BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teknologi WLAN Jaringan lokal tanpa kabel atau WLAN adalah suatu jaringan area lokal tanpa kabel dimana media transmisinya menggunakan frekuensi radio (RF) dan infrared (IR), untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh penggunadalam area disekitarnya. Area jangkauannya dapat berjarak dari ruangan kelas ke seluruh kampus atau dari kantor ke kantor yang lain dan berlainan gedung. Peranti yang umumnya digunakan untuk jaringan WLAN termasuk di dalamnya adalah PC, Laptop, PDA, telepon seluler, dan lain sebagainya. Teknologi WLAN ini memiliki kegunaan yang sangat banyak. Contohnya, pengguna mobile bisa menggunakan telepon seluler mereka untuk mengakses e-mail. Sementara itu para pelancong dengan laptopnya bisa terhubung ke internet ketika mereka sedang di bandara, kafe, kereta api dan tempat publik lainnya. Setiap teknologi pasti ada kelebihan dan kelemahan yang ditawarkan kepada pengguna, untuk teknoologi wireless mempunyai kelebihan dan kelemahan antara lain : Kelebihan yang ditawarkan wireless : 1. Mobilitas • Bisa digunakan kapan saja. • Kemampuan akses data pada jaringan wireless itu real time, selama masih di area hotspot. 7 8 2. Kecepatan Instalasi • Proses pemasangan cepat. • Tidak perlu menggunakan kabel. 3. Fleksibilitas Tempat • Bisa menjangkau tempat yang tidak mungkin dijangkau kabel. 4. Jangkauan luas 5. Biaya pemeliharannya murah (hanya mencakup stasiun bukan seperti pada jaringan kabel yang mencakup keseluruhan kabel). 6. infrastrukturnya berdimensi kecil. 7. mudah dikembangkan. 8. mudah & murah untuk direlokasi dan mendukung portabelitas. Kelemahan teknologi wireless : a. Transmit data kecil, sedangkan jika menggunakan kabel akan lebih cepat. b. Alatnya cukup mahal. c. Mudah terjadi gangguan antara pengguna yang lain ( Interferensi Gelombang ) d. Kapasitas jaringan terbatas. e. Keamanan data kurang terjamin. f. Intermittence ( sinyal putus-putus ) g. Mengalami gejala yang disebut multipath yaitu propagasi radio dari pengirim ke penerima melalui banyak jalur yang LOS. h. Mempunyai latency yang cukup besar dibandingkan dengan media transmisi kabel. 9 2.1.1. Standarisasi Teknologi Wireless Proyek 802, protocol yang dikenal di wireless local area network (WLAN) adalah IEEE 802.XX. Arti dari 802.XX merupakan komite yang bergerak dalam standarisasi Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) tersebut di bentuk pada bulan Februari tahun 1980, sehingga satandarisasi diberi nama 802.XX. Jaringan wireless yang popular saat ini adalah Bluetooth, wifi wimax yang juga standarisasi wireless. Secara umum berlaku satandarisasi IEEE 802.15, IEEE 802.11 (a, b, g), 802.16 dan yang lainya. Perbedaan yang paling utama antara 802.15, 802.11 dan 802.16 merupakan kecepatan transfer data. Dengan menggunakan standarisasi yang sama maka semua pernagkat dapat saling berkomunikasi. Sebagai contoh adalah standarisasi wifi jadi semua perangkat yang ada logonya wifi maka dapat saling berkomunikasi. WiFi (Wireless Fidelity) WiFi memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. 2.1.2. Jaringan Wireless Infrastructure Jaringan server based / wireless infrastructure memerlukan sebuah komponen khusus yang berfungsi sebagai access point. Masing-masing client akan mengirimkan datanya ke access point. Access point merupakan sebuah alat yang berbentuk seperti kotak kecil berantena yang biasanya dipasang di langit-langit 10 atau dinding. Pada saat access point menerima data, ia akan mengirimkan kembali sinyal radio tersebut ke client yang berada di area cakupannya, atau dapat mentransfer data melalui jaringan ethernet. Pada tipe wireless infrastructure ini, untuk melakukan komunikasi data, antara client dan access point harus membangun sebuah hubungan yang disebut dengan association. Proses ini meliputi 3 tahapan yaitu : 1. Unauthenticated dan unassociated Pada tahapan ini, client akan melakukan identifikasi untuk mencari access point yang ada. Client dan access point pada tahap ini belum melakukan proses authentikasi maupun asosiasi 2. Authenticated dan unassociated Pada tahap ini, client dan access point akan melakukan proses authentikasi dan belum melakukan proses asosiasi 3. Authenticated dan associated Pada tahap ini, client dan access point telah melakukan proses authentikasi dan juga proses asosiasi. Client mengirimkan request frame dan access point merespon dengan mengirim response frame. 2.1.3. Metode Penyebaran Spektrum Pada Wlan Spesifikasi IEEE 802.11 mempunyai beberapa metode transmisi data. Metode inframerah mempunyai perkembangan teknologi yang masih terbatas, di mana 11 teknologi ini hanya dapat mentransmisikan data pada jarak yang sangat pendek. Teknologi yang sangat berkembang adalah teknologi gelombang radio atau radio frequency (RF), yaitu Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS), Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS), dan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Wireless LAN mentransfer data melalui udara dengan menggunakan gelombang elektromagnetik dengan teknologi yang dipakai adalah Spread-Sprectum Technology (SST). Dengan teknologi ini memungkinkan beberapa user menggunakan pita frekuensi yang sama secara bersamaan. SST ini merupakan salah satu pengembangan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA). Dengan urutan kode (code sequence) yang unik data ditransfer ke udara dan diterima oleh tujuan yang berhak dengan kode tersebut. Dengan teknologi Time Division Multiple Access (TDMA) juga bisa diaplikasikan (data ditransfer karena perbedaan urutan waktu/time sequence). 2.1.4.1. Teknologi Spread Spectrum Spread Spectrum merupakan sebuah bentuk peningkatan penting dari encoding untuk komunikasi wireless. Teknik ini dapat digunakan untuk mengirim baik data analog maupun digital, dengan menggunakan sinyal analog. Teknik spread spectrum ini dikembangkan untuk keperluan militer dan intelegent. Ide dasarnya adalah untuk menyebarkan sinyal informasi ke sebuah bandwidth yang lebih lebar untuk membuat jamming dan interception lebih susah. Tipe pertama dari spread spectrum yang dikembangkan dikenal dengan frequency hopping. Tipe yang lebih baru dari spread spectrum adalah direct sequence. Kedua teknik ini digunakan diberbagai standard komunikasi wireless dan produk. (Stallings,2004) 12 2.1.4.2. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) Frequency Hopping Spread Spectrum menggunakan carrier narrowband yang mengubah frekuensi dalam sebuah pola yang diketahui oleh kedua baik pengirim maupun penerima. Disinkronisasi secara tepat, efeknya adalah untuk mempertahankan sebuah channel logikal tunggal untuk sebuah penerima yang tidak diinginkan, FHSS merupakan sebuah impulse noise berdurasi pendek. Gambar 2.1 - FHSS Pada FHSS, sinyal ditransfer secara bergantian dengan menggunakan 1MHz atau lebih dalam rentang sebuah pita frekuensi tertentu yang tetap. Prinsip dari metoda frequency hopping adalah menggunakan pita yang sempit yang bergantian dalam memancarkan sinyal radio. Secara periodik antara 20 sampai dengan 400ms (milidetik) sinyal berpindah dari kanal frekuensi satu ke kanal frekuensi lainnya. 13 2.1.4.3. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) Direct Sequence Spread Spectrum menghasilkan sebuah pola bit rendundan untuk tiap bit yang akan ditransmisikan. Pola bit ini dinamakan chip code. Semakin panjang chip code, semakin besar kemungkinan data asli dapat di-recover. Walaupun jika satu atau lebih bit di dalam chip mengalami kerusakan selama transmisi, teknik statikal yang tertanam pada radio dapat me-recover data asli tanpa perlu untuk transmisi ulang. Untuk penerima yang tidak diinginkan, DSSS tampil sebagai wideband noise berdaya rendah dan ditolak oleh kebanyakan penerima narrowband. Gambar 2.2 - DSSS Pada DSSS, tiap bit yang dikirim oleh pengirim diganti oleh bit sequence yang disebut chip code. Untuk menghindari buffering, waktu yang diperlukan untuk mengirim 1 bit asli seharusnya sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengirim 1 chip code. Ini berarti data rate untuk mengirim chip code seharusnya N (jumlah bit untuk tiap chip code) dikalikan dengan data rate stream bit asli, Pada saat sinyal dipancarkan setiap paket data diberi kode yang unik dan berurut untuk sampai di tujuan, di perangkat tujuan semua sinyal terpancar yang diterima diproses dan difilter sesuai dengan urutan kode yang 14 masuk. Kode yang tidak sesuai akan diabaikan dan kode yang sesuai akan diproses lebih lanjut. 2.1.4.4. Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan beberapa buah frekuensi (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Masing-masing sub-carrier tersebut dimodulasikan dengan teknik modulasi konvensional pada rasio symbol yang rendah. Gambar 2.3 - OFDM Pada OFDM, deretan data informasi yang akan dikirim dikonversikan kedalam bentuk parallel, sehingga bila bit rate semula adalah R , maka bit rate di tiap-tiap jalur parallel adalah R/M dimana M adalah jumlah jalur parallel (sama dengan jumlah sub-carrier). Setelah itu, modulasi dilakukan pada tiaptiap sub-carrier. Kemudian sinyal yang telah termodulasi tersebut 15 diaplikasikan ke dalam Inverse Discrete Fourier Transform (IDFT), untuk pembuatan simbol OFDM. Penggunaan IDFT ini memungkinkan pengalokasian frekuensi yang saling tegak lurus (orthogonal), mengenai hal ini akan dijelaskan lebih lanjut. Setelah itu simbol-simbol OFDM dikonversikan lagi kedalam bentuk serial, dan kemudian sinyal dikirim. 2.1.4. Antenna Antena adalah alat yang digunakan untuk mentransmisikan dan/atau menerima gelombang radio. Medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena disebuat beam atau lobe. Antena bekerja dengan mengubah gelombang terarah (guided wave) menjadi gelombang freespace (freespace wave) dan sebaliknya, dengan tujuan agar gelombang terarah dapat merambat pada freespace dan gelombang freespace dapat ditangkap oleh antena. Karena fungsinya tersebut, maka antena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam transmisi nirkabel. Directivity adalah kemampuan antena untuk memfokuskan energi ke arah tertentu dibandingkan pada arah yang lain. Pola radiasi antena digambarkan sebagai kuat relatif dari medan elektromagentik yang dipancarkan oleh antena ke segala arah pada jarak yang konstan. Bila dilihat dari pola radiasinya, maka antena dibagi menjadi dua macam, yaitu antena omni-directional dan antena directional. • Antena Omni-directional Antena omni-directional meradiasikan energi 360 derajat secara merata berdasarkan porosnya. Antena omni-directional dikenal juga sebagai 16 antena dipole. Antena dipole meradiasikan energi dalam pola yang tampak seperti kue donat. Gambar 2.4 - Pola Radiasi Antena Omni-Directional Antena omni-directional dengan gain yang besar memberikan converage horizontal yang lebih jauh, sedangkan converage secara vertikal berkurang. • Antena Directional Antena directional digunakan untuk komunikasi point-to-point dengan wireless bridge. Semakin besar gain yang dimiliki oleh antena directional, semakin sempit pula beamwidth-nya. Gambar 2.5 - Pola Radiasi Antena Directional 17 2.1.4.1. Konsep Antena 1. Polarisasi Gelombang radio merupakan gelombang elekromagnetik. Medan listrik sejajar dengan antena, sedangkan medan magnet tegak lurus terhadap antena. Polarisasi antena dilihat dari polarisasi medan listrik terhadap bumi, sehingga jika peletakkan antena vertikal, maka polarisasinya adalah vertikal. 2. Gain Antena Gain antena diukur dalam satuan dBi (dB isotropic), besar desibel yang diukur berdasarkan referensi dari radiator isotropis. Radiator isotropis merupakan sebuah bola yang meradiasikan energi merata ke seluruh arah pancarannya. Antena memiliki gain pasif, yang berarti antena tidak meningkatkan energi yang diberikan, tetapi memfokuskan radiasinya sehingga pancaran dapat lebih jauh. 3. Beamwidth Beamwidth merupakan lebar fokus pemancaran gelombang radio oleh antena. 18 Gambar 2.6 - Beamwidth 4. Free Space Path Loss Gelombang radio yang merambat akan kehilangan energi seiring dengan perambatannya melalui medium. Free space path loss merupakan loss yang dialami oleh gelombang radio ketika merambat melalui medium udara. 5. Power Over Ethernet (PoE) Power Over Ethernet merupakan metode mengirimkan listrik DC ke access point atau wireless bridge melalui kabel ethernet UTP cat 5. Gambar 2.7 - Power Over Ethernet 19 2.1.4.2. Site Survey Access point memiliki jangkauan yang terbatas. Pada area yang sangat luas; seperti gudang atau kampus perguruan tinggi; dibutuhkan pemasangan beberapa access point untuk menjangkau seluruh wilayah tersebut. Pemasangan access point ditentukan melalui suatu proses yang disebut site survey. Tujuan dari site survey adalah menjangkau seluruh wilayah akses sehingga client dapat melakukan koneksi secara mobile, tanpa harus terputus. Berikut adalah perangkat yang digunakan dalam site survey : 1. Spectrum Analyzer Spectrum analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya transmit, sinyal input, keadaan sinyal RF di tempat yang bersangkutan dan interferensi yang terjadi. 2. Strobe Light, Flashlight, Kaca, Binocular atau Telescope yang bermanfaat untuk mengevaluasi Line of Sight dari tempat-tempat yang akan dipasang 3. Meteran, minimal 10 meter 4. Peta Topografik 1:50.000 atau peta komputer 5. Hand-held GPS dengan fungsi kompas dan Altimeter. 6. Topi dan ban keselamatan 7. Tangga 20 2.1.5. Permasalahan Jaringan Nirkabel dan Solusinya Adapun permasalahan jaringan nirkabel pada umumnya adalah sebagai berikut ini : 2.1.5.1. Multipath Beamwidth sinyal radio yang dipancarkan oleh sebuah antena akan semakin meluas seiring dengan semakin jauh jaraknya. Oleh karena itu, sinyal radio yang dipancarkan pada suatu saat akan menemukan hambatan pada jalur propagasinya dan mengalami pemantulan. Ketika sebuah gelombang radio dipantulkan oleh sebuah objek; misalnya lempengan logam, air, atap logam; dan bergerak menuju antena penerima, maka akan terjadi sebuah fenomena yang disebut multipath. Antena penerima akan menerima sinyal radio hasil komposisi dari sinyal yang diterima langsung dari antena pemancar dan sinyal radio hasil pantulan. Sinyal hasil pantulan akan tiba di antena penerima lebih lambat daripada sinyal langsung. Waktu tunda ini disebut sebagai delay spread. Gambar 2.8 - Multipath 21 Multipath dapat menyebabkan beberapa hal : 1. Downfade Downfade terjadi ketika sinyal pantulan berbeda fase dengan sinyal langsung sehingga komposisi kedua sinyal menyebabkan amplitudo sinyal asli menurun. 2. Corruption Corruption terjadi ketika sinyal pantulan mengakibatkan komposisi akhir sinyal yang diterima antena penerima tidak dapat diidentifikasikan dan harus mentrasmisi ulang sinyal tersebut. Corruption menyebabkan menurunnya throughput. 3. Nulling Nulling terjadi ketika sinyal pantulan yang diterima antena memiliki amplitudo yang sama dengan sinyal langsung dan perbedaan fase 1800 dengan sinyal langsung, sehingga menyebabkan komposisi kedua sinyal adalah nol. 4. Upfade Upfade merupakan fenomena yang berlawanan dengan fenomena downfade. Pada fenomena upfade, sinyal pantul memperkuat sinyal akhir yang diterima oleh antena penerima. Penggunaan antena diversity akan mengurangi efek multipath. Antena diversity menggunakan beberapa antena untuk membawa sinyal input ke 22 sebuah penerima. Penerima akan mengambil sinyal dengan kualitas terbaik dari semua sinyal input yang diberikan. 2.1.5.2. Hidden Node Jaringan nirkabel menggunakan protocol CSMA/CA dalam menggunakan medium frekuensi secara bersama. Protocol CSMA/CA mengharuskan setiap node mendengarkan saluran frekuensi sebelum melakukan transmisi untuk menghindari terjadinya collision. Permasalah hidden node muncul ketika sebuah node yang sedang terhubung ke access point tidak dapat melihat node lain yang juga terhubung ke access point, sehingga kemungkinan terjadi collision semakin besar. Efek dari fenomena hidden node adalah menurunnya throughput sampai dengan 40%. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah hidden node, yaitu : 1. Menggunakan RTS/CTS Request-to-Send/Clear-to-Send (RTS/CTS) tidak menghilangkan masalah hidden node. Solusi ini hanya mengurangi efek negatif yang diakibatkan oleh hidden node. Dengan protocol RTS/CTS, sebelum pengirim diperbolehkan mengirim data, pengirim diharuskan untuk mengirim paket kecil (RTS) ke penerima dan penerima diharuskan untuk mengirim CTS. 23 2. Meningkatkan power node Dengan meningkatkan power node, masalah hidden node dapat dipecahkan karena dengan meningkatnya power yang digunakan, maka kemungkinan hidden node untuk terdeteksi oleh node lain semakin besar. 3. Menghilangkan halangan Selain meningkatkan power node, terdapat alternatif lain untuk mengatasi hidden node yaitu dengan menghilangkan halangan. Dengan menghilangkan halangan, maka power node tidak perlu ditingkatkan. 4. Memindahkan node Solusi lain untuk hidden node adalah dengan memindahkan node yang tidak terdeteksi oleh node lain ke tempat lain, sehingga node tersebut dapat saling mendengarkan. 2.1.5.3. Near/far Masalah near/far terjadi ketika ada node yang terletak sangat dekat dengan access point memiliki power transmisi yang besar sedangkan ada node lain yang lebih jauh dari access point tetapi memiliki power transmisi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan node yang dekat dengan access point. Hal ini menyebabkan node yang letaknya lebih jauh dari access point yang memiliki power transmisi yang lebih kecil tidak terdengar oleh access point. Protokol 24 CSMA/CA telah mengatasi masalah near/far tanpa perlu campur tangan administrator jaringan. Ketika sebuah node dapat mendengarkan node lain sedang melakukan transmisi data, maka node tersebut akan menghentikan transmisinya, sesuai dengan aturan CSMA/CA. Jika masalah near/far masih muncul, maka dapat dilakukan beberapa alternatif berikut : 1. Meningkatkan power transmisi node yang lebih jauh. 2. Menurunkan power transmisi node yang dekat dengan access point. 3. Memindahkan node yang lebih jauh menjadi lebih dekat dengan access point. 2.1.5.4. Interferensi Ada beberapa jenis interferensi radio yang dapat muncul selama pemasangan jaringan nirkabel, diantaranya interferensi narrowband, interferensi all-band, interferensi akibat pemakaian channel yang sama atau channel yang bersebelahan dan interferensi akibat cuaca. 1. Interferensi Narrowband Interferensi narrowband dapat mengganggu transmisi sinyal radio yang dipancarkan oleh peralatan spread spectrum. Interferensi narrowband tergantung dari power transmisi, lebar pita frekuensi dan tingkat konsistensinya. Sinyal narrowband mengganggu sebagian kecil dari pita frekuensi yang digunakan oleh sinyal spread spectrum. Jika 25 sinyal narrowband berinterferensi dengan sinyal spread spectrum pada channel 3, maka dengan memindahkan penggunaan channel spread spectrum dapat menghilangkan interferensi yang terjadi. Untuk mengidentifikasikan ada interferensi narrowband, maka diperlukanspectrum analyzer. 2. Interferensi All-Band Interferensi all-band adalah sinyal yang berinterferensi dengan sinyal spread spectrum secara merata di seluruh pita frekuensi. Teknologi seperti bluetooth atau sebuah microwave oven biasanya menyebabkan interferensi all-band pada sinyal radio 802.11. Solusi terbaik untuk masalah interferensi all-band adalah dengan menggunakan teknologi yang penggunaan spektrum frekuensinya berbeda dengan spektrum sumber interferensi. Jika penggunaan teknologi 802.11b mengalami interferensi all-band, maka solusinya adalah dengan menggunakan teknologi 802.11a. Pencarian sumber interferensi all-band akan lebih sulit dibandingkan dengan interferensi narrowband. 3. Interferensi Cuaca Cuaca yang sangat buruk dapat mempengaruhi kinerja jaringan nirkabel. Cuaca normal seperti hujan, salju, kabut, tidak memiliki pengaruh besar terhadap kinerja jaringan nirkabel. Angin tidak mempengaruhi sinyal radio, tetapi mempengaruhi posisi antena yang dipasang di luar gedung. Perubahan antena dapat menyebabkan sinyal 26 yang dipancarkan tidak diterima oleh antena penerima. Petir dapat mengganggu dalam dua cara. Pertama, petir dapat menyambar antena atau objek di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan. Kedua, petir dapat mengganggu jalur yang dilewati oleh signal radio. Masalah pertama dapat dicegah dengan menggunakan lightning arrestor. 4. Interferensi Co-Channel dan Adjacent Channel Penggunaan channel yang sama (co-channel) maupun berdekatan (adjacent channel) dapat menyebabkan interferensi, karena pita frekuensi yang diguakan saling bertumpukan satu sama lain (overlap). Setiap channel menggunakan lebar pita frekuensi 22 Mhz sedangkan frekuensi utama setiap channel hanya terpisah 5 Mhz. Interferensi ini akan menyebabkan throughput berkurang jauh. Hanya ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah ini, yaitu dengan menggunakan channel yang tidak overlap, atau dengan memindahkan access point sampai sinyal radio keduanya tidak saling berinterferensi. 5. Jangkauan Ketika mempertimbangkan peletakan peralatan jaringan nirkabel, jangkauan komunikasi harus diperhitungkan. Ada tiga hal penting yang akan mempengaruhi jangkauan komunikasi, yaitu power transmisi, jenis dan lokasi antena dan lingkungan. 27 a. Power Transmisi Power transmisi yang lebih besar akan memiliki jangkauan komunikasi yang lebih jauh. Sebaliknya, dengan menurunkan power transmisi, maka jangkauan komunikasi akan semakin pendek. b. Jenis dan Lokasi Antena Penggunaan antena yang memiliki beamwidth lebih kecil (antena directional) akan memperluas jangkauan sinyal radio, sedangkan penggunaan antena omni-directional akan memperpendek jangkauan sinyal radio. c. Lingkungan Lingkungan yang penuh dengan noise akan memperpendek jangkauan sinyal radio. Selain itu, lingkungan yang penuh dengan noise akan mempersulit jaringan nirkabel untuk membangun link yang stabil. 2.1.5.5. Keamanan Jaringan Nirkabel Keamanan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan dan implementasi suatu jaringan. Ada beberapa solusi yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan keamanan pada jaringan nirkabel, yaitu : 28 1. LEAP Lightweight Extensible Authentication Protocol (LEAP) adalah jenis otentiaksi utama yang digunakan pada access point Cisco. LEAP menggunakan metode WEP untuk melakukan proses enkripsi. Selain itu, LEAP juga bisa digabungkan dengan metode otentikasi yang lain. 2. VPN Virtual Private Network (VPN) adalah suatu proses di mana jaringan umum (public network / Internet) diamankan untuk memfungsikan sebagaimana private network. Otentiaksi dan enkripsi merupakan dua teknik yang terdapat dalam VPN. Teknologi penting lainnya yang biasa digunakan untuk menyesuaikan otentikasi dan enkripsi adalah tunneling, yang merupakan suatu enkapsulasi satu paket protokol di dalam paket protokol lain 3. WEP Wired Equivalent Privacy (WEP) merupakan protokol keamanan, yang dispesifikasikan dalam standar IEEE Wireless Fidelity (Wi-Fi), 802.11b yang dirancang untuk menyediakan jaringan nirkabel dengan tingkat keamanan dan keleluasaan pribadi dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam jaringan kabel. WEP menggunakan key yang statis untuk melakukan proses otentikasi antara client dengan access point. Permasalahan pada WEP adalah metode otentikasi ini sudah bisa dipecahakan dengan menggunakan aplikasi tertentu. Selain itu, 29 penambahan key pada WEP membuat data semakin besar yang mengakibatkan lambatnya pengiriman data. 4. WPA Wi-Fi Protected Access (WPA) adalah pengenbangan lanjutan dari WEP. Berbeda dengan WEP, WPA menggunakan key yang dihasilkan secara dinamis sehingga semakin mempersulit client yang tidak berhak untuk menggunakan fasilitas access point. 2.2. Sistem Informasi ERP Secara umum ERP (Enterprise Resource Planning) diartikan sebagai: (1) Sebuah sistem informasi yang mengkoordinasikan seluruh sumber daya, informasi dan aktifitas perusahaan. (2) Lebih jauh, Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap. (3) ERP merupakan software yang mengintegrasikan semua departemen dan fungsi perusahaan ke dalam satu sistem komputer yang dapat melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD, produksi atau keuangan. (4) Sistem ERP adalah sistem yang terintegrasi. Dimana Integrasi yang dimaksud adalah menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical database, sehingga memudahkan semua departemen berbagi informasi dan berkomunikasi. 30 Sistem ERP didasarkan pada database pada umumnya dan rancangan perangkat lunak modular. Database yang ada dapat mengijinkan setiap departemen dalam perusahaan untuk menyimpan dan mengambil informasi secara real-time. Informasi tersebut harus dapat dipercaya, dapat diakses dan mudah disebarluaskan. Rancangan perangkat lunak modular harus berarti bahwa sebuah bisnis dapat memilih modul-modul yang diperlukan, dikombinasikan dan disesuaikan dari vendor yang berbeda, dan dapat menambahkan modul baru untuk meningkatkan unjuk kerja bisnis. Pada tulisan kali ini, sistem ERP yang dibahas adalah sistem proses bisnis pada perusahaan manufaktur. 2.2.1. Tujuan ERP Tujuan sistem ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi secara keseluruhan. ERP merupakan software yang ada dalam organisasi/perusahaan yang digunakan untuk : • Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis. Baik proses bisnis perusahaan manufaktur atau jasa. • Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise. • Menghasilkan informasi yang real-time. • Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan. 31 2.2.2. Sistem ERP Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang diberikan kepada sistem informasi yang mendukung transaksi atau operasi sehari-hari dalam pengelolaan sumber daya perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu, material dan kapasitas. Konsep dari sistem ERP dapat diilustrasikan sebagai berikut : Gambar 2.9 – Konsep ERP Paket sistem ERP biasanya terdiri atas sekumpulan modul-modul yang dapat mendukung berbagai fungsi dan proses pada perusahaan. Alur proses bisnis yang terjadi dalam perusahaan komersial, baik yang menghasilkan produk barang jasa secara umum merupakan satu siklus kontinu mulai dari permintaan konsumen, pembuatan produk, penyerahan produk, penagihan, pembayaran dan layanan purnajual. 32 2.3. VoIP (Voice over Internet Protocol) Sistem Public Switched Telephone adalah sistem yang dipakai untuk mengantarkan lalu lintas suara dengan sedikit lalu lintas data pada sistem tersebut. Tetapi lalu lintas data terus berkembang dan pada tahun 1999, besarnya volume lalu lintas data menjadi sama dengan besarnya lalu lintas suara. Pada tahun 2002, volume dari lalu lintas daya menjadi lebih besar daripada volume dari lalu lintas suara dan masih terus berkembang pesat, dengan lalu lintas suara cenderung datar. Angka ini menyebabkan penyedia layanan jaringan packet-switching menjadi tertarik untuk membawa lalu lintas sura pada jaringan data mereka. Besarnya bandwidth tambahan yang dibutuhkan untuk sura ini sangat kecil semenjak jaringan packet dapat dibagi-bagi untuk lalu lintas data. Bagaimanapun, rata-rata tagihan telepon setiap orang mungkin saja lebih besar daripada tagihan internetnya, jadi penyedia layanan jaringan data melihat Internet telephony sebagai satu cara untuk mendapatkan tambahan uang yang besar tanpa harus menaruh tambahan jalur fiber apapun. Karena itulah, akhirnya Internet telephony lahir. Keuntungan-keuntungan dari penggunaan VoIP jelas terlihat (Goncalves, 1999, p70). Pertimbangan yang menentukan keputusan untuk menerapkan VoIP lebih berhubungan dengan masalah teknis dibandingkan dengan masalah perhitungan dari keuntungan yang didapat. Tujuan dari pada saat menerapkan VoIP adalah untuk mendapatkan sebuah teknologi yang mendukung komunikasi, termasuk suara dan video pada beberapa infrastruktur termasuk jaringan berbasis IP dan Internet. 33 Meskipun demikian, terdapat beberapa tantangan untuk menerapkan VoIP (Goncalves, 1999, p216-217). Beberapa tantangan tersebut termasuk diantaranya membuat perusahaan telekomunikasi untuk menerapkan VoIP dan menerapkan standar. Sebagai contoh, pada tahun 1977, Qwest Communications, sebuah perusahaan telekomunikasi di Denver, mulai menawarkan layanan komunikasi jarak jauh dengan harga 7.5 cents per-menit. Hal yang paling mengejutkan adalah bukan perusahaan tersebut menurunkan harga sebanyak 50 persen, tetapi perusahaan tersebut menggunakan VoIP sebagai teknologinya. Beberapa perusahaan telkomunikasi lainnya seperti AT&T, Sprint dan WorldCom mengatakan bahwa VoIP belum siap untuk saat itu. Sampai pada tahun 1998, belum banyak yang menggunakan VoIP. Tantangan lainnya adalah penggunaan protocol untuk teknologi VoIP. Beberapa protocol ditawarkan untuk teknologi VoIP. Untuk dapat berkomunikasi, kedua belah pihak harus menggunakan protocol yang sama. Beberapa protocol untuk VoIP adalah H.323 yang adalah rekomendasi dari ITU-T, H.100/H.110 dari ECTF (Enterprise Computer Telephony Forum) dan SIP yang diusulkan oleh IETF (Internet Engineering Task Force). 2.3.1. SIP (Session Initiation Protocol) Menurut Douskalis (2000, p69) Session Initiation Protocol (SIP) adalah sebuah signaling protocol berbasis text yang digunakan untuk membuat dan mengendalikan sesi multimedia dengan dua atau lebih user yang berpartisipasi. Secara singkatnya, SIP yang telah distandarisasikan pada RFC 34 3261 adalah sebuah protocol client-server yang dapat dikirimkan melalui TCP ataupun UDP, tetapi pada umumnya pengimplementasian dari SIP menggunakan UDP untuk kecepatan dan kesederhanaannya. Komunikasi pada SIP terjadi pada client yang biasa disebut dengan user agent (UA) dan satu atau lebih SIP server. Dengan SIP, sesi multimedia dapat dibuat dari berbagai pihak selama adanya koneksi diantara mereka. Berikut merupakan gambaran singkat dari lima aspek kunci SIP untuk memfasilitasi pemanggilan dan pengendalian sesi : • Call Setup: SIP dapat menangani pemanggilan dari point-to-point maupun multipoint. • User location services: user memiliki kemampuan untuk berpindah ke lokasi yang berbeda dan mengakses fasilitas telepon mereka dari tempat tersebut. • User Capabilities: Menentukan media dan parameter-parameter media yang digunakan. SIP menggunakan SDP untuk menegosiasikan parameter dari media. • User availibility: Menentukan keinginan atau ketersediaan dari pihak yang dipanggil untuk melakukan komunikasi • Call handling: Termasuk fitur pemanggilan dan mengakhiri pembicaraan. Fitur-fitur seperti ini penting bagi layanan telepon. 35 2.3.1.1. SIP Signaling Method SIP menggunakan 6 method dasar signaling untuk menangani pembuatan dan pengendalian sesi multimedia. Enam method tersebut adalah : Tabel 2.1 Metode Signaling Pada SIP Method Definisi Invite Ini adalah message pertama yang disampaikan oleh pihak pemanggil pada proses pemanggilan. Pada message ini terdapat parameterparameter SDP. Ack Pihak pemanggil akan meresponse dengan ACK untuk request INVITE yang telah diterima dengan code 200. Options Message ini dikirimkan untuk mengetahui kemampuan dari sebuah agent SIP. Bye Client mengirimkan message ini untuk memutuskan sebuah panggilan. Cancel Method ini digunakan untuk menggagalkan sebuah panggilan yang sedang dalam proses (belum direspon oleh pihak yang dipanggil). Register Client menggnakan method REGISTER untuk mendaftarkan alamat lokasinya sekarang kepada sebuah server SIP. 36 2.3.1.2. SIP Call Flow Gambar 2.10 - Contoh SIP INVITE call flow Pada contoh skenario diatas, Alice mencoba untuk melakukan panggilan kepada Bob. Karena softphone dari Alice tidak mengetahui lokasi dari Bob, maka softphone dari Alice mengririm request INVITE kepada SIP server pada domain tempat ia melakukan REGISTER. Lokasi dari SIP server ini dapat sudah dikonfigurasi pada softphone milik Alice atau didapat dari proses DHCP. Pada contoh ini, SIP server pada domain Alice bertindak sebagai proxy server, server ini melanjutkan panggilan kepada SIP server pada domain lain dan mengembalikan respon 100 (Trying) kepada Alice. SIP server pada domain Bob akan menerima request INVITE ini dan mengembalikan respon 100 kepada SIP server pada domain Alice sebagai tanda ia sudah menerima 37 request tersebut dan akan memprosesnya, lalu request tersebut dilanjutkan kepada softphone Bob. softphone Bob akan menerima request ini dan mengembalikan respon 180 (Ringing) dan menunggu respon dari Bob apakah akan menerima panggilan atau menolak panggilan. Pada contoh diatas, Bob menerima panggilan sehingga respone 200 (OK) dikembalikan kepada pihak pemanggil yang adalah Alice. Akhirnya, softphone Alice mengirimkan ACK kepada Bob sebagai konfirmasi dari respon 200 dan sesi komunikasi multimedia diantara keduanya dapat dimulai. Pada contoh diatas, Bob memutuskan sesi komunikasi sehingga softphone Bob mengirimkan BYE kepada Alice. Sebagai konfirmasi bahwa Alice sudah menerima pesan BYE tersebut dari Bob, softphone Alice mengirimkan pesan 200 kepada softphone Bob. 2.3.1.3. SIP Message Format INVITE sip:[email protected] SIP/2.0 Via : SIP/2.0/TCPclient.atlanta.example.com:5060; branch=z9hG4bK74bf9 Max-Forwards: 70 From: Alice <sip:[email protected]>;tag=9fxced76sl To: Bob <sip:[email protected]> Call-ID: [email protected] CSeq: 1 INVITE Contact: <sip:[email protected];transport=tcp> Content-Type: application/sdp Content-Length: 151 38 v=0 o=alice 2890844526 client.atlanta.example.com 2890844526 IN IP4 s=c=IN IP4 192.0.2.101 t=0 0 m=audio 49172 RTP/AVP 0 a=rtpmap:0 PCMU/8000 Baris pertama dari message tersebut berisikan nama method (INVITE). Baris-baris berikutnya berisikan header-header field. header-header field tersebut secara singkat adalah : • Via berisikan alamat dimana pihak pemanggil akan berharap respon dikirimkan ke alamat tersebut. Pada field ini terdapat juga parameter branch sebagai penanda unik sebuah transaksi. • To berisikan sebuah display name dan sebuah alamat SIP atau SIPS dimana request ditujukan. • From juga dapat berisikan sebuah display name dan alamat SIP atau SIPS dari pengirim sebuah request. Field ini juga berisikan sebuah parameter tag yang berisikan string acak dan akan digunakan sebagai identifikasi unik dari sebuah sesi. • Call-ID berisikan pengidentifikasi unik untuk panggilan ini. Kombinasi dari Call-ID, tag pada From, dan tag pada To field akan menjadi identifikasi unik sebuah pembicaraan yang biasa disebut dialog. 39 • CSeq berisikan sebuah angka acak dan nama method. Angka pada Cseq akan terus ditambahkan untuk setiap request baru pada sebuah dialog. • Contact berisikan sebuah alamat SIP atau SIPS yang menandakan alamat untuk menghubungi pihak pengirim request secara langsung. • Max-Forwards berguna untuk membatasi banyaknya jumlah hop darisebuah request sampai mencapai ke tujuan. • Content-Type berisikan deskripsi dari isi pesan. • Content-Length berisikan besar dari isi pesan dalam byte. 2.3.1.4. SIP Response SIP memiliki 6 tipe response atas request yang dilakukan. Beberapa kode response tersebut adalah: (Douskalis, 2000, pp79-83) 1. Informasi (100-199). Response untuk informasi bahwa request akan diproses lebih lanjut. 2. Sukses (200). Request telah diproses dengan sukses. 3. Redirection (300-399). Panggilan memerlukan proses lebih lanjut sebelum dapat diselesaikan. 40 4. Kesalahan yang dikarenakan oleh sisi client (400-499). Server tidak dapat memproses request lebih lanjut. Request harus diubah atau dikirim ulang sebelum dapat dilanjutkan. 5. Kesalahan pada sisi server (500-599). Tidak ada masalah pada request dari client, tetapi server tidak dapat memproses request yang dikirimkan. 6. Kesalahan global (600-699). Request client tidak dapat dilayani oleh server manapun. Tabel 2.2 - Beberapa jenis dan arti SIP response dari kode 100 sampai 199 Code Arti 100 Trying – request dari client sedang dalam proses 180 Ringing – telephone (virtual ataupun real) sedang berderin 181 Call Forwarding – panggilan akan diteruskan Queued for service – ini dapat digunakan untuk aplikasi 182 yang dapat menunda panggilan sampai panggilan panggilan yang lebih dulu dalam antrian selesai diproses. Tabel 2.3 - SIP response kode 200 Code Arti 200 OK – request telah telah selesai diproses dengan sukses. Tabel 2.4 - Beberapa jenis dan arti SIP response dari kode 300 sampai 399 Code Arti 300 Alamat dari pihak yang dipanggil terdapat lebih dari satu pilihan. Pilihanpilihan tersebut akan dikembalikan agar pihak pemanggil dapat memilih alamat mana yang akan dipanggil selanjutnya. 301 Pihak yang dipanggil telah pindah secara permanen dan pihak pemanggil dapat mencoba untuk menghubungi alamat yang baru yang disertakan 41 pada respon. 302 Pihak yang dipanggil telah pindah sementara, pihak pemanggil dapat mencoba menghubungi pada alamt yang disertakan pada respon. 305 Pihak yang dipanggil tidak dapat dihubungi secara langsung, melainkan harus melewati sebuah proxy. 380 Layanan yang diminta tidak dapat dilayani, tetapi beberapa layanan alternatif lain dapat diajukan. Tabel 2.5 - Beberapa jenis dan arti SIP response dari kode 400 sampai 499 Code Arti 400 Kesalahan pada syntax request. User harus melakukan autentikasi pada server seblum 401 melanjutkan request. 404 Server tidak mengenal pihak yang dipanggil Pihak yang dipanggil tidak ada untuk sementara. Server 480 mengetahui pihak yang dipanggil, tetapi pada saat request diminta server tidak tahu lokasi dari pihak yang dipanggil. 483 Hop telah melebihi jumlah maximum yang telah ditentukan Tabel 2.6 - Beberapa jenis dan arti SIP response dari kode 500 sampai 599 Code Arti 500 Kesalahan pada server. Kesalahan dapat berupa kesalahan perangkat keras ataupun kesalahan perangkat lunak. 501 Server tidak dapat melayani request karena request tersebut tidak diimplementasikan pada server. 502 Response yang tidak valid diterima oleh server (proxy) dari server lain pada saat meneruskan request. 503 Layanan tidak tersedia untuk sementara. Dapat dikarenakan oleh proses yang overload atau keterbatasan resource. 504 Server (proxy) tidak menerima response dalam kurun waktu tertentu. 505 Versi SIP tidak disupport oleh server. 42 Tabel 2.7 - Beberapa jenis dan arti SIP response dari kode 600 sampai 699 Code Arti 600 Pihak yang dipanggil sedang sibuk. 603 Pihak yang dipanggil menolak panggilan 604 Pihak yang dipanggil tidak ada dimanapun 606 Pihak yang dipanggil bersedia menerima panggilan, tetapi terdapat ketidaksesuaian dalam media yang diminta atau ketidaksesuaian lainnya. 2.3.2. SDP (Session Description Protocol) Di dalam suatu komunikasi multimedia antar user, terdapat suatu kebutuhan untuk menentukan beberapa parameter dalam satu sesi komunikasi terhadap semua user yang berpartisipasi. Semua user yang berpartisipasi dalam suatu sesi multimedia harus menyetujui parameter-parameter dalam sesi tersebut sebelum memulai sesi. Parameter-parameter yang dibutuhkan dalam suatu sesi adalah seperti alamat IP, port, format media, dan codec yang digunakan dalam sesi tersebut. Session Description protocol yang telah distandarisasi pada RFC 2327 menyediakan cara bagi para user untuk menegosiasikan parameterparameter tersebut. Di dalam penggunaannya bersamaan dengan SIP, message SDP dibawa oleh message SIP dan terdapat dalam bagian isi dari message SIP. SDP adalah protokol berbasis text. Deskripsi dari sesi di encode berdasarkan ASCII menggunakan format singkatan seperti berikut: (Douskalis, 2000, pp33-34) v=versi protocol o=pemilik/pembuat dan id dari sesi 43 s=nama sesi i=(optional) informasi tambahan dari sesi u=(optional) URI dari deskripsi e=(optional) alamat email p=(optional) nomor telepon c=(optional) informasi koneksi b=(optional) informasi bandwidth z=(optional) penyesuaian zona waktu k=(optional) kunci enkripsi a=(optional) nol atau lebih atrribute dari sesi Deskripsi Waktu t=waktu saat sesi aktif r=(optional) nol atau lebih perulangan Deskripsi Media m=nama media dan alamat transport i=(optional) judul media c=(optional) informasi koneksi – optional jika disertakan pada level sesi b=(optional) informasi bandwidth k=(optional) kunci enkripsi a=(optional) nol atau lebih atrribute dari sesi Sebagai contoh, sebuah deskripsi sesi dari SDP dapat bernilai seperti berikut: v=0 c=IN IP4 128.96.41.1 m=audio 3456 RTP/AVP 0 44 Dari contoh diatas, deskripsi dari sesi menunjukkan bahwa protocol SDP yang digunakan adalah 0, alamat endpoint IPv4 128.96.41.1, mode koneksi adalah audio, menggunakan RTP pada port 3456 dan tipe payload RTP 0. 2.3.3. RTP (Real-time Transport Protocol) Menurut Perea (2008, p206) RTP adalah sebuah protocol standard dari IETF (International Engineering Task Force) yang memungkinkan pengiriman data bersifat real-time, seperti suara maupun video, pada suatu komunikasi endto- end. RTP biasanya berjalan di atas UDP. RTP mendefinisikan konsep dari sesi RTP. Sebuah sesi RTP diidentifikasikan oleh sebuah alamat port dan sebuah tipe media. Sebuah paket RTP terdiri dari sebuah header dan data payload. Data payload berisi data suara ataupun video yang sebenarnya sementara header berisikan informasi yang dibutuhkan untuk mengirimkan media. RTP pertama kali distandarisasikan tahun 1996 pada RFC 1889 dan kemudian digantikan di RFC 3550 pada tahun 2003. RTP biasanya digunakan dalam sistem komunikasi dan hiburan yang melibatkan streaming media, seperti sistem telepon, video conference dan aplikasi berbasis web dengan fitur push to talk. RTP dikontrol oleh H.323, MGCP, Megaco, SCCP atau SIP (Session Initiation Protocol). RTP biasa dikonjugasikan dengan RTP Control Protocol (RTCP), ketika RTP membawa streaming media seperti audio dan video, RTCP digunakan untuk memonitor transmisi statistic dan informasi quality of services (QoS). Sebagai contoh, RTCP dapat melaporkan jumlah dari paket yang hilang. Informasi semacam 45 ini disampaikan melalui tipe paket RTCP tertentu yang disebut SR (Sender Report) dan RR (Receiver Report). Semua peserta dalam suatu sesi RTP mengirimkan report RTCP. Bagi pengirim media, mengirimkan SR dan penerima mengirimkan RR. Sebuah peserta yang mengirim dan menerima media mengirimkan SR dan RR. Ketika kedua protokol bekerja mentransmisikan data, RTP biasanya menggunakan port dengan nomor genap sedangkan RTCP menggunakan nomor ganjil selanjutnya yang lebih besar. Berikut ini merupakan RTP Packet Header berserta penjelasannya. Gambar 2.11 - RTP Packet Header • Ver. : Menyatakan versi dari protokol (2 bits). • P (Padding) : Menyatakan muatan ekstra pada akhir dari paket RTP (1 bits). • X (Extension) : Header sambungan antara header standar dan payload data (1 bit). • CC (CSRC Count) : Berisi nomor identifikasi CSRC (4 bits). • M (Marker) : Digunakan pada level aplikasi dan ditentukan oleh profil (1 bit). • PT (Payload Type) : Menyatakan format payload (7 bits). 46 • Sequence Number : Pendeteksi paket yang rusak dan tidak sampai pada tujuan dan memperbaiki urutan rangkaian (16 bits). • Time Stamp : Digunakan untuk memungkinkan penerima memutar paket yang diterima pada interval waktu yang sesuai (32 bits). • SSRC : Sinkronisasi sumber identifier secara unik dan mengidentifikasikan sumber streaming (32 bits). • CSRC : Mengkontribusi ID sumber. • Extension header : 32 bits pertama yang berisi profil identifier. 2.3.4. Codec Codec atau disebut juga sebagai coder/decoder atau compress/decompress merupakan unit proses sinyal digital yang mengambil inputan analog dan mengkonversinya menjadi digital pada akhir pengiriman (Bezar, 1995, p341). Codec terbagi atas audio codec dan video codec. Berikut adalah perbandingan dari beberapa codec yang cukup sering digunakan (Black, 2000, p74) Tabel 2.8 - Perbandingan dari beberapa audio codec yang sering digunakan Jenis Codec Bitrate (kbit/s) Complexity Delay (ms) G.711 64 1 0.125 G.726 32 10 0.125 G.728 16 50 0.625 47 GSM 13 5 20 G.729 8 30 15 US Dod 2.4 10 22.5 Bit rate mengacu pada banyak unit yang dikirimkan tiap detiknya. Complexity merupakan kompleksitas proses codec yang berpengaruh pada kecepatan komputer. Semakin kecil kompleksitas maka semakin kecil pula resources komputer yang digunakan. Delay merupakan keterlambatan yang dihadapi dari satu pengiriman paket ke paket yang selanjutnya. 1. G.711 Codec G.711 merupakan standard dari ITU-T yang menggunakan encoding PCM Logarithmic untuk sample suara, dengan sample rate 8000 samples/detik dengan kuantisasi secara logaritma yang tidak seragam dengan 8 bit digunakan untuk merepresentasikan setiap sample, sehingga menghasilkan 64Kbit setiap detik.. ULAW biasa digunakan di North America dan Jepang. ULAW biasa digunakan di Eropa dan dunia pada umumnya (Perea, 2008, p230). G.711 banyak digunakan pada pembicaraan melalui telepon. Standar tentang G.711 ini dikeluarkan pada tahun 1972. Nama formal dari G.711 adalah PCM (Pulse Code Modulation). Standard ini banyak digunakan pada beberapa teknologi termasuk pada VoIP. 48 2. H.263 Coding video standard yang beroperasi pada bitrate yang rendah. H.263 merupakan perkembangan dari H.261 dan cukup memberkan perkembangan yang baik untuk menggantikan H.261 (Perea, 2008, p231). Semenjak penemuannya, H.263 banyak digunakan di dunia internet. Beberapa content video Flash seperti Youtube, Google Video dan MySpace pernah menggunakan codec Sorensen Spark yang adalah sebuah implementasi dari H.263 namun tidak sepenuhnya, namun sekarang beberapa situs telah menggunakan VP6 atau H.264. Versi awal dari codec RealVideo didasarkan pada H.263 sampai pada versi RealVideo 8, hingga akhirnya codec ini digunakan pada SIP untuk internet conferencing. H.263 dikembangkan sebagai sebuah perkembangan dari H.261, MPEG-1 dan MPEG-2. Versi pertama dari H.263 diselesaikan pada tahun 1995 dan telah memberikan sebuah hasil yang cukup baik untuk menggantikan H.261.