psikologi agama PengaruH MODERNISASI

advertisement
PSIKOLOGI AGAMA
PENGARUH MODERNISASI TERHADAP SIKAP
KEAGAMAAN
Disusun oleh:
1. Ni Komang Kurniawati
2. Ni Made Sugiantari
3. Ni Made Wahyuni
4. Ni Nyoman Rahmawati
5. Surattini
Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi Pendidikan Agama Hindu
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014
Jl. Daksinapati Raya No. 10 Rawamangun Jakarta Timur 13220 Tlp : (021) 4752750
E-mail : [email protected]
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waҫa
karena atas rahmat beliau kami dapat menyusun makalah ini dengan tema Pengaruh
Modernisasi Terhadap Sikap Keagamaan.
Penulisan makalah ini untuk memenuhi nilai tugas kelompok dalam mata
kuliah Psikologi Agama. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
mata kuliah Psikologi Agama, dr. I Ketut Lila Murti, S.Ag., Sp.A., yang telah memberikan
arahan, serta teman-teman yang turut membantu tersusunnya makalah ini.
Kami menyadari isi makalah ini masih ada kekurangannya. Untuk itu kritik dan
saran kami harapkan dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini ke depan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam upaya memahami, mempelajari, dan
mengimplementasikan ajaran agama.
Om Santih,Santih,Santih Om
Jakarta, 05 Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………
i
DAFTAR ISI
……………………………………………………
ii
BAB I Pendahuluan
……………………………………………………
1
I.1
Latar Belakang
……………………………………………………
1
I.2
Rumusan Masalah
……………………………………………………
3
I.3
Tujuan Penulisan
……………………………………………………
3
I.4
Manfaat
……………………………………………………
3
BAB II Pembahasan
……………………………………………………
4
II.1
Pengertian Modernisasi
……………………………………………………
4
II.2
Dampak Modernisasi
……………………………………………………
II.2.1 Dampak Positif
……………………………………………………
II.2.2 Dampak Negatif
……………………………………………………
……………………………………
II.3
Kondisi Psikologis dan Sikap Keagamaan
II.4
Pengaruh Modernisasi Terhadap Sikap Keagamaan ……………………………
BAB III Kesimpulan
……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang
lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara
sederhana, dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara
tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas
hidup masyarakat.
Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi merupakan bentuk perubahan
sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi
ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan.
Modernisasi memiliki dampak dari sisi positif maupun negatif. Dari sisi positifnya,
informasi yang didapat menjadi lebih cepat dan akurat daripada masa-masa sebelumnya
yang kebanyakan masih menggunakan cara-cara manual. Selain itu, semua orang juga
merasa senang apabila ikut serta terhadap perkembangan zaman. Mereka tidak mau
dikatakan ketinggalan zaman. Mereka yang tidak mengikuti era globalisasi ini seringkali
diejek oleh teman sejawatnya.
Sisi negatif dari arus modernisasi dan globalisasi pun juga tak kalah sedikitnya,
fasilitas-fasilitas yang ada di era globalisasi ini sebagian besar disalahgunakan oleh para
penggunanya. Contoh, internet sekarang ini sering dijadikan arena untuk mencari situssitus porno, handphone digunakan untuk menyimpan data-data yang tidak mendidik moral
seseorang, dan lain-lain.
Modernisasi secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
perkembangan moral. Seseorang dapat berperilaku buruk akibat penggunaan teknologi
yang tidak pada tempatnya. Efek dari modernisasi tersebut dapat kita rasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Meleburnya norma dan nilai di masyarakat akibat modernisasi
membuat generasi muda tidak lagi mengindahkan aturan. Tindakan dan perilaku
masyarakat yang arogan, mengikuti mode/trend, bergaya hidup mewah/boros, merupakan
contoh nyata dari adanya modernisasi.
Permasalahan moral sebenarnya sudah ada sebelum modernisasi muncul. Namun
kemunculan modernisasi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan moral.
Dengan adanya modernisasi, perkembangan moral dapat menjadi lebih baik karena
informasi dapat dilakukan dengan cepat. Ajaran agama, motivasi, pendidikan, dan
pengetahuan dapat diakses oleh siapa saja dengan cepat. Sehingga dengan globalisasi
dimungkinkan perkembangan moral dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.
Namun, dengan modernisasi pula dapat menjadi faktor rendahnya moral bangsa.
Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan produk modernisasi yang tidak diimbangi
oleh norma sebagai benteng diri. Dalam makalah ini, penulis mencoba mengkaji dampak
modernisasi terhadap perkembangan moral.
I.2
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari modernisasi menurut para ahli ?
2. Apa saja ciri-ciri dari modernisasi ?
3. Bagaimana dampak positif, dan dampak negatif dari modernisasi ?
4. Bagaimana kondisi psikologis, dan sikap keagamaan yang muncul akibat
modernisasi ?
5. Bagaimana pengaruh modernisasi terhadap sikap keagamaan ?
I.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui modernisasi, dan ciri-cirinya.
2.
Untuk mengetahui dampak positif, dan dampak negatif dari modernisasi.
3.
Untuk mengetahui kondisi psikologis, dan sikap keagamaan yang muncul akibat
modernisasi.
4.
I.4
Untuk dapat menjelaskan pengaruh modernisasi terhadap sikap keagamaan.
Manfaat
Berdasarkan judul yang kami angkat dalam makalah ini, yaitu Pengaruh
Modernisasi Terhadap Sikap Keagamaan, maka manfaat yang kami harapkan dapat timbul
setelah memaparkan isi makalah ini adalah para pembaca dapat memahami tentang
modernisasi, serta dapat mengantisipasi dampak buruk dari adanya modernisasi yang telah
berkembang dalam masyarakat hingga saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Pengertian Modernisasi
Modernisasi dalam ilmu
sosial merujuk
pada
sebuah
bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke
arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang
lebih maju, berkembang, dan makmur. Modernisasi merupakan hasil dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat
teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh
semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.
Menurut para ahli, modernisasi adalah sebagai berikut :
a. Widjojo
Nitisastro,
modernisasi
adalah
suatu
transformasi
total
dari kehidupan bersama yang tradisional atau pra-modern dalam arti teknologi
serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.
b. Wilbert E Moore, modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan
bersama yang tradisional atau pra-modern dalam arti teknologi, serta organisasi
sosial ke arah pola-pola ekonomis, dan politis yang menjadi ciri negara Barat
yang stabil.
c. J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan
masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.
d. Soerjono
Soekanto,
modernisasi
adalah
suatu
bentuk
dari
perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang
biasanya dinamakan social planning (dalam buku Sosiologi: suatu pengantar).
Dalam bukunya ia mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syaratsyarat tertentu, yaitu :
1. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.
2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu
lembaga atau badan tertentu.
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan
cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain
pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
II.2
Dampak Modernisasi
1.
Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara
berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat
menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju,
perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi pula yang membentuk masa
modernisasi yang terus berkembang, dan maju di waktu sekarang ini.
c. Tingkat Kehidupan yang Lebih Baik
Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah
maju
menjadikan
nilai
dalam
memproduksi
alat-alat
komunikasi
dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi
pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi
tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan
modernisasi.
2.
Dampak Negatif
a) Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat
membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu
masyarakat mudah tertarik untuk mengkonsumsi barang dengan banyak pilihan
yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
b) Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia
diciptakan sebagai makhluk sosial.
c) Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya
negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada
orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d) Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu
yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi, maka akan memperdalam
jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu
yang dapat terus mengikuti perkembangan zaman memiliki kesenjangan tersendiri
terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut.
Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu yang satu dengan
lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
e) Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa
kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi
dan pola hidup yang konsumtif.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup
pengertian sebagai berikut :

Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya taraf
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
 Modern
berarti
berkemanusiaan
dan
tinggi
nilai
peradabannya
dalam pergaulan hidup dalam masyarakat. (http://www.bisosial.com Diakses pada tanggal
26 November 2013)
II.3
Kondisi Psikologis dan Sikap Keagamaan
Agama adalah kebenaran dan kebaikan. Orang-orang yang berpegang teguh
padanya akan terimbas oleh kebenaran dan kebaikan agama. Imbas itu dapat diketahui dari
pengetahuan keagamaan yang semakin meningkat, keyakinan agama semakin menguat,
perilaku agama semakin konsisten, serta pengamalan keagamaan yang semakin intensif.
Sehingga kekuatan pengaruh agama terhadap diri manusia terlihat dalam berbagai dimensi
kehidupan manusia.
Ada beberapa faktor yang dapat membentuk sikap keagamaan, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Sosial (pola asuh), yang mencakup semua pengaruh sosial dalam
mengembangkan sikap keagamaan baik itu pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi
sosial yang dapat membentuk etika dalam lingkungan sosial yang disepakati bersama.
Dalam psikologi yang dekat dengan faktor sosial ini, yaitu konsep sugesti. Tidak semua
orang menerima faktor sosial ini secara utuh untuk mengembangkan sikap
beragamanya, secara kreatif dia mencocokannya sesuai dengan pengalamanpengalaman dan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri.
2. Faktor Alami, berbagai pengalaman yang membantu sikap keagamaan terutama
pengalaman mengenai keindahan, keselarasan dan kebaikan dari dunia lain, hal ini
terbebas dari penilaian yang merupakan landasan rasional untuk membela seseorang
menumbuhkan keyakinannya.
3. Faktor Moral, yaitu pengalaman konflik antara-antara rangsangan-rangsangan perilaku
yang oleh seseorang dianggapnya akan membimbing ke arah yang baik dengan
rangsangan di matanya yang tampak tidak benar. Konflik ini akan membawa orang
kepada dualisme sikap beragama. Salah satu cara yang digunakan untuk
merealisasinya, yaitu cenderung mengembangkan perasaan bersalah ketika dia
berperilaku menyimpang menurut pendidikan sosial di lingkungan. Konsep dualisme
(Rwa Bhineda) ini ada dalam kenyataan, namun sejumlah orang ada yang dapat
mengatasi dengan menumbuhkan keyakinan terhadap adanya Tuhan.
4. Faktor Afektif, yaitu pengalaman batin seseorang yang merupakan salah satu faktor
yang ada dalam pengalaman setiap orang beragama. Sebagian orang mungkin
menganggap bahwa upacara-upacara agama hanya sekadar serimonial saja, namun ada
juga sebagian yang dengan khusuk mencurahkan emosinya dan merasakan ketenangan
dan kedamaian. Hal ini menggambarkan bahwa masing-masing individu akan berbeda
dalam mengekspresikan pengalaman batinnya.
5. Faktor Kebutuhan, sikap keagamaan ini muncul akibat adanya beberapa kebutuhan
manusia yang tidak terpenuhi di dunia ini. Kebutuhan dasar manusia primitif adalah
keagamaan terhadap berbagai ancaman seperti : kelaparan, penyakit, kehancuran dan
musuh-musuh. Hal itu mendorong manusia untuk melakukan berbagai ritual yang
diyakini dapat melindunginya. Pemeluk agama akan tetap berdoa, untuk mendapatkan
keselamatan dari kesulitan, keresahan dan kelaparan. Secara garis besar kebutuhankebutuhan itu meliputi, keamanan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian.
6. Faktor Intelektual, sebagai bagian dari landasan sikap keagamaan yaitu pemikiran
rasional, kemampuan berpikir seseorang untuk menggunakan kata-kata sebagai alat
untuk membedakan yang benar dan yang salah. Agama yang semata-mata didasarkan
atas emosi dan penerimaan sistem motivasional dengan mudah dapat menjurus pada
fanatisme. Sehingga seseorang saat menanyakan tentang keyakinan-keyakinan
keagamaannya perlu dibantu oleh faktor intelektual yang merupakan koreksi yang
berguna mengantisipasi bahaya fanatisme. (Suasthi & Suastawa, 2008:10)
II.4
Pengaruh Modernisasi Terhadap Sikap Keagamaan
Arus modernisasi dan globalisasi mempunyai banyak nilai positif dan nilai negatif,
antara lain :

Nilai positif, informasi yang didapat menjadi lebih cepat, dan akurat daripada masamasa sebelumnya yang kebanyakan masih menggunakan cara-cara manual. Selain
itu, semua orang juga merasa senang apabila ikut serta terhadap perkembangan
zaman. Mereka tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Malah orang yang tidak
mengikuti era globalisasi ini seringkali diejek oleh teman sejawatnya.

Nilai negatif, fasilitas-fasilitas yang ada di era globalisasi ini sebagian besar
disalahgunakan oleh para penggunanya. Contoh, internet sekarang ini sering
dijadikan arena untuk mencari situs-situs porno, handphone digunakan untuk
menyimpan data-data yang tidak mendidik moral seseorang, dan lain-lain.
Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah para penikmat ’aksesorisaksesoris’ era modernisasi ini kebanyakan melakukan hal-hal yang sebagaimana
diungkapkan di atas. Yang membuat hati semua masyarakat Indonesia miris lagi,
objeknya adalah para remaja, sang penerus bangsa Indonesia di masa yang akan
datang. Para remaja bukannya ’disibukkan’ untuk menuntut ilmu dalam
meneruskan pembangunan bangsa ke depan, melainkan disibukkan dengan
menikmati ’hiburan-hiburan’ yang tersaji pada era globalisasi sekarang ini, seperti
handphone, televisi, dan lain-lain. Bahkan, ’hiburan-hiburan’ yang bersifat negatif
pun mereka terima dan nikmati. Mereka tidak sadar bahwa hal itu akan memorakporandakan negara ini dalam waktu beberapa saat lagi.
Bagi para produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar bisnis
yang sangat potensial karena pola konsumsi seseorang itu terbentuk pada saat usia
remaja. Di samping itu, remaja juga sangat mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikutikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan sesuatu
yang dimilikinya, misalnya uang atau harta benda. Sifat-sifat di atas itulah yang
dimanfaatkan oleh para produsen untuk memasuki ‘pasar remaja’. Jadi sering sekali
kita lihat di televisi-televisi bahwa intensitas acara remaja itu lebih banyak daripada
acara kalangan usia lain.
Salah satu karakter yang khas di kalangan remaja adalah identifikasi
(peniruan dan penyeragaman) dalam suatu kelompok. Untuk itu, mereka biasanya
membutuhkan panutan untuk dijadikan contoh. Saat ini, kita harus mengakui bahwa
remaja masa kini miskin figur panutan yang bisa dijadikan contoh. Betapa tidak, di
satu sisi mereka sangat membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan panutan,
sedangkan di sisi lain mereka disuguhi panutan-panutan yang berlaku negatif yang
sering tampil di layar-layar televisi, misalnya pemain sinetron yang sering
memerankan adegan berpacaran, berpegangan tangan antar lawan jenis, dan lainlain.
Kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap perilaku seseorang telah
dibuktikan lewat penelitian ilmiah. Seperti diungkapkan oleh American
Psychological Association (APA) pada tahun 1995, bahwa tayangan yang bermutu
akan memengaruhi seseorang untuk berperilaku baik. Sedangkan tayangan yang
kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Bahkan,
penelitian itu menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan
orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media semenjak usia
anak-anak.
Sebuah penelitian tentang pergaulan remaja di Kota Bandung, Jawa Barat,
memberikan informasi kepada kita bahwa sekitar 40% remajanya sudah pernah
berciuman dengan pasangannya. Sedangkan 60% remaja Bandung pernah
bersentuhan dengan teman lawan jenisnya. Dalam hal ini seperti berpegangan
tangan, dan lain-lain. Kemudian sekitar 25% dari data itu sudah pernah melakukan
hubungan seksual dengan pasangannya.
Untuk menanggulangi permasalahan di atas diharapkan peran aktif pihak
keluarga terutama para orang tua dalam mendidik anak-anaknya, agar anakanaknya tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang negatif. Orang tua hendaklah
memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. Sesungguhnya nilai moral
dan budi pekerti yang merupakan fondasi utama perilaku baik dapat dimiliki oleh
setiap orang dari keteladanan orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat yang
diidolakannya. Pemahaman dan pengamalan ajaran agama semenjak dini pun
diyakini dapat menanggulangi permasalahan di atas. Pengetahuan agama akan
membentengi seseorang dari perilaku amoral, kriminal, dan budaya-budaya asing
yang negatif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah modernisasi memiliki dampak positif
maupun negatif. Oleh karena itu, kita harus bisa mengambil manfaat yang positif dan
menghindari dampak negatif dari modernisasi. Modernisasi secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi perkembangan moral. Seseorang dapat berperilaku buruk
akibat penggunaan teknologi yang tidak pada tempatnya. Efek dari modernisasi tersebut
dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Meleburnya norma dan nilai di masyarakat
akibat modernisasi membuat generasi muda tidak lagi mengindahkan aturan. Tindakan dan
perilaku masyarakat yang arogan, mengikuti mode/trend, bergaya hidup mewah/boros,
merupakan contoh nyata dari adanya modernisasi.
Semestinya, dengan adanya modernisasi akan mampu menjadikan hidup manusia
lebih mudah, cepat, efisien, dan hemat. Namun, penggunaan teknologi yang tidak
diimbangi dengan sumber daya manusia yang berkualitas justru akan menimbulkan
masalah. Oleh karena itu, masayarakat harus dididik dan dilatih agar benar-benar siap
menghadapi arus globalisasi yang memang tidak dapat dihindari. Dalam hal pemanfaatan
produk modernisasi, kesiapan mental dan moral manusia merupakan modal yang sangat
penting. Banyak kasus penyalahgunaan teknologi disebabkan karena rendahnya moral dan
mental manusia.
Untuk mencegah agar modernisasi tidak berdampak buruk bagi manusia, perlu
adanya aturan-aturan norma yang dapat membentengi diri. Salah satunya adalah norma
agama yang mampu mengajarkan para pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik dan
menjauhi maksiat. Disamping itu, norma kesusilaan dan kesopanan juga diperlukan untuk
memberikan batasan prilaku masyarakat sehingga dapat dikendalikan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.bisosial.com Diakses pada tanggal 26 November 2013)
Suastawa, Suasthi. 2008. Psikologi Agama Seimbangkan Pikiran, Jiwa, dan Raga. Denpasar :
Widya Dharma
Download