BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Morfogenesis dalam Kultur Jaringan Kultur jaringan tanaman dapat digunakan untuk cakupan kultur protoplasma, sel, jaringan dan kultur organ pada kondisi aseptik (Bhojwani dan Razdan, 1983) Menurut Bhojwani dan Razdan (1983), pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman secara m vztro ditentukan oleh beberapa faktor kompleks di ataranya: (1) susunan genetik dari spesies tanaman; (2) hara; (3) faktor-faktor pertumbuhan fisik; (4) beberapa senyawa organik seperti zat pengatur tumbuh, vitamin dan sebagainya. Gunawan (1992) menyatakan bahwa keberhasifan dalam penggunaan metode M t u r jaringan sangat bergantung pada media yang digunakan. Media kultur dapat tersusun dari: Hara rnakro clan mikro, vitamin, gula, asam amino dan N organik. persenyawaan kompleks alamiah (misalnya air kelapa, juice tomat), buffer organik, arang aktii, zat pengatur pertumbuhan clan bahan pemadat media. Pengaruh komposisi media dapat disebabkan oleh keseimbangan komponen yang rnenyusun media di antaranya zat pengatur tumbuh Salah satu mekanisme yang mengatur organogenesis adalah taraf relatif auksin (misalnya N a 2.4-D dan IBA) dan sitokinin (misalnya BAP dan Thidiazuron/TDZ) dalam media. Sebagai contoh, pada tembakau dengan nisbah auksin terhadap sitokinin dalam media (IAA/Kinetin) tinggi, maka akan terbentuk akar dan apabia sebaliknya terbentuk tunas, sedangkan apabila nisbah auksin/sitokinin sama maka akan terbentuk kalus (Bhojwani dan Razdan, 1983). George dan Sherrington (1983) juga menyatakan bahwa pertumbuhan dan morfogenesis in vzfro diatur oleh interaksi dan keseimbangan antara suplai zat pengatur tumbuh dalam media dan yang diproduksi secara endogen oleh sel-sel yang diMtur. Pertumbuhan dimanifestasikan sebagai peningkatan permanen ddam ha1 ukuran, atau bobot. Ukuran tidak hanya kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan, misalnya, pertumbuhan sei dalam kultur suspensi dapat dinilai dengan rnengukur bobot segar jaringan yang hidup. Pertumbuhan dari zigot akan menyebabkan terjadinya pertambahan volume, bobot, jumlah sel, jumlah protoplasma dm juga kompleksitas. Pengukuran pertumbuhan dapat dilakukan terhadap faktorfaktor tersebut walaupun yang banyak digunakan adalah pengukuran pertambahan bobot kering (Salisbury dan Ross, 1985; Taiz dan Zeiger, 1991) Pengaruh Keracunan Al Kendala utama peningkatan produksi pangan pada lahan kering atau lahan marginal antara lain rendahnya ketersediaan hara N, P, K , Ca, Mg dan Mo (Raper dan Kramer, 1987; Marschner, 1995). Pada lahan dengan tingkat kernasaman yang tinggi, pertumbuhan tanaman dihambat oleh ion-ion logam seperti Al, Fe dm hrln. Namun di antara ion-ion tersebut A1 merupakan perhatian penting karena merupakan faktor utama dalam penghambatan pertumbuhan dan bersifat racun bagi tanaman. Bahkan menurut Marschner (1995) lebih dari 70 persen tanah masam tropis mengalami defisiensi Ca dan Mg serta memiliki kapasitas fiksasi P yang amat tinggi. Marschner (1995) juga mengemukakan tidak ada bukti Al merupakan unsur mineral esensial meskipun untuk spesies yang bersifat akumulator. Beberapa peneliti seperti Aniol(1990) melaporkan bahwa pada tanaman gandum, pewarisan sifat toleran Al merupakan sesuatu yang kompleks sedang menurut Delhaize, Ryan dan Randall (1993) toleransi terhadap Al dikendalikan oleh gen dominan tunggal. Pada tanaman jagung, peningkatan konsentrasi kalsium eksternal akan mengurangi pengamh Al yang menghambat perpanjangan akar terutama pada kultivar yang amat peka. Salah satu penyebab kerusakan pada akar oleh ion polimer Al adalah terbentuknya ikatan antar polimer Al dengan membran plasma akar yang menyebabkan kerusakan pada membran dan kebocoran K' dari sel akar (Matsumoto, Yamamoto dan Kasai, 1992). Pengaruh m e ~ s a kAl pada tanaman diawdi dengan gangguan terhadap tudung a .yang di dalamnya mempunyai sinyal sekaligus merupakan detektor gaya gravitasi sehingga akan mengurangi sekresi berlendir sel tudung akar. Sel tersebut merupakan sumber pengatur endogen pertumbuhan. Pada tingkat molekder, Al berhubungan dengan DNA sehingga interaksi Al dengan DNA akan mempengaruhi sifat-sifat fisikokimia dan hngsi biologis seperti menghentikan pembelahan sel pada meristem akar, perpanjangan sel, sintesis DNA dan RNA. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Matsumoto (1991) yang menyatakan bahwa At menghambat pembelahan sel dengan mengganggu penggandaan DNA. Pada dinding sel, penghambatan terjadi karena Al menggantikan kedudukan ca2' pada Lamela tengah. ca2+mempunyai peranan pentiny dalam transpor ion melewati membran plasma sebab ca2' merupakan "second messenger" dalam aktivitas H'ATPase dengan bantuan kalmodulin. Dalam hal ini dengan digantikannya caZ' yang melekat pada kalmodulin akan terjadi perubahan aktifitas enzim. Ikatan Al dengan karboksil (RC00-) membentuk ikatan kuat sehingga sel tidak mampu membesar. Selain itu, Al juga berhubungan dengan membran lipida bilayer pada sel sehingga dapat menyebabkan kemsakan struktur membran karena ca2' digantikan oleh A13' yang akhimya mempengaruhi penyerapan hara (Marschner, 1995). Mekanisme Toleransi Al Menurut Taylor (1991) dan Marschner (1995), ada dua mekanisme toleransi tanaman terhadap A1 yaitu mekanisme eksklusi dan mekanisme toleransi intend. Dalam hal ini mekanisme eksklusi terdiri dari: immobilisasi pada dinding sel; permeabiiitas selektif dari membran plasma, meningkatnya pH dalam rizosfir atau apoplas akar; eksudasi asam organik pengkelat; eksudasi fosfat dan aliran keluar Al sedang mekanisme toleransi internal termasuk kelatisasi Al oleh asam organik (asam malat) pada sitoplasma, kompartementasi Al dalam vakuola, isoenzim toleran, sintesis protein spesifik pengikat Al yang akan menwnkan serapan Al ataupun peningkatan pengaliran keluar A. Pembentukan komplek Al dengan asam organik merupakan salah satu mekanisme toleransi tanaman terhadap Al. Asam organik berperan dalam ekslusi Al melalui pelepasannya dari akar dan menawar-racun Al ddam simpias tempat asam organik tersebut dapat mengkelat A1 dan mereduksi atau mencegah pengaruh racun '41. Taylor (1991) juga rnengemukakan bahwa tanaman yang toleran Al cenderung meningkatkan pH di daerah rizosfir Perubahan pH pada daerah rizosfir ini berhubungan dengan kemampuan tanaman dalam penyerapan N O < dan N ' dan Yahya. 1988) (Hajadi Bila N O i lebih banyak diserap maka pH sitosol akan twun sehingga menyebabkan meningkatnya aktifitas enzim malat untuk menstimulir terjadinya dekarboksilasi malat menjadi piruvat. Penyerapan NOa- yang lebih besar juga menyebabkan terjadinya penglepasan ion hidroksil ( O K ) atau ion b i b o n a t (HC033 ke arah perakaran sehingga sekaligus juga meningkatkan pH, yang pada gilirannya akan mengurangi kelarutan Al. Selanjutnya dari studi pada tingkat molekuler yang dilakukan oleh terbukti bahwa ada empat gen Richards et a1.(1998) pada bibit Arabidopss f h u l ~ a m yang terekspresi yang sifatnya transient menginduksi peroksidase, glutathionestransferase, protein yang mengikat tembaga biru, protein homolog pada retikulin dan enzim oksidoreduktase Hasil ekspresi gen tersebut tersimpul bahwa perlakuan A1 pada A r a b ~ d o p s ~menginduksi s cekaman oksidatif. Dalam ha1 ini, cekaman oksidatif merupakan reaksi tanaman terhadap taraf racun Al. Uji Toleransi Al Ada berbagai teknik yang dapat digunakan untuk menentukan toleransi terhadap Al pada tanaman kedelai, di antaranya melalui pendekatan morfologi-anaxtomi, biokimia dan molekuler Pada metode biokimia didasarkan pada penggunaan protein atau isoenzim, yang nlerupakan produk dari gen. Isoenzirn terdiri dari rantai polipeptida sehingga mempedihatkan sifat umum seperti protein. Di dalam larutan, asam amino akan terionisasi dan dapat bersifat asam atau basa. Melalui eiektroforesis gel, molekul protein akan terpisah berdasarkan ukuran, bentuk dan muatan listriknya. Menurut Taylor et al. (1997), pada keadaan cekarnan Al, ujung akar gandum kultivar PT 741 (toleran Al), men-sintesis protein 51 KD, sedang pada Neepawa yang peka Al tidak terjadi sintesis protein tersebut. Sel tanaman memiliki sistem pertahanan yang kompleks terhadap Al (Atkinson, Midland, Sims dan Keen, 1996). Pada analisis molekuler, hasilnya lebih dipercaya dalam mendeteksi tanaman yang toleran terhadap Al dan lebih ideal jika didasarkan pada perbedaan serta persamaan tingkat gen. Akan tetapi, analisis pada tingkat gen memerlukan banyak biaya dan waktu serta merniliki tingkat kesulitan yang relatif lebih tinggi. Menurut Aniol (1990). pada tanaman gandum, pewarisan sifat toleran terhadap AJ pada generasi berikutnya merupakan suatu yang kompleks, sedang menurut Ryan, Kinraide dan Kochin &lam Delhaize, Ryan dan Randall (1995) toleransi terhadap A1 dikendalikan oleh suatu gen mayor tunggal. Penapisan In Vitro Akhir-akhir ini, penelitian toieransi Al mulai difokuskan pada bidang fisiologi, molekuler dan genetika (Van Sint Jan ef al., 1997). Van !jint Jan et al. (1997) juga mengernukakan bahwa sudah menjadi konsensus bahwa tanaman toleran AL juga dimediasi pada tingkat seluler Pendekatan sistem m v ~ t r omerupakan yang paling banyak digunalrmrn unhrk penapisan ketahanan (Rath, 19%), misalnya, karena interaksi antara tanaman dewan patogen sangat kompleks, fitotoksm terbukti dapat digunakan sebagai agen untuk penaplsan secara rn vrtro Regenerasi tanaman tembakau dari kultur suspensi dapat rneningkat toleransinya terhadap aluminium pada kultur media yang.i-t Menurut Rath (1996), hanya sel-sel yang toleranlah yang akan 'survive' pada kultur sel yang diinkubasi dengan 'selective agents' Penjelasan yang mungkin untuk peningkatan ketahanan terhadap suatu 'toxic agent' &ah serapan lebii rendah, perubahan target atau situs reseptor, degradasi serta kompartementasi atau iconjugasi Beberapa peranan lain penapisan m vrtro dl antaranya dapat dilalrukan untuk penapisan terhadap penyakit, cekaman lingkungan (misalnya ion aluminium, garam, logam berat clan kekeringan) Kasai, Sasaki dan Tmakamam (1993) melaporkan bahwa pada tanaman barley, cekaman Al dengan kultur air meningkatkan kandungan asam absisik (ABA) akar Menurut Jones dm Kochian (1995) pemberian Al selama satu jam sudah dapat menghambat perpanjangan a k a , secara visual terlihat adanya pembengkakan apeks akar karena terjadi pemblokiran pembelahan sel dan perpanjangan sel