Cara benar untuk dapatkan fasilitas tax treatyCara benar untuk

advertisement
Pusat Peraturan Pajak Online
Cara benar untuk dapatkan fasilitas tax treatyCara benar untuk dapatkan fasilitas tax
treaty
Contributed by Administrator
Friday, 05 February 2010
Bisnis Indonesia,
5 Februari 2010
Awal
November 2009 sebagian besar pelaku usaha di sektor pasar keuangan dan
penerbangan 'berteriak-teriak' karena merasa terbebani dengan adanya
tambahan biaya pajak. Ini terjadi akibat pemberlakuan dua Peraturan
Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen) tentang pencegahan penyalahgunaan
persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B).
Dua
perdirjen yang bikin heboh itu tak lain adalah PER-61/PJ/2009 tentang
Tata cara Penerapan P3B yang kemudian direvisi dengan SE-114/PJ/2009
dan PER-62/PJ/2009 tentang Pencegahan P3B.
Sebenarnya apa yang salah dengan dua perdirjen itu sampai-sampai para pelaku usaha merasa keberatan?
Asosiasi perusahaan maskapai pesawat, misalnya,
berargumentasi kalau pemberlakuan Perdirjen 61 dan 62 akan membebani
mereka karena harus terkena pajak sewa pesawat sebesar 20% yang selama
ini tidak dikenakan. Secara tidak langsung, menurut mereka, hal itu
akan berpengaruh terhadap kenaikan tarif angkutan udara domestik.
Sementara
itu, pelaku pasar keuangan berpendapat peraturan tersebut berpotensi
mengurangi minat investor asing pada SUN. Mereka menganggap secara
teknis aturan itu sangat menyulitkan karena investor memerlukan waktu
sendiri terkait dengan pengkajian dari segi legal/ hukum terhadap
pengisian formulir yang harus dipenuhi agar transaksi yang dilakukan
bisa mendapatkan fasilitas P3B.
Menanggapi hal
ini, Kasubdit Penjanjian dan Kerjasama Perpajakan Internasional Ditjen
Pajak Astera Primanto Bhakti mengatakan latar belakang diterbitkannya
dua perdirjen itu karena dalam ketentuan yang lama tidak ada standar
baku perihal bentuk surat keterangan domisili (SKD) dan juga tidak
diatur secara tegas mengenai penentuan beneficial owner.
"SKD
selama ini kami cuma terima beres, bahkan ada wajib pajak yang baru
menunjukkan SKD setelah kejadian, padahal itu seharusnya di awal.
Makanya kami buat Perdirjen 61 dan 62," katanya dalam acara sosialisasi
Perdirjen 61 dan 62 akhir bulan lalu.
Menurut
dia, dengan tidak adanya standar baku tersebut membuat banyak pihak
yang sebenarnya tidak berhak mendapatkan fasilitas P3B justru
mendapatkannya melalui rekayasa treaty shopping yang dibuat.
http://www.rumahpajak.com
Powered by Joomla!
Generated: 1 November, 2017, 21:42
Pusat Peraturan Pajak Online
Dua
Perdirjen baru tersebut, lanjutnya, merupakan pintu gerbang bagi wajib
pajak (yang benar-benar berhak) agar bisa memanfaatkan fasilitas
penurunan tarif yang ada di P3B. "Kalau nggak berhak ya nggak boleh
dapat fasilitas P3B. Jadi ini perlu ditegaskan supaya orang nggak
lari-lari bikin treaty shopping."
Merujuk
Gunadi, Guru Besar Perpajakan FISIP UI, rekayasa treaty shopping
biasanya dilakukan dengan mendirikan suatu badan dengan tujuan khusus
(special purpose vehicle/SPV) di salah satu negara mitra P3B, atau
dengan berbagai cara lainnya sebagai suatu saluran (conduit) atas
penghasilan yang diperoleh di negara mitra lainnya.
Skema
yang biasa digunakan dalam melakukan rekayasa ini adalah back to back
loan. Misalnya P3B Indonesia dengan Belanda menurunkan tarif potongan
pajak atas bunga dari 20% menjadi 0%. Cco adalah WPDN negara C yang
tidak mempunyai P3B dengan Indonesia. Kalau Cco membeli langsung
obligasi PT A (WPDN Indonesia) bunganya akan dikenakan pajak 20%.
Maka
untuk menganulir beban pajak tersebut Cco bisa menitipkan dana US$1
miliar ke BBv di Belanda untuk membeli obligasi PT A. Dengan skema itu
maka bunga obligasi sebesar US$100 juta yang dibayar PT A kepada BBv
tidak dikenakan pajak. Di Belanda, BBv membayar bunga kepada Cco dan
tidak ada potongan pajak atas bunga.
BBv selain
tidak kena pajak karena penghasilan bunga akan dikurangi dengan biaya
bunga, juga tidak memotong pajak atas bunga yang dibayarkan tersebut.
Bunga tersebut akhirnya hanya akan kena pajak di negara C apabila
negara ini menerapkan pemajakan global.
Rekayasa
lain yang dapat dimanfaatkan adalah skema controlled foreign
corporation (CFC), dengan mendirikan B1Bv di Belanda ketimbang nitip
dana ke BBv, yang selanjutnya aliran transaksinya akan terjadi seperti
dalam skema back to back loan.
Baru-baru ini
Dirjen Pajak Mochamad Tjiptardjo juga menegaskan kalau dua perdirjen
itu memang untuk menutup celah praktik penyalahgunaan P3B melalui skema
tax avoidence dan tax evasion dalam rangka rekayasa treaty shopping
yang selama bertahun-tahun ini seolah-olah menjadi trandmark di
kalangan pengusaha Indonesia.
"Kemarin waktu
ada pertemuan dengan Presiden waktu pembukaan pasar modal, ada yang
ngomong dari lawyer komplain adanya Per 61 dan 62. Tapi mereka ngaku
kalau skim yang dipakai orang-orang itu tax avoidance," ujarnya.
(Bisnis, 16 Januari)
Penerima fasilitas
http://www.rumahpajak.com
Powered by Joomla!
Generated: 1 November, 2017, 21:42
Pusat Peraturan Pajak Online
Kalau
begitu lantas siapa yang berhak untuk mendapatkan fasilitas itu? Dalam
Per 62 ditegaskan pihak-pihak yang berhak memanfaatkan P3B adalah
individu yang bertindak tidak sebagai agen atau nominee, lembaga yang
namanya disebutkan dalam P3B, perusahaan yang sahamnya terdaftar di
pasar modal dan diperdagangkan secara teratur, bank, dan wajib pajak
(WP).
WP yang dimaksud adalah WP luar negeri
(WPLN) yang menerima atau memperoleh penghasilan melalui kustodian
sehubungan dengan pengalihan saham atau obligasi yang diperdagangkan
atau dilaporkan di pasar modal di Indonesia (selain bunga dan dividen)
dalam hal WPLN bertindak tidak sebagai sebagai agen atau nominee.
Pihak
lainnya yang juga berhak adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan
kumulatif yaitu pendirian perusahaan di negara mitra P3B atau
pengaturan struktur/skema transaksi tidak semata-mata untuk pemanfaatan
P3B, kegiatan usaha dikelola manajemen sendiri yang mempunyai
kewenangan yang cukup untuk menjalankan transaksi, perusahaan mempunyai
pegawai, penghasilan yang bersumber dari Indonesia terutang pajak di
negaranya, dan tidak menggunakan lebih dari 50% dari total
penghasilannya untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain dalam bentuk
seperti bunga, royalti, atau imbalan lainnya.
Untuk
yang terakhir ini bisa diistilahkan sebagai SPV yang benar-benar
perusahaan operasional dan bukan 'abal-abal'. "Kalau [persyaratan]
Perdirjen 62 lulus, mudah-mudahan di Perdirjen 61 bisa gampang karena
Perdirjen 61 itu tatacara pelaksanaannya, sedangkan Per 62 itu
substansinya. Jadi istilah orang Amerikanya tinggal check the box,"
ujar Prima.
Nah, kalau sudah lolos di Perdirjen
62, lalu syarat-syarat apa yang harus dipenuhi selanjutnya? Di
Perdirjen 61 diatur kalau WPLN harus menyampaikan SKD dengan formulir
yang diterbitkan oleh Ditjen Pajak yaitu form DGT 1 atau Form DGT 2.
"Form
DGT 1 itu untuk umum, kalau DGT 2 itu dipakai khusus untuk bank dan
WPLN yang menerima penghasilan melalui kustodian dari transaksi
pengalihan saham atau obligasi yang diperdagangkan atau dilaporkan di
pasar modal di Indonesia, selain bunga dan dividen," jelasnya.
Langkah
selanjutnya, SKD harus diisi oleh WPLN dengan lengkap dan
ditandatangani yang kemudian disahkan oleh pejabat berwenang di negara
mitra P3B. SKD harus disampaikan paling lambat pada batas waktu
penyampaian SPT masa terkait. Kalau sampai terlambat, tarif yang
berlaku adalah tarif sesuai UU PPh di Indonesia.
"Kami
buat ketentuan ini tidak asal bikin karena negara lain juga melakukan
ini. Bahkan di Perancis dan China itu malah lebih ribet lagi. Jadi kami
punya benchmark sebelum menerbitkan aturan ini," tambah Prima.
http://www.rumahpajak.com
Powered by Joomla!
Generated: 1 November, 2017, 21:42
Pusat Peraturan Pajak Online
Nah,
kalau ternyata di negara-negara lain juga menerapkan ketentuan itu,
kenapa penerapan ketentuan tersebut di Indonesia harus dipersoalkan?
Lebih baik mari kita bersama belajar untuk menggunakan fasilitas yang
memang menjadi hak dan bukan malah merekayasa sesuatu agar mendapatkan
fasilitas yang bukan menjadi hak.
Achmad Aris
http://www.rumahpajak.com
Powered by Joomla!
Generated: 1 November, 2017, 21:42
Download