BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS NOMOR : 21 SERI : E PERATURAN BUPATI NIAS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DI KABUPATEN NIAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NIAS, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan kemandirian daerah; b. bahwa sebagai implementasi dari Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 11 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha, perlu disusun petunjuk teknis pelaksanaan pemungutan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah di Kabupaten Nias; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Bupati Nias tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah di Kabupaten Nias; Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 3 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015); 11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 4 12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3102); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3253); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4230); 5 17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); 6 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 22. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Penerimaan Pendapatan Lain-Lain; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Nias (Lembaran Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008 Nomor 12 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Nias Nomor 13); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias (Lembaran Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008 Nomor 6 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Nias Nomor 7); 7 25. Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Kabupaten Nias (Lembaran Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008 Nomor 7 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Nias Nomor 8); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 7 Tahun 2011 tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Nias Tahun 2011 Nomor 7 Seri E); 27. Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 11 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Nias Tahun 2011 Nomor 11 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Nias Tahun 2011 Nomor 11); 8 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI NIAS TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DI KABUPATEN NIAS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Nias. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Bupati adalah Bupati Nias. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kabupaten Nias. Kepala Dinas Pendapatan adalah Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten Nias. Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias. Dinas Pertanian adalah Dinas Pertanian Kabupaten Nias. Kepala Dinas Pertanian adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nias. 9 10. Bendahara Penerimaan adalah Bendahara Penerimaan 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. pada Dinas Pertanian Kabupaten Nias dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersil karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Retribusi Penjualan Produksi Daerah yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas penjualan hasil produksi usaha daerah, yang meliputi benih dan/atau bibit ternak hewan, ikan serta tanaman pangan dan holtikultura. Ternak besar dalam hal ini adalah ternak sapi perah. Ternak kecil adalah ternak domba, kambing dan babi. Bibit sapi perah adalah bibit sapi perah yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan. 10 18. Sapi perah culling adalah sapi perah yang tidak 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. produktif dan tidak menghasilkan anak. Jantan bakalan adalah sapi jantan yang akan dipelihara sebagai pejantan atau sebagai bakal pembesaran dan atau penggemukan. Susu adalah susu segar dihasilkan dari induk yang dipelihara di unit usaha dan pelayanan milik pemerintah daerah. Bibit domba, kambing dan babi adalah bibit domba, kambing dan babi yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakan. Domba, kambing dan babi yang tidak produktif adalah domba, kambing dan babi yang sudah tidak produktif lagi menghasilkan bibit domba, kambing dan babi dan dapat diperjualbelikan sebagai domba, kambing dan babi potong. Sapi tidak produktif adalah sapi perah betina yang telah berumur di atas 8 (delapan) atau telah 5 (lima) kali beranak, dan sapi perah betina yang tidak menghasilkan susu dan atau anak karena gangguan reproduksi maupun fisiologi. Benih ikan adalah benih ikan berkualitas yang telah melalui tahapan cara pembenihan ikan yang baik dan benar. Calon induk ikan adalah ikan hasil seleksi yang disiapkan untuk induk ikan yang telah melalui tahapan yang baik dan benar. Induk ikan yang tidak produktif adalah induk ikan yang telah melalui 7 (tujuh) kali pembenihan atau usia awal reproduksi 2 tahun dan dapat diperjualbelikan. 11 27. Harga pasar bibit sapi perah adalah harga rata-rata 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. yang diterima peternak dan pasar hewan di daerah. Harga pasar sapi potong adalah harga rata-rata sapi potong sesuai dengan berat badan yang diterima peternak yang berlaku di pasar hewan di daerah. Harga pasar bibit domba, kambing dan babi adalah harga rata-rata yang diterima peternak domba, kambing dan babi yang berlaku di pasar hewan di daerah. Harga pasar domba, kambing dan babi potong adalah harga rata-rata domba, kambing dan babi potong sesuai dengan berat badan yang diterima peternak yang berlaku di pasar hewan di daerah. Harga susu sapi adalah harga susu sapi murni yang diterima di koperasi wilayah masing-masing di di daerah. Harga pasar benih ikan adalah harga rata-rata benih ikan sesuai dengan jenisnya yang berlaku pada Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan pasar ikan di daerah. Harga pasar calon induk ikan adalah harga rata-rata calon induk ikan sesuai dengan jenisnya yang berlaku pada Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan pasar ikan di daerah. Paket calon induk ikan nila terdiri dari 100 ekor induk jantan dan 300 ekor induk betina. Paket calon induk ikan lele terdiri dari 5 ekor induk jantan dan 10 ekor induk betina. Harga pasar induk ikan yang tidak produktif adalah harga rata-rata induk ikan yang tidak produktif sesuai dengan jenis dan berat yang berlaku di pasar ikan dan pasar umum di daerah. 12 37. Benih 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman. Mata tempel adalah tunas atau titik tumbuh tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman yang diambil dari bagian ranting atau cabang tanaman. Hortikultura adalah tanaman jenis buah-buahan, sayuran, rimpang atau obat-obatan dan tanaman hias. Benih Padi adalah benih tanaman padi dari berbagai varietas, baik unggul nasional maupun unggul lokal. Benih Dasar yang selanjutnya disingkat BD adalah keturunan pertama dari benih penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih dasar, benih ini diberi label berwarna putih. Benih Pokok yang selanjutnya disingkat BP adalah keturunan pertama dari Benih Dasar atau Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih pokok, benih ini diberi label berwarna ungu. Benih Sebar yang selanjutnya disingkat BR adalah keturunan pertama Benih Pokok, Benih Dasar atau Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih sebar, benih ini diberi label berwarna biru. Blok Penggandaan Mata Tempel yang selanjutnya disingkat dengan BPMT adalah tempat yang ditetapkan sebagai lahan pertanaman pohon induk tanaman buah yang merupakan hasil perbanyakan yang bahannya berasal dari pertanaman Blok Fondasi, benih ini diberi label berwarna ungu. Peratanaman pohon induk pada BPMT ini ditanam dalam Screen. 13 45. House 46. 47. 48. 49. 50. (Rumah Kasa) dan merupakan sumber penghasil mata tempel/entris atau bahan sambung untuk perbanyakan berikutnya. Blok Fondasi yang selanjutnya disingkat BF adalah tempat yang ditetapkan sebahai lahan pertanaman pohon induk tanaman buah yang merupakan hasil perbanyakan yang bahannya berasal dari pertanaman Pohon Induk Terpilih (PIT) dan/atau Pohon Induk Pemulia (PIP), benih ini diberi label berwarna putih. Pertanaman pohon induk pada BF ini ditanam dalam Screen House (Rumah Kasa) dan merupakan sumber penghasil mata tempel/entries atau bahan sambung untuk perbanyakan berikutnya. Unit Produksi Benih Tanaman Hortikultura adalah sarana dan prasarana pengelolaan untuk memproduksi benih, mata tempel/entris tanaman hortikultura yang merupakan unit kerja di bawah dan tidak terpisahkan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Unit Produksi Benih Padi adalah sarana dan prasarana pengelolaan untuk memproduksi benih padi yang merupakan unit kerja di bawah dan tidak terpisahkan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RKUD adalah rekening kas umum pemerintah daerah pada PT. Bank Sumut Cabang Gunungsitoli dengan Nomor AC. 004. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 14 51. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya 52. 53. 54. 55. 56. dapat disingkat SKRD atau dokumen lain adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang. Petugas pengawas/pamantau lapangan bertugas untuk mengawasi pelaksanaan retribusi dan harus dibekali dengan kemampuan yang memadai dalam pelaksanaannya. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi Daerah. 15 BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Retribusi penjualan produksi usaha daerah dilakukan berdasarkan azas demokrasi ekonomi, keadilan, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan, keberlanjutan serta transparansi dan akuntabilitas yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pasal 3 Tujuan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah untuk mempertegas menjamin pelaksanaan kegiatan penjualan produksi usaha daerah sesuai dengan azas sebagaimana dimaksud pada Pasal 2. BAB III NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 4 Retribusi penjualan produksi usaha daerah dipungut sebagai pembayaran atas penjualan hasil produksi usaha daerah bidang peternakan, perikanan serta tanaman pangan dan holtikultura. Pasal 5 (1) Objek retribusi adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah daerah bidang peternakan, perikanan serta tanaman pangan dan holtikultura. (2) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk bidang peternakan, meliputi : a. bibit sapi perah betina dan jantan bakalan yang mempunyai sifat unggul; b. sapi perah yang tidak produktif; 16 c. susu sapi; d. bibit domba yang mempunyai sifat unggul; e. bibit kambing yang mempunyai sifat unggul; f. bibit babi yang mempunyai sifat unggul; g. domba yang sudah tidak produktif; h. kambing yang sudah tidak produktif; i. babi yang sudah tidak produktif. (3) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk bidang perikanan, meliputi : a. benih ikan yang berkualitas; b. calon induk ikan yang berkualitas; c. induk ikan yang sudah tidak produktif. (4) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk bidang tanaman pangan dan holtikultura, meliputi : a. benih terdiri dari : 1) benih dasar padi; 2) benih pokok padi; 3) benih sebar padi; 4) benih dasar jagung; 5) benih pokok jagung; 6) benih sebar jagung; 7) benih dasar kedelai; 8) benih pokok kedelai; 9) benih sebar kedelai; 10) benih dasar kacang tanah; 11) benih pokok kacang tanah; 12) benih sebar kacang tanah. 17 b. bibit terdiri dari : 1) bibit tanaman jeruk kelas BPMT; 2) bibit tanaman jeruk kelas BR; 3) bibit rambutan; 4) bibit mangga; 5) bibit kasturi; 6) bibit kueni. c. mata tempel terdiri dari : 1) mata tempel tanaman jeruk (blok fondasi); 2) mata tempel tanaman jeruk (blok penggandaan mata tempel). Pasal 6 Tidak termasuk objek retribusi adalah penjualan produksi yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Pasal 7 (1) Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa penjualan atau yang membeli hasil produksi usaha daerah. (2) Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi penjualan produksi usaha daerah. Pasal 8 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah digolongkan sebagai retribusi jasa usaha. 18 BAB IV STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 9 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan/atau jumlah bibit ternak, bibit atau benih ikan dan benih atau bibit atau mata tempel tanaman pangan dan holtikultura. Pasal 10 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif didasarkan atas tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. Pasal 11 (1) Struktur dan tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : a. Struktur besarnya tarif retribusi ditetapkan 20 % (dua puluh persen) dari harga dasar. b. Harga dasar dasar yang dimaksud adalah biaya per unit produksi usaha daerah. (2) Harga dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan secara periodik dengan Keputusan Bupati atas usul Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan untuk objek retribusi bidang perikanan, dan Kepala Dinas Pertanian untuk objek retribusi bidang peternakan serta tanaman pangan dan holtikultura. 19 BAB V TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN Pasal 12 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Nota Perhitungan. (4) Nota Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan oleh Kepala SKPD Pengelola atau Kepala Bidang yang dihunjuk oleh masing-masing Kepala SKPD Pengelola. (5) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar atas penghitungan kurang bayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. (6) Penagihan retribusi terhutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didahului Surat Teguran. (7) Apabila dalam kurun waktu 5 (lima) bulan setelah dikeluarkan STRD, Wajib Retribusi masih belum melunasi retribusi terutang kurang bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penerbitan izin usaha perikanan untuk Wajib Retribusi dapat ditinjau ulang atau dibatalkan. Pasal 13 (1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus (2) Besaran Retribusi yang tercantum dalam SKRD atau Nota Perhitungan, dibayar oleh Wajib Retribusi kepada Bendahara Penerimaan atau ke RKUD. 20 (3) Bendahara Penerimaan dalam waktu paling lama 1 X 24 jam telah menyetorkan retribusi ke RKUD. BAB VI TATACARA PENAGIHAN Pasal 14 (1) Retribusi yang berdasarkan SKRD, STRD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang bayar oleh Wajib Retribusi pada waktunya, dapat ditagih dengan Surat Paksa. (2) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat teguran/peringatan atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan. (3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis diterima, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang. (4) Surat teguran/peringatan atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, semua peraturan atau ketentuan mengenai petunjuk teknis pelaksanaan Pemungutan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah di Kabupaten Nias dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 21 Pasal 16 Peraturan Bupati diundangkan. ini mulai berlaku pada tanggal Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati Nias ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Nias. Ditetapkan di Gunungsitoli Selatan pada tanggal 24 April 2013 BUPATI NIAS, ttd SOKHIATULO LAOLI Diundangkan di Gunungsitoli Selatan pada tanggal 24 April 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NIAS, O’OZATULO NDRAHA BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS TAHUN 2013 22 NOMOR : 21 SERI : E