1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Populasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi
pengaruh
Nyamuk
dari
nyamuk
di
lingkungan
mempunyai
telur,
alam
baik
siklus
jentik,
Mosquito
Control
merupakan
vektor
antaranya
malaria,
sangat
biotik
tinggi
maupun
holometabola
pupa,
dan
Assosiation,
beberapa
japanese
abiotik.
yaitu
dewasa
mulai
(American
2013).
penyakit
karena
Nyamuk
menular,
encephalitis,
di
demam
berdarah dengue, filariasis, dan chikungunya.
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki
gajah
merupakan
salah
satu
penyakit
tropis
yang
disebabkan oleh parasit filarial yang ditransmisikan
ke manusia melalui nyamuk. Infeksi biasanya terjadi
pada
anak-anak
yang
dapat
menyebabkan
kerusakan
tersembunyi pada sistem limfatik. Sekitar 1,4 miliar
orang
di
73
negara
beresiko
terkena
filariasis,
lebih dari 120 juta orang telah terinfeksi dan 40
juta
orang
tidak
menyadari
terkena
filariasis.
Perkembangan filariasis ini 80% terjadi pada negara
berkembang salah satunya Indonesia (WHO, 2014).
1
2
Filariasis
menyebar
hampir
di
seluruh
wilayah
Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah provinsi yang
melaporkan
kasus
filariasis
semakin
bertambah
dan
tersebar luas di seluruh provinsi. Berdasarkan data
dari Kemenkes (2010), tiga provinsi dengan jumlah
kasus
terbanyak
filariasis
adalah
daerah
Nanggroe
Aceh Darussalam (2.359 orang), Nusa Tenggara Timur
(1.730 orang) dan Papua (1.158 orang).
Parasit filarial merupakan nematoda (cacing) dari
keluarga Filariodidea. Wuchereria bancrofti adalah
cacing yang menyebabkan Filariasis Bancrofti. Cacing
dewasa
akan
hidup
dan
merusak
sistem
limfatik.
Mereka dapat hidup di sistem limfatik 6-8 tahun dan
selama
hidup
mereka
mikrofilaria
yang
Nyamuk
terinfeksi
akan
dapat
dan
akan
bersirkulasi
dengan
menghasilkan
dalam
darah.
mikrofilaria
karena
menghisap darah pada host yang terinfeksi, dimana
mikrofilaria yang telah dewasa akan memasuki dinding
dari proventrikulus dan bagian jantung dari bagian
tengah tubuh nyamuk dan mencapai otot toraks dan
berkembang
menjadi
stadium
larva
I
dan
kemudian
berkembang hingga menjadi stadium larva III. Pada
stadium larva III ini terjadi migrasi melalui darah
menuju probosis nyamuk dan
menjadi larva infektive
3
dalam tubuh nyamuk. Ketika nyamuk yang terinfeksi
menggigit
manusia,
stadium
larva
III
akan
berada
pada kulit dan mereka akan memasuki tubuh dan larva
akan
bermigrasi
berkembang
ke
menjadi
sistem
cacing
limfatik
dewasa
dan
dan
akan
berlanjut
menjadi transmisi siklus (CDC, 2014).
Gejala yang timbul biasanya berupa pembengkakan di
daerah tertentu dan dapat berupa pembesaran tungkai,
lengan, dan perbesaran skrotum/vagina yang bersifat
permanen (Kemenkes, 2010).
Penyakit ini tidak mengakibatkan kematian, tetapi
dapat mengakibatkan kecacatan seumur hidup, stigma
sosial,
serta
hambatan
psikososial
sehingga
menurunkan produktivitas kerja penderita, keluarga,
dan
masyarakat
yang
menimbulkan
kerugian
ekonomi
yang besar (Departeman kesehatan Indonesia ,2006).
Culex merupakan genus dari nyamuk yang berperan
sebagai vektor penyakit Filariasis ini. Nyamuk Cx.
yang banyak di temukan di Indonesia merupakan nyamuk
jenis
2008).
Culex
Cx.
quinquefasciatus
quinquefasciatus
(Srivastava,
merupakan
et
al.,
nyamuk
yang
menyukai lingkungan yang teduh dan mereka termasuk
nyamuk endofagik yang merupakan nyamuk pencari darah
yang senang mencari darah di dalam rumah. Mereka
4
mencari darah pada malam hari (Gandahusada, et al.,
2006).
Insektisida
kimia
merupakan
maupun
bahan
biologis
atau
yang
campuran
digunakan
baik
untuk
mengendalikan atau membunuh serangga (Gandahusada,
et al., 2006). Insektisida yang baik memiliki daya
bunuh yang cepat dan besar tanpa menimbulkan efek
toksik bagi manusia, mudah didapatkan dan digunakan.
Sebagian
besar
insektisida
bereaksi
pada
sistem
saraf dan masuk ke tubuh serangga melalui kontak
langsung menembus perut, atau masuk melalui sistem
pernafasan
(Kumar,
digunakan
1986).
untuk
quinquefasciatus
semprot
biasanya
membunuh
nyamuk
Culex
habitatnya
di
rumah
yang
Metode
dalam
(Lawuyan, 2003).
Pemutusan rantai penularan vektor filariasis dapat
dilakukan dengan cara menghilangkan perkembangbiakan
nyamuk, membasmi larva, dan membunuh nyamuk dewasa
(Sudarto,
obat
2011).
nyamuk
keuntungan,
Salah
satunya
dengan
yang
memiliki
elektrik
antara
lain
lebih
penggunaan
beberapa
praktis,
tidak
meninggalkan abu, dan tidak menghasilkan asap yang
menyengat (Guomin, et al., 2003).
5
Obat nyamuk elektrik dapat dikemas dalam bentuk
mat pipih atau berbentuk cair dengan sumbu. Obat
nyamuk
elektrik
menggunakan
cair
prinsip
melakukan
fungsinya
pemanasan
sumbu
dengan
yang
pada
akhirnya menghasilkan uap (Iswara, 2009).
Banyaknya
masalah
yang
ditimbulkan
oleh
insektisida kimia menjadikan dasar pemikiran tentang
cara lain mencari bahan insektisida yang aman, salah
satunya
dengan
tumbuh-tumbuhan
menggunakan
sebagai
bahan
bahan
alami,
dasar
seperti
insektisida.
Berbagai macam jenis tumbuhan yang digunakan, salah
satunya adalah serai (Andropogon nardus L.).
Serai
(Andropogon
nardus
L.)
sering
digunakan
karena selain harganya murah dan mudah didapatkan,
tanaman ini juga mengandung minyak atsiri (esteris)
yang
antara
geraniol,
lain
memiliki
mirsena,
nerol,
senyawa
metal,
sitronella,
haptenon,
dan
dipentena (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Tanaman
serai
ini
termasuk
dalam
Famili
Graminae,
genus
Andropoginae (Santoso, 2008). Pada batang dan daun
tanaman serai ini terdapat salah satu senyawa yang
dapat membunuh nyamuk yaitu sitronella. Sitronella
mempunyai
racun,
yang
dapat
memberikan
kematian
6
karena
kehilangan
cairan
secara
terus-menerus
sehingga tubuh kekurangan cairan (Wahyuni, 2005).
B. Perumusan Masalah
1. Apakah penggunaan minyak serai (Andropogon nardus
L.) konsentrasi 100% sebagai bahan dasar dari obat
nyamuk elektrik cair memilliki daya bunuh terhadap
nyamuk Cx. quinquefasciatus.
2. Berapakah
serai
waktu
yang
konsentrasi
dibutuhkan
100%
dapat
sehingga
minyak
mematikan
nyamuk
sebesar 50% dan 90%.
3. Apakah terdapat perbedaan KT50 dan KT90 antara minyak
serai konsentrasi 100% dengan d-alletrin 0,01 g/l.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya
bunuh
minyak
serai
(Andropogon
nardus
L.)
konsentrasi 100% sebagai bahan dasar obat nyamuk
elektrik
cair
quinquefasciatus.
terhadap
nyamuk
Cx.
7
2. Untuk mengetahui minyak serai (Andropogon nardus
L.)
konsentrasi
100%
dapat
membunuh
nyamuk
Cx.
quinquefasciatus sebesar 50% dan 90%
3. Untuk
membandingkan
KT50 dan
KT90 antara
minyak
minyak serai konsentrasi 100% dengan d-alletrin
0,01 g/l.
D. Keaslian
Penelitian terkait efektivitas penggunaan minyak
serai
(Andropogon
pengendalian
nyamuk
nardus
Cx.
L.)
sebagai
metode
quinquefasciatus
sebagai
insektisida menggunakan obat nyamuk elektrik dengan
standar
baku
d-alletrin,
belum
pernah
dilakukan
sebelumnya.
E. Manfaat
1. Manfaat teori
Dengan dilakukan penelitian ini dapat diketahui
manfaat dari minyak serai (Andropogon nardus L.)
sebagai
bahan
dasar
obat
nyamuk
elektrik
terhadap nyamuk Cx. quinquefasciatus.
cair
8
2. Manfaat Aplikasi
Sebagai
untuk
pertimbangan
pemberantasan
Cx. quinquefasciatus.
dalam
ataupun
menentukan
metode
pengendalian
nyamuk
Download