12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang mengggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelolah oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen11. Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, Pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera12. Apapun bentuknya, komunikasi massa akan terus menerus berperan penting dalam kehidupan kita. Komunikasi massa menjadi mata dan telinga bagi masyarakat. Komunikasi kolektif yang bis digunakan untuk bisa lebih memahami diri mereka sendiri. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 1985 : 176) yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (“Mass 11 12 Mulyana, Deddy., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Hal 79-83 Ibid. 13 Communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people”)13. Gebner mengatakan komunikasi massa adalah ”Mass communication is the technologocally and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dari distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri)14. Dari definisi Gerbner, tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan – pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarah waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwi-mingguan atau bulanan. Definisi komunikasi massa dari meletzke diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar (Rakhmat, 1985:176).15 Sementara itu, Freidson membedakan komunikasi massa dari jenis komunikasi lainnya. Menurut Freidson komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khususnya populasi. Sedangkan Wright mengemukakan sebagai berikut: 13 Karlinah, Siti., et.al. Komunikasi Massa, Jakarta : Universitas Terbuka, 2004, halaman 1.3 Rakhmat, Jalaluddin., Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, halaman 188 15 Karlinah, Siti, op.cit., 1.4 14 14 “This new form can be distinguished from older types by the following major characteristicts: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; message are transmitted publicly, often-times to reach most audience members simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate withim, a complex organization that may involve great expense” (Rakhmat, 1985 : 177). Menurut Wright, bentuk baru komunikasi massa dapat dibedakan dari corak – corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Rakhmat, 1985 : 177).16 Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. 2.1.2 Elemen – Elemen Komunikasi Massa Berikut adalah elemen – elemen komunikasi massa17: 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Jeremy Tunshall mendefinisikan komunikator sebagai “Petugas nonadministratif (non-clerical) didalam organisasi – organisasi komunikasi orang – orang yang bekerja dalam memilih, menyusun dan merencanakan program – 16 17 Ibid. 1.5 Ibid. 3.3 15 program, cerita – cerita dan pesan – pesan lainnya untuk akhirnya disebarkan kepada khalayak”. 2. Pesan Komunikasi Massa Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yang bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Disini dimensi seni tampak sangat berperan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Severin dan Tankard (1992) bahwa komunikasi massa adalah sebagian dari keterampilan (skill), sebagian seni (art) dan sebagian ilmu (science). 3. Khalayak (audience/komunikan) dalam Komunikasi Massa Sebagaimana telah dijelaskan bahwa khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak. 4. Umpan balik (Feedback) Umpan balik atau feedback adalah stimulus atau reaksi yang diterima pihak sumber, sehubungan dengan pesan yang disampaikannya. Informasi bagi sumber sehingga ia dapat menilai efektivitas komunikasi untuk selanjutnya menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. 5. Gangguan Gangguan mencakup gangguan yang bersifat psikologis, fisik sematik, dan lain – lain. Gangguan beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. 16 6. Gatekeeper Istilah gatekeeper pertama kali digunakan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human Relations (1974). Istilah ini mengacu pada dua hal yaitu: proses dimana suatu pesan berjalan melalui berbagai pintu, selain juga pada orang atau kelompok yang memungkinkan pesan lewat (Joseph A Devito, 1996). Gatekeeper dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari pengirim ke penerima. Media massa sebagai pengatur adalah mereka yang secara tidak langsung yang mempengaruhi proses media massa. Fungsi utama gatekeepers adalah menyaring pesan yang diterima seseorang. 7. Pengatur Media massa sebagai pengatur adalah mereka yang secara tidak langsung yang mempengaruhi proses media massa. 8. Filter/ Regulator pada Komunikasi Massa Khalayak heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya dan sebagainya. Oleh karena itu, pesan tersebut akan difilter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya. Filter utama yang dimiliki oleh khalayak adalah indera yang dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu: 1. Budaya Pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media massa akan diberi arti yang berbeda – beda sesuai dengan latar belakang budaya audience. 2. Psykologikal 17 Pesan yang disampaikan media akan diberi arti sesuai dengan frame of reference dan field of experience (ruang lingkup pandangan dan ruang lingkup pengalaman) khalayak. 3. Physikal Kondisi fisik seseorang baik internal maupun eksternal akan mempengaruhi audience dalam mempersepsi pesan media massa. 2.1.3 Karakteristik Komunikasi Massa Adapun beberapa karakteristik komunikasi massa, adalah:18 1. Komunikator Terlembaga Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya terlembagakan. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi tentu akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera (lebih dari satu), juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager, dan lain – lain, serta menggunakan peralatan yang lebih banyak juga memerlukan dana yang tidak sedikit. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. 3. Komunikan Anonim dan Heterogen 18 Karlinah, Siti, op.cit., 1.10 18 Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antar persona, komunikator akan mengenal komunikannya, yakni dengan mengetahui identitasnya, seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Effendy (1981) mengartikan kerempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 5. Komunikasi Massa Mengutamakan Unsur – unsur “Isi” daripada “Hubungan” Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi massa; pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Karena melalui media massa tentu komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, sedangkan komunikan aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antar persona. 19 7. Stimulasi Alat Indra “Terbatas” Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap sebagai salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang “Terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembacanya melihat. Pada radio dan rekaman audio, khalayaknya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. 8. Umpan Balik Komunikasi Massa Tertunda (Delayed) Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas suatu proses komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Dari segi ini kita dapat mengatakan komunikasi massa adalah komunikasi yang satu arah (Rakhmat,1985:182). Karena komunikator (redaktur surat kabar, majalah, penyiar televisi dan radio) hanya memperoleh umpan balik dalam keadaan terlambat (delayed). 2.1.4 Ciri – Ciri Komunikasi Massa Adapun beberapa ciri dari komunikasi massa adalah:19 1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan “sang pengirim” –nya seringkali merupakan komunikator profesional. 19 McQuail, Denis., Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Op.Cit., Hal 33 20 2. Pesan Tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Disamping itu, pesan tersebut seringkali “diproses”, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan itu merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”. 3. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu-arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut bersifat impersonal, bahkan mungkin sekali seringkali bersifat non-moral dan kalkulatif, dalam pengertian bahwa sang pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu. Unsur tersebut sebagian bersumber dari adanya jarak fisik dan sosial antara pengirim dengan penerima, dan sebagian lagi bersumber dari adanya kadar impersonalitas peran sebagai komunikator publik yang acapkali dipengaruhi oleh kaidah – kaiadah yang mengharuskan untuk bersikap netral dan tidak condong pada pengaruh tertentu. 4. Penerima merupakan khalayak luas. Ia merasakan pengalaman tertentu yang dapat diperkirakan sebelumnya. 21 5. Komunikasi massa seringkali mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima, menciptakan pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respons seketika dari banyak orang secara serentak. 2.1.5 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa dibedakan menjadi dua, yaitu:20 1. Fungsi Komunikasi Massa secara Umum Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi disekitarnya. Fungsi memberikan pendidikan atau membimbing media massa merupakan sarana pendidik bagi khalayak (mass education). Oleh karena itu media massa banyak menyajikan hal – hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai – nilai, opini serta aturan – aturan yang dianggap benar kepada pemirsa atau pembaca. Artinya sebagian dari fungsi pendidikan (edukasi) media massa diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi. Fungsi menghibur, bukan merupakan suatu hal yang baru bahwa salah satu fungsi media massa adalah menghibur khalayaknya. Media massa mendesain 20 Karlinah, Siti., et.al. Komunikasi Massa, Op.Cit. halaman 5.3-5.16 22 program – programnya untuk menghibur khalayaknya. Melalui lukiasan – lukisan atau tayangan – tayangan di televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Fungsi mempengaruhi khalayak, fungsi mempengaruhi khalayak dari media massa sangat penting artinya, karena hal tersebut menyebabkan media massa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/ editorial, feature, iklan – iklan, artikel – artikel dan sebagainya. Fungsi proses pengembangan mental, sebagaimana kita ketahui bahwa manusia di dalam kehidupan sosialnya membutuhkan kegiatan untuk berkomunikasi. Komunikasi mempunyai fungsi yang sangat mendasar dari interaksi antar manusia. Fungsi adaptasi lingkungan, adalah penyesuaian diri kita ke dalam lingkungan dimana kita berada. Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, juga menyesuaikan diri untuk dapat bertahan. Fungsi manipulasi lingkungan, manipulasi lingkungan bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif, tetapi yang dimaksud dengan memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. 2. Fungsi Komunikasi Massa secara Khusus Fungsi meyakinkan, fungsi yang tidak kalah penting menurut Joseph Devito (1997), dapat berbentuk persuasif: 1. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan nilai seseorang 23 Media dengan semua sumber daya dan kekuatan yang ada tanpa terkecuali, lebih sering mengukuhkan atau membuat kepercayaan sikap, nilai dan opini khalayak menjadi kuat. 2. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang Media akan mengubah sikap, pendapat ataupun penilaian sementara orang yang tidak memihak pada suatu masalah tertentu. 3. Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu Dilihat dari sudut pengiklan (advertiser), fungsi terpenting dari media massa adalah menggerakkan (activating) konsumen untuk mengambil tindakan. 4. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu Fungsi persuasif dari media massa lainnya adalah menawarkan etika (ethicizing) dengan mengungkapkan secara terbuka tentang adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku, media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi. Fungsi untuk menganugerahkan status, terjadi apabila berita yang disebarkan melaporkan kegiatan individu – individu tertentu sehingga prestise mereka akan meningkat. Fungsi membias, ini berarti apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima terbius kedalam keadaan pasif seakan – akan berada dalam pengaruh narkotik. 24 Fungsi menciptakan rasa kebersamaan, fungsi komunikasi massa yang tidak banyak disadari oleh kita semua adalah kemapuannya untuk membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Fungsi untuk privitisasi, adalah kecenderungan bagi seseorang untuk menarik diri dari kelompok dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri, 2.1.6 Isi Pesan Komunikasi Massa Isi pesan dari Komunikasi Massa adalah:21 1. Novelty (Sesuatu yang Baru) Sesuatu yang “baru” merupakan unsur yang terpenting bagi suatu pesan media. 2. Jarak (dekat atau jauh) Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasikannya peristiwa itu, mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya. 3. Popularitas Peliputan tentang tokoh, organisasi / kelompok, tempat dan waktu yang penting dan terkenal akan menarik perhatian khalayak. 4. Konflik (Pertentangan) Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam bentuk kekerasan ataupun menyangkut perbedaan pendapat dan nilai, biasanya disukai oleh khalayak yakni untuk mengetahui siapa yang akan keluar sebagai pemenang. 21 Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi: cetakan kelima, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005, halaman 7.15-7.17 25 5. Seks dan Keindahan Salah satu sifat manusia adalah menyenangi unsur seks dan keindahan atau kecantikan, sehingga kedua unsur tersebut bersifat universal. Karena unsur seks dan keindahan, kecantikan yang bersifat universal dan menarik perhatian khalayak, maka media massa seringkali menonjolkan kedua unsur ini. 6. Komedi Bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat humor (komedi) lazimnya disenangi khalayak karena manusia pada dasarnya tertarik dengan hal-hal lucu yang menyenangkan. 7. Nostalgia Pengertian nostalgia disini adalah menunjukkan pada hal-hal yang mengungkapkan pengalaman dimasa lalu. 8. Emosi Menurut Abrahan A. Maslow, kebutuhan dasar manusia mencakup kebutuhan fisik (pangan, sandang, papan), rasa aman sosial, harga diri dan aktualisasi diri. 9. Human Interest Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa atau hal yang menyangkut kehidupan orang lain. Gambaran tentang kehidupan orang ini (ceritacerita human interest) dapat dikemas dalam bentuk berita, feature, biografi dan berbagai bentuk acara deskritif lainnya. 26 2.1.7 Model Komunikasi Massa Teoritisi utama agenda-setting adalah Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita – berita dan hal – hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.22 Agenda setting ini memiliki kelebihan karena mudah dipahami dan relatif mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagi topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. 2.2 Media Massa 2.2.1 Pengertian Media Massa Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni da simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tatacara, mode, gaya hidup dan norma – norma. 22 Sendjaja, S. Djuarsa., Teori Komunikasi Materi Pokok IKOM4230/3SKS/MODUL 1-9, Jakarta: Universitas Terbuka, 1994. Hal 199 27 Dapat disimpulkan media massa adalah saluran yang digunakan oleh sumber untuk mengirim pesan ke khalayak.23 Dalam ilmu komunikasi dikenal sejumlah saluran komunikasi yaitu bagaimana orang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Media massa juga didefinisikan lain, yaitu upaya menyampaikan informasi melalui media cetak, audio dan audiovisual, masing – masing memiliki kelebihan tetapi juga kelemahan.24 2.2.2 Fungsi Media Massa Secara umum terdapat 4 fungsi media massa (Lasswell and Wright):25 1. Pengawasan lingkungan (social surveillance) 2. Pertalian (korelasi) bagian – bagian masyarakat dalam memberikan respon terhadap lingkungannya (social correlation). 3. Pewarisan nilai – nilai atau transmisi warisan budaya (social transmission) 4. Memberikan hiburan (entertaiment) Mc.Quail lebih rinci lagi dengan membagi fungsi media massa menjadi dua, yakni fungsi sosial dan individu. Fungsi sosial media massa: 1. Informasi Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat. Menunjukkan hubungan kekuasaan. Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan. 23 Mulyana, Ahmad., Modul Teori Komunikasi. Morissan., Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Op.Cit. Hal 11 25 Mulyana, Ahmad., Modul Teori Komunikasi. 24 28 2. Korelasi Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi. Menunjang otoritas dan norma – norma yang mapan. Melakukan sosialisasi. Mengordinasi beberapa kegiatan. Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif. 3. Kesinambungan Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru. Meningkatkan dan melestarikan nilai – nilai. 4. Hiburan Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi. Meredakan ketegangan sosial. 5. Mobilisasi Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan ekonomi, sosial dan agama. Fungsi individu media massa: 1. Informasi Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal – hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas Pribadi 29 Menemukan penunjang nilai – nilai pribadi. Menemukan model prilaku. Mengidentifikasikan diri dan nilai – nilai lain (dalam media). Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 3. Integritas dan Interaksi Sosial Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain: empati sosial. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. Memperoleh teman selain manusia. Membantu menjalankan peran sosial. 4. Hiburan Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. Bersantai. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetic. Penyaluran emosi. Membangkitkan gairah seks (cinta) 2.2.3 Jenis – Jenis Media Massa Komunikasi melalui media massa terbagi atas dua, yaitu media massa periodik (surat kabar, majalah, televisi, radio, dll) dan media massa nonperiodik (rapat, seminar, dll).26 Periodik berarti terbit secara teratur pada waktu – waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa nonperiodik dimaksudkan media massa yang bersifat sementara (eventual) tergantung pada peristiwa yang diselengggarakan. Setelah event selesai maka usailah penggunaannya. 26 Morissan Op. Cit, Hal 12-13 30 Media massa periodik terbagi atas dua jenis yaitu media massa elektronik dan media massa cetak. Media massa elektronik dapat dibagi lagi menjadi media massa penyiaran (televisi, radio) dan media massa non penyiaran (film, VCD, internet)27 Media massa periodik terdiri dari beberapa, yaitu: 1. Surat Kabar atau Majalah Majalah adalah gabungan uraian fakta dan atau pendapat yang dirangkai dalam satu wadah atau mata acara. 2. Radio Media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. 3. Televisi Adalah media komunikasi massa audiovisual, dengan sifat daya rangsang sangat tinggi, elektris, sangat mahal, daya jangkau besar dan penyampaian pesan lebih singkat. 4. Film Pertunjukkan cerita yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh –yang diperankan oleh pemain- yang 27 Ibid. 31 melibatkan konflik dan emosi. Film adalah salah satu yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Biasanya isi dari film adalah mengenai tentang cerita cinta, kekuasaan, dan uang dari si pemeran. 5. Komputer dan Internet Komputer adalah suatu mesin elektronik yang terprogram yang dapat menyimpan, mengambil, dan memproses data. Sedangkan internet adalah koleksi dari berbagai bagian yang bekerja seperti satu sistem. Internet terdiri dari banyak jaringan lokal, daerah, negara, dan internasional. 2.2.4 Karakteristik Media Massa Karakteristik media massa adalah sebagai berikut: 1. Publisitas Media massa diperuntukkan untuk umum, siapa saja dapat melihat, mendengar, dan mengakses. Tidak ada batasan dalam pengonsumsiannya. Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atau khalayak (Effendy,1981:98)28. 2. Universalitas Pada dasarnya media massa bersifat umum, dalam penyampaiannya materinya kepada khalayak yang menjadi audiencenya. Universalitas dalam hal ini 28 Karlinah, Siti., et.al., op.cit, hal 6.6-6.7 32 adalah merujuk pada kesemestaan isinya, aneka ragam dari seluruh dunia (Effendy, 1981:99)29. Dengan demikian pesan atau isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah –masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan dan lain – lain. 3. Aktualitas Laporan tercepat menunjuk pada “ke-kinian” atau “terbaru” dan “masih hangat”30. Kesesegaran waktu, ataupun sesuatu yang baru harus dimiliki oleh setiap media massa untuk disebarkan kepada khalayak. 2.3 Film Sebagai Media Massa 2.3.1 Pengertian Film Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukkan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) – yang diperankan oleh pemain (artis) –yang melibatkan konflik dan emosi.31 Dengan demikian program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya. Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun yang dimaksud film disini adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan – perusahaan film. 29 Ibid Ibid. 31 Morissan Op. Cit, Hal 216-219 30 33 Alan Landsburg salah seorang produser acara televisi paling sukses di Amerika menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap program drama yang disukai audiens yaitu: tema seks, uang dan kekuasaan (sex, money and power). Tiga tema tersebut merupakan daya tarik yang dapat mendorong audien mengikuti program drama atau komedi. Namun harus diperhatikan bahwa tema seks tidak harus diartikan secara vulgar. Vane-Gross menilai tema seks yang dimaksud Landsburg lebih tepat diterjemahkan sebagai cinta: seks harus dipahami dalam pengertian cinta secara luas dan upaya untuk mendapatkan perhatian orang lain. Hal ini harus diterapkan terhadap semua cerita sebagai suatu daya tarik karena sifatnya yang universal. Kisah – kisah mengenai pria atau wanita yang mendapatkan pria atau wanita idaman lain selain pasangannya sendiri selalu menarik perhatian audien yang menonton drama atau komedi. Kisah – kisah seperti ini merupakan daya tarik dalam setiap cerita drama atau komedi karena sifatnya yang universal. Keinginan untuk mendapatkan uang dan ketakutan atau kekhawatiran kehilangan penghasilan (uang) selalu menjadi pemikiran banyak audien setiap harinya. Keinginan untuk menjadi cepat kaya merupakan impian setiap orang dalam hidupnya. Kekuasaan menurut Henry Kissinger adalah the ulimate aphrodisiac yaitu zat perangsang yang paling mujarab. Orang akan berjuang, berbohong dan bahkan membunuh untuk mendapatkan kekuasaan. 34 2.3.2 Fungsi Film Fungsi film ada beberapa, yakni: 1. Sebagai alat penerangan Film memiliki fungsi sebagai alat penerangan, isi informasi yang disiarkan didalam materinya akan disampaikan kepada audience, dengan dasar sifatnya yang audiovisual. 2. Sebagai alat pendidikan Terkadang dapat memberikan contoh yang baik terhadap audiencenya memberikan gambaran – gambaran yang baik dalam penyiaran tertentu. 3. Sebagai alat hiburan Banyak audience yang merelaksasikan pikirannya kepada film, karena sifat programnya yaitu menghibur. Seperti halnya televisi siaran, khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi sesungguhnya dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.32 2.3.3 Karakteristik Film Faktor – faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah:33 1. Layar yang luas Film dan televisi sama – sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran besar. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya melihat adegan – adegan yang disajikan dalam film. 32 33 Karlinah, Siti., et.al. Komunikasi Massa, Op.Cit. halaman 7.24-7.26 Ibid. 35 2. Teknik pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka teknik pengambilan gambar atau shot – shot dalam film bioskop memungkinkan dilaksanakan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. 3. Konsentrasi penuh Penonton dapat berkonsentrasi penuh karena ruangan yang terbebas dari hiruk pikuk. 4. Identifikasi psikologis Pengaruh film terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya sewaktu atau selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, seperti peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut. 2.3.4 Jenis – jenis Film Film dapat dikelompokkan pada beberapa jenis yaitu:34 1. Film Cerita Film cerita (story film) adalah jenis yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung – gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan (Effendy, 1981:195). Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik. Sejarah dapat diangkat 34 Ibid. 36 menjadi film cerita yang mengandung informasi akurat, sekaligus contoh teladan perjuangan para pahlawan atau untuk memotivasi penonton. 2. Film Berita Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar – benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value) (Effendy, 1981:196). Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu, seperti perang, kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, biasanya merupakan film berita yang dihasilkan kurang baik. 3. Film Dokumenter Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality) (Effendy, 1981:198). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai suatu kenyataan. 4. Film Kartun Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak – anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar kita akan tertawa karena kelucuan – kelucuan dari para tokoh pemainnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonnya karena penderitaan tokohnya. 37 2.3.5 Unsur – unsur Film 1. Sutradara Sutradara memiliki tanggung jawab meliputi aspek-aspek kreatif dan teknis dari sebuah produksi film. Sutradara juga harus mampu membuat film dengan wawasan serta keartistikan untuk mengontrol film dari awal produksi hingga tahap penyelesaian. 2. Penulis Skenario Skenario ibarat kerangka tubuh manusia. Skenario film harus disampaikan dalam deskripsi visual dan harus mengandung ritme adegan beserta dialog yang sesuai dengan tuntutan sebuah film. 3. Penata Fotografi Penata fotografi atau juru kamera bekerja sama dengan sutradara untuk menentukan shot, jenis lensa, dan membuat komposisi gambar. Juga bertanggung jawab memeriksa hasil syuting agar hasil yang didapatkan bagus. 4. Penyunting Editor bertugas untuk menyusun hasil gambar hingga membuat cerita yang sempurna sesuai skenario. 5. Penata Artistik Tata artistik adalah segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film atau yang disebut dengan setting. Setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film. Penata artistik bertugas menerjemahkan konsep visual sutradara. Penata artistik disertai oleh tim kerja yang terdiri dari piñata kostum, bagian make-up, dan jika diperlukan tenaga pembuat efek khusus. 38 6. Penata Suara Penata suara dalam media audio visual dalam film akan membuat film menjadi lebih hidup. 7. Penata Musik Fungsi musik adalah membuat kerangka adegan, menunjukkan suasana batin tokoh, mengiringi adegan dengan ritme yang tepat dan menegaskan karakter lewat musik. 8. Pemeran Akting film diartikan sebagai kemampuan berlaku sebagai orang lain. Seorang pemain harus memiliki kecerdasan untuk menguasai diri dan melakukan pengamatan serta latihan sebelum pelaksanaan syuting. 2.3.6 Narasi Film Narasi berfungsi untuk penghubung antara satu informasi ke informasi lainnya. Ini biasa digunakan dalam film – film dokumenter, dan dibaca oleh seseorang yang disebut narrator atau pengisi suara. 2.3.7 Dialog Adalah Percakapan yang muncul dalam adegan. Dialog adalah unsur yang paling efektif dalam menyampaikan informasi dibanding semua unsur suara lainnya. 39 2.3.8 Setting Setting atau latar dalam film dapat berarti lokasi peristiwa yang dilukiskan tempat terjadinya adegan-adegan yang dilakoni para tokoh. Latar memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Setting meliputi tempat, latar belakang, waktu dan peristiwa (sejarah misalnya). Setting memberikan suatu gambaran terhadap apa yang ditulis oleh penulis skenario. 2.3.9 Gambar Gambar digunakan untuk memberikan nilai artistik, dimana film dapat menggunakan extreme long shot, dan panoramic shot karena layar pada film ini lebih luas daripada televisi. Dengan adanya gambar sebuah film akan terasa lebih menarik. 2.3.10 Suara (Sound) Karena ini termasuk dalam media audio-visual maka suara merupakan salah satu tokoh utama yang memperkuat adanya film tersebut. Suara ini termasuk dalam dialog dan musik. Dialog ini pasti dilakukan dengan menggunakan suara, sedangkan musik ini digunakan agar suasana yang diinginkan oleh sutradara agar dapat tercipta. 2.3.11 Wardrobe Adalah berbagai aksesori pendukung kostum bagi peran – peran tertentu. Ketika pertama kali muncul dalam pandangan seseorang, ia akan langsung mebuat 40 penilaian terhadap apa yang dikenakan pemeran. Guna dari kostum ini adalah memperkuat karakter yang dibawakan oleh aktris atau aktor. 2.4 Film Drama Film drama merupakan film yang bertemakan drama, yaitu sebuah cerita yang mengisahkan tokoh dari pemeran – pemerannya. Film ini biasa mengisahkan tentang tiga hal yaitu cinta, uang dan kekuasaan. Film ini merupakan sebuah perwujudan dari sutradara dan penulis cerita. Film dengan jenis ini adalah film yang paling lama dari pada jenis – jenis film yang lain. Film drama jadi menarik karena memiliki unsur hiburan yang sangat kental, dan biasanya lebih ringan daripada jenis – jenis film lainnya. Film ini banyak mengandung konflik dan emosi. Pada awalnya film drama ini dibuat untuk layar lebar, namun belakangan ini film drama sudah dapat dikonsumsi distasiun – stasiun televisi. Meskipun dalam penayangannya sedikit terlambat dari bioskop. Pada film drama ini biasanya dibuat menurut hasil imajinasi para penulis filmnya. Dan terkadang membutuhkan sebuah kreativitas yang tinggi dalam membuat film ini. Karena sifatnya yang lebih ringan maka audiencenya biasa pada target pasar remaja. Dalam pembuatannya terkadang film drama ini diinspirasi dari kisah nyata. Namun hanya pengemasaanya saja yang dipercantik oleh sutradara. Karena sifatnya inspirasi maka ide film drama bisa datang dari kisah nyata dari sang penulis maupun sekitarnya. 41 Film “Pretty Woman” merupakan film drama yang paling terkenal, semenjak itu banyak sineas – sineas bermunculan untuk berlomba – lomba membuat film drama. Film ini berceritakan tentang seorang milioner yang menyewa pelacur untuk menemaninya saat pesta. Semua fasilitas mewah diterima sang pelacur, namun ia tidak pernah disentuh sedikit pun oleh millioner itu. Lambat laun mereka semakin dekat dan jatuh cinta. Jenis – jenis seperti yang selalu menjadi incaran sutradara film untuk membuat sebuah karya. Namun saat ini film drama tidak hanya melihat dari segi cintanya saja. Sudah banyak pula film yang bermunculan dengan jenis drama namun mengusung tema sejarah. Seperti contoh sebuah drama “Great Queen Seon Deok” dari korea. Sangat kental sekali sejarah dari bangsanya yang diperlihatkan disini. Bercerita tentang perjuangan seorang ratu pertama di korea, dan kisah cintanya. Film – film saat ini bukan hanya berfungsi sebagai hiburan namun juga sebagai media penyampaian budaya bangsa tertentu. 2.5 Nilai – nilai Budaya 2.5.1 Pengertian Nilai Nilai – nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap perusahaan mempunyai nilai – nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai tujuan/misi organisasi.35 35 Tika, Pabundu H. Moh., Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Hal 16 42 Kajian ilmu budaya adalah nilai – nilai dasar manusia. Oleh karena itu, dalam proses pengkajiannya, permasalahan nilai tersebut perlu terlebih dahulu dimengerti dan dipahami. Beberapa pendapat menurut para ahlinya36: Pepper (1958 : 7 ) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Perry (1954) mengatakan bahwa nilai adalah segala yang menarik bagi manusia sebagai subjek. Kohler (1938) mengatakan bahwa manusia tidak berbeda di dunia ini; semua tidak dapat berhenti hanya dengan sebuah pandangan (maksud) faktual dari pengalaman yang berlaku. Klockhon (1951 : 399) mengatakan bahwa definisi nilai yang diterima sebagai konsep yang diinginkan dalam literatur ilmu sosial adalah hasil pengaruh seleksi perilaku. Batasan nilai yang sempit adalah adanya suatu perbedaan penyusunan antara apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan dengan apa yang seharusnya dibutuhkan; nilai – nilai tersusun secara hierarkis dan mengatur rangsangan kepuasan hati dalam mencapai tujuan kepribadiannya. Nilai – nilai ini sangat luas, dapat ditemukan pada berbagai perilaku yang terpilih dalam berbagai kehidupan yang luas di alam semesta ini (Robin M. Williams, 1972). Pada pembicaraan nilai ini akan dibahas mengenai37: 1. Konsep Nilai 36 37 Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Ketiga, Op.Cit. Hal 19-25 Ibid. 43 Batasan nilai dapat mengacu kepada berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, atraksi (daya tarik), dan hal – hal lain yang berhubungan dengan perasaan orientasi seleksinya (Pepper, 1958 : 7). 2. Watak Nilai Nilai itu sendiri mempunyai dasar pembenaran atau sumber pandangan dari berbagai hal seperti metafisika, teologi, etika, estetika, dan logika. Mempertimbangkan nilai adalah kebiasaan sehari – hari bagi kebanyakan orang, serta dilakukan secara terus menerus. Mempertimbangkan untuk mengadakan pilihan tentang nilai adalah suatu keharusan. Dalam kehidupan manusia terpaksa mengadakan pilihan, mengukur benda dari segi yang lebih baik atau yang lebih jelek, dan memberikan formulasi tentang ukuran nilai. 3. Sistem Nilai Konsep sistem – sistem nilai budaya bermacam – macam, merupakan alternatif, yang menunjukkan bahwa macam – macam nilai dapat mngandung suatu model menyeluruh untuk deskripsi dan studi perbandingan. Sejumlah penulis telah mengemukakan batasan mengenai nilai – nilai. Spranger seperti dikutip oleh Gibson, Ivancevich dan Donnely (1991), mendefinisikan nilai – nilai sebagai “...constellation of likes, dislike, viewpoints, shoulds, inner inclination, rational and irrational judgements, prejudices, and association patterns thats determinea person’s view of the world” Menurut Spranger, nilai – nilai merupakan konstelasi senang, tidak senang, sudut pandang, 44 keharusan, kecenderungan dalam diri, penilaian rasional dan irasional prejudis (prasangka), dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang mengenai dunia38. Pemilihan nilai adalah mutlak perlu, sebab terdapat kelompok – kelompok nilai tertentu seperti agama, moral, estetika, intelek, ilmu, ekonomi, dan sebagainya. 2.5.2 Jenis – Jenis Nilai Jenis – jenis nilai, menurut intensitasnya39 1. Nilai – nilai tercernakan (internalized value) Merupakan suatu landasan bagi reaksi yang diberikan secara otomatis terhadap situasi – situasi tingkah laku eksistensi, sedangkan nilai – nilai tercernakan tidak dapat dipisahkan dari si individu, serta membentuk landasan bagi hati nuraninya. 2. Nilai – nilai yang dominan Artinya nilai – nilai yang lebih diutamakan daripada nilai – nilai lain. Fungsi nilai dominan ialah sebagai suatu latar belakang atau kerangka patokan bagi tingkah laku sehari – hari. Kriteria apakah suatu nilai itu dominan, ditentukan oleh hal – hal sebagai berikut: Luas – tidaknya ruang lingkup pengaruh nilai tersebut dalam aktivitas total dari sistem sosial. 38 Wirawan., Budaya dan Iklim Organisasi Teori Aplikasi dan Penelitian, Jakarta: Salemba Empat, 2007. Hal 44 39 Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Ketiga, Op.Cit. Hal 20 45 Lama – tidaknya pengaruh nilai itu dirasakan oleh kelompok masyarakat. Gigih – tidaknya (intensitas) nilai tersebut diperjuangkan atau dipertahankan. Prestise orang – orang yang menganut nilai, yaitu orang atau organisasi – organisasi yang dipasang sebagai pembawa nilai. 2.5.3 Hierarki Nilai Nilai yang dianut seseorang menempati salah satu diantara sejumlah nilai yang tersusun secara hierarkis sebagai berikut40 1. Tingkat pertama: Reaktif Pada tingkat ini, individu tidak menyadari dirinya sendiri dan orang lain sebagai makhluk yang berbudaya. 2. Tingkat kedua: Tribalistik Pada tingkatan ini, nilai – nilai individu dicirikan oleh tingkat ketergantungan yang tinggi. Mereka berpegang pada tradisi dan juga taat pada perintah. 3. Tingkat ketiga: Egosentris Tipe individu pada tingkatan ini lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri. 4. Tingkat keempat: Konformis Individu yang bersifat konformis cenderung memaksa orang lain untuk menerima nilai – nilai yang dianutnya. 5. Tingkat kelima: Manipulatif 40 Tika, Pabundu H. Moh., Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Op.Cit. Hal 38 46 Tipe individu pada tingkat ini ditandai oleh adanya upaya untuk memanipulasi segala sesuatu termasuk orang lain untuk kepentingan pencapaian tujuan pribadinya. 6. Tingkat keenam: Sosiosentrik Pada tingkatan ini individu cenderung berpendapat bahwa kerja sama dengan orang lain lebih baik daripada bekerja sendirian. 7. Tingkat ketujuh: Eksistensial Individu pada level ini memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap berbagai perbedaan nilai yang dianut orang lain. 2.5.4 Prinsip – prinsip Nilai Prinsip – prinsip untuk pemilihan nilai sebagai berikut41: 1. Nilai Intrinsik dan Ekstrinsik Maksud sesuatu yang berharga secara intrinsik, yaitu baik dari dalam dirinya sendiri, apabila dinilai untuk dirinya sendiri, dan bukan karena menghasilkan sesuatu yang lain. Sesuatu berharga secara ekstrinsik, yaitu baik karena sesuatu hal dari luar, jika sesuatu itu merupakan sarana untuk aktivitas mempunyai nilai ekstrinsik. 2. Nilai – nilai yang produktif dan secara relatif bersifat permanen didahulukan daripada nilai yang kurang produktif dan kurang permanen. Beberapa nilai, seperti nilai ekonomi, akan habis dalam aktivitas kehidupan, sedangkan nilai seperti persahabatan akan bertambah jika dipergunakan untuk 41 Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Ketiga, Op.Cit. Hal 23 47 membagi nilai akal dan jiwa bersama orang lain, tidak mengurangi nilai – nilai tersebut bagi kita. 2.5.5 Pengertian Budaya Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat.42 Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya juga merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat – sifat perilaku dipelajari yang juga ada pada anggota – anggota dalam suatu kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga – lembaga dan artefak – artefak mereka43. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek – objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi – kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. 42 Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat., Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang – orang Berbeda Budaya, Op.Cit. Hal 18 43 Ibid. 56 48 Kebudayaan merupakan “kumpulan pola – pola kehidupan” yang dipelajari oleh sekelompok manusia tertentu dari generasi – generasi sebelumnya dan akan di teruskan kepada generasi yang akan mendatang.44 Budaya adalah produksi dan sirkulasi dari rasa, makna, dan kesadaran. Ranah makna yang menyatukan ranah produksi (ekonomi) dan hubungan sosial (politik). Dengan kata lain, budaya adalah ranah reproduksi bukan atas benda – benda (material) tetapi atas hidup.45 Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita tidak kita sadari. Budaya menampakkan diri dalam pola – pola bahasa dan dalam bentuk – bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model – model bagi tindakan – tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang – orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Budaya juga berkenaan dengan sifat – sifat dari objek – objek materi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari – hari. Objek – objek seperti rumah, alat dan mesin yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis – jenis transportasi, dan alat – alat perang, menyediakan suatu landasan utama bagi kehidupan sosial. Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sanskerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), 44 Daryanto., Ilmu Komunikasi, Bandung: Satu Nusa, 2011. Hal 89 Hartely, Jhon., Communication, Cultural, and Media Studies –Konsep Kunci, Yogyakarta:Jalasutra, 2010. Hal 29 45 49 sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia46. R. Linton dalam buku ”The Cultural Background of Personality”, menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur – unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu47. Maka dapat disimpulkan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. 2.5.6 Unsur – Unsur Kebudayaan Menurut Kluchohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan yaitu:48 1. Sistem Religi dan Upacara Keagamaan Merupakan produk manusia sebagai homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuasaan lain yang Mahabesar (supranatural) yang dapat “menghitamputihkan” kehidupannya. 2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Dalam masyarakat tradisional, sistem gotong royong seperti yang terdapat di Indonesia merupakan contoh yang khas. 46 Widyosiswoyo, Supartono., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Revisi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996. Hal 33 Widagdho, Djoko., Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Hal 20 48 Supartono. W., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Revisi 2004, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Hal 33 47 50 3. Sistem Pengetahuan Merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. 4. Sistem Mata Pencaharian Hidup Yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadi tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat. 5. Sistem Teknologi dan Peralatan Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. 6. Bahasa Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk bahasa lisan, yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan. 7. Kesenian Merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. 51 2.5.7 Karakteristik – Karakteristik Budaya Beberapa karakteristik budaya, yaitu:49 1. Komunikasi dan Bahasa Sistem komunikasi, verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Sejumlah bangsa memiliki lima belas atau lebih bahasa utama (dalam suatu kelompok bahasa terdapat dialek, aksen, logat, jargon, dan ragam lainnya). Lebih jauh lagi, makna – makna yang diberikan kepada gerak – gerik, misalnya, sering berbeda secara kultural. Meskipun bahasa tubuh mungkin universal, perwujudannya berbeda secara lokal. 2. Pakaian dan Penampilan Ini meliputi pakaian dan dandanan (perhiasan) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural. Dalam subkultur militer, adat istiadat dan peraturan – peraturan menentukan pakaian harian, panjang rambut, perlengkapan yang dipakai, dan sebagainya. 3. Makanan dan Kebiasaan Makan Cara memilih, menyiapkan dan memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. 4. Waktu dan Kesadaran Akan Waktu Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu. 5. Penghargaan dan Pengakuan 49 Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat., Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang – orang Berbeda Budaya, Op.Cit. hal 58 52 Suatu cara lain untuk suatu badaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perubahan – perubahan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk – bentuk lain penyelesaian tugas. 6. Hubungan – Hubungan Budaya juga mengatur hubungan – hubungan manusia dan hubungan – hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan. 7. Nilai dan Norma Sistem kebutuhan bervasiasi pula, sebagaimana prioritas – prioritas yang melekat pada perilaku tertentu dalam kelompok. 2. Rasa Diri dan Ruang Kenyamanan yang orang miliki dengan dirinya dapat diekspresikan secara berbeda oleh budaya. 3. Proses Mental dan Belajar Beberapa budaya menekankan aspek pengembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan – perbedaan yang mencolok dalam cara orang – orang berpikir dan belajar. 4. Kepercayaan dan Sikap Barangkali klasifikasi yang paling sulit adalah memastikan tema – tema kepercayaan utama sekelompok orang, dan bagaimana faktor ini serta faktor – faktor lainnya mempengaruhi sikap – sipak mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang – orang lain, dan apa yang terjadi dalam dunia mereka. 53 2.5.8 Model – Model Kebudayaan Van Peursen mengusulkan tiga bentuk model atau peta untuk memahami kebudayaan, yakni:50 1. Mitis Sederhananya, tahap mitis ini ialah situasi dimana manusia merasa dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan gaib disekitarnya, yakni kekuasaan dewa – dewi dalam raya atau kekuasaan kesuburan, yang tampak dalam mitologi – mitologi bangsa awal. 2. Ontologis Pada tahap ontologis, manusia bersikap tak lagi teliti oleh daya – daya mitis. Ia secara bebas ingin mengetahui segala ihwal dengan berdistansi dari realitas. 3. Fungsional Pada tahap ini, pemikiran fungsional adalah tahap dimana manusia mengstruksi kembali relasinya dengan dunia yang sudah dipahaminya. Tahap fungsional sangat relevan bagi kita untuk memahami pergeseran dan gejolak perubahan kebudayaan kiwari, dimana berbagai kepastian dasar dan kenyamanan yang dulu menopang kita, kini digugat, dibongkar, bahkan dilenyapkan. 2.5.9 Faktor – Faktor Kebudayaan Menurut Dr. H. Th. Fischer dalam bukunya pengantar antropologi (halaman 17-29) ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebudayaan dan secara garis besar disebut berikut:51 50 51 Simon, Fransiskus., Kebudayaan dan Waktu Senggang, Yogyakarta: Jalasutra, 2008. Hal 41-47 Supartono. W., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Revisi 2004, Op.Cit. hal 32 54 1. Faktor kitaran geografis (lingkungan hidup, geografisch milleu) Faktor kitaran geografis merupakan suatu corak budaya sekelompok masyarakat. Dengan kata lain, faktor kitaran geografis merupakan determinisme yang berperan besar dalam pembentukan suatu kebudayaan. 2. Faktor induk bangsa Ada dua pandangan yang berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan barat dan pandangan timur. Pandangan barat berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaruh terhadap corak suatu kebudayaan. Namun, pandangan timur berpendapat bahwa peranan induk bangsa bukanlah sebagai faktor yang mempengaruhi kebudayaan. 3. Faktor saling kontak antarbangsa Hubungan antarbangsa yang makin mudah akibat sarana perhubungan yang makin sempurna menyebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangsa lain. Akibat adanya hubungan antarbangsa ini, dapat atau tidaknya suatu bangsa mempertahankan kebudayaannya tergantung dari pengaruh kebudayaan asing, jika lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan. 2.5.10 Sifat – Sifat Kebudayaan Terdiri dari tujuh sifat kebudayaan, diantaranya adalah:52 1. Kebudayaan beraneka ragam 52 Supartono. W., op.cit. hal 39-40 55 Keanekaragaman kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena manusia tidak memiliki struktur anatomi secara khusus pada tubuhnya sehingga harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 2. Kebudayaan dapat diteruskan secara sosial dengan pelajaran Penerusan kebudayaan dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal. Penerusan horizontal apabila dilakukan terhadap satu generasi dan biasanya secara lisan, sedangkan penerusan vertikal dilakukan antargenerasi dengan jalan melalui tulisan (literer). 3. Kebudayaan dijabarkan dalam komponen – komponen biologi, psikologi, dan sosiologi Biologi, psikologi, dan sosiologi merupakan tiga komponen yang membentuk pribadi manusia. 4. Kebudayaan mempunyai struktur Cultural universal yang telah dikemukakan, unsur – unsurnya dapat dibagi dalam bagian – bagian yang kecil yang disebut traits complex, lalu terbagi lagi dalam traits, dan terbagi lagi dalam items. 5. Kebudayaan mempunyai nilai Nilai kebudayaan (culture value) adalah relatif, bergantung pada siapa yang memberikan nilai, dan alat pengukur apa yang dipergunakan. 6. Kebudayaan mempunyai sifat statis dan dinamis Kebudayaan dan masyarakat sebenarnya tidak mungkin statis 100% sebab jika hal itu terjadi sebaiknya dikatakan mati saja. 7. Kebudayaan dapat dibagi dalam bermacam – macam bidang atau aspek 56 Ada kebudayaan yang sifatnya rohani dan ada yang sifatnya kebendaan (spiritual and material culture), ada kebudayaan darat dan ada kebudayaan maritim (terra and aqua culture), dan ada kebudayaan menurut daerah (kebudayaan suatu suku bangsa atau subsuku-bangsa). 2.5.11 Istilah – Istilah Budaya Istilah – istilah yang dapat membantu orang awam untuk memahami pentingnya fenomena ini:53 1. Pola dan tema Mencari secara tepat suatu pola pikiran dan perilaku dalam suatu budaya adalah sulit, maka para ilmuwan lain lebih suka mencari suatu tema surmatif. 2. Eksplisit dan implisit Beberapa aspek budaya tampak jelas (overt), sementara beberapa aspek lainnya tersembunyi (covert). 3. Subkultur atau mikrokultur Dalam suatu masyarakat yang lebih besar, kelompok, atau bangsa yang mempunyai budaya dominan yang sama, mungkin terdapat subkelompok – subkelompok yang memiliki ciri – ciri yang memisahkan dan membedakan mereka dari subkelompok – subkelompok lainnya. 4. Unsur – unsur universal dan keanekaragaman Terdapat generalisasi – generalisasi tentang semua budaya yang disebut unsur – unsur universal (universals): usia, dandanan tubuh, kalender, perkenalan, 53 Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat., op.cit. hal 66-70 57 pembagian kerja, pendidikan, etika, larangan – larangan makanan, aturan – aturan waris, bahasa, perkawinan, perkabungan, mitologi, sistem nomer, sanksi – sanksi hukum, hak – hak milik, kepercayaan kepada hal – hal yang gaib, perbedaan status, pembuatan dan perdagangan alat – alat, kunjungan, dan sebagainya. 5. Perilaku rasional/ irasional/ nonirasional Perilaku rasional dalam suatu budaya didasarkan atas apa yang dianggap kelompok masuk akal untuk mencapai tujuan – tujuannya. 6. Tradisi Ini merupakan suatu aspek budaya yang sangat penting yang dapat diekspresikan dalam kebiasaan – kebiasaan tak tertulis, pantangan – pantangan dan sanksi – sanksi. 7. Keunikan budaya Untuk memahami perbedaan – perbedaan budaya lebih efektif, maka langkah pertama dalam proses ini adalah meningkatkan kesadaran budaya secara umum. 2.5.12 Jenis – Jenis Nilai Budaya Terdiri dari dua nilai budaya, yaitu:54 1. Nilai budaya barat Barat dalam pikirannya cenderung menekankan dunia objektif daripada rasa sehingga hasil pola pemikiran demikian membuahkan sains dan teknologi. Barat dalam cara berfikir dan hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material dan hidup 54 Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Edisi Ketiga, Bandung: Erecso, 1992. Hal 34-38 58 sehingga tidak cocok dengan cara berfikir untuk meninjau makna dunia dan makna hidup. 2. Nilai budaya timur Nilai budaya timur pada intinya banyak bersumber dari agama – agama yang lahir di dunia timur. Pada umumnya manusia – manusia timur menghayati hidup yang meliputi seluruh eksistensinya. 2.5.13 Nilai Budaya Sistem nilai budaya dalam masyarakat di manapun didunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan, yaitu:55 1. Hakikat hidup manusia Hakikat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem, ada yang berusaha untuk memadamkan hidup (nirvana = meniup habis), ada pula yang dengan pola – pola kelakuan tertentu mengangggap hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup”. 2. Hakikat karya manusia Setiap kebudayaan hakikatnya berbeda – beda, diantaranya ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hiup, karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi. 3. Hakikat waktu manusia 55 Ibid. 26 59 Hakikat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda, ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau yang akan datang. 4. Hakikat alam manusia Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksplorasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaaan yang beranggapan bahwa manusia harus harmonis dengan alam. 5. Hakikat hubungan manusia Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik secara horizontal (sesama) maupun secara vertikal (orientasi kepada tokoh – tokoh). 2.6 Budaya Korea Lebih dari 5000 tahun, kebudayaan Korea tak henti-hentinya mengalami pembentukan, perubahan, penggantian, dan mengembalikan kemajuan Semenanjung Korea dan keaslian yang baru. Identitas dari kebudayaan Korea berdasarkan karakter kebudayaan sosial, yang dipengaruhi banyak faktor seperti lokasi geografis, kesamaan penduduk dan pertukaran kebudayaan dengan penduduk lain. Karakteristik yang paling menonjol dari kebudayaan Korea kemungkinan adalah "Koreanisasi segala hal". Karakteristik rakyat Korea yang paling terkenal adalah bahasa asli mereka. Korea mempunyai sistem alphabet sendiri yaitu Han Geul . Karakteristik yang lainnya dapat dilihat dari pakaian tradisionalnya (Hanbok), makanan khasnya 60 (Hansik), dan Rumah adat Korea ( Hanok ). Oleh karena itu, identitas kebudayaan Korea dapat digambarkan dari seluruh kebudayaan kehidupan mereka. Lebih dari ribuan tahun yang lalu, disekitar wilayah pegunungan di bagian utara Korea, nenek moyang dari rakyat Korea hidup sebagai pengembara yang berburu, mengumpulkan makanan, dan hidup berpindah. Sebagian penduduk Korea mulai berdagang dengan Negara yang berdampingan. Budaya bercocok tanam menjadi pemikiran yang sangat berlaku di pertengahan bagian selatan Korea. Penduduk Korea memastikan diri mereka di semenanjung Korea dan budaya bercocok tanam menjadi identitas Korea. Seperti pertanian dan tradisi berpindah tempat membuat budaya berpakaian pria adalah memakai Jaket-Korea dan celana panjang, wanita mengenakan rok panjang dan Jaket Korea. Kenyatannya pakaian Korea adalah inti tradisi pakaian Korea yang menggambarkan identitas budaya Korea. Karena musim dingin di bagian utara Korea "On-dol". Bawah lantai Korea memanaskan sistem serupa untuk “system hypocaust”, yang ditemukan dan dibangun, terutama di wilayah tersebut dan sistem ini merupakan sistem yang unik. Tujuh puluh persen negara Korea adalah wilayah pegunungan, tiga bagian Negara yang dikelilingi lautan, lembah kecil, dataran rendah, dan pegunungan tinggi yang membentuk lahan pertanian. Di Korea terdapat 4 Musim dan curah hujan yang sedang yang baik untuk pertanian. Kondisi alami ini memungkinkan budaya bercocok tanam tumbuh dengan maju di semenanjung Korea semenjak abad 6 Setelah Masehi. 61 2.6.1 Karakteristik Kebudayaan Negara Korea 1. Bahasa Huruf Korea atau yang biasa disebut hangeul adalah huruf yang terdiri dari 10 huruf hidup dan 14 huruf mati yang dipadukan menjadi sebuah suku kata. Hangeul juga memiliki 5 huruf mati ganda dan 11 huruf hidup gabungan, untuk suku kata terdiri dari sedikitnya 2 dan maksimal 4 huruf. Dalam huruf hangeul tidak terdapat lambang sebagai salah satu syarat dalam penulisan kata atau kalimat, seperti halnya huruf kanji China.56 Sebelum huruf hangeul diciptakan, masyarakat Korea dalam kehidupan sehari – harinya berkomunikasi dengan bahasa China dan begitu juga dengan penulisan hurufnya yang menggunakan huruf kanji. Namun huruf China tersebut dirasa sangat sulit untuk dipahami dan dipelajari, bahkan penggunaannya didominasi oleh golongan masyarakat tertentu, khususnya kaum bangsawan.57 Huruf Korea diciptakan oleh Raja Sejong, raja keempat dalam Dinasti Choson (1393 – 1910) pada tahun 1443 dan dipublikasikan dalam (HunMinJongUm) pada tahun 1446. Oleh karena itu, huruf Korea pertama kali dikenal dengan nama (Hun-MinJongUm) yang secara harfiah berarti “Bunyi yang Tepat untuk Pendidikan Masyarakat”. Baru tahun 1913 huruf Korea dikenal (hangeul) ini pertama kali diperkenalkan oleh (Ju Si Gyong). Pada saat pertama kali diumumkan dalam HunMinJongUm) huruf Korea mempunyai 28 huruf, namun yang digunakan sekarang hanya 24.58 56 Widiyanti, Neni., Cepat Bisa! Bahasa Korea Satu Buku Belajar Sampai Bisa, op.cit. Hal 1 Ibid. Hal 1 58 Lestari, Sri Endah Setia., Bahasa Korea Sehari – Hari, Jakarta: Kesaint Blanc, 2010. Hal vi 57 62 2. Pakaian Beberapa pakaian tradisional Korea yang menjadi identitas bangsa Korea, yaitu:59 a. Hanbok (Pakaian sehari - hari) Hanbok merupakan pakaian tradisional masyarakat Korea yang sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan terus dipakai hingga sekarang. Pakaian wanita terdiri dari, sebuah “chogorl” (jaket pendek dengan dua pita panjang) dan sebuah “chima” (pakaian panjang hingga kaki dan lebar dibagian bawah). b. Hwarot (Pernikahan wanita) Hwarot adalah jenis hanbok, yaitu pakaian tradisional Korea, yang dikenakan oleh wanita – wanita dari lingkungan kerajaan untuk merayakan peristiwa tertentu dan juga dipakai oleh wanita dari rakyat biasa untuk upacara pernikahan tradisional Korea. Hwarot berkembang di zaman Dinasti Goryeo dan Joseon. Hwarot diadaptasi dari jangbaeja 長褙子, pakaian dari Dinasti Ming Tiongkok. c. Myeonbok (Pernikahan laki – laki) Myeonbok adalah pakaian tradisional Korea, yang dikenakan oleh pria pada saat menikah. Biasanya terdiri dari “chogorl” (jaket), sebuah “paji” (celana) dan “turumagi” (mantel). 59 Widiyanti, Neni., Cepat Bisa! Bahasa Korea Satu Buku Belajar Sampai Bisa, op.cit. Hal 77 63 3. Makanan dan Tradisi Makan Beberapa makanan dan tradisi makan dalam kebudayaan Korea, yaitu:60 a. Makanan 1. Surangsang (Semua hidangan) Surangsang adalah semua hidangan yang disediakan dimeja makan, hidangan ini akan disajikan hanya pada saat acara – acara tertentu seperti upacara pernikahan, tahun baru, hari budha dan sebagainya. 2. Kimch’i (Hidangan berbumbu dari bahan sayur – sayuran) Kimch’i adalah hidangan yang sangat diperlukan orang Korea pada segala musim. Akibatnya, para ibu rumah tangga Korea banyak menghabiskan waktu dan uang agar hidangan ini selalu tersedia setiap saat. Kimch’i dibuat dengan banyak ragam, sesuai dengan peredaran musim. Pada musim panas, kimch’i ‘yolmu sangat disukai orang, dan pada musim gugur, biasanya disajikan kimch’i ‘paech’u’. Pada bulan November dan Desember, yakin pada saat „Kimjang” atau persiapan untuk membuat kimch’i sebagai persediaan untuk musim dingin, dimulai. Setiap pasar tampak dipenuhi kubis dan lobak Cina yang menarik minat kaum ibu untuk menawarnya. 3. Pulgogi (Daging sapi berbumbu yang dipanggang pada bara) Hidangan daging sapi panggang barangkali merupakan makanan yang paling lezat diantara hidangan formal makan malam. Hidangan ini adalah daging sapi yang diiris tipis – tipis dengan bumbu saus kacang, bawang merah, bawang putih, minyak wijen, dan gula. Waktu menyuguhkan pulgogi, sebuah pot terbuat 60 Lee, Pong Kook, dan Chi Sik Ryu., Cara Praktis Berbahasa Korea,, op.cit. Hal 82-83 64 dari tanah berisi bara api ditaruh ditengah – tengah meja. Kemudian, sebuah wajan bundar berlubang – lubang yang terbuat dari kuningan ditaruh diatas pot api itu sebagai tempat memanggang pulgogi. 4. Darye (Kegiatan minum teh) Darye adalah bentuk upacara teh tradisional yang dipraktikkan di Korea. Darye adalah etika minum teh atau tatacara minum teh yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Korea sejak ribuan tahun lalu. Upacara teh korea selain dimaksudkan untuk menemukan ketenangan dan harmoni dalam cepat berubahnya masyarakat Korea, juga untuk meneruskan tradisi lama bangsa Korea. Rekaman sejarah pertama tentang upacara teh Korea mencatat tentang persembahan teh kepada arwah nenek moyang yang dilakukan tahun 661 M kepada mendiang Raja Suro, pendiri kerajaan Geumgwan Gaya (42 M – 562 M). Catatan sejarah dari Dinasti Goryeo (918 – 1392) menyebutkan bahwa persembahan teh dipraktikkan di vihara bagi mendiang biksu-biksu utama. Pada zaman Dinasti Joseon (1492 – 1910), keluarga istana Yi dan kaum bangsawan meminum teh dalam tatacara sederhana, yakni tatacara minum teh harian yang dinikmati pada hari-hari biasa, sementara tatacara teh khusus dijalankan untuk peristiwa-peristiwa tertentu. Istilah seperti ini hanya ditemukan di Korea. Di akhir periode Dinasti Joseon, rakyat biasa mulai menjalankan tatacara teh untuk hari biasa dan upacara persembahan, mengikuti tatacara teh Tionghoa dalam kitab tatacara Keluarga karya Zhu Xi. 65 Upacara teh Korea mengikuti perubahan musim dan memakai peralatan dari keramik dan metal yang beragam. Upacara keagamaan turut berperan penting. Perangkat yang umum dipakai adalah peralatan dari batu, sementara di provinsiprovinsi yang memiliki tungku keramik, lebih banyak menggunakan keramik. Terdapat 15 jenis upacara teh penting yang diselenggarakan, namun yang paling umum adalah: a. Tatacara teh harian – tatacara minum teh harian yang dikembangkan dari zaman Dinasti Joseon. b. Tatacara teh khusus – tatacara minum teh yang diadakan untuk menyambut tamu negara dan acara pernikahan anggota keluarga kerajaan. c. Tatacara teh ratu – acara minum teh yang hanya dinikmati ratu, keluarga dan teman-temannya 4. Visualisasi Nilai dan Norma a. Rasa Hormat Beberapa jenis membungkukkan badan dalam kebudayaan Korea:61 Chol cara membungkuk dalam memberi hormat orang Korea dapat digolongkan ke dalam tiga jenis: bungkukan ringan, bungkukan berat atau dalam, dan bungkukan tradisional. Bungkukkan ringan biasanya dilakukan dalam pergaulan sehari – hari diantara kaum pria, wanita dan anak – anak dijalan, dirumah atau di sekolah. Bungkukkan berat atau dalam jarang terlihat di kota – kota. Namun didaerah 61 Ibid. Hal 81-82 66 pinggiran, baik kaum pria maupun wanita, masih memberi hormat dengan cara membungkukkan badan yang lebih dalam atau lebih berat dari bungkukkan pertama yang ringan. Jenis bungkukkan ketiga adalah bungkukkan tradisional (chol) yang kini sudah tak lazim lagi dilakukan orang dalam memberikan penghormatan. Tetapi dalam suasana tertentu, misalnya dalam menyambut tibanya tahun baru, dalam upacara peringatan terhadap para leluhur dan dalam upacara pernikahan, orang Korea membungkukkan dengan gaya tradisional ini. b. Kegiatan Tradisi 1. Upacara pernikahan (Kunbere)62 Kunbere adalah istilah untuk upacara pernikahan menurut adat istiadat Korea. Pada pengantin perempuannya menggunakan hwarot dan untuk pengantin laki – lakinya menggunakan myeonbok. Kebiasaan yang selalu dilakukan dalam upacara ini adalah untuk mempelai pengantin pria membawakan sebuah burung perkutut untuk keluarga mempelai wanita. Ini sebagai simbol dari penukaran karena anak wanitanya akan dibawa oleh mempelai laki – laki nantinya. Didalam upacara ini diwajibkan untuk kedua mempelai memberikan salam untuk langit, leluhur, dan orang tua mereka. Dilakukan sebanyak tiga kali bungkukkan. Setelah upacara ini berlangsung jika orang tua merasa puas dengan calon menantunya, maka orang tua itu, terutama sekali dari pihak pengantin pria, pergi 62 Ibid. Hal 80 67 ke rumah juru ramal untuk menanyakan apakah kedua calon mempelai itu kelak akan menjadi pasangan yang baik menurut perhitungan jika dilihat dari masing – masing tanggal kelahiran mereka adat ini disebut dengan kunghap. 2. Upacara pemberian gelar Upacara ini biasanya untuk mengangkat gelar seseorang, upacara ini dilakukan pada saat Raja Sejong bertahta (1860-an) Dinasti Joseon. Raja sering kali mengangkat wanita – wanita pada kalangan bangsawan untuk menjadi selirnya. 3. Memanah Kegiatan ini sudah ada sejak zaman Dinasti Kerajaan Gojoseon pada tahun 2333 SM. Ini menjadi sebuah kegiatan olah raga pada zaman itu, para hwarang kerajaan – kerajaan diharuskan untuk mempelajari seni ini untuk berperang maupun untuk kegiatan lainnya. 4. Baca sajak Sebenarnya kegiatan ini biasa dilakukan pada saat upacara kegiatan minum teh, zaman dahulu para anggota kerajaan biasa menggunakan sajak untuk mengungkapkan pendapat kepada Ratu maupun Raja, yang biasa dilakukan dalam kegiatan upacara minum teh bersama Ratu. 5. Menulis Hangeul (huruf Korea) dengan kuas Huruf hangeul yang diciptakan oleh Raja Sejong memiliki beberapa kata, para bangsawan biasanya berlatih menulis dalam sekolah – sekolah yang diperuntukkan bagi para bangsawan. Bukan hanya itu saja para bangsawan juga 68 mempelajari tentang puisi – puisi lama yang ditulis oleh para cendekiawan, para siswa ini biasanya disuruh untuk membaca dan menghafalkannya. 5. Suara (sound) Beberapa musik kebudayaan tradisional Korea, yaitu:63 a. Pansori (choir tradisional Korea) Pansori adalah jenis musik tradisional Korea. Pansori dibentuk oleh seorang penyanyi (sorikkun) dan seorang penabuh gendang buk (gosu). Pansori berasal dari kata pan yang berarti tempat orang-orang berkumpul dan sori yang berarti musik. Pansori yang mulai berkembang sejak abad 19 di Korea berisikan ceritacerita cinta, candaan, serta sindiran. Pansori yang bisa dimainkan sampai berjamjam (sampai 4 jam) dinamakan pansori Madang. Hanya 5 jenis dari 12 jenis pansori saat ini yang merupakan pansori madang. Seperti: Heungbuga, Simcheongga, Chunhyangga, Jeokbyeokga dan Sugungga. Penyanyi pansori biasanya memakai kipas untuk menambahkan variasi gerakan dan juga untuk menandakan perubahan lakon yang akan dimainkan. Gosu yang merupakan penabuh gendang juga mengeluarkan suara unik yang disebut chuimsae (추임새). 63 Ibid. Hal 85 69 b. Jeongak (perkusi Korea) Musik istana, Jeongak, pada zaman dahulu dipentaskan oleh masyarakat kelas atas. Jeongak dimainkan dengan sangat lambat, dengan hanya satu ketukan dalam setiap 3 detik. Ketukan ini diselaraskan dengan kecepatan nafas, sehingga berasa statis (monoton). Alat musik yang digunakan dalam pementasan Jeongak dibuat dari bahan alam, sehingga suaranya lembut dan tenang. Hampir semua alat musik tiup dibuat dari bambu, sedangkan alat musik petik memiliki senar yang dibuat dari sutra. Jeongak ini biasanya dipentaskan pada acara – acara tertentu, seperti acara ulang tahun Ratu, atau Raja. Kemudian pernikahan para anggota kerajaan, ataupun saat menyambut tamu. Biasanya musik ini dipadukan oleh tarian.