BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1

advertisement
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Kondisi Umum Program Pembelajaran di TK kota Bandung
Pada TK penelitian terdapat beberapa kondisi umum yang menunjang
pelaksanaan program pembelajaran berbasis otak yaitu (1) rasio guru - murid ideal (1
: 15), (2) tidak ada gangguan fisik dan tumbuh kembang anak, (3) latar belakang
pendidik sesuai standar Kementerian Pendidikan Nasional, (4) biaya pendidikan
terjangkau.
Beberapa hal belum sesuai dengan standar seperti sarana ruangan, kuantitas
maupun kualitas APE. Pembinaan PAUD dilaksanakan oleh PTKSD dan PNFi Dinas
Pendidikan Kota Bandung , belum dilakukan dengan optimal. Pembinaan oleh PNFi
relatif lebih terlaksana dengan baik namun masih dalam proses mencari bentuk,
terutama dengan dibukanya kesempatan penyelenggaraan PAUD oleh swasta dan
swadaya masyarakat.
Kompetensi yang diharapkan setelah TK/RA menurut kurikulum 2004 adalah
lima hal pokok yaitu (1) Pembiasaan afektif, (2) Bahasa dan komunikasi, (3)
Kognitif, (4) Fisik dan motorik, serta (5) Seni. Proses pembelajaran pada PAUD
dilakukan melalui proses bermain dengan mempertimbangkan potensi dan kondisi
setempat (Permendiknas no 58/2009).
Kegiatan bersifat tematik, dekat dengan
kehidupan nyata, kesederhanaan, kemenarikan, keinsidentalan. Prinsip keinsidentalan
ini memberi peluang dan sangat sesuai untuk mengembangkan program pembelajaran
untuk meningkatkan kreativitas.
Orangtua sudah memahami suasana pembelajaran yang dapat menunjang
kemampuan kreativitas, walaupun sebagian besar masih bersikap normatif, benar atau
salah, baik atau buruk. Perhatian dan pengamatan orangtua terhadap potensi yang
dimiliki oleh anaknya masih kurang. Keterlibatan orangtua dan tokoh masyarakat
dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan karena berkaitan dengan kontinuitas
pembelajaran kreativitas pada anak usia dini. Tanpa kontinuitas, sistem pendidikan
formal justru dapat membunuh kreativitas anak.
Kegiatan luar gedung yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi
lingkungan belum banyak dilakukan secara terstruktur dan terjadwal. Anak dapat
memilih permainannya, namun tetap dalam koridor perencanaan yang telah dilakukan
serta diharapkan selalu patuh pada guru. Jarang terjadi perubahan kegiatan permainan
diluar rencana yang sudah disusun.
Kegiatan pembelajaran mencakup tiga kegiatan pokok yaitu (a) pembukaan,
(b) inti, dan (c) penutup, sesuai Kurikulum 2004 Departemen Pendidikan Nasional,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, No 58/2009, mengenai standar Pendidikan
Anak Usia Dini.
Pada umumnya orangtua dan guru sudah memahami makna dan pentingnya
kreativitas yang dikembangkan sejak usia dini. Beberapa konsep program
pembelajaran berbasis otak, belum tampak dilakukan, yaitu (1) Interaksi orangtua dan
253
anak saat proses pembelajaran berlangsung (2) Konsep bermain untuk meningkatkan
stimulasi pada anak (3) Konsep stimulasi bilateral pada kedua belah hemisfer otak .
Konsep spesialisasi otak kiri dan kanan sudah mulai banyak dikenal, namun
bagaimana menerapkan konsep tersebut belum dilakukan secara terstruktur. Masih
banyak anggapan keutamaan sisi kanan tubuh (hemisfer kiri) seusai dengan kultur
dan tradisi masyarakat pada umumnya.
Evaluasi telah dilakukan secara rutin, namun tidak melibatkan orangtua murid
dalam proses evaluasi tersebut. Evaluasi dilakukan pada akhir semester, sementara
evaluasi langsung setelah kegiatan jarang dilaksanakan. Evaluasi bersama orangtua
terutama lebih intensif dilakukan jika terdapat masalah dalam proses pembelajaran
yang dialami seorang anak baik individual maupun dalam kelompoknya.
2. Desain, Implementasi, dan Evaluasi Program Pembelajaran Berbasis Otak
Yang Dapat Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini
Program pembelajaran berbasis otak yang dapat meningkatkan kreativitas
pada anak usia dini dikembangkan melalui tiga langkah yaitu studi pendahuluan,
perencanaan
dan pengembangan. Perencanaan dan pengembangan program
pembelajaran dikembangkan berdasarkan konsep konsep proses fisiologis kerja otak
khususnya dalam fungsi belajar. Pendekatan pembelajaran dilakukan dalam konteks
bermain dan memperhatikan prinsip prinsip pedagogi khususnya anak usia dini.
254
Program terdiri atas desain awal (silabus dan SAP), implementasi dan evaluasi. Pada
penelitian ini, ketiganya dilakukan melalui uji coba.
a. Desain program pembelajaran berbasis otak terdiri dari tujuan, materi, prosedur,
serta evaluasi pembelajaran.
1) Tujuan pembelajaran adalah meningkatkan kreativitas anak usia dini.
2) Materi/pokok bahasan yang dikembangkan adalah Silabus dan SAP program
pembelajaran berbasis otak yang disusun dengan mengutamakan stimulasi
multi sensorik dan bilateral otak dengan dukungan suasana pembelajaran
yang kondusif dan menunjang proses pembelajaran berbasis otak. Program
pembelajaran berbasis otak terutama dilaksanakan pada kegiatan inti
pembelajaran di TK atau dapat pula dilaksanakan saat anak bermain waktu
istirahat. Silabus mencakup permainan yang tergolong dalam (a) Permainan
stimulasi multi sensorik sebanyak 47 permainan, (b) Permainan stimulasi
bilateral, sebanyak 12 permainan, dan (c) Permainan yang mengutamakan
stimulasi bagi pengembangan imajinasi anak sebanyak 3 permainan. Dalam
silabus disampaikan pula tujuan permainan, cara bermain dan media atau alat
yang dibutuhkan dalam permainan.
3) Organisasi pengalaman belajar melalui pelaksanaan prosedur pembelajaran
yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu tahap persiapan, pendahuluan, inti,
penutup, dan evaluasi, yang dilakukan melalui kegiatan interaksi antara guru –
murid, guru-murid-orangtua.
255
4) Evaluasi meliputi evaluasi proses pembelajaran, evaluasi hasil melalui
pengukuran kreativitas anak usia dini.
b. Implementasi
program
pembelajaran
merupakan
pelaksanaan
prosedur
pembelajaran terdiri atas lima tahap yaitu tahap persiapan, tahap pendahuluan,
tahap inti, tahap penutup, dan tahap evaluasi.
1) Tahap persiapan
Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi; (1) Kegiatan guru,
yaitu menyiapkan rencana dan jadwal permainan termasuk tempat dan alat bermain,
menjelaskan tujuan dan prosedur pembelajaran kepada orangtua, dan (2) Kegiatan
orangtua, yaitu memahami tujuan dan prosedur pembelajaran berbasis otak dari guru.
2) Tahap Pendahuluan
Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi 1) Kegiatan guru,
yaitu menerapkan pola murid membentuk lingkaran, pencairan suasana dengan
bernyanyi dan senam ringan, menjelaskan permainan yang akan dilakukan,
menjelaskan bahwa kesepakatan aturan permainan dapat berubah bila dikehendaki
anak, dan menyiapkan anak dalam kelompok sesuai jenis permainan (2) Kegiatan
anak , yaitu mendengarkan, mengikuti, dan merespon penjelasan guru, dan (3)
Kegiatan orangtua, yaitu bersama guru mendiskusikan kegiatan yang telah dilakukan,
hambatan pelaksanaan, serta usulan perbaikan untuk kegiatan berikutnya.
256
3) Tahap Inti
Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi (1) Kegiatan guru,
yaitu membimbing dan memantau anak saat bermain sesuai penjelasan sebelumnya,
menggali dan memberikan kesempatan ide anak berkembang saat bermain, serta
memastikan bahwa dalam bermain anak tidak mengganggu anak lain, (2) Kegiatan
anak, yaitu bermain sesuai apa yang telah dijelaskan tanpa membatasi improvisasi
anak, dan (3) Kegiatan orangtua, yaitu berpartisipasi bersama guru dan anak
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan tanpa melakukan intervensi yang dapat
mengganggu pelaksanaan kegiatan.
4) Tahap Penutup
Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi (1) Kegiatan guru,
yaitu menjelaskan bahwa kegiatan sudah selesai, menanyakan pendapat anak
mengenai kegiatan yang telah dilakukan, menanyakan pendapat dan pilihan anak
untuk kegiatan berikutnya pada esok hari, (2) Kegiatan anak, yaitu mengajukan
pendapatnya mengenai kegiatan yang telah dilakukan serta mengajukan usulan
mengenai kegiatan selanjutnya esok hari yang ingin dilakukan, dan (3) Kegiatan
orangtua, yaitu memahami dan menyimpulkan apa tujuan dan maksud kegiatan yang
telah dilakukan dan merencanakan kegiatan dirumah yang sesuai dengan tujuan dan
maksud kegiatan yang telah dilakukan.
5) Tahap Evaluasi
Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini meliputi kegiatan guru bersama
orangtua mendiskusikan kegiatan yang telah dilakukan, hambatan pelaksanaan,
257
usulan perbaikan untuk kegiatan berikutnya, serta merencanakan dan mempersiapkan
kegiatan berikutnya untuk esok hari dengan memperhatikan hasil evaluasi yang telah
dilakukan.
c. Evaluasi program pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran terdiri dari:
1) Evaluasi proses pembelajaran dideskripsikan dari hasil observasi, angket , dan
diskusi dengan guru dan orangtua serta narasumber mengenai susunan serta
tahapan program pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian digunakan sebagai
masukan bagi perbaikan program pembelajaran pada tahap uji coba awal.
2) Evaluasi hasil belajar dilakukan pada uji coba yang diperluas berupa pretes dan
pascates untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran pada TK perlakuan.
3) Penilaian
dan
evaluasi
keberhasilan
implementasi
program
dengan
membandingkan hasil pretes dan pascates pada TK perlakuan dan TK kontrol.
4) Evaluasi program secara keseluruhan untuk dipersiapkan sebagai produk akhir
yang siap didiseminasikan secara luas.
3. Dampak Pengembangan Program Pembelajaran Berbasis Otak
Dampak pengembangan program pembelajaran berbasis otak (PBO) yang
ditemukan adalah:
a.
Dengan metode penelitian dan pengembangan dapat dibuktikan bahwa program
pembelajaran berbasis otak tersebut dapat meningkatkan kreativitas pada anak
usia dini sesuai dengan tujuan pembelajaran. Aspek lain yang dicapai dari
258
program pembelajaran berbasis otak ini adalah pengembangan perilaku dan
berpikir secara divergen dengan dukungan guru, orangtua, dan lingkungan yang
dapat meningkatkan kreativitas anak.
b.
Meningkatnya sifat kreativitas tampak dari sikap anak yang dapat diamati, yaitu
rasa ingin tahu, sering bertanya, banyak gagasan atau usul, bebas berpendapat,
menonjol dalam bidang seni, dapat melihat masalah dari berbagai sudut
pandang, rasa humor, berdaya imajinasi, gagasan orisinal.
c.
Program pembelajaran berbasis otak juga merangsang kreativitas guru untuk
menyusun suatu program bermain yang memanfaatkan alat permainan yang
tersedia dengan prinsip prinsip sesuai stimulasi sensorik multipel dan stimulasi
bilateral.
d.
Program pembelajaran berbasis otak yang dikembangkan juga mendorong
orangtua, masyarakat dan juga lingkungan untuk menerapkan pembelajaran di
di rumah dan lingkungan tanpa harus berlawanan dengan budaya setempat.
4. Faktor pendukung, penghambat, keunggulan dan kelemahan program
pembelajaran berbasis otak pada perkembangan kreativitas anak usia dini .
a. Faktor Pendukung
Faktor yang mendukung pelaksanaan program pembelajaran berbasis otak
adalah (1) tingkat pendidikan orangtua dan guru mengenai program pembelajaran
259
yang inovatif untuk meningkatkan kualitas anak usia dini, (2) keterbukaan dan
kesiapan orangtua, guru, kepala sekolah untuk menerima suatu program baru, (3)
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai.
b. Faktor Penghambat
Faktor yang menghambat adalah (1) Keterlibatan orangtua yang terbatas
dalam proses pembelajaran yang terstruktur dalam ruang kelas antara lain karena
ketidakhadiran ibu , (2) pandangan dan budaya yang lebih mengutamakan
penggunaan sisi kanan tubuh daripada sisi kiri, (3) resistensi suatu individu atau
kelompok terhadap suatu hal atau ide baru.
c. Keunggulan
Keunggulan program pembelajaran berbasis otak ini adalah (1) Mudah
dilaksanakan oleh guru, anak, serta orangtua (2) Fleksibel, dapat mengadopsi tahap
tahap pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya, (3) Murah , tidak
membutuhkan sarana dan prasarana yang mahal dan sulit didapat, namun dapat
menggunakan hal yang tersedia dilingkungan sekitarnya, (4) Mandiri, dapat
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan sesuai kondisi setempat, (5) dapat
meningkatkan kreativitas pada anak usia dini.
d. Kelemahan
Kelemahan yang ditemukan pada program pembelajaran berbasis otak ini
adalah (1) sulit menilai tingkat kreativitas anak usia dini berdasarkan suatu alat ukur
yang tetap, (2) diskontinuitas program pembelajaran berbasis otak pada tahap
pendidikan setelah Taman Kanak-Kanak.
260
B. Implikasi Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa implikasi baik teoritis maupun praktis.
Implikasi teoritis berhubungan dengan beberapa prinsip maupun dalil mengenai
pembelajaran berbasis otak untuk meningkatkan kreativitas pada anak usia dini,
sementara implikasi praktis berhubungan dengan manfaat penelitian ini bagi berbagai
pihak.
1. Implikasi Teoritis
Pada penelitian ini dapat dikemukakan beberapa dalil yang berkaitan dengan
pengembangan program pembelajaran berbasis otak
Merujuk pada pendapat Edelman (Given, 2002:55 ) mengenai “teori seleksi
kelompok neuron” terkait interaksi anak dengan dunia, dan pendapat Gilles
(Ramaekers dan Njiokiktjien, 1991: 101) bahwa ”... myelination occurs mostly
postnatally, the major part having myelinated by the age of six.” maka dapat
disebutkan dalil pertama adalah “Stimulasi dan interaksi aktif dengan dunia luar
meningkatkan hubungan sinaps antar neuron yang merupakan proses belajar
pada anak.”
Berdasarkan teori mengenai proses memori (belajar) yang mengacu pada
pendapat
Gazzaniga (Given, 2002:46), Gadian (1996), Shahib (2005: 29) yang
menekankan adanya perbedaan fungsi dua belahan otak, maka dapat disusun dalil
kedua yaitu “ Stimulasi multi sensorik dengan mengutamakan stimulasi kedua
261
belah hemisfer otak meningkatkan hubungan sinaps kedua belah hemisfer
sehingga terjadi proses belajar yang melibatkan kedua hemisphere otak.”
Merujuk pendapat Given (2002), Suyanto (2005:31), bermain yang secara
alamiah selalu dilakukan anak-anak, adalah merupakan interaksi mental yang
menyenangkan, aktif, bebas, melibatkan banyak area di otak, sehingga harus menjadi
jiwa dalam pembelajaran anak usia dini. Berbagai pendapat tersebut diatas
mendukung dalil ketiga, “ Bermain yang merupakan cara anak usia dini untuk
belajar dan mendapatkan pengalaman hidup , memberikan stimulasi multi
sensorik yang optimal bagi anak usia dini.”
Pendapat Cameron (Sukmadinata, 2004:181) dan Sukmadinata (2004:181)
mengenai kreativitas yang merupakan “... fitrah manusia, dan dapat dikembangkan
melalui proses belajar” , serta pendapat Tabrani (2006:128) bahwa kreativitas
merupakan “... hasil dari rangkaian proses belajar-berpikir-kreasi-imaginasi-memori
pada manusia dan merupakan kerja sama semua indera, stimuli luar dan stimuli
dalam secara integral”
mendorong diajukannya dalil keempat yaitu “ Proses
pembelajaran yang melibatkan integrasi stimuli luar dan dalam, meningkatkan
kreativitas pada anak.”
Dari keempat dalil yang disusun berdasarkan hasil penelitian ini, maka
dapatlah ditarik suatu satu dalil utama
yaitu “ Pembelajaran melalui proses
bermain yang mengintegrasikan stimuli multi sensorik dan stimuli bilateral
262
yang selanjutnya disebut Pembelajaran Berbasis Otak , meningkatkan krativitas
pada anak usia dini. “
Dalil yang telah disampaikan mendukung teori dan pendapat bahwa
kreativitas meningkat dengan pembelajaran serta sejalan dengan teori pembelajaran
sebelumnya seperti (1) teori Stimulus – Respons (behaviour) yang meningkatkan
retensi memori serta memaksimalkan sinapsis antar neuron, (2) suasana bermain
yang menyenangkan (emosi) meningkatkan hasil pembelajaran yang terkait erat
dengan adanya jaras asosiasi antara pusat emosi – memori di otak.
2. Implikasi Praktis.
Sesuai hasil temuan penelitian bahwa
pembelajaran berbasis otak adalah
program pemebelajaran yang mudah dilaksanakan, murah, fleksibel dan mandiri
sesuai kondisi TK atau PAUD, serta dapat meningkatkan kreativitas maka implikasi
praktis penelitian berhubungan dengan pihak terkait yaitu Dinas Pendidikan
khususnya PTKSD dan PNFi, Kepala Sekolah dan Guru TK, Orangtua dan
Masyarakat, dan peneliti lain ;
a. Pembelajaran berbasis otak dapat meningkatkan kreativitas pada anak usia dini
sehingga prinsip prinsip pembelajaran berbasis otak perlu diakomodasi oleh
Dinas Pendidikan (PTKSD dan PNFi), kepala sekolah, guru, orangtua dan
masyarakat pada pendidikan anak usia dini.
263
b. Pembelajaran berbasis otak bersifat mudah dilaksanakan sehingga dapat
diterapkan secara kreatif di lembaga PAUD. Kepala sekolah dan guru dapat
menerapkan pembelajaran berbasis otak pada program pembelajaran yang telah
dilaksanakan di TK dengan lima tahap pembelajaran (Tahap persiapan,
pendahuluan, inti, penutup, dan evaluasi)..
Kepala sekolah, guru, serta staf
kependidikan perlu untuk menyiapkan suasana yang kondusif bagi pembelajaran
berbasis otak. Pihak TK juga perlu mempersiapkan alat dan sarana permainan
yang dapat dipergunakan untuk bermain sesuai dengan program pembelajaran
berbasis otak yang telah tersusun.
c. Pengembangan kreativitas melalui pendidikan perlu dilakukan berkesinambungan di
rumah dan lingkungan. Orangtua dan masyarakat harus mempraktekkan prinsip prinsip
pembelajaran berbasis otak dengan stimulasi multi sensorik dan bilateral , sehingga sifat
kreativitas menjadi karakter anak yang menetap hingga dewasa.
d. Program pembelajaran berbasis otak dilakukan melalui proses bermain, maka orangtua
dan masyarakat harus menyiapkan dan memilih alat permainan yang sesuai prinsip
prinsip program pembelajaran berbasis otak.
e. Pembelajaran berbasis otak meningkatkan hasil pendidikan yaitu kreativitas, sehingga
peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada bidang kajian otak yang berkaitan
dengan pendidikan khususnya pada anak usia dini serta mendapatkan tambahan wawasan
dan pemahaman mengenai pembelajaran berbasis otak yang dapat meningkatkan
kreativitas pada anak usia dini.
264
C. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan temuan hasil penelitian ini, terdapat beberapa
rekomendasi untuk berbagai pihak yaitu Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, Guru,
Orangtua, Masyarakat, Peneliti lain.
1. Dinas Pendidikan
Program pembelajaran berbasis otak merupakan suatu program yang didesain
khususnya untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini. Keberhasilan pelaksanaan
program banyak dipengaruhi oleh dukungan kebijakan instansi terkait, dalam hal ini
adalah Dinas Pendidikan khususnya PTKSD dan PNFi. Dinas Pendidikan sebaiknya
melakukan pembinaan berkelanjutan dan menyesuaikan program pembelajaran pada
anak usia dini tersebut menjadi suatu kesatuan yang terintegrasi dengan pembinaan
pendidikan ditingkat pasca TK atau PAUD. Dinas Pendidikan hendaknya melakukan
kerjasama lintas sektoral dengan instansi terkait lain dalam melaksanakan proses
berkelanjutan yang tujuan akhirnya adalah terciptanya suatu masyarakat belajar
(Learning Society) yang dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam
persaingan global.
2. Kepala Sekolah
Kurikulum dan silabus program pembelajaran berbasis otak untuk
meningkatkan kreativitas dapat dikembangkan oleh institusi TK secara mandiri
dengan mengikuti prinsip prinsip penting yaitu kebebasan untuk berpendapat dan
berpikir divergen, pembelajaran melalui proses bermain yang penuh kegembiraan,
dan proses pembelajaran berpusat pada anak (Child centered).
265
3. Guru
Guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran sebaiknya memberikan
ruang seluas-luasnya pada anak untuk dapat mengeksplorasi lingkungan melalui
proses bermain tanpa membatasi ide , pendapat serta kehendak anak saat proses
pembelajaran melalui bermain berlangsung. Guru diharapkan menggali latar belakang
ide dan proses kreatif anak melalui pertanyaan mengapa anak berpikir atau
berpendapat demikian dan tidak melakukan penilaian langsung. Keterbatasan sarana
dan prasarana bermain, hendaknya justru menjadi suatu peluang bagi guru dan anakanak untuk mengembangkan pembelajaran dengan memanfaatkan segala sesuatu
yang terdapat dilingkungan kelas dan sekolah.
4. Orangtua
Orangtua dapat mendukung program pembelajaran berbasis otak ini dengan
ikut berpartisipasi aktif saat anak mengikuti proses pembelajaran di sekolah, serta
melanjutkannya secara konsisten di rumah dan lingkungan anak. Proses pendidikan
dirumah yang banyak menggunakan larangan sebaiknya dihindari. Orangtua dapat
menjadi agen perubahan bagi lingkungannya dengan menyampaikan prinsip prinsip
pembelajaran berbasis otak untuk meningkatkan kreativitas anak yang berpusat pada
anak dengan lebih memperhatikan pendapat dan ide anak.
5. Masyarakat
Masyarakat dapat mendukung proses pembelajaran berbasis otak untuk
meningkatkan kreativitas dengan melakukan beberapa evaluasi dan adaptasi proses
pembelajaran berbasis otak tersebut sesuai budaya lingkungan. Beberapa pendapat
266
dan kebiasaan masyarakat terutama mengenai dominasi sisi kanan perlu ditinjau
ulang.
6. Peneliti Selanjutnya
Peneliti lain yang tertarik pada pengembangan program pembelajaran pada
anak usia dini untuk meningkatkan kreativitas terutama dipandang dari sudut
pengembangan kurikulum dan pengetahuan kedokteran khususnya ilmu saraf , dapat
melakukan penelitian dan pengembangan program pembelajaran dari segi metode dan
media pembelajaran khususnya pada pemanfaatan keunikan anak usia dini dalam
perkembangan bahasa dan komunikasi saat bermain. Pengaruh kuat sosial-budaya
dan sulitnya menetapkan cara evaluasi kreativitas dapat mendorong penelitian
mengenai sistem evaluasi kreativitas yang sesuai dengan sosial-budaya Indonesia
267
Download