BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik dasar dalam setiap aktivitas. Melakukan aktivitas yang melebihi kemampuan tubuh akan berdampak bagi kesehatan dan kebugaran tubuh yang sehat. Aktivitas fisik yang berlebihan akan mengakibatkan kelelahan pada tubuh sehingga berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang. Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup untuk menikmati waktu senggangnya dan menghadapi hal-hal yang tak terduga (McGowan, 2001). Lutan (2002) menyebutkan bahwa kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Di antara ketiga komponen tersebut, fleksibilitas dari suatu jaringan akan sangat berperan penting terhadap timbulnya suatu gerakan yang baik dalam melakukan aktivitas fisik. Setiap manusia mempunyai tingkat fleksibilitas yang berbeda. Pada diri seseorang pun mempunyai fleksibilitas yang berbeda antara bagian dari tubuhnya. Fleksibilitas mencakup dua hal yang saling berkaitan, yaitu kelentukan dan kelenturan. Kelentukan terkait erat dengan keadaan fleksibilitas antara tulang dan 1 2 persendian, sedangkan kelenturan terkait dengan keadaan fleksibilitas antara tingkat otot, tendon, dan ligamen. Menurut Lutan (2003), fleksibilitas adalah ruang gerak dari berbagai sendi tubuh. Fleksibilitas adalah kemampuan dari persendian untuk melakukan gerak melalui luas gerak yang penuh (Deuster, et al., 2007). Sendi tubuh dikatakan fleksibilitasnya baik apabila ruang gerak dari sendi itu sendiri tidak mengalami gangguan. Suatu gerakan hanya dapat terjadi bila ada suatu kontraksi dari otototot yang bersangkutan. Untuk melakukan suatu gerakan yang baik pada jaringan lunak (otot, jaringan pengikat, dan kulit). Secara umum menurunnya fleksibilitas lebih diakibatkan oleh kebiasaan bergerak dalam pola tertentu pada seorang individu dan pada gerakan tertentu dibandingkan dengan usia atau jenis kelamin. Fleksibilitas juga berkaitan dengan ukuran tubuh seseorang, jenis kelamin, usia, dan aktivitas fisik yang dilakukan. Fleksibilitas adalah kemampuan suatu jaringan atau otot untuk memanjang semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan lingkup gerak sendi yang penuh, tanpa disertai rasa nyeri. Kurangnya mobilitas pada otot dalam waktu lama akan mengakibatkan pemendekan pada otot yang pada akhirnya berpengaruh pada fleksibilitas seseorang. Begitu pula dengan frekuensi pemakaian kerja otot yang berlebihan juga akan mengakibatkan otot mengalami kelelahan berupa kontraktur sebagai reaksi pemendekan jaringan lunak. Pemendekan pada otot sering dan banyak sekali terjadi di masyarakat, termasuk pada mahasiswa yang aktivitasnya tidak menentu dan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dalam posisi tubuh statis dan juga jarang berolahraga. Pemendekan otot akan 3 terjadi secara bertahap dan terkadang tidak dirasakan sebagai suatu masalah yang serius oleh mahasiswa tersebut. Otot hamstring merupakan otot tipe I (tonik) atau otot postural, yang berfungsi untuk melakukan gerakan ekstensi hip, serta membantu gerakan eksternal dan internal rotasi. Apabila terjadi suatu patologi pada otot hamstring maka otot tersebut akan mengalami pemendekan atau tightness. Terjadinya suatu pemendekan atau tightness pada otot akan mampu menurunkan fleksibilitas otot tersebut. Fleksibilitas otot hamstring yang baik ditunjukkan dengan kemampuan untuk berkontraksi secara concentric dan excentric secara maksimal. Hamstring yang memendek menyebabkan seseorang mudah terkena cedera. Pada penelitian yang dilakukan terhadap pemain bola di Eropa (Ekstrand, et al., 2012), tercatat bahwa rata-rata setiap musim seorang atlet mengalami dua kali cedera muskuloskeletal (otot/ligamen/sendi/tulang). Kasus terbanyak adalah cedera hamstring sebanyak 12%, diikuti oleh ligamen lutut MCL 9%, dan otot quadriceps 7%. Kondisi otot hamstring yang mengalami pemendekan mempengaruhi keseimbangan kerja otot yang berdampak terhadap munculnya gangguangangguan lainnya dan aktivitas individu. Salah satu di antaranya adalah perubahan sikap postur mempengaruhi biomekanik yang pada akhirnya dapat memunculkan keluhan nyeri punggung bawah. Hamstring yang pendek berpengaruh pada penurunan kekuatan/keseimbangan otot sehingga kontraksi menjadi tidak sinergis. Hingga pada kondisi tertentu menyebabkan disfungsi pada lumbal (Stephens, et al., 2006) 4 Selain itu pemendekan otot hamstring dapat mempengaruhi aktivitas berjalan dimana pada penelitian Bing, et al (2008) menunjukkan bahwa kecepatan pemanjangan otot hamstring secara signifikan lebih tinggi selama fase mengayun. Untuk dapat melakukan aktivitas berjalan dengan efisien dengan risiko cedera kecil membutuhkan fleksibilitas otot hamstring yang adekuat. Menurut penelitian Odunaiya, et al., (2005) disebutkan bahwa pemendekan otot hamstring dapat mengakibatkan peningkatan tekanan patelo femoral syndrome. Selanjutnya menurut John and Wright (1962 ; dalam de Aquino, et al., 2006), disebutkan bahwa kontraktur jaringan otot mempengaruhi kekakuan sendi sebanyak 41% dan berkontribusi pada gangguan kapsul 47% serta pada tendon 10%. Angka kejadian penurunan fleksibilitas otot hamstring yang tinggi di masyarakat terjadi tanpa disadari. Akan tetapi cepat atau lambat akibatnya akan dirasakan antara lain nyeri pada area hip dan nyeri samar pada area paha. Untuk memelihara hamstring agar tetap baik sehingga terhindar dari cedera diperlukan tindakan penguluran yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Otot hamstring yang mengalami pemendekan harus di stretch ke ukuran panjang otot yang normal dan mengembalikan fleksibilitasnya. Untuk mengatasi masalah pemendekan dan gangguan fleksibilitas yang terjadi serta meningkatkan kerja otot hamstring secara optimal, maka dibutuhkan suatu terapi atau bentuk latihan yang bersifat mengulur jaringan atau otot yang mengalami pemendekan atau tightness serta mengembalikan fleksibilitas otot tersebut, yang dikenal dengan istilah stretching (Irfan and Natalia, 2008). 5 Stretching merupakan suatu aktivitas yang sudah banyak diterapkan di lingkungan masyarakat. Misalnya, sebelum melakukan aktivitas olahraga biasanya dilakukan pemanasan terlebih dahulu diantaranya adalah penguluran otot atau stretching. Menurut Kisner and Colby (2007), secara umum stretching adalah bentuk terapi yang ditujukan untuk meningkatkan pemanjangan jaringan lunak yang mengalami pemendekan atau tightness sehingga menurunkan fleksibilitas otot, baik karena patologis maupun non patologis yang menghambat lingkup gerak sendi normal yakni berupa kontraktur, perlekatan, pembentukan jaringan parut yang mengarah pada pemendekan otot, jaringan konektif dan kulit serta mobilitas jaringan lunak di sekitar sendi. Terdapat beberapa tipe dari stretching yaitu static stretching, cyclic/intermittent stretching, ballistic stretching, proprioceptive neuromuscular facilitation stretching procedure (PNF Stretching), manual stretching, mechanical stretching, self-stretching, pasif stretching, dan aktif stretching (Kisner and Colby, 2007). PNF stretching merupakan salah satu tipe stretching yang bertujuan untuk memfasilitasi sistem neuromuskular dengan merangsang proprioseptif. Metode ini berusaha memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai dengan reaksi gerakan yang dikehendaki, sehingga pada akhirnya akan dicapai suatu kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi. Prinsip dasar metode PNF adalah distal ke proksimal, dengan fasilitasi-fasilitasi gerakan dengan pola memutar dan diagonal, pemberian tahanan maksimal, grasping technique, serta pemberian stretch reflex yang mampu merangsang spindle otot untuk menimbulkan reflek penguluran pada otot yang mengalami tightness. Beberapa teknik-teknik jenis PNF, seperti rhytmical 6 initiation, repeated contraction, stretch reflex, combination of isotonics, timing of emphasis, slow reversal, hold relax, dan contract relax. Contract relax stretching merupakan salah satu teknik dalam proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) yang melibatkan kontraksi isotonik melawan tahanan pada otot yang mengalami spasme atau ketegangan yang diikuti fase relaksasi kemudian diberikan stretching secara pasif dari otot yang mengalami ketegangan tersebut. Biasanya contract relax stretching ditujukan pada otot-otot mobilitas. Pada contract relax stretching, ketika otot berkontraksi mencapai initial stretch, maka kebalikan stretch reflex membuat otot tersebut menjadi relaksasi, dimana relaksasi membantu menurunkan berbagai tekanan dan siap untuk melakukan peregangan selanjutnya. Adapun tujuan dari pemberian contract relax stretching yaitu untuk memanjangkan atau mengulur struktur jaringan lunak (soft tissue) seperti otot, fasia tendon dan ligamen yang memendek secara patologis sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri akibat spasme, pemendekan otot atau akibat fibrosis (Hardjono, 2012). Intervensi contract relax stretching terdiri dari dua metode, yaitu metode direct dan indirect. Dimana pada metode direct, kontraksi otot difokuskan pada grup otot yang mengalami keterbatasan. Otot antagonis dikontraksikan secara isotonik dengan tahanan yang kemudian diikuti dengan relaksasi dan peningkatan lingkup gerak sendi. Metode direct sering dikenal dengan post-isometric relaxation. Sedangkan pada contract relax stretching metode indirect, terapis mengkontraksikan otot yang berlawanan dengan grup otot yang mengalami 7 keterbatasan (otot agonis) sebagai ganti otot yang mengalami pemendekan (tightness). Metode ini sering dikenal dengan antagonistic/reciprocal inhibition. Pada penanganan kasus pemendekan otot hamstring, penggunaan intervensi contract relax stretching direct lebih sering digunakan dibandingkan dengan contract relax stretching indirect. Hal tersebut terjadi karena intervensi contract relax stretching direct langsung diaplikasikan pada otot yang mengalami pemendekan dibandingkan intervensi contract relax stretching indirect yang berlaku secara tidak langsung pada otot yang mengalami tightness. Namun secara umum kedua metode contract relax stretching tersebut sama-sama dapat mengurangi spasme dan meningkatkan fleksibilitas otot hamstring. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang tersebut diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat membuktikan bahwa intervensi contract relax stretching direct lebih baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring dibandingkan dengan intervensi contract relax stretching indirect. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Apakah intervensi contract relax stretching direct dapat meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada mahasiswa program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana? 8 2. Apakah intervensi contract relax stretching indirect dapat meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada mahasiswa program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana? 3. Apakah intervensi contract relax stretching direct lebih baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring dibandingkan dengan intervensi contract relax stretching indirect pada mahasiswa program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran umum mengenai intervensi contract relax stretching direct lebih baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring dibandingkan dengan intervensi contract relax stretching indirect pada mahasiswa program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui efektivitas intervensi contract relax stretching direct dapat meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada mahasiswa program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2. Untuk mengetahui efektivitas intervensi contract relax stretching indirect dapat meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada mahasiswa program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 9 3. Untuk membuktikan bahwa intervensi contract relax stretching direct lebih baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring dibandingkan dengan intervensi contract relax stretching indirect pada mahasiswa program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca terutama mahasiswa tentang pengaruh contract relax stretching direct dan contract relax stretching indirect terhadap fleksibilitas otot hamstring. b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca terutama mahasiswa dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan pelayanan fisioterapi yang tepat dalam pemilihan jenis teknik contract relax stretching untuk meningkatkan fleksibilitas otot hamstring.