BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Keputusan pendanaan yang baik dapat dikaitkan dengan kondisi dan waktu dari pasar modal yakni market timing (Baker & Wurgler, 2002). Adanya hal tersebut maka diperlukan suatu cara untuk memperoleh struktur modal yang tepat berupa suatu strategi korporasi dari segi likuiditas dan pertumbuhan (Chathoth & Olsen, 2007). Penelitian ini menguji pengaruh equity market timing terhadap struktur modal dengan didukung strategi korporasi yakni likuiditas dan pertumbuhan aset. Adanya strategi korporasi dari segi likuiditas dan pertumbuhan perusahaan diharap dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham ketika penerbitan ekuitas sehingga perusahaan memiliki struktur modal rendah. Penelitian difokuskan pada perusahaan-perusahaan cross list di NYSE (New York Stock Exchange). Periode penelitian juga dilakukan setelah krisis keuangan tahun 2008 sehingga diketahui perusahaan mendanai kegiatan operasionalnya dari segi hutang atau ekuitas karena mungkin terjadi penurunan kepercayaan terhadap kondisi pasar modal paska krisis. Pengujian dilakukan dalam periode IPO dan periode setahun setelah IPO 2009-2013 pada perusahaan industri yang listed di NYSE. Data diambil dari database osiris dengan teknik pengumpulan sampel dengan teknik purposive sampling. Pengujian hipotesis efek utama yang diuji pada periode IPO 2009-2013 menguji pengaruh antara Equity Market Timing dan Struktur Modal. Hal ini berarti perusahaan yang menerbitkan modal ketika harga pasar tinggi dan melakukan pembelian kembali ketika harga rendah cenderung memiliki struktur modal yang rendah (Baker & Wurgler, 2002). Hasil uji hipotesis dalam persamaan regresi efek utama ini tidak terdukung karena perusahaan yang memiliki pendanaan dari hutang tidak ditentukan adanya suatu kejadian ekonomi tertentu seperti IPO. Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pengujian Hovakimian (2006) yang menemukan adanya perbedaan hasil pengujian atas market timing theory terhadap struktur modal. Selain itu, masih adanya asimetri informasi antara investor dan manajemen ketika penerbitan ekuitas. Pengujian efek interaksi pertama yang diuji pada periode IPO 2009-2013 menguji interaksi antara equity market timing dan likuiditas terhadap struktur modal. Hipotesisnya menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi saat menerbitkan ekuitas cenderung memiliki struktur modal yang rendah. Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pengujian Sibilkov (2009) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin tinggi pula leverage. Hal ini karena manajer terlalu mengeluarkan dana yang tinggi atas aset sehingga makin tinggi pula hutang perusahaan. Pengujian efek interaksi kedua yang diuji pada periode IPO 2009-2013 menguji interaksi antara equity market timing dan pertumbuhan aset terhadap struktur modal. Hipotesisnya menyatakan bahwa perusahaan yang menerbitkan modal ketika harga pasar tinggi dan memiliki pertumbuhan aset yang tinggi, cenderung memiliki struktur modal yang rendah. Hasil pengujian tersebut sesuai dengan penelitian Goyal et al., (2001) yang menyebutkan bahwa ada pengaruh negatif antara pertumbuhan dan kebijakan pendanaan perusahaan dari hutang. Hal ini karena ketika pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi maka pendanaan dari hutang perusahaan cenderung lebih rendah. Pengujian efek utama dengan periode uji setahun setelah IPO 2009-2013 menguji pengaruh antara Equity Market Timing dan Struktur Modal. Hal ini berarti perusahaan yang menerbitkan modal ketika harga pasar tinggi cenderung memiliki struktur modal yang rendah (Baker & Wurgler, 2002). Hasil uji hipotesis dalam persamaan regresi efek utama ini tidak terdukung karena perusahaan yang memiliki pendanaan dari hutang tidak ditentukan adanya suatu kejadian ekonomi tertentu seperti IPO. Menurut Harris & Raviv (1991) masih ada beda kepentingan antara manajer dan pemilik modal serta antara debtholders dan shareholders. Hal ini berarti masih ada asimetri informasi antara investor dan manajemen ketika penerbitan ekuitas. Pengujian efek interaksi pertama menguji interaksi antara equity market timing dan likuiditas terhadap struktur modal. Hipotesisnya menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi saat menerbitkan ekuitas cenderung memiliki struktur modal yang rendah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan pada interaksi antara equity market timing dan likuiditas terhadap struktur modal. Perusahaan yang menerbitkan modal ketika harga pasar tinggi yang didukung dengan tingginya likuiditas perusahaan maka struktur modal perusahaan akan rendah. Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pengujian Morellec (2001). Penelitiannya menemukan adanya tingkat likuiditas yang tinggi berarti perusahaan cenderung dapat memiliki kondisi perusahaan yang baik sehingga tentu menarik pemegang saham ketika penjualan aset turut meningkatkan nilai ekuitasnya. Pengujian efek interaksi kedua menguji interaksi antara equity market timing dan pertumbuhan aset terhadap struktur modal. Hipotesisnya menyatakan bahwa perusahaan yang menerbitkan modal ketika harga pasar tinggi dan memiliki pertumbuhan aset yang tinggi, cenderung memiliki struktur modal yang rendah. Hasil pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa hipotesis tidak terdukung. Hal ini karena pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi setelah setahun periode IPO dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik sehingga tingkat kepercayaan investor dan kreditor juga meningkat pula. Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pengujian Mahmud & Qayyum (2003) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal karena perusahaan bertumbuh adalah perusahaan yang sukses sehingga lebih mudah memperoleh pendanaan dari hutang. 5.2 Keterbatasan dan Saran Pengujian pada penelitian ini hanya menggunakan periode IPO 2009-2013 dan setahun setelah periode IPO 2009-2013. Hal ini karena ingin menguji keputusan pendanaan perusahaan paska krisis keuangan tahun 2008. Pada penelitian selanjutnya dapat mengembangkan periode penelitian tidak hanya setahun setelah IPO saja. Namun, dapat dikembangkan dengan periode dua tahun, atau tiga tahun untuk mengetahui variasi periode pengamatan setelah IPO terhadap keputusan pendanaan perusahaan. Pengukuran dari equity market timing yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Baker & Wurgler (2002) yang menggunakan market to book ratio. Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi perubahan harga saham yang mengacu penelitian Kayhan & Titman (2007). Sdangkan proksi dari struktur modal dalam penelitian ini hanya menggunakan dengan book leverage. Pengembangan untuk penelitian selanjutnya dapat mengacu Setyawan (2011) yakni diproksikan dengan book leverage dan market leverage.