PENGARUH SUPLEMEN CAMPURAN JAMUR LINGZHI (Ganoderma lucidum), KROMIUM ORGANIK, DAN KEDELAI SANGRAI TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DAN KROMIUM DALAM SERUM DAN TELUR AYAM SKRIPSI MUHAMAD LUKMANNULHAKIM DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN MUHAMAD LUKMANNULHAKIM. D24062923. 2010. Pengaruh Suplemen Campuran Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum), Kromium Organik, dan Kedelai Sangrai terhadap Kandungan Kolesterol dan Kromium dalam Serum dan Telur Ayam. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Dwierra Evvyernie Amirroenas, MS, M.Sc Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Margi Suci, MS Jamur lingzhi merupakan fungi yang dapat mendegradasi lignin. Jamur lingzhi mempunyai komponen yang dapat menurunkan kolesterol dalam darah seperti adenosin, dan terpenoid. Kacang kedelai mempunyai kadar asam linoleat yang tinggi. Asam linoleat berperan dalam pertumbuhan, pembentukan sel, pengaturan metabolisme kolesterol, dan membentuk arakhidonat. Asam linoleat tidak dapat disintesis sendiri didalam tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari makanan. Kromium merupakan mineral mikro esensial yang berperan dalam metabolisme glukosa. Penambahan Cr ragi dan Cr pikolinat dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pakan suplemen campuran dari jamur lingzhi, kromium organik, dan kedelai sangrai pada telur dan serum ayam petelur. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan ransum dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam petelur. Perlakuan ransum diantaranya, P1= Ransum basal (kontrol), P2= (P1 + Lingzhi 5g/50kg BB + Cr organik 3 ppm + Kedelai sangrai 1% dari lemak ransum ), P3= (P1 + Lingzhi 5g/50kg BB + Kedelai sangrai 1% dari lemak ransum), P4= (P1 + Cr organik 3 ppm+ Kedelai sangrai 1% dari lemak ransum). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kandungan kolesterol total, LDL dan HDL dalam serum, kromium dalam telur dan serum, kolesterol dan CLA dalam telur. Uji statistik yang digunakan adalah ANOVA. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian suplemen campuran dari jamur lingzhi, Cr organik, dan kedelai sangrai dalam ransum tidak menunjukkan perbedaan terhadap kandungan kolesterol, LDL, maupun HDL dalam serum darah meskipun terdapat indikasi penurunannya. Kadar kolesterol serum darah ayam yang didapat berkisar antara 112,65-129,92 mg/100 ml. Pada penambahan jamur lingzhi terlihat adanya indikasi penurunan kandungan kolesterol dalam serum. Terdapat indikasi penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL pada penambahan kromium organik. Pada kandungan kromium dalam telur terlihat adanya indikasi peningkatan setelah pemberian suplemen kromium organik. Peningkatan yang paling tinggi terjadi pada perlakuan 2 yaitu sebesar 21,4%. Pada kandungan CLA dalam telur menunjukkan adanya indikasi peningkatan pada setiap penambahan suplemen jika dibandingkan dengan kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian suplemen campuran jamur lingzhi, kedelai sangrai dan Cr organik pada pakan belum mampu menurunkan kolesterol dalam telur. Pada kandungan kolesterol dalam serum terlihat adanya indikasi penurunan pada penambahan suplemen lingzhi. Pada penambahan kromium organik terlihat adanya indikasi penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL. Pada telur terjadi peningkatan kandungan kromium dan CLA pada penambahan suplemen kromium dan kedelai sangrai. Kata-kata kunci : Lingzhi, Cr organik, kedelai sangrai, ayam petelur, kolesterol ABSTRACT Effect of Mixed Supplements of Lingzhi (Ganoderma lucidum), Organic Chromium, and Roast Soybean to Content Cholesterol and Chromium in Serum and Egg Laying Hens. Lukmannulhakim M., D. E. Amirroenas, and D. M. Suci The aim of this research was to study effect of supplement containing lingzhi (Ganoderma lucidum), organic chromium and roast soybean on hens and her egg. Hundred and twenty laying hens were used under Completely randomized design with four treatments of supplement and three replications of hens which consisted of 10 hens for each replication. The treatments of supplement were: P1 Control (basic ration), P2 (control + Lingzhi 5 g / 50kg body weight + organic Cr 3 ppm + roast soybean 1% fat diet), P3 (control + Lingzhi 5 g / 50kg body weight + roast soybean 1% fat diet), P4(control + Cr organic rations 3 ppm + roast soybean 1% fat diet). Cholesterol, chromium and CLA content in the serum and egg were evaluated. Analysis of variance (ANOVA) and Duncan test and also descriptive analysis were applied in this research. The result showed that the contents of cholesterol, LDL and HDL in the serum of hens and egg were not influenced by the supplement. The supplement containing lingzhi showed that blood cholesterol seems to decrease, but egg cholesterol tend to increase. The content of chromium and CLA in the egg were increased by addition of chromium and CLA in the ration. Keywords: Lingzhi, organic chromium, roast soybean, hens, cholesterol. PENGARUH SUPLEMEN CAMPURAN JAMUR LINGZHI (Ganoderma lucidum), KROMIUM ORGANIK, DAN KEDELAI SANGRAI TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DAN KROMIUM DALAM SERUM DAN TELUR AYAM MUHAMAD LUKMANNULHAKIM D24062923 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 Judul : Pengaruh Suplemen Campuran Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum), Kromium Organik, dan Kedelai Sangrai terhadap Kandungan Kolesterol dan Kromium dalam Serum dan Telur Ayam. Nama : Muhamad Lukmannulhakim NIM : D24062923 Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A., MS., M.Sc) NIP. 19610602 198603 2 001 (Ir. Dwi Margi Suci, MS) NIP. 19610905 198703 2 001 Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr) NIP: 19670506 199103 1 001 Tanggal Ujian: 26 Oktober 2010 Tanggal Lulus: RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Agustus 1989 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Achmadi dan Ibu Laswati. Penulis mengawali pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri Cihideung Ilir 05 pada tahun 1994 dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan pertama dimulai oleh penulis pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Ciampea. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) KORNITA pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui program USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2007. Penulis aktif dalam HIMASITER (Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak) periode 2008-2009 sebagai anggota Biro Khusus Kewirausahaan (BKK) dan UKM Bulutangkis sebagai anggota pada periode 2007-2008. Penulis pernah mengikuti program magang di Tri’s Ranch-Tapos, Ciawi, Bogor. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’aalamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmatnya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir Zaman. Skripsi ini berjudul ” Pengaruh suplemen campuran jamur lingzhi (Ganoderma lucidum), kromium organik, dan kedelai sangrai terhadap kandungan kolesterol dan kromium dalam serum dan telur ayam” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mulai bulan Juni-September 2009 bertempat di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Juli 2010 Penulis DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN……………………………………………………………. ii ABSTRACT……………………………………………………………… iii LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………… iv LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… v RIWAYAT HIDUP………………………………………………………. vi KATA PENGANTAR……………………………………………………. vii DAFTAR ISI……………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL………………………………………………………… x DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... xi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………....... xii PENDAHULUAN…………………………………………………...…… 1 Latar Belakang………………………………………..………….. Tujuan……………………………………………………..……... 1 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..…... 3 Ayam Ras Petelur........................................................................... Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum)............................................ Kromium......................................................................................... Kromium organik............................................................................ Kedelai Sangrai sebagai sumber CLA (Conjugated Linoleic Acid) Kolesterol........................................................................................ Absorsi dan Ekskresi Kolesterol..................................................... Deposisi Kolesterol dalam Telur…………………………………. 3 3 6 8 9 10 11 11 MATERI DAN METODE.......................................................................... 13 Waktu dan Tempat.......................................................................... Materi.............................................................................................. Ternak.................................................................................. Kandang dan Peralatan........................................................ Ransum................................................................................ Suplemen............................................................................. Vaksin.................................................................................. Prosedur........................................................................................... 13 13 13 13 13 15 16 16 Jadwal Pemberian Pakan..................................................... Pencampuran Suplemen kedalam Pakan............................. Rancangan Percobaan.......................................................... Metode............................................................................................ 16 16 16 17 Kolesterol pada Serum Darah ............................................. Kromium pada Telur dan Serum Darah............................... 17 19 Kolesterol dan Asam Lemak pada Telur.............................. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 21 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Kolesterol, LDL dan HDL dalam Serum dan Kolesterol dalam Kuning Telur................... Kolesterol Serum dan Telur............................................................... HDL.................................................................................................. LDL.................................................................................................. Pengaruh Pemberian Suplemen pada Kandungan Kromium............ Pengaruh Pemberian Suplemen pada CLA dalam Telur................... 21 21 24 25 26 28 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 30 Kesimpulan....................................................................................... Saran................................................................................................. 30 30 UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................ 31 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 32 LAMPIRAN.................................................................................................. 35 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Komposisi Pakan dalam Ransum………………………………. 13 2. Komposisi Zat Nutrisi dalam Ransum………………………..... 13 3. Kebutuhan Zat Nutrisi Ayam Petelur…………………………... 14 4. Kandungan Kolesterol, LDL, dan HDL Serum dan Telur Ayam. 21 5. Kandungan Kromium pada Telur dan Serum............................... 26 6. Kandungan CLA dalam telur........................................................ 29 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Jamur Lingzhi (Ganoderma Lucidum)……….……………....... 4 2. Grafik Kandungan Kolesterol dalam Serum……………….…... 23 3. Grafik Kandungan Kolesterol dalam Telur………………...…... 23 4. Grafik Kandungan Kromium dalam Serum ….…………….….. 27 5. Grafik Kandungan Kromium dalam Telur ….…………..….….. 27 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kolesterol Total Serum Darah......................................................................... 2. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan LDL Serum Darah…………………………………………………………….. 3. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan HDL Serum darah............................................................................................... 36 36 36 PENDAHULUAN Latar Belakang Unggas merupakan salah satu ternak yang umumnya banyak dipelihara di masyarakat karena harganya yang relatif murah dan mudah penanganannya. Unggas merupakan ternak sumber protein hewani, sehingga banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi protein hewani yang berasal dari unggas. Oleh karena tingginya konsumsi masyarakat akan telur dan daging ayam, maka perlu diperhatikan kualitas dari produk tersebut. Pengadaan telur dan daging yang sehat dipengaruhi oleh keadaan induk yang sehat pula, oleh karena itu untuk menjaga berlangsungnya metabolisme dan produksi yang baik dan stabil diperlukan tambahan suplemen. Salah satu kendala yang sering dihadapi konsumen saat mengkonsumsi daging maupun telur ayam adalah kadar kolesterolnya. Kadar kolesterol yang berlebihan di dalam darah dapat menyebabkan penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke. Kolesterol itu sendiri merupakan produk metabolisme di dalam tubuh hewan. Beberapa jenis jamur tertentu mengandung senyawa-senyawa aktif yang berfungsi sebagai suplemen kesehatan bagi tubuh. Salah satu yang terkenal adalah Ganoderma lucidum (Lingzhi). Ganoderma lucidum dikenal dengan nama lingzhi merupakan salah satu jamur dalam kelas Basidiomycetes yang mempunyai kemampuan untuk mendegradasi lignin. Jamur lingzhi mempunyai beberapa kandungan senyawa aktif yang mempunyai efek positif terhadap kesehatan, seperti adenosin, yang dapat menurunkan kolesterol dan lemak. Selain adenosin senyawa aktif lain yang terkandung dalam jamur lingzhi adalah polisakarida, terpenoid, asam ganoderik, germanium, protein, dan serat. Kacang kedelai merupakan bahan pakan yang mempunyai kandungan asam linoleat yang cukup tinggi. Asam linoleat adalah asam lemak tidak jenuh berantai banyak yang tergolong asam lemak esensial. Asam linoleat penting untuk tubuh dan tidak dapat disintesis sendiri dalam tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari makanan. CLA (conjugated linoleac acid) adalah isomer dari asam linoleat, atau dengan kata lain CLA adalah bentuk lain dari asam linoleat. Meskipun CLA termasuk kedalam komponen lemak, tetapi CLA dapat mengurangi lemak tubuh dan meningkatkan massa otot. Kromium merupakan salah satu mineral mikro esensial bagi ternak. Kromium penting dalam metabolisme glukosa, protein, dan lemak. Selain itu kromium juga berperan sebagai kofaktor melalui peningkatan respon reseptor insulin terhadap hormon vitul insulin. Kromium secara biologis aktif sebagai komponen dari GTF (Glucose Tolerance Factor) yang berfungsi untuk meningkatkan penggunaan glukosa dan insulin. Kromium, jamur lingzhi, dan kedelai sangrai mempunyai fungsi yang cukup baik terhadap kesehatan, maka dari itu dalam penelitian ini digunakan bahan-bahan tersebut, dengan harapan dapat menghasilkan produk baik telur maupun daging ayam yang tidak hanya rendah kolesterol, tetapi juga mengandung mineral kromium yang tinggi dan juga mengandung asam lemak esensial yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan manusia. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian pakan suplemen campuran dari Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum), kromium organik, dan kedelai sangrai pada telur dan serum ayam petelur. TINJAUAN PUSTAKA Ayam Ras Petelur Terdapat 2 jenis ayam ras petelur, diantaranya adalah ayam petelur ringan dan ayam petelur medium. Pada penelitian ini digunakan ayam petelur medium. Bobot tubuh ayam ini masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai dari pada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksi telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak (www.disnak.jabarprov.go.id). Ayam ras petelur tipe medium mulai bertelur pada umur 20 – 22 minggu dengan lama produksi 15 bulan (Scott et al., 1982). Ayam yang bertelur terlalu cepat, akan menghasilkan telur yang berukuran kecil dan berlangsung lama. Factor yang menentukan dewasa kelamin adalah pemberian cahaya tambahan, kualitas dan kuantitas ransum yang diberikan. Scoot et al., (1982) menyatakan bahwa puncak produksi ayam petelur tipe medium pada umur 28 – 30 minggu dan mengalami penurunan dengan perlahan sampai tiba saatnya untuk diafkir, kurng lebih pada umur 1,5 tahun atau 12 bulan produksi. Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum) Jamur Ganoderma lucidium termasuk kingdom fungi, klas Basidiomycetes, subklas Holobasidiomycetes, seri Hymenomycetes, ordo Agaricales, famili Polyporacae, genus Ganoderma, dan spesies Ganoderma lucidum. Nama binomialnya adalah Ganoderma lucidum (FR) Karst, yang ditetapkan oleh Karsten. Kata lain lucidum adalah bersinar atau berkilau yang menunjukkan pernis yang muncul pada permukaan jamur. Kompleks Ganoderma lucidum terdiri dari buah yang tebal, bergabus, dan berwarna kuning kemerahan pada awalnya dan berubah menjadi berwarna kecoklatan pada saat masaknya. Pada batas tubuh buah biasanya tipis berwarna putih pada awalnya dan menjadi coklat terang pada tahap akhirnya. Bentuknya bervariasi bundar, semi bundar, dan bentuk kipas atau seperti ginjal (Chang & Miles, 2004). Gambar 1. Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum) Ganoderma lucidum tergolong ke dalam fungi dan merupakan organisme eukariotik karena memiliki karakteristik umum tertentu seperti pada tanaman dan hewan. Fungi mempunyai dinding sel, tetapi dinding selnya berbeda dengan dinding sel tanaman dimana selulosa dan lignin merupakan komponen utamanya, sedangkan pada fungi, dinding selnya mengandung polisakarida, yaitu glukan dan khitin. Fungi tidak memiliki khlorofil dan konsekwensinya dia tidak dapat melakukan fotosintesis. Bebeda dengan organisme lainnya, fungi tidak mencerna makanannya, tetapi secara umum mensekresi enzim lebih banyak untuk memecah material makanan yang tidak dapat larut atau sedikit larut menjadi material-material yang lebih kecil dan dapat larut, yang dapat diserap ke dalam sel-sel fungi (Chang & Miles, 2004). Dilihat dari sifat hidupnya, Ganoderma lucidum termasuk jamur saprofitik karena tumbuh pada batang mati atau serbuk gergaji kayu (Suriawiria, 2001). Jamur ini dikenal juga sebagai jamur busuk putih (white rot fungi) karena merupakan parasit penyebab busuknya batang kelapa sawit. Adanya enzim ekstraseluler yang dimiliki oleh Ganoderma lucidum menyebabkan jamur ini mampu merombak serat kasar terutama lignin dan selulosa dan menggunakannya sebagai energi untuk pertumbuhan (Vares & Hatakka, 1997). Khasiat spesifik dari lingzhi dapat dipisahkan berdasarkan komponen lingzhi itu sendiri. Jamur lingzhi mengandung polisakarida, terpenoid, asam ganoderik, germanium, protein adenosin, dan serat. Penjelasan komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : Polisakarida Pada pemisahan tubuh buah lingzhi dengan pelarut air panas akan diperoleh 1,38% polisakarida. Setelah dipurifikasi dan dianalisis dengan Thin Layer Chromatography dan Gas Chromatography, polisakarida terdiri atas xylosa, mannosa, arabinosa, galaktosa, dan glukosa dengan perbandingan 1 : 1 : 7 : 5 : 20 (wang et al, 1984). Susanto (1998) menyatakan bahwa lingzhi mempunyai khasiat mencegah pertumbuhan sel tumor, menyeimbangkan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau dengan kata lain meningkatkan sistem daya tahan tubuh, mengurangi kadar gula dalam darah, memulihkan fungsi pankreas, menjaga kerusakan sel, dan membuang racun di dalam tubuh. Terpenoid Senyawa terpenoid merupakan senyawa yang disusun oleh unit-unit isoprena. Senyawa ini mengandung atom karbon, hidrogen, dan oksigen yang tidak aromatik. Terpenoid ini juga bersifat anti tumor. Parjimo & Soenanto (2008) menyatakan bahwa terpenoid dan asam ganoderik mempunyai khasiat untuk menguatkan sistem pencernaan, menghindari alergi, menurunkan kolesterol, dan menyembuhkan penyakit kulit. Germanium Menurut Susanto (1998) germanium secara klinis dapat menambah oksigen dalam darah untuk disebarkan ke otak, menyeimbangkan fungsi bioelektrik dalam tubuh, menyeimbangkan tekanan darah, meningkatkan metabolisme tubuh menguatkan saluran darah, mencegah kesemutan serta dapat menyembuhkan orang yang terkena stroke. Protein Protein yang terdapat dalam lingzhi berupa protein struktural maupun protein enzim. Lingzhi banyak menghasilkan enzim, misalnya amilase, oksidase, invertase, koagulase, laktase, protease, renetase, pektinase, selulase, dan beberapa golongan peroksidase. Untuk kepentingan kesehatan manusia enzim yang berperan adalah karboksil proteinase. Adenosin Menurut Susanto (1998) salah satu epimer dari adenosin yang terkandung dalam lingzhi bekerja menghambat aktivitas agregasi kumpulan darah, dengan demikian adenosin secara medis akan dapat menurunkan kadar koleterol dan lemak, menurunkan penimbunan lemak, mencegah trombogenesis, menstabilkan hormon endokrin, menyeimbangkan metabolime, dan menyeimbangkan pH darah. Serat Menurut Susanto (1998) serat merupakan kandungan yang terbanyak di dalam lingzhi. Akan tetapi serat ini secara klinis tidak banyak berfungsi, sehingga dalam proses kapsulasi serat dibuang. Kromium Kromium merupakan mineral mikro esensial yang sangat penting dalam metabolisme glukosa, protein, dan lemak (NRC, 1997). Selain itu kromium juga diketahui bertanggung jawab dalam pengaturan kolesterol darah (Ohh & Lee, 2005). Unsur kromium dalam tubuh dapat membentuk senyawa kompleks yang disebut glucose tolerance factor (GTF). Molekul tersebut terlibat dalam interaksi antara insulin dan sel reseptor yang memungkinkan banyaknya pasokan glukosa ke dalam sel (Linder, 1992). Sumber alami GTF adalah kapang, organ hati, merica, keju, dan daging. (Winarno, 2002) Fungsi utama Cr untuk meningkatkan aktivitas insulin di dalam metabolisme glukosa dan untuk mempertahankan transfer glukosa dari darah ke dalam sel-sel. Kromium membentuk suatu kompleks dengan insulin dan reseptor insulin menfasilitasi respon jaringan yang sensitif terhadap insulin (NRC, 1997). Kegunaan Cr sebagai suatu faktor nutrien ditetapkan untuk pertama kalinya ketika diketahui bahwa brewers yeast secara positif dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat pada organisme tingkat tinggi dan meningkatkan aktivitas hormon insulin (NRC, 1997). Linder (1992) menyatakan bahwa kemungkinan sistem pengangkutan Cr adalah, setelah diserap di usus, Cr kemudian diangkut oleh protein pengangkut Fe (iron carrier protein) dari plasma darah. Namun demikian, belum diketahui apakah GTF yang diserap melalui usus akan masuk kedalam darah tanpa perubahan bentuk atau juga terikat dengan transferin. Setelah melalui penyerapan di usus, hampir semua Cr masuk ke dalam hati dan akan digabungkan kedalam GTF. Sejumlah GTF tertentu disekresikan ke dalam darah dan akan tersedia untuk membantu aktivitas insulin. Kadar gula darah yang meningkat, menyebabkan insulin akan disekresi dan peningkatan insulin akan meningkatkan aliran GTF ke dalam darah, sehingga GTF akan meningkatkan pengaruh insulin yang disekresi tersebut. Peranan Cr dalam metabolisme antara lain meningkatkan potensi aktivitas insulin, yakni sebagai komponen dari GTF yang dapat meningkatkan asupan glukosa ke dalam sel. Selain esensial dalam metabolisme karbohidrat, Cr juga dibutuhkan dalam metabolisme lemak dan protein (Mertz, 1998). Peran Cr terkait dengan kinerja hormoninsulin, yaitu memacu pembentukan glikogen sebagai energi cadangan yang berasal dari kelebihan glukosa sebagai sumber energi metabolis baik di organ hati maupun otot. Suplementasi Cr dapat meningkatkan pasokan glukosa oleh sel, produksi CO2 dari oksidasi glukosa dan pembentukan glikogen dari glukosa. Glukosa yang berasal dari hasil hidrolisa karbohidrat di saluran pencernaan akan masuk ke dalam darah yang sebagian dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam sel dan sebagian lagi disimpan sebagai energi cadangan dalam bentuk glikogen baik di hati maupun daging (Underwood, 1971). Kromium (VI) jauh lebih tosik dibandingkan kromium (III). Kromium oksida (Cr2O3) telah digunakan sebagai marker pada sapi dan domba selama beberapa minggu dengan dosis 3000 ppm tanpa efek yang merugikan, demikian juga pada ayam yang diberi 1000 ppm kromium klorida (Crl3) (III) (NRC, 1997). Kedua bentuk tersebut terdapat dalam bentuk Cr (III). Keracunan kromium terutama berhubungan dengan senyawa Cr (VI), karena Cr (VI) dapat berikatan dengan protein dan asam nukleat serta berikatan dengan materi genetik yang menyebabkan Cr (VI) bersifat karsinogenik. Linder (1992) menyatakan bahwa defisien kromium dapat menyebabkan hiperkolesterolemia. Mekanisme interaksi Cr dan metabolisme kolesterol belum jelas, walaupun suplementasi dengan preparat Cr aktif dapat menurunkan kadar kolesterol plasma ataupun serum darah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengaruhnya dalam menghambat enzim reduktase hidroksimetilglutaril coenzim- A dari hati, yang analog dengan aktivitas vanadium. Kromium yang diabsorbsi, diekskresikan terutama di dalam urin melalui filtrasi glomerular atau terikat dengan transforter molekular organik yang rendah dan sejumlah kecil hilang melalui rambut, keringat, dan empedu. Laju ekskresi urin selama 24 jam untuk manusia normal dilaporkan 0,22 µg/hari, yang konsisten dengan laju absorbsi yang relatif rendah, diperkirakan 0,5% dari laju konsumsi kromium harian. Ekskresi kromium di dalam urin meningkat setelah pemberian kromium secara oral pada orang yang sehat dan ekskresi kromium dalam urin lebih tinggi pada penderita diabetes. Stres dan exercise juga dapat meningkatkan ekskresi kromium melalui urin. Ekskresi kromium melalui urin merupakan indikator dari status kromium makanan. Bentuk suplementasi Cr sangat mempengaruhi ekskresi kromium melalui urin (Mertz, 1993). Menurut Romanoff & Romanoff (1963), kromium didalam telur kadang-kadang muncul sehingga belum dapat dipastikan berapa kadar normal kromium didalam telur. Menurut Richards (1997), kadar kromium dalam telur ayam adalah sebesar 0,263 ppm pada kuning telur dan 0,029 ppm pada putih telur, sedangkan pada satu butir telur terdapat kandungan kromium sebesar 0,103 ppm. Kromium Organik Komplek Cr organik terdapat dalam bentuk Cr chelate, Cr proteinat dan Cr pikolinat (Lindemann, 1996). Senyawa Cr chelate berasal dari proses chelate garam mineral yang terlarut dengan asam amino atau protein yang terhidrolisis (Lindemann, 1996). Protein merupakan polimer alam yang tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida. Asam amino memiliki gugus amino dan gugus karboksil yang terikat pada karbon yang bersebelahan. Berat molekul protein sangat besar sehingga bila protein dilarutkan dalam air akan membentuk suatu disperse koloidal. Gugus karboksil yang terdapat pada bahan sumber protein akan mengion saat larut dalam air membentuk COO-, sedangkan gugus amino akan bermuatan positif membentuk NH3+ (Winarno, 2002). Cr proteinat merupakan Cr organik yang didapat dari protein ragi (high Cr yeast). Salah satu ragi yang banyak mengandung Cr adalah ragi brewer (brewer yeast) karena banyak mengandung komplek aktif biologis Cr organik yang dikenal dengan GTF (Groff & Gropper, 2000). Senyawa Cr pikolinat terbentuk dari Cr3+ yang mengikat 3 molekul asam pikolinat. Apabila 3 molekul asam pikolinat atau nikotinat diikat oleh Cr3+ maka akan terbentuk Cr pikolinat atau Cr nikotinat. Pada keadaan alami Cr berikatan dengan asam nikotinat sehingga Cr yang berasal dari asam nikotinat lebih disukai karena sifat alaminya. Asam pikolinat dan asam nikotinat keduanya merupakan isomer yang hanya berbeda pada posisi penempelan asam karboksilat pada cincin piridin. Pada asam pikolinat gugus karboksil berada pada posisi tiga, sedangkan asam nikotinat pada posisi dua. Kedua bentuk tersebut sama efektifnya dalam mempengaruhi metabolisme energi (Groff & Gropper, 2000). Asam pikolinat dan nikotinat dapat dihasilkan oleh kapang dari metabolisme triptopan. Kedelai Sangrai sebagai Sumber CLA (Conjugated Linoleic Acid) Asam lemak merupakan asam organik rantai panjang yang mengandung atom karbon 4 sampai 24, mempunyai gugus hidroksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang (Lehninger, 1990). Lemak ini diklasifikasikan berdasarkan tingkat kejenuhannya, yaitu sebagai asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh mempunyai titik didih yang tinggi, titik didih tersebut akan meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah atom karbon. Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik didih yang lebih rendah dan reaktif dibandingkan asam lemak jenuh dalam jumlah atom karbon yang sama (Anggorodi, 1984). Asam linoleat (linoleic acid) tergolong ke dalam asam lemak tidak jenuh ikatan ganda (Polyunsaturated Fatty Acid) yang esensial untuk tubuh. Asam linoleat berperan dalam metabolisme pertumbuhan, pemeliharaan kolesterol, menurunkan hepatik, transport membran sel, tekanan darah, menghambat lipid, prekursor dalam sintesis prostaglandin, pengaturan lipogenesis membentuk arakhidonat dan dalam proses reproduksi (Pudjiadi, 1997). Sedangkan pada unggas, kekurangan asam linoleat dapat mengakibatkan suatu penyakit defisiensi dengan gejala-gejala : pertumbuhan anak ayam terganggu, hati berlemak dan ketahanan yang berkurang terhadap infeksi pernafasan. Pada ayam petelur gejalagejalanya adalah produksi telur berkurang, telur kecil, dan daya tetas rendah. Asam linoleat penting untuk tubuh dan tidak dapat disintesis sendiri dalam tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari makanan. Kacang kedelai merupakan sumber makanan yang kaya akan asam linoleat. Conjugated Linoleic Acid (CLA) adalah isomer asam linoleat yang setiap posisi memiliki ikatan ganda, yaitu konfigurasi cis trans, cis cis, dan trans trans. Secara umum, minyak tumbuhan mengandung asam linoleat tinggi dan memberikan respons terbesar dalam peningkatan CLA lemak susu (Kelly, 1998). Kandungan CLA tinggi dapat melawan kanker dan malaria. Disamping itu, CLA dapat menghambat perkembangan kanker kulilt, dan kanker lambung pada tikus, mencegah aterosklerosis, dan menormalkan toleransi glukosa yang lemah pada penderita diabetes melitus. Kolesterol Kolesterol adalah sterol yang terpenting dari organ-organ hewan. Sterol diklasifikasikan ke dalam golongan lipid (lemak). Kolesterol terdapat dalam lemak hewan, empedu, darah, jaringan urat syaraf, hati, ginjal, dan korteks adrenal (Anggorodi, 1984). Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa kolesterol dalam tubuh dapat berasal dari dua sumber yaitu dari makanan dan biosintesis de novo. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa lebih kurang 20% total kolesterol adalah HDL dan 65% adalah LDL. HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo A dan mempunyai efek antiaterogenik kuat. Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer termasuk pembuluh darah ke reseptor HDL di hati untuk dikeluarkan lewat empedu. LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer pembuluh nadi. LDL mempunyai efek aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan pembuluh darah. Swenson (1984) menyatakan bahwa kadar kolesterol darah ayam berkisar antara 125 – 200 mg/100ml. Penelitian Salim (2001) menunjukkan kandungan kolesterol ayam buras yang diberi ransum standar rataannya 130,16 mg/100ml, sedangkan yang diberi ransum standar + 9% lemak sapi rataannya 155,66 mg/100ml dan ayam buras yang diberi ransum standar + 9% minyak kelapa rataannya 128,33 mg/100ml. Menurut Laihad (2000) penambahan teh hijau dalam ransum sangat nyata menurunkan kadar kolesterol total serum darah ayam broiler. Ayam yang menerima 5% teh hijau mempunyai kadar kolesterol terendah 130,30 mg/100ml, sedangkan ayam yang tidak diberi teh hijau mempunyai kadar kolesterol tertinggi yaitu 166,69 mg/100ml. Nisa (2005) menyatakan bahwa kadar kolesterol darah ayam petelur yang didapat pada penelitiannya berkisar antara 143,87 – 183,40 mg/100ml. Sedangkan kadar HDL darah ayam berkisar antara 43,617 – 53,847 mg/100ml. Dan untuk kadar LDL darah ayam berkisar antara 65,789 – 84,193 mg/100ml. Absorbsi dan Ekskresi Kolesterol Menurut Mayes et al. (1983) kolesterol dalam tubuh berupa kolesterol eksogen dan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen yang masuk ke dalam tubuh berasal dari makanan, sedangkan kolesterol endogen dibentuk sendiri oleh sel-sel tubuh, terutama di hati. Di dalam tubuh tidak dapat dibedakan antara kolesterol yang berasal dari sintesis dalam tubuh dan kolesterol yang berasal dari makanan. Dinding usus halus akan menyerap kolesterol tersebut. Jalur utama pembuangan kolesterol dari tubuh (200-300 mg/hari) melalui konversi oleh hati menjadi asam empedu. Senyawa ini disekresikan di dalam empedu, bersama-sama dengan kolesterol bebas akan dialirkan melalui saluran empedu ke dalam duodenum. Sekitar 98% dari asam empedu diabsorpsi ulang (reabsorpsi) oleh hati melalui sirkulasi. Di dalam hati, asam empedu diekskresi dan disekresi kembali ke dalam empedu. Di dalam empedu ini terdapat 2.000-3.000 mg asam empedu yang akan selalu mengalami daur ulang. Asam empedu yang tidak diserap, didegradasi dalam usus besar dan diekskresi di dalam feses. Jalur minor untuk pembuangan kolesterol (40 mg/hari) dilakukan melalui sintesis hormon steroid. Sekitar 1 mg/hari diekskresi dalam urin dan sekitar 50 mg/hari diekskresikan sebagai keringat atau hilang melalui rambut atau kulit (Muchtadi et al., 1993). Deposisi Kolesterol dalam Telur Nimpf & Schneider (1991) melaporkan bahwa kolesterol telur disintesis di dalam hati ayam petelur dan ditranspor untuk perkembangan folikel melalui plasma VLDL (Very low density lipoprotein), untuk selanjutnya dideposisikan oleh receptor mediated endocytosis. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi deposisi kolesterol dalam telur, antara lain genetik, nutrien dan obat-obatan. Han & Lee (1992) menyatakan bahwa telur yang diproduksi oleh ayam petelur coklat mengandung kolesterol dalam jumlah yang berbeda dengan telur yang diproduksi oleh ayam petelur putih. Ayam petelur putih memproduksi telur dengan kandungan kolesterol sebesar 1,741 mg/100 mg yolk atau sekitar 316,34 mg/yolk dengan berat yolk sebesar 18,17 gram. Sedangkan ayam petelur coklat memproduksi telur dengan kandungan kolesterol sebesar 1,708 mg/100 mg yolk atau sekitar 308, 29 mg/ yolk dengan berat yolk sebesar 18,05 gram. Wijiastuti (1994) menyatakan bahwa kadar kolesterol kuning telur pada ayam petelur penelitiannya berkisar antara 0,825 – 2,237 mg/100mg yolk. Griffin (1992) melaporkan bahwa setiap telur kadar kolesterolnya bervariasi. Bervariasinya kadar kolesterol tersebut bergantung dari besar kecilnya telur (North & Bell, 1990) MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2009, bertempat di kandang C Laboratorium Nutrisi Unggas Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 ekor ayam ras petelur strain Lohmann yang berumur 26 minggu dengan bobot badan rata-rata 1,67±0,135 kg yang dialokasikan ke dalam 4 perlakuan dengan 3 ulangan secara acak, dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang baterei yang terbuat dari kawat dengan 60 petak dan masing-masing petak berisi 2 ekor yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Peralatan yang digunakan adalah lampu sebagai alat penerangan, timbangan, termometer ruang, ember plastik, dan kertas label. Ransum Ransum disusun berdasarkan tabel komposisi zat nutrisi menurut Lesson & Summer (2005), dengan menggunakan bahan-bahan : jagung kuning, dedak padi, MBM, tepung ikan, bungkil kedelai, minyak kelapa, premix, DCP, dan CaCO3. Air minum yang diberikan berasal dari air sumur yang ada di dekat kandang. Komposisi dan kandungan zat nutrisi ransum penelitian terdapat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan dalam Ransum Bahan Makanan Jumlah (%) Jagung kuning 52 Dedak padi 16 MBM 7 Bungkil kedelai 10 Tepung ikan 5,75 Minyak kelapa 1,75 DCP 1 CaCO3 6 Premix 0,5 Total 100 Table 2. Komposisi Zat Makanan dalam Ransum Kandungan Zat Nutrisi Jumlah Energi metabolis (kkal/kg)1 2851,48 Protein kasar (%)2 17,44 Lemak kasar (%)2 5,25 Serat kasar (%)2 5,28 Kalsium (%) 2 Fosfor total (%) Lysin (%) 1 Methionin (%)1 3,44 2 0,44 1,0 0,4 Keterangan:1) Kandungan zat makanan berdasarkan Lesson & Summer, 2005 2) Kandungan zat makanan berdasarkan analisis proksimat Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2009). Tabel 3. Kebutuhan Zat Nutrisi Ayam Petelur Kandungan Zat Nutrisi Energi metabolis (kkal/kg) Jumlah 2850 Protein kasar (%) 18 Lemak kasar (%) <10 Serat kasar (%) <5 Kalsium (%) 3–4 Fosfor total (%) 0,43 Lysin (%) 0,8 Methionin (%) 0,4 Sumber : Lesson & Summer, (2005) Suplemen Suplemen yang digunakan adalah Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum), kromium organik, dan kedelai sangrai. Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum) yang digunakan adalah tubuh buah Lingzhi dikeringkan di bawah sinar matahari kemudian digiling halus. Jamur lingzhi yang diberikan sebanyak 5gram/50kg BB ayam. Bobot badan ayam pada penelitian ini rata-rata sebesar 1,67 kg, sehingga jamur lingzhi yang diberikan sebanyak 0,167 gram/ekor/hari. Kedelai sangrai dibuat dari kacang kedelai yang disangrai terlebih dahulu selama 15 menit dengan suhu sekitar 1000C kemudian didinginkan lalu digiling halus. Kacang kedelai yang diberikan sebanyak 1% dari lemak ransum. Lemak ransum sebesar 5,25% dikalikan dengan pemberian ransum/ekor/hari yaitu 110 gram. Didapatkan hasil sebesar 5,775 gram. Kemudian 5,775 gram dikalikan 1 %, dan didapatkan nilai sebesar 0,05774 gram/ekor/hari. Kromium organik berasal dari kacang kedelai rebus yang dicampur dengan kromium inorganik kemudian difermentasi dengan Rhizopus sp lalu dikeringkan dan digiling halus (Asnawati, 2008). Kromium organik yang diberikan sebanyak 3 ppm. 3 ppm yaitu 3 gram kromium yang diberikan pada pakan sebanyak 1000 kg. Jadi apabila pakan yang diberikan sebanyak 110 gram/ekor/hari, maka kromium yang diberikan sebanyak 0,00033 gram/ ekor/hari. Vaksinasi Vitamin yang digunakan adalah antistres yang diberikan selama 3 hari setelah kedatangan ayam di kandang dan pada saat penimbangan awal untuk mengatasi terjadinya stres pada ayam tersebut. Dilakukan vaksinasi dengan vaksin ND-IB melalui suntik pada bagian dada, dan vaksinasi ND-Lasota melalui tetes mata pada bagian mata kiri. Prosedur Jadwal Pemberian Pakan Pemberian air minum diberikan ad libitum, sedangkan untuk pakan diberikan sebanyak 110 gram per ekor per hari. Untuk jadwal pemberian pakan dan air minum dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari, yaitu pada saat pagi, siang, dan sore. Jadwal pemberian pakan dan minum pagi hari dilakukan pada jam sekitar 07.00 – 08.00 WIB, jadwal pemberian pakan dan minum siang hari dilakukan pada jam sekitar 12.00 – 13.00 WIB, dan jadwal pemberian pakan dan air minum sore hari dilakukan pada jam sekitar 16.00 – 17.00 WIB. Pencampuran Suplemen Ke dalam Pakan Pencampuran suplemen campuran ke dalam pakan dilakukan setiap seminggu sekali pada saat proses pembuatan pakan. Untuk Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum) digunakan dosis 5 g/50 kg dari bobot badan ayam. Kromium organik digunakan dosis 3 ppm, sedangkan untuk Kedelai sangrai digunakan dosis 1 % dari total lemak ransum. Suplemen yang sudah ditimbang kemudian dicampurkan terlebih dahulu. Setelah itu campuran suplemen tersebut kemudian dicampurkan dengan ransum secara bertahap, yaitu apabila berat total campuran suplemen 10 gram maka campurkan dengan 10 gram ransum. Setelah itu 20 gram tersebut dicampurkan lagi dengan 20 gr ransum, begitu seterusnya sampai suplemen tercampur rata dengan ransum. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan ransum dan 3 ulangan, tiap ulangan 10 ekor ayam per ulangan. Rancangan percobaan ini digunakan pada peubah kolesterol, LDL dan HDL dalan serum darah. Peubah kromium dalam serum dan telur, kolesterol dan conjugated linoleac acid (CLA) dalam telur dianalisa secara deskriptif. Penelitian ini menggunakan 4 jenis ransum perlakuan. Ransum perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : P1 = Kontrol (tanpa tambahan suplemen). P2 = P1 + Pakan suplemen berupa Ganoderma lucidum sebanyak 5 g/50 kg bobot badan, Kromium organik sebanyak 3 ppm, dan Kedelai sangrai sebanyak 1% dari lemak dalam ransum. P3 = P1 + Pakan suplemen berupa Ganoderma lucidum sebanyak 5 g/50 kg bobot badan, dan Kedelai sangrai sebanyak 1% dari lemak dalam ransum. P4 = P1 + Pakan suplemen berupa Kromium organik sebanyak 3 ppm, dan Kedelai Sangrai sebanyak 1% dari lemak dalam ransum. Metode matematiknya adalah Yij = µ + Pi + єij Keterangan: Yij : Pengamatan perlakuan ke-i dan ulagan ke-j µ : Rataan Umum Pi : Pengaruh perlakukan ke-i dan Єij : Galat perlakuan ke-I dan ulangan ke-j Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Kolesterol (Kolesterol total, HDL, dan LDL) pada serum darah, dan telur. 2. Kromium pada telur dan serum darah. 3. Conjugated linoleac acid (CLA) pada telur. Metode Kolesterol (Kolesterol total, HDL, dan LDL) pada Serum Darah. Pengambilan darah dilakukan pada setiap ulangan sebanyak 2 sampel. Pengambilan darah ini dilakukan pada akhir penelitian, yaitu lima minggu perlakuan. Darah diambil dari vena jugularis yang terdapat pada bagian leher ayam sebanyak 3 ml dengan syringe ukuran 3 ml dan syringe yang digunakan untuk masing-masing sampel berbeda, kemudian darah sebanyak 24 sampel dimasukan ke dalam tabung. Sampel darah yang diperoleh disentrifuse dengan kecepatan 2.500 rpm kurang lebih 15 menit. Supernatan berupa serum diambil dengan pipet steril dan ditempatkan pada tabung Eppendorf dan siap untuk dianalisis. Pengukuran kadar kolesterol darah dilakukan dengan menggunakan metode Kit (Diagnostic system international 2005 dalam Hanafiah 2008). Serum diambil satu sampel secara acak dari setiap perlakuan dan ulangan. Persiapan yang perlu dilakukan yaitu tabung blanko diisi 10 µl aquadest dan 1.000 µl reagen kit, tabung standar diisi 10 µl larutan standar kolesterol dan 1.000 µl reagen kit, tabung sampel diisi 10 µl serum darah dan 1.000 µl reagen kit. Campuran kemudian dihomogenkan dengan vortex kemudian diinkubasi pada suhu 20-25°C selama 10-20 menit. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang (λ) 546 nm dalam waktu 1 jam setelah pencampuran dengan alat spektofotometer. Kolesterol (mg/dl) = Absorbansi Sampel X Konsentrasi standar kolesterol (mg/dl) Absorbansi standar Pengukuran kadar kolesterol-HDL dengan menggunakan metoda Kit (Diagnostic system international 2005 dalam Hanafiah 2008). Serum sebanyak 500 µl ditambah dengan 1000 µl larutan Kit, dicampur sampai homogen, kemudian didiamkan selama 10 menit pada suhu 20-25°C. Disentrifius selama 10 menit dengan 4000 putaran per menit. Serum dipisahkan dari endapan dalam waktu dua jam setelah sentrifugasi. Sebanyak 100 µl supernatan ditambah 1000 µl CHOD-PAP dicampur, diikubasi selama 10 menit pada suhu 20-25°C. Blanko diisi 100 µl aquades ditambah 1000 µl reagen CHOD-PAP, tabung standar diisi 100 µl standar kolesterol dan 1000 µl reagen CHOD-PAP. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang (λ) 546 nm dalam waktu 1 jam setelah pencampuran dengan alat spektofotometer. HDL (mg/dl) = Absorbansi sampel 3 Absorbansi standar HDL X Konsentrasi standar HDL (mg/dl) Nilai kolesterol-LDL dihitung menggunakan metode perhitungan secara tidak langsung yang dikenal dengan nama Metode Friedwald (Friedwald et al., 1972) yaitu: LDL (mg/dl) = Kolesterol total – Kolesterol HDL - Trigliserida 5 Kromium pada Telur dan Serum Darah. Untuk analisis kromium pada telur dan serum darah diambil 2 sampel pada setiap perlakuan sehingga total ada 8 sampel yang dianalisis. Sebelum dianalisis di AAS atau spektrofotometer dilakukan preparasi terlebih dahulu dengan langkah sebagai berikut. Sampel ditimbang ± 1 g lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml/100 ml, ditambahkan 5 ml HNO3 (p) dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam. Lalu dipanaskan di atas hot plate dengan temperatur rendah selama 46 jam (dalam ruang asam). Didiamkan selama semalam (sampel ditutup), lalu ditambahkan 0,4 ml H2SO4 (p) , kemudian dipanaskan di atas hot plate sampai larutan berkurang (lebih pekat), biasanya ± 1 jam. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO4: HNO3 (2:1). Sampel masih tetap di atas hot plate, karena pemanasan terus dilanjutkan sampai ada perubahan warna dari coklat ke kuning tua lalu menjadi kuning muda (biasanya ± 1 jam). Setelah ada perubahan warna, pemanasan masih dilanjutkan selama 10-15 menit, lalu dipindahkan dan didinginkan. Kemudian ditambahkan 2 ml aquades dan 0,6 ml HCl (p). Dipanaskan kembali agar sampel larut (±15 menit) kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml. Apabila ada endapan disaring dengan Glass Wool. Hasil pengabuan basah dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer untuk analisis berbagai mineral. Kolesterol dan Asam Lemak pada Telur. Untuk analisis kolesterol dalam telur diambil 1 sampel telur pada setiap perlakuan sehingga total ada 4 telur yang dianalisis. Untuk analisis kolesterol dalam telur ini dilakukan dengan metode Liebermann Buchner (Kleiner dan Dotti, 1958). Cara kerja metode ini adalah sebagai berikut; sebanyak 0,1 mg kuning telur diaduk di dalam tabung reaksi bersama 10 ml alkohol eter. Pengadukan dilakukan sampai terbentuk larutan yang homogen. Kemudian disentrifuse dengan kcepatan 3000 rpm selama 10 menit. Setelah itu dipindahkan ke dalam gelas piala serta dipanaskan pada penangas air sampai kering, ekstraknya dilarutkan dengan kloroform sedikit demi sedikit sambil dilakukan pemindahan ke dalam tabung reaksi sampai volume 10 ml, lalu ditambahkan asam asetat anhidrid sebanyak 2 ml dan 4 tetes asam sulfat pekat, diaduk sampai warna hijau. Larutan tersebut disimpan selama 15 menit di dalam ruang gelap. Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan menggunakan spectrofotometer sehingga didapatkan nilai absorban sampel. Nilai kolesterol didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kolesterol (mg%) = Absorbans sampel Absorbans standar X Konsentrasi standar Berat sampel Untuk kandungan asam lemak diambil 1 sampel telur pada setiap perlakuan sehingga total ada 4 telur yang dianalisis. Untuk analisis asam lemak ini dilakukan dengan metode AOAC (AOAC, 1990) dan prepasinya dilakukan dengan menggunakan gas kromatografi (GC) dengan menimbang sebanyak 0,02-0,05 g sampel dan dilarutkan dengan 2,0 ml NaOH dalam metanol 0,5 M, kemudian dipanaskan pada suhu 80 °C selama 20 menit. Setelah penambahan larutan BF3 dalam metanol sebanyak 2,0 ml, sampel dipanaskan kembali pada suhu 80 °C selama 20 menit dan selanjutnya ditambahkan NaCl jenuh dan heksan, masing-masing sebanyak 2,0 ml. Sampel (2,0 μl) dimasukkan dalam kolom silikagel GC. GC dijalankan dengan pelarut H2 (g) dan N2 (g) pada suhu awal 150°C dan suhu injektor 200 °C. Deteksi sampel diukur dengan FID pada suhu 250 °C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Kolesterol, LDL dan HDL dalam Serum dan Kolesterol dalam Kuning Telur. Perlakuan penelitian menggunakan 3 suplemen yaitu jamur lingzhi, kedelai sangrai, dan kromium organik yang dicampur, kemudian diberikan pada ayam petelur yang berumur 26 minggu. Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian perlakuan suplemen campuran ketiganya tidak berbeda nyata terhadap kandungan kolesterol total, HDL, dan LDL baik pada P2 (Jamur lingzhi, kedelai sangrai, kromium organik), P3 (Jamur lingzhi, kedelai sangrai) maupun P4 (kedelai sangrai, kromium organik). Tabel 4. Kandungan Kolesterol, LDL, dan HDL Serum Darah dan Kolesterol dalam Kuning Telur Ayam Petelur. P1 P2 (LZ+CrO+KS) P3 (LZ+KS) P4 (CrO+KS) Kolesterol Serum (mg/100ml) 138,88±41,72 119,56±17,71 112,65±22,86 129,92±37,88 LDL Serum (mg/100ml) 55,28±12.51 54,28±29,99 58,67±28,57 52,64±26,16 HDL Serum (mg/100ml) 36,90±10,31 40,55±1,90 38,19±6,10 41,47±10,80 Kolesterol Kuning Telur (mg/100mg) 2,107 2,290 2,323 2,073 Peubah Keterangan : P1 = Kontrol (Tanpa tambahan suplemen); P2 = P1 + Jamur Lingzhi + Cr organik + Kedelai sangrai; P3 = P1 + Jamur Lingzhi + Kedelai sangrai; P4 = P1 + Kedelai Sangrai + Cr organik; LZ= Jamur lingzhi; CrO = kromium organik; KS = Kedelai sangrai. Kolesterol Serum dan Telur Pemberian suplemen campuran pada P2 (Lingzhi, Kedelai sangrai, kromium organik), P3 (Lingzhi, Kedelai sangrai) maupun P4 (Kedelai sangrai, kromium organik) belum mempengaruhi secara nyata terhadap kandungan kolesterol dalam serum. Pemberian suplemen campuran dari jamur lingzhi + kedelai sangrai + kromium organik pada ayam petelur menghasilkan kadar kolesterol serum darah ayam berkisar antara 112,65-129,92 mg/100 ml (Tabel 4). Kadar kolesterol tersebut masih dalam kadar yang normal sesuai dengan pernyataan Swenson (1984), yang menyatakan bahwa kolesterol darah ayam berkisar antara 125-200 mg/100ml. Suplementasi kromium organik belum dapat menurunkan kadar kolesterol dalam serum darah ayam petelur yang terlihat pada kandungan kolesterol antara P2 dan P3. Tidak terlihatnya peran kromium organik disebabkan oleh ransum cukup mengandung kromium. Menurut Underwood (1971), penambahan Cr pada ransum yang rendah akan Cr dapat menurunkan level kolesterol didalam darah dan menghambat kecenderungan peningkatan kolesterol seiring dengan meningkatnya umur. Selain itu, tidak terlihatnya peran kromium organik dalam menurunkan kolesterol serum darah ayam, disebabkan pula oleh dosis kromium yang diberikan sebesar 3 ppm belum dapat menurunkan kolesterol seperti hasil penelitian Suksombat, (2005) bahwa penambahan Cr ragi, dan Cr pikolinat dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah ayam broiler. Suplementasi jamur lingzhi dapat menurunkan kadar kolesterol dalam serum darah ayam petelur yang terlihat pada kandungan kolesterol antara P2 dan P4. Suplementasi jamur lingzhi sebesar 5g/50kg BB sudah dapat memperlihatkan peran adenosin dan terpenoid yang terkandung dalam jamur lingzhi. Susanto (1998) menyatakan bahwa jamur lingzhi mempunyai beberapa komponen seperti adenosin dan terpenoid yang diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol. Salah satu epimer dari adenosin yang terkandung dalam lingzhi bekerja menghambat aktivitas agregasi kumpulan darah, dengan demikian adenosin secara medis akan dapat menurunkan kadar kolesterol dan lemak, terpenoid ampuh melenturkan otot polos pembuluh darah dan memperbaiki viskositas atau kekentalan darah, artinya, bisa mencegah koagulasi atau penggumpalan darah, merangsang sirkulasi darah. Pada setiap perlakuan yang mendapatkan suplemen baik pada P2, P3, dan P4 terlihat kecenderungan kadar kolesterol dalam serum darah yang lebih rendah dibandingkan dengan P1 (Kontrol). Penurunan kadar kolesterol serum tersebut selain disebabkan oleh jamur lingzhi, dan kromium organik seperti yang telah dijelaskan, juga diduga disebabkan oleh suplemen kedelai sangrai yang diberikan. Kedelai sangrai merupakan sumber asam lemak linoleat yang termasuk ke dalam asam lemak tidak jenuh. Menurut Winarno, (2002) makanan yang banyak mengandung lemak tidak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Berikut adalah grafik kandungan kolesterol dalam serum (Gambar 2) dan kolesterol dalam telur (Gambar 3) : Gambar 2. Grafik Kandungan Kolesterol dalam Serum. Gambar 3. Grafik Kandungan Kolesterol dalam Telur. Pada kandungan kolesterol dalam telur tidak menunjukkan adanya penurunan, akan tetapi terlihat adanya kecenderungan peningkatan, terutama pada P2 dan P3 (Gambar 2). Terjadinya peningkatan kolesterol dalam telur pada P2 dan P3 berkorelasi negatif dengan kandungan kolesterol dalam serum yang mengindikasikan adanya penurunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sloan et al., (1994) bahwa kolesterol dalam darah secara nyata berkolerasi negatif dengan kolesterol dalam telur, disaat kadar kolesterol dalam darah tinggi, maka kolesterol dalam telur rendah, begitu juga sebaliknya. Kadar kolesterol dalam kuning telur yang didapat pada penelitian ini berkisar antara 2,073 – 2,323 mg/100 mg. Hal ini sesuai dengan penelitian Wijiastuti (1994) yang menyatakan bahwa kadar kolesterol kuning telur pada ayam petelur penelitiannya adalah berkisar antara 0,825 – 2,237 mg/100mg kuning telur. Sebagian besar kolesterol yang ditemukan dalam kuning telur disintesis di hati ternak unggas, ditransfer melalui darah dalam bentuk lipoprotein dan kemudian dideposisikan ke follikel (Hammad et al., 1996). Secara logika dapat diasumsikan bahwa ada hubungan antara level kolesterol dalam kuning telur dengan yang kolesterol yang ada dalam darah. Kolesterol yang berasal dari tubuh berasal dari kolesterol eksogen dan endogen. Kolesterol eksogen berasal dari makanan, sedangkan kolesterol endogen dibentuk sendiri oleh sel-sel tubuh terutama di hati. High Density Lipoprotein (HDL) HDL merupakan kolesterol yang membawa lipoprotein dengan kerapatan tinggi (high density lipoprotein). Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam pembuluh darah ke reseptor HDL di hati untuk dikeluarkan melalui empedu. Pemberian suplemen campuran pada P2 (Lingzhi, Kedelai sangrai, kromium organik), P3 (Lingzhi, Kedelai sangrai) maupun P4 (Kedelai sangrai, kromium organik) belum mampengaruhi secara nyata terhadap kandungan HDL dalam serum. Hal ini disebabkan karena dosis penggunaan suplemen masih terlalu rendah sehingga belum mampu memperlihatkan pengaruh yang signifikan. Pemberian suplemen campuran dari jamur lingzhi + kedelai sangrai + kromium organik pada ayam petelur menghasilkan kadar HDL serum darah ayam berkisar antara 38,19-41,47 mg/100 ml. (Tabel 4). Suplementasi kromium organik terlihat dapat menaikkan kadar HDL dalam serum darah ayam petelur yang terlihat pada kandungan HDL antara P2 dan P3. Terlihat bahwa pada P2 yang mendapat suplemen kromium organik terlihat indikasi lebih tinggi kandungan HDL dalam serum dibandingkan P3. Kromium itu sendiri berperan dalam meningkatkan potensi aktivitas insulin yaitu dengan cara sebagai komponen GTF, disaat kadar glukosa dalam darah tinggi maka GTF akan mempengaruhi insulin yang disekresikan. Dengan tersedianya kromium, maka resiko penyakit diabetes militus akan rendah. Menurut Muchtadi (1993) menyatakan bahwa kadar HDL dalam serum darah akan rendah pada penderita diabetes militus. Walaupun hasil sidik ragam menunjukkan tidak berbeda nyata, tetapi kandungan HDL pada P2, P3 dan P4 memiliki kecenderungan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan kadar HDL dalam darah berkolerasi negatif terhadap resiko menderita ateroskelerosis. Hal ini disebabkan karena HDL dapat mengangkut kolesterol bebas yang berada di dinding pembuluh darah dan membawanya kembali ke hati dan dikeluarkan lewat empedu. Low Density Lipoprotein (LDL) LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh epitel jaringan perifer pembuluh nadi yang mempunyai efek aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding bagian dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan pembuluh arah. Pemberian suplemen campuran pada P2 (Lingzhi, Kedelai sangrai, kromium organik), P3 (Lingzhi, Kedelai sangrai) maupun P4 (Kedelai sangrai, kromium organik) belum mampengaruhi secara nyata terhadap kandungan LDL dalam serum. Hal ini disebabkan karena dosis penggunaan suplemen masih terlalu rendah sehingga belum mampu memperlihatkan pengaruh yang signifikan pada penurunan kadar LDL dalam serum darah ayam. Pemberian suplemen campuran dari jamur lingzhi + kedelai sangrai + kromium organik pada ayam petelur menghasilkan kadar LDL serum darah ayam berkisar antara 52,64-58,67 mg/100 ml. (Tabel 4). Kadar LDL tersebut masih lebih rendah dibadingkan dengan penelitian Nisa (2005) yang menggunakan tepung sambiloto mendapat kadar LDL serum darah ayam petelur berkisar antara 65,789 – 84,193 mg/100ml. Suplementasi kromium organik dapat menurunkan kadar LDL dalam serum darah ayam petelur yang terlihat pada kandungan LDL antara P2 dan P3. Pada P2 yang mendapat suplemen kromium, lebih rendah kadar LDLnya dibandingkan dengan P3. Hal ini disebabkan karena kromium dapat menghambat enzim reduktase hidroksimetilglutaril coenzim- A, yang berperan dalam sintesis kolesterol dalam tubuh. Suplementasi jamur lingzhi belum dapat menurunkan kadar LDL dalam serum darah ayam petelur yang terlihat pada kandungan LDL antara P2 dan P4. LDL merupakan kolesterol berbahaya yang membawa lipoprotein dengan kerapatan rendah (low density lipoprotein) karena dapat menimbulkan timbunan kolesterol dalam pembuluh darah. Kadar LDL di dalam darah diharapkan tidak melebihi 4 kali jumlah HDL, karena resiko aterosklerosis akan tinggi apabila kadar LDL melebihi 4 kali dari kadar HDL. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kadar LDL tidak melebihi 2 kali dari kadar HDL. Pengaruh Pemberian Suplemen pada Kandungan Kromium Starich dan Blincoe (1983) menyatakan bahwa kromium organik dapat diserap 20 sampai 30 kali lebih efisien dari sumber anorganik. Senyawa kromium seperti Cr2O3 telah lama dikenal sebagai marker untuk mengetahui konsumsi pakan, kecernaan nutrien dan mineral yang dikeluarkan. Kromium dalam bentuk organik mempunyai keutamaan yaitu lebih mudah larut, mudah diabsorbsi dan tidak bersifat toksik dibandingkan dengan Cr anorganik. Tabel 5. Kandungan Kromium pada Telur dan Serum. Peubah P1 0,0526±0,03 P2 (LZ+CrO+KS) 0,0361±0,004 P3 (LZ+KS) 0,0181±0,02 P4 (CrO+KS) 0,0121±0,01 Serum (ppm) Telur (ppm) 1,8700±0,22 2,2700±0,31 1,9700±0,20 2,1100±0,18 Keterangan : P1 = Kontrol; P2 = P1 + Lingzhi + Cr organik + Kedelai sangrai; P3 = P1 + Lingzhi + Kedelai sangrai; P4 = P1 + Cr organik + Kedelai sangrai; LZ= Jamur lingzhi; CrO = kromium organik; KS = Kedelai sangrai. Pada Tabel 5 tercantum hasil kandungan kromium pada telur dan serum darah ayam. Pada kandungan kromium dalam serum, terjadi penurunan pada P2, P3, dan P4. Sedangkan sebaliknya terjadi kenaikan kandungan kromium dalam telur pada P2, P3, dan P4. Hal ini menunjukkan bahwa kromium yang ada di dalam darah terdeposisi ke dalam telur sehingga kadar kromium dalam telur mengalami peningkatan pada penambahan suplemen kromium organik. Pada kandungan kromium dalam serum terlihat lebih rendah pada P2, P3, dan P4 dibandingkan kontrol (P1). Hal ini menunjukkan bahwa kromium sangat cepat untuk dieksresikan. Pada kandungan kromium dalam telur terlihat adanya kecenderungan lebih tinggi pada pemberian suplemen (Gambar 3). Pada perlakuan yang mendapat suplemen tambahan terlihat adanya kecenderungan peningkatan kandungan kromium pada telur. Berikut adalah grafik kandungan kolesterol dalam serum (Gambar 2) dan kolesterol dalam telur (Gambar 3) : Gambar 4. Grafik Kandungan Kromium dalam Serum. Gambar 5. Grafik Kandungan Kromium dalam Serum. Peningkatan yang tinggi terjadi pada perlakuan yang mendapatkan suplementasi kromium organik yaitu pada perlakuan 2 dan 4. Pada perlakuan 2 dan 4 terjadi peningkatan kandungan kromium dalam telur berturut-turut sebesar 21,4% dan 12,8%. Kandungan kromium pada telur meningkat karena adanya penambahan kromium organik ke dalam pakan sehingga ketersediaan kromium menjadi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kromium organik memiliki ketersediaan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 25 sampai 30% (NRC, 1997). Terjadinya peningkatan kromium dalam telur pada pemberian kromium juga dapat menunjukkan bahwa adanya deposisi kromium pada telur. Kandungan kromium dalam telur pada poenelitian ini berkisar antara 1,87 - 2,27 ppm, hasil ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian Richards (1997), yang menyatakan bahwa kadar kromium didalam telur ayam adalah sebesar 0,103 ppm. Jalan utama bagi Kromium untuk masuk ke dalam organisme adalah melalui sistem pencernaan. Tempat absorbsi paling aktif adalah jejunum, sedangkan absorbsi di dalam ileum dan duodenum kurang efisien. Absorbsi Cr akan meningkat seiring dengan tingginya level karbohidrat dan adanya asam amino. Kromium yang diserap kemudian diangkut melalui protein Fe (iron carrier protein) dari plasma darah yaitu transferrin. Setelah melalui penyerapan di usus, hampir semua Cr masuk ke dalam hati dan akan digabungkan dengan faktor toleransi glukosa. Sejumlah faktor toleransi glukosa tertentu disekresikan ke dalam darah dan akan tersedia untuk membantu aktivitas insulin. Unsur Cr yang tidak digunakan lagi kemudian dieksresikan melalui urin. Pengaruh Pemberian Suplemen pada CLA dalam Telur Conjugated Linoleac Acid (CLA) merupakan isomer dari asam linoleat yang setiap posisi memiliki ikatan ganda yaitu konfigurasi cis trans, cis cis, dan trans trans. Secara umum, minyak tumbuhan mengandung asam linoleat tinggi dan memberikan respons terbesar dalam peningkatan CLA pada lemak susu (Kelly, 1998). Tabel 6. Kandungan CLA dalam telur. Perlakuan P1 CLA (%) 0,42 P2 (LZ+CrO+KS) 0,48 P3 (LZ+KS) 0,5 P4 (CrO+KS) 0,44 Keterangan : P1 = Kontrol;P2 = P1 + Lingzhi + Cr organik + Kedelai sangrai;P3 = P1 + Lingzhi + Kedelai sangrai;P4 = P1 + Cr organik + Kedelai Sangrai; LZ= Jamur lingzhi; CrO = kromium organik; KS = Kedelai sangrai. Kandungan CLA dalam telur menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pada setiap perlakuan jika dibandingkan dengan kontrol walaupun tidak begitu besar (Gambar 4). Peningkatan kadar CLA dalam telur pada perlakuan 2 adalah sebesar 14,3% dibandingkan dengan perlakuan 1 atau kontrol, pada perlakuan 3 sebesar 19,1% dan pada perlakuan 4 sebesar 4,2%. Peningkatan yang hampir sama pun didapat oleh Alvarez et al., (2004) yang mendapatkan peningkatan kandungan CLA dalam telur sebesar 10,5% pada penambahan 3% CLA. Menurut Adawiah (2005) suplementasi kedelai sangrai pada sapi perah dapat meningkatkan kadar asam lemak tak jenuh pada susu, khususnya asam linoleat bahkan kadar CLA meningkat hingga 101,5%. Meski merupakan komponen lemak, namun CLA dapat mengurangi lemak tubuh dan meningkatkan massa otot dengan lemak sedikit. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian suplemen campuran jamur lingzhi, kedelai sangrai dan Cr organik pada pakan ayam petelur belum mampu menurunkan kolesterol dalam telur. Kandungan kolesterol dalam serum terlihat adanya indikasi penurunan pada penambahan suplemen lingzhi. Pada penambahan kromium organik terlihat adanya indikasi penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL. Pada telur terjadi peningkatan kandungan kromium dan CLA pada penambahan suplemen kromium dan kedelai sangrai. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang mekanisme dan identifikasi kandungan zat aktif pada jamur lingzhi serta penentuan dosis optimum pemberian suplemen jamur lingzhi, Cr organik, maupun kedelai sangrai untuk mengetahui efek positif yang lebih nyata pada ayam petelur dan produknya. UCAPAN TERIMA KASIH Bismillahirrahmannirrahim. Alhamdulillahirabbil’aalamin. Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Dwierra Evvyernie Amirroenas, MS. M.Sc. dan Ir. Dwi Margi Suci, M.S. sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, saran, dan nasihat yang telah diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah selaku dosen pembahas seminar, kepada Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr dan Dr. Rudi Afnan, S.Pt. M.Sc. Agr selaku dosen penguji sidang. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik moril maupun materil. Semoga penulis dapat memenuhi harapan dan memberikan yang terbaik. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada mas Mulyanto, Ahmad Matchik dan ibu Lanjarsih yang telah membantu dalam penelitian di kandang. Teman satu tim penelitian mba Tania atas kerjasama, pengertian dan kebersamaannya. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada Rolis, Raisa, ibu Yenny, Suli, Efi, dan mba romantis atas semua saran dan masukannya. Fajar, Inul, Indra, dan Adi atas segala bantuannya. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta pembaca umumnya. Bogor, Oktober 2010 Penulis DAFTAR PUSTAKA Adawiah. 2005. Respons produktivitas dan kualitas susu pada suplementasi sabun mineral dan mineral organik serta kacang kedelai sangrai dalam ransum ternak ruminansia. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Álvarez, C., P. Cachaldora, J. Méndez, & P. García. 2004. Effects of conjugated linoleic acid addition on its deposition in eggs of laying hens, fed with no other fat source. Spanish Journal of Agricultural Research. 2 (2): 203-209 Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta. AOAC. 1990. Official Methods of Analysis. 15th Edition. Association of Official Analytical Chemists. Washington. Asnawati, K. 2008. Inkorporasi kromium pada media kedelai yang difermentasikan dengan Rhizopus sp. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bappenas, 2006. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat www.disnak.jabarprov.go.id. [03 September 2010] Pedesaan. Chang, S. & P. G. Miles. 2004. Mushrooms: Cultivation, Nutritional Value, Medicinal Effect, and Enviromental Impact. 2nd Edition. CRC Press. New York. Friedewald, N. T., R. I. Levy, & R. I. Frieddericson. 1972. Estimation of the concentration of low density lipoprotein cholesterol plasma without use of the preparative ultracentrifugation. Clin. Chem. 18 (6): 499-502. Groof J. L. & S. S. Grooper. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism. 3rd Edition. Wadswoth Thomson Learning. Belmont CA. Grevatt P. C. 1998. Toxicological review of hexavalent chromium. Protection Agency. Washington DC. Griffin, H. D. 1992. Manipulation of egg yolk cholesterol : a physiologist’s view. World’s Poult. Sci. 48 : 101 – 112. Hammad, S. M., H. S. Siegel & H. L. Marks. 1996. Dietary cholesterol effects on plasma and yolk cholesterol fraction in selected lines of Japanese quail. Poult. Sci. 75:933-942. Han, C. K, & N. H. Lee. 1992. Yolk cholesterol content in egg the mayor domestic strain of breeding. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 5 (3) : 461 – 464. Hanafiah, T. H. 2009. Kadar kolesterol serum darah ayam petelur yang diberi air rebusan daun sirih. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Irene, A. 2001. Pemanfaatan medium Ganoderma lucidum yang berasal dari empelur kelapa sawit sebagai pakan ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kelly, M. L. 1998. Dietary fatty acid sources affect conjugated linoleic acid concentration in milk from lactating dairy cows. J Nutr 128:881-885 Kleiner, I. S. & L. B. Dotti. 1962. Laboratory Instruction in Biochemistry. 6th Edition. The C. V. Mosby company. New York. Laihad, J. T. 2000. Pengaruh penambahan teh hijau dalam pakan pada kolesterol ayam broiler. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Leeson, S & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Edition. Ontario. Canada. Linder, M. C. 1992. Nutrisi dan Metabolisme Mikromineral dalam : Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis. Cetakan Pertama. Terjemahan: A. Parakkasi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Lindemann, M. D. 1996. Organic chromium-the missing link in farm animal nutrition. Feeding Times 1:8-16 Lehninger, A. L. 1990 Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mayes, P. A., D. W. Martin & V. W. Rodwell. 1983. Harper’s Review of Biochemistry. 19th Edition. Lange Medical Publications. Maruzen Asia. Ayer Rajah. Singapore. Mertz W. 1993. Chromium in human nutrition. J. Nutr. 123:626-633. Mertz W. 1998. Chromium research from a distance: from 1959 to 1980. J. American Coll. Nutr 17 : 544-547. Muchtadi, D., N. S. Palupi, & M. Astnawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor. National Research Council. 1997. The Role of Chromium in Animal Nutrition. National Academic Press, Washington, D. C. Nimpf, J. & W. J. Schneider, 1991. Receptor-mediated lipoprotein transport in laying hens. J. Nutr. 121 : 1471 – 1474. Nissa, Z. 2005. Evaluasi penggunaan tepung sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum ayam petelur umur 33-40 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. North, M. O. & D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 Edition. An Avi Book Published by V. N. Reinhold, New York. th Ohh, S. J. & J. Y. Lee. 2005. Dietary chromium-methionine chelate supplementation and animal performance. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 18. : 898- 907 Parjimo, H. & H. Soenanto. 2008. Jamur Ling Zhi Raja Herbal, Seribu Khasiat. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Pudjiadi. 1997. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. 3rd Edition, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Richards, M. P. 1997. Trace mineral metabolism in the avian embryo. Poult.Sci. 76:152-164. Romanoff, A. L. & A. J. Romanoff. 1963 The Avian Egg. John Wiley and Sons Inc. New York. Salim, M. N. 2001. Pengaruh lemak sapi dan minyak kelapa terhadap kadar kolesterol darah dan histopatologi aorta ayam (Gallus gallus). Media Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan 17 : 26-28. Scott, M. L., M. C. Nesheim & R. J. Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Edition. M. L. Scott and Associates. Ithaca, New York. Sloan, D. P., RH. Harms, G. B. Russell & W. G. Smith. 1994. The relationship of egg cholesterol to serum cholesterol, serum calcium, feed consumption and dietary cholecalciferol .Poult. Sci. 73:472-475. Starich, G. H. & C. Blincoe. 1983. Dietary chromium form and availabilities. The Science of the Total Environment 28:443-454 Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Terjemahan: B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Suksombat, W & S. Kanchanatawee. 2005. Effects of various sources and levels of chromium on performance of broilers. J. Anim. Sci. 18 (11) : 1628-1633 Suriawiria. 2001. Budidaya Ling Zhi dan Maitake Jamur Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya, Jakarta. Susanto. A. 1998. Sifat-sifat biokimiawi dan fabrikasi ganoderma, jamur patogen pohonan. J. Perlindungan Tanaman Indonesia. 4 (2): 83-91. Swenson, M. J. 1984. Duke’s Phsiology of Domestic Animals. 10 th Edition. Publishing Assocattes a Division of Cornell University. Ithaca and London. Underwood, E. J. 1971. Trace Element in Human and Animal Nutrition. 3rd Edition. Academic Press, New York. Undewood, E. J. & N. F Suttle. 2001. The mineral Nutrition of livestock. 3rd Edition. CABI Publishing. New York. Vares, T. & P. Hatakka. 1997. Lignin-degrading activity and ligninolytic enzymes of different white rot fungi: Effect of manganese and malonate. Canadian Journal of Botany. 75 (1): 61-71. Wijiastuti, L. 1994. Pengaruh penggunaan ampas tempe dalam ransum terhadap kandungan kolesterol kuning telur dan performans ayam petelur strain Lohhman fase II. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Kedelapan. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. LAMPIRAN Lampiran 1. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kolesterol Total Serum Darah. SK Perlakuan Error Total Keterangan: db 3 8 11 db Fhit F0,05 F0,01 JK KT Fhit F0.05 F0.01 1195.91 398.6367 0.397531 2,306 3,355 8022.25 1002.781 9218.17 = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) Lampiran 2. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan LDL Serum Darah SK Perlakuan Error Total Keterangan: db JK KT Fhit F0.05 F0.01 3 81.22 27.07333 0.04235 2.306 3.355 8 5114.18 639.2725 11 5195.4 db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) Lampiran 3. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan HDL Serum Darah SK Perlakuan Error Total Keterangan db db Fhit F0,05 F0,01 JK KT Fhit F0.05 F0.01 3 82.99 27.66333 0.386184 2,306 3,355 8 573.06 71.6325 11 656.0473 = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)