BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Philip Kotler mendefinisikan “ Manajemen Pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan konsumen dengan menciptakan, dan menyertakan dan mengomunikasikan nilai konsumen yang unggul. ( Kotler dan Keller, 2009). Dengan demikian Manajemen Pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang berhubungan langsung dengan analisis atau perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dengan tujuan untuk menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. Dimana dalam hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif utuk memberitahukan, mendorong serta melayani pasar. Pertukaran merupakan titik pusat kegiatan perusahaan dimana seseorang pengusaha menukarkan sejumlah nilai kepada orang lain. Dengan adanya pertukaran berbagai macam kelompok masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya. Definisi ini menyadari bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan juga 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mencakup barang, jasa serta gagasan; berdasarkan pertukaran dan tujuanya adalah memberikan kepuasan bagi pihak terkait. Dengan demikian definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran merupakan proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang, jasa serta gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi para pihak yang terlibat. Oleh karena itu definisi tersebut merupakan kegiatan dalam pemasaran, yang mendukung keberhasilan perusahaan adalah pemasaran yang menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif dari para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pasar. 1. Sasaran serta pemasaran berwawasan sosial yang menyatakan, bahwa tugas organisasi merupakan penentu kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar, sasaran dalam memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari para pesaing dengan mempertahankan dan meningkatkan kesejahtraan pelanggan / konsumen, masyarakat. 2. Manajer Perusahaan juga harus menentukan pertukaran yang sesuai dengan pasar yang dituju yaitu dengan mengadakan transaksi antara kedua belah pihak untuk membantu perusahaan mencapai sasarannya. 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.2 Pengertian Kualitas Produk Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Menurut (American Society For Quality Control, dalam Laksana 2008) menyatakan Kualitas adalah sejumlah keistimewaan produk, yang memenuhi keinginan pelanggan, dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk. Suatu definisi kualitas yang paling sederhana, namun lengkap pemikiran mutakhir dalam bisnis, mendefinisikan kualitas sebagai „„kesesuaian dengan spesifikasi pelanggan‟‟. Ide dasarnya, kualitas bukanlah memenuhi sejumlah kriteria yang diterapkan perusahaan sebaliknya kualitas adalah memenuhi kriteria yang ditetapkan pelanggan. Kunci mencapai jenis kualitas ini adalah mengetahui siapa pelanggan kita dan apa yang mereka inginkan. Sedangkan (Welch, dalam Laksana, 2008) mendefinisikan kualitas sebagai berikut : Kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, kualitas berpengaruh untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, kualitas tersebut harus memenuhi harapan konsumen, karena jika harapan konsumen terhadap suatu produk terpenuhi, maka konsumen akan royal dengan 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ sendirinya atas produk yang telah dikonsumsi atau dirasakan. Untuk lebih memahami maka (Loveloc, yg dikutip dalam Laksana, 2008) menemukan 8 dimensi kualitas produk yang terdiri dari: a. Kinerja (performance) Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk, yaitu meliputi Faster (lebih cepat) berkaitan dengan dimensi waktu menggambarkan kecepatan dan kemudahan atau bagaimana untuk memperoleh produk ini, dan aspek Cheaper (lebih murah) berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh pelanggan. b. Keragaman Produk (features) Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan pengembangnya. Dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk inti yang dapat menambah nilai suatu produk. c. Keandalan (reliability) Berkaitan dengan tingkat probabilitas atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu, dengan demikian kehandalan merupakan karakteristik yang mendefinisikan kemungkinan atau probabilitas tingkat keberhasilan dalam menggunakan produk itu. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ d. Kesesuaian (conformance) Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan, konformasi merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta sering didefinisikan sebagai konformasi terhadap kebutuhan (Conformance to Requirements). e. Daya Tahan (Durability) Merupakan ukuran masa pakai suatu produk karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan produk itu. f. Kemampuan Pelayanan (serviceabililty) Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. g. Estetika (aesthetics) Estetika merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi atau pilihan individual. Dengan demikian estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu. h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) Bersifat subyektif berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk. Konsumen tidak selalu memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut-atribut produk. Namun umumnya konsumen memiliki informasi tentang produk secara tidak langsung, 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ misalnya melalui merek, nama dan negara produsen. Ketahanan produk misalnya, dapat menjadi hal yang sangat kritis dalam pengukuran kualitas produk.Banyak pakar dibidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan suduk pandangnya masing-masing. Beberapa diantaranya yang paling populer adalah yang dikembangkan oleh tiga pakar kualitas tingkat internasional, yaitu W.Edwards Deming, Philip B.Crosby dan Joseph M.Juran dikutip Zulian Yamit (2010). Deming :Mendefiniskan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Crosby : Mempersepsikan kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. Juran : Mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap spesialisasi Sementara menurut (Montgomery dikutip oleh J.Supranto (2009) kualitas : Quality is the extent to which products meet the requirements of people who use them .Suatu produk dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya. Dia membedakan mutu produk menjadi dua yaitu mutu desain dan mutu kecocokan (quality of design and quality of comformance) . ketiga persepsi kualitas ini kemudian menjadi dasar pemikiran dalam Total Quality Management (TQM), yang merupakan isu sentral dalam aktivitas bisnis. Pendapatan Goestsch David, dikutip oleh Zulian Yamit (2010) membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupnya, yaitu “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan” pendekatan yang dikemukan Goestsch David ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas. Pendapat David Garvin, sebagaimana dikutip oleh Zulian Yamit (2010) mengidentifikasi lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu : 1. Transcendental Approach: adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan atau dan dioperasikan maupun diukur, seperti seni musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. 2. Product-based Approach : kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak menjelaskan perbedaan dalam selera 3. User –based Approach: kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya. 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Manufacturing-based Approach : kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratan (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan oleh perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based Approach : Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “ affordable excellence ”. Oleh karena itu, kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat dibeli. 2.3 Merek Menurut Fandy Tjiptono (2005), pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, karena merek memiliki enam tingkat pengertian, yaitu : 1. Atribut Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut atribut apa saja yang terkandung dalam suatu merek. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Manfaat Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun manfaat emosional. 3. Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut. 4. Budaya Merek juga mewakilkan budaya tertentu. Misalnya, mercedes mewakili budaya jerman yang terorganisasi baik, memiliki cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. 5. Kepribadian Merek juga mewakilkan kepribadian, yaitu kepribadian bagi para penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin dengan merek yang ia gunakan. 6. Pemakai Merek yang menunjukan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal. 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3.1 Citra Merek 2.3.2 Pengertian Citra Merek Menurut kotler dan keller (2009), citra merek mempunyai hubungan dengan penampilan luar biasa dari sebuah produk atau jasa termasuk bagaimana usaha merek bertemu dengan psikologis konsumen atau kebutuhan sosial. Jadi, pada dasarnya sama dengan proses persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi persepsi juga mempengaruhi fungsi memori. Berdasarkan pendapat di atas Hapsari (2010) mengambil beberapa kesimpulan tentang brand image sebagai berikut: 1. Citra merek (brand image) merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan. kepercayaan konsumen terhadap merek dan bagaimana pandangan konsumen tentang merek. 2. Citra merek (brand image) tidak semata ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang baik kepada sebuah produk. tetapi juga dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah produk. 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Citra merek (brand image) sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek. 4. Citra merek (brand image) dapat dianggap jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. 5. Citra merek (brand image) yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi produsen (brand image) yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing. 6. Citra merek (brand image) merupakan faktor yang penting yang dapat membuat konsumen mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan sampai kepada tahap loyalitas di dalam menggunakan suatu merek produk tertentu, karena (brand image) mempengaruhi hubungan emosional antara konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk dikonsumsi. 2.3.3 Manfaat Citra Merek Dikenalnya suatu merek (brand recognition) berarti pelanggan mengingat merek tersebut, hal ini merupakan keuntungan besar jika terdapat banyak merek yang “tidak berarti” dipasaran bahkan meskipun konsumen tidak dapat mengingat merek itu tanpa bantuan. Citra (image) 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ konsumen tentang merek adalah penting untuk strategi pemasaran perusahaan, suatu citra merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat, yaitu : 1. Citra dapat dibuat sebagai suatu tujuan (goals) didalam strategi pemasaran. 2. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan merekmerek lain dari produk sejenis. 3. Citra merek juga dapat membantu memperbaharui penjualan suatu merek. 4. Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektifitas dari strategi pemasaran. 5. Citra merek dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain di luar usaha-usaha strategi pemasaran. 2.4 Perilaku Konsumen 2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen Kotler & Keller (2009) mengemukakan bahwa tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran secara lebih baik dari pada pesaing. Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan atau konsumen. Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, merencanakan 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ saluran atau distribusi, menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Para pemasar selalu mencari tren yang sedang naik daun mengemukakan peluang pemasaran baru. 2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler & Keller (2009) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan tindakan antara lain : 1. Faktor Budaya a. Budaya : Merupakan penentu keinginan dan perilaku individu yang mendasar. b. Sub-budaya : Terdiri dari kebangsaan, kelompok agama, kelompok ras dan daerah geografis. Banyak budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. c. Kelas Sosial : Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial, stratifikasi tersebut sering berbentuk dengan sistem kasta, diman anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. 2. Faktor Sosial a. Kelompok Acuan : Seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang, kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan “kelompok keanggotaan”. Kelompok 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ acuan menghadap seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru dan juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang. b. Keluarga : Merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan mereka telah menjadi objek penelitian yang luas. c. Peran dan Status : Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang, masing-masing peran akan memperoleh status. 3. Faktor Pribadi a. Usia dan Tahap Siklus Hidup : Orang membeli barang dan jasa berbeda untuk hidupnya. Hal ini dipengaruhi karena manusia memiliki siklus hidup untuk berubah dengan contoh orang akan berkembang dari bayi hingga dewasa. Pemasar sering menggunakan strategi siklus hidup manusia sebagai sasaran untuk melakukan penjualan produk mereka. b. Pekerja dan Lingkungan Ekonomi : Faktor ini memiliki pengaruh karena suatu pembelian didasari atas keadaan ekonomi untuk melakukan suatu belanja, pengaruh lain yang memiliki pengaruh adalah faktor kemampuan untuk mendapatkan upah yang besar, hutang, menabung dan sikap terhadap berbelanja, kemudian lingkungan ekonomi yang berpengaruh yang lain adalah secara spesifik adalah jabatan. 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c. Gaya Hidup : Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan di dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. d. Kepribadian dan Konsep diri : Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. 4. Faktor Psikologis a. Motivasi : Kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. b. Persepsi : Proses yang digunakan seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginter pretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. c. Pembelajaran : Merupakan perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagaian besar perilaku manusia merupakan hasil belajar, ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan dari perpaduan kerja dan dorongan. d. Keyakinan : Gambaran yang dianut oleh seseorang tentang suatu hal. Keyakinan mungkin didasarkan atas suatu pengetahuan pendapat, dan kepercayaan, kesemua hal tersebut mungkin mengandung faktor emosional. 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ e. Sikap : merupakan evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen yang ditulis diatas dapat dilihat sebagai berikut ini: Tabel 2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen Budaya Budaya Sosial Kelompok Acuan Sub Bubudaya Keluarga Peran dan Kelas Sosial Pribadi Usia dan Tahapan Siklus Hidup Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi Gaya hidup kepribadian dan konsep diri Status Psikologis Motivasi Persepsi Pembelajaran Keyakinan Pembeli Sikap Sumber : Kotler dan Keller (2009) 2.5 Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Keller (2009), bahwa keputusan adalah sebuah proses pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif, membuat 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ keputusan pembelian, dan perilaku setelah membeli yang dilalui konsumen. Keputusan merupakan bagian atau salah satu elemen penting dari perilaku konsumen disamping kegiatan fisik yang melibatkan konsumen dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang serta jasa ekonomis. Perspektif pemecahan masalah mencangkup semua jenis perilaku pemenuhan kebutuhan dan jajaran luas dari faktor-faktor yang memotivasi dan mempengaruhi keputusan konsumen. Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, bergantungan pada jenis keputusan pembelian. Keputusan yang lebih kompleks mungkin melibatkan partisipasi yang lebih banyak dan kebebasan membeli yang lebih besar. Menurut Kotler dan Keller (2009) keputusan pembelian adalah suatu tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk tertentu, setelah mendapat rangsangan-rangsangan pembelian. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan konsumen yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.5.1 Tahap-tahap proses keputusan pembelian Tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam sebuah model di bawah ini : Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan Pembelian Perilaku pasca pembelian Sumber : Kotler dan Keller (2009) Gambar 2.5.1 Tahap Proses Membeli 1. Pengenalan Masalah Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembelian menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat digerakan oleh rangsangan dari dalam pembelian atau dari luar. 2. Pencarian Informasi Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi sehubung dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tersebut mencari informasi yang dimiliki, kemudahan informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari informasi meningkat ketika konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang maksimal. 3. Evaluasi Alternatif Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah-masalah alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk promosi dan keputusan untuk pembeli. 4. Keputusan Membeli Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih dan dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli. 5. Perilaku Pasca Pembelian Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap negatif bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli terhadap merek 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ barang tersebut cenderung menjadi lebih kuat. Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menentukan informasi yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang yang baru saja membeli produknya. Menurut Kotler & Keller (2009) pada tahap perilaku pasca pembelian, pemasaran harus memantau kepuasan pasca pembelian dan tindakan pasca pembelian : 1. Kepuasan pasca pembelian Keputusan pembelian merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembelian atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembelian atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah dari harapan, pelanggan akan kecewa; jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas; jika melebihi harapan, pelanggan akan membeli kembali (loyal) pada produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produsen tersebut dengan orang lain. 2. Tindakan pasca pembelian Kepuasan atau ketidak puasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.6 KERANGKA PIKIR 2.6.1 Pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian Salah satu strategi untuk menarik konsumen diprioritaskan pada faktor kualitas produk dan citra merek, sebagai salah satu pemicu keputusan pembelian pada konsumen. kualitas produk dan citra merek merupakan unsur penting dari strategi pemasaran. kualitas produk yang handal dan citra merek yang kuat, serta mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, maka dapat diharapkan penjualan produk akan terus meningkat. Perusahaan harus bisa melihat apa yang diinginkan konsumen sehingga dapat memilih strategi yang baik. Kualitas produk yang ditawarkan harus memiliki kualitas produk yang baik dan harus bisa memenuhi selera konsumen. Begitu juga dengan citra merek, Penetapan citra merek yang baik memungkinkan konsumen untuk melakukan proses pembelian produk tertentu yang dibutuhkan. kualitas produk dan citra merek merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian. kualitas produk akan memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi konsumen. Sedangkan, Citra merek akan menjadi salah satu pilihan konsumen untuk menggunakan produk tersebut. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.6.2 HUBUNGAN ANTAR KEDUA VARIABEL A. Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian Suatu perusahaan yang mengetahui hal tersebut, tentu tidak hanya menjual produk itu sendiri, tetapi juga manfaat dari produk tersebut dimana pada akhirnya hal tersebut membantu perusahaan untuk meningkatkan penjualan karena akan berpengaruh pada keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Menurut (Welch, dalam Laksana, 2008) mendefinisikan kualitas sebagai berikut : Kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng. . Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh (2011) “pengaruh kualitas produk, promosi dan desain terhadap keputusan pembelian kendaraan bermotor Yamaha mio di banjarbaru Kalimantan selatan”. Menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio. Penelitian ini relevan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2009) dengan judul Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen (studi pada warga Perumnas Sawojajar pelanggan koran Jawa Pos Radar Malang). Dan Penelitian yang dilakukan oleh Setioko (2010) dengan judul Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Display, dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian kaos In Tee-Shirt. Dari kedua penelitian tersebut dinyatakan bahwa Kualitas produk berpengaruh 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ positif terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Triastuti. (2011). “Pengaruh Kualitas Produk Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Yamaha Mio (Studi Pada Harpindo Jaya Rembang)” dan Nugoho (2010) dengan judul pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian telepon seluler nokia (studi kasus pada counter jambe sell demak). Menyatakan bahwa kualitas produk dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. B. Hubungan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian Wicaksono (2009) mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam keputusan pembelian. Citra merek yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif. Penciptakan kesan menjadi salah satu karateristik dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk menciptakan citra dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk. Masyitoh (2009) dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Promosi Dan Citra Merek (Brand Image) Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Honda Jazz Pada Pt. Istana Cenderawasih Motor Semarang Menunjukkan bahwa citra merek mempunyai pengaruh yang 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ signifikan terhadap keputusan pembelian. Pernyataan konsep teori tersebut sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Septian. (2011). “Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Produk Sepeda Motor Merek Honda (Studi Pada Pemilik Sepeda Motor Honda Di Desa Sutojayan Pakisaji Malang)”. Dan Penelitian yang dilakukan oleh Rosa (2011) dengan judul Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pizza Hut semeru malang. Kedua penelitian tersebut mengemukakan bahwa brand image memiliki pengaruh secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal tersebut didukung oleh pendapat yang dilakukan oleh Kusumawardani (2010) dengan judul Pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian laptop merek Axioo (Studi pada pemilik laptop merek Axioo di kedai kopi hotspot AB3 Dinoyo Malang). Dan Lubis (2010) dengan judul Analisis Citra Merek Yamaha Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Pt Arista Mitra Lestari di Bandar Lampung). Yang menyatakan bahwa citra merek berpengaruhsecara signifikan terhadap keputusan pembelian. 2.6.3 Penelitian Terdahulu Tabel 2.6.3 No. Judul Penelitian 1 Pengaruh kualitas Temuan Penelitian produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian produk Air Minum Dalam kemasan merek Aqua pada Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian produk air minum dalam kemasan merek Aqua. Jenis penelitian yang digunakan adalah riset kausal ( explanatory research ). Populasi dalam penelitian ini 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mahasiswa fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Gunadarma Kalimalang 2 Pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian handphone merek Sony Ericsson (study kasus pada pembeli Handphone merek Sony Ericsson di SCTC plasa simpang lima semarang). Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan manajemen Universitas Gunadarma kali malang periode 2007 – 2010. Metode pengambilan sampel dengan tehknik simple random sampling, dan metode pengukuran data menggunakan skala ordinal. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana, dan analisis regresi linier berganda. Hasil uji regresi linier sederhana menunjukan bahwa citra merek lebih dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian pembelian sebesar 5,754. Hasil uji koefisien korelasi menunjukan bahwa variabel citra merek memiliki hubunga n yang lebih besar terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 0,510. Hasil uji koefisien determinasi menunjukan r square sebesar 0,402 yang berarti bahwa variabel kualitas produk dan citra merek mampu menjelaskan sebesar 40,2% terhadap variabel keputusan pembelian, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil F ( anova ) menunjukan bahwa kualitas produk dan citra merek secara bersama sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 29,944. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kualitas produk diketahui bahwa pernyataan aqua selalu menjaga komitmennya untuk menyediakan air mineral berkualitas untuk dikonsumsi merupakan pernyataan paling dominan pada kualitas produk sedangkan pada variabel citra merek sangat mudah untuk diingat dalam benak konsumen merupakan pernyataan yang paling dominan pada variabel citra merek.(sumber: http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/22 184/) Tujuan penelitian untuk menguji pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian handphone merek sony ericsson di simpang lima semarang. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini mengambil judul “ pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian handphone merek sony ericsson ( study kasus pada pembeli handphone merek sony ericsson di sctc plasa simpamg lima semarang ). Dalam penelitian ini mengambil populasi seluruh pembeli handphone merek sony ericsson di sctc plasa simpang lima 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 Pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian sepeda motor merk Satria FU di Klaten semarang, dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sebanyak 100 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan analisis regresi linier berganda pada kolom standardized coefficients didapat persamaan Y = 0,702X + 0,192X berarti koefisien regresi kualitas produk sebesar 0,702 dan koefisien regresi citra merek bernilai positif sebesar 0,192dan diketahui angka t hitung kualitas produk ( X1 ) 10,527 > t tabel 1,661 dan taraf signifikan 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis pertama ( H ) “kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian” terbukti. Angka t hitung citra merek ( X2) 2,878 > t tabel 1,661 dan taraf signifikan 0,005 < 0,05 sehingga hipotesis kedua ( H2 ) “ Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian “ terbukti. Pengujian secara simultan diketahui F hitung 68,999 > F tabel 3,088 dan taraf signifikan 0,000 < 0,05. Sehingga hipotesis ketiga ( H3 ) “ kualitas produk dan citra merek berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian “ terbukti. Hasil uji koefisien determinasi didapatkan R square sebesar 0,587. Hal ini bahwa sebesar 58,7% dapat dijelaskan secara bersama-sama kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian. Sedangkan sisanya 41,3% dijelaskan oleh sebabsebab lain diluar variabel yang diteliti. ( sumber:http://eprints.unisbank.ac.id/418) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Satria FU di Klaten. Desain penelitian ini merupakan penelitian survei. Populasi dari penelitian ini adalah semua pemilik sepeda motor Satria FU yang berdomisili di Klaten. Tehnik pengambilan sampelnya non probability sampling, karena besarnya populasi tidak diketahui dengan pasti. Jumlah responden 150 orang konsumen sepeda motor Satria FU di Klaten. Data diperoleh dengan metode kuisioner. Validitas butir instrumen dihitung dengan confirmatory Factor Analysis (CFA) dan realibilitas dihitung dengan rumus koefisien alpha Cronbach. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil penelitian pada taraf signifikasi 5% menunjukan bahwa : (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan kualitas produk terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Satria FU di Klaten, (2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan citra merek terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Satria FU di Klaten, (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan kualitas produk dan citra merek secara bersama sama terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Satria FU di Klaten. ( sumber:http://eprints.uny.ac.id/8572/) 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/