ANALISIS KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN PADA PERUSAHAAN

advertisement
ANALISIS KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
PADA PERUSAHAAN MANUFACTURING
(Kasus: PT. Showa Indonesia Manufacturing, Cikarang, Kabupaten Bekasi
Provinsi Jawa Barat)
CAHYO BUDI UTOMO
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ANALISIS KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
PADA PERUSAHAAN MANUFACTURING
(Kasus: PT. Showa Indonesia Manufacturing, Cikarang, Kabupaten Bekasi
Provinsi Jawa Barat)
Oleh:
CAHYO BUDI UTOMO
I34053103
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Abstract
Leadership in the corporate have the most important for role of employee management. The
aim this studied to analyze influence of leadership by managers to employees. This research
used the survey method. The result showed that characteristic of leadership among
employees is consequencing to organization management be high motivation. The Employees
are interesting and enduring to work in the corporate. And therefore good management of
organization increases work productivity. The evidence leader in the corporate have high
responsibility to employees and the other way.
Keyword: Leadership characteristic, Management of Organization, and Employees
Productivity
RINGKASAN
CAHYO BUDI UTOMO. ANALISIS KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN PADA
PERUSAHAAN MANUFACTURING. Kasus PT. Showa Indonesia Manufacturing
(Dibawah bimbingan SUMARDJO).
Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing bergerak di bidang industri mesin,
khususnya memproduksi shockbreaker kendaraan bermotor baik mobil maupun sepeda motor
dengan kepentingan menjangkau perlengkapan yang dibutuhkan Astra Indonesia dalam
proses perakitan pembuatan motor dan mobil. Visi dan misi perusahaan akan dapat tercapai
apabila pergorganisasian sumberdaya manusia dapat dikelola secara optimal. Peranan
kepemimpinan dalam perusahaan sangat dibutuhkan karena berpengaruh besar pada
perkembangan perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang.
Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara karakteristik kepemimpinan
dan karakteristik karyawan di PT. Showa Indonesia Manufacturing dengan pemberdayaan
organisasi perusahaan. Selain itu, juga dianalisis hubungan antara pemberdayaan organisasi
dengan produktivitas kerja karyawan di dalam organisasi perusahaan PT. Showa Indonesia
Manufacturing.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Data yang dikumpulkan meliputi
data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui proses wawancara dengan
pimpinan marketing, HRD, dan produksi. Selain itu, menggunakan kuesioner yang dilakukan
dengan teknik sampel stratified random. Responden diambil secara acak dengan pembagian
kuota untuk produksi, HRD, dan marketing masing masing berjumlah 25 sehingga total
responden menjadi 75 orang.
Jumlah skor dari pengolahan data dari kuesioner yang telah diedarkan kemudian
dilakukan pengkategorian dan
dilakukan penilaian. Setelah itu diperoleh hasil r hitung
(koefisien korelasi) dan (p) sebagai nilai peluang, sehingga bisa diketahui pengaruh atau
hubungan apakah nyata atau tidak berhubungan diantara karakteristik kepemimpinan
terhadap pemberdayaan organisasi perusahaan. Hal yang dikaji adalah hubungan antara
karateristik kepemimpinan terhadap pemberdayaan organisasi, karakteristik karyawan
terhadap pemberdayaan organisasi dan mengkaji keterkaitan antara pemberdayaan organisasi
dengan produktivitas kerja karyawan. Pengolahan data dengan menggunakan software MS.
Excel dengan SPSS versi 14.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kepemimpinan yang menggunakan
teknik M.B.O (management by objective) berpengaruh besar terhadap kemajuan perusahaan
terutama di dalam proses pemberdayaan organisasi. Fokus dalam pemberdayaan organisasi
adalah mengoptimalkan potensi kerja karyawan seperti pelaksanaan training agar
sumberdaya manusia yang ada di perusahaan lebih terampil. Perusahaan juga mendukung
sepenuhnya suasana kerja yang kondusif bagi karyawan agar karyawan merasa nyaman. Hal
tersebut juga berlaku untuk karakteristik karyawan karena karyawan dan pimpinan memiliki
keanggotaan yang sama di dalam organisasi perusahaan dan yang membedakan adalah hak,
tanggung jawab dan otoritas kebijakan yang dimiliki pimpinan.
Hubungan kedua bahan telitian pada umumnya tergolong baik, yang mencakup
karakteristik kepemimpinan dan karakteristik karyawan terhadap tingkat pemberdayaan
organisasi, serta keterkaitan antara pemberdayaan organisasi dengan tingkat produktivitas
kerja karyawan. Hal itu karena peranan pimpinan di perusahaan Showa Indonesia
Manufacturing sangatlah penting. Interaksi antara manajer dengan karyawan dekat karena
sumberdaya manusia perusahaan menjunjung rasa kekeluargaan yakni kerjasama antar divisi
di setiap project pembuatan produk shockbreaker.
Tingkat produktivitas karyawan yang terjadi bisa dikatakan baik di perusahaan.
Namun ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan kapabilitas dan konsistensi di masing
masing divisi, yakni aspek prestasi kerja dan kepuasan kerja. Peranan kewibawaan pimpinan
sangatlah mendukung yakni perlu membenahi program dan lebih meningkatkan motivasi
kerja karyawan agar perusahaan lebih maju dan terjalin kekompakan bersama, antara
pimpinan dan karyawan sehingga suasana saling mendukung di segala aspek di dalam
organisasi perusahaan.
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan skripsi yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Cahyo Budi Utomo
NIM
: I34053103
Judul
: Analisis Karakteristik Kepemimpinan pada Perusahaan
Manufacturing (Kasus Showa Indonesia Manufacturing)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir Sumardjo, MS
NIP. 19580225 198503 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Kelulusan:
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS
KARAKTERISTIK
KEPEMIMPINAN
PADA
PERUSAHAAN
MANUFACTURING” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI
LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN
UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH
GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI
INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, 9 Juli 2010
CAHYO BUDI UTOMO
I34053103
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota pesisir, pantai utara pulau Jawa tepatnya di Kota Rembang
pada tanggal 30 Desember 1987 dari Ayah yang bernama Alm. Wartono Sosrohadiwidjojo
dan Ibu Sumiati. Penulis adalah anak ke sembilan dari sembilan bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah diikuti selama hidup adalah tahun 1993 TK Marsudi
Ilmu III Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, dan lulus tahun 1994 kemudian memasuki
jenjang lebih tinggi di SDN Sumbergirang II Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang tahun
1994 sampai dengan tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan studinya di SLTPN II
Rembang di tahun 1999 sampai tahun 2002. Setelah itu meneruskan ke SMAN 1 Rembang di
tahun 2002 sampai dengan 2005. Pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI, di tahun 2006 memasuki Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Kehidupan kampus tidak terlepas dengan aktivitas keorganisasian dan kepanitiaan
sebagai penunjang pengembangan softskill. Di tahun pertama penulis menjadi anggota
Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (DPM-TPB), pernah mengikuti
kepanitiaan COPA–TPB sebagai seksi Publikasi dan kepanitiaan lain di tingkat TPB adalah
Pemira sebagai P3RW. Di tahun kedua, penulis aktif di tingkat Fakultas sebagai Komisi
Eksternal DPM-FEMA dan ditunjang dengan beberapa kepanitiaan. Kepanitiaan yang pernah
diikuti adalah COOKIES: “Cool n Keen Art of IPB Days” sebagai anggota seksi logistik dan
dalam “Launching Kelembagaan FEMA (LINK FEMA) sebagai Ketua Pelaksana. Di tahun
yang ketiga, penulis aktif di Agrifarma (Perhimpunan Mahasiswa Tanaman Obat) di divisi
Produksi. Selama di IPB prestasi non akademik yang pernah diraih adalah Juara I tunggal
Putra Bulutangkis “ESPENT” dan Juara II Teater Monolog Cookies. Sebagai penunjang
ilmu, penulis juga aktif mengikuti pelatihan jurnalistik dalam Rangkaian “Jurnalistik Fair”
yang diadakan oleh BEM-KM IPB 2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga berhasil
menyusun skripsi dengan baik dan benar. Penulisan hasil riset yang dikemas dalam tulisan
ilmiah ini ditujukan guna memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis
menggunakan judul dalam skripsi ini adalah “Analisis Karakteristik Kepemimpinan Pada
Perusahaan Manufacturing”
Riset ditujukan untuk menganalisis (1) Hubungan karakteristik kepemimpinan dan
karakteristik karyawan di perusahaan manufacturing yang dikaitkan dengan pemberdayaan
organisasi; (2) Membahas hubungan pemberdayaan organisasi dengan produktivitas kerja
karyawan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing
dan pihak-pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga penelitian sampai dengan penyusunan skripsi berjalan dengan baik. Demikian
skripsi ini disusun, penulis menyampaikan semoga bermanfaat.
Bogor, 9 Juli 2010
Cahyo Budi Utomo
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga skripsi
ini dapat saya diselesaikan sesuai yang diharapkan. Skripsi ini membahas mengenai “Analisis
Karakteristik Kepemimpinan Pada Perusahaan Manufacturing”, suatu permasalahan yang
dialami bagi karyawan mengenai sikap, perilaku dan tanggungjawab pimpinan terhadap
keahliannya di dalam perusahaan.
Skripsi ini disusun dengan dibantu berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan rasa
terima kasih yang dalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS, selaku dosen Pembimbing Akademik
2. Keluarga Saya Alm. Ayah Wartono Sosrohadi Widjodjo, Ibu Sumiati, Kakak-kakak kandung
saya: Bambang Sugiharto, Dwi Putro Sugihapuro, Nur Rahmat, Ratna Vierawati, Cahyo
Sugih Bakti, Bagus Satoto, Suwarno, dan Untung Widodo yang senantiasa memberikan
dukungan, doa dan motivasi
3. Bapak Tulus (Kepala HRD) dan Ariadi Sukoraharjo (Engineering) dan keluarga Besar Showa
Indonesia Manufacturing (Jajaran Pimpinan, Staf dan Karyawan) lainnya yang telah
mempermudah dalam proses penelitian.
4. Rekan-rekan mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 42
lainnya yang telah banyak memberikan masukan untuk skripsi penelitian ini.
5. Teman-Teman HKRB yang tinggal di Wisma As-Shobirin dan para sahabat yang ada di
Wisma Lamin Dentis.
Demikian skripsi disusun, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pihak
Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing dan sebagai bahan penelitian selanjutnya terkait
dengan kepemimpinan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Bogor, 9 Juli 2010
Cahyo Budi Utomo
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………….…………….
1
1.2. Masalah Penelitian…………………………………….……………...
2
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………….…………….
3
1.4. Kegunaan Penelitian……………………………………...…………
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka…………………………………….………...……
4
2.1.1. Konsep Kepemimpinan……………………………….………
4
2.1.2. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan……….………
7
2.1.3. Pemberdayaan Organisasi Perusahaan………………..………
13
2.2. Kerangka Pemikiran………………………………………….………
16
2.3. Hipotesis…………………………………………………...…………
18
2.4. Definisi Konseptual…………………………………………………..
19
2.5. Definisi Operasional………………………………………………….
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………….……………...
26
3.2. Jenis dan Sumber Data……………………………………………….
26
3.3. Metode Pengambilan Contoh………………………....……….…...
26
3.4. Metode Pengambilan Data…………………………………….........
27
3.5. Analisis dan Teknik Pengolahan Data…………………………........
27
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Lokasi Perusahaan………………………………………............
30
4.2. Kondisi Umum Perusahaan……………………………………...
30
4.3. Struktur Kelembagaan Perusahaan………………………………
31
4.4. Proses Produksi Perusahaan……………………………………...
36
4.5. Produk yang dihasilkan…………………………………………...
37
BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN PADA ORGANISASI
PERUSAHAAN
5.1. Karakteristik Kepemimpinan………………………………….……
38
5.2. Karakteristik Karyawan…………………………………………….
41
5.3. Hubungan Karakteristik Kepemimpinan terhadap Tingkat
Pemberdayaan Organisasi………………………………….………
42
5.4. Hubungan Karakteristik Karyawan terhadap Tingkat
Pemberdayaan Organisasi ………………………………..……….
44
BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT
PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN
6.1. Pemberdayaan Organisasi Perusahaan……………………….…….
48
6.2. Tingkat Produktivitas Karyawan…………………………………..
50
6.3. Hubungan Pemberdayaan Organisasi Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan…………………………………….
53
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan………………………………………………….……...
58
8.3. Saran……………………………………………………………......
59
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….…….
61
LAMPIRAN
a. Jadwal Penelitian hingga Skripsi Selesai……………………………..
65
b. Perhitungan Skor Faktor-faktor Kepemimpinan……………………..
66
c. Perhitungan Range Spearman dengan SPSS versi 14………...…...
70
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Tabel 1.
Karakteristik Training……………………………………….….......
16
Tabel 2.
Bobot Nilai Jawaban Responden …………………………….…….
28
Tabel 3.
Penilaian Skor Faktor-faktor Kepemimpinan……….......................
28
Tabel 4.
Skor Karakteristik Kepemimpinan Pada Divisi Produksi, HRD,
dan Marketing……………………....................................................
Tabel 5.
40
Skor Karakteristik Karyawan Pada Divisi Produksi, HRD,
dan Marketing……..........................................................................
Tabel 6.
Halaman
41
Koefisien Korelasi Range Spearman: Hubungan Karakteristik Kepemimpinan dengan
Tingkat Pemberdayaan
Organisasi...............................................................................................
Tabel 7.
Koefisien Korelasi Range Spearman: Hubungan Karakteristik Karyawan dengan Tingkat
Pemberdayaan Organisasi……………………………………………...
Tabel 8.
49
Skor Tingkat Produktivitas Karyawan Pada Divisi Produksi,
HRD, dan Marketing…………………………………………………....
Tabel10.
45
Skor Tingkat Pemberdayaan Organisasi Pada Divisi Produksi,
HRD, dan Marketing………………………………………………….....
Tabel 9.
43
52
Koefisien Korelasi Range Spearman: Hubungan Pemberdayaan Organisasi dengan
Produktivitas Karyawan............................................................................
55
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran…………………………………………….
18
Gambar 2.
Struktur Kelembagaan PT. Showa Indonesia Mfg……………
35
Gambar 3.
Lay out PT. Showa Indonesia Mfg……………………………
63
Gambar 4.
Peta Kondisi Umum PT. Showa Indonesia Mfg dan sekitarnya
63
Gambar 5.
Proses produksi PT. Showa Indonesia Mfg……………………
64
Gambar 6.
Logo Perusahaan Showa Indonesia Mfg………………………..
64
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengamatan kepemimpinan dalam organisasi menjadi pokok bahasan
pegawai dalam lingkungan kerja, sehingga menarik untuk dilakukan studi mengenai perilaku
dan sikap seorang pemimpin. Kepemimpinan yang kondusif bagi sistem pemberdayaan
organisasi di lingkungan perusahaan diduga merupakan unsur terpenting dalam pengelolaan
perusahaan. Pemberdayaan organisasi perusahaan berpengaruh besar terhadap prestasi kerja
karyawannya. Selain itu, pengembangan organisasi diperlukan agar lebih tercapainya tujuan
organisasi. Kinerja pegawai memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan. Kontribusi
tersebut dapat dilihat dari kegiatan proses produksi, pemasaran sampai distribusi produk/jasa.
Prosedur dan fungsi kerja selalu diupayakan perusahaan agar dapat sistematis dan realistis
mengimplementasikan aturan tersebut
untuk mencapai tujuan organisasi. Upaya
pemberdayaan organisasi biasanya dilakukan dengan pemberian training kepada karyawan
dengan tujuan meningkatkan produktivitas kerja bagi para karyawan di perusahaan.
Menurut Safaria (2004) budaya kerja yang adaptif terjadi di lingkungan organisasi, baik
pemerintah maupun swasta, dicirikan adanya keleluasaan dalam mengaktualisasikan diri,
dinamis, dan berorientasi pada aspek kemampuan dan keahlian bekerja, yang diiringi dengan
inovasi. Instansi kepegawaian memperoleh sumberdaya manusia melalui proses seleksi
tenaga kerja yang nantinya bisa membawa organisasi ke arah kemajuan. Informasi
pembukaan kesempatan untuk bekerja ini perlu dinformasikan kepada khalayak luas. Teknik
yang dilakukan oleh pihak instansi dalam hal pengisian lowongan pekerjaan yakni dengan
meminta bagian public relation menyampaikan kepada masyarakat. Media promosi selain
dari internal instansi bisa dari instansi lain, asalkan kriteria/prasyarat lowongan yang ada
dipenuhi atas dasar kesesuaian kapasitas dalam diri calon pegawai, baik dari pola pikir
maupun keahlian.
Organisasi pada suatu instansi mengharapkan hasil yang maksimal terhadap pengelolaan
pegawai, baik pegawai tetap maupun pegawai kontrak (tidak tetap). Untuk mencapai tujuan
instansi yang maksimal, instansi perlu mendesain pekerjaan bagi pegawainya. Desain objek
tersebut meliputi kepentingan instansi, perbedaan antara individu, teknologi yang dilibatkan,
biaya restrukturisasi pekerjaan, struktur organisasi, iklim internal, kemampuan, sikap dan
motivasi pegawai, dan stuktur organisasi instansi itu sendiri.
Karakteristik pemimpin organisasi suatu instansi yang sering digambarkan kurang
empatis, tidak sensitif dalam hubungan sosial, terlalu mendominasi, terlalu ambisius, menjaga
jarak dan bersikap apatis berpengaruh terhadap pengembangan karir karyawan serta dianggap
gagal (Safaria, 2004). Dampak tersebut mempengaruhi pemikiran pegawai/karyawan sulit
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan menghambat koordinasi atau jalur
komunikasi antara satu pihak dengan yang lainnya. Pegawai secara jelas menganggap tidak
ada relevansi dalam berinteraksi (tidak betah) sehingga kebanyakan memutuskan diri untuk
way out dari bagian instansi. Hal inilah yang memicu organisasi untuk bisa mempertahankan
karyawan yang benar-benar ingin memajukan instansi ataukah memberhentikan pegawai
karena rasa ketidakpuasan terhadap kinerja sumberdaya manusia yang ada.
Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing salah satu perusahaan lini sayap yang
dimiliki PT. Astra Tbk. yang bergerak di dunia otomotif khususnya shockbreaker dengan
keperluan menyuplai kebutuhan perusahaan lain. Karyawan yang ada di dalamnya berjumlah
kurang lebih 3000 orang yang berbeda divisi dan tugasnya. Pemimpin di Showa melatih dan
mendidik karyawan sesuai dengan kapabilitasnya agar karyawan bisa lebih berdaya dalam
menyelesaikan tugas di perusahaan. Kebutuhan training tersebut dipenuhi perusahaan bagi
karyawan untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.
1.2. Masalah Penelitian
Dari pemaparan latar belakang maka dirumuskan beberapa kajian lapangan dalam studi
penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana hubungan karakteristik kepemimpinan dan karakteristik karyawan di PT.
Showa Indonesia Manufacturing yang berhubungan dengan pemberdayaan organisasi
perusahaan?
2. Bagaimana hubungan antara pemberdayaan organisasi dengan produktivitas kerja
karyawan dalam organisasi perusahaan PT. Showa Indonesia Manufacturing?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada penulisan rumusan masalah, maka tujuan penelitian dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Menganalisis hubungan karakteristik kepemimpinan dan karakteristik karyawan terhadap
pemberdayaan organisasi di PT. Showa Indonesia Manufacturing.
2.
Menganalisis hubungan pemberdayaan organisasi terhadap tingkat produktivitas kerja
karyawan di dalam organisasi PT. Showa Indonesia Manufacturing.
1.4. Kegunaan Penelitian
Dengan mengobservasi objek studi, peneliti melihat kejadian-kejadian pemberdayaan
karyawan, kemudian dievaluasi secara ilmiah diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
penelitian di masa akan datang yang berhubungan dengan kepemimpinan dan manajemen
organisasi perusahaan. Kegiatan penelitian digunakan peneliti untuk merealisasikan ilmunya
selama di bangku perkuliahan terhadap studi lapangnya mengenai kepemimpinan dan
pemberdayaan organisasi selama penelitian berlangsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1. Konsep Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan yakni kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain
agar mau mengikuti kehendaknya serta melakukan kerjasama dan koordinasi secara efektif
dan digunakan untuk mencapai misi, tujuan, dan sasaran organisasi tertentu (Goldberg and
Larson, 1985). Siagian (1980) mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan inti dari
manajemen karena kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi manusia dan alat-alat
lainnya dalam suatu organisasi. Peranan kepemimpinan dalam usaha untuk mencapai tujuan
organisasi sehingga dapat dikatakan sukses atau gagal yang dialami oleh organisasi sebagian
besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin organisasi.
Reberu (1978) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kesanggupan menggerakkan
sekelompok manusia ke arah tujuan bersama sambil menggunakan unsur dinamis yang
sanggup mengkaji masa lampau, menelaah masa kini, dan menyoroti masa datang, kemudian
mengambil keputusan yang dituangkan ke dalam tindakan. Sejalan dengan pengertian di atas,
Slamet (1978) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah fungsi yang harus dijalankan
dalam suatu organisasi, sebab kepemimpinan itulah yang digunakan pada setiap kali
pengambilan keputusan tentang hal-hal yang harus dilaksanakan. Margono Slamet
menjelaskan juga mengenai kebutuhan pokok akan kepemimpinan, kepemimpinan bersumber
dari motivasi dan pengarahan perilaku orang-orang dalam organisasi, sehingga organisasi itu
benar-benar dapat mempunyai tujuan bersama yang mampu memberikan kepuasan para
anggotanya. Kepemimpinan dalam suatu perusahaan berkaitan erat dengan hubungan
komunikasi dan sikap sebagaimana seorang pemimpin membawahi para karyawannya.
Hersey dan Blanchard (1978) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan gaya
kepemimpinan adalah pola pemimpin ketika mempengaruhi orang lain. Margono Slamet
(1978) berpendapat bahwa pada dasarnya gaya kepemimpinan berada di antara dua kutub
ekstrim dari suatu kontinum, yaitu gaya kepemimpinan yang sepenuhnya berorientasi pada
tugas yang harus diselesaikan oleh organisasi pada satu kutub dan gaya kepemimpinan yang
sepenuhnya berorientasi pada menjalankan hubungan baik di dalam organisasi, di kutub yang
lain.
Gaya kepemimpinan menggambarkan cara mengklarifikasi tingkah laku komunikasi
dimana pemimpin menjadi panutan. Menurut Levin et al dalam Goldberg and Larson (1985)
membagi pola menjadi empat kategori kepemimpinan yakni:
1. Kepemimpinan Laissez Faire, pola pengabaian (abrogation) dimana pemimpin yang
ditunjuk berusaha menghindari tanggung jawab terhadap pengikut-pengikutnya;
2. Kepemimpinan Otoriter, partisipasi anggota tidak dikehendaki karena tugas-tugas dan
prosedur didiktekan oleh pemimpin, pemimpin juga mengeksploitir rasa ketergantungan
pengikut-pengikutnya dan berusaha membina kendali penuh;
3. Kepemimpinan Demokrasi, pola kepemimpinan yang memandang manusia mengarahkan
dirinya sendiri dan berusaha untuk memberikan kesempatan kepada anggota untuk
berkembang serta bertindak sendiri melalui partisipasinya dalam mengendalikan diri
mereka sendiri;
4. Kepemimpinan Non Direktif, pemimpin menolak untuk memberi pengarahan pada suatu
organisasi tetapi sebaliknya mencoba untuk mengerti tentang apa yang dipikir dan apa
yang dirasakan oleh anggota-anggota organisasi agar dia dapat mewujudkan tanggung
jawab untuk mencapai sasaran.
Mangunhardjana (1976) mengemukakan pemimpin adalah orang yang tahu apa yang
mau dicapai, mengerti jalan menuju hasil pemecahan masalah, dan dapat menunjukkan tujuan
yang harus ditempuh itu kepada orang lain yang bersedia menempuh jalan itu bersama
mereka yang dipimpinnya. Ini berarti pemimpin dibebani tugas membawa mereka yang
dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama, maka secara operasional dalam
menjalankan tugas sebagai pemimpin ia menghadapi dua tugas pokok. Pertama, berusaha
mencapai tujuan dan cita-cita bersama. Kedua, memperhatikan hal-hal yang mendukung
suksesnya usaha mencapai tujuan dan cita-cita bersama.
Tingkah laku pemimpin, menurut Fiedler (1967) adalah tindakan pengarahan
pemimpin dan koordinasi kerja dengan anggota kelompoknya yang dilakukan pemimpin.
Kegiatan tersebut meliputi penentuan tugas, penghargaan atau kritik terhadap anggota
kelompok, dan memperhatikan kesejahteraan dan perasaan anggota kelompok. Seorang
manajer berhak menentukan kebijakan terhadap para karyawan sehingga berpengaruh
terhadap kepuasan kerja karyawan. Pada dasarnya kepuasan karyawan bersifat individual,
dan setiap individu akan memiliki kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kebutuhan pada
masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakannya, demikian
pula sebaliknya. Kepuasan kerja sebagai sekumpulan perasaan, kepuasan kerja bersifat
dinamis yakni dapat menurun dan dapat muncul pada waktu dan tempat yang berbeda. Sifat
lingkungan seseorang mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaannya.
Pada berbagai kondisi, pemimpin dituntut untuk mampu memecahkan setiap masalah
dan mampu mengambil keputusan dengan tepat dan efektif. Thoha (2001) menjelaskan
perilaku gaya dasar kepemimpinan dalam mengambil keputusan, yaitu:
1. Instruksi, yaitu perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan, yang
dicirikan oleh komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya
dan membeitahu mereka tentang mekanisme pelaksanaan berbagai tugas. Inisiatif
pemecahan masalah dan proses pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh
pemimpin.
2. Konsultasi, yaitu pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan. Pemimpin
masih banyak memberikan pengarahan dan pengambilan keputusan, tetapi hal ini diikuti
dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan
mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide dan saran mereka.
3. Partisipasi, yaitu perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan. Posisi
kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian,
komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.
Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada
pada pihak pengikut.
4. Delegasi, yaitu perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan.
Pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai
kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan
didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.
Ketidakmampuan organisasi perusahaan mempertahankan eksistensinya dalam
persaingan dengan perusahaan lain adalah merupakan bentuk kegagalan dalam mencapai
tujuan. Gejala tersebut disebabkan ketidakseimbangan hubungan antar manusia yang ada di
dalam organisasi. Munculnya gejala ketidakpuasan karyawan dapat dilihat dari tidak adanya
hubungan yang serasi antara pihak pimpinan kurang memperhatikan hak-hak karyawan.
Untuk itulah pemimpin memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kepuasan
kerja karyawan. Hubungan gaya kepemimpinan dengan pengaruhnya terhadap karyawan
sangat penting dan berhati-hati untuk dilakukan.
2.1.2. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan
Manusia merupakan sumberdaya manusia menjadi sangat utama dalam lingkup
organisasi untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Sumberdaya manusia ini menunjang
organisasi dengan karya, bakat, kreatifitas, dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek
teknologi dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit mencapai tujuan organisasi. Tugas
manajemen sumberdaya manusia adalah mengelola unsur manusia secara efektif agar
diperoleh suatu satuan tenaga kerja yang puas dan memuaskan. Manajemen sumberdaya
manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada pengelolaan
yang berbasis sumberdaya manusia.
Efektivitas manajemen perusahaan terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada
karyawan perusahaan, diidentifikasi lingkupnya mencakup kondisi psikologis yang
menyangkut kepuasan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan atau menerima tugas yang
dibebankan kepadanya sehingga diperoleh indikator berupa faktor kesukaan dalam
melaksanakan pekerjaan atau menerima tugas yang dibebankan kepadanya, kehadiran di
tempat kerja, motivasi kerja, tanggung jawab, reaksi atas kebijakan serta potensi destruktif.
Sedangkan persepsi pegawai terhadap imbalan yang diberlakukan meliputi gaji pokok,
tunjangan, insentif, uang lembur, hadiah, cuti serta penghargaan yang diterima. Kinerja
manajer yang produktif yakni membangun karakter sumberdaya manusia yang tersedia di
dalam perusahaan menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional.
Manajer sebagai pengelola dalam perusahaan tersebut kemudian berusaha mendorong
dan melatih kemampuan karyawan (threatment) agar mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan memiliki etos semangat tinggi dalam bekerja secara konsisten. Perbandingan
manajerial mengenai tinggi rendahnya keterampilan yang dimiliki karyawan dengan besarnya
penerimaan yang diterima selalu berbanding lurus, maksudnya apabila semakin tinggi
kualitas karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan maka hak untuk menerima gaji dan bonus
atau lainnya juga semakin tinggi juga, begitu sebaliknya.
Manajemen sumberdaya manusia adalah fungsi manajemen yang berhubungan
dengan rekruitmen, penempatan, pelatihan dan pengembangan anggota organisasi (Stoner
and Freeman, 1992). Manajemen sumberdaya manusia tidak hanya memperhatikan
kepentingan perusahaan tetapi juga memperhatikan kebutuhan karyawan dan organisasi
perusahaan, dan tuntunan-tuntunan masyarakat luas. Peranan manajemen sumberdaya
manusia adalah mempertemukan ketiga kekuasaan utama yaitu: perusahaan, karyawan, dan
masyarakat luas, menuju tercapainya efektifitas organisasi.
Hardjana (2001) menyebutkan pengembangan sumberdaya manusia mempunyai tiga
kegiatan belajar sebagai berikut:
1. Kegiatan belajar untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang mereka
emban. Kegiatan ini dinamakan dengan pelatihan atau training.
2. Kegiatan belajar untuk pengembangan diri pekerja secara umum dan menyeluruh, tanpa
dikaitkan dengan tugas khusus yang mereka lakukan. Kegiatan belajar ini disebut dengan
pengembangan atau development.
3. Kegiatan belajar untuk menyiapkan pekerjaan mengemban tugas baru dalam waktu dekat.
Kegiatan belajar ini dinamakan dengan education.
Pengembangan potensi dan jiwa berkreasi bagi karyawan sangatlah penting dan
bermanfaat bagi pekerjaan atau jabatan yang diemban menjadi tanggung jawab karyawan
yang bersangkutan. Program pengembangan karyawan disusun secara cermat dan didasarkan
kepada metode-metode ilmiah dan berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan
perusahaan saat ini maupun masa yang akan datang. Pengembangan sumberdaya manusia
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan
supaya prestasi kerjanya menjadi baik dan mencapai hasil yang optimal.
Menurut Siagian (2006) manajemen kompetensi sumberdaya manusia di lingkungan
perusahaan swasta dibentuk melalui 8 tahap yaitu:
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Definisi klasik mengenai perencanaan sumber daya manusia yaitu perencanaan yang
didasarkan pada pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang dikerjakan di masa
depan. Berarti bahwa yang menjadi fokus perhatian adalah langkah-langkah tertentu yang
diambil oleh perusahaan guna lebih menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja
yang tepat untuk menduduki kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang sesuai pada waktu yang
tepat. Tepat dalam hubungan kontekstual yang dikaitkan dengan 3 hal yaitu:
a. Penunaian kewajiban sosial organisasi
b. Pencapaian tujuan organisasi, dan
c. Pencapaian tujuan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
2. Analisis dan Rancang Bangun Pekerjaan
Perusahaan memiliki dan memahami informasi tentang sumberdaya manusia agar
dapat dikelola dengan baik. Pengaruh besar yang ditunjukkan terhadap informasi yang jelas
terletak pada pencapaian tujuan organisasi di dalam perusahaan. Bukti daripada capaian
tersebut adalah ada kemajuan produktivitas, efisiensi dan efektivitas dari setiap kegiatan yang
dilakukan. Satuan kerja di dalam perusahaan mengetahui semua jenis pekerjaan yang terlibat
dalam manajerialisasi. Artinya dalam suatu organisasi yang besar satuan kerja menangani
pengelolan sumberdaya manusia yang memberikan sumbangan positif dan dapat diandalkan.
Analisis pekerjaan yang disusun pihak perusahaan berfungsi:
a. Memberikan gambaran tentang tantangan yang bersumber dari lingkungan yang
mempengaruhi pekerjaan para karyawan dalam organisasi.
b. Menghilangkan persyaratan pekerjaan yang sebenarnya tidak diperlukan karena
didasarkan pada pemikiran yang diskriminatif
c. Mampu menemukan unsur-unsur pekerjaan yang mendorong mutu kekaryaan para anggota
organisasi, tidak menutup kemungkingan justru menjadi hambatan bagi organisasi
d. Mampu memberikan sikap proaktif dan antisipatif, maksudnya adalah analisis pekerjaan
mampu memperkirakan arah perubahan dan perkembangan organisasional dan lingkungan
yang terjadi di masa yang akan datang menjadi kenyataan.
3. Rekruitmen Tenaga Kerja
Proses rekruitmen karyawan dimulai pada waktu diambil langkah mencari pelamar
dan berakhir ketika pelamar diterima sebagai karyawan. Artinya secara konseptual dapat
dikatakan langkah proses rekruitmen yaitu seleksi. Proses rekruitmen yang dilakukan
perusahaan bila ditempuh dengan baik maka sekelompok pelamar diseleksi guna menjamin
bahwa hanya yang paling memenuhi semua persyaratanlah yang diterima sebagai karyawan
dalam organisasi. Manajer yang membutuhkan dimintai keterangan secara jelas, dikarenakan
manajer membutuhkan sesuai identifikasi yang sesuai dengan satuan kerja di dalam
perusahaan.
Sumber informasi yang diberikan perusahaan terbagi menjadi dua yaitu lamaran yang
berdasarkan orang dalam dan melalui iklan. Pengetahuan orang dalam sebagai satuan kerja
mengetahui cakupan kriteria lowongan yakni sifat pekerjaan yang harus dilakukan,
persyaratan pendidikan dan pelatihan, pengalaman kerja, imbalan yang diberikan, dan status
dalam hierarki organisasi. Pada sistem informasi yang disampaikan perusahaan melalui jalur
iklan paling sering digunakan. Iklan ditempatkan di media cetak (surat kabar, majalah,
selebaran), ditempelkan di tempat ramai, atau yang bersifat audio seperti radio maupun sifat
audio visual seperti televisi.
4. Seleksi Kepegawaian
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam seleksi kepegawaian adalah
penawaran tenaga kerja, etika, internal organisasi, dan kesamaan kesempatan. Sedangkan
dalam menentukan langkah-langkah dalam proses seleksi yakni menerima surat lamaran
kemudian menyelenggarakan ujian, wawancara, surat-surat referensi, evaluasi medis,
wawancara dengan penyelia dan kemudian diambill sebuah keputusan daripada seleksi.
5. Penempatan pegawai
Perusahaan berusaha menempatkan sumber daya manusia sesuai posisi dan
keterampilan yang dimiliki, sehingga tidak terjadi ketumpangtindihan dalam pembagian tugas
dan peran. Dalam lingkungan pekerjaan, karyawan pertama kali diberikan program
pengenalan yang mencakup aspek organisasional, berbagai kepentingan pegawai baru, ruang
lingkup tugas serta memperkenalkan secara keseluruhan perusahaan.
6. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Langkah-langkah yang ditempuh perusahaan dalam mengembangkan sumber daya
manusia melalui penentuan kebutuhan, sasaran, dan isi program. Kemudian pihak perusahaan
mengidentifkasi prinsip-prinsip belajar agar bisa menjalankan program sesuai dengan yang
direncanakan. Tidak terlepas dengan identifikasi manfaat dan melakukan penilaian (evaluasi)
terhadap program dengan asumsi apakah program berjalan dengan baik atau terjadi banyak
kendala. Perusahaan lalu mempersiapkan tenaga karyawannya untuk berbenah diri dan
meminta memperbaiki program, dan bila sudah tidak layak untuk diprogramkan maka
dihilangkan saja dalam proses mengembangkan SDM perusahaan.
7. Perencanaan Karier
Peranan bagian kepegawaian secara proaktif merencanakan karier agar dapat
menentukan jalur karier, tujuan karier dan pengembangan karier. Hal tersebut bisa
dikategorikan sebagai berikut:
a. Perlakuan yang adil dalam berkarir. Perlakuan ini bisa terwujud apabila kriteria promosi
dilandasi dengan pertimbangan-pertimbangan yang obyektif, rasional, dan diketahui secara
luas oleh pegawai.
b. Kepedulian para atasan langsung. Para pegawai pada umumnya mendambakan keterlibatan
atasan langsung mereka dalam perencanaan karier masing-masing. Salah satu bentuk
kepedulian itu adalah memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang pelaksanaan
tugas masing-masing sehingga para pegawai tersebut mengetahui potensi yang perlu
dikembangkan dan kelemahan yang perlu diatasi.
c. Informasi tentang berbagai peluang promosi. Para pegawai mengharapkan mereka
memiliki akses informasi tentang berbagai peluang untuk dipromosikan. Akses ini penting
terutama lowongan yang tersedia diisi melalui proses seleksi internal yang sifatnya
kompetitif.
d. Minat untuk dipromosikan. Pendekatan yang digunakan dalam menumbuhkan minat para
pekerja untuk pengembangan karier dengan pendekatan yang fleksibel dan proaktif, artinya
minat untuk mengembangkan karier bersifat sangat individualistik.
e. Tingkat kepuasan. Para pegawai ingin meraih kemajuan dalam meniti karier, tentu saja
pihak perusahaan mengukur keberhasilan antara pegawai satu dengan yang lain sangat
berbeda sehingga mempengaruhi tingkat kepuasan individu yang berbeda pula.
8. Penilaian Prestasi Kerja
Arti dan peranan mengenai hasil penilaian yang dilakukan organisasi terhadap
penilaian prestasi kerja para pegawai sangat penting, yakni dalam pengambilan keputusan
antara lain identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitmen, seleksi,
program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan, dan berbagai aspek lain dari
keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia secara efektif.
Organisasi melakukan penilaian prestasi kerja sangat bermanfaat untuk berbagai
kepentingan, seperti:
a. Mendorong peningkatan prestasi kerja. Dengan mengetahui hasil prestasi kerja, ketiga
pihak yang terlibat dapat mengambil berbagai langkah yang diperlukan agar prestasi kerja
para pegawai meningkat lagi di masa-masa yang akan datang.
b. Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam memberikan imbalan. Telah dimaklumi
bahwa imbalan yang diberikan oleh organisasi kepada anggotanya tidak hanya terbatas pada
upah dan gaji yang merupakan penghasilan tetap bagi karyawan yang bersangkutan sebagai
anggota. Akan tetapi juga berbagai imbalan lainnya seperti bonus pada akhir tahun atau
hadiah pada hari-hari besar tertentu. Keputusan tentang siapa yang berhak menerima berbagai
imbalan tersebut dapat didasarkan antara lain pada hasil penilaian atas prestasi kerja pegawai
yang bersangkutan.
c. Untuk kepentingan mutasi pegawai. Prestasi kerja seseorang di masa lalu merupakan dasar
bagi pengambilan keputusan mutasi baginya di masa depa, apapun bentuk mutasi tersebut
seperti promosi, alih tugas, alih wilayah maupun demosi.
d. Guna menyusun program pendidikan dan pelatihan, baik yang dimaksudkan untuk
mengatasi berbagai kekurangan dan kelemahan maupun untuk mengembangkan potensi
karyawan yang ternyata belum sepenuhnya digali dan yang terungkap melalui penilaian kerja.
e. Membantu para pegawai menentukan rencana kariernya dan dengan bantuan kepegawaian
menyusun program pengembangan karier yang paling tepat, dalam arti sesuai dengan
kebutuhan para pegawai dan dengan kepentingan organisasi.
2.1.3. Pemberdayaan Organisasi Perusahaan
Menurut Sarjono (1999) kata power dalam empowerment diartikan daya, sehingga
empowerment diartikan sebagai pemberdayaan. Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari
dalam, tetapi dapat diperkuat dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar. Ia
merupakan sebuah konsep untuk memotong lingkaran setan yang menghubungkan power
dengan pembagian kesejahteraan.
Siagian (2006) menjelaskan pemberdayaan organisasi perusahaan adalah prinsipprinsip belajar yang diterapkan dalam suatu program pelatihan dan pengembangan. Prinsip
belajar yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan yang bekisar pada lima hal yaitu
partisipasi, repetisi, relevansi, pengalihan dan umpan balik. Mengenai partisipasi sebagai
salah satu prinsip belajar dapat dikatakan bahwa pada umumnya proses belajar berlangsung
dengan lebih cepat dan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh diingat lebih lama.
Misalnya, sekali orang belajar dan menguasai teknik berenang, sepanjang hidupnya dia akan
bisa berenang karena partisipasinya waktu belajar. Repetisi dapat dikatakan sebagai semua
informasi yang pernah diterima oleh seseorang tersimpan di otaknya. Hanya saja agar dapat
digunakan, informasi tersebut pelu “diangkat ke permukaan”, contohnya apabila seseorang
mempersiapkan menempuh ujian. Prinsip ketiga yaitu relevansi, maksudnya proses kegiatan
belajar berlangsung lebih efektif apabila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan
seseorang. Misalnya, suatu program pelatihan akan diikuti dengan lebih tekun oleh para
peserta apabila penjelasan yang diberikan oleh pelatih menimbulkan keyakinan pada diri para
peserta bahwa pengetahuan dan keterampilan yang akan diperoleh relevan dengan tugas
mereka, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa depan.
Prinsip belajar yang keempat adalah penerapan teori pada kehidupan yang nyata atau
karena praktek yang bersifat simulasi. Contoh penerapan teori dalam situasi yang nyata ialah
seseorang yang belajar mengemudikan kendaraan bermotor atau mengetik surat setelah teori
dikuasainya. Sedangkan contoh yang bersifat praktek dengan “simulasi” adalah latihan
menerbangkan pesawat oleh seorang calon pilot di ruang simulator. Seperti dimaklumi
kondisi simulator sangat menyerupai kondisi, peralatan dan karakteristik pesawat yang
nantinya akan diterbangkan oleh peserta latihan yang bersangkutan. Artinya pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dalam simulasi dengan mudah dialihkan pada situasi yang nyata.
Prinsip belajar yang terakhir yaitu umpan balik. Melalui sistem umpan balik, peserta
pelatihan mengetahui apakah tujuan pelatihan dan pengembangan tercapai, baik dalam
bentuk pengetahuan baru maupun keterampilan yang belum dimiliki sebelumnya. Bahkan
juga dalam bentuk terjadi tidaknya perubahan keperilakuan seseorang. Dengan umpan balik,
peserta pelatihan dengan motivasi tinggi akan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang
diperlukan agar proses belajar berlangsung dengan efektif kembali. Sebaliknya, tanpa umpan
balik peserta pelatihan dapat menjadi tidak bergairah karena tidak mengetahui apakah dia
akan mencapai kemajuan atau tidak. Juga tidak mengetahui perbaikan dalam cara belajar
yang bagaimana perlu dilakukannya. Untuk kepentingan umpan balik itulah diselenggarakan
tes, ujian dan cara pengukuran lainnya yang sejenis.
Filippo (1996) menyebutkan bahwa pengembangan berbasis pemberdayaan yang
tertuju ke sumberdaya manusia perusahaan terdiri dari pendidikan dan pelatihan. Pelatihan
bertujuan untuk meningkatkan penegetahuan umum dan pemahaman terhadap berbagai aspek
lingkungan. Program-program pelatihan dan pendidikan dimaksudkan untuk produktivitas,
peningkatan motivasi kerja, penekanan biaya, stabilisasi dan keluwesan organisasi dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan eksternal yang terjadi. Pelatihan merupakan penciptaan
suatu lingkungan dimana para karyawan dapat mempeoleh atau mempelajari sikap,
kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan
pekerjaan, selain itu pelatihan juga merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap
seorang individu sehingga pelatihan sangat erat dengan perolehan keahlian-keahlian atau
pengetahuan tertentu, dan berusaha untuk meningkatkan trainee bagaimana melaksanakan
aktivitas atau pekerjaan tertentu.
Pendekatan pemberdayaan berupa pelatihan dan pengembangan kepada sumber daya
manusia perusahaan mempertimbangkan aspek KSA (Knowledge, Skill, Attitude). Berikut ini
gambaran mengenai kegiatan training yang bersifat umum dan komprehensif yang mencakup
KSA tersebut.
Tabel 1. Karakteristik Training
No
1
Unsur
Attitude (mentalitas)
Tema Training
Kepemimpinan, Teambuilding,
Mentalitas TQC/TQM
2
Knowledge (harus sesuai dengan Manajemen Dasar, Manajemen
posisi / tanggung jawab)
Fungsional (pemasaran, SDM,
Keuangan/ Accounting),
3
Skill (idem)
Keterampilan teknikal, keterampilan
komunikasi (people management),
keterampilan biasa.
Sumber: Data Hasil Penelitian Filippo tahun 1996
Produktivitas kerja didefinisikan sebagai perbandingan terbalik antara masukan
(input) dan luaran (output) yang bernilai, misalnya efisiensi dan efektivitas sumbersumberdaya yang tersedia, yaitu kepegawaian, mesin, bahan, modal, fasilitas, energi, dan
waktu untuk mencapai keluaran yang sangat bernilai (Ranftl, 2000). Organisasi yang
diberdayakan dispesialisasikan ke dalam usaha mengembangkan produktivitas karyawan,
karena pelaku utama yang mendukung keberhasilan perusahaan adalah para karyawan.
Berdasarkan studi dan wawasan dari ribuan manajer yang telah berpartisipasi dalam seminar
tentang produktivitas, Rantfl (2000) merangkumnya menjadi tujuh kunci pokok untuk
mencapai produktivitas yang tinggi, yaitu:
(1) Keahlian (manajemen yang bertanggung jawab),
(2) Kepemimpinan yang luar biasa,
(3) Kesederhanaan organisasional dan operasional,
(4) Kepegawaian yang Efektif,
(5) Tugas yang menantang,
(6) Perencanaan dan pengendalian tujuan,
(7) Pelatihan manajerial khusus.
2.2. Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan efektif disebabkan perilaku pemimpin yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja para karyawan di dalam organisasi perusahaan. Pemimpin yang menggunakan
gaya kepemimpinan (perilaku, sikap dan segala kemampuan) memperlakukan karyawan
secara produktif dengan cara mendekati karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugas, terutama
tugas yang terandalkan. Selain itu pemimpin juga berupaya menimbulkan perilaku inovatif
dan spontan dalam hubungan teamwork, gagasan konstruktif, pelatihan diri, dan sikap yang
bersifat saling memahami dan mengerti.
Sumberdaya manusia berkualitas yang dimililki perusahaan dipekerjakan sesuai dengan
kemampuan dan jam kerja. Perusahaan melihat sudut pandang karyawan dari peningkatan
kuantitas hasil, baik dari segi produksi, pemasaran, maupun kemajuan prestasi kerja para
karyawan. Manajemen yang mendukung totalitas pengembangan diri sumberdaya manusia
dengan berbasis pada kualitas kerja karyawan, mengakibatkan pihak perusahaan merasa
terhindar dengan resiko (kondisi buruk perusahaan). Resiko yang memungkinkan terjadi
yaitu kerugian, kerusakan, serta kelalaian karyawan berkaitan dengan skill yang dimiliki para
karyawan perusahaan. Dampak resiko yang ditimbulkan dari kurang efektif dan efisiennya
pengelolaan tenaga kerja menjadikan perusahaan menjadi lambat dalam mencapai tujuan
organisasi perusahaan.
Pihak perusahaan mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dalam periode tertentu
perusahaan dengan mengevaluasi kinerja karyawan. Dalam prosesnya yang muncul pada
aspek kekurangan karyawan diketahui bahwa karyawan secara total belum memiliki keahlian
yang memadai, masih rendahnya pengetahuan, pengalaman kerja di bidang tertentu masih
kurang dan karyawan diberikan gaji yang tidak tinggi (menyebabkan karyawan kurang
produktif). Para manajer kemudian mentransformasikan program berupa pengajaran prinsipprinsip belajar agar bisa menjalankan program sesuai dengan yang direncanakan. Tidak
terlepas dengan identifikasi manfaat kemudian penilaian (evaluasi) terhadap program bisa
menunjukkan apakah program terealisasikan benar-benar berjalan dengan baik ataukah
terjadi banyak kendala. Perusahaan lalu mempersiapkan tenaga karyawannya untuk berbenah
diri dengan meminta memperbaiki program, dan apabila sudah tidak layak untuk
diprogramkan maka dihilangkan dalam kerangka proses mengembangkan sumberdaya daya
manusia perusahaan. Sumberdaya manusia perusahaan kemudian terkena impak, impak
tersebut adalah motivasi kerja, prestasi kerja, kemampuan kerja, ataukah kenyamanan dan
ketidaknyamanan dalam bekerja. Ketika impak tersebut muncul, kemudian secara sadar
karyawan akan memperbaiki kinerjanya sesuai dengan apa yang diharapkan organisasi
perusahaan (tujuan organisasi perusahaan).
X1 Karakteristik Kepemimpinan
X1.1 Perilaku Pemimpin
X1.2 Sikap
X1.3 Tingkat Kemampuan
mempengaruhi
Y1 Tingkat Pemberdayaaan Organisasi
Y1.1 Intensitas Training
Y1.2 Efektivitas Transformasi
Pengalaman Kerja Manajer
Y2 Tingkat Produktivitas Karyawan:
Y2.1 Motivasi Kerja
Y2.2 Prestasi Kerja
Y2.3 Tingkat Kemampuan Kerja
Y2.4 Tingkat Kepuasan kerja:
Y2.5 Tingkat Kenyamanan bekerja
X2 Karakteristik Karyawan
3.X2.1 Tingkat Keahlian
4.X2.2 Tingkat Pengetahuan
5.X2.3 Pengalaman
6.X2.4 Gaji
7.X2.5 Umur
8.X2.6 Status
9.X2.7 Pendidikan
10.
X2.8 Lama bekerja
11.
Y3 Tingkat Pencapaian
Tujuan organisasi
perusahaan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
= ada hubungan yang saling mempengaruhi
= tercapainya
2.3. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ho: tidak ada hubungan antara karakteristik kepemimpinan dan karakteristik
karyawan dengan tingkat pemberdayaan organisasi perusahaan
H1: terdapat hubungan antara karakteristik kepemimpinan dan karakteristik karyawan
dengan tingkat pemberdayaan organisasi perusahaan
2. Ho: tidak ada hubungan antara pemberdayaan organisasi dengan tingkat
produktivitas karyawan
H1: ada hubungan antara pemberdayaan organisasi dengan tingkat produktivitas
karyawan.
2.4. Definisi Konseptual
X1. Karakteristik Kepemimpinan adalah sikap, perilaku pemimpin, dan kemampuan
mempengaruhi yang dipilih dan dipergunakan oleh atasan untuk mempengaruhi
bawahan dalam suatu organisasi perusahaan.
X1.1 Perilaku pemimpin adalah kecenderungan intensitas tindakan, yang dilakukan individu
sesuai dengan perangainya (baik berupa otokrasi, demokrasi ataukah laizzes faire)
X1.2 Sikap adalah kecenderungan berperilaku dari pimpinan dalam tahap berpikir sebelum
melakukan perbuatan yang akan dikerjakan seseorang tersebut dalam hal pengambilan
keputusan dan hubungan/koordinasi dengan karyawan.
X1.3 Kemampuan mempengaruhi adalah keterampilan pimpinan membuat orang lain di
perusahaan berperilaku yang bisa dirasakan bagi seseorang dalam kaitannya dengan
upaya pelaksanaan tugas (strategi dan kebijakan) di dalam organisasi perusahaan.
X2. Karakteristik Karyawan adalah ciri perilaku dan perbuatan seseorang di suatu
perusahaan yang melaksanakan tugas-tugas operasional tata kerja dan pekerjaan sesuai
dengan peraturan perusahaan.
X2.1 Keahlian adalah penguasaan persoalan pada bidang tertentu berkaitan dengan kegiatan
perusahaan yang diukur dari tingkat pendidikan dan keterampilan.
X2.2 Pengetahuan adalah wawasan mengenai situasi dan kondisi dan hal-hal yang
berhubungan dengan cara kerja alat manufacturing perusahaan yang dimiliki oleh
karyawan yang dapat saja diperoleh dari tokoh-tokoh terdahulu yang sudah dianggap
baik atau benar dan sesuai yang digunakan secara terus menerus sebagai dasar
berperilaku dalam berorganisasi.
X2.3 Pengalaman adalah pengetahuan mengenai kebiasaan bekerja berat dan cara pemecahan
masalah yang dimiliki seorang pegawai yang diperoleh melalui kejadian-kejadian yang
telah dilakukan sendiri maupun pihak lain kemudian diterapkan di dalam organisasi
perusahaan.
X2.4 Gaji adalah hak yang diperoleh berupa penerimaan uang atau layanan bagi karyawan
setelah dirinya menjalankan kewajiban di instansi tertentu yang diukur dengan
banyaknya nominal dan kesesuaian prestasi kerja.
X2.5 Umur adalah bertambahnya usia ketika seseorang tersebut melakukan pekerjaan dan
ditunjang dengan perubahan fisik, tanggungjawab, dan sikap mental.
X2.6 Status adalah hubungan ada tidaknya yang dimiliki antara seseorang dengan lawan
jenisnya yang dinilai dan dilihat dari cara pandang orang luar, teman, atau kerabat.
X2.7 Pendidikan adalah kualitas dan kemampuan memahami dan mengerti mengenai bahan
pembelajaran dan bisa digunakan dalam keperluan sehari hari seseorang yang
mendalami ilmu pengetahuan yang sedang ditekuni.
X2.8 Lama Bekerja adalah panjangnya durasi waktu ketika seseorang tersebut bekerja di
bawah naungan perusahaan atau instansi terkait.
Y1
Pemberdayaan organisasi adalah proses merubah pola pikir dan tindakan karyawan
melalui upaya penyadaran magang maupun pelatihan dan penugasan sehingga benarbenar mandiri (menyerap dan mengimplementasikan ilmu perusahaan) dan dapat
digunakan ilmunya untuk memecahkan dan menyelesaikan penugasan maupun
permasalahan pekerjaan di dalam organisasi perusahaan.
Y1.1 Intensitas Pelatihan (training) adalah usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam
rangka peningkatan kompetensi karyawan yang kurang mampu terhadap bidang tertentu
terkait dengan sasaran, ujicoba tugas, dan dampak kegiatan pelatihan di perusahaan.
Y1.2 Efektivitas Transformasi Kerja Manajer adalah ukuran kinerja dan hasil pemberian
materi yang bisa dicapai dari penugasan-penugasan dari pemimpin kepada bawahan
untuk memajukan perusahaan yang bersangkutan.
Y2. Produktivitas karyawan: hasil dari aktivitas sumberdaya manusia di perusahaan dalam
optimalisasi proses produksi barang atau jasa
Y2.1 Motivasi Kerja adalah dorongan dan tingkat kesungguhan yang timbul dari diri
karyawan dalam menjalalankan tugas-tugasnya di lingkungan kerja dalam perusahaan.
Y2.2 Prestasi Kerja adalah posisi penghargaan yang diraih setelah menjalankan pekerjaan
dalam jangka waktu tertentu. Biasanya dilakukan penilaian oleh para anggota organisasi
di perusahaan yang dapat diukur dengan kemampuan menganalisis masalah dan
pemikiran ide hasil yang selalu layak setelah dilakukan.
Y2.3 Kemampuan Kerja adalah tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki karyawan
setelah terjadi pelatihan oleh pihak tertentu dalam menjalankan tugasnya di perusahaan
dan bisa menyelesaikan penugasan pekerjaan dengan baik dan benar.
Y2.4.Kepuasan Kerja adalah perasaaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan pekerjaan karyawan dan kondisi dirinya yang dapat diukur dengan
besarnya gaji dan beban kerja.
Y2.5 Kenyamanan bekerja adalah keadaan yang kondusif dan mendukung karyawan lebih
fokus dalam menyelesaikan pekerjaan yang bisa dilihat dari segi sarana dan prasarana,
jenispekerjaan, dan teknologi yang digunakan.
Y3. Tujuan organisasi perusahaan: Hasil yang ingin dicapai atau diharapkan perusahaan dari
implementasi strategi yang dilaksanakan perusahaan yang berguna bagi kemajuan
perusahaan termasuk di dalamnya anggota organisasi. Tujuan organisasi dapat tercapai
melalui upaya pelatihan dan pengembangan keahlian dan keterampilan karyawan dan
menghasilkan target yang diinginkan perusahaan. Selain itu diukur dari keuntungan
yang didapat sehingga mampu mensejahterakan karyawan.
2.5. Definisi Operasional
1.
Karakteristik Kepemimpinan: sikap, perilaku pemimpin, dan kemampuan mempengaruhi
yang digunakan atasan untuk mempengaruhi bawahan dalam suatu organisasi
perusahaan. Kepemimpinan terbagi menjadi empat kategori (Goldberg and Larson,
1985), diantaranya Laissez Faire, Otoriter, Demokrasi, Non Direktif. Adapun aspek
dalam pengukuran karakteristik kepemimpinan meliputi perilaku pemimpin, sikap, dan
kemampuan mempengaruhi. Kategori dalam penilaian skor di dalam faktor karakteristik
kepemimpinan sebagai berikut:
1) Tidak baik: kurangnya kerjasama dan instruksi yang diberikan pimpinan kepada
bawahan baik berupa penugasan pekerjaan maupun tanggungjawab lainnya di dalam
perusahaan sehingga tidak tercipta hubungan kondusif (persentase skor 1.00-50.55)
2) Cukup baik: pimpinan memiliki peranan yang sedikit dan kurang maksimal dalam
bekerja di dalam memberikan tanggung jawab dan instruksi pekerjaan kepada
karyawan (persentase skor 50.56 - 65.55)
3) Baik: Pimpinan memiliki hubungan yang harmonis terhadap karyawan, memecahkan
masalah bersama karyawan, sehingga masalah perusahaan dapat diatasi dan
diselesaikan dengan baik. Selain itu pimpinan melaksanakan tugas dan kewajiban
sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan (persentase skor 65.56-75.55)
4) Sangat Baik: Pimpinan memiliki jiwa dedikasi, komitmen, tanggungjawab penuh, dan
integritas yang tinggi sehinggi berpengaruh besar terhadap kemajuan perusahaan,
khususnya di sumberdaya manusia (persentase skor 75.56-100.00).
2.
Karakteristik Karyawan: ciri perilaku dan perbuatan seseorang di dalam organisasi
perusahaan yang melaksanakan tugas tugas operasional tata kerja dan pekerjaan sesuai
dengan peraturan perusahaan. Indikator pengukuran dalam karakteristik karyawan yaitu
keahlian, pengetahuan, pengalaman, gaji, umur, status, pendidikan, dan lama bekerja.
Dalam hal karakteristik karyawan ini bisa dikategorikan sebagai berikut:
1) Tidak baik: kurangnya keterampilan dan pengalaman kerja karyawan sehingga
kesulitan memahami dan mengerjakan pekerjaan di dalam organisasi perusahaan
(persentase skor 1.00-50.55)
2) Cukup baik: karyawan belum memenuhi standar kualifikasi kerja terkait sumberdaya
manusia perusahaan sehingga perlu mendapatkan pelatihan (pembinaan) dan
pendidikan lebih lanjut di dalam perusahaan dari para senior dan pimpinan, dengan
harapan bisa bekerja secara efektif bagi perusahaan (persentase skor 50.56-65.55).
3) Baik : karyawan menyelesaikan penugasan dan tanggungjawab dengan cermat dan
teliti sesuai dengan kemampuan diri karyawan, penugasan tersebut diperoleh dari
instruksi atasan sesuai dengan aturan dan prosedur perusahaan (persentase skor 65.5675.55).
4) Sangat baik: karyawan sudah menguasai keterampilan menggunakan peralatan dan
mahir dalam urusan pekerjaan manufacturing perusahaan (persentase skor 75.56100.00).
3. Pemberdayaan Organisasi: proses merubah pola pikir dan tindakan karyawan melalui
upaya penyadaran magang maupun pelatihan dan penugasan sehingga benar-benar
mandiri (menyerap dan mengimplementasikan ilmu perusahaan) dan dapat digunakan
ilmunya untuk memecahkan dan menyelesaikan penugasan maupun permasalahan
pekerjaan di dalam organisasi perusahaan Aspek yang ada di dalamnya meliputi
intensitas (training), efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer. Kategori
penilaian tingkat pemberdayaan organisasi sebagai berikut:
1) Tidak baik: pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada karyawan
sangat kecil. Karyawan belum mahir dalam urusan mengerjakan tugas dari atasan dan
pimpinan lainnya dari segi keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman (persentase
skor 1.00-50.55)
2) Cukup baik: kegiatan pemberdayaan di perusahaan belum diserap, belum diterima dan
belum diaplikasikan sepenuhnya di dalam urusan pekerjaan manufacturing
(persentase skor 50.56-75.55)
3) Baik: rutinitas kegiatan dan transformasi pengalaman kerja pimpinan atau atasan
tersampaikan kepada karyawan, kemudian karyawan menerima dan menggunakan
ilmu tersebut dengan baik dalam dunia kerjanya (persentase skor 65.56-75.55).
4) Sangat Baik: karyawan menerima materi training dengan senang hati dan menikmati
pekerjaan di dalam perusahaan sehingga training yang diberikan perusahaan terhadap
karyawan secara maksimal mampu menambah keterampilan, pengetahuan, dan
pengalaman (persentase skor 75.56-100.00).
4. Tingkat Produktivitas Karyawan: Hasil dari aktivitas sumberdaya manusia di perusahaan
dalam upaya optimalisasi proses produksi barang atau jasa. Kategori penilaian faktor
tingkat produktivitas karyawan ini sebagai berikut:
1) Tidak baik: belum adanya hasil yang riil daripada kontribusi yang diberikan karyawan
berupa kinerja selama bekerja di dalam organisasi perusahaan (persentase skor 1.0050.55).
2) Cukup baik: karyawan belum puas terhadap apa yang diperoleh dan yang telah
dilaksanakan sehingga karyawan dipantau dan terus diberikan arahan dan instruksi
dari pimpinan perusahaan (persentase skor 50.56-65.55)
3) Baik: atasan sering memberikan arahan, instruksi, dan petunjuk kepada karyawan
sehingga karyawan mampu melaksanakan dengan hasil yang optimal dalam urusan
penugasan pekerjaan (persentase skor 65.56-75.55)
4) Sangat baik: terlihat hasil yang maksimal dari usaha dan kinerja karyawan dalam
memajukan diri karyawan senidiri beserta perusahaan manufacturing di tempat
karyawan tersebut bekerja (persentase skor 75.56-100.00)
5. Hubungan Karakteristik Kepemimpinan Terhadap Pemberdayaan Organisasi terbagi ke
dalam kategori, sebagai berikut:
1) Nyata: Nilai peluang <0.1 terjadi hubungan diantara aspek-aspek di dalam
karakteristik kepemimpinan terhadap aspek-aspek di dalam tingkat pemberdayaan
organisasi, dengan tingkat kepercayaan 90% dan tingkat kesalahan 10%.
2) Tidak Nyata: Nilai peluang > 0.1 tidak adanya hubungan yang nyata antara aspek
aspek di dalam karakteristik kepemimpinan terhadap aspek-aspek di dalam tingkat
pemberdayaan organisasi.
6. Hubungan Karakteristik Karyawan Terhadap Pemberdayaan Organisasi Perusahaan
terbagi dan diklasifikasikan, sebagai berikut:
1) Nyata: Nilai peluang <0.1 terjadi hubungan diantara aspek-aspek di dalam
karakteristik karyawan terhadap aspek-aspek di dalam tingkat pemberdayaan
organisasi, dengan tingkat kepercayaan 90% dan tingkat kesalahan 10%.
2) Tidak Nyata: Nilai peluang > 0.1 tidak adanya hubungan yang nyata antara aspek
aspek di dalam faktor karakteristik karyawan terhadap aspek-aspek di dalam tingkat
pemberdayaan organisasi.
7.
Hubungan Pemberdayaan Organisasi Terhadap Tingkat Produktivitas Karyawan terpilah
menjadi dua kategori, sebagai berikut:
1) Nyata: Nilai peluang <0.1 terjadi hubungan diantara aspek-aspek di dalam tingkat
pemberdayaan organisasi terhadap aspek-aspek di dalam tingkat produktivitas
karyawan, dengan tingkat kepercayaan 90% dan tingkat kesalahan 10%.
2) Tidak Nyata: Nilai peluang > 0.1 tidak adanya hubungan yang nyata antara aspek
aspek di dalam pemberdayaan organisasi terhadap aspek-aspek di dalam tingkat
produktivitas karyawan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Showa Indonesia Manufacturing yang berlokasi di Bekasi
(JABABEKA). Pemilihan pada perusahaan ini dilakukan dengan pertimbangan kesahihan
data yang berhubungan aspek pengelolaan kinerja oleh Kepala Divisi HRD, Kepala Divisi
Produksi dan Kepala Divisi Pemasaran di Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing
terhadap sumberdaya manusia yang ada di perusahaan. Penelitian mengenai karakteristeristik
kepemimpinan yang berhubungan dengan pemberdayaan organisasi dalam perusahaan ini
dilaksanakan pada akhir bulan Agustus hingga akhir November 2009. Kemudian dilanjutkan
dengan penulisan laporan sampai tengah juli 2010.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Peneilitian yang dilakukan di Perusahaan Manufacturing ini dalam proses perolehan
data terbagi menjadi dua kategori data, yaitu:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian, melalui
riset lapang dengan teknik wawancara dan observasi.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan melalui studi
kepustakaan. Data dikumpullkan dengan cara membaca serta mempelajari bahan
referensi dari perusahaan yang berupa laporan perusahaan sebagai dasar untuk
menganalisis.
3.3. Metode Pengambilan Contoh
Data yang digunakan dalam penelitian ini bukan merupakan keseluruhan dari data
populasi, oleh sebab itu dilakukan pengambilan contoh (sample). Contoh adalah sebagian
dari yang dianggap dapat mewakili populasi. Metode pengambilan contoh dilakukan dengan
acak berstrata (stratified random sampling). Metode ini dipakai karena populasi dianggap
heterogen menurut suatu karakteristik tertentu. Sampel terlebih dahulu dikelompokkan dalam
beberapa subpopulasi yang memiliki anggota yang relatif homogen dan dipilih secara acak.
Dalam hal ini dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu HRD, Pemasaran, dan Produksi dimana
divisi Produksi, divisi HRD, dan divisi Marketing kemudian diambil masing-masing 25
termasuk di dalamnya ada karyawan dan manajer sehingga responden berjumlah 75
sumberdaya manusia perusahaaan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengambilan data yang relevan untuk menunjang dan
memperkuat evaluasi dan analisis penelitian adalah:
1. Wawancara
Diadakan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti
(informan) agar dapat diperoleh data yang valid sebagai data penunjang analisis lebih
lanjut, diantaranya manajer atau setingkatnya seperti kepala bagian, kepala seksi dan
kepala subseksi.
2. Observasi di lapang
Mengamati keadaan yang sesungguhnya di lapang, baik tentang pekerjaan karyawan
maupun kondisi fisik perusahaan.
3. Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis kemudian
diajukan kepada para pegawai karyawan perusahaan manufacturing.
3.5. Teknik dan Analisis Pengolahan Data
1. Teknik Pengolahan Data
Tabel hasil pengambilan data kemudian diolah dengan MS. Excel dan diuji secara statistik
menggunakan software SPSS.
Uji korelasi yang dilakukan dengan analisis range
spearman. Hal itu dilakukan untuk menentukan hubungan dua variabel dari skala
pengukuran ordinal. Korelasi tersebut mencakup hubungan karakteristik pemimpin dan
karakteristik karyawan dengan tingkat pemberdayaan organisasi. Selain menguji variabel
tersebut, mengukur korelasi antara tingkat pemberdayaan organisasi dan tingkat
produktivitas karyawan. Setelah data diolah kemudian dideskripsikan dan diintepretasikan
sehingga bisa ditarik kesimpulan untuk capaian tujuan penelitian.
2. Analisis Data
Skala pengukuran yaitu Skala Likert 5 tingkat, dengan pemberian bobot kuesioner sebagai
berikut:
Tabel 2: Bobot Nilai Jawaban Responden
No
Jawaban Responden
Bobot Nilai
1
Sangat Setuju
5
2
Setuju
4
3
Cukup Setuju
3
4
Tidak Setuju
2
5
Sangat Tidak Setuju
1
Bobot nilai pada setiap jawaban responden akan dihitung melalui transformasi masing
masing variabel untuk mendapatkan nilai rataan. Nilai rataan menunjukkan nilai tingkat
kesetujuan baik para manajer maupun para karyawan sehingga bisa dilakukan penilaian
terhadap nilai rataan yang telah dihitung.
rumus transformasi skor tiap variabel =
∑ skor - ∑ skor minimum
x100%
∑ max - ∑ skor minimum
Setelah data ditransformasikan kemudian dilakukan penilaian dan dibagi menjadi beberapa
kategori yakni sebagai berikut:
Tabel 3: Penilaian Skor Faktor-Faktor Kepemimpinan
Bobot Nilai
Range (dalam %)
Penilaian skor per variabel
1
1.00 - 50.55
Tidak baik
2
50.56 - 65.55
Cukup baik
3
65.56 - 75.55
Baik
4
75.56 -100.00
Sangat baik
Pemberian bobot di atas kemudian dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank
Spearman:
1. Nilai Pengamatan dari 2 variabel yang diukur korelasinya diberi jenjang/rank mulai 1
hingga n
2. Menentukan harga d (perbedaan jenjang x dan jenjang y)
3. Perbedaan setiap jenjang yang telah dihitung, dikuadratkan (d²) dan kemudian
dijumlahkan (∑ d²)
4. Jika proporsional angka tidak sama dalam pengamatan, rumus yang digunakan
adalah:
n
rs= 1- 6 ∑ di²
n(n²-1)
rs
n
d
= koefisien korelasi
= jumlah sampel
= selisih antara range x dan range y
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Lokasi Perusahaan
PT. SHOWA INDONESIA Mfg. terletak di kawasan industri Jababeka, Jl. Jababeka
VI Kav. 28-36 Cikarang – Bekasi, dengan luas tanah sekitar 104.640 m 2. Lokasi pabrik yang
jauh dari pemukiman penduduk dan terletak di kawasan industri, sehingga jalannya proses
produksi tidak mengganggu kegiatan penduduk sehari-hari. Daerah perindustrian kawasan
Jababeka terletak di kelurahan Pasir Gombong, Cikarang bagian Timur. Batas-batas yang ada
di Showa Indonesia Manufacturing yaitu:
* Batas Utara
: Perusahaan Atsasumi Kobayashi
* Batas Timur
: Perusahaan Katsushiro
* Batas Selatan
: Perusahaan United Tractor
* Batas Barat
: Perusahaan Pheron
4.2. Kondisi Umum Perusahaan
Pada umumnya industri
di Indonesia terus mengalami kemajuan dan terus
berkembang di segala bidang, khususnya dalam bidang otomotif. Hal ini diikuti dengan
berkembangnya masalah atau kendala yang dialami negara berkembang. Dalam kemajuan
dan perkembangan industri harus semakin kokoh dengan mempererat keterkaitan antara
sektor industri dan sektor-sektor lainnya. Demikian pula dengan dikembangkannya
keterkaitan yang menguntungkan dan saling menunjang antara industri kecil, industri sedang,
dan industri besar. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja yang siap pakai dan
mempunyai pendidikan mulai dari SMA/SMK, D3 dan S1. Mayoritas tenaga kerja PT.
Showa Indonesia Mfg berasal dari beberapa daerah di pulau Jawa, diantaranya DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Perusahaan hanya
boleh mengizinkan umur tenaga kerja di atas 17 tahun. Tenaga kerja perusahaan Showa
Indonesia Manufacturing mayoritas tenaga ahli keteknikan. Perusahaan memberikan hak dan
kewajiban kepada karyawan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur perusahaan, apabila
terjadi pelanggaran tentu saja perusahaan berhak memberikan sanksi kepada karyawan yang
tidak mematuhi perusahaan.
PT. Showa Indonesia Manufacturing berada di lingkungan industri Jababeka yang di
dalamnya banyak terdapat kawasan-kawasan industri. Hal ini sangat mendukung pemasaran
produk-produk yang dihasilkan karena banyak customer PT. Showa Indonesia Mfg. yang
berada dalam lingkungan industri ini. Pasar utama dari Showa Indonesia Manufacturing
adalah Astra Honda Motor, yang sudah jalin lebih dari 10 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan
ekspor, kawasan ini juga terletak tidak terlalu jauh dari pelabuhan sehingga akses dan kontrol
keluar masuk barang menjadi lebih mudah.
4.3. Struktur Kelembagaan Perusahaan
PT. Showa Indonesia Mfg. dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang dibantu
oleh direktur-direktur. Direktur dibantu oleh beberapa kepala divisi yang membawahi kepala
departemen. Kepala Departemen bertanggungjawab kepada divisi dan divisi sendiri
bertanggungjawab kepada direktur, sedangkan direktur sendiri bertanggungjawab kepada
Presiden Direktur. Pendelegasian tugas dari pimpinan ke bawah dan pertanggungjawaban
hasil pekerjaan kepada pimpinan berjalan secara vertikal sesuai dengan wewenangnya.
Berikut ini divisi-divisi yang melaksanakan pekerjaan di perusahaan Manufacturing:
1. Departemen Procurement/Purchasing dipimpin oleh Bapak Sumarno
Mengatur pembelian bahan baku produksi dan perlengkapan yang dibutuhkan
perusahaan. Permasalahan yang dihadapi di departemen ini yaitu merancang dan
memvalidasi revisi SOP agar bisa sesuai dengan peraturan perusahaan yang baru dan
bagaimana cara mengimplementasikan SOP tersebut dalam semua aktifitas purchasing
officer. Tujuan dibuatnya SOP adalah sebagai panduan melakukan aktivitas pembelian
bagi purchasing officer.
2. Departemen PPIC (Product Planning Inventory Control) atau tool warehouse dipimpin
oleh Bapak Yuliar Iqbal
Tugas dari departemen ini yaitu mengurusi gudang, office, dan pengaturan stock lainnya
di perusahaan. Pada dasarnya tugas daripada PPIC adalah menjembatani 2 departemen
yaitu antara marketing dan produksi. Peranannya dalam operasional perusahaan berkaitan
erat dengan cashflow atau aliran dana dan kinerja produksi secara umum. Fungsi daripada
PPIC ini sendiri adalah Mensinergikan kepentingan marketing dan manufacturing, fungsi
lainnya yaitu mengintegrasikan/ memadukan pihak-pihak dalam organisasi (marketing,
produksi, personalia, dan keuangan) agar dapat bekerja dengan baik.
Syarat agar kerja PPIC bisa optimal: ada rencana sales dari marketing, ada formula
standard dari semua produk, ada standard kapasitas produksi dan tenaga kerja, ada
standard yield dari semua produk, ada pedoman waktu (delivery time) untuk pengadaan
bahan/material, baik lokal maupun impor. ada batasan minimum dan maksimum stock,
ada koordinasi dan komunikasi yang baik dengan departemen lain dalam satu perusahaan
Showa.
Perencanaan produksi yang dilakukan oleh Departemen Production Planning and
Inventory Control (PPIC) dengan Departemen Produksi berdasarkan forecast yang
diterima dari divisi marketing. Dengan forecast tersebut, disusunlah rencana pembelian
dan PPIC mengeluarkan Order Requisition (OR) yang diserahkan ke Departemen
Purchasing
(pembelian),
purschasing
kemudian
membuat
Purschase
Order
(PO)/Purschase Request (PR), memilih suppliers yang cocok dan diketahui oleh manajer
untuk diserahkan ke Supplier. Supplier kemudian mengirimkan barang yang sesuai
dengan permintaan dan diserahkan ke gudang. Setelah barang diterima oleh bagian
gudang, bagian gudang kemudian membuat Bukti Penerimaan Barang (BPB). Salah satu
salinan Bukti Penerimaan Barang diserahkan ke Departemen Quality Control (QC) atau
QA
3. Departemen Engineering dipimpin oleh Bapak Franky Lintong
Departemen atau divisi ini mengurusi proses jaminan kualitas, kontrol dokumen, drawing,
dan pengoperasian. Perancangan dari suatu produk yang akan dihasilkan mesin diteliti
dan dicoba-coba (trial) technician dengan menggunakan (flow procces of production).
4. Departemen Plan Service Maintenance dipimpin oleh Bapak Toni
Tugas departemen ini yakni mengurusi peralatan mesin yang rusak (breakdown). Selain
itu tugasya memeriksa instalasi dan merawat mesin beserta fasilitas yang mendukung
dalam perusahaan. Peralatan yang digunakan juga dihitung dan dijaga agar bisa terus
digunakan bagi perusahaan dan menjaga keberlangsungan profit perusahaan.
5. Departemen Produksi dipimpin oleh Bapak Teja Pranata Kusuma
Departemen ini mengurusi cetak barang dan pelaku utama (user machine), mesin yang
tersedia sebagai alat pengolahan bahan baku (raw material: serbuk besi, serbuk baja,
aluminium, maupun plastik).
6. Departemen Marketing dipimpin oleh Bapak Budi Sugianto
Mengurusi penjualan barang mulai dari penawaran, proses negosiasi dan keluar barang
hingga penerimaan pesanan. Tugas lainnya adalah mempromosikan produk, ke calon
customer. Selain itu customer juga dilayani dengan sepenuh hati agar hubungan
kemitraan bisa terus berjalan. Di Showa sendiri produk yang dihasilkan oleh sumberdaya
manusia yang ada berusaha menemukan pasar dan terus mencari pembeli. Selain itu
bagian marketing dibina untuk mengetahui cara pemasaran dan mengerti seluk beluk
produk yang siap diedarkan di pasaran. Kemampuan mental public relation juga harus
dimiliki dalam hal berbicara dan meyakinkan calon customer.
Perusahaan cenderung menggunakan bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran.
Selain itu perusahaan menggunakan langkah (cara) marketing mix adalah perangkat
variabel-variabel
pemasaran
terkontrol
yang
digabungkan
perusahaan
untuk
menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran (target market). Konsep
marketing mix merupakan segala usaha yang dapat perusahaan lakukan untuk
mempengaruhi permintaan produknya. Komponen-komponen pokok marketing mix di
Showa Indonesia Manufacturing, yaitu:
a. Product (Produk): merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan pada pasar
sasaran.
b. Price (Harga): merupakan jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan
produk tersebut.
c. Place (Tempat): menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menjadikan produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen.
4. Promotion (Promosi): merupakan bagian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan guna
mengkombinasikan manfaat dari produk dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar
membelinya.
Promosi bagi showa Indonesia Manufacturing merupakan salah satu variabel dalam bauran
pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk
jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan
dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam
kegiatan pembelian/penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Suatu
kegiatan promosi yang terdiri dari lima variabel bauran promosi yang meliputi variabel
periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat
(public relation) dan publisitas (publicity), penjualan pribadi (personal selling), dan
pemasaran direct marketing), jika dilaksanakan secara efektif dapat mempengaruhi
keputusan konsumen untuk membeli produk yang dipromosikan tersebut.
5. Departemen Accounting dipimpin oleh Bu Surti
Departemen akuntansi bertugas mengurusi keuangan perusahaan mengecek segala
akuntansi biaya tetap perusahaan (TFC) dan biaya tidak tetap perusahaan (TVC). Laporan
keuangan ditujukan kepada pihak luar perusahaan dalam bentuk laporan arus kas, laporan
rugi laba, dan neraca perdagangan barang. Selain itu tugas Accounting di perusahaan ini
pada fungsi finansial menghasilkan laporan yang berwujud, analisa, prediksi-prediksi
terhadap kemungkinan di masa yang akan datang yang mana laporannya cenderung
ditujukan kepada pihak internal perusahaan. Adapun laporan yang dihasilkan antara lain
Planning, Budgeting, Cost analysis, Forecast/projection dan Evaluasi Kinerja
(Performance Review).
6. Departemen GA (General Affair)/HRD dipimpin oleh Bapak Surono
Bertugas menangani proses pemberhentian dan penerimaan karyawan di perusahaan,
selain itu mengurusi gaji, transport makan siang, mobil ruangan, pemeliharaan gedung,
kegiatan piknik, porseni, pameran, medical check up (pelayanan karyawan).
7. Departemen QC(quality control) dipimpin oleh Bapak Santo
Bertugas memberikan pengarahan kepada para karyawan untuk mengecek dan
mengontrol produk yang dihasilkan oleh alat cetak yang ada di perusahaan. Selain itu
karyawan melakukan pengontrolan mengenai postur, bentuk, dan ukuran sesuai yang
diminta customer sesuai instruksi kepala departemen. Biasanya orang-orang di
departemen QC dari karyawan engineering yang telah senior dan tahu seluk beluk
keteknikan mesin.
8. Departemen ICT (Information and Communication Technology)
Departemen ini mengelola piranti yang berhubungan dengan pembuatan surat
administrasi (keluar masuk), pembuatan desain web, pengembangan software, perawatan
komputer, dan hubungan komunikasi di lingkup perusahaan maupun di luar perusahaan.
Gambar 2. Struktur Kelembagaan PT. Showa Indonesia Manufacturing.
4.4. Proses Produksi Perusahaan
Kebijakan Mutu yang dimiliki perusahaan (ISO 9001: 2000) yang menerangkan
bahwasanya “Sudah menjadi tekad kita untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan
pengiriman selalu tepat waktu, sesuai dengan standar yang telah disyaratkan”. Perusahaan
menggunakan sistem tersebut karena ingin mendapatkan pengakuan terhadap barang yang
dijual terhadap masyarakat benar-benar bisa diuji kebenaran dan diakui secara legal. Hal itu
sangat penting bagi kemajuan perusahaan untuk masuk ke pasaran nasional maupun
internasional.
ISO
Sistem
Manajemen
Lingkungan
perusahaan
Showa
Indonesia
Manufacturing yakni melindungi dan memelihara kelestarian alam dan seisinya, membuang
sampah/limbah sesuai dengan jenis/tempat yang telah ditentukan, membuang limbah B3
harus dengan tempat khusus, dikemas rapat dan tidak tercecer sehingga tidak mencemari area
sekitar, mengikuti instruksi kerja, SOP (Standard Operational Procedure), Point Card, dan
MSDS dengan benar, disiplin dan tanggungjawab, berusaha mencegah terjadinya kebocoran
(gas, air, dll) yang berdampak negatif, jangan melakukan pemborosan energi, lakukan
aktivitas 5S/5R dengan baik dan benar.
Kegiatan produksi di Showa Indonesia Manufacturing mengolah bahan baku mulai
dari machining material sampai dengan assembling (perakitan). Penjelasan secara matematis
proses pembuatan shock di dalam perusahaan yaitu komponen shock absorber ada bagian
yang dinamakan Bt Tube, dimana bagian ini dibuat melalui proses machining dan welding.
Pada proses awal pembuatannya, part ini berupa pipa panjang yang dipotong sesuai dengan
ukuran yang ditentukan. Setelah itu potongan pipa ini akan mengalami serangkaian proses
machining dan welding. Permasalahan yang muncul adalah bottom tube dibuat dari pipa steel
dimana proses pembuatannya adalah dari lembaran sheet metal yang mengalami proses
rolling dan welding. Pada kasus tertentu, area welding pada pipa terdapat cekungan (under
cut). Apabila setelah proses machining maupun expanding masih dijumpai profil ini maka
kemungkinan Bt tube ini tidak dapat dipakai. Alasannya adalah karena pada nantinya pada
proses assembling pada bagian ini akan berisi gas nitrogen bertekanan tinggi. Gas ini tetap
tertahan dalam bottom tube juga pengaruh dari adanya oil seal yang nantinya berada pada
ujung bt tube ini. Jika pada area bt tube masih terdapat cekungan, maka dikhawatirkan gas N2
ini akan bocor. Bocornya gas ini tentunya merupakan masalah besar, karena akan berdampak
buruk pada performa dan tingkat keamanan dari shock absorber ini. Oleh karena itu alat leak
test ini berfungsi untuk mendeteksi adanya kontur cekungan pada area expanding. Walaupun
nantinya juga dilakukan serangkaian test kebocoran. Namun, diharapkan adanya
permasalahan ini dapat dideteksi sedini mungkin sehingga kegagalan proses dapat ditekan
sedini mungkin.
Alat yang digunakan untuk pengetesan merupakan modifikasi dari alat serupa yang
digunakan untuk cek kebocoran pada power steering. Karena kondisi pengetesan yang
digunakan pada power steering berbeda, maka perlu dilakukan serangkaian trial untuk
mendapatkan parameter setting dan kondisi pengetesan yang tepat. Semakin banyak variasi
matriks trial yang dilakukan, keakuratan data yang didapat semakin baik.
4.5. Produk Yang Dihasilkan
Showa Indonesia Manufacturing menghasilkan produk berupa steering steem dan
shock absorbers untuk motor. Pada shock motor dibagi menjadi 3 model yakni single action,
double action, oil filled and gas filled, serta model monoshock. Pada shock mobil (4 wheeler)
dibagi menjadi 3 model. Model pada mobil tersebut yaitu shock absorbers for automobiles
yang terbagi menjadi 2 bagian yakni strut type dan oil filled dan gas filled.
BAB V
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN
DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN
5.1 Karakteristik Kepemimpinan
Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip
keterbukaan terhadap karyawan dalam segi tukar pendapat, permasalahan urusan pekerjaan
dan ditunjang dengan jiwa disiplin di dalam urusan pekerjaan perusahaan apapun. Hal itu
dikarenakan pimpinan menduduki kursi tertinggi di divisinya masing-masing kebanyakan
memiliki pengalaman kerja dan sudah ahli di bidang yang digelutinya. Bila ada keperluan
dari karyawan yang sekiranya penting dan urgent maka pimpinan wajib menangani
permasalahan dan berperan menyelesaikan permasalahan secara musyawarah untuk mufakat.
Pimpinan di perusahaan Showa Indonesia Manufacturing dalam hasil penelitian
dijelaskan terbagi menjadi beberapa manajer. Manajer tersebut membawahi pada bidang
sesuai keterampilan dan bakat yang dimiliki (ada 10 bidang/divisi yaitu akuntansi, TI,
pemasaran, produksi, mesin, quality control, PPIC, Procurement, HRD dan perawatan mesin
dan peralatan). Pada proses rekruitmen karyawan yang paling berperan adalah HRD. Divisi
tersebut mengetahui sifat psikologi karyawan mana yang cocok dan bisa dipekerjakan di
perusahaan. SDM yang di Divisi HRD juga mengerti dan paham bagaimana cara menghadapi
orang dan menyampaikan pembicaraan juga bisa menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi.
Peraturan bagi para pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing sama dengan para
karyawan bawahan yang sudah disamaratakan. Yang membedakan adalah kedudukan atau
jabatan daripada pemimpin di Showa lebih dihormati. Pemimpin di Showa Indonesia
Manufacturing berhak memberikan instruksi kepada para karyawan dan mengatur sesuai
bidang pekerjaan dan divisi yang dipegangnya. Urusan perusahaan selalu ada proses rapat
koordinasi dengan para karyawan bawahan sehingga memperkecil terjadinya konflik sosial
atau kecemburuan sosial. Antara divisi 1 dengan divisi yang lain para manajer menjelaskan
sebelumnya bahwasanya kebijakan, hak, dan tanggungjawab berbeda. Pada dasarnya
peraturan yang telah dibuat perusahaan wajib ditaati dan dilaksanakan bagi seluruh SDM
perusahaan yang ada. Ketatnya peraturan perusahaan dan menjamin kondisi lingkungan yang
produktif seringkali menjadi hambatan dan tantangan bagi para pemimpin.
Para tenaga kerja di perusahaan cenderung dituntut untuk memperbaiki produktivitas
kerja dan didorong untuk senantiasa bersemangat bekerja. Kepala divisi perusahaan selalu
memotivasi karyawan dengan membangun dan membentuk jiwa giat pada karyawan sehari-
hari nya di jam kerja dengan rasa senang. Pimpinan bangga dan akan lebih senang lagi ketika
terjadi keberhasilan para karyawan bawahan pada kejadian dihadapkan program-program
tertentu khususnya dalam pembuatan suatu produk baru (inovasi) dari shock yang akan di
trial dan dipasarkan.
Pemimpin di Showa selalu memantau dan menyelidiki kinerja para anggotanya di
divisi yang dipimpinnya. Pemimpin di Showa menunjukkan kepedulian terhadap karyawan
yang baru mulai memasuki organisasi perusahaan, aturan yang diterapkan perusahaan
disampaikan ke calon karyawan baru pada masa training selama kurang lebih 1 tahun.
Pemimpin selalu membuka pertanyaan kepada anggota yang sudah terdaftar sebagai calon
karyawan yang akan memasuki perusahaan.
Pada kasus tertentu pemimpin menggunakan teknik M.B.O (Management By
Objective) di perusahaan untuk mencapai target dan sasaran yang ingin dicapai perusahaan.
Yang berperan penting dalam kemajuan perusahaan dalam hal assembling produk, dimotori
dan dilakukan oleh divisi engineering dalam proses cetak barang di perusahaan. Pimpinan
perusahaan berkewajiban melakukan pendekatan partisipatif kepada karyawan agar suasana
dan kondisi lingkungan dapat terjadi koordinasi kerja yang saling mendukung.
Pimpinan divisi di perusahaan Showa Indonesia Manufacturing memiliki jiwa maju
dan bekerja keras. Hal tersebut bisa diketahui dari pernyataan karyawan yang diukur dan
dinyatakan dengan hasil akhir, tingkat spesifik dan kerumitan bidang pekerjaan, dicapai pada
waktu yang tertentu dan tepat. Selain itu pemimpin berpengaruh besar terhadap karyawan
yang menjadi bawahan dan binaan dari divisinya. Manajer di perusahaan Showa Indonesia
Manufacturing tidak berhak menentukan gaji para karyawan kecuali bila manajer
mengusulkan ke direktur utama perusahaan.
Para pemimpin di dalam perusahaan Showa Indonesia Manufacturing mempunyai
kemampuan memberdayakan para karyawan sesuai Standar Operasional Prosedur perusahaan
yang telah ditetapkan dan disahkan secara legal. Manajer di Showa Indonesia Manufacturing
memperhatikan QWL (Quality of Work Life) untuk para karyawannya, dengan asumsi bahwa
manajer mewakili perusahaan pada saat itu membuat gugusan dan gagasan organisasi
perusahaan dan bersikap tegas dalam segala hal serta senantiasa memberikan arahan kepada
karyawan secara positive thinking. Pada dasarnya pimpinan merespon dengan cepat dan
penuh tanggung jawab terhadap permasalahan yang ada di dalam perusahaan. Para manajer
bersikap dominan dan bertindak tegas terhadap calon karyawan baru sehingga calon
karyawan baru dapat terampil dan lebih menguasai bidang pekerjaan.
Tabel 4. Skor Karakteristik Kepemimpinan Pada Divisi Produksi, HRD dan Marketing
Penilaian
No Karakteristik
Produksi
HRD
Marketing
.
Kepemimpinan
P
H
M
Perilaku
CB B
B
1
64.83
70.5
67.5
Pemimpin
B
B
B
2 Sikap Pemimpin
66.25
78.125
70.125
Tingkat
3 Kemampuan
67.17
73.83
68.67
B
B
B
Mempengaruhi
Keterangan: TB: Tidak Baik CB: Cukup Baik B: Baik SB: Sangat Baik
P: Produksi
H: HRD
M: Marketing
Dari tabel di atas dikatakan bahwa yang memiliki penilaian cukup baik terjadi pada
divisi produksi aspek perilaku pemimpin, hal itu dikarenakan beberapa karyawan masih sulit
dikontrol oleh para pemimpin dan belum terbiasanya menyamakan persepsi dari segi
pemikiran pimpinan dengan karyawan bawahan perusahaan. Selain aspek dan divisi yang
disebutkan bisa dikatakan baik dari karakteristik kepemimpinan yang ada di perusahaan yang
terjadi di divisi produksi, HRD dan marketing perusahaan Showa Indonesia Manufacturing.
5.2 Karakteristik Karyawan
Karyawan perusahaan Showa Indonesia Manufacturing mendapatkan perlakuan yang
adil dari para atasan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi kecemburuan sosial di antara
karyawan satu dengan yang lainnya. Atasan selalu berupaya mengembangkan kemampuan
SDM perusahaan baik secara teknis maupun teoritis dengan tujuan kinerja karyawan dapat
ditingkatkan. Karyawan Showa Indonesia Manufacturing memiliki minat yang sangat tinggi
untuk dipromosikan dalam hubungannya dalam karir di dalam organisasi perusahaan.
Karyawan bersikap proaktif dalam menjalankan penugasan pekerjaan dari atasan sehingga
proses manajemen kerja berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan.
Tabel 5. Skor Karakteristik Karyawan Pada Divisi Produksi, HRD, dan Marketing
No.
Karakteristik
Produksi
HRD
Marketing
1
Tk Keahlian
73.33
66.67
2
Tk. Pengetahuan
49.67
69
3
Tk. Pengalaman
75.25
72
4
Gaji
69.67
71
5
Umur
57
78.5
6
Status
55.5
50.5
7
Pendidikan
71.5
65
8
Lama Bekerja
68.5
65
Keterangan: TB: Tidak Baik CB: Cukup Baik
P: Produksi
H: HRD
P
B
TB
B
B
CB
CB
B
B
69.33
59.67
70.5
73
77
64
73
75.5
B: Baik
M: Marketing
Penilaian
H
M
B
B
B
CB
B
B
B
B
SB
SB
TB
CB
CB
B
CB
B
SB: Sangat Baik
Hasil perolehan dalam Tabel 5. sebagian besar menunjukkan penilaian baik, namun terjadi
pada penilaian tidak baik pada aspek tingkat pengetahuan di divisi produksi. Hal itu bisa
terjadi dikarenakan sebagian besar karyawan di divisi produksi belum mengetahui pekerjaan
secara keseluruhan dan masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan dan memecahkan
permasalahan dalam penugasan yang diberikan oleh pihak atasan. Penilaian cukup baik
terjadi pada aspek umur di divisi produksi, aspek status di divisi produksi dan marketing,
serta terjadi pada aspek lama bekerja di divisi HRD.
5.3
Hubungan Karakteristik Kepemimpinan dengan Tingkat
Pemberdayaan Organisasi.
Kondisi Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing terlihat kondusif dengan sistem
kelembagaan yang tertata dan manajemen yang profesional. Kedisiplinan para manajer dalam
bekerja dan mengkoordinasikan dengan bawahan dilihat di perusahaan tergolong dinamis.
Pemimpin sewaktu-waktu menyesuaikan dengan karyawan untuk berbaur mengerjakan tugas
dan pemimpin juga berorientasi pada instruksi pengerjaan tugas kepada para bawahannya.
Analisis Gaya kepemimpinan menurut Levin et al dalam Goldberg and Larson (1985)
ditunjukkan di perusahaan Showa Indonesia Manufacturing yang berpengaruh dalam
produktivitas kerja karyawan yaitu kepemimpinan demokrasi dimana kedudukan pemimpin
(manajer) di Showa mengarahkan dirinya dia sendiri dan berusaha memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk berkembang. Kasus yang sering dilakukan oleh pimpinan yaitu
ketika sebuah project diberikan kepada salah satu manajer untuk mendesainkan bentuk
shockbreaker maka manajer team ditunjuk untuk menyelesaikan tugas dan manajer tentu saja
merapatkan kepada para anggotanya agar solusi pembuatan produk bisa berjalan dengan
lancar. Peran manajer adalah mengendalikan bawahannya dan memberikan tugas kepada
bawahannya untuk berpikir. Selain itu peran manajer saat itu berusaha mendapatkan
partisipasi karyawannya, karena tidak bisa mengerjakan dengan cara sendirian.
Pada dasarnya aspek semakin keingintahuan para karyawan memecahkan suatu kasus
maka dirinya akan merasa puas diiringi dengan peningkatan produktivitas kerja. Puas
diartikan akan ada insentif tambahan (luar gaji pokok) kepada para karyawan karena telah
membantu mengerjakan project. Hal itu sudah biasa dilakukan perusahaan semata-mata
hubungan timbal balik yang positif, apresiatif atas prestasi kerja karyawan. Pemimpin sering
kali mengingatkan kepada para karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai di jam kerja.
Banyak karyawan di Showa Indonesia Manufacturing meminta jam tambahan kerja, dengan
asumsi mendapatkan tambahan penghasilan yang sifatnya sebagai penunjang.
Upaya pengambilan keputusan oleh pimpinan terhadap karyawan dilakukan secara
tepat dan efektif melalui gaya instruksi dan gaya konsultasi. Sesuai dengan Thoha (2001)
bahwasanya instruksi di Showa Indonesia Manufacturing para pimpinan menggunakan dialog
dengan para pekerja secara langsung atau face to face dengan memberikan mekanisme
pelaksanaan baik dalam urusan penugasan kerja maupun hubungan pekerjaan lainnya.
Sedangkan konsultasi dapat dilihat dengan pengarahan yang dilakukan saat group meeting
dalam urusan pembagian kerja (job description) masing-masing karyawan. Faktor
kewibawaan seorang pemimpin dalam pengendalian karyawan sangat penting, sehingga
secara tidak langsung menggerakkan karyawan untuk lebih produktif dalam bekerja.
Tabel 6. Koefisien Korelasi Range Spearman: Hubungan Karakteristik Kepemimpinan
dengan Tingkat Pemberdayaan Organisasi.
Tingkat Pemberdayaan Organisasi
Karakteristik
No.
Intensitas
E.T. Pengalaman Kerja
Kepemimpinan
Training (Y1.1)
Manajer (Y1.2)
1 Perilaku Pemimpin (X1.1)
-0.008
0.032
2 Sikap (X1.2)
0.058
0.032
Tingkat Kemampuan
3
0.134
0.252*
Mempengaruhi (X1.3)
Perilaku pemimpin dengan Intensitas Training di dalam perusahaan Showa Indonesia
Manufacturing memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0.008 dengan nilai peluang sebesar
0.943. Dengan nilai peluang >0.1 berarti tidak ada hubungan yang nyata di antara kedua
subvariabel tersebut. Pada pengukuran subvariabel perilaku pemimpin dengan efektivitas
transformasi pengalaman kerja manajer juga tidak terdapat hubungan yang nyata, hal itu bisa
ditunjukkan bahwa nilai koefisien korelasinya sebesar 0.032 dengan nilai peluang yang > 0.1
yaitu sebesar 0.786.
Pada subvariabel sikap dengan intensitas training memiliki nilai koefisien korelasi
sebesar 0.058 dengan nilai peluang sebesar 0.624. Hal itu berarti nilai peluang yang >0.1,
menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara kedua subvariabel tersebut. Pada uji
korelasi sikap dengan efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer menghasilkan nilai
koefisien korelasi sebesar 0.032 dengan nilai peluang sebesar 0.783. Nilai peluang tersebut
menunjukkan tidak adanya hubungan diantara kedua subvariabel, dengan alasan >0.1.
Pada sub variabel tingkat kemampuan mempengaruhi dengan intensitas training
memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.134 dengan nilai peluang sebesar 0.251. Nilai
peluang pada kedua subvariabel tersebut menunjukkan bahwa tidak hubungan yang nyata,
karena nilai peluang > 0.1. Pada uji korelasi sub variabel tingkat kemampuan mempengaruhi
dengan efektivitas pengalaman kerja manajer terjadi hubungan yang nyata dengan nilai
korelasi sebesar 0.252* dengan nilai peluang 0.029. Nilai peluang 0.029 tersebut
menunjukkan nilai peluang pada taraf nyata 0.05. Artinya hubungan positif di antara kedua
subvariabel adalah semakin besar komitmen daripada pemimpin untuk mempengaruhi
karyawan maka semakin banyak pengalaman yang diberikan kepada karyawan di perusahaan
terkait dengan skill dan kemampuan melakukan pekerjaan hingga selesai dan tuntas sesuai
dengan keinginan manajer.
5.4. Hubungan Karakteristik Karyawan dengan Tingkat Pemberdayaan
Organisasi.
Hubungan antara karakteristik karyawan dengan tingkat pemberdayaan organisasi
Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing ternyata yang paling berpengaruh besar adalah
aspek tingkat keahlian. Hubungan tersebut bersifat significant (sangat nyata) pada taraf nyata
<0.01. Selain itu terjadi hubungan yang nyata pada aspek pendidikan pada taraf nyata <0.05.
Kedua aspek tersebut bisa berpengaruh nyata dikarenakan kesesuaian ciri perilaku yang
dibawa karyawan dengan proses belajar yang berlangsung di perusahaan terjadi pemahaman
akan materi pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan oleh atasan. Karyawan juga
berusaha menyesuaikan dan menerapkan keahlian di dalam urusan penyelesaian penugasan
pekerjaan dari atasan. Aspek lainnya yang nampak juga terjadi pada umur terhadap
pemberdayaan organisasi dan lama bekerja terhadap aspek intensitas training.
Tabel 7. Koefisien Korelasi Range Spearman: Hubungan Karakteristik Karyawan dengan
Tingkat Pemberdayaan Organisasi.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Karakteristik Karyawan
(X2)
Tk. Keahlian (X2.1)
Tk. Pengetahuan (X2.2.)
Pengalaman (X2.3)
Gaji (X2.4)
Umur (X2.5)
Status (X2.6)
Pendidikan (X.2.7)
Lama Bekerja (X2.8)
Tingkat. Pemberdayaan Organisasi (Y1)
E.T.
Intensitas Training (Y1.1)
Pengalaman
Kerja (Y1.2)
0.426**
0.344**
0.123
-0.095
0.017
0.003
0.077
-0.026
0.220
0.094
-0.119
-0.112
0.267*
-0.192
0.197
0.101
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa tingkat keahlian dengan intensitas training di Showa
Indonesia Manufacturing memiliki hubungan yang nyata dengan koefisien korelasi 0.426 dan
memiliki nilai peluang 0.000. Kemudian tingkat keahlian dengan efektivitas pengalaman
manajer menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0.344 dengan nilai peluang 0.003. Taraf
nyata diperoleh dengan p<0.1 sehingga terjadi hubungan yang positif antara tingkat keahlian
dengan intensitas training dan tingkat keahlian dengan efektivitas pengalaman manajer. Dari
data yang diperoleh hal itu berarti bahwasanya semakin butuhnya pendidikan dan
keterampilan (keahlian) di pihak karyawan baik karyawan baru maupun karyawan lama maka
semakin tinggi (banyak) pelatihan (training) yang diberikan dari pihak perusahaan kepada
karyawan. Semakin tinggi keahlian karyawan yang ada di perusahaan Showa maka
transformasi pengalaman kerja yang diberikan para manajer ke para karyawan juga semakin
efektif.
Koefisien korelasi tingkat pengetahuan dengan intensitas training sebesar 0.123 dengan
nilai peluang 0.292. Karena nilai peluang >0.1 maka tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan intensitas training. Hal itu juga terjadi pada tingkat pengetahuan dengan
efektivitas transformasi pengalaman kerja yang bisa dilihat nilai koefisien korelasi sebesar 0.95 dengan nilai peluang 0.419. Nilai peluang tersebut >0.1 sehingga bisa dikatakan tidak
ada keterkaitan yang nyata.
Pada subvariabel pengalaman dengan intensitas training terlihat koefisien korelasi
sebesar 0.017 dengan nilai peluang 0.884, sedangkan subvariabel pengalaman dengan
efektivitas transformasi kerja terlihat pada perhitungan range spearman nilai peluangnya
sebesar 0.98. kedua nilai peluang tersebut >0.1 sehingga bisa dikatakan bahwasanya di
perusahaan Showa Indonesia Manufacturing tidak ada hubungan yang nyata antara
pengalaman dengan intensitas training serta tidak ada hubungan yang yata antara pengalaman
dengan intensitas training.
Gaji dengan intensitas training memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.077 dan nilai
peluangnya adalah 0.512, kemudian subvariabel gaji dengan efektivitas transformasi
pengalaman kerja memiliki koefisien korelasi sebesar -0.026 dengan nilai peluang sebesar
0.822. nilai peluang kedua nya menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata, karena nilai
peluang tersebut >0.1 .
Perhitungan subvariabel umur dengan intensitas training didapat koefisien korelasi
0.220 dengan nilai peluang sebesar 0.058. Nilai peluang tersebut berada dalam taraf nyata
yakni <0.1 sehingga bisa dikategorikan memiliki hubungan yang nyata di kedua subvariabel
tersebut dan berkorelasi positif. Korelasi positif maksudnya adalah semakin bertambahnya
umur maka semakin bertambah pula intensitas training yang diberikan dan memberikan
kontribusi yang nyata bagi kemajuan perusahaan. Korelasi positif tersebut juga mendorong
semakin produktifnya karyawan dalam bekerja di lingkungan perusahaan. sedangkan
subvariabel umur dengan efektivitas transformasi kerja diperoleh nilai koefisien korelasi
0.094 dengan nilai peluang 0.423. Nilai peluang tersebut >0.1 sehingga tidak ada hubungan
yang nyata antara umur dengan efektivitas transformasi kerja di perusahaan Showa Indonesia
Manufacturing.
Status dengan intensitas training memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0.119
dengan nilai peluang sebesar 0.309, sedangkan status dengan efektivitas transformasi kerja
memiliki koefisien korelasi sebesar -0.112 dengan nilai peluang 0.341. Kedua nilai peluang
tersebut menyatakan nilai tersebut >0.1, sehingga bisa dikatakan bahwasanya tidak ada
hubungan yang nyata diantara kedua subvariabel tersebut.
Pendidikan dengan intensitas training memiliki koefisien korelasi sebesar 0.267 dengan
nilai peluang 0.021. Hal itu berarti memiliki hubungan yang nyata karena nilai peluang <0.1.
hubungan tersebut bersifat positif semakin tinggi ilmu yang diperoleh maka intensitas
training yang diberikan perusahaan kepada karyawan juga semakin banyak. Kemudian bisa
dilihat pendidikan dengan efektivitas transformasi pengalaman kerja memiliki nilai korelasi
koefisien 0.192 dan peluangnya bernilai 0.099. Nilai peluang tersebut menunjukkan
bahwasanya pendidikan berkaitan dan memiliki hubungan yang nyata dengan efektivitas
transformasi kerja karena nilai peluang < 0.1.
Data yang diperoleh didapatkan subvariabel lama bekerja dengan intensitas training
memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.197 dengan nilai peluang 0.091. Hal itu berarti
bahwa terdapat hubungan yang nyata antara lama bekerja dengan intensitas training, artinya
semakin lama karyawan bekerja di dalam perusahaan maka akan semakin banyak training
yang diterima yang bisa berdampak bagi karyawan semakin bisa menguasai keterampilan di
dalam perusahaan Showa Indonesia Manufacturing. Aspek lama bekerja dengan efektivitas
transformasi pengalaman kerja manajer tidak memiliki hubungan yang nyata karena nilai
peluang nya >0.1 yakni sebesar 0.388 dengan nilai koefisien korelasi 0.101.
BAB VI
PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN
TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN
6.1. Pemberdayaan Organisasi Perusahaan
Pemberdayaan organisasi perusahaan Showa Indonesia Manufacturing terdiri dari
stuktur kelembagaan, peraturan perusahaan, dan manajerialisasi sumberdaya manusia. Proses
manajemen terlihat pada proses seleksi karyawan yang akan memasuki organisasi perusahaan
dan pembinaan arahan kebijakan, keterampilan, dan penyesuaian dengan lingkungan kerja.
Perusahaan menitikberatkan pada pengelolaan karyawan baru dengan training. Prosesi
training dimulai dengan observasi kawasan industri perusahaan hingga proses metabolisme
produksi di lingkungan kerja perusahaan Showa Indonesia Manufacturing. Observasi tersebut
mencakup keadaan sirkulasi manufaktur kawasan industri JABABEKA dan urusan
transportasi penyaluran produk perusahaan dalam hal ini keluar dari lingkungan kerja.
Maksud perusahaan dalam urusan itu adalah apabila sewaktu waktu ditugasi melakukan
hubungan dan koordinasi dengan vendor perusahaan. Metabolisme perusahaan sendiri
mencakup pembelian raw material, mendesain produk, mencetak produk, proses transaksi,
hingga proses distribusi produk. Perusahaan berupaya melakukan perbaikan hubungan
kepada karyawan tetap/lama perusahaan yakni memberikan pelayanan pada program
penyegaran jasmani dan rohani. Penyegaran jasmani diadakan dengan senam bersama setiap
hari minggu pagi dan di pagi hari sebelum jam kerja diadakan apel pagi. Penyegaran rohani
diberikan perusahaan melalui pengajian di masjid perusahaan setiap malam jumat dan
minggu malam. Perusahaan menganggap keterampilan dan kemampuan karyawan baru cukup
memadai karena sebelumnya telah dilakukan test ulang mengenai orang-orang yang
kompeten dan berkomitmen tinggi untuk mampu berbuat banyak atau berkontribusi besar
bagi perusahaan. Di perusahaan Showa Indonesia Manufacturing terlihat para pimpinan divisi
yang berperan pada pengangkatan karyawan tetap, karena setiap hari melihat kinerja dan
melakukan pantauan terhadap karyawan-karyawan yang baru mulai bekerja.
Karyawan wajib diberikan bekal agama agar tidak hanya mementingkan duniawi
saja melainkan surgawi. Maksud positif perusahaan tentu saja mengantisipasi bagi
karyawan untuk tidak berbuat curang (korupsi) terhadap keuangan perusahaan. (Bapak Sgy,
45 tahun kepala marketing).
Pelatihan yang diberikan pimpinan dan karyawan senior terhadap karyawan yang baru
memasuki organisasi perusahaan diterima dengan senang hati dan setiap kali diterangkan
selalu diperhatikan dengan baik. Pada umumnya pemimpin langsung mengarahkan
pandangan karyawan ke alat/mesin untuk melakukan percobaan, sehingga mengefisensikan
waktu dan lebih cepat tanggap dengan pekerjaan yang nantinya akan dilakukan karyawan
baru. Karyawan di Showa Indonesia Manufacturing merasa pelatihan diberikan sangatlah
berpengaruh besar terhadap kemajuan perusahaan karena faktor sumberdaya manusia
berperan penting dalam mengoperasikan fasilitas produksi perusahaan.
Fokus utama pemberdayaan organisasi adalah komunikasi antara pimpinan dan
karyawan. Kedua belah pihak saling bekerjasama agar harapan dan tujuan perusahaan
tercapai. Penilaian kinerja training ditunjukkan dengan keefektivitasan transformasi
pengalaman kerja seorang manajer team kepada bawahannya (karyawan). Manajer bertindak
sebagai leader grup penentu waktu selesai pengerjaan produk, memberikan penugasan,
mengarahkan cara pembuatan, dan memberikan keputusan lainnya. Manajer perusahaan
menuntut karyawan untuk bekerja sungguh-sungguh sesuai dengan rencana yang dibuat
atasan. Di Showa Indonesia Manufacturing, manajer menitikberatkan pada hasil yang dicapai
dengan sistem pendampingan karyawan. Manajer bertindak sesuai dengan prosedur yang ada
dan mencoba mengenal lebih dekat dengan para karyawan sehingga tercipta hubungan yang
baik dan kerjasama yang intensif.
Tabel 8. Skor Tingkat Pemberdayaan Organisasi Pada Divisi Produksi, HRD, dan Marketing
Penilaian
No
aspek
Produksi
HRD Marketing
P
H
M
1 Intensitas Training
73.2
73.4
76.7
B
B
SB
2 E.T. Pengalaman
75.2
75.7
73.6
B SB
B
kerja
Keterangan: TB: Tidak Baik CB: Cukup Baik B: Baik SB: Sangat Baik
P: Produksi
H: HRD
M: Marketing
Dari hasil Tabel 8. dapat dilihat yang memiliki penilaian sangat baik terjadi pada
aspek intensitas training di divisi marketing dan aspek efektivitas pengalaman kerja pada
divisi HRD. Selain aspek dan divisi tersebut bisa dikatakan baik untuk tingkat pemberdayaan
organisasi perusahaan di divisi produksi, HRD, dan Marketing.
6.2. Tingkat Produktivitas Karyawan
Karyawan Showa Indonesia Manufacturing berjumlah 3000 orang memiliki akses
dan kontrol dalam mengembangkan perusahaan. Kinerja karyawan Showa selalu dipantau
dan diamati para pimpinan mengingat sektor bisnis perusahaan yaitu profit oriented.
Pengukuran tingkat produktivitas karyawan dilihat dari segi motivasi kerja terjadi
peningkatan dari waktu ke waktu, hal itu dibuktikan dengan kesungguhan dan komitmen para
karyawan mengolah bahan baku produksi menjadi barang jadi dan siap jual di pasaran.
Kenyamanan dalam penggunaan sarana dan prasarana di lingkungan kerja menjadi faktor
pemicu semangat karyawan. Sarana dan prasarana yang ada di dalam perusahaan berupa
peralatan mesin, mobil box pengantaran produk, ruang tata tanaman, kamar mandi, kantin,
areal parkir, dan jaminan keselamatan kerja di dalam ruang kerja (alat pemadam kebakaran,
jaket pelindung kerja, sepatu boat, dan kacamata pelindung). Perusahaan menuntut karyawan
untuk tidak bekerja secara individu, melainkan bekerja secara teamwork. Alasan tersebut
sangat penting dalam memajukan perusahaan, terutama dalam hubungan internal perusahaan.
Antara sumberdaya manusia satu dengan yang lain diharapkan akrab dan saling bekerjasama
dan saling melengkapi. Kekuatan teamwork bagi perusahaan menjadi hal yang sangat
prioritas, karena ketika tidak bisa membangun kebersamaan maka akan terjadi kehancuran di
waktu yang akan datang. Upaya yang dilakukan perusahaan dalam membangun teamwork
seperti training oleh para senior perusahaan dan luar perusahaan (mendatangkan pakar
motivasi), selain itu perusahaan juga memberikan waktu di saat liburaan kerja mengadakan
outbond karyawan di luar perusahaan misalnya di kawasan puncak, Bogor.
Karyawan di Showa Indonesia Manufacturing ditempatkan pimpinan pada bidangnya
masing-masing sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Kemampuan dan
keterampilan calon karyawan dilihat secara psikologi dan pendidikan yang diperoleh ketika
calon karyawan belajar di lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta. Pada umumnya
karyawan yang direkrut perusahaan memiliki kemampuan dasar bidang keteknikan dan
hubungan mesin. Karyawan yang dipilih dan diterima di perusahaan untuk mengikuti masa
training selama satu tahun wajib mengikuti ujian kembali oleh pihak perusahaan dengan
proses seleksi selanjutnya untuk ditetapkan sebagai karyawan tetap ataukah masih ditetapkan
sebagai karyawan kontrak dan bahkan ada yang dikeluarkan dari perusahaan karena dianggap
para
pimpinan
perusahaan
tidak
layak
masuk
ke
bagian
perusahaan
dengan
mempertimbangkan prestasi dan kinerja karyawan yang bersangkutan. Karyawan yang
melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan biasanya ditegur terlebih dahulu oleh para
pimpinan departemen Showa, kemudian menyadarkan ke karyawan yang bersangkutan untuk
tidak mengulangi kembali perbuatan yang telah dilakukan. Karyawan memiliki SOP yang
telah dibuat kesepakatan para pimpinan perusahaan dengan tujuan memberdayakan dan
mengarahkan karyawan. Karyawan tentu saja termotivasi terhadap keberadaan SOP
perusahaan.
"Bila tidak mengikuti SOP kita bisa di PHK dari perusahaan, masalahnya mereka yang lebih
berkuasa dan memiliki kekuatan dalam pengelolaan perusahaan". (A.S, 22 tahun, karyawan
engineering)
Karyawan juga terlihat dengan prestasi kerja karyawan yang dilakukan dan tingkat
kemampuan kerja. Apabila karyawan bisa memecahkan permasalahan dalam suatu project
besar sesuai deadline yang telah ditentukan maka diberikan bonus untuk hasil yang telah
dicapai karyawan. Sebagian besar karyawan belum merasa ahli pada bidang yang digeluti, hal
itu dikarenakan untuk mencetak produk atas permintaan customer berbeda bentuk, postur,
model, dan perancangan. Selain itu alat untuk mencetaknya juga harus berbeda. Biasanya
untuk project pembuatan diberikan waktu satu minggu harus sudah selesai sampai trial dan
layak di cetak. Waktu yang lama adalah saat merancang desain pekerjaan untuk membuat
produk, dan untuk memperbanyak produk waktunya lebih singkat. Karyawan ketika
diberikan pekerjaan baru dalam urusan desain pekerjaan selalu tertarik dan jiwa
keingintahuan sangat tinggi. Motivasi ini muncul didorong karena karyawan ingin
mendapatkan penghasilan tambahan dengan kerja lembur di perusahaan.
Karyawan Showa Indonesia Manufacturing memiliki jiwa yang cukup tinggi dalam
hal penanganan pekerjaan dan penugasan yang disampaikan oleh pihak atasan, serta
pimpinan mengusahakan mendampingi dan membimbing karyawan sesuai SOP perusahaan.
Pimpinan memiliki peranan sebagai pemicu atau penggerak dalam lingkup perusahaan
asumsinya memberdayakan karyawan agar terus produktif bekerja. Sumberdaya manusia di
Showa telah menguasai dasar ilmunya di jenjang pendidikan akademik formal sebelumnya
(contohnya SMK, S1, S2, dan S3) sehingga perusahaan langsung menerapkan pola pelatihan
yang berkaitan secara teknis dalam operasioanal peralatan dan sirkulasi perusahaan lainnya.
Karyawan berlomba lomba untuk mendapatkan prestasi kerja yang baik, meskipun ada
beberapa yang belum mampu dan belum bisa bonafit menjalankan amanah perusahaan.
Karyawan juga mendapatkan kenyamanan bekerja yang kondusif, sehingga meminimalisir
rasa jenuh yang dihadapinya.
Tabel 9. Skor Produktivitas Karyawan Pada Divisi Produksi, HRD, dan Marketing
Penilaian
No Aspek Produktivitas Produksi HRD Marketing
.
Karyawan
P
H
M
1 Motivasi Kerja
72.67
78.67
78.83
B SB SB
2 Prestasi Kerja
66
73
60.33
B
B
CB
3 Tingkat
70.5
76.75
75
B SB
B
Kemampuan Kerja
4 Tingkat Kepuasan
78.67
64
77.33
SB CB SB
Kerja
5 Tingkat
65.75
70
69.5
B
B
B
Kenyamanan Kerja
Keterangan: TB: Tidak Baik CB: Cukup Baik B: Baik SB: Sangat Baik
P: Produksi
H: HRD
M: Marketing
Dari Tabel 9. yang diperoleh bisa dikatakan bahwasanya di tiga divisi Perusahaan
Showa Indonesia Manufacturing pada tingkat produktivitas karyawan yang sangat baik
terjadi pada aspek motivasi kerja pada divisi HRD dan Marketing, aspek tingkat kemampuan
kerja pada divisi HRD dan aspek kepuasan kerja pada divisi Produksi dan Marketing.
Sedangkan aspek yang mendapatkan penilaian cukup baik terjadi pada aspek prestasi kerja di
divisi Marketing dan aspek tingkat kepuasan kerja pada divisi HRD. Selain pada aspek dan
divisi yang disebutkan, bisa dikatakan baik di dalam divisi produksi, HRD, dan Marketing
perusahaan Showa Indonesia Manufacturing.
6.3.
Hubungan Pemberdayaan Organisasi
Produktivitas Kerja Karyawan.
Perusahaan
terhadap
Tingkat
Pengadaan training bagi karyawan dinilai besar pengaruhnya bagi kemajuan
perusahaan, mengingat sumberdaya manusia sebagai eksekutor fasilitas perusahaan
memproduksi barang. Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing menerapkan teknik
manajemen organisasi dengan tujuan mendapatkan sumberdaya yang berkualitas dan siap
guna. Yang menjadi konsentrasi pimpinan dalam kegiatan training adalah peningkatan karya,
bakat, dorongan motivasi kerja, dan daya imajinasi. Selain itu, perusahaan menitikberatkan
pada aspek moralitas kepada karyawan agar taat pada aturan dan tidak bertindak sembarang
di tempat mereka bekerja. Dalam kegiatan training karyawan dituntut mengikuti pelatihan
dengan penuh tanggungjawab, karena karyawan telah menjadi bagian dari organisasi
perusahaan.
Hubungan pemberdayaan organisasi dengan produktivitas karyawan terlihat nyata
pada kinerja manajer yang memberikan dorongan untuk terus profesional bekerja. Manajer
sudah mengetahui kompetensi karyawan ketika dilakukan rekruitmen tenaga kerja sehingga
manajer dapat membagi tenaga kerja ke divisi organisasi perusahaan secara tepat. Kewajiban
manajer adalah memperbaiki program di dalam perusahaan, merencanakan karier, dan
melakukan penilaian prestasi kerja karyawan. Simulasi pimpinan di Showa setiap hari
dilakukan terhadap karyawan, karena untuk
mendorong agar jiwa bekerja tidak malas.
Misalnya diadakan apel pagi tiap hari dan bertemu langsung membicarakan pekerjaan yang
sedang dihadapi.
Perusahaan
memberikan
kesejahteraan
kepada
karyawan
Showa
Indonesia
Manufacturing dengan menaikkan gaji pokok setiap 6 bulan sekali. Di luar itu perusahaan
memberikan insentif tambahan (bonus) ketika karyawan bekerja di luar jam kerja. Alasan
perusahaan menaikkan gaji dikarenakan untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan
menjaga hubungan karyawan agar mau dan terus bekerja di perusahaan. Perusahaan juga
memberikan fasilitas penunjang di dalam perusahaan misalnya perpustakaan, masjid, kamar
mandi, ruang bekerja yang kondusif, dan kantin (jam istirahat kerja 15 menit) ketika
karyawan sedang kosong dan bisa makan di lingkungan perusahaan.
Faktor usia karyawan juga diperhatikan perusahaan dalam urusan pekerjaan. Biasanya
umur yang sudah di atas 40 tahun sudah tidak bekerja kembali di lapang, melainkan bekerja
di bagian pengembangan hubungan luar dan invetarisasi peralatan dan mesin. Selain itu juga
mengelola karyawan yang masih muda-muda. Kedudukan orang yang lebih tua lebih dihargai
dan dihormati di perusahaan. Perusahaan tidak membedakan laki-laki maupun perempuan
dalam hal urusan pekerjaan di perusahaan. Perusahaan komitmen kepada para karyawan
untuk bekerja sesuai di jam yang telah ditentukan. Bagi kaum perempuan harus menerima
apa yang yang diinstruksikan pimpinan untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Di
perusahaan yang berstatus perempuan berjumlah 400 orang, sedangkan karyawan yang lain
diisi oleh laki-laki. Karyawan di dalam organisasi perusahaan tentu diperlakukan adil baik
yang sudah senior (lama bekerja) maupun karyawan yang baru masuk. Bedanya karyawan
baru masih perlu banyak belajar dan minta arahan kepada pimpinan atau senior. Anggota
organisasi perusahaan hampir seluruhnya berpendidikan keteknikan, karena sumberdaya
manusia dituntut untuk menguasai dan mengoperasikan mesin, komputer, peralatan berat,
maupun peralatan lain yang ada di perusahaan.
Karyawan bisa produktif bekerja dengan lingkungan yang nyaman dan suasana yang
aman dari kecelakaan. Pada umumnya karyawan yang bekerja merasa senang dengan kondisi
di lingkungan mereka bekerja, meskipun ada beberapa yang kurang nyaman sehingga
menyebabkan munculnya rasa malas pada diri karyawan. Apabila kejadian seperti itu diketahi
pimpinan, karyawan yang bersangkutan wajib mendapatkan teguran dan apabila diulangi
kembali akan dilakukan training moral. Peran pimpinan sebagai penghubung perusahaan
dengan karyawan penting bagi pelayanan keamanan dan kenyamanan bagi karyawan yang
bekerja.
Contoh
sederhana
di
Showa
Indonesia
Manufacturing
yaitu
pimpinan
memberitahukan bahwasanya untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan (mengancam
fisik karyawan) maka menggunakan fasilitas protektor tubuh itu penting. Perusahaan
memberikan alat perlindungan, misal berupa masker, sepatu boat, topi atau yang lain. 
"Kalau sepatu boat dan masker tidak digunakan, nanti tubuh saya bisa kemasukan
benda berupa unsur berat seperti besi atau percikan api menyengat kulit. Itu perlu digunakan
saat kita mengoperasikan mesin dan mengangkat peralatan berat. Saya merasa aman dan
nyaman dengan memakai perlengkapan seperti ini. Apalagi saya sudah terbiasa pakai."
(HSN, 22 tahun karyawan produksi).
Pimpinan selalu menunjukkan jiwa profesional terhadap karyawan ketika karyawan
malas, maka langsung ditegur. Biasanya para pimpinan menegur di saat jam kerja, ada yang
duduk-duduk dan bersantai-santai. Reflek cepat pimpinan dibutuhkan perusahaan. Karyawan
nanti juga akan merasa sadar untuk kembali beraktivitas dengan pekerjaan yang akan
dikerjakan. Hal itu dilakukan karena menjunjung kedisiplinan kerja dan efektivitas
keorganisasian perusahaan berjalan dengan baik dan terus stabil.
Beberapa aspek di dalam pemberdayaan organisasi khusunya aspek intensitas training
yang berpengaruh nyata atau sangat nyata terhadap tingkat produktivitas organisasi adalah
motivasi kerja karyawan, tingkat kepuasan kerja, dan tingkat kemampuan kerja karyawan.
Sedangkan efektivitas transformasi kerja manajer yang berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas karyawan adalah aspek tingkat kemampuan kerja karyawan (nilai peluang <0.1)
dengan tingkat kenyamanan kerja (nilai peluang < 0.05).
Tabel 10. Koefisien Korelasi Range Spearman: Hubungan Pemberdayaan organisasi dengan
Produktivitas Karyawan
Tingkat Produktivitas Karyawan (Y2)
Tingkat
Tingkat
Motivasi Prestasi
Tingkat
Tingkat
Pemberdayaan
Kepuasan
Kerja
Kerja
Kemampuan
Kenyamanan
Organisasi (Y1)
Kerja
(Y2.1)
(Y2.2)
Kerja (Y2.3)
Kerja (Y2.5)
(Y2.4)
Intensitas
0.330**
0.148
0.237*
0.207
0.059
Training (Y1.1)
E.T Pengalaman
Kerja Manajer
0.176
0.162
0.219
0.158
0.276*
(Y1.2)
Intensitas Training dengan motivasi kerja memilik hubungan yang signifikan, hal itu
ditunjukkan dengan nilai korelasi 0.330 dengan taraf nyata <0.01 dan dengan nilai peluang
sebesar 0.004. Semakin banyak materi training yang diberikan maka semakin besar pula
motivasi yang terbentuk dan kesiapsiagaan dalam menangani pekerjaan. Hubungan Intensitas
training dengan prestasi kerja karyawan terlihat dalam perhitungan besarnya nilai koefisien
korelasi 0.148 dan nilai peluangnya 0.204. Besarnya nilai peluang tersebut > 0.1 sehingga
bisa dikatakan tidak ada hubungan yang nyata antara intensitas training dan prestasi kerja
karyawan. Kemudian Intensitas training diukur dengan tingkat kemampuan kerja bisa
diketahui nilai koefisien korelasinya sebesar 0.237*, dengan nilai peluang sebesar 0.040.
Keterangan tersebut bisa dikatakan terdapat hubungan yang nyata dan bersifat positif, artinya
semakin rutin aktivitas training yang diberikan kepada tenaga kerja maka tingkat kemampuan
kerja karyawan juga semakin meningkat. Intensitas training dengan tingkat kepuasan kerja
memiliki nilai koefisien korelasi 0.207 dan bernilai peluang sebesar 0.075, artinya memiliki
hubungan yang nyata antara kedua subvariabel tersebut, semakin besar nilai intensitas
training maka semakin tinggi rasa kepuasan yang dimiliki para karyawan yang ada di dalam
perusahaan Showa Indonesia Manufacturing. Intensitas training dengan tingkat kenyamanan
bekerja memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.059 dengan nilai peluang 0.614, artinya
tidak ada hubungan yang diantara kedua subvariabel tersebut dikarenakan nilai peluang >0.1.
Efektivitas Transformasi Pengalaman Kerja Manajer dengan motivasi kerja memiliki
nilai koefisien korelasi sebesar 0.176 dengan nilai peluang 0.131. Hal itu berarti tidak ada
hubungan yang nyata antara kedua komponen tersebut, alasannya adalah nilai peluang >0.1.
Pada perhitungan range Spearman berikutnya dilihat dari sisi efektivitas transformasi
pengalaman kerja Manajer terhadap prestasi kerja. Besarnya nilai koefisien korelasi adalah
0.162 dengan nilai peluang 0.165. Nilai peluang tersebut tergolong di luar taraf nyata yakni
>0.1 sehingga bisa dikatakan tidak ada hubungan yang nyata di antara kedua variabel
tersebut. Efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer dengan tingkat kemampuan kerja
karyawan memiliki nilai koefisien 0.219 dengan nilai peluang sebesar 0.059. Kedua
subvariabel tersebut terdapat hubungan yang nyata karena nilai peluang yang dimiliki <0.1,
selain itu bersifat positif atau berbanding lurus. Artinya semakin besar efektivitas
transformasi pengalaman kerja manajer maka semakin meningkat pula kemampuan kerja
karyawan. Tindakan manajer dalam pemberian keterampilan yang bermula dari pengalaman
selama dia bekerja kepada karyawan memberikan dampak menstimulus karyawan untuk aktif
dan terpicu mampu menyelesaikan permasalahan permasalahan yang terjadi di perusahaan.
Selanjutnya, efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer terhadap tingkat kepuasan
0.158 dengan nilai peluang sebesar 0.176. Kedua subvariabel tersebut tidak memiliki
hubungan yang nyata, nilai peluang >0.1. Efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer
terhadap tingkat kenyamanan bekerja karyawan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar
0.276* dan bernilai peluang 0.017 sehingga bisa dikatakan terjadi hubungan yang nyata
diantara kedua subvariabel tersebut. Nilai peluang yang terjadi dalam perhitungan pada taraf
0.05 dan sifat daripada hubungan tersebut adalah berbanding lurus. Artinya berbanding lurus
adalah semakin tinggi dorongan manajer untuk memberikan ilmu berupa pengalaman selama
dia bekerja di dalam perusahaan kepada karyawan maka semakin tinggi pula tingkat
kenyamanan yang terjadi di perusahaan. Kenyamanan bagi karyawan yang dimaksud adalah
hubungannya dengan pengoperasian alat, perbaikan situasi dan kondisi lingkungan kerja,
serta kelayakan penggunaan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang diperuntukkan bagi
karyawan.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset yang telah dilaksanakan dapat dikemukakan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Karakteristik kepemimpinan yang mencakup aspek perilaku pemimpin, sikap pemimpin,
dan tingkat kemampuan mempengaruhi, secara umum menunjukkan kondisi yang baik
dan kondusif meskipun ada yang bernilai “cukup”. Hal yang menyebabkan penilaian
“cukup” ini dikarenakan munculnya sedikit perbedaan pemikiran antara karyawan dan
pimpinan. Hal tersebut menunjukkan perlu adanya penyesuaian antara pihak pimpinan
dengan bawahan untuk memperjelas mana hak dan tanggungjawab yang bisa
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan perusahaan Showa Indonesia Manufacturing.
Pemberdayaan organisasi perusahaan yang berfokus pada manajemen sumberdaya
manusia perusahaan berpengaruh besar terhadap produktivitas kerja karyawan.
Keterampilan yang diberikan kepada karyawan melalui training mampu menciptakan
sikap cepat tanggap, kemampuan mengolah bahan sampai dengan memasarkan, keahlian
mesin, pengetahuan, dan perilaku spesifik yang berhubungan dengan keagamaan dan
moralitas.
Karakteristik kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan tingkat pemberdayaan
organisasi hanya terjadi pada aspek tingkat kemampuan mempengaruhi dan efektivitas
tranformasi pengalaman kerja manajer. Hal itu bermakna bahwa peranan pimpinan sangat
penting dalam menerapkan strategi pengembangan karyawan dan penentuan kebijakan
peraturan organisasi. Pimpinan juga memiliki kemampuan persuasi yang tinggi terhadap
karyawan dengan maksud karyawan memiliki etos kerja yang tinggi, cepat tanggap
terhadap masalah, dan mengupayakan penyelelesaikan penugasan pekerjaan perusahaan
tepat pada waktunya kepada para bawahan. Hal tersebut yang menjadikan upaya training
terhadap karyawan menjadi efektif. Hubungan karakteristik karyawan dengan
pemberdayaan organisasi di PT. Showa Indonesia Manufacturing yang berkorelasi positif
terlihat pada aspek tingkat keahlian karyawan dengan intensitas training bagi karyawan
dan dengan aspek transformasi pengalaman kerja oleh manajer. Hubungan nyata juga
terjadi pada aspek umur terhadap aspek intensitas training, pada aspek pendidikan
terhadap intensitas training dan terhadap efektivitas transformasi pengalaman kerja
manajer. Aspek berikutnya yang memiliki hubungan nyata terjadi antara aspek lama
bekerja dengan intensitas training.
2. Tingkat pemberdayaan organisasi di Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing
tergolong baik dan sangat baik. Hal itu berarti bahwa perilaku karyawan yang berada di
Showa Indonesia Manufacturing khususnya divisi produksi, HRD, dan marketing telah
sejalan dengan kemauan dan instruksi yang diberikan para pimpinan. Karyawan telah
berusaha menerima dan memahami materi pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan
dari pimpinan yang dinilai berguna untuk memajukan perusahaan dan menggunakan
keahlian tersebut untuk menyelesaikan penugasaan dari pimpinan dalam urusan pekerjaan
manufacturing. Produktivitas kerja karyawan ternyata di dalam organisasi Perusahaan
Showa Indonesia Manufacturing terjadi penilaian baik dan sangat baik. Namun ada
beberapa yang menunjukan penilaian cukup baik yakni di divisi marketing aspek prestasi
kerja dan divisi HRD aspek tingkat kepuasan kerja, sehingga bisa dikatakan produktivitas
kerja karyawan cukup kondusif.
3. Hubungan pemberdayaan organisasi terhadap produktivitas kerja karyawan dalam
organisasi PT. Showa Indonesia Manufacturing yang berkorelasi positif pada beberapa
aspek berikut: intensitas training meningkatkan motivasi kerja, tingkat kemampuan kerja
dan tingkat kepuasan kerja. Efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer ternyata
meningkatkan kemampuan kerja karyawan dan tingkat kenyamanan bekerja karyawan.
8.2 Saran
Beberapa saran dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat
yaitu:
1.
Pimpinan Showa Indonesia Manufacturing hendaknya terus melakukan pendekatan
interpersonal, memberikan arahan berupa pengetahuan dan memberikan tanggungjawab
kepada karyawan agar karyawan dapat menerima dengan baik. Dengan begitu bisa
muncul rasa senang, betah terhadap lingkungan kerja, dan memiliki motivasi kerja yang
lebih baik dari yang sebelumnya.
2.
Perusahaan menginstruksikan dan menegaskan kepada pimpinan agar pimpinan selalu
mengingatkan karyawan untuk senantiasa berdisiplin dan tepat waktu dalam
menyelesaikan tugas pekerjaannya sehingga karyawan dapat meningkatkan terus prestasi
kerjanya selama di perusahaan.
3.
Produktivitas kerja karyawan perusahaan dapat ditingkatkan melalui identifikasi prinsipprinsip belajar. Tujuannya agar bisa menjalankan program sesuai dengan yang
direncanakan. Kemudian penilaian (evaluasi) terhadap program maka perusahaan
mempersiapkan karyawannya untuk berbenah diri dan meminta memperbaiki program,
dan bila sudah tidak layak untuk diprogramkan maka dihilangkan saja. Hal tersebut yang
mendorong dan memotivasi kerja karyawan dalam memajukan perusahaan. Organisasi
perusahaan berperan penting dalam hubungan antara pimpinan dan karyawan, karena
dengan adanya sikap yang saling mendukung kedua belah pihak maka suasana kerja
dapat menjadi lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Fiedler. 1967. Kepemimpinan Era Modern. Cetakan Kedua. Jakarta: Yayasan
Kanisius.
Filippo, E.B. 1996. Manajemen Pesonalia. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
Goldberg, Alvin A. dan Carl E. Larson. 1985. Komunikasi Organisasi. Jakarta: UI Press.
Hardjana, A.2001. Training Sumberdaya Manusia yang Efektif. Cetakan kelima. Jakarta:
Kanisius.
Hersey, P. and Blanchard, K.H. 1978. Management of Organization Behaviour. Third
Edition. New Delhi: Prentice Hall of India.
Mangunhardjana, A.M. 1976. Kepemimpinan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Nangoi, Ronald. 2004. Pemberdayaan di Era Ekonomi Pengetahuan. Jakarta: Grasindo.
Pace, W.R, dan Faules, D.F. 2000. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan. Deddy Mulyana, Penerjemah dan Editor. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rantfl, R.M. 2000. Tujuh Kunci Untuk Produktivitas Tinggi (dalam buku Seri Manajemen
Sumberdaya Manusia): Produktivitas. A. Dale Timpe, Editor. Dimas Samudra Rum
dan Soesanto Boedidarmo, Alih Bahasa. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Safaria, Triantoro. 2004. Menjadi Pribadi Berprestasi: Strategi Kekerasan di Kantor. Jakarta:
Gramedia.
Sarjono, A.R. 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
dan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki.
Slamet, Margono. 1975. Diktat Psikologi Belajar: Proyek Pembinaan Pendidikan dan Latihan
Pertanian, Ciawi Bogor.
Reberu. 1978. Dasar-dasar Kepemimpinan. Jakarta: PT. Luceat.
Siagian, Sondang P. 1980. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT. Agung.
Siagian, Sondang P. 2004. Audit Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Slamet, Margono. 1978. Diktat Psikologi Belajar: Proyek Pembinaan Pendidikan dan
Latihan Pertanian, Ciawi Bogor.
Stoner, James A.F dan R. Edward Freeman. 1992. Manajemen. Edisi Kelima. Jakarta:
Intermedia.
Subejo dan Supriyanto. 2004. Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat, Short
Paper pada Kuliah Intensif Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan, Study On Rural
Empowerment (SOREM)-Dewan Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM tanggal 16
Mei 2004.
Sumarsono, Sonny. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Thoha, Miftah. 2001. Kepemimpinan Dalam Manajemen: Suatu Pendekatan Perilaku.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lampiran 1.
Gambar 3. Lay Out PT. Showa Indonesia Manufacturing
Skala: 1:2000
Gambar 4. Peta Kondisi Umum Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing dan sekitarnya.
Gambar 5. Skema Proses Produksi Showa Indonesia Manufacturing
Gambar 6. Logo Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing.
Jadwal Skripsi
No
Kegiatan
1
1.
PenulisanProposal &
Kolokium
1. Penyusunan Draft dan
Revisi
2. Konsultasi Proposal
3. Observasi Lapang
4. Kolokium dan Perbaikan
2.
Studi Lapang
1. Pengumpulan Data
2. Analisis Data
3.
Penulisan Skripsi
1. Penyusunan Draft dan
Revisi
2. Konsultasi Skripsi
4.
Ujian Skripsi
1. Ujian Skripsi
2. Perbaikan Skripsi
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September-Juli
2009
2009
2009
2009
2009
2009-2010
2
3
4
1 2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
NILAI SKOR RATAAN FAKTOR-FAKTOR KEPEMIMPINAN
Perhitungan Transformasi Karakteristik Kepemimpinan
a.
Perilaku Pemimpin
Divisi Produksi
=
539 - 150
x 100%
= 64.83%
x 100%
= 70.5%
x 100%
= 67.5 %
x 100%
= 66,25 %
x 100 %
= 78,125 %
x 100%
= 70,125 %
x 100 %
= 67.17 %
x 100 %
= 73.83 %
x 100 %
= 68.67 %
x 100 %
= 73,33 %
x 100 %
= 66.67%
x 100 %
= 69.33 %
x 100%
= 49.67 %
x 100%
= 69 %
x 100%
= 59.67 %
750 - 150
Divisi HRD
=
573 - 150
750 - 150
Divisi Marketing
=
555 - 150
750 - 150
b.
Sikap Pemimpin
Divisi Produksi
=
730 - (1x8x25)
(5x8x25) - (200)
Divisi HRD
=
825 - 200
1000 - 200
Divisi Marketing
=
761 - 200
1000- 200
c.
T.K.Mempengaruhi
Divisi Produksi
=
553 - 150
750 - 150
Divisi HRD
=
593 - 150
750 – 150
Divisi Marketing
=
562 - 150
750 - 150
Perhitungan Transformasi Karakteristik Karyawan
a. Tingkat Keahlian
Divisi Produksi
=
295 - (1x3x25)
(5x3x25) - 75
Divisi HRD
=
275 - 75
375 - 75
Divisi Marketing
=
283 - 75
375 - 75
b.
Tingkat Pengetahuan
Divisi Produksi
=
224 - 75
375 - 75
Divisi HRD
=
282 – 75
375 - 75
Divisi Marketing
=
254 - 75
375 – 75
d.
Tingkat Pengalaman
Divisi Produksi
=
401 - (1x4x25)
x 100%
= 75.25 %
x 100%
= 72 %
x 100%
= 70.5 %
x 100%
= 69.67 %
x 100%
= 71 %
x 100%
= 73 %
x 100%
= 57 %
x 100%
= 78.5 %
x 100%
= 77 %
x 100%
= 55.5 %
x 100%
= 50.5 %
x 100 %
= 64 %
x 100 %
= 71.5 %
x 100 %
= 65 %
x 100 %
= 73 %
(5x4x25)- 100
Divisi HRD
=
388 - (100)
500 - 100
Divisi Marketing
=
382 – (100)
500 - 100
e.
Gaji
Divisi Produksi
=
284 - 75
375 - 75
Divisi HRD
=
288-75
375-75
Divisi Marketing
=
294 - 75
375 - 75
f.
Umur
Divisi Produksi
=
164 - (1x2x25)
(5x2x25)-50
Divisi HRD
=
207 - 50
200
Divisi Marketing
=
204 - 50
200
g.
Status
Divisi Produksi
=
161 - 50
200
Divisi HRD
=
151 - 50
200
Divisi Marketing
=
178 - 50
200
h.
Pendidikan
Divisi Produksi
=
193 - 50
200
Divisi HRD
=
180 - 50
200
Divisi Marketing
=
196 - 50
200
h.
Lama Bekerja
Divisi Produksi
=
x 100 %
187-50
= 68.5%
200
Divisi HRD
=
180-50
x 100 % = 65 %
200
Divisi Marketing
=
201 - 50
x 100 % = 75.5 %
200
Perhitungan Transformasi Tingkat Produktivitas Karyawan:
a.
Intensitas Training:
Divisi Produksi
=
982 – (1x10x25) x 100 % = 73.2 %
(5x10x25)-250
Divisi HRD
=
984 - 250
x 100 % = 73.4 %
1000
Divisi Marketing
=
1017 -250
x 100 % = 76.7 %
1000
b.
Efektivitas Transformasi Pengalaman Kerja
Divisi Produksi
=
1002 - (1x10x25)
x 100 % = 75.2 %
(5x10x25) - 250
Divisi HRD
=
1007 - 250
x 100% = 75.7 %
1000
Divisi Marketing
=
986 - 250
x 100 % = 73.6 %
1000
Perhitungan Trnsformasi Tingkat Produktivitas Kerja
a.
Motivasi Kerja
Divisi Produksi =
598 – (1x6x25)
x 100% = 74.67 %
(5x6x25)-150
Divisi HRD
=
622 – 150
x 100 % = 78.67 %
750 - 150
Divisi Marketing =
623 – 150
x 100 % = 78.83 %
750 - 150
b.
Prestasi Kerja
Divisi Produksi =
273 – (1x3x25)
x 100 % = 66 %
(5x3x25) - 75
Divisi HRD
=
294 – 75
x 100 % = 73 %
375-75
Divisi Marketing =
256 – 75
375-75
x 100 % = 60.33 %
c.
Tk. Kemamp Kerja
Divisi Produksi =
382-(1x4x25)
x 100 % = 70.5 %
(5x4x25)-100
Divisi HRD
=
407-100
x 100% = 76.75 %
500-100
Divisi Marketing =
400-100
x 100 % = 75 %
400
d.
Tk. Kepuasan Kerja
Divisi Produksi =
311 – 75
x 100 % = 78.67 %
375 - 75
Divisi HRD
=
267 – 75
x 100 % = 64 %
375 - 75
Divisi Marketing =
307 – 75
x 100 % = 77.33 %
375 - 75
e.
Tk. Kenyamanan Kerja
Divisi Produksi =
363 – 100
x 100 % = 65.75 %
500-100
Divisi HRD
=
380 – 100
x 100 % = 70 %
400
Divisi Marketing =
378 – 100
400
x 100 % = 69.5 %
Correlations
Spearman's rho
X1.1
1
X1.2
X1.3
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
Y1.1
Y1.2
Y2.1
Y2.2
Y2.3
Y2.4
Y2.5
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X1.1
1.000
.
75
.215
.065
75
.142
.223
75
.025
.830
75
.201
.084
75
-.043
.715
75
-.011
.924
75
.064
.586
75
.026
.826
75
-.136
.243
75
.018
.877
75
-.008
.943
75
.032
.786
75
.097
.406
75
.447**
.000
75
.046
.697
75
.082
.484
75
-.085
.467
75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
X1.2
.215
.065
75
1.000
.
75
.414**
.000
75
-.168
.149
75
.380**
.001
75
-.138
.237
75
.044
.706
75
.496**
.000
75
-.062
.598
75
-.142
.225
75
.040
.734
75
.058
.624
75
.032
.783
75
.213
.066
75
.191
.100
75
.222
.056
75
-.253*
.029
75
.169
.147
75
X1.3
.142
.223
75
.414**
.000
75
1.000
.
75
.057
.630
75
.192
.099
75
-.046
.693
75
-.108
.358
75
.272*
.018
75
-.107
.360
75
-.057
.629
75
.072
.541
75
.134
.251
75
.252*
.029
75
.222
.055
75
.197
.090
75
.177
.130
75
-.125
.284
75
.166
.154
75
X2.1
.025
.830
75
-.168
.149
75
.057
.630
75
1.000
.
75
-.036
.758
75
.132
.260
75
.240*
.038
75
-.114
.330
75
-.218
.060
75
.173
.137
75
.116
.323
75
.426**
.000
75
.344**
.003
75
.152
.193
75
.126
.281
75
.012
.916
75
.265*
.021
75
.209
.072
75
X2.2
.201
.084
75
.380**
.001
75
.192
.099
75
-.036
.758
75
1.000
.
75
-.081
.491
75
-.056
.635
75
.395**
.000
75
-.174
.135
75
-.332**
.004
75
.092
.430
75
.123
.292
75
-.095
.419
75
.269*
.020
75
.307**
.007
75
.177
.128
75
-.349**
.002
75
.086
.463
75
X2.3
-.043
.715
75
-.138
.237
75
-.046
.693
75
.132
.260
75
-.081
.491
75
1.000
.
75
-.160
.171
75
-.132
.257
75
-.054
.644
75
.037
.755
75
.083
.477
75
.017
.884
75
.003
.980
75
.119
.308
75
.040
.734
75
.114
.329
75
.174
.134
75
.079
.500
75
X2.4
-.011
.924
75
.044
.706
75
-.108
.358
75
.240*
.038
75
-.056
.635
75
-.160
.171
75
1.000
.
75
-.003
.977
75
-.046
.692
75
-.004
.971
75
.129
.268
75
.077
.512
75
-.026
.822
75
.010
.930
75
-.104
.374
75
-.038
.747
75
-.093
.426
75
.097
.407
75
X2.5
.064
.586
75
.496**
.000
75
.272*
.018
75
-.114
.330
75
.395**
.000
75
-.132
.257
75
-.003
.977
75
1.000
.
75
.028
.811
75
.000
.999
75
.269*
.020
75
.220
.058
75
.094
.423
75
.330**
.004
75
.049
.675
75
.441**
.000
75
-.115
.328
75
.228*
.049
75
X2.6
.026
.826
75
-.062
.598
75
-.107
.360
75
-.218
.060
75
-.174
.135
75
-.054
.644
75
-.046
.692
75
.028
.811
75
1.000
.
75
-.018
.877
75
.244*
.035
75
-.119
.309
75
-.112
.341
75
.032
.784
75
-.318**
.005
75
.055
.638
75
.259*
.025
75
-.047
.690
75
X2.7
-.136
.243
75
-.142
.225
75
-.057
.629
75
.173
.137
75
-.332**
.004
75
.037
.755
75
-.004
.971
75
.000
.999
75
-.018
.877
75
1.000
.
75
.033
.778
75
.267*
.021
75
.192
.099
75
.057
.629
75
-.203
.081
75
.149
.202
75
.212
.068
75
.100
.393
75
X2.8
.018
.877
75
.040
.734
75
.072
.541
75
.116
.323
75
.092
.430
75
.083
.477
75
.129
.268
75
.269*
.020
75
.244*
.035
75
.033
.778
75
1.000
.
75
.197
.091
75
.101
.388
75
.298**
.009
75
-.097
.409
75
.079
.499
75
.193
.097
75
.202
.082
75
Y1.1
-.008
.943
75
.058
.624
75
.134
.251
75
.426**
.000
75
.123
.292
75
.017
.884
75
.077
.512
75
.220
.058
75
-.119
.309
75
.267*
.021
75
.197
.091
75
1.000
.
75
.081
.488
75
.330**
.004
75
.148
.204
75
.237*
.040
75
.207
.075
75
.059
.614
75
Y1.2
.032
.786
75
.032
.783
75
.252*
.029
75
.344**
.003
75
-.095
.419
75
.003
.980
75
-.026
.822
75
.094
.423
75
-.112
.341
75
.192
.099
75
.101
.388
75
.081
.488
75
1.000
.
75
.176
.131
75
.162
.165
75
.219
.059
75
.158
.176
75
.276*
.017
75
Y2.1
.097
.406
75
.213
.066
75
.222
.055
75
.152
.193
75
.269*
.020
75
.119
.308
75
.010
.930
75
.330**
.004
75
.032
.784
75
.057
.629
75
.298**
.009
75
.330**
.004
75
.176
.131
75
1.000
.
75
.217
.061
75
.287*
.013
75
.130
.265
75
.200
.086
75
Y2.2
.447**
.000
75
.191
.100
75
.197
.090
75
.126
.281
75
.307**
.007
75
.040
.734
75
-.104
.374
75
.049
.675
75
-.318**
.005
75
-.203
.081
75
-.097
.409
75
.148
.204
75
.162
.165
75
.217
.061
75
1.000
.
75
.053
.651
75
-.128
.275
75
-.025
.832
75
Y2.3
.046
.697
75
.222
.056
75
.177
.130
75
.012
.916
75
.177
.128
75
.114
.329
75
-.038
.747
75
.441**
.000
75
.055
.638
75
.149
.202
75
.079
.499
75
.237*
.040
75
.219
.059
75
.287*
.013
75
.053
.651
75
1.000
.
75
.136
.246
75
.102
.383
75
Y2.4
.082
.484
75
-.253*
.029
75
-.125
.284
75
.265*
.021
75
-.349**
.002
75
.174
.134
75
-.093
.426
75
-.115
.328
75
.259*
.025
75
.212
.068
75
.193
.097
75
.207
.075
75
.158
.176
75
.130
.265
75
-.128
.275
75
.136
.246
75
1.000
.
75
.135
.249
75
Y2.5
-.085
.467
75
.169
.147
75
.166
.154
75
.209
.072
75
.086
.463
75
.079
.500
75
.097
.407
75
.228*
.049
75
-.047
.690
75
.100
.393
75
.202
.082
75
.059
.614
75
.276*
.017
75
.200
.086
75
-.025
.832
75
.102
.383
75
.135
.249
75
1.000
.
75
Download