II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Leguminales Keluarga : Leguminosae (Papilonaceae) Genus : Vigna Spesies : Vigna radiata L. Kacang hijau adalah tanaman pendek bercabang tegak. Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakaran kacang hijau dibagi menjadi dua, yaitu akar dengan percabangan banyak dan akar dengan sedikit cabang. Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian bervariasi, antara 3060 cm. batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama. Daun pertama kacang hijau berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Cabang tanaman kacang hijau menyebar ke semua arah (Najiyati dan Danarti, 2000). 5 Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri atas tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai daun kacang hijau berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Letak daun tanaman kacang hijau berseling. Tangkai daun kacang hijau lebih panjang dari pada daunnya sendiri (Rukmana, 1997). Bunga kacang hijau berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. sempurna). Bunga kacang hijau termasuk hermaprodit (berkelamin Buah kacang hijau berbentuk polong. Polong kacang hijau berbentuk silindris (pipih) dengan panjang polong sekitar 5-16 cm dan setiap polong berisi 1015 biji. Ujung polong kacang hijau agak runcing atau tumpul dan polong kacang hijau berbulu pendek. Polong muda kacang hijau berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman (Purwono dan Hartono, 2012). Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji kacangkacangan lainnya. Warna biji kacang hijau kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, bergantung pada varietasnya (Soeprapto, 1993). 2.2 Faktor Lingkungan 2. 2.1 Faktor klimatik Tanaman kacang hijau termasuk tanaman golongan C3. Artinya, tanaman kacang hijau tidak menghendaki radiasi dan suhu yang terlalu tinggi. Suhu harian kacang hijau antara 25-270C. Suhu rata-rata per tahun di BPTP SUMBAR KP Rambatan berkisar 18-310C. Menurut Purwono dan Hartono (2012), tanaman kacang hijau membutuhkan kelembaban udara 50-89%, tetapi jika tanah terlalu lembab akan menghambat 6 pertumbuhan tanaman, disamping itu mendorong perkembangan yang akan mengakibatkan terjadi pembusukan akar. Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya rendah. Tanaman kacang hijau tumbuh baik pada musim kemarau. Pada musim penghujan pertumbuhan vegetatifnya sangat cepat sehingga mudah rebah (Soeprapto, 1993). 2.2.2 Faktor edafik Kacang hijau dapat tumbuh pada ketinggian 5-700 mdpl. Di daerah yang ketinggian di atas 700 m dpl dapat menurunkan produktivitas dan memperpanjang umur tanaman kacang hijau (Purwono dan Hartono, 2012). BPTP SUMBAR KP Rambatan terletak pada dataran sedang ( 525 m dpl ) dan beriklim kering. Kacang hijau akan tumbuh baik pada jenis tanah yang tidak terlalu berat seperti latosol atau regosol. Artinya, tanah tidak terlalu banyak mengandung tanah liat (Balitkabi, 2008). Sedangkan jenis tanah di BPTP SUMBAR KP Rambatan adalah andosol. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk tanaman kacang hijau yaitu 5,5-6,5 (Balitkabi, 2008). Keasaman tanah (pH) di BPTP SUMBAR KP rambatan yaitu 5-6,5. 2.3 Uji Daya Hasil Uji daya pendahuluan dimaksudkan untuk mengevaluasi untuk yang pertama kali beberapa galur atau beberapa varitas yang akan diuji di suatu daerah baru. Galur-galur atau varitas diuji yang memiliki harapan untuk dilepas sebagai varitas unggul baru ini akan digunakan untuk uji daya hasil lanjutan (Renwarin et al, 2004) cit , Tulus, 2011). 7 Uji daya hasil perlu dilakukan, agar mendapatkan jenis-jenis tanaman kacang hijau apa saja yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik serta tahan uji dengan lahan kering. Uji daya hasil merupakan suatu tolok ukur seleksinya adalah hasil per petak. Uji daya hasil merupakan salah satu bentuk pengujian yang dilakukan dalam program pemuliaan tanaman. Pengujian tersebut bertujuan untuk menilai pengaruh faktor lingkungan yang tidak dapat dikendalikan pada respon tanaman. Pada uji daya hasil ini, biasanya jumlah entri atau galur sudah berkurang dengan jumlah benih yang lebih banyak, sehingga pengujian bisa dilakukan pada beberapa lokasi, satu musim atau beberapa musim satu lokasi. Penyediaan varietas-varietas unggul baru selalu didahului dengan pengujian galur-galur harapan yang memiliki potensi hasil tinggi dan mantap dengan adaptasi luas maupun spesifik. Hasil uji multi lokasi maupun uji daya hasil lanjutan menunjukkan adanya keunggulan dari masing-masing galur sehingga galur tersebut layak untuk diusulkan menjadi varitas unggul baru (Suhartina, 2005). 2.4 Varietas Unggul Pembentukan varietas kacang hijau selain untuk tujuan produktivitas juga diarahkan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan seperti umur genjah, masak serempak, ketahanan terhadap hama penyakit, dan toleransi terhadap cekaman kekeringan atau salinitas. Dalam kurun waktu 1945-2008 telah dilepas 20 varietas unggul kacang hijau dengan karakteristik yang dimilikinya, seperti warna biji hijau kusam atau hijau mengkilap, ukuran biji kecil-sedang, tahan penyakit embun tepung, bercak daun, umur genjah-dalam. Varietas unggul tersebut merupakan hasil 8 introduksi, persilangan, mutasi, atau varietas lokal. Hasil rata-rata varietas kacang hijau berkisar antara 0,90-1,98 t/ha dengan ukuran biji (bobot 100 biji) 2,5-7,8 g, dan umur panen 51-100 hari. Siwalik, Arta Ijo, dan Bhakti merupakan varietas unggul lama dan umurnya relatif dalam, di atas 70 hari. Varietas unggul dalam periode 1970-1980 berumur lebih genjah dan produktivitas lebih tinggi (umur < 70 hari, hasil di atas 1 t/ha) ( Badan Litbang Petanian, 2009). Sejak 1981, perbaikan varietas kacang hijau selain mempertimbangkan aspek umur dan produktivitas juga diarahkan untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit utama, seperti karat, bercak daun, tular tanah, dan embun tepung maupun toleransi terhadap cekaman abiotik seperti kekeringan, salinitas, dan kemasaman tanah. Varietas Kutilang, Parkit, dan Camar memiliki warna biji hijau mengkilap, agak tahan penyakit embun tepung, dan ukuran biji tergolong besar (Badan Litbang Petanian, 2009). Varietas dengan ukuran biji besar dapat dikembangkan pada daerahdaerah yang dekat dengan industri roti, makanan, dan minuman yang berbahan kacang hijau. Pada daerah-daerah dengan keterbatasan tenaga kerja, tersedianya varietas kacang hijau dengan karakteristik masak serempak sangat penting. Varietas Vima 1 memiliki karakteristik umur genjah, masak serempak, tahan penyakit embun tepung, dan toleran salinitas ( Badan Litbang Petanian, 2009). Varietas dengan karakteristik demikian sesuai untuk dikembangkan pada daerahdaerah yang ketersediaan air dan tenaga terbatas, maupun lahan salin. Penggunaan varietas unggul Vima 1 di Demak Jawa Tengah disertai dengan perbaikan komponen teknologi budi daya seperti jarak tanam teratur, pengendalian hama intensif, penyiangan, dan pemberian pupuk daun meningkatkan hasil kacang 9 hijau menjadi 1,72 t/ha, lebih tinggi dibanding varietas lokal 1,02 t/ha (Trustinah dkk, 2014). Varietas Vima 1 kini mulai dikembangkan di Demak dan Pati. Di Gowa Sulawesi Selatan, penggunaan komponen teknologi varietas unggul Kenari/Murai/Vima 1, tanam teratur, dan perlakuan benih nyata meningkatkan hasil kacang hijau dibanding varietas lokal (Radjit et al. 2012) cit. Trustinah, 2014). Varietas Kutilang merupakan varietas kacang hijau lebih awal dilepas ke petani dibandingkan dengan Varietas Vima 1. Varietas Kutilang mulai dilepas tahun 2004 sedangkan Varietas Vima 1 tahun 2008. Menurut pihak BPTP, di Sumatera Barat khususnya di Tanah Datar petani lebih cenderung menanam kacang hijau Varietas Kutilang karena memiliki keunggulan biji berwarna hijau mengkilap sedangkan Varietas Vima 1 belum pernah ditanam di Sumatera Barat sebelumnya (Komunikasi pribadi, 2015).