11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak ‘hampa’ atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia tersebut dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.8 Komunikasi telah menjadi umum sehingga digunakan oleh siapa saja. Saat ini masyarakat semakin menyadari akan pentingnya komunikasi. Komunikasi merupakan prasyarat kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara. Kegiatan komunikasi yang dilakukan manusia, sering kali tanpa berfikir, komunikasi sebenarnya merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan manusia, sebab melalui komunikasi orang dapat mempengaruhi dan merubah sikap orang lain, membentuk konsensus, mengambil keputusan, dan lainnya. Komunikasi memungkinkan suatu ide tersebar dan dihayati, dianut maupun ditolak orang. 8 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003, hal. 1. 3 1111 12 Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa inggris communication) berasal dari bahasa latin communicatus, yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikasi, menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku”.9 Ilmu komunikasi adalah salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner. Disebut demikian karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan berasal dari dan menyangkut berbagai bidang keilmuan (disiplin) lainnya seperti linguistik, sosiologi, psikologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Hal ini akan terlihat secara jelas dalam pembahasan mengenai berbagai teori, model, perspektif, dan pendekatan dalam ilmu komunikasi. Sifat ‘kemultidisiplinan’ ini tidak dapat dihindari karena objek pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas dan kompleks, menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari kehidupan manusia.10 Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, definisi-definisi yang diberikan para ahli pun semakin banyak dan beragam. Masing-masing punya penekanan arti, cakupan, dan konteks yang berbeda satu sama lainnya. 9 Sasa Djuarsa Sendjaja, Op cit, hal. 1.10 Ibid, hal. 1.1 10 12 13 Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Hovland, Janis & Kelley : 1953. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Benard Berelson dan Garry A. Stainer (1964) dalam bukunya, Human Behavior, mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :11 Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasa dinamakan komunikasi. Definisi komunikasi yang sering digunakan adalah definisi komunikasi menurut Lasswell (1960) yang secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya inisiatif sebagai sumber); mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan); kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima); melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi); dan dengan akibat apa (hasil apa yang terjadi pada diri penerima). Definisi ini menunjukan bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan12. 11 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Edisi Revisi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2002, hal 17 12 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003, hal. 1.11 – 1.12. 13 14 Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor-faktor atau unsur-unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyampaiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta situasi atau kondisi pada saat berlangsungnya proses komunikasi.13 Komunikasi juga merupakan unsur penting dalam manajemen. Kegiatan manajemen yang terdiri dari tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya menggunakan komunikasi menggambarkan pentingnya komunikasi dalam manajemen. Lawrence D. Brennan menyatakan bahwa ”manajemen adalah komunikasi”.14 Berdasarkan definisi di atas maka jelas bahwa komunikasi sangat penting dan diperlukan oleh organisasi. Karena dengan berkomunikasi antar anggota komunikai, mereka saling berhubungan timbal balik dan terjadinya pertukaran arus informasi sehingga terjalin kelancaran komunikasi. 2.1.2 Tujuan Komunikasi Menurut Wilbur Schramm (1971) tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yakni: kepentingan sumber/pengirim/ komunikator dan kepentinngan penerima/komunikan. Dengan demikian maka tujuan komunikasi yang ingin dicapai dapat digambarkan sebagai berikut : Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber : a. memberikan informasi 13 Ibid, hal. 1.13-1.14 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1988, hal. 10 14 14 15 b. mendidik c. menyenangkan/menghibur d. menganjurkan suatu tindakan/persuasi Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima: a. memahami informasi b. mempelajari c. menikmati d. menerima atau menolak anjuran.15 2.1.3 Proses Komunikasi Setelah kita memahami pengertian komunikasi, maka selanjutnya perlu diketahui pula tentang proses komunikasi. Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahaminya informasi oleh komunikan. Komunikasi adalah suatu proses, suatu kegiatan yang berlangsung kontinu. Joseph A. Devito (1996) mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses di mana komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain. Elemen-elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independent, masing-masing komponen saling mengait dengan komponen yang lain 15 Sasa Djuarsa Sendjaja, Op cit, hal. 2.19 15 16 2.2 Public Relations Public Relations terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepntingan dengannya. Tujuan Public Relations adalah untuk menciptakan komunikasi dua arah, memecahkan konflik kepentingan dengan mencari dasar pemikiran yang sama atau lingkungan yang menjadi kepentingan bersama, dan untuk menciptakan kepentingan berdasarkan kebenaran, pengetahuan, dan informasi yang lengkap. Istilah Public Relations diartikan sebagai segala kontak dan hubungan yang diadakan oleh suatu organisasi dengan semua bentuk publiknya baik internal maupun eksternal. Menurut Frank Jefkins, public relations (PR) adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.16 Selain itu, Jefkins juga mendefinisikan praktek public relations sebagai suatu seni sekaligus suatu disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensi darinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya.17 16 17 Frank Jefkins, Public Relations, Edisi Keempat, (Jakarta: Erlangga, 1995), hal. 9 Ibid 16 17 PR sebagai suatu seni juga diungkapkan menurut Mexican Statement, yang menyatakan bahwa: ”PR practice is the art and science of analyzing trends, predicting their consequences, counseling organizations leaders and implementing planned, programmed of action which will serve both the organization and the public interest.”18 Dapat diartikan bahwa PR adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan sosial menyangkut tren analisis, konsekuensi-konsekuensi yang telah diperkirakan, disepakati oleh pemuka pendapat dan diterapkan melalui aksi-aksi program yang terencana yang mana berguna bagi organisasi itu sendiri ataupun kepentingan publik. John E. Marston menuliskan bahwa: ”Public Relations is a planned, persuasive communication designed to influence significant public.” (Public Relations adalah suatu upaya komunikasi yang terencana dan membujuk yang dirancang untuk mempengaruhi khalayak sasarannya).19 Dari definisi yang sangat umum tersebut, Marston memberikan definisi yang lebih spesifik, yang lebih konkret mengenai PR, yaitu: “PR adalah seni untuk membuat perusahaan Anda disukai dan dihormati oleh para karyawan, konsumen dan penyalurnya.”20 Keberadaan PR sendiri sudah dimulai sejak awal abad ke 2021 dan terus berkembang hingga kini PR merupakan suatu bentuk komunikasi yang berlaku 18 PR. Smith, Marketing Communications: An Integrated Approach, (London: Kogan Page, 1993), hal. 272 19 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 5 20 Rhenald Kasali, Manajemen PR: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1994), hal. 6 17 18 terhadap semua jenis organisasi, baik yang bersifat komersial maupun non komersial, disektor publik (pemerintah) maupun privat (swasta).22 Angela Murray dalam bukunya Public Relations mengutip Collins English Dictionary yang mendefinisikan PR sebagai berikut: “The practice of creating, promoting, or maintaining goodwill and a favourable image among the public towards an institution, public body, etc.”23 Murray disini menjelaskan bahwa PR merupakan praktek dari penciptaan, promosi, dan pemeliharaan itikad atau niat baik dan suatu citra baik yang tercipta diantara publik terhadap sebuah institusi, badan masyarakat, dan lain-lain. Murray menambahkan bahwa yang dimaksud dengan publik disini adalah pelanggan, klien, penanam modal, pemasok, pegawai perusahaan, dan kelompok-kelompok lain yang menaruh minat terhadap perusahaan. Indrawadi Tamin menuliskan bahwa pengertian Public Relations itu sendiri adalah: “Sebagai fungsi manajemen yang mengevakuasi sikap-sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari suatu organisasi dengan kepentingan publik dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik.”24 21 Djafar Asegaf, Hubungan Masyarakat dalam Gender, (Jakarta: Ghalia Indonesia Cetakan Pertama, 1982), hal. 13 22 Everett M. Rogers dan Rekha Agarwala, Communications In Organization, (New York: A Division of Macmillan Publishing Co. Inc., 1976), hal. 9 23 Angela Murray, Public Relations, (London: Hadder Headline Plc., 2001), hal. 1 24 Ridwan Nyak Baik, Irmulan Sati T, Koalisi Dominan Refleksi kritis atas peran dan fungsi PR dalam manajemen, BPP PERHUMAS, Jakarta, 2004, hal.18 18 19 Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen di sini adalah untuk mencapai target tertentu, yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya. Definisi Public Relations menurut institut of Public Relations (IPR) British, yaitu praktek Public Relations atau PR adalah keseluruhan upaya yang di langsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan segenap khalayak.25 Pengertian Public Relations di bagi menjadi dua jenis yaitu dalam pengertian Teknik Komunikasi dan state of being. 1. Public Relations sebagai Teknik Komunikasi: Pada hakikatnya adalah kegiatan Public Relations mempunyai ciri komunikasi dua arah atau timbal balik. Teknik komunikasi tidak selalu dilakukan oleh petugas Public Relations, melainkan oleh pimpinan organisasi atau lainnya. 2. Public Relations sebagai state of being: Keadaan wujud atau yang merupakan wahana kegiatan hubungan masyarakat dalam bentuk biro, bagian, seksi, urusan dan lainnya. Penggunaan istilahnya disesuaikan dengan bentuk struktur organisasi. Komposisi personalia Public Relations dari masing-masing organisasi tentu saja berbeda tergantung dari kebutuhannya. Di suatu organisasi, mungkin saja departemen Public Relationsnya hanya terdiri dari seorang manajer dan seorang sekretaris. Namun, banyak pula organisasi atau perusahaan yang juga 25 M. Linggar Anggoro, Teori Profesi Kehumasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hal.2 19 20 memperkerjakan para asisten spesialis seperti pejabat pers, editor, jurnal internal, perancang media cetak, fotografer dan sebagainya, untuk menunjang pelaksaan departemen Public Relationsnya. Ada pula organisasi yang tidak memiliki atau mempekerjakan spesialis Public Relations secara permanen, atau bahkan tidak memiliki sebuah biro khusus Public Relations sama sekali. PR menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupun non-komersial. Kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak. Kita tidak bisa memutuskan untuk menghadirkan atau sebaliknya meniadakan PR. Sebenaraya, PR terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya.26 Konsep Public Relations ini tidak terlepas dari konsep Citra “image” yang merupakan suatu reaksi sikap dari khalayak terhadap suatu lembaga atau perusahaan tertentu. Reaksi sikap tersebut bisa berbentuk positif maupun negatif tergantung pada tingkat efektivitas dan efesiensi kinerja praktisi Public Relations pada suatu lembaga atau perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Menurut Cutlip dan Center dikutip oleh Onong Uchajana Effendy menyatakan : “Public Relations is the management function which evaluates public relation attitudes, identifies the policies and procedures of an individual or an organization with the public interest, and plan and executes a program of action to can public understanding and acceptance”.27 26 27 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta, 2004, hal. 11 Onong Uchajana Effendy, Op cit, hal. 116 20 21 Berdasarkan Definisi diatas dapat dikatakan Public Relations dapat berfungsi membantu dan mendukung kegiatan yang telah dirumuskan oleh manajemen perusahaan. Public Relations harus dapat mengidentifikasikan kebutuhan atau keinginan Public yang timbul dan berkembang di khalayak luas dan memberikan tanggapan yang baik kepada publik. Menurut The British Institute of Public Relations dikutip oleh Onong Uchajana Effendy mengemukakan: “Upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan membina pengertian bersama antara organisasi dengan khalayaknya”.28 Dari pemahaman diatas disadari bahwa seorang PR tidak hanya berurusan dengan pers atau media saja tetapi jauh dari pada itu seorang PR harus mampu membina jalinan komunikasi yang terbaik antara khalayaknya dalam sebuah perusahaan, seperti Karyawan, pemegang saham, konsumen, investor dan lainlain. PR merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap perusahaan atau organisasi, kebutuhan akan kehadiran seorang PR tidak bisa dicegah terlepas dari kita menyukainya atau tidak, karena PR merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan perusahaan secara positif. Konsep PR harus direncanakan sebagai proses yang dipikirkan secara matang dan hati-hati serta memerlukan kegiatan yang dilakukan terus menerus. Kegiatan-kegiatannya adalah usaha untuk menciptakan dan menjaga proses kesepahaman di atas yang melibatkan adanya suatu dialog antara organisasi 28 Ibid, hal. 134 21 22 dengan publiknya sehingga mereka dapat saling mendengarkannya dan memahami. Hasil-hasil dari terwujudya kesepahaman ini adalah adanya perubahan tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Majalah Public Relations News telah mengembangkan definisi tersebut sebagaimana berikut ini : “ Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen yang menilai sikap masyarakat, mengidentifikasi karsa dan tingkah laku individu atau suatu organisasi terhadap kepentingan umum, untuk kemudian merencanakan dan melaksanakan suatu program aksi untuk mendapatkan pengertian dari masyarakat dengan tujuan agar diterima oleh masyarakat”.29 Pada tahun 1948, The British Institute Of Public Relations memberikan definisi PR sebagai suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara terus menerus untuk menciptakan dan memelihara saling pengertian antara satu organisasi dengan masyarakatnya.30 Adapun tugas-tugas utama dari seorang public relations dapat dirinci sebagai berikut : 1. Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan tepat atas organisasinya, baik itu yang berkenaan dengan kebijakan, produk, jasa maupn dengan para personel. 2. Memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan citra, kegiatan, reputasi maupun kepentingan-kepentingan organisasi dan menyampaikan setiap informasi yang penting ini langsung 29 30 Sam Black, Melvin Sharpe, Ilmu Hubungan Masyarakat Praktis, Intermasa, 1988, hal. 4 Ibid, hal. 4 22 23 pihak manajemen atau pimpinan puncak untuk ditanggapi atau ditindak lanjuti. 3. Memberi nasihat atau masukan kepada pihak manajemen mengenai berbagai masalah komunikasi yang penting, berikut dengan berbagai teknik untuk mengatasi dan memecahkannya. 4. Menyediakan berbagai informasi kepada khalyak, perihal kebijakan organisasi, kegiatan, produk, jasa dan personalia. Selengkap mungkin demi menciptakan suatu penegtahuan yang maksimum dalam rangka menjangkau pengertian khalayak.31 Dapat ditarik kesimpulan Public Relations adalah suatu proses yang kontinyu dari usaha manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari publik pada umumnya, termasuk stakeholders internal. Ke dalam, mengadakan perbaikan dan pembenahan melalui corporate culture building (membangun budaya lembaga) berbentuk disiplin, motivasi, peningkatan pelayanan dan produktivitas kerja yang diharapkan untuk terciptanya sense of belonging terhadap perusahaan/organisasi. Sedangkan ke luar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra perusahaan yang sekaligus memayungi dan mempertahankan citranya. 2.2.1 Media Relations Pada umumnya, pemahaman masyarakat awam tentang Public Relations dengan Media Relations adalah sama. Tentu saja anggapan ini salah, karena 31 Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan : Serta Aplikasinya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 136 23 24 kegunaan media tersebut merupakan salah satu bagian dari program kerja Public Relations. Kegunaan Media Relations bergantung pada sejauh mana peranan dan keberadaan media massa itu sendiri, serta tingkat penerimaannya oleh masyarakat. Karena itu, Media Relations lebih popular di Negara-negara maju, yang sebagian penduduknya tinggal di daerah-daerah perkotaan di mana media massa berada dalam jumlah serta variasi yang berlimpah. Pada dasarnya hubungan dengan pers adalah hubungan dua arah, aktivitas dua pihak, hubungan antara suatu organisasi dengan pers, radio dan televise. Disatu pihak, organisasi menyampaikan informasi dan memberikan fasilitasfasilitas kepada pers, apabila diminta dan sebaiknya pihak pes memberikan komentar-komentar dan menyiarkan berita-berita. Rasa saling percaya dan saling menghormat suatu organisasi dengan pers adalah dasarnya harus ada bagi hubungan pers yang baik.32 Media Relations adalah upaya-upaya untuk mencapai publikasi atau penyiaran maksimum atas suatu pesan atau informasi dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Suatu kegiatan khusus (event) dari pihak public relations untuk melakukan komunikasi penyampaian pesan, atau informasi tertentu mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan, perusahaan atau institusi, produk dan hingga kegiatan 32 Sam Black, Melvin Sharpe, Op Cit, hal. 37 24 25 bersifat individual lainnya yang perlu dipublikasikan melalui kerjasama dengan pihak pers atau media massa untuk menciptakan publisitas dan citra positif.33 Tujuan diadakannya Media Relations adalah menciptakan pengetahuan dan pemahaman, jadi jelas bukan semata-mata menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan perusahaan induk atau klien demi mendapatkan reputasi yang lebih positif daripada aslinya di mata umum. Tidak soerang pun yang berhak mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh media massa, setidaktidaknya disuatu masyarakat yang demokratis. Semua jenis materi pers harus bebas dari nilai-nilai dan kepentingan sepihak. Kriteria kejujuran dan kenetralan itu juga harus dipegang teguh oleh kalangan praktisi Public Relations. Pelaku praktisi Public Relations tidak selalu bisa mendorong munculnya berita di media untuk mengantisipasi dan menanggapi berbagai isu yang muncul. Setiap pesan atau berita yang disampaikan melalui media haruslah sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Baik atau buruknya Public Relations diukur berdasarkan kejujuran dan sikap netralnya. Kepentingan masyarakat, dalam hal ini adalah para pembaca, pendengar, dan pemirsa dengan sendirinya akan positif sehingga perusahaan induk atau klien Public Relations tadi pasti akan memperoleh suatu publisitas yang baik seperti di inginkan. Hubungan dengan media yang baik akan membantu perusahaan dalam meningkatkan reputasi. Karena sebaliknya, reputasi perusahaan akan membuat media tertarik untuk memberitakan perusahaan tersebut karena publik pada umumnya ingin mengetahui apa yang terjadi pada perusahaan. Sehingga, ada dua 33 Rosady Ruslan, Op Cit, hal. 169 25 26 wujud relasi yang terjalin, dengan media relations yang baik akan menjadi sarana untuk menjaga dan meningkatkan reputasi. Wujud lain adalah reputasi akan memudahkan membangun media relations yang baik Selain memasok berbagai materi yang layak diterbitkan, semua praktisi Public Relations juga perlu memahami surat kabar dan majalah itu dibuat dan diterbitkan, serta bagaimana memproduksi program-program siaran radio dan televisi. Sebagian pengetahuan tersebut dapat dipelajari hanya dengan observasi. Untuk itu diadakan kunjungan-kunjungan ke sejumlah penerbitan, stasiun radio, dan studio televisi (atau rumah produksi yang memasok program-programnya). Kadang-kadang kita dapat memahami suatu media hanya dengan menelpon orang-orang yang terkait dan mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan kepadanya, seperti kapan saat terakhir suatu naskah Public Relations harus sudah diserahkan ke meja redaksi. Ini merupakan bagian dari tugas seorang praktisi Public Relations, yakni berusaha untuk mengetahui segala sesuatunya selengkap mungkin. Kalau tidak mengetahui tenggat atau saat terakhir penyerahan naskah ke sebuah majalah atau surat kabar, mungkin ia akan terlambat menyodorkan naskah ke redaksi, atau setelah majalah atau surat kabar itu di cetak. Jika ini terjadi, maka jerih payahnya menyusun naskah itu pun sia-sia. Hubungan media yang benar-benar efektif dimulai dengan menetapkan sasaran yang efektif. Fungsi utama suatu perusahaan adalah untuk mempengaruhi terpaan medianya. Dalam perusahaan yang bergerak dalam beberapa bidang, permintaan hubungan media untuk divisi operasinya sangatlah beragam. Sama halnya dengan memahami kegiatan perusahaan, penting juga untuk memahami 26 27 khalayaknya (audience). Karena suatu perusahaan mungkin memiliki khalayak yang berbeda-beda, sebagian besar perusahaan memiliki lebih dari satu pesan (message) untuk di sampaikan. Para pemegang saham tentunya ingin diyakinkan mengenai kelangsungan hidup perusahaan, para pegawai merasa yakin dengan sifat dasar kualitas produknya. Rhenad Kasali menyebutkan kriteria lain dalam mengukur keefektifan hubungan dengan media, yaitu: 1. Jumlah media yang memuat. 2. Kadar kesalahan penulisan. 3. Macam liputan ; berita utama, berita ekonomi, berita pendek, berita ringan. 4. Pengulangan, apakah ada berita lainnya berkaitan dengan hal yang sama yang ditulis oleh media itu.34 Sedangkan Bell berpendapat lain mengenai pemuatan berita organisasi pada media cetak, sebagai berikut: 1. Penyebutan nama perusahaan/organisasi, atau produk. 2. Pesan utama muncul di kepala berita. 3. Pesan utama dikutip dalam berita. 4. Liputan dimuat di halaman depan. 5. Pemuatan foto, berwarna atau hitam putih. 6. Apakah berita digabung dengan berita lain. 7. Ukuran hasil liputan di media massa.35 34 Rhenad Kasali, Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1996, hal. 169 27 28 Liz Fraser juga menyampaikan model indicator untuk mengukur efektivitas hubungan dengan media, yaitu: 1. Jumlah liputan. 2. Jumlah siaran pers dikirim. 3. Berapa kali pesan utama disebutkan per liputan. 4. Seberapa banyak terjadi ketidak akuratan per liputan.36 Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa inti hubungan media adalah proses memebri dan melayani bukannya meminta sesuatu, kepada kalangan media yang harus dijalani oleh para praktisi public relations. Meskipun demikian, itu tidak berarti para praktisi public relations tidak menerima apa sama sekali. Hal yang diterima oleh praktisi public relations memang lebih abstrak. Namun tidak kalah pentingnya, yakni suatu jaringan kemitraan yang akan dapat menunjang berbagai macam kegiatan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan public relations. 2.2.2 Media Monitoring Sebagai salah satu kegiatan PR, media monitoring adalah kegiatan meneliti, mengontrol dan juga merupakan cara evaluasi terhadap perkembangan melalui media yang berkaitan dengan perusahaan. Kegiatan media monitoring juga untuk melengkapi analisis pengukuran reputasi perusahaan, sehingga dapat diketahui apakah hasil tiap-tiap peliputan itu merupakan berita yang positif, 35 Dalam, Dr. Jon White, How to Understand and Manage Public Relations : a Judge-Free Guide to PR Management, Century Business, UK, 1991, hal. 131 36 Ibid, hal. 131-132 28 29 negatif, atau netral. Dalam beberapa kasus, media monitoring juga dapat membantu pengamatan terhadap hasil peliputan suatu kegiatan dari perusahaan, maupun mengetahui opini publik terhadap kegiatan yang telah diselenggarakan. Monitoring secara generik dapat diartikan sebagai pengawasan atau pemantauan. Istilah ini, sekalipun istilah asing, sudah sering terdengar dalam percakapan publik. Berbagai pihak menggunakannya untuk pelbagai peruntukan. Untuk sebuah kerja serius yang coba diangkat program ini, defenisi generik seperti di atas tentu saja tidak memadai, diperlukan suatu defenisi operasional tentang apa itu monitoring.37 Media monitoring harus dilakukan pada setiap organisasi dan kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan PR dalam meneliti dan mengevaluasi tentang perkembangan pemberitaan media yang berkaitan dengan organisasi. Media monitoring merupakan kegiatan mengikuti apa yang dilaporkan media. Khususnya pemberitaan positif dan negatif bagi organisasi. Dalam memonitor media umumnya dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Tabulasi setiap berita. 2. Menelaah berita-berita tersebut untuk menentukan apakah organisasi diberitakan secara positif atau negatif. 3. Menilai apakah berita tersebut memuat pesan yang disampaikan organisasi. 4. Mengidentifikasi pesan-pesan yang disampaikan organisasi disiarkan media. 37 Siti Karnilah, Komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta, 2000, Cetakan keempat, hal. l 5.3-5.8 29 30 5. Menilai isu-isu tertentu yang menjadi perhatian media. 6. Menilai bagaimana reaksi stakeholder terhadap berita yang disiarkan.38 Menurut Prayudi, media monitoring merupakan yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi program public relations. Biasanya, media tersebut berbentuk kliping Koran, transkrip, atau rekaman siaran media elektronik. Data resebut menunjukkan seberapa banyak peliputan berhasil dicapai. Namun, data jenis iti hanya menunjukkan kualitas liputan. Kliping dan transkrip hanya memainkan peran kecil untuk mengukur output dari program public relations. Dalam pandangan kualitatif, jumlah yang anyak tidak lantas menunjukkan peliputan yang baik terhadap organisasi. Pandangan positif dan negatif menyatu dalam tupukan kliping Koran.39 Bagan 1.1 Pengelompokkan Artikel Pada Media Cetak40 Lokasi Dampak Kepala Berita Sangat Kuat Halaman Pertama Sangat Kuat Halaman Kedua s/d Delapan Medium Halaman Terakhir Sangat Kuat 38 Yosal Iriantara, Media Relations : Konsep, Pendekatan dan Praktik, Simbiosa Rektama Media, Bandung, 2005, hal.108 39 Prayudi, Penulisan Naskah Publuc Relations, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2007, hal. 157-158 40 Rhenad Kasali, Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994, hal. 91-92 30 31 Rubrik Dampak Kepala Berita Sangat Kuat Surat Pembaca Bervarisasi Olahraga Medium Ekonomi Kuat Kesehatan Kuat Cakupan Berita Dampak* Peristiwa Ekonomi ? Peristiwa Bisnis ? Analisi Industri ? Penokohan ? Perusahaan ? *Praktisi PR menentukan sendiri berapa besar dampak berita terhadap opini masyarakat Adapun karakteristik surat kabar antara lain : 1. Publisitas Publisitas adalah penyebaran pada publik atau khalayak. Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar di berbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum atau menarik bagi khalayak pada umumnya. 31 32 2. Periodesitas Periodesitas menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan atau dwi mingguan. Sifat ini sangat penting dimiliki media massa, khususnya surat kabar. Kebutuhan manusia akan informasi sama halnya dengan kebutuhan manusia akan minum, makan, dan pakaian. Di sekeliling kita banyak sekali fakta serta peristiwa dengan dapat dijadikan berita dalam surat kabar. Selama ada kehidupan, selama itu pula surat kabar terbit. 3. Universalitas Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beranekaragam dan dari seluruh dunia. Dengan demikian isi urat kabar melipiti aspek kehidupan manusia. Selain itu, lingkup kegiatannya bersifat lokal, regional, nasional bahkan internasional. 4. Aktualitas Aktualitas menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua istilah tersebut erat kaitannya dengan berita, karena definisi berita adalah laporan tercepat mengenai fakta-fakta atau opini penting atau menarik minat, atau kedua-duanya bagi jumlah besar orang. Laporan tercepat menuju pada “kekinian” atau terbaru dan masih hangat. Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan, karena khalayaknya pun memerlukan informasi yang paling baru. 32 33 5. Terdokumentasikan Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping. Misalnya karena berita tersebut berkaitan dengan perusahaannya. Kliping berita oleh sebuah instansi biasanya dilakukan untuk public relations untuk dipelajari dalam rangka menentukan bagaimana selanjutnya, karena berita tersebut dianggap sebagai masukan dari masyarakat (public eksternal).41 System Dow Jones Interactive atau Lexis juga dapat diguanakan untuk mensurvey liputan publikasi suatu organisasi. Kedua system tersebut tidak menilai jangkauan media, dan tidak menilai jangkauan media, dan tidak memberikan peringkat kemampuannya. Keunggulan dari analisis isi media yang mempertimbangkan kuantitas dan kualitas liputan media adalah bahwa secara tidak langsung, analisis isi media memperhitungkan kebohongan isi publikasi yang dapat merugikan organisasi.42 2.2.3 Tujuan aktivitas monitoring Tujuan aktivitas monitoring seperti ini adalah untuk menemukan (to dettect) dan mengantisipasi/mencegah (to detter). Monitoring dilakukan secara terus menerus dan merekam/mencatatnya secara terstruktur. Motif sebuah kegiatan monitoring didasari oleh keinginan untuk mencari hal-hal yang berkaitan 41 Ardianto Elvinaro, Erdinaya, Komala lukianti, Komunikasi Massa (Suatu Pengantar), Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005, hal. 104-105 42 Michael Bland, Alison Theaker, David Wragg, Op Cit, hal. 20 33 34 dengan peristiwa atau kejadian baik menyangkut siapa, mengapa bisa terjadi, sumberdaya publik yang berkaitan, kebijakan dan dampak apa yang terjadi atau harus diantisipasi serta hal-hal lain yang berkaitan.43 Tujuan perusahaan atau organisasi memantau media massa secara umum adalah untuk mengetahui persepsi publik terhadap korporasi, organisasi dan lembaga, yang tercermin dalam pemberitaan di media massa; mengetahui dengan cepat berita sensitif yang dapat mempengaruhi citra korporasi, organisasi dan lembaga tertentu untuk mencegah timbulnya krisis dan mengetahui pemberitaan di bidang investasi, industri, keuangan, pasar modal dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan aktivitas organisasi.44 2.2.4 Fungsi Media Monitoring Dalam Public Relations Menurut Prayudi, metode ini (media monitoring) merupakan yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi program PR. Biasanya, media tersebut berbentuk kliping Koran, transkrip, atau rekaman siaran media elektronik. Data tersebut menunjukkan seberapa banyak peliputan berhasil dicapai. Namun, data jenis itu hanya menunjukkan evaluasi secara kuantitatif, dan tidak menunjukkan kualitas liputan. Kliping dan transkrip hanya memainkan peran kecil untuk mengukur output dari program PR. Dalam pandangan kualitatif, jumlah yang banyak tidak lantas menunjukkan peliputan yang baik terhadap organisasi. Pandangan negatif dan positif menyatu dalam tumpukan kliping koran.45 43 Rhenad Kasali, Op Cit, hal. 91-92 http://google.com 45 Prayudi, Penulisan Naskah Public Relations, ANDI, Yogyakarta, 2007, hal. 157-158 44 34 35 Pada akhirnya, cara dan motif itu harus dibuktikan dengan catatan tertulis tentang apa yang dimonitor, kapan sesuatu yang dimonitor itu terjadi (dilihat, atau disaksikan, atau dikumpulkan bukti-buktinya, atau ditemukan faktanya) dan bagaimana kejadiannya atau deskripsinya (kronologi dan/atau sebab- musababnya), serta siapa saja yang terlibat atau diduga terlibat. Sekurangnya hasil pemantauan terdiri atas catatan-catatan yang diverifikasi tentang 5W+1H. Melakukan monitoring terhadap pemberitaan dalam media sangat diperlukan oleh praktisi public relations. Hal itu dimaksudkan untuk mendapatan informasi dasar yang diperlukan para praktisi PR.46 2.3 Media Public Relations Media PR adalah salah satu bentuk media komunikasi PR. Media PR ini tergolong kepada private publication (penerbitan untuk kalangan sendiri/tertentu) yang dibedakan dari commercial pres (media massa yang dijual untuk umum). Jenis Media Public Relations bisa dibedakan dari sasaran pembacannya, yaitu bersifat internal maupun untuk staf dan karyawan perusahaan dan bersifat eksternal untuk publik diluar perusahaan.47 Media komunikasi adalah penyampaian informasi yang ditujukan ke khalayak agar pesan menjadi efektif. Public Relations harus memilih media yang tepat dalam pelaksanaan tugasnya, sehingga pesan dapat disampaikan seefektif 46 Enda Nasution, 9 Saran untuk Menghadapi “Media Baru” Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar PR, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 2 47 35 36 mungkin. Public Relations harus dapat memillih media yang sesuai dengan karakter pesan yang ingin disampaikan. Agar kegiatan komunikasi ini berjalan sesuai dengan alurnya, seorang PR memerlukan alat komunikasi. Alat komunikasi inilah disebut media PR. Secara umum penggunaan media dalam kegiatan PR memiliki beberapa tujuan, yaitu48: a. Membantu, mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa. b. Menjalin komunikasi berkesinambungan c. Meningkatkan kepercayaan publik d. Meningkatkan citra baik perusahaan/organisasi 2.4 Media Eksternal Media eksternal merupakan media komunikasi Public Relations yang ditujukan untuk khalayak eksternal perusahaan. Bila dibandingkan dengan khalayak internal, khalayak eksternal tentu saja lebih bermacam-macam. Oleh karena itu, suatu perusahaan perlu menetapkan lebih dahulu siapa khalayak pembaca dari media ini yang hendak diterbitkan.49 Media eksternal dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberikan berbagai informasi yanng berkaitan dengan perusahaan beserta dengan produk atau jasa yang disediakan oleh perusahaan. Public Relations perusahaan sangat 48 Maria A. Rumanti, Dasar-dasar public relations, Gramedia, Jakarta, 2002, hal 118 Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan serta aplikasinya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal. 175 49 36 37 menyadari pentingnya suatu media komunikasi yang dapat menghubungkan antara perusahaan dengan pihak luar. Tujuan dari penggunaan media komunikasi ini diharapkan dapat mencapai citra sekaligus opini publik secara positif. Ada beberapa bentuk media massa cetak : a. Surat Kabar : Yaitu kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas dalam ukuran plano, terbit secara teratur bias setiap hari atau seminggu sekali. b. Majalah : Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio, dijilid dalam bentuk buku. Majalah biasanya terbit secara teratur , seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali. c. Tabloid : Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran broadsheet (lebih kecil dari plano) dan dilipat seperti surat kabar. Tabloid biasanya terbit secara teratur , seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali. d. Buletin : Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran broadsheet atau ukuran kwarto/plano dan dilipat seperti surat kabar. Buletin biasanya terbit tidak teratur atau sering sekali disebut dengan pemberitaan berkala. e. Buku : Tulisan tetang ilmu pengetahuan , essai, cerita-cerita panjang, kisah-kisah perjuangan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukkuran setengah kuarto atau setengan folio dan dijilid rapih.50 50 Totok Djuroto, Op cit, hal. 10-11 37 38 2.4.1 Media Internal Berkomunikasi, sebagai seorang PR memerlukan alat untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan kita atau perusahaan kepada target audiensnya, internal maupun eksternal. Media tersebut haruslah tepat dan sesuai dengan kemampuan audiensnya agar mereka mau membaca dan kita dapat mempengaruhi opininya. Media internal dalam suatu perusahaan, sangat memegang peran penting dalam menciptakan iklim komunikasi yang efektif. Media internal dibagi dalam beberapa jenis antara lain : bulletin, news letter, majalah, tabloid dan majalah dinding. Salah satu media internal adalah majalah internal. Arti majalah internal itu sendiri adalah majalah yang diterbitkan untuk keperluan publik didalam organisasi, terutama para karyawan yang sehari-harinya bekerja dalam lingkungan organisasi. Informasi yang dibutuhkan oleh para karyawan melalui majalah internal sebenarnya bermacam-macam. Menurut Onong, informasi tersebut secara garis besarnya dikelompokan kedalam tiga kelompok besar, yaitu51: a. Informasi yang bersifat informatif, yang mencakup perihal keluarga, kesejahteraan karyawan, pengumuman pimpinan perusahaan, peraturan, surat keputusan, pergantian pemimpin, perpindahan pegawai dan pertemuan. 51 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat (Suatu Studi Komunikasi), Remaja Rosdakarya, 1999, hal. 128-129 38 39 b. Informasi yang bersifat mendidik, yang meliputi tajuk rencana, artikel-artikel dan kutipan pendapat para tokoh. c. Informasi yang bersifat menghibur, yang mencakup cerita pendek/bersambung, TTS, kisah minat insani dan pojok. 2.4.2 Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah suatu proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media dan cara-cara penyampaian informasi yang dipahami kedua belah pihak, dan memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik Komunikasi massa menurut Mc Quail (1975) dalam sosiologi komunikasi massa, mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Biasanya membutuhkan organisasi formal yang kompleks untuk operasinya. Produksi suatu surat kabar, atau penyiaran televisi, menyangkut penggunaan sumber modal dan kemudian pengendalian keuangan, juga memerlukan pengembangan personel yang berketrampilan tinggi, lalu manajemen penerimaan dan penerapan pengawasan normatif, dan untuk itu suatu mekanisme akuntabilitas atau pertanggung jawaban terhadap otoritas eksternal dan khalayak yang dilayani. 2. Komunikasi massa ditunjukan kepada khalayak yang luas. Hal ini merupakan lanjutan dari penerapan teknologi yang dimaksudkan untuk 39 40 produksi massa dan dimensi yang luas, serta ekonomi komunikasi massa. 3. Komunikasi massa bersifat publik, dalam arti isinya terbuka bagi semua orang dan distribusinya relatif tidak berstruktur serta bersifat informal. 4. Komposisi khalayak komumikasi massa bersifat heterogen. Menurut Wirth (1948), masssa terdiri dari anggota yang heterogen dalam arti meliputi orang yanng hidup dalam kondisi yang berbeda, dengan budaya yang beraneka ragam, datang dari strata masyarakat yang bervariasi mempunyai pekerjaan yang berbeda, dan pengaruh yang berbeda-beda pula. 5. Media massa dapat melakukan kontak yang stimultan dengan orang dalam jumlah yang besar dan jauh dari sumber, serta amat terpisahpisah satu sama lain. 6. Dalam kondisi massa, hubungan antara komunikator dengan khalayak adalah impersonal, karena banyak khalayak yang anonim dituju oleh komunikator yang dikenal hanya dalam peranan publiknya sebagai komunikator. 7. Khalayak komunikasi massa merupakan suatu kolektifitas yang merupakan keunikan masyarakat modern dengan beberapa sifatnya yang berbeda-beda.52 52 Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas Terbuka, 1993, hal. 7 40 41 Sedangkan menurut Gerald A. Miller dalam karyanya, berjudul ” On Defining Communications : Another stob” menyatakan ”Pada pokok komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya”.53 2.4.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan “sang pengirim”-nya sering kali merupakan komunikator profesional. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Disamping itu, pesan tersebut sering kali diprotes , distandarisasi, dan selalu di perbanyak. Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut juga bersifat impersonal, bahkan mungkin sekali sering kalli bersifat non-moral dan kalkulatif, dalam pengertian bahwa sang pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang dijual belikan dengan uang atau ditukar denga perhatian tertentu.54 53 54 Ali Bachtiar, Teknik Hubungan Masyarakat, Universitas Terbuka, 1995, hal. 49 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1996, Cetakan kedua, hal. 33-34 41 42 2.4.4 Definisi Media Massa Istilah percetakan pers, banyak yang menyebutnya dengan media massa cetak. Sebutan ini tidak salah, karena jika ditinjau dari arti yang lebih luas, “pers” sebenarnya juga termasuk media elektronoik, seperti radio, televise, film, internet dan sebagainya. Jadi sebutan media massa cetak sama dengan penerbitan pers. Artinya, perusahaan pers yang dilakukan dengan mencetak. Media artinya alat komunikasi, sedangkan massa kependekan dari kata masyarakat (orang banyak). Media massa berarti alat komunikasi yang boleh dimanfaatkan untuk semua orang. Media massa cetak adalah alat komunikasi untuk masyarakat yang dibuat dengan percetakan atau mencetaknya terlebih dahulu. Ada beberapa bentuk media massa cetak : a. Surat Kabar: Yaitu kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas dalam ukuran plano, terbit secara teratur bias setiap hari atau seminggu sekali. b. Majalah: Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio, dijilid dalam bentuk buku. Majalah biasanya terbit secara teratur , seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali. c. Tabloid: Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran broadsheet (lebih kecil dari plano) dan dilipat seperti surat kabar. Tabloid biasanya terbit secara teratur , seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali. 42 43 d. Buletin: Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran broadsheet atau ukuran kwarto/plano dan dilipat seperti surat kabar. Buletin biasanya terbit tidak teratur atau sering sekali disebut dengan pemberitaan berkala. e. Buku: Tulisan tetang ilmu pengetahuan, essai, cerita-cerita panjang, kisah-kisah perjuangan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukkuran setengah kuarto atau setengan folio dan dijilid rapih.55 Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Ini tampak pada pengendallian arus informasi, umpan balik, stimuli alat indra dan proporsi unsur isi dengan hubungan (berita). 2.4.5 Fungsi Komunikasi Massa Secara Umum Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk spesialisasi dari komunikasi. Oleh karena itu fungsi komunikasi massa pada prinsipnya sama denganfungsi komunikasi secara umum. fungsi - fungsi tersebut meliputi : a. Fungsi memberikan informasi: Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi disekitarnya. 55 Totok Djuroto, Op cit, hal. 10-11 43 44 b. Fungsi memberikan pendidikan atau pembimbing: Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak. Oleh karena itu media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. c. Fungsi menghibur: Media massa mendisain program-programnya untuk menghibur. Sebagai contoh : media surat kabar dapat melakukan hal dengan memuat cerpen, komik, TTS bahkan berita yang mengandung human interest. d. Fungsi mempengaruhi khalayak: Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada Tajuk/Editorial, Features, Iklan-iklan, Artikel-artikel dan sebagainya. Sebagai contoh, khalayak terpengruh oleh iklan-iklan yang ditayanngkan oleh televise atau surat kabar. e. Fungsi proses pengembangan mental: Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia didalam kehidupan sosialnya membutuhkan kegiatan berkomunikasi. Komunikasi mempunyai fungsi yang sangat mendasar dari interaksi antar umat manusia, sebagai bahan ilustrasi. f. Fungsi adaptasi lingkungan: Adaptasi dengan lingkungan adalah penyesuaian diri kita kedalam lingkungan dimana kita berada. Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, juga menyesuaikan diri untuk dapat bertahan. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. g. Fungsi manipulasi lingkungan: Manipulasi disini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negative, tetapi yang dimaksud deng memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha 44 45 untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada disekitarnya. Dalam fungsi manipulasi komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.56 2.5 Evaluasi Saat ini, peran evaluasi dalam profesi PR menjadi semakin penting seperti yang diucapkan oleh Presiden IPR, Keith Hanshall pada tahun 1995, ” Evaluasi merupakan kunci agar PR dapat diterima sebagai salah satu disiplin manajemen”.57 Evaluasi adalah suatu proses untuk memantau dan menguji, serta merupakan analisis terhadap hasil akhir dari suatu kampanye atau program. Evaluasi dapat dianggap sebagai pekerjaan yang sangat membosankan, tetapi kebanyakan orang harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya. Jika dilaksanakan dengan benar, evaluasi dapat membantu dalam menangkap tandatanda bahaya sebelum masalah itu sendiri berkembang.58. Alasan melakuakan evaluasi : a. Memfokuskan usaha b. Menunjukan keefektifan. c. Memastikan efisiensi biaya. d. Mendukung manajemen yanng baik e. Memfasilitasi pertanggungjawaban. 56 Siti Karnilah, Komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta, 2000, Cetakan keempat, hal. l 5.3-5.8 57 Michael B, Alison T dan David W, Hubungan Media Yang Efektif, Erlangga, 2004, Edisi Kedua, hal. 35 58 Anne Gregory, Perencanaan Dan Manajemen Kampanye Public Relations, Erlangga, 2001. hal. 139 45