BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan Jaringan Baru Solusi untuk masalah yang ada pada jaringan yang lama yaitu tidak adanya kemampuan mobilitas pengguna jaringan dan kurang optimal karena belum menggunakan VLAN dan WLAN. Dalam melakukan perancangan topologi yang baru menggunakan aplikasi Cisco Packet Tracer sebagai simulasi. Penggunaan alat simulasi ini dapat memudahkan dalam perancangan jaringan karena dilengkapi dengan berbagai macam perangkat yang dibutuhkan dalam perancangan topologi serta beberapa fitur fitur yang mendukung saat proses pengiriman dan penerimaan data pada jaringan komputer. Pengembangan jaringan dengan Cisco Packet Tracer umum digunakan untuk memudahkan desain jaringan karena dilakukan secara virtual. 4.2 Topologi Jaringan Baru Gambar 4.1 Topologi Rancangan Jaringan Menggunakan Cisco Packet Tracer 45 46 Gambar 4.2 Penambahan Wireless Router Pada Lantai 1, 3, dan 4 Topologi untuk jaringan yang baru pada PT. Yakin Maju Sentosa mengutamakan efisiensi, efektifitas, dan mobilitas pengguna yang lebih dari jaringan yang ada. Untuk melengkapi jaringan yang baru menggunakan Virtual Local Area Network (VLAN) dan Wireless Local Area Network (WLAN) berguna dalam membagi jaringan – jaringan sesuai dengan divisi masing – masing, serta mengontrol jalur – jalur yang dapat mengakibatkan broadcast storming pada saat melakukan transmisi data. Selain itu juga menggunakan VLAN Trunking Protocol sebagai penghubung dan pengaturan VLAN yang digunakan saat konfigurasi dimulai. Untuk mengkomunikasikan antar VLAN digunakan router yang bekerja pada layer 3 dan memiliki kemampuan inter-VLAN routing dimana VLAN pada divisi yang berbeda didukung oleh router agar mampu berkomunikasi denga VLAN yang berbeda. Penggunaan wireless router untuk menerapkan teknologi WLAN agar meningkatkan mobilitas pengguna. 47 Spesifikasi yang digunakan : Pada topologi jaringan yang baru, penambahan beberapa alat untuk memenuhi rancangan yang dibuat. Beberapa switch, router dan wireless router diperlukan sesuai fitur untuk membantu topologi jaringan. Switch : Gambar 4.3 Cisco Catalyst 2960-24TT-L Switch - Cisco Systems) (sumber : http://www.aeonpartners.net/products/cisco/images/C2960/C2960-24TTL/C2960-24TT-L.jpg, 03 Maret 2014) Fitur yang ada pada switch ini sangat beragam. Namun beberapa fitur yang ada pada switch ini untuk mendukung perancangan jaringan adalah sebagai berikut. 1. Layer 2 Switching 2. Jumlah dukungan VLAN 4000 3. Spanning Tree Protocol 4. VLAN Trunking Protocol 5. Networking Standard IEEE 802.1ab (LLDP) , IEEE 802.1D , IEEE 802.1p , IEEE 802.1Q , IEEE 802.1s , IEEE 802.1w , IEEE 802.1x , IEEE 802.2 , IEEE 802.3 , IEEE 802.3ab , IEEE 802.3ad (LACP) , IEEE 802.3ah , IEEE 802.3u , IEEE 802.3x , IEEE 802.3z Konektivitas : 1. 24 port 100Base-TX 2. 2 port 1000Base-T 48 Wireless Router : Gambar 4.4 Cisco Linksys WRT300N Wireless-N Broadband Router (sumber : http://www4.pcmag.com/media/images/138333-linksys-wireless-nbroadband-router-wrt300n.jpg?thumb=y, 23 Desember 2013) Spesifikasi yang ada pada device ini adalah sebagai berikut : 1. Device Type Wireless router 4-port switch (integrated) 2. Connectivity Technology Wireless, Wired 3. Enkripsi algoritma WPA2, WPA, 128-bit WEP, 64-bit WEP 4. Metode authentication RADIUS, Radio Service Set ID (SSID) 5. DHCP support Konektifitas : 1. LAN : 4 x Ethernet 10Base-T/100Base-TX - RJ-45, 2. WAN : 1 x Ethernet 10Base-T/100Base-TX - RJ-45 3. Networking standards IEEE 802.11g, IEEE 802.11b , IEEE 802.11n, IEEE 802.3u , IEEE 802.3 Antena : 1. Jumlah antena 3 2. Level 2 dBi 49 Router : Gambar 4.5 Cisco 1941/K9 (sumber : http://www.monocisco.com/image/cache/data/router/CISCO1941-K9500x500.jpg, 04 Maret 2014) Fitur yang terdapat pada perangkat untuk membantu perancangan jaringan adalah sebagai berikut : 1. 2 x Total Onboard LAN 10/100/1000 Ethernet, FastEthernet, Gigabit Ethernet 2. RJ-45-Based Ports 3. 802.1q VLAN 4. Inter-VLAN Routing 50 4.3 Pembagian IP Address, VLAN, dan Interface Setelah merancang topologi yang baru, pengalamatan atau IP addressing dilakukan untuk memberikan alamat IP pada setiap bagian. Penyediaan IP address berdasarkan kebutuhan setiap VLAN, WLAN, dan cadangan. Cadangan IP address digunakan untuk kebutuhan perkiraan perkembangan pengguna dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. VLAN dikonfigurasi dengan cara menggunakan port interface pada suatu switch. Konfigurasi ini disebut dengan mekanisme port-based. Konfigurasi yang umum pada switch dan mudah tanpa harus mengetahui MAC Address. Dengan mekanisme port-based proses pembuatan VLAN menjadi lebih mudah dan cepat, karena hanya mengalokasikan nomor VLAN dengan nomor port interface pada switch. Jika menggunakan metode MAC based dalam sebagai metode penerapan VLAN maka permasalahan terjadi ketika input data MAC address puluhan PC. Jika menggunakan protocol based maka permasalahan terjadi tidak mengatasi broadcast storming karena hampir semua PC menggunakan protokol IP. Jika menggunakan IP Subnet based maka switch layer 2 tidak memiliki kemampuan membaca IP subnet. Jika menggunakan authentication based maka permasalahan terjadi ketika mengganti PC. Jumlah VLAN yang akan dibuat, disesuaikan dengan pembagian divisi umum dan akan dimasukan kedalam VLAN database, untuk dilakukan pemetaan pada setiap port di switch dengan nomor VLAN. Hal ini dilakukan agar meminimalkan broadcast storming. Setiap divisi yang terhubung kedalam jaringan mempunyai nomor VLAN yang berbeda pada masing – masing divisi. Perubahan pada jaringan yang baru akan terlihat ketika dibandingkan dengan dengan jaringan yang lama pada perubahan jalur tiap – tiap divisi dan penempatan serta penambahan wireless router pada jaringan yang baru agar dapat memberikan mobilitas pada jaringan. Tiap divisi terhubung dengan switch ataupun wireless router yang dihubungkan dengan menggunkan media FastEthernet. 51 Tabel 4.1 Daftar VLAN Divisi VLAN Manajer 10 Front Desk 20 Finance 30 Marketing 40 Native 90 Tabel 4.2 Network Address Tiap Divisi Divisi Network Address Default Gateway Manajer 192.168.10.0 192.168.10.1 WLAN Manajer 192.168.110.0 192.168.110.1 Front Desk 192.168.20.0 192.168.20.1 WLAN Front Desk 192.168.120.0 192.168.120.1 Finance 192.168.30.0 192.168.30.1 Marketing 192.168.40.0 192.168.40.1 WLAN Marketing 192.168.140.0 192.168.140.1 Gudang 192.168.50.0 192.168.50.1 Native 192.168.90.0 192.168.90.1 52 Tabel 4.3 IP Addressing Default Device Interface IP Address Subnet Mask S1 VLAN 90 192.168.90.11 255.255.255.0 192.168.90.1 S2 VLAN 90 192.168.90.12 255.255.255.0 192.168.90.1 S3 VLAN 90 192.168.90.13 255.255.255.0 192.168.90.1 Gi0/1 Gateway Lihat table 4.4 R1 Gudang Gi0/0 192.168.50.1 255.255.255.0 - NIC 192.168.50.254 255.255.255.0 192.168.50.1 (Server) Tabel 4.4 Subinterface Pada Router Subinterface Assignment IP Address Gi0/1.1 VLAN 1 (Default) 192.168.1.1 Gi0/1.10 VLAN 10 192.168.10.1 Gi0/1.20 VLAN 20 192.168.20.1 Gi0/1.30 VLAN 30 192.168.30.1 Gi0/1.40 VLAN 40 192.168.40.1 Gi0/1.90 VLAN 90 192.168.90.1 53 Tabel 4.5 Port Assigment Switch Ports S1, S2, S3 Fa0/1 – Fa0/8 Gi1/1 S1 S2 S3 Assignment 802.1q Trunk (Native VLAN 90) 802.1q Trunk (Native VLAN 90) Network 192.168.90.0 192.168.90.0 Fa0/9 VLAN 20 Front Desk 192.168.20.0 Fa0/10 VLAN 40 Marketing 192.168.40.0 Fa0/11 VLAN 10 Manajer 192.168.10.0 Fa0/9 VLAN 10 Manajer 192.168.10.0 Fa0/10 VLAN 30 Finance 192.168.30.0 Fa0/11 VLAN 30 Finance 192.168.30.0 Fa0/9 VLAN 40 Marketing 192.168.40.0 Fa0/10 VLAN 40 Marketing 192.168.40.0 Fa0/11 VLAN 40 Marketing 192.168.40.0 Proses segmentasi VLAN ini dapat mempermudah administrator jaringan dalam mengindentifikasi masalah yang ada. Subnet - subnet yang ada akan dikelompokkan ke suatu VLAN tersendiri dengan menggunakan mekanisme port-based VLAN. Jumlah VLAN yang ada dibuat berdasarkan banyaknya divisi yang ada dan disimpan dalam VLAN database. Hal ini dapat meminimalisasi cakupan broadcast data yang tidak diinginkan secara menyeluruh pada masing – masing divisi, karena setiap divisi yang terhubung dalam jaringan memiliki nomor VLAN yang berbeda. 54 Setelah melakukan segmentasi VLAN dan IP address diatas, tahap berikutnya adalah konfigurasi VLAN dan VTP. Konfigurasi VLAN dibuat untuk membagi divisi – divisi pada VLAN yang telah terdaftar pada tabel diatas. Konfigurasi VTP dibuat untuk mementukan switch yang terpilih menjadi VTP server dan VTP client. VTP berguna untuk memberikan kemudahan dalam mengkonfigurasi VLAN pada seluruh switch secara global melalui VTP server. Pada router dikonfigurasi subinterface untuk membantu mengkomunikasikan antar VLAN atau sering disebut inter-VLAN Routring. Pada dasarnya dibutuhkan satu port untuk satu VLAN. Dengan mekanisme subinterface, router mampu membagi interface atau port secara logikal sehingga dalam satu port tersebut mampu mengkomunikasikan banyak VLAN. Penggunaan Gigabit Ethernet dilakukan untuk menangani bottle neck yang mungkin terjadi pada jalur menuju ke PC Gudang sehingga mampu mengatasi traffic data yang padat menuju jalur Gigabit Ethernet. 55 4.4 Hasil Simulasi dan Evaluasi Jaringan Dari hasil simulasi pada gambar 4.4 dan gambar 4.5 perangkat telah saling terhubung. Warna hijau menunjukan interface tersebut menyala dan Warna oranye menunjukan interface tersebut standby. Kemudian melakukan koneksi jaringan komputer yang ada dengan menggunakan ping address dengan cara mengirim paket ping untuk mengetahui performa dan kualitas data yang dikirim dan diterima. Jika perangkat terhubung maka akan memperoleh reply data dan jika perangkat tidak terhubung maka akan menerima informasi request timed out. Penggunaan jalur cadangan pada topologi yang baru untuk membantu mengatasi masalah ketika terjadi kerusakan pada salah satu kabel ataupun interface. Namun pengaturan jalur tersebut dilakukan secara default dan ketika terjadi kerusakan pada salah satu jalur, jalur yang lainnya akan menjadi aktif secara otomatis. 4.5 Konfigurasi Pada Wireless Router Linksys Wireless Router yang digunakan memiliki fitur Graphic User Interface (GUI) yang digunakan untuk mengatur konfigurasinya. Penggunaan IP address ke user secara Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) sesuai dengan divisi masing masing. Penggunaan security Wi-fi Protected Access 2 Personal (WPA2 Personal) dengan enkripsi Advanced Encrytion Standard (AES). Untuk shared key yang digunakan adalah “yakinmaju” pada semua lantai. Service Set Identifier (SSID) yang digunakan pada masing – masing lantai disesuaikan untuk setiap lantai agar mempermudah pengguna mengakses tiap lantai. Pengaturan tata letak wireless router disesuaikan agar sinyal yang didapat bisa terhubung dengan baik ke dalam jaringan. Pengaturan channel dilakukan untuk menghindari terjadinya channel overlap yang dapat menurunkan performa koneksi wireless. 56 Gambar 4.6 Setting IP Pada Wireless Router Lantai 1 Gambar 4.7 Setting DHCP Pada Wireless Router Lantai 3 57 Gambar 4.8 Setting Security Pada Wireless Router Lantai 1 Gambar 4.9 Setting SSID dan Channel Pada Wireless Router Lantai 1 58 Gambar 4.10 Setting SSID dan Channel Pada Wireless Router Lantai 3 Gambar 4.11 Setting SSID dan Channel Pada Wireless Router Lantai 4 59 Channel pada masing – masing lantai dibedakan menjadi 3 channel. Pada lantai 1 menggunakan channel 11, lantai 3 menggunakan channel 6, dan lantai 4 menggunakan channel 1. Alasan penggunaan channel tersebut karena pada range frekuensi channel tersebut tidak saling bertabrakan yang dapat menyebabkan interferensi atau gangguan pada frekuensi Wi-Fi sehingga dapat menurunkan performa sinyal dari wireless. Perbedaan channel pada masing – masing lantai untuk menghindari channel overlap dapat dilihat sebagai berikut. Gambar 4.12 Perbedaan Channel pada Wireless Router 60 4.6 Konfigurasi Step by Step Untuk perancangan menggunakan Cisco Pakcet Tracer dilakukan di menu GUI namun pada implementasi secara riil dilakukan dengan koneksi pada interface console yang terdapat pada switch / router. Berikut langkah – langkah dalam melakukan konfigurasi ke dalam switch 1. Konfigurasi dasar pada switch dilakukan pada seluruh switch Switch>enable Switch#configure terminal Switch(config)#hostname S1 (sesuai dengan nomor switch) S1(config)#enable secret class S1(config)#no ip domain-lookup S1(config)#ip default-gateway 192.168.90.1 S1(config-line)#end S1#copy running-config startup-config 2. Mengaktifkan port dan VTP mode access pada seluruh switch S1(config)#interface fa0/9 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#no shutdown S1(config-if)#interface fa0/10 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#no shutdown S1(config-if)#interface fa0/11 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#no shutdown 3. Mengkonfigurasi IP Address sesuai dengan tabel 4.2 terhadap seluruh PC 4. Mengatur VTP Server pada switch 1 dan VTP Client pada switch 2 dan 3 S1(config)#vtp mode server S1(config)#vtp domain YAKINMAJU S1(config)#vtp password yakinmajusentosa S1(config)#end 61 S2(config)#vtp mode client S2(config)#vtp domain YAKINMAJU S2(config)#vtp password yakinmajusentosa S2(config)#end S3(config)#vtp mode client Setting device to VTP CLIENT mode S3(config)#vtp domain YAKINMAJU S3(config)#vtp password yakinmajusentosa S3(config)#end 5. Konfigurasi fa0/1 – 8 sebagai trunking port dan konfigurasi VLAN 90 sebagai native VLAN dengan menggunakan interface range S1(config)#interface range fa0/1-8 S1(config-if-range)#switchport mode trunk S1(config-if-range)#switchport trunk native vlan 90 S1(config-if-range)#no shutdown S1(config)#interface gi0/1 S1(config-if-range)#switchport mode trunk S1(config-if-range)#switchport trunk native vlan 90 S1(config-if-range)#no shutdown S1(config-if-range)#end S2(config)# interface range fa0/1-8 S2(config-if-range)#switchport mode trunk S2(config-if-range)#switchport trunk native vlan 90 S2(config-if-range)#no shutdown S2(config-if-range)#end S3(config)# interface range fa0/1-8 S3(config-if-range)#switchport mode trunk S3(config-if-range)#switchport trunk native vlan 90 S3(config-if-range)#no shutdown S3(config-if-range)#end 62 6. Mengkonfigurasi database VLAN pada switch 1 S1(config)#vlan 90 S1(config-vlan)#name Native S1(config-vlan)#exit S1(config)#vlan 10 S1(config-vlan)#name Manajer S1(config-vlan)#exit S1(config)#vlan 20 S1(config-vlan)#name FrontDesk S1(config-vlan)#exit S1(config)#vlan 30 S1(config-vlan)#name Finance S1(config-vlan)#exit S1(config)#vlan 40 S1(config-vlan)#name Marketing S1(config-vlan)#end 7. Konfigurasi seluruh switch untuk VLAN 90 S1(config)#interface vlan 99 S1(config-if)#ip address 192.168.90.11 255.255.255.0 S1(config-if)#no shutdown S1(config-if)#end S2(config)#interface vlan 99 S2(config-if)#ip address 192.168.90.12 255.255.255.0 S2(config-if)#no shutdown S2(config-if)#end S3(config)#interface vlan 99 S3(config-if)#ip address 192.168.90.13 255.255.255.0 S3(config-if)#no shutdown S3(config-if)#end 63 8. Konfigurasi masing – masing port yang terdapat pada switch sesuai dengan tabel 4.5 Port Assignment S1(config)#interface fa0/9 S1(config-if-range)#switchport access vlan 20 S1(config-if-range)#interface fa0/10 S1(config-if-range)#switchport access vlan 30 S1(config-if-range)#interface range fa0/11 S1(config-if-range)#switchport access vlan 10 S1(config-if-range)#end S1#copy running-config startup-config S2(config)#interface fa0/9 S2(config-if-range)#switchport access vlan 10 S2(config-if-range)#interface fa0/10 S2(config-if-range)#switchport access vlan 30 S2(config-if-range)#interface range fa0/11 S2(config-if-range)#switchport access vlan 30 S2(config-if-range)#end S2#copy running-config startup-config S3(config)#interface fa0/9 S3(config-if-range)#switchport access vlan 40 S3(config-if-range)#interface fa0/10 S3(config-if-range)#switchport access vlan 40 S3(config-if-range)#interface range fa0/11 S3(config-if-range)#switchport access vlan 40 S3(config-if-range)#end S3#copy running-config startup-config 9. Konfigurasi subinterface pada router R1(config)#interface gigabitethernet 0/1 R1(config-if)#no shutdown 64 R1(config-if)#interface gigabitethernet 0/1.1 R1(config-subif)#encapsulation dot1q 1 R1(config-subif)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0 R1(config-if)#interface gigabitethernet 0/1.10 R1(config-subif)#encapsulation dot1q 10 R1(config-subif)#ip address 192.168.10.1 255.255.255.0 R1(config-if)#interface gigabitethernet 0/1.20 R1(config-subif)#encapsulation dot1q 20 R1(config-subif)#ip address 192.168.20.1 255.255.255.0 R1(config-if)#interface gigabitethernet 0/1.30 R1(config-subif)#encapsulation dot1q 30 R1(config-subif)#ip address 192.168.30.1 255.255.255.0 R1(config-if)#interface gigabitethernet 0/1.40 R1(config-subif)#encapsulation dot1q 40 R1(config-subif)#ip address 192.168.40.1 255.255.255.0 R1(config-if)#interface gigabitethernet 0/1.90 R1(config-subif)#encapsulation dot1q 90 native R1(config-subif)#ip address 192.168.90.1 255.255.255.0 10. Konfigurasi port menuju ke PC Gudang R1(config)# interface gigabitethernet0/0 R1(config-if)#ip address 172.17.50.1 255.255.255.0 R1(config-if)#description server interface R1(config-if)#no shutdown R1(config-if)#end 65 4.7 Konfigurasi VTP Switch 1 adalah sebagai VTP server perlu memasukkan perintah VTP agar switch 1 merubah statusnya menjadi server. Berikut adalah gambaran pada Cisco Packet Tracer untuk perintah konfigurasi : Gambar 4.13 Setting VTP pada Switch 1 Switch(config)#vtp mode client/server Switch(config)#vtp domain domain_name Switch(config)#vtp password password 66 4.8 Konfigurasi VLAN Untuk dapat menjalankan metode VLAN, database VLAN pada switch dikonfigurasi dengan memberi identifikasi VLAN pada masing – masing divisi. Gambaran konfigurasi switch pada Cisco Packet Tracer adalah dengan cara berikut : Gambar 4.14 Setting VLAN pada Switch 1 VTP Server terletak pada switch 1 berdasarkan topologi yang telah dibuat agar mempermudah rancangan dan maintenance jaringan. Database VLAN dapat dilihat pada tabel 4.1 sesuai dengan divisi masing – masing. VLAN database secara otomatis akan diupdate ke switch yang lainnya dengan metode VTP Server / Client sesuai dengan konfigurasi sebelumnya. Dengan metode ini, seluruh database VLAN yang ada pada switch 1 sebagai VTP server akan disebarkan ke seluruh switch VTP client. Sehingga konfigurasi dilakukan secara efesien. 67 4.9 Konfigurasi Switchport pada Switch Untuk port yang terhubung dengan switch / router menggunakan mode trunk, sedangkan port yang terhubung ke end device menggunakan mode access. Untuk melakukan konfigurasi switchport pada Cisco Packet Tracer perlu memasukkan perintah berikut : Gambar 4.15 Setting Switchport pada Switch 1 Switch(config)#int interface_id Switch(config-if)# switchport mode access/trunk Switch(config-if)#switchport access/trunk vlan vlan_id 68 4.10 Verifikasi VLAN Setelah memasukkan perintah VLAN maka database telah tersimpan ke dalam switch. Untuk melihat database VLAN dapan menggunakan perintah berikut. Gambar 4.16 Verifikasi VLAN Database pada Switch 2 Gambar 4.17 Verifikasi VLAN Database pada Switch 3 69 4.10 Verifikasi VTP Pada topologi yang baru ini, VTP server terdapat pada switch lantai 3. Berikut verifikasi VTP pada masing – masing lantai : Gambar 4.18 Verifikasi VTP Server pada switch 1 Gambar 4.19 Verifikasi VTP server pada switch 2 70 4.11 Verifikasi WLAN Berikut verifikasi WLAN setelah mengatur beberapa Settingan pada Wireless Router melalui GUI : Gambar 4.20 Verifikasi SSID dan Channel pada Wireless Router Gambar 4.21 Verifikasi Security pada Wireless Router 71 4.12 Evaluasi VLAN dan WLAN Hasil evaluasi diperoleh dengan melakukan testing ping antar device. Gambar 4.22 Testing Ping Marketing 1 ke 2 Gambar 4.23 Testing Ping Marketing 2 ke 3 72 Gambar 4.24 Testing Ping Marketing 3 ke 1 Gambar 4.25 Testing Ping Finance 1 ke 2 73 Gambar 4.26 Testing Ping Laptop Manajer 2 ke PC Manajer 1 Gambar 4.27 Testing Ping koneksi wireless Front Desk 1 ke 2 74 Gambar 4.28 Testing Terjadinya Broadcast Data Gambar 4.29 Broadcast Storming dapat diatasi Dengan topologi jaringan yang baru dapat mengoptimalkan jaringan pada PT. Yakin Maju Sentosa, karena dapat mencegah terjadinya broadcast storm dan kerusakan jaringan yang tidak diinginkan. Ketika topologi jaringan tanpa VLAN terkena mendapat serangan beberapa jenis virus yang melakukan broadcast data secara terus – menerus, maka virus dapat melakukan broadcast ke seluruh jaringan sehingga bandwidth menjadi 75 boros dan menyebabkan link down dan dapat merusak resource data sehingga membuat data menjadi kurang reliable. Namun dengan menggunakan VLAN, permasalahan dapat diatasi karena adanya segmentasi VLAN, maka ketika salah satu user terkena serangan virus maka virus tidak akan menyebar ke seluruh jaringan secara broadcast karena sudah memiliki VLAN ID yang berbeda, sehingga dapat mencegah terjadinya broadcast storm pada lalu lintas jaringan. Dengan adanya WLAN, dapat meningkatkan mobilitas dalam jaringan pada perusahaan. Untuk menghindari terjadinya channel overlap makan masing – masing wireless router diatur agar tidak memiliki lebar channel yang sama. Pengaturan juga dilakukan dengan meletakkan posisi wireless router agar mampu dijangkau luas dalam suatu ruangan. Hasil pengamatan yang didapat adalah sebagai berikut : 1. Performa : 1. Mengurangi beban traffic yang tidak dibutuhkan. 2. Menghindari terjadinya request timed out (RTO). 2. Efisiensi : 1. Menghindari penggunaan kabel yang berbebihan dengan teknologi WLAN. 2. Mobilitas pengguna yang lebih tinggi. 76