bab ii tinjauan pustaka - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang mengggunakan media massa,
baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif
mahal, yang dikelolah oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar dibanyak
tempat, anonim dan heterogen11.
Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui
sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan
penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, Pendengaran), dan
biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera12.
Apapun bentuknya, komunikasi massa akan terus menerus berperan penting
dalam kehidupan kita. Komunikasi massa menjadi mata dan telinga bagi
masyarakat. Komunikasi kolektif yang bis digunakan untuk bisa lebih memahami
diri mereka sendiri.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
(Rakhmat, 1985 : 176) yakni komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (“Mass
11
12
Mulyana, Deddy., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Hal 79-83
Ibid.
13
Communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people”)13.
Gebner mengatakan komunikasi massa adalah ”Mass communication is the
technologocally and institutionally based production and distribution of the most
broadly shared continuous flow of message in industrial societies” (Komunikasi
massa adalah produksi dari distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga
dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri)14.
Dari definisi Gerbner, tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan
suatu produk berupa pesan – pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan,
didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarah waktu
yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwi-mingguan atau bulanan.
Definisi komunikasi massa dari meletzke diartikan sebagai setiap bentuk
komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media
penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar
(Rakhmat, 1985:176).15
Sementara itu, Freidson membedakan komunikasi massa dari jenis
komunikasi lainnya. Menurut Freidson komunikasi massa dialamatkan kepada
sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa
individu atau sebagian khususnya populasi.
Sedangkan Wright mengemukakan sebagai berikut:
13
Karlinah, Siti., et.al. Komunikasi Massa, Jakarta : Universitas Terbuka, 2004, halaman 1.3
Rakhmat, Jalaluddin., Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, halaman
188
15
Karlinah, Siti, op.cit., 1.4
14
14
“This new form can be distinguished from older types by the following
major characteristicts: it is directed toward relatively large, heterogenous, and
anonymous audiences; message are transmitted publicly, often-times to reach
most audience members simultaneously, and are transient in character; the
communicator tends to be, or to operate withim, a complex organization that may
involve great expense” (Rakhmat, 1985 : 177).
Menurut Wright, bentuk baru komunikasi massa dapat dibedakan dari corak
– corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan
pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan
secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak,
bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi
yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Rakhmat, 1985 : 177).16
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.
2.1.2 Elemen – Elemen Komunikasi Massa
Berikut adalah elemen – elemen komunikasi massa17:
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa
Jeremy Tunshall mendefinisikan komunikator sebagai “Petugas nonadministratif (non-clerical) didalam organisasi – organisasi komunikasi orang –
orang yang bekerja dalam memilih, menyusun dan merencanakan program –
16
17
Ibid. 1.5
Ibid. 3.3
15
program, cerita – cerita dan pesan – pesan lainnya untuk akhirnya disebarkan
kepada khalayak”.
2. Pesan Komunikasi Massa
Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yang bersifat
umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Disini dimensi seni tampak
sangat berperan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Severin dan Tankard
(1992) bahwa komunikasi massa adalah sebagian dari keterampilan (skill),
sebagian seni (art) dan sebagian ilmu (science).
3. Khalayak (audience/komunikan) dalam Komunikasi Massa
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa khalayak yang dituju oleh komunikasi
massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah
khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi
media untuk memperhatikan khalayak.
4. Umpan balik (Feedback)
Umpan balik atau feedback adalah stimulus atau reaksi yang diterima pihak
sumber, sehubungan dengan pesan yang disampaikannya. Informasi bagi sumber
sehingga ia dapat menilai efektivitas komunikasi untuk selanjutnya menyesuaikan
diri dengan situasi yang ada.
5. Gangguan
Gangguan mencakup gangguan yang bersifat psikologis, fisik sematik, dan
lain – lain. Gangguan beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan
dianalisis.
16
6. Gatekeeper
Istilah gatekeeper pertama kali digunakan oleh Kurt Lewin dalam bukunya
Human Relations (1974). Istilah ini mengacu pada dua hal yaitu: proses dimana
suatu pesan berjalan melalui berbagai pintu, selain juga pada orang atau kelompok
yang memungkinkan pesan lewat (Joseph A Devito, 1996). Gatekeeper dapat
berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam
perjalanannya dari pengirim ke penerima. Media massa sebagai pengatur adalah
mereka yang secara tidak langsung yang mempengaruhi proses media massa.
Fungsi utama gatekeepers adalah menyaring pesan yang diterima seseorang.
7. Pengatur
Media massa sebagai pengatur adalah mereka yang secara tidak langsung
yang mempengaruhi proses media massa.
8. Filter/ Regulator pada Komunikasi Massa
Khalayak heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan
latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya dan sebagainya.
Oleh karena itu, pesan tersebut akan difilter (disaring) oleh khalayak yang
menerimanya. Filter utama yang dimiliki oleh khalayak adalah indera yang
dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu:
1. Budaya
Pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media massa
akan diberi arti yang berbeda – beda sesuai dengan latar belakang
budaya audience.
2. Psykologikal
17
Pesan yang disampaikan media akan diberi arti sesuai dengan
frame of reference dan field of experience (ruang lingkup
pandangan dan ruang lingkup pengalaman) khalayak.
3. Physikal
Kondisi fisik seseorang baik internal maupun eksternal akan
mempengaruhi audience dalam mempersepsi pesan media massa.
2.1.3 Karakteristik Komunikasi Massa
Adapun beberapa karakteristik komunikasi massa, adalah:18
1. Komunikator Terlembaga
Ciri
komunikasi
massa
yang
pertama
adalah
komunikatornya
terlembagakan. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi tentu
akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera (lebih dari satu), juru
lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager, dan lain – lain, serta
menggunakan peralatan yang lebih banyak juga memerlukan dana yang tidak
sedikit.
2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan
untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh
karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.
3. Komunikan Anonim dan Heterogen
18
Karlinah, Siti, op.cit., 1.10
18
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada
komunikasi antar persona, komunikator akan mengenal komunikannya, yakni
dengan mengetahui identitasnya, seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat
tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam
komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena
komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Effendy (1981) mengartikan kerempakan media massa itu sebagai
keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh
dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan
terpisah.
5. Komunikasi Massa Mengutamakan Unsur – unsur “Isi” daripada
“Hubungan”
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada
komunikasi massa; pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem
tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Karena melalui media massa tentu komunikator dan komunikannya tidak
dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan,
sedangkan komunikan aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak
dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antar
persona.
19
7. Stimulasi Alat Indra “Terbatas”
Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap sebagai salah satu
kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang “Terbatas”. Dalam komunikasi
massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar
dan majalah, pembacanya melihat. Pada radio dan rekaman audio, khalayaknya
mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra
penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Komunikasi Massa Tertunda (Delayed)
Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam
bentuk komunikasi apapun. Efektivitas suatu proses komunikasi seringkali dapat
dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Dari segi ini kita dapat
mengatakan
komunikasi
massa
adalah
komunikasi
yang
satu
arah
(Rakhmat,1985:182). Karena komunikator (redaktur surat kabar, majalah, penyiar
televisi dan radio) hanya memperoleh umpan balik dalam keadaan terlambat
(delayed).
2.1.4 Ciri – Ciri Komunikasi Massa
Adapun beberapa ciri dari komunikasi massa adalah:19
1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu
organisasi formal, dan “sang pengirim” –nya seringkali merupakan
komunikator profesional.
19
McQuail, Denis., Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Op.Cit., Hal 33
20
2. Pesan
Tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Disamping
itu, pesan tersebut seringkali “diproses”, distandarisasi, dan selalu
diperbanyak. Pesan itu merupakan suatu produk dan komoditi yang
mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai
“kegunaan”.
3. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu-arah dan jarang
sekali bersifat interaktif.
Hubungan tersebut bersifat impersonal, bahkan mungkin sekali
seringkali bersifat non-moral dan kalkulatif, dalam pengertian bahwa
sang pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang
terjadi pada para individu. Unsur tersebut sebagian bersumber dari
adanya jarak fisik dan sosial antara pengirim dengan penerima, dan
sebagian lagi bersumber dari adanya kadar impersonalitas peran sebagai
komunikator publik yang acapkali dipengaruhi oleh kaidah – kaiadah
yang mengharuskan untuk bersikap netral dan tidak condong pada
pengaruh tertentu.
4. Penerima merupakan khalayak luas.
Ia merasakan pengalaman tertentu yang dapat diperkirakan sebelumnya.
21
5. Komunikasi massa seringkali mencakup kontak secara serentak antara
satu pengirim dengan banyak penerima, menciptakan pengaruh luas
dalam waktu singkat, dan menimbulkan respons seketika dari banyak
orang secara serentak.
2.1.5 Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa dibedakan menjadi dua, yaitu:20
1. Fungsi Komunikasi Massa secara Umum
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi
dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan
kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus
informasi tentang segala sesuatu yang terjadi disekitarnya.
Fungsi memberikan pendidikan atau membimbing media massa
merupakan sarana pendidik bagi khalayak (mass education). Oleh karena itu
media massa banyak menyajikan hal – hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara
mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai – nilai,
opini serta aturan – aturan yang dianggap benar kepada pemirsa atau pembaca.
Artinya sebagian dari fungsi pendidikan (edukasi) media massa diarahkan untuk
membuat khalayak tersosialisasi.
Fungsi menghibur, bukan merupakan suatu hal yang baru bahwa salah satu
fungsi media massa adalah menghibur khalayaknya. Media massa mendesain
20
Karlinah, Siti., et.al. Komunikasi Massa, Op.Cit. halaman 5.3-5.16
22
program – programnya untuk menghibur khalayaknya. Melalui lukiasan – lukisan
atau tayangan – tayangan di televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang
dikehendakinya.
Fungsi mempengaruhi khalayak, fungsi mempengaruhi khalayak dari
media massa sangat penting artinya, karena hal tersebut menyebabkan media
massa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/
editorial, feature, iklan – iklan, artikel – artikel dan sebagainya.
Fungsi proses pengembangan mental, sebagaimana kita ketahui bahwa
manusia
di
dalam
kehidupan
sosialnya
membutuhkan
kegiatan
untuk
berkomunikasi. Komunikasi mempunyai fungsi yang sangat mendasar dari
interaksi antar manusia.
Fungsi adaptasi lingkungan, adalah penyesuaian diri kita ke dalam
lingkungan dimana kita berada. Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri
dengan dunianya, juga menyesuaikan diri untuk dapat bertahan.
Fungsi manipulasi lingkungan, manipulasi lingkungan bukanlah diartikan
sebagai sesuatu yang negatif, tetapi yang dimaksud dengan memanipulasi
lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi.
2. Fungsi Komunikasi Massa secara Khusus
Fungsi meyakinkan, fungsi yang tidak kalah penting menurut Joseph
Devito (1997), dapat berbentuk persuasif:
1. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan nilai seseorang
23
Media dengan semua sumber daya dan kekuatan yang ada tanpa terkecuali,
lebih sering mengukuhkan atau membuat kepercayaan sikap, nilai dan opini
khalayak menjadi kuat.
2. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang
Media akan mengubah sikap, pendapat ataupun penilaian sementara orang
yang tidak memihak pada suatu masalah tertentu.
3. Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu
Dilihat dari sudut pengiklan (advertiser), fungsi terpenting dari media massa
adalah menggerakkan (activating) konsumen untuk mengambil tindakan.
4. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu
Fungsi persuasif dari media massa lainnya adalah menawarkan etika
(ethicizing) dengan mengungkapkan secara terbuka tentang adanya penyimpangan
tertentu dari suatu norma yang berlaku, media merangsang masyarakat untuk
mengubah situasi.
Fungsi untuk menganugerahkan status, terjadi apabila berita yang
disebarkan melaporkan kegiatan individu – individu tertentu sehingga prestise
mereka akan meningkat.
Fungsi membias, ini berarti apabila media menyajikan informasi tentang
sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu diambil. Sebagai akibatnya,
pemirsa atau penerima terbius kedalam keadaan pasif seakan – akan berada dalam
pengaruh narkotik.
24
Fungsi menciptakan rasa kebersamaan, fungsi komunikasi massa yang
tidak banyak disadari oleh kita semua adalah kemapuannya untuk membuat kita
merasa menjadi anggota suatu kelompok.
Fungsi untuk privitisasi, adalah kecenderungan bagi seseorang untuk
menarik diri dari kelompok dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri,
2.1.6 Isi Pesan Komunikasi Massa
Isi pesan dari Komunikasi Massa adalah:21
1. Novelty (Sesuatu yang Baru)
Sesuatu yang “baru” merupakan unsur yang terpenting bagi suatu pesan
media.
2. Jarak (dekat atau jauh)
Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasikannya peristiwa
itu, mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya.
3. Popularitas
Peliputan tentang tokoh, organisasi / kelompok, tempat dan waktu yang
penting dan terkenal akan menarik perhatian khalayak.
4. Konflik (Pertentangan)
Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam bentuk kekerasan
ataupun menyangkut perbedaan pendapat dan nilai, biasanya disukai oleh
khalayak yakni untuk mengetahui siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
21
Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi: cetakan kelima, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005,
halaman 7.15-7.17
25
5. Seks dan Keindahan
Salah satu sifat manusia adalah menyenangi unsur seks dan keindahan atau
kecantikan, sehingga kedua unsur tersebut bersifat universal. Karena unsur seks
dan keindahan, kecantikan yang bersifat universal dan menarik perhatian
khalayak, maka media massa seringkali menonjolkan kedua unsur ini.
6. Komedi
Bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat humor (komedi) lazimnya
disenangi khalayak karena manusia pada dasarnya tertarik dengan hal-hal lucu
yang menyenangkan.
7. Nostalgia
Pengertian nostalgia disini adalah menunjukkan pada hal-hal yang
mengungkapkan pengalaman dimasa lalu.
8. Emosi
Menurut Abrahan A. Maslow, kebutuhan dasar manusia mencakup
kebutuhan fisik (pangan, sandang, papan), rasa aman sosial, harga diri dan
aktualisasi diri.
9. Human Interest
Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa atau hal yang
menyangkut kehidupan orang lain. Gambaran tentang kehidupan orang ini (ceritacerita human interest) dapat dikemas dalam bentuk berita, feature, biografi dan
berbagai bentuk acara deskritif lainnya.
26
2.1.7
Model Komunikasi Massa
Teoritisi utama agenda-setting adalah Maxwell McCombs dan Donald
Shaw. Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita –
berita dan hal – hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari
seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media
massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.22
Agenda setting ini memiliki kelebihan karena mudah dipahami dan relatif
mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagi topik yang
dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan
menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu
periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang
mendapat perhatian media.
2.2 Media Massa
2.2.1 Pengertian Media Massa
Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan
lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait.
Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan,
bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni da simbol, tetapi juga
dalam pengertian pengembangan tatacara, mode, gaya hidup dan norma – norma.
22
Sendjaja, S. Djuarsa., Teori Komunikasi Materi Pokok IKOM4230/3SKS/MODUL 1-9, Jakarta: Universitas
Terbuka, 1994. Hal 199
27
Dapat disimpulkan media massa adalah saluran yang digunakan oleh sumber
untuk mengirim pesan ke khalayak.23 Dalam ilmu komunikasi dikenal sejumlah
saluran komunikasi yaitu bagaimana orang berkomunikasi untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain.
Media massa juga didefinisikan lain, yaitu upaya menyampaikan informasi
melalui media cetak, audio dan audiovisual, masing – masing memiliki kelebihan
tetapi juga kelemahan.24
2.2.2 Fungsi Media Massa
Secara umum terdapat 4 fungsi media massa (Lasswell and Wright):25
1. Pengawasan lingkungan (social surveillance)
2. Pertalian (korelasi) bagian – bagian masyarakat dalam memberikan
respon terhadap lingkungannya (social correlation).
3. Pewarisan nilai – nilai atau transmisi warisan budaya (social
transmission)
4. Memberikan hiburan (entertaiment)
Mc.Quail lebih rinci lagi dengan membagi fungsi media massa menjadi dua,
yakni fungsi sosial dan individu.
Fungsi sosial media massa:
1. Informasi
Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat.
Menunjukkan hubungan kekuasaan. Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.
23
Mulyana, Ahmad., Modul Teori Komunikasi.
Morissan., Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Op.Cit. Hal 11
25
Mulyana, Ahmad., Modul Teori Komunikasi.
24
28
2. Korelasi
Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.
Menunjang otoritas dan norma – norma yang mapan. Melakukan sosialisasi.
Mengordinasi beberapa kegiatan. Menentukan urutan prioritas dan memberikan
status relatif.
3. Kesinambungan
Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan
khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru. Meningkatkan dan
melestarikan nilai – nilai.
4. Hiburan
Menyediakan
hiburan,
pengalihan
perhatian,
dan
sarana
relaksasi.
Meredakan ketegangan sosial.
5. Mobilisasi
Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan
ekonomi, sosial dan agama.
Fungsi individu media massa:
1.
Informasi
Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Mencari bimbingan menyangkut
berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal – hal yang berkaitan dengan penentuan
pilihan. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. Memperoleh rasa damai
melalui penambahan pengetahuan.
2.
Identitas Pribadi
29
Menemukan penunjang nilai – nilai pribadi. Menemukan model prilaku.
Mengidentifikasikan diri dan nilai – nilai lain (dalam media). Meningkatkan
pemahaman tentang diri sendiri.
3.
Integritas dan Interaksi Sosial
Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain: empati sosial.
Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. Memperoleh teman selain
manusia. Membantu menjalankan peran sosial.
4.
Hiburan
Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. Bersantai. Memperoleh
kenikmatan jiwa dan estetic. Penyaluran emosi. Membangkitkan gairah seks
(cinta)
2.2.3 Jenis – Jenis Media Massa
Komunikasi melalui media massa terbagi atas dua, yaitu media massa
periodik (surat kabar, majalah, televisi, radio, dll) dan media massa nonperiodik
(rapat, seminar, dll).26
Periodik berarti terbit secara teratur pada waktu – waktu yang telah
ditentukan sebelumnya. Media massa nonperiodik dimaksudkan media massa yang
bersifat sementara (eventual) tergantung pada peristiwa yang diselengggarakan.
Setelah event selesai maka usailah penggunaannya.
26
Morissan Op. Cit, Hal 12-13
30
Media massa periodik terbagi atas dua jenis yaitu media massa elektronik
dan media massa cetak. Media massa elektronik dapat dibagi lagi menjadi media
massa penyiaran (televisi, radio) dan media massa non penyiaran (film, VCD,
internet)27
Media massa periodik terdiri dari beberapa, yaitu:
1. Surat Kabar atau Majalah
Majalah adalah gabungan uraian fakta dan atau pendapat yang dirangkai
dalam satu wadah atau mata acara.
2. Radio
Media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan
informasi
dalam
bentuk
suara,
berupa
program
yang
teratur
dan
berkesinambungan.
3. Televisi
Adalah media komunikasi massa audiovisual, dengan sifat
daya
rangsang sangat tinggi, elektris, sangat mahal, daya jangkau besar dan
penyampaian pesan lebih singkat.
4. Film
Pertunjukkan cerita yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau
karakter seseorang atau beberapa tokoh –yang diperankan oleh pemain- yang
27
Ibid.
31
melibatkan konflik dan emosi. Film adalah salah satu yang masuk dalam kelompok
atau kategori drama. Biasanya isi dari film adalah mengenai tentang cerita cinta,
kekuasaan, dan uang dari si pemeran.
5. Komputer dan Internet
Komputer adalah suatu mesin elektronik yang terprogram yang dapat
menyimpan, mengambil, dan memproses data.
Sedangkan internet adalah koleksi dari berbagai bagian yang bekerja
seperti satu sistem. Internet terdiri dari banyak jaringan lokal, daerah, negara, dan
internasional.
2.2.4 Karakteristik Media Massa
Karakteristik media massa adalah sebagai berikut:
1. Publisitas
Media massa diperuntukkan untuk umum, siapa saja dapat melihat,
mendengar, dan mengakses. Tidak ada batasan dalam pengonsumsiannya.
Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atau khalayak
(Effendy,1981:98)28.
2. Universalitas
Pada dasarnya media massa bersifat umum, dalam penyampaiannya
materinya kepada khalayak yang menjadi audiencenya. Universalitas dalam hal ini
28
Karlinah, Siti., et.al., op.cit, hal 6.6-6.7
32
adalah merujuk pada kesemestaan isinya, aneka ragam dari seluruh dunia (Effendy,
1981:99)29. Dengan demikian pesan atau isi surat kabar meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia, seperti masalah –masalah sosial, ekonomi, budaya, agama,
pendidikan, keamanan dan lain – lain.
3. Aktualitas
Laporan tercepat menunjuk pada “ke-kinian” atau “terbaru” dan “masih
hangat”30. Kesesegaran waktu, ataupun sesuatu yang baru harus dimiliki oleh
setiap media massa untuk disebarkan kepada khalayak.
2.3 Film Sebagai Media Massa
2.3.1 Pengertian Film
Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau
berbuat (action). Program drama adalah pertunjukkan (show) yang menyajikan
cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) –
yang diperankan oleh pemain (artis) –yang melibatkan konflik dan emosi.31
Dengan demikian program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain
yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau
petualangan para tokohnya.
Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang
masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun yang dimaksud film disini
adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan – perusahaan film.
29
Ibid
Ibid.
31
Morissan Op. Cit, Hal 216-219
30
33
Alan Landsburg salah seorang produser acara televisi paling sukses di
Amerika menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap program drama yang
disukai audiens yaitu: tema seks, uang dan kekuasaan (sex, money and power).
Tiga tema tersebut merupakan daya tarik yang dapat mendorong audien mengikuti
program drama atau komedi.
Namun harus diperhatikan bahwa tema seks tidak harus diartikan secara
vulgar. Vane-Gross menilai tema seks yang dimaksud Landsburg lebih tepat
diterjemahkan sebagai cinta: seks harus dipahami dalam pengertian cinta secara
luas dan upaya untuk mendapatkan perhatian orang lain. Hal ini harus diterapkan
terhadap semua cerita sebagai suatu daya tarik karena sifatnya yang universal.
Kisah – kisah mengenai pria atau wanita yang mendapatkan pria atau wanita
idaman lain selain pasangannya sendiri selalu menarik perhatian audien yang
menonton drama atau komedi. Kisah – kisah seperti ini merupakan daya tarik
dalam setiap cerita drama atau komedi karena sifatnya yang universal.
Keinginan untuk mendapatkan uang dan ketakutan atau kekhawatiran
kehilangan penghasilan (uang) selalu menjadi pemikiran banyak audien setiap
harinya. Keinginan untuk menjadi cepat kaya merupakan impian setiap orang
dalam hidupnya.
Kekuasaan menurut Henry Kissinger adalah the ulimate aphrodisiac yaitu
zat perangsang yang paling mujarab. Orang akan berjuang, berbohong dan bahkan
membunuh untuk mendapatkan kekuasaan.
34
2.3.2
Fungsi Film
Fungsi film ada beberapa, yakni:
1. Sebagai alat penerangan
Film memiliki fungsi sebagai alat penerangan, isi informasi yang disiarkan
didalam materinya akan disampaikan kepada audience, dengan dasar sifatnya
yang audiovisual.
2. Sebagai alat pendidikan
Terkadang dapat memberikan contoh yang baik terhadap audiencenya
memberikan gambaran – gambaran yang baik dalam penyiaran tertentu.
3. Sebagai alat hiburan
Banyak audience yang merelaksasikan pikirannya kepada film, karena sifat
programnya yaitu menghibur.
Seperti halnya televisi siaran, khalayak menonton film terutama adalah
ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi sesungguhnya dalam film dapat
terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.32
2.3.3
Karakteristik Film
Faktor – faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah:33
1.
Layar yang luas
Film dan televisi sama – sama menggunakan layar, namun kelebihan media
film adalah layarnya yang berukuran besar. Layar film yang luas telah memberikan
keleluasaan penontonnya melihat adegan – adegan yang disajikan dalam film.
32
33
Karlinah, Siti., et.al. Komunikasi Massa, Op.Cit. halaman 7.24-7.26
Ibid.
35
2.
Teknik pengambilan gambar
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka teknik pengambilan gambar atau shot
– shot dalam film bioskop memungkinkan dilaksanakan dari jarak jauh atau
extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan
menyeluruh.
3.
Konsentrasi penuh
Penonton dapat berkonsentrasi penuh karena ruangan yang terbebas dari
hiruk pikuk.
4.
Identifikasi psikologis
Pengaruh film terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya sewaktu atau
selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama,
seperti peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut.
2.3.4
Jenis – jenis Film
Film dapat dikelompokkan pada beberapa jenis yaitu:34
1.
Film Cerita
Film cerita (story film) adalah jenis yang mengandung suatu cerita yang
lazim dipertunjukkan di gedung – gedung bioskop dengan bintang film tenar dan
film ini didistribusikan sebagai barang dagangan (Effendy, 1981:195).
Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau
berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari
jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik. Sejarah dapat diangkat
34
Ibid.
36
menjadi film cerita yang mengandung informasi akurat, sekaligus contoh teladan
perjuangan para pahlawan atau untuk memotivasi penonton.
2.
Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar –
benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus
mengandung nilai berita (news value) (Effendy, 1981:196).
Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya
bisu, seperti perang, kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, biasanya
merupakan film berita yang dihasilkan kurang baik.
3.
Film Dokumenter
Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty
sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)
(Effendy, 1981:198). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman
kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi
(pembuatnya) mengenai suatu kenyataan.
4.
Film Kartun
Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak – anak. Sebagian
besar film kartun, sepanjang film itu diputar kita akan tertawa karena kelucuan –
kelucuan dari para tokoh pemainnya. Namun ada juga film kartun yang membuat
iba penontonnya karena penderitaan tokohnya.
37
2.3.5
Unsur – unsur Film
1. Sutradara
Sutradara memiliki tanggung jawab meliputi aspek-aspek kreatif dan teknis
dari sebuah produksi film. Sutradara juga harus mampu membuat film dengan
wawasan serta keartistikan untuk mengontrol film dari awal produksi hingga
tahap penyelesaian.
2. Penulis Skenario
Skenario ibarat kerangka tubuh manusia. Skenario film harus disampaikan
dalam deskripsi visual dan harus mengandung ritme adegan beserta dialog yang
sesuai dengan tuntutan sebuah film.
3. Penata Fotografi
Penata fotografi atau juru kamera bekerja sama dengan sutradara untuk
menentukan shot, jenis lensa, dan membuat komposisi gambar. Juga bertanggung
jawab memeriksa hasil syuting agar hasil yang didapatkan bagus.
4. Penyunting
Editor bertugas untuk menyusun hasil gambar hingga membuat cerita yang
sempurna sesuai skenario.
5. Penata Artistik
Tata artistik adalah segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film atau
yang disebut dengan setting. Setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya
cerita film. Penata artistik bertugas menerjemahkan konsep visual sutradara.
Penata artistik disertai oleh tim kerja yang terdiri dari piñata kostum, bagian
make-up, dan jika diperlukan tenaga pembuat efek khusus.
38
6. Penata Suara
Penata suara dalam media audio visual dalam film akan membuat film
menjadi lebih hidup.
7. Penata Musik
Fungsi musik adalah membuat kerangka adegan, menunjukkan suasana
batin tokoh, mengiringi adegan dengan ritme yang tepat dan menegaskan karakter
lewat musik.
8. Pemeran
Akting film diartikan sebagai kemampuan berlaku sebagai orang lain.
Seorang pemain harus memiliki kecerdasan untuk menguasai diri dan melakukan
pengamatan serta latihan sebelum pelaksanaan syuting.
2.3.6
Narasi Film
Narasi berfungsi untuk penghubung antara satu informasi ke informasi
lainnya. Ini biasa digunakan dalam film – film dokumenter, dan dibaca oleh
seseorang yang disebut narrator atau pengisi suara.
2.3.7
Dialog
Adalah Percakapan yang muncul dalam adegan. Dialog adalah unsur yang
paling efektif dalam menyampaikan informasi dibanding semua unsur suara
lainnya.
39
2.3.8
Setting
Setting atau latar dalam film dapat berarti lokasi peristiwa yang dilukiskan
tempat terjadinya adegan-adegan yang dilakoni para tokoh. Latar memberikan
pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Setting meliputi tempat, latar belakang,
waktu dan peristiwa (sejarah misalnya). Setting memberikan suatu gambaran
terhadap apa yang ditulis oleh penulis skenario.
2.3.9
Gambar
Gambar digunakan untuk memberikan nilai artistik, dimana film dapat
menggunakan extreme long shot, dan panoramic shot karena layar pada film ini
lebih luas daripada televisi. Dengan adanya gambar sebuah film akan terasa lebih
menarik.
2.3.10 Suara (Sound)
Karena ini termasuk dalam media audio-visual maka suara merupakan salah
satu tokoh utama yang memperkuat adanya film tersebut. Suara ini termasuk dalam
dialog dan musik. Dialog ini pasti dilakukan dengan menggunakan suara,
sedangkan musik ini digunakan agar suasana yang diinginkan oleh sutradara agar
dapat tercipta.
2.3.11 Wardrobe
Adalah berbagai aksesori pendukung kostum bagi peran – peran tertentu.
Ketika pertama kali muncul dalam pandangan seseorang, ia akan langsung mebuat
40
penilaian terhadap apa yang dikenakan pemeran. Guna dari kostum ini adalah
memperkuat karakter yang dibawakan oleh aktris atau aktor.
2.4 Film Drama
Film drama merupakan film yang bertemakan drama, yaitu sebuah cerita
yang mengisahkan tokoh dari pemeran – pemerannya. Film ini biasa mengisahkan
tentang tiga hal yaitu cinta, uang dan kekuasaan. Film ini merupakan sebuah
perwujudan dari sutradara dan penulis cerita. Film dengan jenis ini adalah film
yang paling lama dari pada jenis – jenis film yang lain.
Film drama jadi menarik karena memiliki unsur hiburan yang sangat kental,
dan biasanya lebih ringan daripada jenis – jenis film lainnya. Film ini banyak
mengandung konflik dan emosi.
Pada awalnya film drama ini dibuat untuk layar lebar, namun belakangan ini
film drama sudah dapat dikonsumsi distasiun – stasiun televisi. Meskipun dalam
penayangannya sedikit terlambat dari bioskop.
Pada film drama ini biasanya dibuat menurut hasil imajinasi para penulis
filmnya. Dan terkadang membutuhkan sebuah kreativitas yang tinggi dalam
membuat film ini. Karena sifatnya yang lebih ringan maka audiencenya biasa pada
target pasar remaja.
Dalam pembuatannya terkadang film drama ini diinspirasi dari kisah nyata.
Namun hanya pengemasaanya saja yang dipercantik oleh sutradara. Karena
sifatnya inspirasi maka ide film drama bisa datang dari kisah nyata dari sang
penulis maupun sekitarnya.
41
Film “Pretty Woman” merupakan film drama yang paling terkenal, semenjak
itu banyak sineas – sineas bermunculan untuk berlomba – lomba membuat film
drama. Film ini berceritakan tentang seorang milioner yang menyewa pelacur
untuk menemaninya saat pesta. Semua fasilitas mewah diterima sang pelacur,
namun ia tidak pernah disentuh sedikit pun oleh millioner itu. Lambat laun mereka
semakin dekat dan jatuh cinta.
Jenis – jenis seperti yang selalu menjadi incaran sutradara film untuk
membuat sebuah karya. Namun saat ini film drama tidak hanya melihat dari segi
cintanya saja. Sudah banyak pula film yang bermunculan dengan jenis drama
namun mengusung tema sejarah. Seperti contoh sebuah drama “Great Queen Seon
Deok” dari korea. Sangat kental sekali sejarah dari bangsanya yang diperlihatkan
disini. Bercerita tentang perjuangan seorang ratu pertama di korea, dan kisah
cintanya. Film – film saat ini bukan hanya berfungsi sebagai hiburan namun juga
sebagai media penyampaian budaya bangsa tertentu.
2.5 Nilai – nilai Budaya
2.5.1 Pengertian Nilai
Nilai – nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi.
Setiap perusahaan mempunyai nilai – nilai inti sebagai pedoman berpikir dan
bertindak bagi semua warga dalam mencapai tujuan/misi organisasi.35
35
Tika, Pabundu H. Moh., Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Jakarta: Bumi Aksara,
2006. Hal 16
42
Kajian ilmu budaya adalah nilai – nilai dasar manusia. Oleh karena itu,
dalam proses pengkajiannya, permasalahan nilai tersebut perlu terlebih dahulu
dimengerti dan dipahami.
Beberapa pendapat menurut para ahlinya36:
Pepper (1958 : 7 ) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang
yang baik atau yang buruk.
Perry (1954) mengatakan bahwa nilai adalah segala yang menarik bagi
manusia sebagai subjek.
Kohler (1938) mengatakan bahwa manusia tidak berbeda di dunia ini; semua
tidak dapat berhenti hanya dengan sebuah pandangan (maksud) faktual dari
pengalaman yang berlaku.
Klockhon (1951 : 399) mengatakan bahwa definisi nilai yang diterima
sebagai konsep yang diinginkan dalam literatur ilmu sosial adalah hasil pengaruh
seleksi perilaku. Batasan nilai yang sempit adalah adanya suatu perbedaan
penyusunan antara apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan dengan apa yang
seharusnya dibutuhkan; nilai – nilai tersusun secara hierarkis dan mengatur
rangsangan kepuasan hati dalam mencapai tujuan kepribadiannya.
Nilai – nilai ini sangat luas, dapat ditemukan pada berbagai perilaku yang
terpilih dalam berbagai kehidupan yang luas di alam semesta ini (Robin M.
Williams, 1972).
Pada pembicaraan nilai ini akan dibahas mengenai37:
1. Konsep Nilai
36
37
Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Ketiga, Op.Cit. Hal 19-25
Ibid.
43
Batasan nilai dapat mengacu kepada berbagai hal seperti minat, kesukaan,
pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, atraksi
(daya tarik), dan hal – hal lain yang berhubungan dengan perasaan orientasi
seleksinya (Pepper, 1958 : 7).
2. Watak Nilai
Nilai itu sendiri mempunyai dasar pembenaran atau sumber pandangan dari
berbagai hal seperti metafisika, teologi, etika, estetika, dan logika.
Mempertimbangkan nilai adalah kebiasaan sehari – hari bagi kebanyakan
orang, serta dilakukan secara terus menerus. Mempertimbangkan untuk
mengadakan pilihan tentang nilai adalah suatu keharusan.
Dalam kehidupan manusia terpaksa mengadakan pilihan, mengukur benda
dari segi yang lebih baik atau yang lebih jelek, dan memberikan formulasi tentang
ukuran nilai.
3. Sistem Nilai
Konsep sistem – sistem nilai budaya bermacam – macam, merupakan
alternatif, yang menunjukkan bahwa macam – macam nilai dapat mngandung
suatu model menyeluruh untuk deskripsi dan studi perbandingan.
Sejumlah penulis telah mengemukakan batasan mengenai nilai – nilai.
Spranger seperti dikutip oleh Gibson, Ivancevich dan Donnely (1991),
mendefinisikan nilai – nilai sebagai “...constellation of likes, dislike, viewpoints,
shoulds, inner inclination, rational and irrational judgements, prejudices, and
association patterns thats determinea person’s view of the world” Menurut
Spranger, nilai – nilai merupakan konstelasi senang, tidak senang, sudut pandang,
44
keharusan, kecenderungan dalam diri, penilaian rasional dan irasional prejudis
(prasangka), dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang mengenai
dunia38.
Pemilihan nilai adalah mutlak perlu, sebab terdapat kelompok – kelompok
nilai tertentu seperti agama, moral, estetika, intelek, ilmu, ekonomi, dan
sebagainya.
2.5.2 Jenis – Jenis Nilai
Jenis – jenis nilai, menurut intensitasnya39
1. Nilai – nilai tercernakan (internalized value)
Merupakan suatu landasan bagi reaksi yang diberikan secara otomatis
terhadap situasi – situasi tingkah laku eksistensi, sedangkan nilai – nilai
tercernakan tidak dapat dipisahkan dari si individu, serta membentuk landasan bagi
hati nuraninya.
2. Nilai – nilai yang dominan
Artinya nilai – nilai yang lebih diutamakan daripada nilai – nilai lain. Fungsi
nilai dominan ialah sebagai suatu latar belakang atau kerangka patokan bagi
tingkah laku sehari – hari.
Kriteria apakah suatu nilai itu dominan, ditentukan oleh hal – hal sebagai
berikut:
Luas – tidaknya ruang lingkup pengaruh nilai tersebut dalam aktivitas total
dari sistem sosial.
38
Wirawan., Budaya dan Iklim Organisasi Teori Aplikasi dan Penelitian, Jakarta: Salemba Empat, 2007. Hal
44
39
Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Ketiga, Op.Cit. Hal 20
45
Lama – tidaknya pengaruh nilai itu dirasakan oleh kelompok masyarakat.
Gigih – tidaknya (intensitas) nilai tersebut diperjuangkan atau dipertahankan.
Prestise orang – orang yang menganut nilai, yaitu orang atau organisasi –
organisasi yang dipasang sebagai pembawa nilai.
2.5.3 Hierarki Nilai
Nilai yang dianut seseorang menempati salah satu diantara sejumlah nilai
yang tersusun secara hierarkis sebagai berikut40
1. Tingkat pertama: Reaktif
Pada tingkat ini, individu tidak menyadari dirinya sendiri dan orang lain
sebagai makhluk yang berbudaya.
2. Tingkat kedua: Tribalistik
Pada tingkatan ini, nilai – nilai individu dicirikan oleh tingkat
ketergantungan yang tinggi. Mereka berpegang pada tradisi dan juga taat pada
perintah.
3. Tingkat ketiga: Egosentris
Tipe individu pada tingkatan ini lebih mengutamakan kepentingan diri
sendiri.
4. Tingkat keempat: Konformis
Individu yang bersifat konformis cenderung memaksa orang lain untuk
menerima nilai – nilai yang dianutnya.
5. Tingkat kelima: Manipulatif
40
Tika, Pabundu H. Moh., Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Op.Cit. Hal 38
46
Tipe individu pada tingkat ini ditandai oleh adanya upaya untuk
memanipulasi segala sesuatu termasuk orang lain untuk kepentingan pencapaian
tujuan pribadinya.
6. Tingkat keenam: Sosiosentrik
Pada tingkatan ini individu cenderung berpendapat bahwa kerja sama dengan
orang lain lebih baik daripada bekerja sendirian.
7. Tingkat ketujuh: Eksistensial
Individu pada level ini memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap
berbagai perbedaan nilai yang dianut orang lain.
2.5.4 Prinsip – prinsip Nilai
Prinsip – prinsip untuk pemilihan nilai sebagai berikut41:
1. Nilai Intrinsik dan Ekstrinsik
Maksud sesuatu yang berharga secara intrinsik, yaitu baik dari dalam dirinya
sendiri, apabila dinilai untuk dirinya sendiri, dan bukan karena menghasilkan
sesuatu yang lain. Sesuatu berharga secara ekstrinsik, yaitu baik karena sesuatu hal
dari luar, jika sesuatu itu merupakan sarana untuk aktivitas mempunyai nilai
ekstrinsik.
2. Nilai – nilai yang produktif dan secara relatif bersifat permanen
didahulukan daripada nilai yang kurang produktif dan kurang permanen.
Beberapa nilai, seperti nilai ekonomi, akan habis dalam aktivitas kehidupan,
sedangkan nilai seperti persahabatan akan bertambah jika dipergunakan untuk
41
Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Ketiga, Op.Cit. Hal 23
47
membagi nilai akal dan jiwa bersama orang lain, tidak mengurangi nilai – nilai
tersebut bagi kita.
2.5.5 Pengertian Budaya
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Budaya adalah suatu konsep
yang membangkitkan minat.42 Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok
manusia tertentu.
Budaya juga merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat –
sifat perilaku dipelajari yang juga ada pada anggota – anggota dalam suatu
kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga – lembaga dan artefak – artefak
mereka43.
Secara
formal
budaya
didefinisikan
sebagai
tatanan
pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,
hubungan ruang, konsep alam semesta, objek – objek materi dan milik yang
diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha
individu dan kelompok.
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak
hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang
menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi – kondisinya
untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.
42
Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat., Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi dengan
Orang – orang Berbeda Budaya, Op.Cit. Hal 18
43
Ibid. 56
48
Kebudayaan merupakan “kumpulan pola – pola kehidupan” yang dipelajari
oleh sekelompok manusia tertentu dari generasi – generasi sebelumnya dan akan
di teruskan kepada generasi yang akan mendatang.44
Budaya adalah produksi dan sirkulasi dari rasa, makna, dan kesadaran.
Ranah makna yang menyatukan ranah produksi (ekonomi) dan hubungan sosial
(politik). Dengan kata lain, budaya adalah ranah reproduksi bukan atas benda –
benda (material) tetapi atas hidup.45
Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan
sosial yang mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap
kehidupan kita tidak kita sadari.
Budaya menampakkan diri dalam pola – pola bahasa dan dalam bentuk –
bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model – model bagi tindakan
– tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang –
orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada
suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.
Budaya juga berkenaan dengan sifat – sifat dari objek – objek materi yang
memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari – hari. Objek – objek seperti
rumah, alat dan mesin yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis – jenis
transportasi, dan alat – alat perang, menyediakan suatu landasan utama bagi
kehidupan sosial.
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sanskerta yang
berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk),
44
Daryanto., Ilmu Komunikasi, Bandung: Satu Nusa, 2011. Hal 89
Hartely, Jhon., Communication, Cultural, and Media Studies –Konsep Kunci, Yogyakarta:Jalasutra, 2010.
Hal 29
45
49
sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas
berbagai sistem kebutuhan manusia46.
R. Linton dalam buku ”The Cultural Background of Personality”,
menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil
laku, yang unsur – unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu47.
Maka dapat disimpulkan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara
belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
2.5.6 Unsur – Unsur Kebudayaan
Menurut Kluchohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan yaitu:48
1. Sistem Religi dan Upacara Keagamaan
Merupakan produk manusia sebagai homo religius. Manusia yang memiliki
kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya
terdapat kekuasaan lain yang Mahabesar (supranatural) yang dapat “menghitamputihkan” kehidupannya.
2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa
tubuhnya lemah. Dalam masyarakat tradisional, sistem gotong royong seperti yang
terdapat di Indonesia merupakan contoh yang khas.
46
Widyosiswoyo, Supartono., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Revisi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996. Hal 33
Widagdho, Djoko., Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Hal 20
48
Supartono. W., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Revisi 2004, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Hal 33
47
50
3. Sistem Pengetahuan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang
lain.
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadi
tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari
pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang
sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu
alat.
6. Bahasa
Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia
pada mulanya diwujudkan dalam bentuk bahasa lisan, yang kemudian
disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7. Kesenian
Merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat
mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas
untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
51
2.5.7 Karakteristik – Karakteristik Budaya
Beberapa karakteristik budaya, yaitu:49
1. Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi, verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok
dari kelompok lainnya. Sejumlah bangsa memiliki lima belas atau lebih bahasa
utama (dalam suatu kelompok bahasa terdapat dialek, aksen, logat, jargon, dan
ragam lainnya). Lebih jauh lagi, makna – makna yang diberikan kepada gerak –
gerik, misalnya, sering berbeda secara kultural. Meskipun bahasa tubuh mungkin
universal, perwujudannya berbeda secara lokal.
2. Pakaian dan Penampilan
Ini meliputi pakaian dan dandanan (perhiasan) luar, juga dekorasi tubuh
yang cenderung berbeda secara kultural. Dalam subkultur militer, adat istiadat dan
peraturan – peraturan menentukan pakaian harian, panjang rambut, perlengkapan
yang dipakai, dan sebagainya.
3. Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan dan memakan makanan sering berbeda antara
budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
4. Waktu dan Kesadaran Akan Waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya
lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan
waktu.
5. Penghargaan dan Pengakuan
49
Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat., Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi dengan
Orang – orang Berbeda Budaya, Op.Cit. hal 58
52
Suatu cara lain untuk suatu badaya adalah dengan memperhatikan cara dan
metode memberikan pujian bagi perubahan – perubahan baik dan berani, lama
pengabdian atau bentuk – bentuk lain penyelesaian tugas.
6. Hubungan – Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan – hubungan manusia dan hubungan –
hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan,
kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
7. Nilai dan Norma
Sistem kebutuhan bervasiasi pula, sebagaimana prioritas – prioritas yang
melekat pada perilaku tertentu dalam kelompok.
2.
Rasa Diri dan Ruang
Kenyamanan yang orang miliki dengan dirinya dapat diekspresikan secara
berbeda oleh budaya.
3.
Proses Mental dan Belajar
Beberapa budaya menekankan aspek pengembangan otak ketimbang aspek
lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan – perbedaan yang mencolok
dalam cara orang – orang berpikir dan belajar.
4.
Kepercayaan dan Sikap
Barangkali klasifikasi yang paling sulit adalah memastikan tema – tema
kepercayaan utama sekelompok orang, dan bagaimana faktor ini serta faktor –
faktor lainnya mempengaruhi sikap – sipak mereka terhadap diri mereka sendiri
dan orang – orang lain, dan apa yang terjadi dalam dunia mereka.
53
2.5.8 Model – Model Kebudayaan
Van Peursen mengusulkan tiga bentuk model atau peta untuk memahami
kebudayaan, yakni:50
1. Mitis
Sederhananya, tahap mitis ini ialah situasi dimana manusia merasa dirinya
terkepung oleh kekuatan – kekuatan gaib disekitarnya, yakni kekuasaan dewa –
dewi dalam raya atau kekuasaan kesuburan, yang tampak dalam mitologi –
mitologi bangsa awal.
2. Ontologis
Pada tahap ontologis, manusia bersikap tak lagi teliti oleh daya – daya mitis.
Ia secara bebas ingin mengetahui segala ihwal dengan berdistansi dari realitas.
3. Fungsional
Pada tahap ini, pemikiran fungsional adalah tahap dimana manusia
mengstruksi kembali relasinya dengan dunia yang sudah dipahaminya. Tahap
fungsional sangat relevan bagi kita untuk memahami pergeseran dan gejolak
perubahan kebudayaan kiwari, dimana berbagai kepastian dasar dan kenyamanan
yang dulu menopang kita, kini digugat, dibongkar, bahkan dilenyapkan.
2.5.9 Faktor – Faktor Kebudayaan
Menurut Dr. H. Th. Fischer dalam bukunya pengantar antropologi (halaman
17-29) ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebudayaan dan secara garis besar
disebut berikut:51
50
51
Simon, Fransiskus., Kebudayaan dan Waktu Senggang, Yogyakarta: Jalasutra, 2008. Hal 41-47
Supartono. W., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Revisi 2004, Op.Cit. hal 32
54
1. Faktor kitaran geografis (lingkungan hidup, geografisch milleu)
Faktor kitaran geografis merupakan suatu corak budaya sekelompok
masyarakat. Dengan kata lain, faktor kitaran geografis merupakan determinisme
yang berperan besar dalam pembentukan suatu kebudayaan.
2. Faktor induk bangsa
Ada dua pandangan yang berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu
pandangan barat dan pandangan timur. Pandangan barat berpendapat bahwa
perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaruh
terhadap corak suatu kebudayaan. Namun, pandangan timur berpendapat bahwa
peranan induk bangsa bukanlah sebagai faktor yang mempengaruhi kebudayaan.
3. Faktor saling kontak antarbangsa
Hubungan antarbangsa yang makin mudah akibat sarana perhubungan yang
makin sempurna menyebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangsa
lain. Akibat adanya hubungan antarbangsa ini, dapat atau tidaknya suatu bangsa
mempertahankan kebudayaannya tergantung dari pengaruh kebudayaan asing, jika
lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan.
2.5.10 Sifat – Sifat Kebudayaan
Terdiri dari tujuh sifat kebudayaan, diantaranya adalah:52
1. Kebudayaan beraneka ragam
52
Supartono. W., op.cit. hal 39-40
55
Keanekaragaman kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
karena manusia tidak memiliki struktur anatomi secara khusus pada tubuhnya
sehingga harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Kebudayaan dapat diteruskan secara sosial dengan pelajaran
Penerusan kebudayaan dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal.
Penerusan horizontal apabila dilakukan terhadap satu generasi dan biasanya secara
lisan, sedangkan penerusan vertikal dilakukan antargenerasi dengan jalan melalui
tulisan (literer).
3. Kebudayaan dijabarkan dalam komponen – komponen biologi, psikologi,
dan sosiologi
Biologi, psikologi, dan sosiologi merupakan tiga komponen yang
membentuk pribadi manusia.
4. Kebudayaan mempunyai struktur
Cultural universal yang telah dikemukakan, unsur – unsurnya dapat dibagi
dalam bagian – bagian yang kecil yang disebut traits complex, lalu terbagi lagi
dalam traits, dan terbagi lagi dalam items.
5. Kebudayaan mempunyai nilai
Nilai kebudayaan (culture value) adalah relatif, bergantung pada siapa yang
memberikan nilai, dan alat pengukur apa yang dipergunakan.
6. Kebudayaan mempunyai sifat statis dan dinamis
Kebudayaan dan masyarakat sebenarnya tidak mungkin statis 100% sebab
jika hal itu terjadi sebaiknya dikatakan mati saja.
7. Kebudayaan dapat dibagi dalam bermacam – macam bidang atau aspek
56
Ada kebudayaan yang sifatnya rohani dan ada yang sifatnya kebendaan
(spiritual and material culture), ada kebudayaan darat dan ada kebudayaan
maritim (terra and aqua culture), dan ada kebudayaan menurut daerah
(kebudayaan suatu suku bangsa atau subsuku-bangsa).
2.5.11 Istilah – Istilah Budaya
Istilah – istilah yang dapat membantu orang awam untuk memahami
pentingnya fenomena ini:53
1. Pola dan tema
Mencari secara tepat suatu pola pikiran dan perilaku dalam suatu budaya
adalah sulit, maka para ilmuwan lain lebih suka mencari suatu tema surmatif.
2. Eksplisit dan implisit
Beberapa aspek budaya tampak jelas (overt), sementara beberapa aspek
lainnya tersembunyi (covert).
3. Subkultur atau mikrokultur
Dalam suatu masyarakat yang lebih besar, kelompok, atau bangsa yang
mempunyai budaya dominan yang sama, mungkin terdapat subkelompok –
subkelompok yang memiliki ciri – ciri yang memisahkan dan membedakan mereka
dari subkelompok – subkelompok lainnya.
4. Unsur – unsur universal dan keanekaragaman
Terdapat generalisasi – generalisasi tentang semua budaya yang disebut
unsur – unsur universal (universals): usia, dandanan tubuh, kalender, perkenalan,
53
Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat., op.cit. hal 66-70
57
pembagian kerja, pendidikan, etika, larangan – larangan makanan, aturan – aturan
waris, bahasa, perkawinan, perkabungan, mitologi, sistem nomer, sanksi – sanksi
hukum, hak – hak milik, kepercayaan kepada hal – hal yang gaib, perbedaan status,
pembuatan dan perdagangan alat – alat, kunjungan, dan sebagainya.
5. Perilaku rasional/ irasional/ nonirasional
Perilaku rasional dalam suatu budaya didasarkan atas apa yang dianggap
kelompok masuk akal untuk mencapai tujuan – tujuannya.
6. Tradisi
Ini merupakan suatu aspek budaya yang sangat penting yang dapat
diekspresikan dalam kebiasaan – kebiasaan tak tertulis, pantangan – pantangan dan
sanksi – sanksi.
7. Keunikan budaya
Untuk memahami perbedaan – perbedaan budaya lebih efektif, maka langkah
pertama dalam proses ini adalah meningkatkan kesadaran budaya secara umum.
2.5.12 Jenis – Jenis Nilai Budaya
Terdiri dari dua nilai budaya, yaitu:54
1. Nilai budaya barat
Barat dalam pikirannya cenderung menekankan dunia objektif daripada rasa
sehingga hasil pola pemikiran demikian membuahkan sains dan teknologi. Barat
dalam cara berfikir dan hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material dan hidup
54
Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Ketiga, Bandung: Erecso, 1992. Hal 34-38
58
sehingga tidak cocok dengan cara berfikir untuk meninjau makna dunia dan makna
hidup.
2. Nilai budaya timur
Nilai budaya timur pada intinya banyak bersumber dari agama – agama
yang lahir di dunia timur. Pada umumnya manusia – manusia timur menghayati
hidup yang meliputi seluruh eksistensinya.
2.5.13 Nilai Budaya
Sistem nilai budaya dalam masyarakat di manapun didunia, secara universal
menyangkut lima masalah pokok kehidupan, yaitu:55
1. Hakikat hidup manusia
Hakikat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem, ada yang
berusaha untuk memadamkan hidup (nirvana = meniup habis), ada pula yang
dengan pola – pola kelakuan tertentu mengangggap hidup sebagai suatu hal yang
baik, “mengisi hidup”.
2. Hakikat karya manusia
Setiap kebudayaan hakikatnya berbeda – beda, diantaranya ada yang
beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hiup, karya memberikan kedudukan
atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.
3. Hakikat waktu manusia
55
Ibid. 26
59
Hakikat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda, ada yang berpandangan
mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa
kini atau yang akan datang.
4. Hakikat alam manusia
Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksplorasi alam
atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaaan yang
beranggapan bahwa manusia harus harmonis dengan alam.
5. Hakikat hubungan manusia
Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia,
baik secara horizontal (sesama) maupun secara vertikal (orientasi kepada tokoh –
tokoh).
2.6 Budaya Korea
Lebih dari 5000 tahun, kebudayaan Korea tak henti-hentinya mengalami
pembentukan,
perubahan,
penggantian,
dan
mengembalikan
kemajuan
Semenanjung Korea dan keaslian yang baru.
Identitas dari kebudayaan Korea berdasarkan karakter kebudayaan sosial,
yang dipengaruhi banyak faktor seperti lokasi geografis, kesamaan penduduk dan
pertukaran kebudayaan dengan penduduk lain. Karakteristik yang paling
menonjol dari kebudayaan Korea kemungkinan adalah "Koreanisasi segala hal".
Karakteristik rakyat Korea yang paling terkenal adalah bahasa asli mereka.
Korea mempunyai sistem alphabet sendiri yaitu Han Geul . Karakteristik yang
lainnya dapat dilihat dari pakaian tradisionalnya (Hanbok), makanan khasnya
60
(Hansik), dan Rumah adat Korea ( Hanok ). Oleh karena itu, identitas kebudayaan
Korea dapat digambarkan dari seluruh kebudayaan kehidupan mereka.
Lebih dari ribuan tahun yang lalu, disekitar wilayah pegunungan di bagian utara
Korea, nenek moyang dari rakyat Korea hidup sebagai pengembara yang berburu,
mengumpulkan makanan, dan hidup berpindah.
Sebagian penduduk Korea mulai berdagang dengan Negara yang
berdampingan. Budaya bercocok tanam menjadi pemikiran yang sangat berlaku di
pertengahan bagian selatan Korea. Penduduk Korea memastikan diri mereka di
semenanjung Korea dan budaya bercocok tanam menjadi identitas Korea.
Seperti pertanian dan tradisi berpindah tempat membuat budaya berpakaian pria
adalah memakai Jaket-Korea dan celana panjang, wanita mengenakan rok panjang
dan Jaket Korea. Kenyatannya pakaian Korea adalah inti tradisi pakaian Korea
yang menggambarkan identitas budaya Korea.
Karena musim dingin di bagian utara Korea "On-dol". Bawah lantai Korea
memanaskan sistem serupa untuk “system hypocaust”, yang ditemukan dan
dibangun, terutama di wilayah tersebut dan sistem ini merupakan sistem yang
unik.
Tujuh puluh persen negara Korea adalah wilayah pegunungan, tiga bagian
Negara yang dikelilingi lautan, lembah kecil, dataran rendah, dan pegunungan
tinggi yang membentuk lahan pertanian. Di Korea terdapat 4 Musim dan curah
hujan yang sedang yang baik untuk pertanian. Kondisi alami ini memungkinkan
budaya bercocok tanam tumbuh dengan maju di semenanjung Korea semenjak
abad 6 Setelah Masehi.
61
2.6.1 Karakteristik Kebudayaan Negara Korea
1. Bahasa
Huruf Korea atau yang biasa disebut hangeul adalah huruf yang terdiri dari
10 huruf hidup dan 14 huruf mati yang dipadukan menjadi sebuah suku kata.
Hangeul juga memiliki 5 huruf mati ganda dan 11 huruf hidup gabungan, untuk
suku kata terdiri dari sedikitnya 2 dan maksimal 4 huruf. Dalam huruf hangeul
tidak terdapat lambang sebagai salah satu syarat dalam penulisan kata atau
kalimat, seperti halnya huruf kanji China.56
Sebelum huruf hangeul diciptakan, masyarakat Korea dalam kehidupan
sehari – harinya berkomunikasi dengan bahasa China dan begitu juga dengan
penulisan hurufnya yang menggunakan huruf kanji. Namun huruf China tersebut
dirasa sangat sulit untuk dipahami dan dipelajari, bahkan penggunaannya
didominasi oleh golongan masyarakat tertentu, khususnya kaum bangsawan.57
Huruf Korea diciptakan oleh Raja Sejong, raja keempat dalam Dinasti
Choson (1393 – 1910) pada tahun 1443 dan dipublikasikan dalam (HunMinJongUm) pada tahun 1446. Oleh karena itu, huruf Korea pertama kali dikenal
dengan nama (Hun-MinJongUm) yang secara harfiah berarti “Bunyi yang Tepat
untuk Pendidikan Masyarakat”. Baru tahun 1913 huruf Korea dikenal (hangeul)
ini pertama kali diperkenalkan oleh (Ju Si Gyong). Pada saat pertama kali
diumumkan dalam HunMinJongUm) huruf Korea mempunyai 28 huruf, namun
yang digunakan sekarang hanya 24.58
56
Widiyanti, Neni., Cepat Bisa! Bahasa Korea Satu Buku Belajar Sampai Bisa, op.cit. Hal 1
Ibid. Hal 1
58
Lestari, Sri Endah Setia., Bahasa Korea Sehari – Hari, Jakarta: Kesaint Blanc, 2010. Hal vi
57
62
2. Pakaian
Beberapa pakaian tradisional Korea yang menjadi identitas bangsa Korea,
yaitu:59
a. Hanbok (Pakaian sehari - hari)
Hanbok
merupakan pakaian tradisional masyarakat Korea yang sudah
dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan terus dipakai hingga sekarang. Pakaian
wanita terdiri dari, sebuah “chogorl” (jaket pendek dengan dua pita panjang) dan
sebuah “chima” (pakaian panjang hingga kaki dan lebar dibagian bawah).
b. Hwarot (Pernikahan wanita)
Hwarot adalah jenis hanbok, yaitu pakaian tradisional Korea, yang
dikenakan oleh wanita – wanita dari lingkungan kerajaan untuk merayakan
peristiwa tertentu dan juga dipakai oleh wanita dari rakyat biasa untuk upacara
pernikahan tradisional Korea. Hwarot berkembang di zaman Dinasti Goryeo dan
Joseon. Hwarot diadaptasi dari jangbaeja 長褙子, pakaian dari Dinasti Ming
Tiongkok.
c. Myeonbok (Pernikahan laki – laki)
Myeonbok adalah pakaian tradisional Korea, yang dikenakan oleh pria pada
saat menikah. Biasanya terdiri dari “chogorl” (jaket), sebuah “paji” (celana) dan
“turumagi” (mantel).
59
Widiyanti, Neni., Cepat Bisa! Bahasa Korea Satu Buku Belajar Sampai Bisa, op.cit. Hal 77
63
3. Makanan dan Tradisi Makan
Beberapa makanan dan tradisi makan dalam kebudayaan Korea, yaitu:60
a. Makanan
1. Surangsang (Semua hidangan)
Surangsang adalah semua hidangan yang disediakan dimeja makan,
hidangan ini akan disajikan hanya pada saat acara – acara tertentu seperti upacara
pernikahan, tahun baru, hari budha dan sebagainya.
2. Kimch’i (Hidangan berbumbu dari bahan sayur – sayuran)
Kimch’i adalah hidangan yang sangat diperlukan orang Korea pada segala
musim. Akibatnya, para ibu rumah tangga Korea banyak menghabiskan waktu
dan uang agar hidangan ini selalu tersedia setiap saat. Kimch’i dibuat dengan
banyak ragam, sesuai dengan peredaran musim. Pada musim panas, kimch’i
‘yolmu sangat disukai orang, dan pada musim gugur, biasanya disajikan kimch’i
‘paech’u’. Pada bulan November dan Desember, yakin pada saat „Kimjang” atau
persiapan untuk membuat kimch’i sebagai persediaan untuk musim dingin,
dimulai. Setiap pasar tampak dipenuhi kubis dan lobak Cina yang menarik minat
kaum ibu untuk menawarnya.
3. Pulgogi (Daging sapi berbumbu yang dipanggang pada bara)
Hidangan daging sapi panggang barangkali merupakan makanan yang
paling lezat diantara hidangan formal makan malam. Hidangan ini adalah daging
sapi yang diiris tipis – tipis dengan bumbu saus kacang, bawang merah, bawang
putih, minyak wijen, dan gula. Waktu menyuguhkan pulgogi, sebuah pot terbuat
60
Lee, Pong Kook, dan Chi Sik Ryu., Cara Praktis Berbahasa Korea,, op.cit. Hal 82-83
64
dari tanah berisi bara api ditaruh ditengah – tengah meja. Kemudian, sebuah
wajan bundar berlubang – lubang yang terbuat dari kuningan ditaruh diatas pot api
itu sebagai tempat memanggang pulgogi.
4. Darye (Kegiatan minum teh)
Darye adalah bentuk upacara teh tradisional yang dipraktikkan di Korea.
Darye adalah etika minum teh atau tatacara minum teh yang telah diwariskan oleh
nenek moyang bangsa Korea sejak ribuan tahun lalu.
Upacara teh korea selain dimaksudkan untuk menemukan ketenangan dan
harmoni dalam cepat berubahnya masyarakat Korea, juga untuk meneruskan
tradisi lama bangsa Korea.
Rekaman sejarah pertama tentang upacara teh Korea mencatat tentang
persembahan teh kepada arwah nenek moyang yang dilakukan tahun 661 M
kepada mendiang Raja Suro, pendiri kerajaan Geumgwan Gaya (42 M – 562 M).
Catatan sejarah dari Dinasti Goryeo (918 – 1392) menyebutkan bahwa
persembahan teh dipraktikkan di vihara bagi mendiang biksu-biksu utama.
Pada zaman Dinasti Joseon (1492 – 1910), keluarga istana Yi dan kaum
bangsawan meminum teh dalam tatacara sederhana, yakni tatacara minum teh
harian yang dinikmati pada hari-hari biasa, sementara tatacara teh khusus
dijalankan untuk peristiwa-peristiwa tertentu. Istilah seperti ini hanya ditemukan
di Korea.
Di akhir periode Dinasti Joseon, rakyat biasa mulai menjalankan tatacara teh
untuk hari biasa dan upacara persembahan, mengikuti tatacara teh Tionghoa
dalam kitab tatacara Keluarga karya Zhu Xi.
65
Upacara teh Korea mengikuti perubahan musim dan memakai peralatan dari
keramik dan metal yang beragam. Upacara keagamaan turut berperan penting.
Perangkat yang umum dipakai adalah peralatan dari batu, sementara di provinsiprovinsi yang memiliki tungku keramik, lebih banyak menggunakan keramik.
Terdapat 15 jenis upacara teh penting yang diselenggarakan, namun yang
paling umum adalah:
a.
Tatacara teh harian – tatacara minum teh harian yang dikembangkan
dari zaman Dinasti Joseon.
b.
Tatacara teh khusus – tatacara minum teh yang diadakan untuk
menyambut tamu negara dan acara pernikahan anggota keluarga kerajaan.
c.
Tatacara teh ratu – acara minum teh yang hanya dinikmati ratu, keluarga
dan teman-temannya
4. Visualisasi Nilai dan Norma
a. Rasa Hormat
Beberapa jenis membungkukkan badan dalam kebudayaan Korea:61
Chol cara membungkuk dalam memberi hormat orang Korea dapat
digolongkan ke dalam tiga jenis: bungkukan ringan, bungkukan berat atau dalam,
dan bungkukan tradisional.
Bungkukkan ringan biasanya dilakukan dalam pergaulan sehari – hari
diantara kaum pria, wanita dan anak – anak dijalan, dirumah atau di sekolah.
Bungkukkan berat atau dalam jarang terlihat di kota – kota. Namun didaerah
61
Ibid. Hal 81-82
66
pinggiran, baik kaum pria maupun wanita, masih memberi hormat dengan cara
membungkukkan badan yang lebih dalam atau lebih berat dari bungkukkan
pertama yang ringan. Jenis bungkukkan ketiga adalah bungkukkan tradisional
(chol) yang kini sudah tak lazim lagi dilakukan orang dalam memberikan
penghormatan.
Tetapi dalam suasana tertentu, misalnya dalam menyambut tibanya tahun
baru, dalam upacara peringatan terhadap para leluhur dan dalam upacara
pernikahan, orang Korea membungkukkan dengan gaya tradisional ini.
b. Kegiatan Tradisi
1. Upacara pernikahan (Kunbere)62
Kunbere adalah istilah untuk upacara pernikahan menurut adat istiadat
Korea. Pada pengantin perempuannya menggunakan hwarot dan untuk pengantin
laki – lakinya menggunakan myeonbok.
Kebiasaan yang selalu dilakukan dalam upacara ini adalah untuk mempelai
pengantin pria membawakan sebuah burung perkutut untuk keluarga mempelai
wanita. Ini sebagai simbol dari penukaran karena anak wanitanya akan dibawa
oleh mempelai laki – laki nantinya.
Didalam upacara ini diwajibkan untuk kedua mempelai memberikan salam
untuk langit, leluhur, dan orang tua mereka. Dilakukan sebanyak tiga kali
bungkukkan.
Setelah upacara ini berlangsung jika orang tua merasa puas dengan calon
menantunya, maka orang tua itu, terutama sekali dari pihak pengantin pria, pergi
62
Ibid. Hal 80
67
ke rumah juru ramal untuk menanyakan apakah kedua calon mempelai itu kelak
akan menjadi pasangan yang baik menurut perhitungan jika dilihat dari masing –
masing tanggal kelahiran mereka adat ini disebut dengan kunghap.
2. Upacara pemberian gelar
Upacara ini biasanya untuk mengangkat gelar seseorang, upacara ini
dilakukan pada saat Raja Sejong bertahta (1860-an) Dinasti Joseon. Raja sering
kali mengangkat wanita – wanita pada kalangan bangsawan untuk menjadi
selirnya.
3. Memanah
Kegiatan ini sudah ada sejak zaman Dinasti Kerajaan Gojoseon pada tahun
2333 SM. Ini menjadi sebuah kegiatan olah raga pada zaman itu, para hwarang
kerajaan – kerajaan diharuskan untuk mempelajari seni ini untuk berperang
maupun untuk kegiatan lainnya.
4. Baca sajak
Sebenarnya kegiatan ini biasa dilakukan pada saat upacara kegiatan minum
teh, zaman dahulu para anggota kerajaan biasa menggunakan sajak untuk
mengungkapkan pendapat kepada Ratu maupun Raja, yang biasa dilakukan dalam
kegiatan upacara minum teh bersama Ratu.
5. Menulis Hangeul (huruf Korea) dengan kuas
Huruf hangeul yang diciptakan oleh Raja Sejong memiliki beberapa kata,
para bangsawan biasanya berlatih menulis dalam sekolah – sekolah yang
diperuntukkan bagi para bangsawan. Bukan hanya itu saja para bangsawan juga
68
mempelajari tentang puisi – puisi lama yang ditulis oleh para cendekiawan, para
siswa ini biasanya disuruh untuk membaca dan menghafalkannya.
5. Suara (sound)
Beberapa musik kebudayaan tradisional Korea, yaitu:63
a.
Pansori (choir tradisional Korea)
Pansori adalah jenis musik tradisional Korea. Pansori dibentuk oleh seorang
penyanyi (sorikkun) dan seorang penabuh gendang buk (gosu). Pansori berasal
dari kata pan yang berarti tempat orang-orang berkumpul dan sori yang berarti
musik.
Pansori yang mulai berkembang sejak abad 19 di Korea berisikan ceritacerita cinta, candaan, serta sindiran. Pansori yang bisa dimainkan sampai berjamjam (sampai 4 jam) dinamakan pansori Madang.
Hanya 5 jenis dari 12 jenis pansori saat ini yang merupakan pansori
madang. Seperti: Heungbuga, Simcheongga, Chunhyangga, Jeokbyeokga dan
Sugungga.
Penyanyi pansori biasanya memakai kipas untuk menambahkan variasi
gerakan dan juga untuk menandakan perubahan lakon yang akan dimainkan. Gosu
yang merupakan penabuh gendang juga mengeluarkan suara unik yang disebut
chuimsae (추임새).
63
Ibid. Hal 85
69
b. Jeongak (perkusi Korea)
Musik istana, Jeongak, pada zaman dahulu dipentaskan oleh masyarakat
kelas atas. Jeongak dimainkan dengan sangat lambat, dengan hanya satu ketukan
dalam setiap 3 detik. Ketukan ini diselaraskan dengan kecepatan nafas, sehingga
berasa statis (monoton). Alat musik yang digunakan dalam pementasan Jeongak
dibuat dari bahan alam, sehingga suaranya lembut dan tenang. Hampir semua alat
musik tiup dibuat dari bambu, sedangkan alat musik petik memiliki senar yang
dibuat dari sutra.
Jeongak ini biasanya dipentaskan pada acara – acara tertentu, seperti acara
ulang tahun Ratu, atau Raja. Kemudian pernikahan para anggota kerajaan,
ataupun saat menyambut tamu. Biasanya musik ini dipadukan oleh tarian.
Download