III. METODOLOGI PENELITIAN

advertisement
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sample Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan - perusahaan yang tercatat di Bursa
Efek Jakarta periode 2000-2009. Teknik pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sampling artinya sampel tidak diambil secara acak, melainkan disesuaikan
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Kriteria pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut ::
a. Perusahaan
publik
yang
menerbitkan
dan
tersedia
laporan
keuangannya dari tahun 2000 sampai dengan 2009, dan laporan
keuangan tersebut berakhir pada 31 Desember.
b. Perusahaan yang mengungkapkan prakiraan laba perusahaannya
(Earning Forecast) satu tahun setelah perusahaan itu mengeluarkan
IPO (Perusahaan Forecaster). Informasi mengenai earning forecast
bisa diperoleh dalam prospectus yang dibuat oleh perusahaan tersebut
saat perusahaan tersebut mengeluarkan IPO.
c. Terdapat kelengkapan data yang diperlukan. Antara lain pendapatan
operasional, aktiva lancar, total aktiva, laba bersih, dan aliran kas.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, maka dalam penelitian ini diperoleh 94
perusahaan sebagai sampel akhir setiap tahunnya.
45 46 3.2 Sumber Data yang Dibutuhkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah
sumber penelitian yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh oleh pihak lain). Data yang diperlukan merupakan data yang sah
diperoleh pihak perusahaan dan sudah diterbitkan dalam bentuk laporan keuangan
atau dengan kata lain data tersebut tidak secara langsung diambil di perusahaan
perbankan tetapi diambil dari laporan keuangan yang terdapat di Bursa Efek Jakarta
(BEJ). Sumber data berupa prospectus perusahaan saat mengeluarkan IPO, dan
laporan keuangan setelah perusahaan tersebut mengeluarkan IPO.
Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan operasional (operating income)
2. Change in Sales perusahaan di tahun setelah perusahaan mengeluarkan
IPO dan di tahun saat mengeluarkan IPO.
3. Aktiva lancar (current asset)
4. Aktiva tetap (fixed asset) dikurangi intangible assetnya.
5. Nilai laba yang diperkirakan perusahaan setelah perusahaan tersebut
mengeluarkan IPO (Earning Forecast Perusahaan)
6. Informasi mengenai dewan direksi yang memimpin perusahaan tersebut
(BOD) dan kepemilikan saham di perusahaan tersebut.
7. Informasi mengenai External Auditor yang mengaudit perusahaan tersebut
saat perusahaan mengeluarkan IPO.
47 8. Total aktiva (total assets)
9. Total pinjaman (total debt)
10. Laba bersih (net income)
11. Data harga IHSG tahun 2000-2009.
12. Arus kas (cash flow)
3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel dalam penelitian ini adalah Total Accruals (TAC) dan Discretionary
Accruals (DAC), dimana Total Accruals dapat diukur sebagai perbedaan antara laba
bersih dan arus kas dari operasi. Para eksekutif perusahaan dapat terlibat dalam
pengelolaan laba pada dasarnya adalah dengan mengubah atau merevisi perkiraan
yang digunakan dalam perhitungan akrual. Sementara pendapatan perusahaan juga
tergantung pada tingkat arus kas dari operasi, maka kecil kemungkinan bahwa para
eksekutif akan memanipulasi arus kas. Sedangkan Discretionary accrual merupakan
pengakuan laba akrual atau beban yang bebas dan tidak diatur, sebagai bagian dari
kebijakan manajemen yang mencerminkan informasi privat yang diberikan oleh
manajer.
Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi atas manajemen laba diukur
dengan menggunakan Mode Modified Jonesl. Perhitungan dilakukan dengan terlebih
dahulu menghitung total laba akrual, kemudian memisahkan nondiscretionary
48 accrual (tingkat laba akrual yang wajar) dan discretionary accrual (tingkat laba
akrual yang tidak normal
3.3.1. Definisi Operasionalisasi Variabel
Praktik Pengelolaan Laba (EM)
Informasi atas kebijakan akrual yang diambil oleh manajemen, yang sering kali tidak
diketahui atau bila diketahui biasanya dalam porsi yang sangat terbatas sekali,
memberikan keleluasaan bagi manajemen untuk melakukan pengelolaan laba. Untuk
itu, penelitian ini menggunakan besarnya akrual diskresioner sebagai ukuran variable
Earning Management.
Pengukuran pengelolaan laba diawali dengan menghitung total akrual yang diperoleh
dari selisih antara laba sebelum extraordinary items dengan arus kas bersih dari
aktivitas operasional berdasarkan Laporan Arus Kas (PSAK No.2), kemudian
memisahkan angka akrual non-diskresioner dari total akrual dengan menggunakan
residu dari hasil regresi atas model akrual yang akan digunakan dan selanjutnya nilai
residu tersebut diabsolutkan.
3.4 Variabel Independent Penelitian
3.4.1. Earnings-forecast Bias
Forecast bias dihitung sebagai selisih antara prediksi dari earnings dan actual
earning yang dilaporkan dibagi dengan nilai absolute dari prediksi earning. Nilai
49 absolut dari PE digunakan sebagai scaler untuk menghilangkan pengaruh nilai minus
dari PE sebagai penyebut.
FE = (PE – RE) / |PE|
Dimana,
FE = Forecast Bias
PE = Predicted ( Forecasted ) Earnings
RE = Reported Earnings
|PE| = Absolute Predicted Earnings
Variable yang digunakan dalam mengindikasi forecast bias dalam penelitian ini
adalah, dengan menggunakan nilai “1” jika perusahaan mempunyai Earning forecast
bias bernilai positif ( Nilai predicted earnings perusahaan lebih besar daripada actual
earningsnya ), dan menggunakan nilai “0” jika sebaliknya.
3.4.2 Auditor
Variable yang digunakan dalam mengindikasi auditor dalam penelitian ini adalah,
dengan menggunakan nilai “1” jika perusahaan diaudit oleh salah satu dari “big 4”,
dan menggunakan nilai “0” jika sebaliknya. Berikut adalah daftar-daftar Auditor yang
merupakan anggota dari “big 4”:
1. “Prasetio, Utomo & Co.” atau “Arthur Andersen” atau “Purwantono, Sarwoko
& Sandjaja” atau “EY” atau “Ernst and Young”
50 2. “Osman Ramli Satrio & Rekan” atau “Deloitte”
3. “Haryanto Sahari dan Rekan (PWC)” atau “Pricewaterhousecoopers” atau
“Hadi Sutanto and Rekan”
4. “Siddharta dan Widjaja” atau “KPMG” atau “Siddharta, Siddharta, Harsono”
3.4.3 Concentrated ownership (%)
Variable concentrated ownership adalah akumulasi persentase dari kepemilikan
saham yang dimiliki oleh seorang pengusaha, keluarga, atau oleh perusahaan lainnya
dengan persentase kepemilikan saham minimal 5%. Semakin tinggi persentase saham
yang dimiliki oleh seorang pengusaha, semakin sedikit insentif untuk meningkatkan
pendapatan melalui manajemen akrual. Dalam hal ini, manajer lebih memilih untuk
fokus pada maksimalisasi kekayaan melalui apresiasi harga saham (Dechow & Sloan,
1991). Namun, semakin besar tingkat kepemilikan publik, semakin besar pengawasan
yang
diberikan
kepada
penghasilan
perusahaan
yang
dilaporkan
sebagai
meningkatnya jumlah analis. Pertimbangan tersebut mungkin mengurangi insentif
manajerial untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
3.5 Variabel Control Penelitian
Terlepas dari apakah perusahaan telah memutuskan untuk memasukkan perkiraan
laba atau tidak, kemampuan manajer dan insentif untuk mengelola laba juga
dipengaruhi oleh lingkungan kontrak perusahaan, yaitu debt contracts, executive
reward schemes, potential political costs (Watts & Zimmerman, 1990), struktur
51 kepemilikan, kepemilikan retensi dengan pengendalian awal dari pemegang saham,
dan independensi auditor perusahaan (Davidson & Neu, 1993). Oleh karena itu,
variable-variable berikut peneliti juga masukkan ke dalam model penelitian sebagai
variable control penelitiannya.
3.5.1 Retained ownership (%)
Chen, Firth dan Krishnan (2001) berpendapat bahwa semakin besar jumlah inside
shareholders, maka akan semakin kecil masalah yang terjadi jika prakiraan laba
tersebut tidak akurat. Maka semakin besar persentase kepemilikan yang ditahan oleh
pengusaha pada tanggal IPO, semakin sedikit insentif untuk mengelola pendapatan.
Peneliti menggunakan persentase Retained ownership, yaitu persentase kepemilikan
tetap yang dipegang oleh pemegang saham pengendali awal setelah IPO, sebagai
variabel kontrol dan diharapkan terdapat hubungan negatif dengan manajemen laba.
3.5.2 Size
Dalam situasi yang sama, perusahaan besar lebih mungkin menjadi sasaran oleh
kelompok-kelompok penekan tertentu dan lobi-lobi untuk transfer kekayaan,
misalnya, melalui perubahan undang-undang pajak. Faktor-faktor ini akan
memberikan insentif bagi perusahaan untuk mengurangi laba mereka. Maka peneliti
menggunakan size perusahaan sebagai variable control dan mengharapkan hubungan
yang negative terhadap manajemen laba. Size diukur sebagai natural log dari assetasset perusahaan di tahun dimana terjadi penerbitan saham di perusahaan tersebut.
52 3.5.3 Leverage
Leverage diukur sebagai total debt/total asset perusahaan selama satu tahun dimana
terjadi penerbitan saham di perusahaan tersebut. Di sisi lain, manajer di perusahaan
yang mempunyai leverage yang bernilai dekat dengan batasan utang perusahaan
mungkin mencoba untuk meningkatkan pendapatan dengan memilih metode
akuntansi untuk meningkatkan laba. Semakin besar leverage suatu perusahaan, maka
semakin besar kemungkinan dari manajer perusahaan untuk memilih prosedur
akuntansi yang melakukan pergeseran terhadap laba yang dilaporkan dari masa
mendatang ke periode berjalan. Dalam konteks IPO, rasio leverage yang tinggi dapat
dikaitkan dengan pembiayaan ekuitas yang lebih kecil.
3.5.4 Dummy Return IHSG
Variable yang digunakan untuk mengindikasi dummy return IHSG adalah dengan
menggunakan value “1” jika pada tahun tersebut return IHSG (( harga IHSG di akhir
tahun – harga IHSG di awal tahun)/harga IHSG di awal tahun )) bernilai positif, dan
menggunakan value “0” jika sebaliknya.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan data kuantitatif
dengan tujuan untuk menggambarkan data-data tersebut. Dalam penelitian ini statistik
53 deskriptif digunakan untuk menunjukkan profil data sampel, yaitu ratarata, distribusi
frekuensi dan deviasi standar dari data-data yang akan dianalisa.
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Berdasarkan data laporan keuangan tahunan yang dikumpulkan maka
ditentukan pos-pos yang akan digunakan untuk menghitung total akrual. Data
tersebut berupa cash flow dari aktivitas operasi, data penjualan perusahaan di
tahun pengeluaran IPO dan satu tahun sebelumnya, asset tetap perusahaan
dikurangi intangible assets, laba bersih, dan total asset.
2. Menghitung discretionary accruals dari laporan keuangan tahunan untuk
masing-masing perusahaan sampel dengan model Cormier. Untuk perusahaan
yang diberikan (i), periode berjalan (t), nondiscretionary akrual dapat
dimodelkan dengan rumusan berikut:
Accrualsit = α1 Change in Salesit + α2 Cash Flowit-1 + α3 PPEit + α4 Negative
Earnings(1/0) + εit
Dimana,
Acrruals it
Change in Sales
= total akrual perusahaan i pada tahun t
it
= pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi
pendapatan tahun t-1
Cash Flow it-1
= arus kas operasional perusahaan i pada tahun t -1
54 PPEit
= aktiva tetap perusahaan i pada tahun t
Negative Earnings(1/0) = dummy variable “1” bila earnings perusahaan i
bernilai negative, dan “0” bila sebaliknya.
3. Menghitung rata-rata discretionary accruals untuk masing-masing kelompok
analisis, yaitu discretionary accruals laporan keuangan tahunan perusahaan
yang mengungkapkan earning forecast serta yang tidak mengungkapkan
earning forecast. Kemudian perusahaan yang merupakan Optimistic
Forecaster dan perusahaan yang merupakan Conservative Forecaster.
4. Pengujian uji beda two independent samples dengan tingkat signifikansi 5%
sample test (t-test) pada setiap kelompok analisis untuk melakukan pengujian
hipotesis dengan perbandingan nilai rata-rata discretionary accruals untuk
masing-masing kelompok perusahaan pada laporan keuangan tahunan serta
dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil analisis.
t-test dihitung dengan rumus:
t=
(X
1
)
− X 2 − ( μ1 − μ 2 )
⎛1
1 ⎞
⎟⎟
+
S ⎜⎜
n
n
2 ⎠
⎝ 1
2
p
Dengan t mempunyai degree of freedomnya sebesar (n1 + n2 – 2) dan Standar
Deviasi poolnya dengan rumusan:
S
2
p
2
2
(
n1 − 1)S1 + (n 2 − 1)S2
=
(n1 − 1) + (n 2 − 1)
55 Dimana,
X1 = Rata-rata sample dari populasi pertama
X2 = Rata-rata sample dari populasi kedua.
n1 = Jumlah sample dari populasi pertama.
n2 = Jumlah sample dari populasi kedua.
µ1 = Rata-rata populasi pertama
µ2 = Rata-rata populasi kedua
S1 = Standar deviasi sample dari populasi pertama
S2 = Standar deviasi sample dari populasi kedua
Sp = Standar deviasi sample gabungan dari kedua populasi.
Dengan Hipotesa kerja yang penelitian ini gunakan adalah sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan perilaku pengelolaan laba ( Earning
Management ) pada perusahaan yang mengungkapkan prakiraan labanya (
Forecaster ) dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan prakiraan
labanya di tahun pengeluaran IPO ( Non Forecaster ).
H1a: Terdapat bukti nyata bahwa terdapat perbedaan perilaku pengelolaan laba
( Earning Management ) pada perusahaan yang mengungkapkan prakiraan
labanya ( Forecaster ) dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan
prakiraan labanya di tahun pengeluaran IPO ( Non Forecaster ).
Kemudian Hipotesa kerja berikutnya adalah:
56 H0: Tidak terdapat perbedaan perilaku pengelolaan laba ( Earning
Management ) pada perusahaan yang mengungkapkan prakiraan labanya
secara optimis ( Optimistic Forecaster ) dengan perusahaan yang
mengungkapkan prakiraan labanya secara konservatif ( Conservative
Forecaster ).
H1b: Terdapat bukti nyata bahwa perilaku pengelolaan laba ( Earning
Management ) pada perusahaan yang mengungkapkan prakiraan labanya
secara optimis ( Optimistic Forecaster ) lebih besar daripada dengan
perusahaan yang mengungkapkan prakiraan labanya secara konservatif ( Conservative Forecaster ).
Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) < 0,05 maka Ho yang
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai rata-rata discretionary accruals
untuk masing-masing kelompok perusahaan (Forecaster dan Non Forecaster,
serta Forecaster Optimistic dan Forecaster Conservativ), ditolak. Ini berarti
terdapat perbedaan secara signifikan antara nilai rata-rata discretionary
accrual antar masing-masing kelompok perusahaan.
5. Pengujian regresi linear berganda dimana variabel dependen dalam penelitian
ini yaitu manajemen laba, diproxykan sebagai selisih discretionary accruals,
yang diprediksikan dipengaruhi oleh variabel independen
Forecast Bias,
Auditor, Ownership, Size, Leverage, dan return IHSG. Untuk selanjutnya
selisih discretionary accruals tersebut di modelkan kembali dengan
menggunakan rumusan sebagai berikut:
57 ∆ DA = α + β1 AFEit + β2 D pos FEit + β3 AFEit * D pos FEit + β4 D Audit + β5
AFEit * D Audit + β6 Conc. Ownership + β7 AFEit * Conc. Ownership + β8
Retained Ownership + β9 Size + β10 Lev + β11 D year
Dimana,
∆ DA
= Nilai selisih discretionary accrual
AFEit
= Nilai Absolut Forecast Bias perusahaan i pada tahun t
D pos FEit
= Dummy variable “1” bila forecast bias perusahaan I
pada tahun t bernilai positif, dan “0” bila sebaliknya.
D Audit
= Dummy variable “1” bila auditor perusahaan I pada
tahun t termasuk dalam anggota big four, dan “0” bila
sebaliknya.
Conc. Ownership
= Persentase kepemilikan saham yang dipunyai oleh
suatu pihak dengan persentase kepemilikan minimal
5%
Retained Ownership = Persentase dari sisa saham setelah dikurangi dengan
yang ditawarkan ke publik
Size
= Diukur sebagai natural log dari total asset perusahaan
i pada tahun t
58 Lev
= Diukur sebagai total pinjaman dibagi dengan total
asset perusahaan i pada tahun t
D Year
= Dummy variable “1” bila return IHSG pada tahun
tersebut bernilai positif, dan “0” bila sebaliknya.
6. Pengujian Uji Koefisien Determinasi (Uji R2), dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kepastian yang paling baik dalam analisis regresi yang
dinyatakan dengan koefisien determinasi majemuk (R2). R2 = 1 berarti
variabel independent berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen,
sebaliknya jika R2 = 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
7. Pengujian Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F), untuk mengetahui
apakah variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel
dependen. Apabila tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat
dikatakan
bahwa
semua
variabel
independen
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel terikat. Adapun prosedur pengujiannya adalah
setelah melakukan perhitungan terhadap F hitung kemudian membandingkan
nilai F hitung dengan F tabel. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut :
¾ Apabila F hitung > F tabel dan tingkat signifikansi ( α ) < 0,05 maka
Ho yang menyatakan bahwa semua variabel independen tidak
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, ditolak. Ini
59 berarti secara simultan semua variable independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
¾ Apabila F hitung < F tabel dan tingkat signifikansi ( α ) > 0,05, maka
Ho diterima, yang berarti secara simultan semua variabel independen
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
8. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t) adalah pengujian secara
statistik untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual
mempunyai
pengaruh
terhadap
variabel
dependen.
Jika
tingkat
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Adapun prosedur
pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan terhadap t hitung,
kemudian membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Kriteria pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut :
¾ Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) < 0,05 maka Ho
yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen ditolak. Ini berarti secara
parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
¾ Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) > 0,05 , maka
Ho diterima, yang berarti secara parsial variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
60 Dimana variable independen utama yang diuji, mempunyai hipotesa kerja
sebagai berikut:
H2a: Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai Earning forecast bias
dengan adanya praktik pengelolaan laba ( Earning Management ) yang
dilakukan oleh suatu perusahaan.
H2b: Terdapat pengaruh yang signifikan antara besarnya reputasi dan kualitas
Auditor yang di pakai perusahaan dengan adanya praktik pengelolaan laba (
Earning Management ) yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
H2c: Terdapat pengaruh yang signifikan antara besarnya persentase dari
kepemilikan saham yang dimiliki oleh seorang pengusaha, keluarga, atau oleh
perusahaan lainnya dengan adanya praktik pengelolaan laba ( Earning
Management ) yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Kemudian variable independen control yang diuji, mempunyai hipotesa kerja
sebagai berikut:
H3a: Terdapat pengaruh yang signifikan antara besarnya ukuran ( Size )
perusahaan dengan adanya praktik pengelolaan laba ( Earning Management )
yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
H3b: Terdapat pengaruh yang signifikan antara besarnya leverage yang
dimiliki oleh suatu perusahaan dengan adanya praktik pengelolaan laba (
Earning Management ) yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
61 H3c: Terdapat pengaruh yang signifikan antara besarnya besarnya persentase
saham yang ditawarkan oleh suatu perusahaan kepada public di saat
perusahaan tersebut mengeluarkan IPO dengan adanya praktik pengelolaan
laba ( Earning Management ) yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
H3d: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh kondisi pasar yang
tengah berlangsung di saat perusahaan tersebut mengeluarkan IPO ( Return
dari IHSG ) dengan adanya praktik pengelolaan laba ( Earning Management )
yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Download