BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PEMASARAN 2.1.1 Definisi

advertisement
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 PEMASARAN
2.1.1 Definisi Pemasaran
Menurut Philip Kotler (2008) pemasaran (marketing) adalah proses
sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau sekelompok memperoleh
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran
produk dan nilai. Menurut American Marketing Association (AMA)
mendefinisikan secara formal bahwa Pemasaran adalah suatu fungsi
organisasi
dan
serangkaian
proses
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan, dan memberi nilai kepada pelanggan dan untuk
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemangku kepentingannya.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bawah Pemasaran
adalah proses organisasi untuk menciptakan apa yang dibutuhkan dan
diinginkan
pelanggan,
mengkomunikasikan,
memberi
nilai
kepada
pelanggan serta mengelola hubungan sosial dengan pelanggan dengan cara
yang menguntungkan organisasi tersebut.
2.1.2 Konsep Pemasaran
Theodore Levitt dari Harvard dalam buku Kotler & Keller
menjelaskan salah satu perbedaan antara konsep penjualan dan konsep
pemasaran sebagai berikut:
12
Tabel 2.1 Konsep Penjualan dan Konsep Pemasaran
Konsep Penjualan
Berfokus kepada kebutuhan penjual
Konsep Pemasaran
Berfokus kepada kebutuhan pembeli
Didasari kebutuhan penjual untuk Didasari
oleh
gagasan
untuk
mengubah produk menjadi uang
memuaskan kebutuhan pelanggan
melalui produk
Sumber : Theodore Levitt dalam Kotler & Keller (2009)
Danang Sunyoto juga menvisualisasikan perbedaan konsep penjualan,
konsep pemasaran dan konsep pemasaran baru sebagai berikut :
Tabel 2.2 Konsep Penjualan, Konsep Pemasaran dan Konsep Pemasaran Baru
Konsep
Konsep Pemasaran
Konsep Pemasaran Baru
Penjualan & Promosi
Laba melalui jumlah
Penjualan
Produk
Pusat
penjualan
Perhatian
Prosedur & Kebutuhan
Pemasaran Terpadu
Laba melalui kepuasan
pembeli
Alat
Hasil Akhir
Lingkungan
Manajemen Strategik
Stakeholder benefit
Sumber : Danang Sunyoto (2012:p31)
2.1.3 Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Kotler berpendapat bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan terus menerus untuk
mencapai
tujuan
pemasaran di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari apa saja yang
dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya,
13
yang dikenal dengan sebutan 4P, yaitu produk (product), harga (price),
tempat (place) dan promosi (promotion).
2.2 PRODUK
2.2.1 Definisi Produk
Menurut William J. Stanton di dalam buku Danang Sunyoto (2012)
mendefinisikan produk menjadi dua, yaitu :

Dalam arti sempit : Sekelompok atribut fisik nyata yang terakit
dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan.

Dalam arti luas : Sekelompok atribut nyata dan tidak nyata, di
dalamnya termasuk kemasan, warna, harga, mutu dan merek
ditambah dengan pelayanan dan reputasi penjual.
Menurut Philip Kotler, Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsikan sehingga
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Atau produk adalah segala
sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar agar diperhatikan,
diminta, dipakai atau dikonsumsi sehingga mungkin memuaskan keinginan
atau kebutuhan. Produk bisa berupa benda fisik, jasa, orang, tempat,
organisasi dan gagasan (ide).
2.2.2 Konsep Produk
Kotler & Keller berpendapat bahwa konsumen menyukai produk yang
menawarkan kualitas, kinerja atau fitur inovatif terbaik. Manajer dari
organisasi ini berfokus untuk membuat produk yang unggul dan senantiasa
14
memutakhirkannya. Suatu produk baru tidak akan sukses jika tidak
didukung oleh harga, distribusi, iklan dan penjualan yang tepat.
Danang Sunyoto (2012) menyebutkan konsep produk meliputi :
 Konsumen membeli produk tidak hanya untuk sekedar
memenuhi kebutuhan saja.
 Konsumen terutama selalu menekankan mutu produk
 Konsumen mengetahui mutu dan penampilan yang
membedakan dari merek-merek yang bersaing.
 Konsumen memilih di antara merek yang bersaing atas
dasar mutu yang terbaik yang dapat dicapai dari uang yang
mereka korbankan.
 Tugas organisasi adalah untuk selalu melakukan perbaikan
mutu
produk
sebagi
kunci
guna
menarik
dan
mempertahankan langganan.
Konsep produk ini biasanya terdapat pada perusahaan yang selalu
mengembangkan produknya untuk dapat menghasilkan produk yang terbaik.
2.2.3 Produk Restoran
Ada lima faktor karateristik dari produk restoran yaitu :
1. Faktor makanan dan minuman terdiri atas variabel jenis atau
menu makanan, variasi pilihan menu, rasa, dan presentasi.
15
2. Faktor pelayanan terdiri dari pilihan jenis pelayanan, fasilitas
reservasi atau pemesanan tempat duduk, ketersediaan pembayaran
dengan kartu kredit, tersedianya kursi untuk balita dan lain-lain.
3. Faktor kebersihan dan higienitas terdiri dari faktor staff grooming,
kebersihan pakaian seragam karyawan, daftar menu yang bersih
dan rapi, dan kebersihan area tempat secara keseluruhan.
4. Faktor harga terdiri dari atas kesesuaian antara kepuasan yang
diperoleh dengan jumlah uang yang dikeluarkan oleh pelanggan.
5. Faktor suasana yang terdiri atas desain, dekorasi, pencahayaan,
pengaturan suhu udara, furnishing, tingkat kegaduhan, perilaku
tamu-tamu yang ada di restoran dan perilaku karyawan yang
diimplementasikan ke dalam atmosfir operasional makanan dan
minuman yang dapat dilihat, didengar, disentuh, dirasakan dan
dibaui.
Produk yang dihasilkan layanan makanan dan minuman merupakan
produk total dari dua jenis produk, yaitu produk berwujud seperti makanan,
minuman yang lezat berkualitas serta fasilitas yang unggul dan modern dan
produk yang tidak berwujud seperti jasa pelayanan, rasa nyaman, keamanan,
keramahtamahan, keindahan, kebersihan, reputasi dan sanitasi atau
higienitas.
2.3 KUALITAS PRODUK
Dalam usaha dalam mempengaruhi pembelian pelanggan, maka harus dibuat
berkualitas. Goetsch Davis di dalam buku Zulian Yamit (2010) membuat definisi
dari kualitas produk yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
16
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan. Ia menegaskan bahwa menghasilkan produk yang berkualitas
membutuhkan menusia dan proses yang berkualitas pula.
Menurut Kotler & Amstrong (2008:272) mengartikan Kualitas Produk
merupakan karakteristrik produk atau jasa yang tergantung pada kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan. Ia
menjelaskan salah satu nilai utama yang diharapkan oleh konsumen dari pemasok
adalah mutu produk dan jasa yang tinggi. Semakin baik kualitas produk yang
dihasilkan maka akan memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan
keputusan pembelian.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Kualitas Produk
merupakan karakteristik produk atau jasa yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang dinamis yang diharapkan untuk mampu
memuaskan kebutuhan dan harapan pelanggan.
Banyak definisi dan dimensi kualitas dapat ditemukan dari buku dan literatur
akademik. Menurut Shaharudin et al pada jurnalnya mengungkapkan salah satu
definisi kualitas yang paling dihormati adalah dimensi kualitas yang telah
dikembangkan oleh David Garvin dari Harvard Business School (1984). Menurut
David Garvin, untuk menentukan dimensi kualitas produk, dapat melalui beberapa
dimensi sebagai berikut :
a) Performance / Kinerja
“ A product’s primary operating characteristics”. Berkaitan
dengan aspek fungsional suatu barang. Merupakan karakteristik
utama yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli barang.
17
Kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat
dasar dari produk yang dikonsumsi. Penilaian terhadap
kemampuan produk menjalankan fungsi utamanya seringkali
bersifat subyektif.
b) Features / Keistimewaan
“Characteristics
that
supplement
basic
functioning”.
Menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan produk dan
pengembangan fungsi dan manfaat tambahan dari sebuah
produk. Perkembang fitur telah menjadi target para produsen
untuk berinovasi dalam rangka memuaskan pelanggan.
c) Reliability/ Kehandalan
“Probability of a product malfunction-ing within a specific time
periode”.
Merupakan
keberhasilan
suatu
produk
dalam
menjalani fungsinya di dalam periode waktu dan kondisi
tertentu. Menjadi suatu jaminan produk tidak mengalami
kerusakan atau tidak berfungsi ketika setiap kali digunakan.
d) Conformance / Kesesuaian
“The degree to which a product’s design and operating
characteristics meet established standards”. Berkaitan dengan
tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya atau terhadap standar yang dituju oleh perusahaan.
Dalam implementasinya, kesesuaian menunjukkan seberapa
jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi
tertentu.
18
e) Durability (Ketahanan)
“Expected product life”. Refleksi umur merupakan ukuran daya
tahan atau masa pakai barang. Daya tahan dapat diartikan
sebagai penilaian pelanggan terhadap umur ekonomis produk
yang akan dikonsumsi. Produk dapat disebut tahan atau awet
kalau dapat digunakan lebih dari satu kali penggunaan.
f)
Serviceability (Pelayanan)
“ Speed, courtesy, competence, and ease of repair”. Dimensi ini
mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan terhadap
produk tersebut, meliputi perbaikan dan penanganan keluhan
(complain) yang memuaskan. Implementasinya adalah penilaian
pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh badan usaha
atau restoran tersebut.
g) Aesthetic (Keindahan)
“How a product looks, feels, sounds, tastes or smells”.
Karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai
estetika yang dapat dilihat dan dirasa untuk mempertimbangkan
preferensi individual. Menunjukkan bagaimana penampilan dan
daya tarik produk terhadap pembeli. Dimensi ini dapat dijadikan
senjata untuk membedakan dua produk yang terlihat sama.
h) Perceived Quality (Ketepatan Kualitas)
“Reputation
and
other
indirect
measures
of
quality”.
Merupakan ketepatan kualitas produk secara keseluruhan yang
diterima dan dirasakan oleh konsumen. Kategori ini termasuk
pengaruh dari citra merek dan faktor-faktor tidak berwujud yang
19
secara tidak langsung dapat mempengaruhi persepsi konsumen
atas kualitas yang diberikan dari perusahaan.
David Garvin mengakui bahwa suatu produk biasanya tidaklah masuk
dalam semua ukuran ini.
2.4 KEPUTUSAN PEMBELIAN
Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk
yang ditawarkan oleh penjual. Perilaku pembelian oleh para konsumen sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor utama sebagai berikut :
1. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh luas dan mendalam terhadap
perilaku pembelian konsumen, terdiri dari komponen budaya,
sub budaya, dan kelas sosial.
2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga, peran dan status.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi yang meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor Psikologi
Pilihan seseorang untuk dipengaruhi oleh faktor psikologis yang
diantaranya adalah motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan
serta pendirian.
20
Mempelajari
perilaku
konsumen
akan
memberikan
petunjuk
bagi
pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, pesan
iklan dan elemen bauran pemasaran lainnya. Karakteristik pembeli dan proses
pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar
adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli dari rangsangan luar
hingga munculnya keputusan pembelian (Kotler, 2009).
Tahap Proses Keputusan Pembelian
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku Pasca
Pembelian
Gambar 2.4.1 Lima Tahap Proses Keputusan Pembelian
Sumber : Kotler and Keller (2009)
Konsumen tidak selalu melalui lima tahap pembelian produk seluruhnya.
Mereka mungkin melewatkan beberapa tahap dan langsung membeli tanpa pencarian
21
informasi karena merupakan suatu hal yang terbiasa dan bersifat reguler (Kotler dan
Keller 2009 : p184).
Tahap 1 : Pengenalan Kebutuhan
Dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan
yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal
seperti kebutuhan normal seseorang. Sebagai contoh: rasa lapar, haus dan
lain lain. Rangsangan eksternal bisa meliputi iklan atau lingkungan yang
memungkinkan konsumen melakukan pembelian.
Tahap 2 : Pencarian Informasi
Konsumen yang terdorong untuk mencari sejumlah informasi yang
yang lebih banyak. Sumber informasi utama di mana konsumen dibagi
menjadi empat kelompok :

Sumber pribadi
: Keluarga, teman , tetangga, rekan lainnya.

Sumber komersial
: Iklan, situs web, penyalur, kemasan,
pajangan.

Sumber publik

Sumber pengalaman : Menangani, memeriksa, dan menggunakan
: Media massa, organisasi konsumen.
produk.
Ketika konsumen mengumpulkan lebih banyak informasi, hanya
beberapa kumpulan pilihan yang menjadi calon kuat. Konsumen membuat
pilihan akhir dari kumpulan ini. Pemasar harus mengidentifikasi hierarki
atribut
yang memandu pengambilan keputusan konsumen untuk
memahami berbagai kekuatan persaingan dan bagaimana berbagai
22
kumpulan ini terbentuk.
Biasanya pemasar melakukan positioning
terhadap merek mereka. Hierarki atribut juga mengungkapkan segmen
pelanggan ada yang mengutamakan harga, tipe jenis, dan merek.
Tahap 3 : Evaluasi Alternatif
Tahap ini merupakan tahap dimana bagaimana konsumen memproses
informasi merek yang kompetitif dan melakukan penilaian akhir. Konsep
dasar dalam melakukan penilaian dalam memahami proses evaluasi
adalah:
a) Konsumen akan selalu berusaha memenuhi suatu kebutuhan.
b) Konsumen akan mencari manfaat tertentu dari solusi produk.
c) Konsumen melihat masing-masing produk sebagai kelompok
atribut dengan
berbagai kemampuan yang berbeda-beda untuk
mengantarkan manfaat
yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhannya.
Konsumen akan memberikan perhatian terbesar kepada atribut
yang mengantarkan manfaat yang memenuhi kebutuhannya. Dengan
pengalaman dan pembelajaran produk pada tahap ini, konsumen
mendapatkan sikap dan keyakinan. Dimana keyakinan adalah pemikiran
yang dipegang konsumen tentang sesuatu serta sikap yaitu evaluasi dalam
waktu lama tentang suatu produk akan disukai atau tidak, melibatkan
perasaan emosional, dan kecenderungan menindaklanjuti sebuat tindakan
terhadap objek.
23
Tahap 4 : Keputusan Pembelian
Dalam proses ini, konsumen dapat membentuk lima sub-keputusan
alternatif yang akan dipilih diantaranya mengenai apa yang akan dibeli
(merek), apakah membeli atau tidak (penyalur), kapan akan dibeli (waktu),
dimana akan dibeli (tempat), dan bagaimana membayarnya (metode
pembayaran). Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau
menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko
anggapan dari sebuah produk. Beberapa risiko tersebut diantaranya adalah:

Risiko fungsional – produk tidak bekerja sesuai dengan harapan.

Risiko fisik – produk mengancam kesehatan fisik pengguna

Risiko keuangan – produk tidak layak terhadap harga yang
dibayarkan

Risiko sosial – produk menimbulkan rasa malu dari orang lain

Risiko psikologis – produk mempengaruhi kesehatan jiwa
pengguna

Risiko waktu – Kegagalan produk menghasilkan biaya peluang
untuk menemukan produk memuaskan lainnya.
Tahap 5 : Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level
kepuasan atau ketidakpuasan terhadap produk atau jasanya. Seorang
marketing juga harus mengamati kepuasan pembeli pasca pembelian,
tindakan pasca pembelian dan penggunaan produk pasca pembelian.
Kepuasan pasca pembelian merupakan ketentuan untuk pelanggan
24
membeli produk kembali atau membicarakan hal menyenangkan tentang
produk tersebut atau sebaliknya.
Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin
besar ketidakpuasan yang terjadi. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen
akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Beberapa perilaku konsumen
pada tahap ini dapat berupa : menjadi konsumen tetap, melakukan
pembelian ulang, penggunaan yang meningkat, perpindahan, dan
penghentian penggunaan (Hawkins dalam Supranto dan Limakrisna
(2007:p229).
Schiffman dan Kanuk di dalam bukunya yang berjudul Consumer
Behavior,
menggambarkan
model
sederhana
dalam
pengambilan
keputusan menjadi 3 komponen yaitu input, process dan output sebagai
berikut :
1) Input
Komponen ini terdiri dari pengaruh luar sebagai sumber informasi
mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan produk atau jasa. Pengaruhnya
utamanya adalah dari kegiatan bauran pemasaran dan pengaruh
sosial budaya.

Input Bauran Pemasaran
Kegiatan pemasaran perusahaan yang merupakan usaha
langsung untuk mencapai, memberikan informasi, dan
membujuk konsumen untuk membeli dan menggunakan
produk dan jasanya. Usaha-usahanya meliputi : Produk,
25
Promosi, Harga, Saluran Distribusi, Pelayanan dan lain
lain.

Input Sosial Budaya
Input sosial budaya merupakan pengaruh non komersial
seperti dari keluarga, rekan sekerja, tetangga dan budaya.
2) Proses
Komponen yang berhubungan dengan cara konsumen untuk
mengambil
keputusan.
Pengaruh-pengaruh
tersebut
adalah
motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan sikap. Proses
pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap, yaitu
pengenalan kebutuhan, penilaian sebelum penelitian, dan penelitian
berbagai alternatif.

Pengenalan kebutuhan
Terjadi ketika
konsumen dihadapkan dengan suatu
masalah. Ada dua gaya pengenalan kebutuhan yang
berbeda.
Pertama,
merupakan
tipe
keadaan
yang
sebenarnya, yang merasa bahwa konsumen mempunyai
suatu masalah ketika sebuah produk tidak dapat berfungsi
secara memuaskan. Kedua, tipe keadaan yang diingikan,
dimana konsumen diperhadapkan kepada sesuatu yang
baru dapat menggerakan proses keputusan.

Penilaian sebelum penelitian
Penilaian ini dimulai ketika konsumen merasakan adanya
kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan membeli dan
mengkonsumsi suatu produk. Sumber informasinya adalah
26
terdapat pada ingatan dan pengalaman yang lalu yang
memadai kepada konsumen untuk melakukan pilihan
sekarang ini.

Penelitian berbagai alternatif
Ketika konsumen menilai berbagai alternatif potensial.
Biasanya konsumen menggunakan daftar merek yang
direncanakan untuk dipilih dan kriteria yang akan mereka
gunakan untuk menilai setiap merek.
3) Output
Komponen output menyangkut kegiatan pasca pembelian yang
berhubungan erat dengan perilaku pembelian dan penilaian pasca
pembelian. Tujuan dari kedua kegiatan tersebut adalah untuk
meningkatkan kepuasan konsumen terhadap pembeliannya.

Perilaku pembelian
Konsumen
melakukan
dua
tipe
pembelian
yaitu
pembelian percobaan dan pembelian ulang.

Penilaian pasca pembelian
Unsur penting dari penilaian pasca pembelian adalah pengurangan
keragu-raguan yang dirasakan oleh konsumen terhadap pilihannya.
Tingkat penilaian ini tergantung kepada pentingnya keputusan produk
dan pengalaman yang diperoleh dalam memakai produk tersebut. Jika
kinerja sesuai dengan harapan, maka kemungkinan konsumen akan
melakukan pembelian ulang, jika sebaliknya konsumen akan memakai
berbagai alternatif yang lebih sesuai dengan dirinya.
27
Pengaruh Eksternal
Input
Usaha Bauran Pemasaran
Perusahaan :
1.Produk
2. Harga
3.Promosi
4. Saluran Distribusi
Usaha Lingkungan Sosial
Budaya :
1. Keluarga
2. Rekan
3. Tetangga
4. Budaya dan Sub Budaya
Pengambilan Keputusan Konsumen
 Pengenalan
Kebutuhan
Process
 Penelitian Sebelum
Pembelian
Pengaruh Psikologi :
1. Motivasi
2. Persepsi
3. Kepribadian
4. Sikap
 Penilaian Alternatif
Pengalaman
Perilaku Setelah Keputusan
Output
Pembelian :
1. Percobaan
2. Pembelian Ulang
Penilaian Pasca Pembelian
Gambar 2.4.2 Model Sederhana Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Sumber : Schiffman & Kanuk (2007:p493)
2.5 Hubungan Antar Variabel Berdasarkan Jurnal
1.
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Pengaruh Keragaman Menu, Kualitas
Produk, Citra Merek dan Iklan terhadap Keputusan Pembelian di McDonald’s
Java Mall Semarang “ (Muhammad Wahyu Ali A.H., Handoyo Djoko.W., Sari
Listyorini. Journal of Social and Politic. Bandung : 2013. pg 1-9). “This study aims
to determine effect of the diversity of menu, product quality, brand image, and
advertising on consumer purchasing decisions McDonald’s Java Mall Semarang”.
Penelitian ini meneliti hubungan antara keragaman menu, kualitas produk,
citra merek dan iklan di dalam keputusan pembelian konsumen. Penelitiannnya
menghasilkan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
28
keputusan pembelian sebesar 54,2 % dimana variabel kualitas produk adalah variabel
paling kuat dibanding tiga variabel lainnya.
2.
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Pengaruh Harga dan Kualitas
Produk terhadap Keputusan Pembelian Motor Honda Matic Beat di PT.
Nusantara Solar Sakti, (Purwati, Heri Setiawan, Rohmawati. Jurnal Ekonomi dan
Informasi Akutansi. Politeknik Negeri Sriwijaya: Sept 2012. Vol.2 No.3; pg. 260),
“The aim of this research are, to know how much the price and quality of product
take effect to the customer’s decision in order to purchase Honda Beat Scootermatic,
and to know which one of the two variables is dominant. Thus, Result of this analysis
suggest that Pt. Nusantara Sakti should maintain their price stability especially in
increasing the strategy to give affordable price because it can affect the people to
purchase Honda Beat Scootermatic.”
Penelitian
ini
menghasilkan
pernyataan
bahwa
kualitas
produk
memberikan pengaruh dominan, sedangkan pada variabel harga tidak mempengaruhi
keputusan konsumen.
3.
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Symbolic purchase in sport: the roles
of self-image congruence and perceived quality” (Kwak, D.H., Kang J.H. Journal of
Management Decisions: 2009. Vol 47, Iss.1; pg 85-99) “Relationship existed
between perceived product quality with purchase intention”.
Penelitian ini mendukung adanya hubungan antara kualitas keseluruhan
dari produk terhadap minat pembelian oleh konsumen.
4.
Berdasarkan jurnal yang berjudul “The relationship between product
quality and purchase intention : The case of Malaysia’s national motorcycle
manufacture”, (Mohd Rizaimy Shaharudin, Suhardi Wan Mansor, Anita Abu
Hassan, Maznah Wan Omar, Etty Harniza Harun. Journal of Business Management.
Malaysia:Sept 2011. Vol. 5 Iss.20; pg 8163-8176) “This study aims to determine the
level of product quality based on the eight quality dimensions framework and the
relationship towards the buyer purchase behavior. The introduction of beneficial
impact as a mediator between product quality and purchase intention (indirect
effect) as suggested by past researches which could increase the importance of
perceived quality in the study relationships.”
Penelitian ini menetapkan delapan tingkat dari dimensi kualitas produk
dan hubungannya terhadap perilaku pembelian dari konsumen. Hasil dari penelitian
ini menyatakan bahwa pengenalan akan pengaruh manfaat sebagai mediator antara
kualitas produk dan minat pembelian sebagaimana yang telah dilakukan yaitu
29
pentingnya meningkatkan kualitas keseluruhan produk terutama yang secara tidak
langsung.
5.
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Consumer’s Perceived Quality,
Perceived Value and Perceived Risk Towards Purchase Decision on Automobile”,
( Shoy Johnn Yee, Ng Cheng San. Journal of Economics and Business
Administration. Malaysia:2011. Vol. 3, Iss. 1; pg 47-57), “All the 200 sets of data
were reliable where Cronbach’s alpha is more than 0,6. Pearson correlation also
showed the strenght of the relationship between those variables and normality
assumption was meet. Result from multiple regression analysis showed the positive
association between the three factors mentioned previously with purchase decision”
Penelitian ini menganalisa data dari 200 responden yang reliabel dilihat
dari nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,6. Dan dari metode analisa korelasi Pearson
mengindikasikan bahwa hubungan dari semua variabel dan asumsi normalitas
bertemu. Hasil dari regresi bergandanya menyatakan terdapat hubungan yang positif
antara tiga faktor variabel dengan keputusan pembelian.
2.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010:221) Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis dibuktikan dari data yang
terkumpul. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaaan
populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan hasil data yang diperoleh atau
taksiran keadaan populasi melalui data sampel.
Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang dinyatakan dengan jelas dan
ringkas, menyatakan hubungan antara dua variabel, dan menjelaskan variabel
tersebut dalam desain metode penelitian yang terukur.
penelitian yaitu :
Untuk menjawab tujuan
30
Hipotesis penelitan :
Ho =
Kualitas Produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Keputusan Pembelian.
Ha = Kualitas Produk berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan
Pembelian.
2.7 Kerangka Pemikiran
(T3)
Kualitas Produk (X1)
Keputusan Pembelian (Y1)
Analisa Deskriptif (T-1)
Analisa Deskriptif (T-2)
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
Sumber : Penulis 2013
Download