Al-Ayat (sarana
kehidupan). Salah satu sarana kehidupan
manusia adalah kegiatan perekonomian.
Kegiatan perbankan merupakan suatu
usaha operasional segala sesuatu yang
berkenaan dengan keuangan. Dalam sistem perbankan syariah keberadaan AlQardhul Hasan merupakan sistem pembiayaan tanpa beban yang bersifat sosial
yang diperuntukkan tidak hanya membantu orang-orang yang kurang mampu
atau pengusaha-pengusaha kecil dalam
mengembangkan usahanya sehingga
mampu berwirausaha dan memiliki prosfek bisnis yang cerah tapi juga untuk
kegiatan-kegiatan sosial keagamaan.
Sumber dana dalam pembiayaan ini berasal dari zakat, infaq, shadaqah dan dana
sosial lainnya.
Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui kedudukan Al-Qardhul Hasan
dalam sistem perbankan syariah.
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah utama dan paling sering
dihadapi oleh setiap perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha apapun
selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan
dana (modal) untuk membiayai usahanya.
Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik
untuk modal investasi atau modal kerja.
Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang memegang peranan penting
dalam memenuhi akan kebutuhan dana.
Hal ini disebabkan perusahaan keuangan
bidang utama usahanya adalah menyediakan fasilitas pembiayaan dana bagi
perusahaan lainnya dan hampir tidak ada
bidang usaha yang tidak memerlukan
dana.
Usaha keuangan dilaksanakan oleh
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan atau sering disebut dengan lembaga keuangan. Lembaga keuangan
adalah setiap perusahaan yang bergerak
di bidang keuangan, menghimpun dana,
menyalurkan dana atau kedua-duanya.
(Kasmir, 2005;2)
Praktiknya lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua (2) golongan
besar yaitu: Pertama, lembaga keuangan
bank dan kedua, lembaga keuangan
lainnya (lembaga pembiayaan). Lembaga
keuangan bank atau disebut bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling
lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan
di samping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga melakukan
usaha menghimpun dana dan masyarakat
luas dalam bentuk simpanan. Kemudian
usaha bank lainnya memberikan usaha
lainnya memberikan jasa-jasa keuangan
yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan
kegiatan menghimpun dana.
225
Sri Istiawati : Kedudukan Al-Qardhul Hasan Sebagai Alternatif Pembiayaan …………………..
Bank Islam memiliki suatu sistem
operasional dalam menyalurkan dananya
yang disebut Qardhul Hasan. Al-Qardh
adalah: “Pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali dengan kata lain meminjamkan
tanpa mengharapkan imbalan”. (Ahmal,
1987)
Dalam literatur fiqh klasik, qardh
dikategorikan dalam akad tatthawwui atau
akad saling membantu dan bukan transaksi komersil (Sayyid Sabiq, 1987).
Menurut Muhammad Parmudy dalam
bukunya berjudul Sejarah dan Doktrin
Bank Islam menjelaskan pengertian AlQardhul Hasan adalah:
Perjanjian antara pihak pemberi pinjaman dengan pihak peminjam, dimana
pihak pemberi pinjaman setuju meminjamkan sejumlah uang kepada pihak peminjam selama beberapa waktu tertentu
yang dinyatakan dengan syarat-syarat
tentang pembayaran balik dan hal-hal
lainnya yang ditentukan dan pihak peminjam diwajibkan untuk membayar balik
sejumlah uang yang ia pinjam menurut
syarat-syarat yang ditetapkan. (2005:7172).
Perwataatmadja, et al, 1992, dalam
bukunya berjudul Bank dan Asuransi
Islam di indonesia menjelaskan pengertian Qardhul Hasan adalah “Pembiayaan
berupa pinjaman tanpa dibebani biaya
apapun bagi kaum dhuafa yang merupakan asnaf zakat / infak / shadaqah dan
ingin mulai berusaha kecil-kecilan” (2005:
158)
Fasilitas pembiayaan tunai tersebut
merupakan salah satu keistimewaan yang
membedakan bank Islam dengan bank
konvensional. Keistimewaan jenis fasilitas
ini adalah nasabah hanya berkewajiban
menanggung biaya materai, biaya Notaris
dan biaya studi kelayakan, selain tanpa
beban, juga tampak besar tingkat kepedulian bank terhadap nasabah tanpa
memandang tingkat ekonominya. Bank
memperlakukan nasabah sebagai mitra
usaha yang tidak hanya mempertimbangkan bisnis semata, tetapi juga pertimbangan kemanusiaan.
Pembiayaan ini merupakan pembiayaan tanpa beban yang murni bersifat
sosial, karena nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya. Produk
ini diperuntukan khusus untuk orangorang yang sangat miskin atau sangat
membutuhkan dan untuk kegiatankegiatan sosial keagamaan yang urgen.
Sumber dana untuk sosial ini berasal
dari zakat, infak, shadaqah dan pendapatan non halal, sebagai hasil dan
transaksi-transaksi dengan bank-bank
konvensional yang menerapkan sistem
bunga. Para ulama telah menyepakati
bahwa Al-Qardhul Hasan boleh dilakukan.
Kesepakatan ulama ini didasari tabiat
manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak
ada seorangpun yang memiliki segala
barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu,
pinjam meminjam sudah menjadi suatu
bagian dari kehidupan didunia ini. Dalam
A1-Qur’an Qs. A1-hadiid, Allah berfirman
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah
akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak” (Ahmad,
1987).
Landasan dalil dalam ayat ini adalah
perintah untuk “Meminjamkan kepada
Allah”, artinya untuk membelanjakan harta
dijalan Allah. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, manusia diperintahkan untuk “Meminjamkan kepada sesama
manusia”, sebagai bagian dari kehidupan
bermasyarakat (civil society). Dalam
hadits disebutkan Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw, berkata “Bukan
seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim lainnya dua kali kecuali
yang satu adalah (senilai) sedekah”. (HR.
Ibnu Majah, No.2421)
Dari Anas Bin Malik berkata bahwa
Rasulullah Saw berkata “Aku melihat
pada waktu malam di Isra’kan, pada pintu
surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh
kali lipat dan Qardh delapan belas kali.
Aku bertanya, “Wahai Jibril, mengapa
Qardh lebih utama dari sedekah”? ia
menjawab. “Karena peminta sesuatu dan
ia punya, sedangkan yang meminjam
tidak akan meminjam kecuali karena
keperluan”. (HR. Ibnu Majah, No. 2422)
Islam juga secara jelas mendorong
investasi dan perputaran dana. Ketika
islam mewajibkan zakat, ia mengharuskan bahwa harta harus diinvestasikan jika
tidak, akan habis oleh zakat pada periode
tertentu. Diriwayatkan bahwa Nabi Saw.
berkata “Perdagangkanlah harta anak
yatim itu jika tidak ingin bebas termakan
zakat”.
226
Sri Istiawati : Kedudukan Al-Qardhul Hasan Sebagai Alternatif Pembiayaan …………………..
Hadist ini menjelaskan bahwa sekalipun anak yatim itu masih kecil, tetapi
kalau harta warisannya memenuhi nisab,
maka wajib dipenuhi zakatnya. Untuk itu,
wali yatim wajib mengeluarkan atas nama
Si yatim (kaya) yang berbeda dalam
perwaliannya. Oleh karena itu, Rasulullah
Saw menghimbau untuk memutarkannya
dengan baik dan fleksibel, sehingga
diharapkan ada keuntungan. Jika terdapat
keuntungan, zakatnya tidak lagi dari asal
pokok, tetapi dari penambahan keuntungan. Dengan demikian, harta anak yatim
bertambah dan tidak berkurang.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 dan
Peraturan Pelaksanaannya, pembiayaan
berdasarkan sistem syariah lebih dipertegas dan diperluas lagi dalam peraturan
perundang-undangan. Penegasan itu dapat dilihat dari bunyi Pasal ayat (12) dan
ayat (13), Pasal 6 huruf m, Pasal 7 huruf
c, Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 11
ayat (1) dan ayat (4a), Pasal 13 huruf c.
Kegiatan usaha yang berdasarkan pembiayaan dengan prinsip syariah lebih
dipertegas lagi dalam Pasal 28 dan 29
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah.
Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia Pasal 28 huruf a dan b disebutkan bahwa bank wajib menerapkan
prinsip syariah dalam melakukan kegiatan
usahanya yang meliputi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan yang meliputi:
a. Giro berdasarkan prinsip wadiah
b. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah
c. Deposito berjangka berdasarkan
prinsip mudharabah atau,
d. Bentuk lain berdasarkan prinsip
wadiah dan mudharabah.
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a. Transaksi jual beli berdasarkan
prinsip:
1) Murabahah
2) Istishna
3) Ijarah
4) Salam
5) Jual beli lainnya
b. Pembagian bagi hasil herdasarkan
prinsip:
1) Mudharabah
2) Musyarakah
3) Bagi hasil lainnya
c. Pembiayaan lainnya berdasarkan
prinsip:
1) Hiwalah
2) Rahn
3) Qurdh
Pasal 29 ayat (2) menyebutkan
bahwa Bank dapat bertindak sebagai
lembaga Baitul Mal yaitu menerima dana
yang berasalkan dari zakat, infak, shadaqah, waqaf hibah atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada yang
berhak dalam bentuk santunan dan/atau
pinjaman kebajikan (Qardhul Hasan).
PEMBAHASAN
Pengertian Al-Qardhul Hasan
Menurut Muhammad Firdaus NH, alqard adalah akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai
pinjaman dan qardhul hasan merupakan
pinjaman sosial yang diberikan secara
benevolent tanpa adanya pengenaan
biaya apapun, kecuali pengembalian modal asalnya. (2005 : 55)
Badrun Alaena mengatakan alqardhul hasan (pinjaman kebaikan) adalah perjanjian antara pihak pemberi jaminan dengan pihak peminjam. Dalam hal
ini pihak pemberi pinjaman setuju menjaminkan sejumlah uang kepada pihak
peminjam selama beberapa waktu tertentu yang dinyatakan dengan syaratsyarat tentang pembayaran balik dan halhal lainnya yang ditentukan. Pihak peminjam diwajibkan untuk membayar balik
sejumlah uang yang ia pinjam menurut
syarat-syarat yang telah ditetapkan. Pihak
pemberi pinjaman tidak boleh meminta
sumbangan apapun dari pihak peminjam
selain dari sejumlah uang yang dipinjamkan, tetapi sebaliknya pihak peminjam
disunatkan untuk menyumbang atau
membayar lebih dari jumlah yang dipinjam
kepada pihak pemberi pinjaman karena
sudah diberi bantuan dan pertolongan
olehnya.
Unsur utama dari pelaksanaan pinjaman kebajikan ini adalah semata-mata
supaya orang yang kaya dan orang yang
mampu menolong dan membantu orang
yang tidak mampu dan orang yang memerlukan bantuan. (2005 : 71)
Senada dengan pengertian diatas,
Warkum Sumitro mengatakan al-qardhu
hasan adalah suatu pinjaman lunak yang
diberikan atas dasar kewajiban sosial
227
Sri Istiawati : Kedudukan Al-Qardhul Hasan Sebagai Alternatif Pembiayaan …………………..
semata. Karena peminjam tidak berkewajiban untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman dan biaya administrasi. Pembiayaan al-qardhul hasan yaitu
suatu perjanjian antara bank sebagai
pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa
uang maupun barang tanpa persyaratan
adanya tambahan atau biaya apapun.
Peminjam (nasabah) berkewajiban mengembalikan uang atau barang yang dipinjam pada waktu yang disepakati bersama, dengan jumlah yang sama dengan
pokok pinjaman.
Bank sebagai pemberi pinjaman
tidak diperbolehkan meminta pinjaman
untuk membayar lebih dari pokok pinjaman, akan tetapi bank dibenarkan untuk
menerima kelebihan pembayaran secara
suka rela dari peminjam sebagai tanda
terima kasih yang besarnya tidak ditentukan sebelum akad, ini hukumnya
sunnah.
Tujuan utama dari pembiayaan ini
adalah untuk menolong peminjam yang
berada dalam keadaan terdesak, baik
untuk hal-hal yang bersifat konsumtif
maupun produktif. Peminjam dipilih secara selektif dan hati-hati terutama kepada peminjam yang dinilai jujur dan
mempunyai reputasi baik. (Badrun, 2005 :
71)
Menurut Karnaen Perwataatmadja,
pembiayaan al-qardhul hasan yaitu pembiayaan berupa pinjaman tanpa dibebani
biaya apapun bagi kaum dhuafa yang
merupakan asnaf zakat/infak/shadaqah
dan ingin mulai berusaha kecil-kecilan.
Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan pinjaman pokoknya saja pada waktu
jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan
dengan membayar biaya-biaya administrasi yang diperlukan.(2005 : 158)
Sayyid Sabiq mengatakan al-qardhul
adalah pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan
tanpa mengharapkan imbalan. Dalam
literature tagih klasik, qardh dikategorikan
dalam aqad tathawwuni atau akad saling
membantu atau bukan transaksi komersial. (1987 : 163)
Dalam peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasal 2 disebutkan qard adalah pinjam-meminjam
dana tanpa imbalan dengan kewajiban
pihak peminjam mengembalikan pokok
pinjaman secara sekaligus atau cicilan
dalam jangka waktu tertentu.
Landasan Hukum Al-Qardhul Hasan
Sebagai perbuatan hukum qard
adalah akad pinjaman dari bank kepada
pihak tertentu yang wajib dikembalikan
dengan jumlah yang sama sesuai
pinjaman. Untuk itu kegiatan dari
pembiayaan al-qardhul hasan ini dari segi
hukum islam telah dikelompokkan atas
dasar hukum yaitu :
A. Al-Qur’an
1. Qs. Al-Baqarah (2) : 245
“siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, maka Allah akan
melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan
Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezeki) dan kepadanyalah kamu dikembalikan”.
2. Qs. Al-Muzammil (73) : 20
“Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat
dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik (qardhul hasan). Dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat
untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasannya) disisi Allah sebagai balasan
yang paling baik dan paling besar
pahalanya”.
3. Qs. Al-Hadid (57) : 11
“Siapakah yang mau meminjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik, maka
Allah akan melipatgandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak”.
Yang menjadi landasan dalil dalam
ayat ini adalah kita disini untuk
“meminjamkan kepada Allah”, artinya
untuk membelanjakan harta dijalan Allah.
Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga disuruh untuk
“meminjamkan kepada sesame manusia”,
sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat civil society.
B. Al-hadits
1. Hadis Riwayat Ibnu Majah :
Dari Ibnu Mas’ud meriwayatkan
bahwa Rasullulah SAW bersabda, “bukan
orang
muslim
(mereka)
yang
meminjamkan muslim (lainnya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai)
sedekah”. (HR.Ibnu Majah Nomor 2421,
kitab Al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi)
228
Sri Istiawati : Kedudukan Al-Qardhul Hasan Sebagai Alternatif Pembiayaan …………………..
2. Hadis Riwayat Ibnu Majah :
Anas bin Malik berkata bahwa
Rasullulah berkata, “Aku melihat pada
malam di-isra-kan, pada pintu surga
tertulis : sedekah dibalas sepuluh kali lipat
dan qardh delapan belas kali. Aku
bertanya, “Wahai Jibril, mengapa qardh
lebih utama dari sedekah ? ia menjawab,
“karena peminta-minta sesuatu dan ia
punya, sedangkan yang meminjam tidak
akan
meminjam
kecuali
karena
keperluan”. (HR.Ibnu Majah Nomor 2422,
Kitab Al-Ahkam dan Baihaqi)
3. Hadist Riwayat Muslim
“Orang yang melepaskan seorang
muslim dari kesulitannya di Dunia, Allah
akan melepaskan kesulitannya di hari
kiamat, dan Allah senantiasa menolong
hambanya selama ia (suka) menolong
saudaranya”.
C. IJMA’
Para ulama telah menyepakati
bahwa al-qardh boleh dilakukan kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia
yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan
dan bantuan saudaranya. Tidak ada
seorangpun yang memiliki segala barang
yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam
meminjam sudah menjadi satu bagian
dari kehidupan didunia ini. Islam adalah
agama yang sangat memperhatikan
segenap kebutuhan umatnya.(Badrun
Alaena, 2005 : 132)
Kedudukan A1-Qirdhul Hasan sebagai
Alternatif Pembiayaan Investasi bagi
Usaha Kecil dan Menengah
Salah satu tugas penting pemerintah
dalam bidang perekonomian adalah membebaskan masyarakat dari jerat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara adil. Menurut Didin
(2004) penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang
sejahtera lahir batin) dan berkeadaban,
indikator kesejahteraan tersebut adalah
terbebas dan kekufuran, kemusrikan, kelaparan, dan rasa takut.
Sasaran yang ingin dicapai tersebut
mempunyai dimensi yang cukup luas,
Islam dari awal sudah mengamanahkan
bahwa pemerintah berkewajiban untuk
secara aktif mengatasi kemiskinan. Dalam
hal ini pemerintah berupaya dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan, yang mana sistem ini tidak dapat
dipisahkan dari pengembangan ekonomi
umat islam, karena 88% dari masyarakat
Indonesia adalah beragama Islam.
Pembangunan ekonomi kerakyatan
diarahkan untuk melibatkan rakyat dalam
pembangunan ekonomi, upaya peningkatan produktifitas rakyat, meningkatkan
daya beli rakyat, membuka lapangan
kerja bagi rakyat dan menumbuhkan nilainilai ekonomi pada sektor ekonomi yang
digeluti rakyat. (Didin S, hal. 13-14)
Keikutsertaan dan peran masyarakat
dalam pembangunan bangsa semakin
penting melalui pemberdayaan ekonomi.
Oleh sebah itu dengan kehadiran perbankan syariah diharapkan dapat melakukan pemberdayaan ekonomi yang
berefek pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Perbankan syariah sebenarnya memiliki tanggungjawab yang besar, tidak
saja bersifat keilahian namun juga keumatan. Tanggung jawab keilahian, menuntut perbankan syariah harus mampu
membuktikan bahwa sistem Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an adalah yang
terbaik dari sistem apapun di muka bumi
ini, sedangkan tanggung jawab keumatan
menuntut bahwa perbankan syariah harus
mampu memberi kemaslahatan bagi umat
islam kehususnya dan kemanusiaan pada
umumnya.
Perbankan syariah memberikan
suatu fasilitas pembiayaan alternatif untuk
usaha-usaha produktif dan investasi
kepada golongan menengah kebawah
(mustadh ‘afin). Pembiayaan ini disebut
dengan pembiayaan al-qardhdul hasan.
Dalam literature fiqh Salat Al-Shalih
pembiayaan ini dikatagorikan dalam alqardhdul hasan tathawwui atau akad
saling bantu membantu dan bukan merupakan transaksi komersil sehingga tujuan utama dan pembiayaan ini memang
dirancang untuk kaum dhuafa penerima
zakat/infak/sedekah (asnaf) yang ingin
memulai usaha kecil-kecilan, sehingga
pembiayaan ini dapat membantu program
pengentasan kemiskinan. Selain itu juga
untuk menolong peminjam yang dalam
keadaan mendesak baik untuk hal-hal
yang bersifat konsumatif maupun produktif. Peminjam dipilih secara selektif
dan hati-hati terutama kepada peminjam
yang dinilai jujur dan mempunyai reputasi
yang baik.
Ketentuan dalam pembiayaan ini,
peminjam tidak berkewajiban mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman
229
Sri Istiawati : Kedudukan Al-Qardhul Hasan Sebagai Alternatif Pembiayaan …………………..
dan biaya administrasi. Untuk menghindarkan diri dari riba, biaya administrasi
pada pinjaman al-qardhul hasan yaitu:
1. Harus dinyatakan dalam nominal
bukan persentase.
2. Sifatnya harus nyata, jelas dan pasti
serta terbatas pada hal-hal yang
mutlak diperlukan untuk terjadinya
kontrak.
Untuk menjaga agar pinjaman tidak
susut nilainya akibat inflasi, maka
indexation dalam hal ini dapat diterapkan.
(M. Firdaus NH, 2005:57)
Seperti halnya akad-akad yang lain
al-qard memiliki rukun utama antara lain:
1. Muqridh (pemilik barang)
2. Muqtaridh (yang mendapat barang
atau pinjaman)
3. Ijab qabul
4. Qardh (barang yang dipinjamkan)
Adapun aplikasi al-qardh dalam perbankan syariah adalah sebagai berikut:
1. Sebagai jasa atas suatu produk
pembiayaan seperti mudharabah.
Nasabah yang diberikan suatu plafon
pembiayaan dan sudah memakainya,
membutuhkan dana cepat untuk menutupi suatu pembayaran dan akan
dikembalikan secepatnya sejumlah
yang dipinjam.
2. Sebagai produk untuk nasabah funding yang membutuhkan dana cepat,
sedangkan ia tidak dapat menarik
dananya karena tersimpan dalam
simpanan yang tidak dapat segera
dicairkan.
3. Sebagai compensating balance dan
dana bilangan antar bank syariah.
4. Sebagai produk sosial seperti untuk
usaha kecil (micro credit financing)
5. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasahah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi
syarat penyetoran biaya perjalanan
haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji.
6. Sebagai pinjaman lunas (cash
advanced) dan produk kartu kredit
syariah. Nasabah diberi keleluasaan
untuk menarik uang tunai milik bank
melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang
ditentukan. (Didin S:13-14)
7. Sebagai pinjaman kepada pengusaha
kecil, dimana menurut perhitungan
bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan
dengan skema jual beli, Ijarah, atau
bagi hasil.
8. Sebagai pinjaman kepada pengurus
bank, dimana bank menyediakan
fasilitas ini untuk memastikan terpenuhnya kebutuhan pengurus bank,
pengurus bank akan mengembalikan
dana pinjaman ini secara cicilan
melalui pemotongan gajinya. (Didin S
: 106)
9. Sebagai bantuan untuk kegiatankegiatan sosial keagamaan yang
urgen.
Untuk menjaring dana masyarakat
sehubung dengan peningkatan dana
pembayaran al-qardhul hasan, maka
sumber dana yang didapatkan berasal
dari :
1. Dana
amal,
zakat,
shadaqah
(ASNAF)
2. Untuk kegiatan usaha yang bersifat
sosial dapat berasal dari modal dan
keuntungan yang disisihkan.
3. Untuk kegiatan usaha yang bersifat
komersil jangka pendek. (short term
financing) diperbolehkan dari dana
pihak ketiga yang bersifat investasi
sepanjang tidak merugikan kepentingan nasabah pemilik dana
4. Pendapatan non halal sebagai hasil
dan transaksi dengan bank-bank
konvensional yang merupakan sistem
bunga.
Berdasarkan Pasal 6 dan 13
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, kegiatan operasional bank umum
berdasarkan prinsip syariah diatur oleh
Ketentuan Bank Indonesia. Ketentuan
dimaksud adalah Pasal 29 ayat (2)
SK.DIR.BI.32/34/1999 yang menyatakan
bahwa bank dapat bertindak sebagai
lembaga baitul mal yaitu menerima dana
berasal dari zakat, infaq, shadaqah,
waqaf, hibah atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada yang berhak
dalam bentuk santunan dan atau
pinjaman kebajikan (Al-qhadrul hasan.
Tujuan pertama dari zakat adalah
memenuhi kebutuhan orang-orang miskin,
fakir miskin adalah sasaran pertama dan
pengeluaran zakat. Zakat bukan merupakan jumlah yang kecil dan sumber yang
bias disepelekan. Jumlahnya mencapai 510% dari hasil pertanian. Zakat bukan
sekedar kreativitas positif atau amal soleh
yang bersifat individual. Lebih dari itu, ia
230
Sri Istiawati : Kedudukan Al-Qardhul Hasan Sebagai Alternatif Pembiayaan …………………..
adalah usaha membangun hubungan
masyarakat
yang
teratur
dibawah
naungan negara, dengan lembaga khusus
yang bertugas untuk menghimpun dan
mendistribusikan. Menurut Safwan ldris,
zakat adalah rukun Islam yang memiliki
potensi yang sangat besar untuk mempersatukan umat Islam karena dengan itu
umat Islam dapat menunjukan kebersamaan dan kepeduliannya terhadap
saudara seiman. Zakat adalah simbol
dan aktualisasi dan solidaritas umat
Islam. Kebangkitan zakat adalah kebangkitan kesadaran sosial ekonomi umat
islam dan kesadaran ini memiliki arti yang
sangat strategis bagi umat (1997:51)
Secara konseptual, zakat disyariatkan untuk mengubah musrahiq (golongan
yang berhak menerima zakat) menjadi
muzzuki (golongan yang wajib mengeluarkan pajak) dengan kata lain, dari miskin
menjadi kaya atau berkecukupan dan
kemudian pada gilirannya mampu pula
mengeluarkan zakat (M. Firdaus : 135).
Karena itu, petunjuk al-quran memberikan
rambu-rambu yang relative concret.
Misalnya tentang amil, “Ambilah zakat
dan sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan menyucikan
mereka”. (QS At-taubah, 9:103)
Dalam pelaksanaannya, bank syariah dapat berkerja sama dengan
lembaga-lembaga sosialnya yang bergerak di bidang pemberdayaan perekonomian masyarakat seperti Dompet Dhuafa,
Forum Zakat (FOZ), dan Badan Amil
Zakat. Dalam Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,
Pasal 6 dan 7 menyebutkan Lembaga
Pengelola Zakat adalah Badan Amil Zakat
(BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dari
tingkat nasional sampai tingkat Kecamatan dengan partisipasi masyarakat (topdown) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
yang dibentuk masyarakat dan dikukuhkan masyarakat (buttom-up). Pedoman
teknis pengelolaan zakat dapat ditemukan
dalam Surat Keputusan Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam dan urusan
Haji Nomor 0/291 tahun 2000.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun
1999 ini kemudian diperjelas dengan
Keputusan Menteri Agama Nomor 373
Tahun
2003
tentang
Pelaksanaan
Undang-Undang zakat. Selain itu juga
dalam Undang-Undang Pajak Nomor 17
Tahun 2000 Pasal 9 huruf g menyatakan
bahwa zakat yang dibayarkan kepada
BAZ atau LAZ yang sah (terdaftar di dinas
terkait) dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak.
Upaya BAZ dan LAZ dalam menyalurkan dana ZIS (zakat, infaq,
shadaqah) yang bersifat produktif adalah
melalui program ekonomi, yaitu pemberdayaan usaha kecil baik yang dilakukan secara langsung melalui Unit
Salur Zakat (USZ) konter maupun
dilakukan USZ mitra. Program ekonomi
dijalankan melalui tahapan-tahapan yang
disusun sedemikian rupa dengan harapan
pemberdayaan yang dilakukan tidak
hanya dirasakan manfaatnya oleh perorangan akan tetapi juga dalam lingkup
komunitas. Diharapkan dalam wilayah
mitra BAZ dan LAZ akan terjadi semacam
pemberdayaan masyarakat (Community
Development).
Kegiatan pengumpulan zakat oleh
BAZ dan LAZ dapat dilakukan secara
langsung
maupun
tidak
langsung.
Pengumpulan secara langsung maksudnya adalah muzakki mendatangi kantorkantor BAZ atau LAZ atau UPZ (unit
pengumpul zakat) yang dibentuk oleh
BAZ. Sedangkan yang dimaksud pengumpulan secara tidak langsung adalah
para muzakki membayarkan zakatnya
melalui kantor pos, bank ataupun sistem
potong gaji.
PENUTUP
Kedudukan Al-Qardhul Hasan sebagai alternative pembiayaan investasi
bagi usaha kecil dan menengah yaitu
bahwa pembiayaan Al-Qardhul hasan ini
dikategorikan dalam azad tathawwui yaitu
sebagai akad untuk saling bantu membantu yang bertujuan memberikan pembiayaan bagi kaum dhuafa penerima
zakat, infak, shadaqah yang ingin memulai usaha kecil-kecilan sehingga
pembiayaan ini dapat membantu program
pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Disarankan adanya kesadaran dari
masyarakat untuk mendonasikan kelebihan rezekinya kepada orang yang tidak
mampu sehingga dana yang terkumpul
dapat dikembangkan dan didayagunakan
dan adanya kesadaran dari nasabah
untuk mengembalikan pinjaman sehingga
tidak terjadinya kredit macet.
Diharapkan dari pihak bank dapat
mensosialisasikan program pembiayaan
Al-Qardhul hasan yang telah dicanang-
231
Sri Istiawati : Kedudukan Al-Qardhul Hasan Sebagai Alternatif Pembiayaan …………………..
kan, dimana masyarakat dapat mendonasikan rezekinya sehingga dana tersebut dapat disalurkan dan didayagunakan kepada yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Asy-syarbasyi, 1987, Al-Iqtisad Alislami, Beirut, Dar-Alamil Kutub.
Badrun,Alaena, 2005, Syariah dan Doktrin
Bank Islam, Kutub, Yogyakarta,
hal.71.
Karnaen
A.
Perwataatmadja
dan
Muhammad Syafii Antonio, 1992,
Apa dan Bagaimana Bank Islam.
Dana Bakti Prima Jasa, Yogyakarta.
Kasmir. 2005. Bank dan Lembaga
Keuangan lainnya. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
M.
Umer Chapra, 2000, Islam dan
Tantangan Ekonomi, Gema Insani
Press, Jakarta.
Mhd. Firdaus NH, et All, 2005, Briefcase
Book Edukasi Profesional Syariah
Konsep dan Implementasi Bank
Syariah, Renaisan, Jakarta.
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor:7/46/PBI/2005 tentang Akad
Penghimpun dan Penyaluran Dana
bagi Bank yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah.
Sayyid Sabiq, 1987, Fiqhus Sunnah,
Beirut, Darul Kitab Al-Arabi, cet.8,
Vol III.
Safwan Idris, 1997, Gerakan Zakat dalam
Pemberdayaan Ekonomi Umat, PT.
Citra Putra Bangsa, Jakarta.
Download