BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Kondisi Umum Program Pembelajaran di TK kota Bandung Pada TK penelitian terdapat beberapa kondisi umum yang menunjang pelaksanaan program pembelajaran berbasis otak yaitu (1) rasio guru - murid ideal (1 : 15), (2) tidak ada gangguan fisik dan tumbuh kembang anak, (3) latar belakang pendidik sesuai standar Kementerian Pendidikan Nasional, (4) biaya pendidikan terjangkau. Beberapa hal belum sesuai dengan standar seperti sarana ruangan, kuantitas maupun kualitas APE. Pembinaan PAUD dilaksanakan oleh PTKSD dan PNFi Dinas Pendidikan Kota Bandung , belum dilakukan dengan optimal. Pembinaan oleh PNFi relatif lebih terlaksana dengan baik namun masih dalam proses mencari bentuk, terutama dengan dibukanya kesempatan penyelenggaraan PAUD oleh swasta dan swadaya masyarakat. Kompetensi yang diharapkan setelah TK/RA menurut kurikulum 2004 adalah lima hal pokok yaitu (1) Pembiasaan afektif, (2) Bahasa dan komunikasi, (3) Kognitif, (4) Fisik dan motorik, serta (5) Seni. Proses pembelajaran pada PAUD dilakukan melalui proses bermain dengan mempertimbangkan potensi dan kondisi setempat (Permendiknas no 58/2009). Kegiatan bersifat tematik, dekat dengan kehidupan nyata, kesederhanaan, kemenarikan, keinsidentalan. Prinsip keinsidentalan ini memberi peluang dan sangat sesuai untuk mengembangkan program pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas. Orangtua sudah memahami suasana pembelajaran yang dapat menunjang kemampuan kreativitas, walaupun sebagian besar masih bersikap normatif, benar atau salah, baik atau buruk. Perhatian dan pengamatan orangtua terhadap potensi yang dimiliki oleh anaknya masih kurang. Keterlibatan orangtua dan tokoh masyarakat dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan karena berkaitan dengan kontinuitas pembelajaran kreativitas pada anak usia dini. Tanpa kontinuitas, sistem pendidikan formal justru dapat membunuh kreativitas anak. Kegiatan luar gedung yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan belum banyak dilakukan secara terstruktur dan terjadwal. Anak dapat memilih permainannya, namun tetap dalam koridor perencanaan yang telah dilakukan serta diharapkan selalu patuh pada guru. Jarang terjadi perubahan kegiatan permainan diluar rencana yang sudah disusun. Kegiatan pembelajaran mencakup tiga kegiatan pokok yaitu (a) pembukaan, (b) inti, dan (c) penutup, sesuai Kurikulum 2004 Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, No 58/2009, mengenai standar Pendidikan Anak Usia Dini. Pada umumnya orangtua dan guru sudah memahami makna dan pentingnya kreativitas yang dikembangkan sejak usia dini. Beberapa konsep program pembelajaran berbasis otak, belum tampak dilakukan, yaitu (1) Interaksi orangtua dan 253 anak saat proses pembelajaran berlangsung (2) Konsep bermain untuk meningkatkan stimulasi pada anak (3) Konsep stimulasi bilateral pada kedua belah hemisfer otak . Konsep spesialisasi otak kiri dan kanan sudah mulai banyak dikenal, namun bagaimana menerapkan konsep tersebut belum dilakukan secara terstruktur. Masih banyak anggapan keutamaan sisi kanan tubuh (hemisfer kiri) seusai dengan kultur dan tradisi masyarakat pada umumnya. Evaluasi telah dilakukan secara rutin, namun tidak melibatkan orangtua murid dalam proses evaluasi tersebut. Evaluasi dilakukan pada akhir semester, sementara evaluasi langsung setelah kegiatan jarang dilaksanakan. Evaluasi bersama orangtua terutama lebih intensif dilakukan jika terdapat masalah dalam proses pembelajaran yang dialami seorang anak baik individual maupun dalam kelompoknya. 2. Desain, Implementasi, dan Evaluasi Program Pembelajaran Berbasis Otak Yang Dapat Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Program pembelajaran berbasis otak yang dapat meningkatkan kreativitas pada anak usia dini dikembangkan melalui tiga langkah yaitu studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan. Perencanaan dan pengembangan program pembelajaran dikembangkan berdasarkan konsep konsep proses fisiologis kerja otak khususnya dalam fungsi belajar. Pendekatan pembelajaran dilakukan dalam konteks bermain dan memperhatikan prinsip prinsip pedagogi khususnya anak usia dini. 254 Program terdiri atas desain awal (silabus dan SAP), implementasi dan evaluasi. Pada penelitian ini, ketiganya dilakukan melalui uji coba. a. Desain program pembelajaran berbasis otak terdiri dari tujuan, materi, prosedur, serta evaluasi pembelajaran. 1) Tujuan pembelajaran adalah meningkatkan kreativitas anak usia dini. 2) Materi/pokok bahasan yang dikembangkan adalah Silabus dan SAP program pembelajaran berbasis otak yang disusun dengan mengutamakan stimulasi multi sensorik dan bilateral otak dengan dukungan suasana pembelajaran yang kondusif dan menunjang proses pembelajaran berbasis otak. Program pembelajaran berbasis otak terutama dilaksanakan pada kegiatan inti pembelajaran di TK atau dapat pula dilaksanakan saat anak bermain waktu istirahat. Silabus mencakup permainan yang tergolong dalam (a) Permainan stimulasi multi sensorik sebanyak 47 permainan, (b) Permainan stimulasi bilateral, sebanyak 12 permainan, dan (c) Permainan yang mengutamakan stimulasi bagi pengembangan imajinasi anak sebanyak 3 permainan. Dalam silabus disampaikan pula tujuan permainan, cara bermain dan media atau alat yang dibutuhkan dalam permainan. 3) Organisasi pengalaman belajar melalui pelaksanaan prosedur pembelajaran yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu tahap persiapan, pendahuluan, inti, penutup, dan evaluasi, yang dilakukan melalui kegiatan interaksi antara guru – murid, guru-murid-orangtua. 255 4) Evaluasi meliputi evaluasi proses pembelajaran, evaluasi hasil melalui pengukuran kreativitas anak usia dini. b. Implementasi program pembelajaran merupakan pelaksanaan prosedur pembelajaran terdiri atas lima tahap yaitu tahap persiapan, tahap pendahuluan, tahap inti, tahap penutup, dan tahap evaluasi. 1) Tahap persiapan Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi; (1) Kegiatan guru, yaitu menyiapkan rencana dan jadwal permainan termasuk tempat dan alat bermain, menjelaskan tujuan dan prosedur pembelajaran kepada orangtua, dan (2) Kegiatan orangtua, yaitu memahami tujuan dan prosedur pembelajaran berbasis otak dari guru. 2) Tahap Pendahuluan Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi 1) Kegiatan guru, yaitu menerapkan pola murid membentuk lingkaran, pencairan suasana dengan bernyanyi dan senam ringan, menjelaskan permainan yang akan dilakukan, menjelaskan bahwa kesepakatan aturan permainan dapat berubah bila dikehendaki anak, dan menyiapkan anak dalam kelompok sesuai jenis permainan (2) Kegiatan anak , yaitu mendengarkan, mengikuti, dan merespon penjelasan guru, dan (3) Kegiatan orangtua, yaitu bersama guru mendiskusikan kegiatan yang telah dilakukan, hambatan pelaksanaan, serta usulan perbaikan untuk kegiatan berikutnya. 256 3) Tahap Inti Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi (1) Kegiatan guru, yaitu membimbing dan memantau anak saat bermain sesuai penjelasan sebelumnya, menggali dan memberikan kesempatan ide anak berkembang saat bermain, serta memastikan bahwa dalam bermain anak tidak mengganggu anak lain, (2) Kegiatan anak, yaitu bermain sesuai apa yang telah dijelaskan tanpa membatasi improvisasi anak, dan (3) Kegiatan orangtua, yaitu berpartisipasi bersama guru dan anak mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan tanpa melakukan intervensi yang dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan. 4) Tahap Penutup Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi (1) Kegiatan guru, yaitu menjelaskan bahwa kegiatan sudah selesai, menanyakan pendapat anak mengenai kegiatan yang telah dilakukan, menanyakan pendapat dan pilihan anak untuk kegiatan berikutnya pada esok hari, (2) Kegiatan anak, yaitu mengajukan pendapatnya mengenai kegiatan yang telah dilakukan serta mengajukan usulan mengenai kegiatan selanjutnya esok hari yang ingin dilakukan, dan (3) Kegiatan orangtua, yaitu memahami dan menyimpulkan apa tujuan dan maksud kegiatan yang telah dilakukan dan merencanakan kegiatan dirumah yang sesuai dengan tujuan dan maksud kegiatan yang telah dilakukan. 5) Tahap Evaluasi Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi kegiatan guru bersama orangtua mendiskusikan kegiatan yang telah dilakukan, hambatan pelaksanaan, 257 usulan perbaikan untuk kegiatan berikutnya, serta merencanakan dan mempersiapkan kegiatan berikutnya untuk esok hari dengan memperhatikan hasil evaluasi yang telah dilakukan. c. Evaluasi program pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran terdiri dari: 1) Evaluasi proses pembelajaran dideskripsikan dari hasil observasi, angket , dan diskusi dengan guru dan orangtua serta narasumber mengenai susunan serta tahapan program pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian digunakan sebagai masukan bagi perbaikan program pembelajaran pada tahap uji coba awal. 2) Evaluasi hasil belajar dilakukan pada uji coba yang diperluas berupa pretes dan pascates untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran pada TK perlakuan. 3) Penilaian dan evaluasi keberhasilan implementasi program dengan membandingkan hasil pretes dan pascates pada TK perlakuan dan TK kontrol. 4) Evaluasi program secara keseluruhan untuk dipersiapkan sebagai produk akhir yang siap didiseminasikan secara luas. 3. Dampak Pengembangan Program Pembelajaran Berbasis Otak Dampak pengembangan program pembelajaran berbasis otak (PBO) yang ditemukan adalah: a. Dengan metode penelitian dan pengembangan dapat dibuktikan bahwa program pembelajaran berbasis otak tersebut dapat meningkatkan kreativitas pada anak usia dini sesuai dengan tujuan pembelajaran. Aspek lain yang dicapai dari 258 program pembelajaran berbasis otak ini adalah pengembangan perilaku dan berpikir secara divergen dengan dukungan guru, orangtua, dan lingkungan yang dapat meningkatkan kreativitas anak. b. Meningkatnya sifat kreativitas tampak dari sikap anak yang dapat diamati, yaitu rasa ingin tahu, sering bertanya, banyak gagasan atau usul, bebas berpendapat, menonjol dalam bidang seni, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, rasa humor, berdaya imajinasi, gagasan orisinal. c. Program pembelajaran berbasis otak juga merangsang kreativitas guru untuk menyusun suatu program bermain yang memanfaatkan alat permainan yang tersedia dengan prinsip prinsip sesuai stimulasi sensorik multipel dan stimulasi bilateral. d. Program pembelajaran berbasis otak yang dikembangkan juga mendorong orangtua, masyarakat dan juga lingkungan untuk menerapkan pembelajaran di di rumah dan lingkungan tanpa harus berlawanan dengan budaya setempat. 4. Faktor pendukung, penghambat, keunggulan dan kelemahan program pembelajaran berbasis otak pada perkembangan kreativitas anak usia dini . a. Faktor Pendukung Faktor yang mendukung pelaksanaan program pembelajaran berbasis otak adalah (1) tingkat pendidikan orangtua dan guru mengenai program pembelajaran 259 yang inovatif untuk meningkatkan kualitas anak usia dini, (2) keterbukaan dan kesiapan orangtua, guru, kepala sekolah untuk menerima suatu program baru, (3) ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. b. Faktor Penghambat Faktor yang menghambat adalah (1) Keterlibatan orangtua yang terbatas dalam proses pembelajaran yang terstruktur dalam ruang kelas antara lain karena ketidakhadiran ibu , (2) pandangan dan budaya yang lebih mengutamakan penggunaan sisi kanan tubuh daripada sisi kiri, (3) resistensi suatu individu atau kelompok terhadap suatu hal atau ide baru. c. Keunggulan Keunggulan program pembelajaran berbasis otak ini adalah (1) Mudah dilaksanakan oleh guru, anak, serta orangtua (2) Fleksibel, dapat mengadopsi tahap tahap pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya, (3) Murah , tidak membutuhkan sarana dan prasarana yang mahal dan sulit didapat, namun dapat menggunakan hal yang tersedia dilingkungan sekitarnya, (4) Mandiri, dapat dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan sesuai kondisi setempat, (5) dapat meningkatkan kreativitas pada anak usia dini. d. Kelemahan Kelemahan yang ditemukan pada program pembelajaran berbasis otak ini adalah (1) sulit menilai tingkat kreativitas anak usia dini berdasarkan suatu alat ukur yang tetap, (2) diskontinuitas program pembelajaran berbasis otak pada tahap pendidikan setelah Taman Kanak-Kanak. 260 B. Implikasi Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa implikasi baik teoritis maupun praktis. Implikasi teoritis berhubungan dengan beberapa prinsip maupun dalil mengenai pembelajaran berbasis otak untuk meningkatkan kreativitas pada anak usia dini, sementara implikasi praktis berhubungan dengan manfaat penelitian ini bagi berbagai pihak. 1. Implikasi Teoritis Pada penelitian ini dapat dikemukakan beberapa dalil yang berkaitan dengan pengembangan program pembelajaran berbasis otak Merujuk pada pendapat Edelman (Given, 2002:55 ) mengenai “teori seleksi kelompok neuron” terkait interaksi anak dengan dunia, dan pendapat Gilles (Ramaekers dan Njiokiktjien, 1991: 101) bahwa ”... myelination occurs mostly postnatally, the major part having myelinated by the age of six.” maka dapat disebutkan dalil pertama adalah “Stimulasi dan interaksi aktif dengan dunia luar meningkatkan hubungan sinaps antar neuron yang merupakan proses belajar pada anak.” Berdasarkan teori mengenai proses memori (belajar) yang mengacu pada pendapat Gazzaniga (Given, 2002:46), Gadian (1996), Shahib (2005: 29) yang menekankan adanya perbedaan fungsi dua belahan otak, maka dapat disusun dalil kedua yaitu “ Stimulasi multi sensorik dengan mengutamakan stimulasi kedua 261 belah hemisfer otak meningkatkan hubungan sinaps kedua belah hemisfer sehingga terjadi proses belajar yang melibatkan kedua hemisphere otak.” Merujuk pendapat Given (2002), Suyanto (2005:31), bermain yang secara alamiah selalu dilakukan anak-anak, adalah merupakan interaksi mental yang menyenangkan, aktif, bebas, melibatkan banyak area di otak, sehingga harus menjadi jiwa dalam pembelajaran anak usia dini. Berbagai pendapat tersebut diatas mendukung dalil ketiga, “ Bermain yang merupakan cara anak usia dini untuk belajar dan mendapatkan pengalaman hidup , memberikan stimulasi multi sensorik yang optimal bagi anak usia dini.” Pendapat Cameron (Sukmadinata, 2004:181) dan Sukmadinata (2004:181) mengenai kreativitas yang merupakan “... fitrah manusia, dan dapat dikembangkan melalui proses belajar” , serta pendapat Tabrani (2006:128) bahwa kreativitas merupakan “... hasil dari rangkaian proses belajar-berpikir-kreasi-imaginasi-memori pada manusia dan merupakan kerja sama semua indera, stimuli luar dan stimuli dalam secara integral” mendorong diajukannya dalil keempat yaitu “ Proses pembelajaran yang melibatkan integrasi stimuli luar dan dalam, meningkatkan kreativitas pada anak.” Dari keempat dalil yang disusun berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapatlah ditarik suatu satu dalil utama yaitu “ Pembelajaran melalui proses bermain yang mengintegrasikan stimuli multi sensorik dan stimuli bilateral 262 yang selanjutnya disebut Pembelajaran Berbasis Otak , meningkatkan krativitas pada anak usia dini. “ Dalil yang telah disampaikan mendukung teori dan pendapat bahwa kreativitas meningkat dengan pembelajaran serta sejalan dengan teori pembelajaran sebelumnya seperti (1) teori Stimulus – Respons (behaviour) yang meningkatkan retensi memori serta memaksimalkan sinapsis antar neuron, (2) suasana bermain yang menyenangkan (emosi) meningkatkan hasil pembelajaran yang terkait erat dengan adanya jaras asosiasi antara pusat emosi – memori di otak. 2. Implikasi Praktis. Sesuai hasil temuan penelitian bahwa pembelajaran berbasis otak adalah program pemebelajaran yang mudah dilaksanakan, murah, fleksibel dan mandiri sesuai kondisi TK atau PAUD, serta dapat meningkatkan kreativitas maka implikasi praktis penelitian berhubungan dengan pihak terkait yaitu Dinas Pendidikan khususnya PTKSD dan PNFi, Kepala Sekolah dan Guru TK, Orangtua dan Masyarakat, dan peneliti lain ; a. Pembelajaran berbasis otak dapat meningkatkan kreativitas pada anak usia dini sehingga prinsip prinsip pembelajaran berbasis otak perlu diakomodasi oleh Dinas Pendidikan (PTKSD dan PNFi), kepala sekolah, guru, orangtua dan masyarakat pada pendidikan anak usia dini. 263 b. Pembelajaran berbasis otak bersifat mudah dilaksanakan sehingga dapat diterapkan secara kreatif di lembaga PAUD. Kepala sekolah dan guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis otak pada program pembelajaran yang telah dilaksanakan di TK dengan lima tahap pembelajaran (Tahap persiapan, pendahuluan, inti, penutup, dan evaluasi).. Kepala sekolah, guru, serta staf kependidikan perlu untuk menyiapkan suasana yang kondusif bagi pembelajaran berbasis otak. Pihak TK juga perlu mempersiapkan alat dan sarana permainan yang dapat dipergunakan untuk bermain sesuai dengan program pembelajaran berbasis otak yang telah tersusun. c. Pengembangan kreativitas melalui pendidikan perlu dilakukan berkesinambungan di rumah dan lingkungan. Orangtua dan masyarakat harus mempraktekkan prinsip prinsip pembelajaran berbasis otak dengan stimulasi multi sensorik dan bilateral , sehingga sifat kreativitas menjadi karakter anak yang menetap hingga dewasa. d. Program pembelajaran berbasis otak dilakukan melalui proses bermain, maka orangtua dan masyarakat harus menyiapkan dan memilih alat permainan yang sesuai prinsip prinsip program pembelajaran berbasis otak. e. Pembelajaran berbasis otak meningkatkan hasil pendidikan yaitu kreativitas, sehingga peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada bidang kajian otak yang berkaitan dengan pendidikan khususnya pada anak usia dini serta mendapatkan tambahan wawasan dan pemahaman mengenai pembelajaran berbasis otak yang dapat meningkatkan kreativitas pada anak usia dini. 264 C. Rekomendasi Berdasarkan pembahasan temuan hasil penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak yaitu Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, Guru, Orangtua, Masyarakat, Peneliti lain. 1. Dinas Pendidikan Program pembelajaran berbasis otak merupakan suatu program yang didesain khususnya untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini. Keberhasilan pelaksanaan program banyak dipengaruhi oleh dukungan kebijakan instansi terkait, dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan khususnya PTKSD dan PNFi. Dinas Pendidikan sebaiknya melakukan pembinaan berkelanjutan dan menyesuaikan program pembelajaran pada anak usia dini tersebut menjadi suatu kesatuan yang terintegrasi dengan pembinaan pendidikan ditingkat pasca TK atau PAUD. Dinas Pendidikan hendaknya melakukan kerjasama lintas sektoral dengan instansi terkait lain dalam melaksanakan proses berkelanjutan yang tujuan akhirnya adalah terciptanya suatu masyarakat belajar (Learning Society) yang dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam persaingan global. 2. Kepala Sekolah Kurikulum dan silabus program pembelajaran berbasis otak untuk meningkatkan kreativitas dapat dikembangkan oleh institusi TK secara mandiri dengan mengikuti prinsip prinsip penting yaitu kebebasan untuk berpendapat dan berpikir divergen, pembelajaran melalui proses bermain yang penuh kegembiraan, dan proses pembelajaran berpusat pada anak (Child centered). 265 3. Guru Guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran sebaiknya memberikan ruang seluas-luasnya pada anak untuk dapat mengeksplorasi lingkungan melalui proses bermain tanpa membatasi ide , pendapat serta kehendak anak saat proses pembelajaran melalui bermain berlangsung. Guru diharapkan menggali latar belakang ide dan proses kreatif anak melalui pertanyaan mengapa anak berpikir atau berpendapat demikian dan tidak melakukan penilaian langsung. Keterbatasan sarana dan prasarana bermain, hendaknya justru menjadi suatu peluang bagi guru dan anakanak untuk mengembangkan pembelajaran dengan memanfaatkan segala sesuatu yang terdapat dilingkungan kelas dan sekolah. 4. Orangtua Orangtua dapat mendukung program pembelajaran berbasis otak ini dengan ikut berpartisipasi aktif saat anak mengikuti proses pembelajaran di sekolah, serta melanjutkannya secara konsisten di rumah dan lingkungan anak. Proses pendidikan dirumah yang banyak menggunakan larangan sebaiknya dihindari. Orangtua dapat menjadi agen perubahan bagi lingkungannya dengan menyampaikan prinsip prinsip pembelajaran berbasis otak untuk meningkatkan kreativitas anak yang berpusat pada anak dengan lebih memperhatikan pendapat dan ide anak. 5. Masyarakat Masyarakat dapat mendukung proses pembelajaran berbasis otak untuk meningkatkan kreativitas dengan melakukan beberapa evaluasi dan adaptasi proses pembelajaran berbasis otak tersebut sesuai budaya lingkungan. Beberapa pendapat 266 dan kebiasaan masyarakat terutama mengenai dominasi sisi kanan perlu ditinjau ulang. 6. Peneliti Selanjutnya Peneliti lain yang tertarik pada pengembangan program pembelajaran pada anak usia dini untuk meningkatkan kreativitas terutama dipandang dari sudut pengembangan kurikulum dan pengetahuan kedokteran khususnya ilmu saraf , dapat melakukan penelitian dan pengembangan program pembelajaran dari segi metode dan media pembelajaran khususnya pada pemanfaatan keunikan anak usia dini dalam perkembangan bahasa dan komunikasi saat bermain. Pengaruh kuat sosial-budaya dan sulitnya menetapkan cara evaluasi kreativitas dapat mendorong penelitian mengenai sistem evaluasi kreativitas yang sesuai dengan sosial-budaya Indonesia 267