B A B II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pada saat ini persaingan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya cukup ketat. Setiap perusahaan mencoba berbagai cara untuk dapat merebut pangsa pasar. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Maka perusahaan perlu menjalankan kegiatan pemasaran yang benar-benar memberikan kepuasan kepada para konsumen. Pemasaran memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan atau usaha. Setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan pasar harus memahami benar suatu proses memasarkan produk perusahaan. Kunci dari pencapaian tujuan perusahaan adalah sebaik apa perusahaan bisa memahami kebutuhan dan keinginan dari konsumen yang ada di pasar. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pemasaran, maka penulis mengutip beberapa pendapat pakar pemasaran, yaitu : Menurut Kotler dan Keller (2009:9), bahwa pemasaran yaitu: 10 ”Suatu proses sosial yang dimana setiap individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.” Menurut Lamb dan Mc.Daniel dalam bukunya Pemasaran (2001:6) pengertian pemasaran adalah: ”Suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi” 2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen Pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul, menurut Kotler dan Keller (2009:38) Manajemen Pemasaran telah mengalami sejumlah pergeseran dalam tahun-tahun terakhir ketika perusahaan mencari keunggulan pemasaran. Perangkat tugas yang perlu bagi manajemen pemasaran yang sukses mencakup pengembangan rencana dan strategi pemasaran, berhubungan dengan pelanggan, membangun merek yang kuat, membentuk tawaran pemasaran, pencerahan dan kinerja pemasaran, serta menciptakan pertumbuhan jangka panjang yang berhasil. 11 Menurut ahli dalam bidang pemasaran yaitu Kotler dan Keller (2009:6) pemasaran diartikan sebagai “Suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. 2.1.3 Filosofi Manajemen Pemasaran Kita menguraikan manajemen pemasaran sebagai melaksanakan tugas untuk mencapai pertukaran yang didambakan dengan pasar sasaran. Falsafah apa yang sebaiknya menjadi pedoman usaha pemasaran itu. Berapa bobot kepentingan yang harus diberikan pada organisasi, pelanggan dan masyarakat yang berkepenting Sering kali kepentingan itu saling bertentangan, menurut Kotler dan Amstrong (2004:20): a. Konsep Produksi Filosofi yang menyatakan bahwa pelanggan akan menyukai produk yang tersedia dan harganya terjangkau dan karena itu manajemen harus berusaha keras untuk memperbaiki produksi dan efisiensi distribusi. b. Konsep Produk Gagasan bahwa konsumen akan menyukai produk yang mempunyai mutu terbik, kinerja terbaik dan sifat paling inovatif. c. Konsep Penjualan 12 Gagasan yang menyatakan bahwa konsumen tidak akan membeli produk suatu organisasi dalam jumlah cukup kecuali jika organisasi tersebut melakukan usaha penjualan dan promosi berskala besar. d. Konsep Pemasaran Menyatakan bahwa pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing. 2.2 Produk 2.2.1 Pengertian Produk Produk merupakan elemen yang paling mendasar dan penting dari bauran pemasaran (Marketing Mix). Dikatakan paling penting karena dengan produklah perusahaan menetapkan harga yang pantas, menyalurkan produk tersebut dengan suatu bauran komunikasi yang tepat. Produk dapat berupa barang dan jasa, jika tidak ada produk, maka tidak akan ada pemindahan hak milik sehingga tidak akan ada pemasaran. Semua kegiatan pemasaran lainnya digunakan untuk menunjang gerakan produk. Seberapa hebatnya usaha promosi, distribusi dan harga jika tidak diikuti dengan produk yang bermutu, disenangi oelh konsumen, maka usaha suatu perusahaan yang tidak berhasil. Menurut Kotler (2009:448) pengertian produk adalah : 13 ” Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan”. Sedangkan menurut Tjiptono (2002:95) dalam bukunya Strategi Pemasaran bahwa : ” Produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas ‘sesuatu’ yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan orang melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli perusahaan”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa produk yang akan dibuat atau ditawarkan harus memiliki kualitas, kinerja dan manfaat yang terbaik yang senantiasa didasarkan pada kebutuhan dan keinginan para konsumennya agar produk yang dibuat dan ditawarkan dapat memuaskan para konsumennya. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk memiliki competitive advantage (keunggulan bersaing dalam bidang tertentu untuk memenangkan persaingan). Pada umumnya konsumen tidak akan membeli barang atau jasa tanpa ada manfaat dan nilai dari suatu barang/jasa yang ditawarkan tersebut. 2.2.2 Tingkatan Produk Perusahaan yang berusaha memfokuskan kepada kepuasan konsumen, harus dengan cara cermat memperhatikan nilai tambah yang diberikan kepada produk melalui tingkatan produk. 14 Ada lima tingkatan produk menurut Saladin (2008:121) dalam bukunya Manajemen Pemasaran, yaitu : 1. Manfaat Inti (Core Benefit ) Yaitu jasa atau manfaat inti sesungguhnya yang dibeli dan diperoleh konsumen. 2. Manfaat Dasar Tambahan (Basic Product ) Artinya pada inti produk tersebut terdapat manfaat bentuk dasar produk atau mampu memenuhi fungsi dasar kebutuhan konsumen adalah fungsional. 3. Harapan Produk (Expected Product ) Artinya serangkaian kondisi yang diharapkan dan disenangi, dimiliki atribut produk tersebut. 4. Kelebihan yang dimiliki produk (Augmented Product) Artinya bagaimana harapan masa depan produk tersebut apabila terjadi perubahan dan perkembangan teknologi serta selera konsumen. 2.2.3 Klasifikasi Produk Klasifikasi produk berdasarkan daya tahan dan keberwujudannya menurut Kotler dan Keller (2009:451), yaitu sebagai berikut : 1. Barang yang Tidak Tahan Lama ( Non Durable Goods) Barang yang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Karena barang ini cepat terkonsumsi dan sering dibeli, strategi yang tepat untuk diterapkan perusahaan adalah 15 menyediakan diberbagai lokasi, mengenakan marjin yang kecil, dan memasang iklan besar-besaran guna memancing orang untuk mencoba serta membangun preferensi. 2. Barang Tahan Lama (Durable Goods) Barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali. Produk tahan lama biasanya memerlukan lebih banyak garansi dan penjual. 3. Barang Khusus (Specialty Goods) Barang-barang dengan karakteristik unik dan/atau identifikasi merek dimana untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contohnya meliputi merek dan jenis barang mewah, mobil, komponen stereo, dan lain-lain. 4. Barang Unsought Barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa, tanah kuburan, batu nisan, dan lain-lain. Sedangkan klasifikasi barang industri didasarkan menurut cara barang itu memasuki proses produksi dan harga relatifnya menurut Kotler dan Keller (2009:453) yaitu: 1. Bahan Baku dan Suku Cadang (Material and Parts) Barang-barang yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan. Barang-barang itu terbagi menjadi dua kelas, bahan mentah serta bahan 16 baku dan suku cadang hasil manufaktur. Bahan mentah terbagi menjadi dua kelas utama, produk pertanian (misalnya gandum, kapas, buah-buahan dan ternak) dan produk alam (misalnya ikan, kayu, minyak mentah dan biji besi). Bahan baku dan suku cadang hasil manufaktur dibagi menjadi dua kategori, bahan baku komponen (contohnya besi, benang dan semen) dan suku cadang komponen (misalnya motor kecil, ban dan cetakan) 2. Barang Modal (Capital Items) Barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan dan/atau pengelolaan produk akhir. Barang modal meliputi 2 kelompok yaitu instalasi dan peralatan. Instalasi terdiri dari bangunan (misalnya pabrik dan kantor) dan peralatan (misalnya generator, bor, komputer dan lainlain). 3. Perlengkapan dan jasa bisnis Barang dan jasa tidak tahan lama yang membantu pengembangan dan/atau pengelolaan produk akhir. 2.3 Kualitas (Quality) Juran dalam buku Tjiptono (2005:11), mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan untuk pemakaian (fitness for use). Definisi ini menekankan orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan. Menurut Edward Deming, strategi Deming didasarkan pada alat-alat statistik. Strategi ini cenderung bersifat bottom up. Penekanan utama strategi ini adalah perbaikan dan 17 pengukuran kualitas secara terus menerus. Strategi Deming berfokus pada proses untuk mengeliminasi variasi, karena sebagian besar variasi (kurang lebih 92%) dapat dikendalikan manajemen. Deming sangat yakin bahwa bila karyawan diberdayakan untuk memecahkan masalah (dengan catatan manajemen menyediakan alat-alat yang cocok), maka kualitas dapat disempurnakan terus menerus (Tjiptono,2005:12). Menurut Taguchi, mendefinisikan Kualitas sebagai kerugian yang ditimbulkan oleh suatu produk bagi masyarakat setelah produk tersebut dikirim, selain kerugiankerugian yang disebabkan fungsi intrinsik produk. 2.3.1 Karakteristik Fungsional Istilah “Kualitas” Tak ada definisi yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap organisasi jasa harus mendefinisikan kualitas berdasarkan tujuan, harapan, budaya, dan pelanggannya masing-masing. Pada kenyataannya, tak jarang sebuah organisasi mengkombinasikan aspek-aspek terbaik dari definisi yang ada dan kemudian merumuskan definisinya sendiri. Kombinasi tersebut terutama didasarkan pada tiga faktor : 1. Karakteristik kualitas, yaitu karakteristik output dari suatu proses yang penting bagi pelanggan 2. Karakteristik kunci dari kualitas ( key quality characteristics), yaitu karakteristik kualitas yang paling penting. Karakteristik kunci dari kualitas harus didefinisikan secara operasional dengan jalan 18 mengkombinasikan pemahaman mengenai pelanggan dengan pemahaman mengenai proses. 3. Variabel kunci dari proses (key proses variables), yakni komponenkomponen proses yang memiliki hubungan sebab akibat yang cukup besar dengan karakteristik kunci dari kualitas, sehingga manipulasi dan pengendalian variabel kunci dari proses akan mengurangi variasi karakteristik kunci dari kualitas dan/atau mengubah levelnya menjadi karakteristik kualitas atau karakteristik kunci dari kualitas. 2.3.2 Kualitas Produk (Product Quality) Menurut Kotler dan Armstrong (2004: 354), kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahaan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Perusahaan yang memberikan produk yang berkualitas dan pelayanan berkualitas tinggi tidak diragukan lagi akan mengungguli pesaingnya yang kurang berorientasi pada pelayanan, karena kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualitas produk sesuai harapan pelanggan. Jika pelanggan mendapatkan kualitas produk di bawah standar yang diharapkan maka akan hilanglah kepercayaan dan kesetiaan pelanggan sehingga mereka tidak akan berminat lagi, sebaliknya jika pelanggan mendapatkan produk yang memenuhi atau melebihi harapannya sehingga mereka merasa puas maka mereka akan kembali untuk menggunakan produk perusahaan tersebut, karena 19 kepuasaan konsumen merupakan salah satu langkah untuk menjalin loyalitas konsumen. Ukuran kualitas produk menurut A. Dale Timpe (2002:40), yaitu: 1. Penampilan (karakteristik produk utama) Penampilan menunjukkan sifat operasi dasar meliputi suara dan jelasnya gambar, warna, dan kemampuan menerima dari pemancarpemancar yang jauh. Sehubungan ukuran utama penampilan suatu produk khusus biasanya telah jelas, seperti peringkat daya saing jenisjenis dalam beberapa hal dapat mengukur penampilan, menentukan jenis yang terbaik (kualitas tertinggi) dianggap lebih sukar. 2. Keistimewaan (secara terang-terangan dan diam-diam) Keistimewaan produk sering merupakan bumbu dari suatu barang untuk meningkatkan posisi produk. Sebagai contoh, minuman gratis dalam penerbangan yang makan waktu lama, penyetel gelombang otomatis pada sebuah televisi berwarna semuanya merupakan pelengkap terhadap besar pembuatan produk ataupun jasa-jasa yang ditawarkan. Bagi beberapa pemakai, keistimewaan ini membawa manfaat di dalam usaha meningkatkan penampilan dan kualitas yang lebih tinggi. 3. Kepercayaan (frekuensi kegagalan) 4. Kesesuaian (sesuai dengan spesifikasi) Kepercayaan dan kesesuaian adalah ukuran-ukuran daripada kualitasnya. Suatu produk yang dapat diandalkan adalah sesuatu yang dapat kita perhitungkan nilainya, dan 20 kerugian dari suatu kegagalan dalam periode tertentu adalah kecil. 5. Daya tahan (umur produk) Nilai ekonomis atau umur produk secara fisik, umumnya diukur dengan menjumlahkan jam. Daya tahan adalah karakteristik dari produk itu sendiri, yang mencerminkan tahun atau mil dimana suatu produk dapat digunakan sebelum perlu dilakukan penggantian. 6. Kemudahan perbaikkan (kecepatan dalam perbaikan) Frekuensi perbaikan dan umur produk keduanya berhubungan dengan adanya perhatian pemakai utama. Kemampuan perbaikan suatu produk atau kecepatan suatu perbaikan dengan demikian merupakan unsur penting yang berdiri sendiri. 7. Keindahan (kecocokan dan kesempurnaan) 8. Kualitas yang bermanfaat Nilai keindahan dan kualitas yang bermanfaat adalah lebih bersifat subjektif. Bagaimana suatu produk dilihat, disentuh, didengar, dirasaan, atau dicium baunya adalah jelas suatu hal yang merupakan pertimbangan pribadi. Tanggapan terhadap kualitas, yang didasarkan pada iklan atau keunggulan dibandingkan produk-produk lain yang dihasilkan oleh perusahaan, mempunyai pengaruh yang sama. Membentuk kesan pertama, yang dianggap kritis dalam menilai suatu produk yang tidak dikenal. Dalam mendefinisikan produk yang berkualitas, ada beberapa karakteristik tambahan yang patut diperhitungkan pula. Diantaranya, Garvin 21 dalam buku Gasperz (2002:64), mengidentifikasi delapan dimensi kualitas, Menurut Kotler & Amstrong (2004:354), dimensi yang digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk manufaktur adalah sebagai berikut: a. Performansi (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. b. Feature merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. c. Keandalan (reliability) berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. d. Konformasi (conformance) berkaitan dengan tingkat kesesuiaan produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan. e. Durability merupakan ukuran masa pakai suatu produk. f. Kemampuan pelayanan (serviceability) merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan, kesopanan, kompetensi, kemudahan dalam melakukan reparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. 22 g. Estetika (aesthetics) merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. h. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk itu 2.4 Citra Merek (Brand Image) 2.4.1 Merek Merek adalah suatu nama, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasikan pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu (Kotler dan Keller, 2009:349). Menurut Aaker (2003:9), merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Dengan demikian, suatu merek membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor. Lamb dan Mc.Daniel (2001:423) mengungkapkan bahwa ciri-ciri dari nama merek yang efektif, yaitu: a. Mudah diucapkan b. Mudah dikenali c. Mudah diingat d. Pendek/singkat 23 e. Berbeda atau unik f. Menggambarkan manfaat dari produk g. Mempunyai konotasi yang positif h. Memperkuat citra yang diinginkan 2.4.2 Citra Menurut Kotler dan Keller (2009:607), “Image adalah suatu rangkaian dari kepercayaan, ide, dan kesan-kesan yang dimiliki seseorang mengenai suatu objek tertentu. Menurut William J. Stanton (dalam Setiadi, 2003:160), persepsi dapat didefenisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu serta stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Sedangkan Webster (dalam Setiadi, 2003:160) menyatakan bahwa persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Dengan adanya persepsi maka seseorang akan mempunyai gambaran tersendiri terhadap produk yang berbeda dengan orang lain. Motif seseorang untuk berperilaku seringkali didasarkan dari persepsi yang mereka rasakan, bukan berdasarkan fakta atau realitas yang mereka lihat. Persepsi dapat diartikan sebagai ”Proses dimana seseorang menginterpretasikan individu stimulus ke memilih, dalam mengorganisasi gambaran tentang dan dunia sekelilingnya yang bermakna dan saling berkaitan (Schiffman dan Kanuk, 24 2000:122)”. Persepsi sebagai suatu proses, dimana sesorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan mengiterpretasikan stimuli ke dalam gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora,2002:102). 2.4.3 Citra Merek (Brand Image) Berikut ini merupakan bebrapa definisi dari brand image antara lain, Menurut Kotler dan Keller (2009:270), citra merek mempunyai hubungan dengan penampilan luar dari sebuah produk atau jasa, ternasuk bagaimana usaha merek bertemu dengan psikologis konsumen atau kebutuhan sosial. Menurut Richard E. Stanley ( 2004 : 19), brand image adalah kesan tertanam dalam benak konsumen mengenai suatu barang tertentu yang dapat diperoleh dari berbagai kreativitas yang dilakukan oleh produsen melalui media-media promosi. Selain itu brand Image dapat membantu perusahaanperusahaan dalam mencapai pasar sasaran , sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Brand image merupakan keseluruhan persepsi terhadap suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Brand image dibangun berdasarkan pemikiran ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap merek yang bersangkutan (Setiadi, 2003:180). 25 Menurut Rangkuti (2004:244) brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. Citra merek juga merupakan keseluruhan dari persepsi konsumen mengenai merek tersebut, atau bagaimana cara mereka memandangnya yang mungkin tidak serupa dengan identitas merek. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Brand Image dapat disampaikan melalui setiap sarana komunikasi yang tersedia. Faktor-faktor yang membentuk citra merek dalam kaitannya dengan asosiasi merek menurut Kotler dan Keller (2009:270) adalah: 1. Favorability of brand associations Keberhasilan suatu program pemasaran tercermin dalam kemampuan menganalisis konsumen dan kompetisi untuk menentukan posisi yang optimal untuk merek, sehingga pembeli percaya bahwa merek yang mempunyai atribut dan keuntungan tersebut akan dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka sehingga terbentuklah sebuah perilaku positif terhadap merek tersebut secara keseluruhan. 2. Strength of brand associations Kekuatan dari sebuah asosiasi akan menentukan pembentukan citra merek. Hal ini juga tergantung pada bagaimana informasi masuk 26 kedalam ingatan pembeli dan bagaimana kekuatan asosiasi tersebut bertahan sebagai sebuah bagian dari citra merek. Memastikan bahwa asosiasi terkait cukup kuat untuk merek akan bergantung pada bagaimana program pemasaran dan faktor lain mempengaruhi pengalaman merek konsumen. 3. Uniqueness of brand associations Inti dari penempatan merek adalah merek mempunyai keuntungan kompetitif (persaingan) yang dapat dipertahankan atau proporsi penjualan yang unik yang dapat mengikat pembeli sebagai suatu alasan yang kuat untuk membeli merek tertentu. Perbedaan ini dapat disampaikan langsung secara eksplisit dengan membuat perbandingan dengan pesaing, atau mungkin akan disampaikan secara implisit dengan menyatakan persaingan tertutup. 2.4.4 Membangun Brand Image Menurut Joe Kent Kerby (2004:20), pembentukan brand image dalam benak konsumen tidak terjadi dalam waktu yang relative singkat, melainkan dalam jangka panjang, serta tidak jarang memakan waktu bertahun-tahun. Pembentukan brand image ini dipengaruhi oleh : a. Kualitas dari produk yang dihasilkan. b. Pelayanan yang disediakan. c. Reputasi perusahaan. d. Kebijakan perusahaan. 27 e. Kegiatas-kegiatan pemasaran perusahaan itu sendiri. 2.4.5 Faktor-Faktor dalam Mengkomunikasikan Brand Image Menurut E.Runyon (2004:21), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi dan pengendalian brand image kepada konsumen, yaitu : a. Produk itu sendiri Suatu produk memiliki citra atau kepribadian dalam benak konsumen sebagai hasil pemakaian konsumen itu sendiri. Dari produk tersebut dapat dibentuk suatu brand image yang sesuai untuk dikomunikasikan kepada konsumen, sehingga konsumen akan mengingat produk tersebut dengan hanya mendengar atau melihat produk tersebut. b. Kemasan dari produk Kemasan dari suatu produk dapat mencerminkan kepada konsumen kualitas dan brand image yang ingin dikomunikasikan oleh perusahaan kepada konsumennya selain itu kemasan juga dapat digunakan untuk meningkatkan atau menurunkan brand image produk tersebut. c. Merek dari produk Merek dapat diambil dari mana saja. Nama perusahaan, orang, atau namanama unik yang mencerminkan merek itu sendiri. Dengan nama ini, perusahaan dapat memisahkan diri dari para pesaingnya. Bagi konsumen, merek sama pentingnya dengan produk itu sendiri. Dengan merek konsumen mengenal kualitas dan citra yang diwakili oleh merek tersebut. 28 d. Harga produk itu sendiri Harga dari produk dapat menunjukkan kualitas dan seberapa eksklusif suatu merek dibandingkan pesaingnya. Jika ingin meningkatkan brand image, strategi yang dapat diambil adalah menetapkan tingkat harga yang sedikit lebih tinggi dari para pesaingnya. 2.5 Perilaku Konsumen 2.5.1. Perilaku Konsumen Bisnis Menurut Schiffman & Kanuk dalam buku Sumarwan (2004:25) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan Engel, Blackwell dan Miniard dalam buku Sumarwan (2004:25) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat kita simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Schiffman dan 29 Kanuk dalam buku Sumarwan (2004:26) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha dan energi). Perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan. Mereka mengatakan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa. Kotler dan Amstrong (2004:198) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal. Dari Definisi-definisi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : a. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga b. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk. c. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. 2.5.2 Karakteristik Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Pembelian konsumen dipengaruhi oleh karakteristik budaya,sosial,pribadi dan psikologis, sebagian besar dari faktor-faktor itu 30 tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, namun mereka harus mempertimbangkannya. Menurut Kottler & Amstrong ( 2004:200) perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor : a. Faktor-faktor Budaya Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen.Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya,subbudaya,dan kelas sosial pembeli. b. Faktor-faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga, peran sosial, dan status yang melingkupi konsumen tersebut. c. Faktor Pribadi Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri. d. Faktor-faktor Psikologis Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologi utama : motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap. 31 2.6 Loyalitas Konsumen 2.6.1 Pengertian Loyalitas Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari sebuah perusahaan. Tetapi kebanyakan dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen dapat dibentuk melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari calon konsumen potensial sampai dengan advocate customers yang akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Setiap perusahaan pasti menginginkan konsumen yang loyal karena konsumen yang loyal akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu konsumen yang loyal merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan. Sebelum membahas lebih jauh mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk membentuk loyalitas, perlu diketahui definisi dari loyalitas di bawah ini. Pengertian loyalitas yang didefinisikan oleh Griffin (2007:274) yaitu : ”Loyalitas didefinisikan sebagai pembelian tidak acak yang dilakukan setiap saat oleh para pembuat keputusan”. Sedangkan menurut Tjiptono (2000:110) dalam buku ”Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer”. Yaitu : ”Loyalitas adalah situasi dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten”. Sedangkan menurut Kartajaya (2007:126) loyalitas adalah : 32 ”Manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, mensupport, mendapatkan rasa aman dan membangun keterikatan serta menciptakan emotional attachment”. Definisi di atas terlihat bahwa loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. 2.6.2 Jenis Loyalitas Dalam cakupan yang lebih luas, loyalitas pelanggan dapat didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sikap yang positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Definisi tersebut mencakup dua komponen yang penting, yaitu loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen tersebut menghasilkan empat situasi kemungkinan loyalitas atau disebut juga dengan tipe loyalitas pelanggan. Menurut Griffin (2007:22) dalam buku ”Customer Loyalty” terdapat empat jenis loyalitas, yaitu : 1. Tanpa loyalitas Untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Secara umum perusahaan harus menghindari membidik pra pembeli jenis ini karena mereka tidak 33 akan pernah menjadi pelanggan yang loyal; mereka hanya berkontribusi sedikit pada kekuatan keuangan perusahaan. 2. Loyalitas yang lemah Keterkaitan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Pelanggan ini membeli karena kebiasaan kebiasaan. Ini adalah jenis pembelian ”karena kami selalu menggunakannya”atau ”karena sudah terbiasa”. 3. Loyalitas tersembunyi Tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi (latent loyalty). Bila pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang. 4. Loyalitas premium Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan terjadi bila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yag juga tinggi. 2.6.3 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Menurut Griffin (2007:33) dalam buku ”Customer Loyalty”, pelanggan yang loyal merupakan asset yang tidak ternilai bagi perusahaan sehingga membagi karakteristik pelanggan yang loyal sebagai berikut : 34 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur. Pelanggan membeli kembali produk yang sama ditawarkan perusahaan. 2. Membeli antar lini produk dan jasa Pelanggan membeli lini produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan. 3. Mereferensikan kepada orang lain Pelanggan melakukan komunikasi dari mulut ke mulut berkenaan dengan produk 4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing-pesaing. Pelanggan tidak tertarik terhadap tawaran produk sejenis dari pesaing 2.6.4 Manfaat Loyalitas Pelanggan Selanjutnya Griffin (2007:13) juga mengemukakan keuntungankeuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal antara lain : a. Mengurangi biaya promosi, karena biaya untuk menarik konsumen baru lebih mahal. b. Mengurangi biaya transaksi biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, dan lain lain. c. Mengurangi biaya turn over konsumen (karena pergantian konsumen yang lebih sedikit) d. Meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 35 e. Word of Mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa konsumen yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas. f. Mengurangi biaya kegagalan (misalnya biaya penggantian). 2.7 Hubungan Kualitas Produk dan Brand Image dengan Loyalitas Konsumen Berdasarkan Penelitian-penelitian Sebelumnya Menurut Hogan (2005:25), bagi setiap bisnis, jalan menuju loyalitas konsumen dipengaruhi langsung oleh pelayanan pelanggan dan citra merek (brand image). Meskipun nilai dari loyalitas konsumen tidak dapat diukur dengan angka, tetapi menurut Koalisi untuk Ekuitas Merek (Coalition for Brand Equity) diperlukan dana empat sampai enam kali lebih banyak untuk menarik konsumen baru daripada dana yang dibutuhkan untuk mempertahankan pelanggan lama – faktor utama yang dapat memuaskan para pelanggan adalah pelayanan yang diterima Konsumen terus melanjutkan evaluasi akan produk dari sebuah merek dan perusahaan setelah pembelian, jika performansi produk tersebut buruk ataupun pelayanan yang diberikan oleh perusahaan dari merek yang bersangkutan mengecewakan maka konsumen akan mengalami ketidakpuasan, sebagai hasilnya, perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk menciptakan loyalitas merek dan kehilangan pelanggan serta pembelian berikut dari pelanggan tersebut. Menurut Mowen (2004:80), loyalitas dipengaruhi oleh pengalaman penggunaan produk yang memuaskan, citra merek (brand image) yang positif, atribut merek seperti kualitas, performansi, mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki merek lain, harga yang 36 sesuai, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan produk merek tersebut. Konsumen yang memiliki loyalitas terhadap suatu merek akan terus melakukan pembelian ulang terhadap merek tersebut, tidak mudah untuk tergiur dengan promosi dari pihak pesaing dan adanya kemauan untuk merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Berdasarkan penelitian Ratri (2007:117), menunjukkan bahwa variabel citra merek (brand image) operator seluler memberikan sumbangan efektif sebesar 25,1% terhadap loyalitas merek dan 74,9 % lainnya dipengaruhi oleh factor-faktor lain seperti kualitas produk , kepuasaan konsumen, pelayanan pasca penjualan, kenyamanan dan kemudahan mendapatkan produk. Penelitian lainnya oleh Hutomo (2009:8) hasilnya adalah kualitas produk dan kepuasan konsumen secara bersama-sama (simultan) dan secara parsial (masing-masing) berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Berdasarkan hasil R square sebesar 0,400, hal ini berarti sekitar 40% loyalitas dapat ditentukan oleh kualitas produk dan kepuasan konsumen, sedangkan sisanya 60% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa pengaruh dari kedua variabel tersebut yaitu kualitas produk, dan kepuasan konsumen mempunyai pengaruh yang cukup baik terhadap loyalitas pelanggan terhadap produk makanan Tela Krezz. Budiman (2006:95), Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan. Dimensi kualitas produk yang diteliti meliputi kinerja, fitur, kehandalan, kesesuaian, daya tahan, 37 maupun citra/reputasi produk. Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 14.0 for Windows diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 2,469 + 0,348 X 1 + 0,073 X 2 + 0,298 X 3 + 0,340 X 4 + 0,569 X 5 + 0,087 X 6 + ε. Dimana X 1 adalah kinerja, X 2 adalah fitur, X 3 adalah kehandalan, X 4 adalah kesesuaian, X 5 adalah daya tahan, X 6 adalah citra/reputasi. Persamaan ini berarti bahwa keenam variabel dimensi kualitas produk (variabel independen) menunjukkan arah positif terhadap loyalitas pelanggan (variabel dependen). Jika X 1 (kinerja produk) bertambah sebesar 1 satuan maka Y (loyalitas pelanggan) akan bertambah sebesar 0,348 satuan dengan asumsi X 2 ,X 3 ,X, 4 ,X 5 ,X 6 konstan. Pengolahan data juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 89,70 %, yang memilki arti bahwa kualitas produk memiliki hubungan yang sangat besar terhadap loyalitas pelanggan. 38