BERITA DAERAH 21 ttg PRODUKSI USAHA

advertisement
BERITA DAERAH
KABUPATEN NIAS
NOMOR : 21
SERI : E
PERATURAN BUPATI NIAS
NOMOR 21 TAHUN 2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
DI KABUPATEN NIAS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI NIAS,
Menimbang
: a. bahwa retribusi daerah merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah
yang
penting
guna
membiayai
pelaksanaan pemerintahan daerah
dalam
melaksanakan
pelayanan
kepada masyarakat serta mewujudkan
kemandirian daerah;
b. bahwa sebagai implementasi dari
Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Retribusi Jasa Usaha, perlu disusun
petunjuk
teknis
pelaksanaan
pemungutan
Retribusi
Penjualan
Produksi Usaha Daerah di Kabupaten
Nias;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b di atas, perlu menetapkan
Peraturan
Bupati
Nias
tentang
Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Pemungutan
Retribusi
Penjualan
Produksi Usaha Daerah di Kabupaten
Nias;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7
Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten
Dalam Lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1992
tentang
Sistem
Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3478);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3851);
2
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003
tentang
Keuangan
Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang
Perbendaharaan
Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4433), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun
2009
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan
Lembaran Negara Repulik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor
12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
3
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor
4438);
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009
tentang
Pelayanan
Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5038);
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2009
tentang
Peternakan
dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
84, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5015);
11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5049);
4
12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun
1977
tentang
Usaha
Peternakan
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor
11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3102);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun
1983
tentang
Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3253);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3258);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 54
Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4230);
5
17. Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun
2005
tentang
Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun
2007
tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah, Pemerintahan
Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan
Pajak
Daerah
dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5161);
6
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah
beberapa
kali
terakhir
dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
22. Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem
dan Prosedur Administrasi
Pajak
Daerah,
Retribusi
Daerah,
dan
Penerimaan Pendapatan Lain-Lain;
23. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang
menjadi
Kewenangan
Pemerintah
Daerah Kabupaten Nias (Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008
Nomor 12 Seri E, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Nomor 13);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor
6
Tahun
2008
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Daerah Kabupaten dan Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Nias (Lembaran Daerah
Kabupaten Nias Tahun 2008 Nomor 6
Seri D, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Nias Nomor 7);
7
25. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor
7
Tahun
2008
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas
Daerah Kabupaten Nias (Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008
Nomor 7 Seri D, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Nomor 8);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 7 Tahun 2011 tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Nias
Tahun 2011 Nomor 7 Seri E);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Retribusi Jasa Usaha (Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Tahun 2011
Nomor 11 Seri C, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Tahun 2011
Nomor 11);
8
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN BUPATI NIAS TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENJUALAN
PRODUKSI
USAHA
DAERAH
DI
KABUPATEN NIAS.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Nias.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
Bupati adalah Bupati Nias.
Dinas
Pendapatan
adalah
Dinas
Pendapatan
Kabupaten Nias.
Kepala Dinas Pendapatan adalah Kepala Dinas
Pendapatan Kabupaten Nias.
Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Nias.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias.
Dinas Pertanian adalah Dinas Pertanian Kabupaten
Nias.
Kepala Dinas Pertanian adalah Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten Nias.
9
10. Bendahara Penerimaan adalah Bendahara Penerimaan
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
pada Dinas Pertanian Kabupaten Nias dan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias.
Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di
bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi
Perseroan
Terbatas
(PT),
Perseroan
Komanditer (CV), Perseroan Lainnya, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dengan nama dalam bentuk apapun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk
usaha tetap dan bentuk badan lainnya.
Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut
prinsip komersil karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta.
Retribusi Penjualan Produksi Daerah yang selanjutnya
dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas
penjualan hasil produksi usaha daerah, yang meliputi
benih dan/atau bibit ternak hewan, ikan serta
tanaman pangan dan holtikultura.
Ternak besar dalam hal ini adalah ternak sapi perah.
Ternak kecil adalah ternak domba, kambing dan babi.
Bibit sapi perah adalah bibit sapi perah yang
mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta
memenuhi
persyaratan
tertentu
untuk
dikembangbiakkan.
10
18. Sapi perah culling adalah sapi perah yang tidak
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
produktif dan tidak menghasilkan anak.
Jantan bakalan adalah sapi jantan yang akan
dipelihara sebagai pejantan atau sebagai bakal
pembesaran dan atau penggemukan.
Susu adalah susu segar dihasilkan dari induk yang
dipelihara di unit usaha dan pelayanan milik
pemerintah daerah.
Bibit domba, kambing dan babi adalah bibit domba,
kambing dan babi yang mempunyai sifat unggul dan
mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu
untuk dikembangbiakan.
Domba, kambing dan babi yang tidak produktif adalah
domba, kambing dan babi yang sudah tidak produktif
lagi menghasilkan bibit domba, kambing dan babi dan
dapat diperjualbelikan sebagai domba, kambing dan
babi potong.
Sapi tidak produktif adalah sapi perah betina yang
telah berumur di atas 8 (delapan) atau telah 5 (lima)
kali beranak, dan sapi perah betina yang tidak
menghasilkan susu dan atau anak karena gangguan
reproduksi maupun fisiologi.
Benih ikan adalah benih ikan berkualitas yang telah
melalui tahapan cara pembenihan ikan yang baik dan
benar.
Calon induk ikan adalah ikan hasil seleksi yang
disiapkan untuk induk ikan yang telah melalui
tahapan yang baik dan benar.
Induk ikan yang tidak produktif adalah induk ikan
yang telah melalui 7 (tujuh) kali pembenihan atau usia
awal reproduksi 2 tahun dan dapat diperjualbelikan.
11
27. Harga pasar bibit sapi perah adalah harga rata-rata
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
yang diterima peternak dan pasar hewan di daerah.
Harga pasar sapi potong adalah harga rata-rata sapi
potong sesuai dengan berat badan yang diterima
peternak yang berlaku di pasar hewan di daerah.
Harga pasar bibit domba, kambing dan babi adalah
harga rata-rata yang diterima peternak domba,
kambing dan babi yang berlaku di pasar hewan di
daerah.
Harga pasar domba, kambing dan babi potong adalah
harga rata-rata domba, kambing dan babi potong
sesuai dengan berat badan yang diterima peternak
yang berlaku di pasar hewan di daerah.
Harga susu sapi adalah harga susu sapi murni yang
diterima di koperasi wilayah masing-masing di di
daerah.
Harga pasar benih ikan adalah harga rata-rata benih
ikan sesuai dengan jenisnya yang berlaku pada Unit
Pembenihan Rakyat (UPR) dan pasar ikan di daerah.
Harga pasar calon induk ikan adalah harga rata-rata
calon induk ikan sesuai dengan jenisnya yang berlaku
pada Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan pasar ikan di
daerah.
Paket calon induk ikan nila terdiri dari 100 ekor induk
jantan dan 300 ekor induk betina.
Paket calon induk ikan lele terdiri dari 5 ekor induk
jantan dan 10 ekor induk betina.
Harga pasar induk ikan yang tidak produktif adalah
harga rata-rata induk ikan yang tidak produktif sesuai
dengan jenis dan berat yang berlaku di pasar ikan dan
pasar umum di daerah.
12
37. Benih
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
tanaman yang selanjutnya disebut benih,
adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan
untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan
tanaman.
Mata tempel adalah tunas atau titik tumbuh tanaman
atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak
dan/atau mengembangbiakkan tanaman yang diambil
dari bagian ranting atau cabang tanaman.
Hortikultura adalah tanaman jenis buah-buahan,
sayuran, rimpang atau obat-obatan dan tanaman
hias.
Benih Padi adalah benih tanaman padi dari berbagai
varietas, baik unggul nasional maupun unggul lokal.
Benih Dasar yang selanjutnya disingkat BD adalah
keturunan pertama dari benih penjenis yang
memenuhi standar mutu kelas benih dasar, benih ini
diberi label berwarna putih.
Benih Pokok yang selanjutnya disingkat BP adalah
keturunan pertama dari Benih Dasar atau Benih
Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih
pokok, benih ini diberi label berwarna ungu.
Benih Sebar yang selanjutnya disingkat BR adalah
keturunan pertama Benih Pokok, Benih Dasar atau
Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas
benih sebar, benih ini diberi label berwarna biru.
Blok Penggandaan Mata Tempel yang selanjutnya
disingkat dengan BPMT adalah tempat yang
ditetapkan sebagai lahan pertanaman pohon induk
tanaman buah yang merupakan hasil perbanyakan
yang bahannya berasal dari pertanaman Blok Fondasi,
benih ini diberi label berwarna ungu. Peratanaman
pohon induk pada BPMT ini ditanam dalam Screen.
13
45. House
46.
47.
48.
49.
50.
(Rumah Kasa) dan merupakan sumber
penghasil mata tempel/entris atau bahan sambung
untuk perbanyakan berikutnya.
Blok Fondasi yang selanjutnya disingkat BF adalah
tempat yang ditetapkan sebahai lahan pertanaman
pohon induk tanaman buah yang merupakan hasil
perbanyakan yang bahannya berasal dari pertanaman
Pohon Induk Terpilih (PIT) dan/atau Pohon Induk
Pemulia (PIP), benih ini diberi label berwarna putih.
Pertanaman pohon induk pada BF ini ditanam dalam
Screen House (Rumah Kasa) dan merupakan sumber
penghasil mata tempel/entries atau bahan sambung
untuk perbanyakan berikutnya.
Unit Produksi Benih Tanaman Hortikultura adalah
sarana
dan
prasarana
pengelolaan
untuk
memproduksi benih, mata tempel/entris tanaman
hortikultura yang merupakan unit kerja di bawah dan
tidak terpisahkan dari Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura.
Unit Produksi Benih Padi adalah sarana dan
prasarana pengelolaan untuk memproduksi benih
padi yang merupakan unit kerja di bawah dan tidak
terpisahkan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura.
Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat RKUD adalah rekening kas umum
pemerintah daerah pada PT. Bank Sumut Cabang
Gunungsitoli dengan Nomor AC. 004.
Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
menurut Peraturan Perundang-undangan retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.
14
51. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya
52.
53.
54.
55.
56.
dapat disingkat SKRD atau dokumen lain adalah surat
keputusan yang menentukan besarnya jumlah
retribusi yang terutang.
Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau
penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif
berupa bunga dan/atau denda.
Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang
selanjutnya
disingkat
SKRDLB,
adalah
surat
ketetapan retribusi yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit
retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang
atau seharusnya tidak terutang.
Petugas pengawas/pamantau lapangan bertugas
untuk mengawasi pelaksanaan retribusi dan harus
dibekali dengan kemampuan yang memadai dalam
pelaksanaannya.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk
mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan atau
keterangan lainnya dalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi
Daerah.
15
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Retribusi penjualan produksi usaha daerah dilakukan
berdasarkan
azas
demokrasi
ekonomi,
keadilan,
keseimbangan,
kemanfaatan
umum,
keterpaduan,
keberlanjutan serta transparansi dan akuntabilitas yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Pasal 3
Tujuan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
untuk mempertegas menjamin pelaksanaan kegiatan
penjualan produksi usaha daerah sesuai dengan azas
sebagaimana dimaksud pada Pasal 2.
BAB III
NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 4
Retribusi penjualan produksi usaha daerah dipungut
sebagai pembayaran atas penjualan hasil produksi usaha
daerah bidang peternakan, perikanan serta tanaman
pangan dan holtikultura.
Pasal 5
(1) Objek retribusi adalah penjualan hasil produksi usaha
Pemerintah daerah bidang peternakan, perikanan
serta tanaman pangan dan holtikultura.
(2) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk bidang peternakan, meliputi :
a. bibit sapi perah betina dan jantan bakalan yang
mempunyai sifat unggul;
b. sapi perah yang tidak produktif;
16
c. susu sapi;
d. bibit domba yang mempunyai sifat unggul;
e. bibit kambing yang mempunyai sifat unggul;
f. bibit babi yang mempunyai sifat unggul;
g. domba yang sudah tidak produktif;
h. kambing yang sudah tidak produktif;
i. babi yang sudah tidak produktif.
(3) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk bidang perikanan, meliputi :
a. benih ikan yang berkualitas;
b. calon induk ikan yang berkualitas;
c. induk ikan yang sudah tidak produktif.
(4) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk bidang tanaman pangan dan holtikultura,
meliputi :
a. benih terdiri dari :
1) benih dasar padi;
2) benih pokok padi;
3) benih sebar padi;
4) benih dasar jagung;
5) benih pokok jagung;
6) benih sebar jagung;
7) benih dasar kedelai;
8) benih pokok kedelai;
9) benih sebar kedelai;
10) benih dasar kacang tanah;
11) benih pokok kacang tanah;
12) benih sebar kacang tanah.
17
b. bibit terdiri dari :
1) bibit tanaman jeruk kelas BPMT;
2) bibit tanaman jeruk kelas BR;
3) bibit rambutan;
4) bibit mangga;
5) bibit kasturi;
6) bibit kueni.
c. mata tempel terdiri dari :
1) mata tempel tanaman jeruk (blok fondasi);
2) mata tempel tanaman jeruk (blok penggandaan
mata tempel).
Pasal 6
Tidak termasuk objek retribusi adalah penjualan produksi
yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 7
(1) Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa penjualan atau yang membeli hasil
produksi usaha daerah.
(2) Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi
penjualan produksi usaha daerah.
Pasal 8
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah digolongkan
sebagai retribusi jasa usaha.
18
BAB IV
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 9
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis
dan/atau jumlah bibit ternak, bibit atau benih ikan dan
benih atau bibit atau mata tempel tanaman pangan dan
holtikultura.
Pasal 10
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan
besarnya
tarif
didasarkan
atas
tujuan
untuk
mendapatkan keuntungan yang layak sebagaimana
keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis
yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada
harga pasar.
Pasal 11
(1) Struktur dan tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut
:
a. Struktur besarnya tarif retribusi ditetapkan 20 %
(dua puluh persen) dari harga dasar.
b. Harga dasar dasar yang dimaksud adalah biaya
per unit produksi usaha daerah.
(2) Harga dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b ditetapkan secara periodik dengan Keputusan
Bupati atas usul Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan untuk objek retribusi bidang perikanan,
dan Kepala Dinas Pertanian untuk objek retribusi
bidang peternakan serta tanaman pangan dan
holtikultura.
19
BAB V
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN
Pasal 12
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Nota
Perhitungan.
(4) Nota Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ditetapkan oleh Kepala SKPD Pengelola atau
Kepala Bidang yang dihunjuk oleh masing-masing
Kepala SKPD Pengelola.
(5) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar atas
penghitungan kurang bayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
setiap bulan dari retribusi yang terutang kurang bayar
dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(6) Penagihan retribusi terhutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) didahului Surat Teguran.
(7) Apabila dalam kurun waktu 5 (lima) bulan setelah
dikeluarkan STRD, Wajib Retribusi masih belum
melunasi
retribusi
terutang
kurang
bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penerbitan izin
usaha perikanan untuk Wajib Retribusi dapat ditinjau
ulang atau dibatalkan.
Pasal 13
(1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus
(2) Besaran Retribusi yang tercantum dalam SKRD atau
Nota Perhitungan, dibayar oleh Wajib Retribusi kepada
Bendahara Penerimaan atau ke RKUD.
20
(3) Bendahara Penerimaan dalam waktu paling lama 1 X
24 jam telah menyetorkan retribusi ke RKUD.
BAB VI
TATACARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1) Retribusi yang berdasarkan SKRD, STRD, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan
dan Putusan Banding yang tidak atau kurang bayar
oleh Wajib Retribusi pada waktunya, dapat ditagih
dengan Surat Paksa.
(2) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah
7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan
mengeluarkan surat teguran/peringatan atau surat
lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan.
(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal
surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis
diterima, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi
yang terutang.
(4) Surat
teguran/peringatan
atau
surat
lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh
pejabat yang ditunjuk.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, semua
peraturan atau ketentuan mengenai petunjuk teknis
pelaksanaan Pemungutan Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah di Kabupaten Nias dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
21
Pasal 16
Peraturan Bupati
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati Nias ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Nias.
Ditetapkan di Gunungsitoli Selatan
pada tanggal 24 April 2013
BUPATI NIAS,
ttd
SOKHIATULO LAOLI
Diundangkan di Gunungsitoli Selatan
pada tanggal 24 April 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NIAS,
O’OZATULO NDRAHA
BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS TAHUN 2013
22
NOMOR : 21 SERI : E
Download