upaya meningkatkan pemahaman materi pecahan untuk mencapai

advertisement
Dinamika
Vol. 3, No. 2, Oktober 2012
ISSN 0854-2172
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PECAHAN UNTUK
MENCAPAI TUNTAS BELAJAR MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING
LEARNING (CTL) DILENGKAPI TUGAS TERSTRUKTUR
Tanuri
SDN Pakulaut 04 Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal
Abstrak
Rumusan masalah pada penelitian ini pertama apakah metode Contextual Teaching Learning
(CTL) yang dilengkapi tugas terstruktur dapat meningkatkan ketuntasan belajar Matematika?.
Kedua apakah metode Contextual Teaching Learning (CTL) yang dilengkapi tugas terstruktur dapat
meningkatkan aktivitas siswa terhadap materi pecahan?. Ketiga apakah metode Contextual Teaching
Learning (CTL) yang dilengkapi tugas terstruktur dapat meningkatkan profesionalisme guru?.
Subyek penelitiannya adalah siswa kelas SDN Pakulaut 04, Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal
Tahun 2011/2012 sejumlah 18 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (72%) dan siklus II (83%), dapat meningkatkan
aktivitas siswa hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan Contextual Teaching Learning (CTL) sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar. dan kinerja guru dalam mengajar dari siklus I sebesar 67% meningkat pada siklus II sebesar
89% kategori sangat baik.
© 2012 Dinamika
Kata Kunci: Materi Pecahan; Contextual Teaching Learning (CTL)
PENDAHULUAN
Matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki karakter tertentu, yaitu tersusun
secara hirarkhis. Hirarkhis berarti suatu konsep yang baru selalu didasarkan pada konsep
sebelumnya. Hal ini berarti setiap konsep harus dikuasai dengan baik oleh siswa agar konsep
baru dapat dikuasai dengan baik pula. Bahasa matematika merupakan bahasa yang padat, ketat,
akurat, abstrak dan penuh arti. Siswa kadang-kadang hafal dan dapat menuliskan sebuah dalil
atau de nisi dalam matematika, namun ditanya tentang maksudnya tidak mampu menjelaskan
pengertian dan makna yang tersirat di dalamnya.
Pada kenyataannya, oleh sebagian besar siswa, matematika masih dirasakan sulit untuk
dipelajari. Pelajaran matematika sampai saat ini masih merupakan suatu pelajaran yang kurang
diminati oleh sebagian siswa, baik siswa sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah. Dari
sekelompok siswa dalam satu kelas hanya sebagian saja yang benar-benar berminat terhadap
pelajaran matematika. Hal ini bisa dilihat dari hasil setiap tes ataupun ujian nasional, dari satu
kelas atau bahkan satu sekolah nilai yang diperoleh sebagian siswa adalah nilai di bawah tujuh.
Hal itu telah lama terjadi, dari tahun ke tahun tetap itu-itu juga nilai yang diperoleh siswa.
Sepertinya sangat sulit untuk dapat menaikkan nilai rata-rata di atas tujuh.
Dalam rangka meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas VI SDN Pakulaut 04
tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pecahan, dalam penelitian ini peneliti menawarkan
pembelajaran dengan model Contextual Teaching Learning (CTL) dilengkapi tugas terstruktur
pada materi pecahan. Tugas terstruktur merupakan tugas rumah yang dilaksanakan siswa
sebelum pembelajaran di kelas. Dengan tugas terstruktur, siswa memiliki bekal pengetahuan
sebelum pembelajaran. Pada saat pembelajaran, guru melakukan review tentang materi pada
tugas terstruktur melalui model Contextual Teaching Learning (CTL).
Rumusan masalah pada penelitian ini pertama apakah metode Contextual Teaching
Learning (CTL) yang dilengkapi tugas terstruktur dapat meningkatkan ketuntasan belajar
Matematika?. Kedua apakah metode Contextual Teaching Learning (CTL) yang dilengkapi tugas
terstruktur dapat meningkatkan aktivitas siswa terhadap materi pecahan?.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari
Tuntas belajar artinya telah dijelaskan pada penegasan istilah dalam judul yaitu perubahan
tingkah laku serta kepandaian yang diperoleh siswa secara menyeluruh/sempurna setelah proses
belajar. Dalam (Nasution, 2003:36) menyatakan bahwa tujuan proses belajar mengajar secara
ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Dalam (DepDikNas,
2007:19), disebutkan bahwa ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian suatu kompetensi
setelah peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar, pengertiannya telah dijelaskan pada penegasan istilah dalam judul, yaitu
perolehan setelah proses belajar. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan adalah perolehan nilai
tes siswa. Penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan dapat dilihat dari pencapaian
nilai tes yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran.
Model CTL dipilih dengan alasan mengingat belajar merupakan proses aktif membangun
makna. Siswa memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu. Berarti siswa memiliki modal untuk kreatif.
CTL adalah pembelajaran dngan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari.
Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual yang dilengkapi tugas terstruktu diharapkan
siswa mampu mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya sehingga terampil menyelesaikan soal
bentuk pecahan dengan benar.
METODE PENELITIAN
Subyek penelitiannya adalah siswa kelas SDN Pakulaut 04, Kecamatan Margasari
Kabupaten Tegal Tahun 2011/2012 sejumlah 18 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11
siswa perempuan.
Prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut pertama
perencanaan peneliti membuat beberapa soal yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan
kepada siswa, menyiapkan pembentukan kelompok-kelompok siswa yang heterogen dan
memilih salah satu siswa sebagai ketua kelompok, membuat rencana pembelajaran, menetapkan
satu guru (peneliti) untuk mengajar, dan satu guru yang lain sebagai pengamat. Kedua tindakan
pendahuluan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menginformasikan model
pembelajaran yang akan digunakan. Kegiatan inti guru memotivasi siswa (memfokuskan siswa)
dengan cara tanya jawab masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pemahaman
materi pecahan, guru membagi siswa dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 orang
dan menetapkan satu siswa sebagai ketua kelompok, guru membagikan lembar kerja siswa yang
berisikan permasalahan yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel untuk didiskusikan
secara berkelompok (menciptakan masyarakat belajar), guru senantiasa mengajukan pertanyaan
yang membuat siswa berpikir tentang permasalahan tersebut (Question), dengan bimbingan guru,
kelompok-kelompok tersebut menyimpulkan hasil diskusi mereka (inquiri dan konstruktivisme),
262
Dinamika
Vol. 3. No. 1. (2012)
beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas (permodelan),
dan kelompok lan menanggapi (question) dan menghargai pendapat siswa. Penutup guru
membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi mengenai pemahaman materi pecahan, siswa
secara individu mengerjakan soal-soal pada LKS untuk dinilai (Autentik Assement).
Tahap ketiga pengamatan sesuai dengan indikator keberhasilannya, maka fokus
pengamatannya adalah sebagai berikut mengamati terjadinya peningkatan aktivitas belajar
siswa, yang ditandai dengan keberanian siswa bertanya, tak ada kelompok siswa yang pasif
serta tak ada satu siswa dalam kelompok yang pasif, keberanian siswa dalam menyampaikan/
mempresentasikan hasil diskusi mereka, mengamati cara penerapan Model Pembelajaran dengan
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) agar diperoleh cara penerapan
yang efektif. Keempat re eksi hasil yang didapatkan dalam tahap pengamatan dikumpulkan
dan dianalisa. Dari hasil pengamatan guru dapat mere eksikan diri dengan melihat data
pengamatan, apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan pemahaman materi pecahan. Hasil analisa data yang
dilaksanakan sebagai bahan acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Sumber data diambil dari hasil pengamatan oleh guru pengamat yang dicatat dalam lembar
pengamatan dan hasil uji kompetensi di akhir siklus I dan II.
Cara pengambilan data pertama dibuat lembar observasi untuk mengamati proses
pembelajaran, aktivitas guru dan siswa, serta cara yang efektif dalam menerapkan model
pembelajaran dengan pendakatan kontekstual (Coktextual Teaching and Learning(CTL)). Kedua
dibuat lembar kerja siswa yang berisi permasalahan yang berkaitan dengan pemahaman materi
pecahan yang akan diselesaikan siswa melalui pembelajaran kontekstual. Ketiga siswa diberi uji
kompetensi di akhir siklus I dan II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Berdasarkan hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Belajar Siklus I
Hasil Belajar Siswa
Nilai < 70
Nilai > 70
Siswa yang belum tuntas
Siswa yang tuntas
Nilai rata-rata
Jumlah
Prosentase
5
13
5
13
67.78
28%
72%
28%
72%
Tabel 2. Tingkat Aktivitas Siswa Siklus I
Tingkat Keaktifan
Jumlah Siswa
Persentase
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Tidak aktif
Jumlah
0
3
12
3
0
18
0%
16%
68%
16%
0
100%
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PECAHAN UNTUK MENCAPAI TUNTAS BELAJAR MELALUI MODEL
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DILENGKAPI TUGAS TERSTRUKTUR
Tanuri
263
Tabel 3. Hasil Belajar Siklus II
Hasil Belajar Siswa
Jumlah
Prosentase
Nilai < 70
Nilai > 70
Siswa yang belum tuntas
Siswa yang tuntas
Nilai rata-rata
3
15
3
15
75.56
17%
83%
17%
83%
Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran Model Contextual
Teaching Learning (CTL) Dilengkapi Tugas Terstruktur diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus II adalah 75.56 dan ketuntasan belajar mencapai 83% atau ada 15 siswa dari 18 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua sudah secara klasikal
siswa tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 83% lebih besar dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%.
Tabel 4. Tingkat Aktivitas Siswa Siklus II
No. Tingkat Keaktifan Jumlah Siswa
1
Sangat aktif
2
Aktif
3
Cukup aktif
4
Kurang aktif
5
Tidak aktif
Jumlah
1
9
8
0
0
18
Persentase
6%
50%
44%
0%
0
100%
Berdasarkan pengamatan kinerja guru yang dilakukan oleh pengamat pada siklus II
mendapat nilai 89% menurut kriteria kinerja guru yaitu sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya penguasaan kompetensi
dasar pemahaman materi pecahan pada siswa Kelas VI SDN Pakulaut 04 Tahun 2011/2012. Hal
tersebut dapat dianalisis dan dibahas pada tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Hasil Belajar Siklus I Dan Siklus II
No
Ketuntasan
1
2
Tuntas
Belum Tuntas
Jumlah
Siklus I
Jumlah
Persen
13
72%
5
28%
18
100%
Siklus II
Jumlah
Persen
15
83%
3
17%
18
100%
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dari sejumlah 18 siswa terdapat 13 atau
72 % yang baru mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 5 siswa atau 28% belum mencapai KKM
untuk kompetensi dasar pemahaman materi pecahan yang telah ditentukan yaitu sebesar ≥ 70.
Sedangkan hasil nilai pada siklus II dari sejumlah 15 siswa terdapat 18 atau 83 % yang mencapai
ketuntasan belajar sudah mencapai indikator ketuntasan sebesar 80 %.Sedangkan siswa yang
264
Dinamika
Vol. 3. No. 1. (2012)
belum tuntas sebesar 17%.
Dari hasil re eksi siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) siswa mengalami peningkatan dalam
mencapai ketuntasan belajar.
Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum
semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran . Hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat
kelompok ada anggapan bahwa prestasi maupun nilai yang di dapat secara kelompok. Dari hasil
pengamatan telah terjadi kreati tas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik , karena
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan serta perlu kecermatan dan ketepatan
. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok , serta antar kelompok. Masingmasing siswa ada peningkatan latihan bertanya dan menjawab antar kelompok , sehingga terlatih
ketrampilan bertanya jawab. Terjalin kerjasama inter dan antar kelompok. Ada persaingan positif
antar kelompok mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan
untuk jati diri pada siswa.
Tabel 6. Perbandingan Aktivitas Siswa siklus I dan Siklus II
No.
1
2
3
4
5
Tingkat
Keaktifan
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Tidak aktif
Jumlah
Siklus I
Jumlah
Persentase
Siswa
0
0%
3
16%
12
68%
3
16%
0
0
18
100%
Siklus II
Jumlah
Persentase
Siswa
1
6%
9
50%
8
44%
0
0%
0
0
18
100%
Berdasarkan perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa
yang sangat aktif tidak ada sedangkan siswa pada siklus II meningkat sebanyak 1 siswa (6%),
siswa yang aktif pada siklus I sebanyak 3 siswa (16%) sedangkan pada siklus siklus II meningkat
sebanyak 9 (50%), siswa yang cukup aktif pada siklus I sebanyak 12 siswa (68%) sedangkan pada
siklus II sebanyak 8 siswa (44%), siswa yang kurang aktif sebanyak 3 siswa (16%) sedangkan pada
siklus II tidak ada dan siswa yang tidak aktif tidak ada.
Hasil aktivitas siswa antara siklus I dengan siklus II siswa meningkat tingkat keaktifan
siswa dalam pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) .
PENUTUP
Dari hasil penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas
Kelas VI SDN Pakulaut 04 Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan
Pemahaman Materi Pecahan melalui model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL)
maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu pertama pembelajaran kooperatif model Contextual
Teaching Learning (CTL) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(72%) dan siklus II (83%). Kedua penerapan pembelajaran kooperatif model Contextual Teaching
Learning (CTL) mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa
siswa tertarik dan berminat dengan Contextual Teaching Learning (CTL) sehingga mereka
menjadi termotivasi untuk belajar. Ketiga pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PECAHAN UNTUK MENCAPAI TUNTAS BELAJAR MELALUI MODEL
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DILENGKAPI TUGAS TERSTRUKTUR
Tanuri
265
dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar dari siklus I sebesar 67% meningkat pada
siklus II sebesar 89% kategori sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Suyitno. 2006. Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapan di Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Amin Suyitno. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Menyusun Skripsi (Petunjuk Praktis). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Dirjen Dikdasmen
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Dimyati, dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Sudjana S. 2000. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Penerbit Falah Production.
Tanuri. 2012. Upaya Meningkatkan Pemahaman Materi Pecahan Untuk Mencapai Tuntas Belajar Melalui
Model Contextual Teaching Learning (Ctl) Dilengkapi Tugas Terstruktur Pada Siswa Kelas VI. Tegal
266
Dinamika
Vol. 3. No. 1. (2012)
Download