BAB II LANDASAN TEORI A. Teori –teori yang terkait dengan penelitian 1) Signalling Theory Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2003:392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut sebagai signal baik (goodnews) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. 8 Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak diluar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. 9 2) Return Saham Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten), (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5). Saham juga merupakan bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas). Perusahaan yang berbentuk PT dapat menjual sahamnya kepada masyarakat luas (masyarakat umum) apabila perusahaan tersebut sudah go public. Perusahaan yang telah go public tersebut dapat menjual sahamnya di Bursa Efek dengan cara mendaftarkan saham-sahamnya di Bursa Efek tersebut (Martono dan Agus Harjito, 2010 : 367). Return adalah laba atau suatu investasi yang biasanya dinyatakan sebagai tarif presentase tahunan. Return saham merupakan tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio. Return saham ini dapat dijadikan sebagai indikator dari kegiatan perdagangan di pasar modal. Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan dikenal luas di masyarakat. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001 : 5) 1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan 10 hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi setelah perusahaan melunasi kewajiban hutangnya. 2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Biasanya pemilik saham preferen memiliki hak istimewa untuk memperoleh pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada pemilik saham biasa apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham preferen serupa dengan saham biasa dalam hal ini mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo serta membayar dividen kepada investor. Menurut Jogiyanto (2003 : 109) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dibedakan menjadi dua : a. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (excected return) dan risiko di masa datang. 11 b. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan adalah return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return). Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital Gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden, maka dapat ditulis rumus : Ri = Pt- (Pt -1) Pt-1 Dimana : Ri = Return Saham 12 Pt = Harga Saham pada periode t Pt-1 = Harga Saham pada periode t-1 Periode yang diamati adalah periode jendela 21 hari yaitu sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari (-10 sampai dengan +10) sesudah publikasi laporan keuangan masing-masing perusahaan. Alasan penggunaan periode ini adalah (Sutrisno dan Retno, 2001) a. Apabila kurang dari sepuluh hari dikhawatirkan informasi yang ada belum cukup diserap pasar b. Untuk menghindari adanya counfounding effect, yaitu dampak yang disebabkan oleh adanya pengumuman lain seperti merger, stock split, right issue dan pengumuman deviden. 3) Analisis Rasio Menurut Hendra S. Raharja Putra (2009:196), pengertian dari rasio secara simpel adalah membandingkan antara satu angka dengan angka lainnya yang memberikan suatu makna. Suatu keuntungan dengan menggunakan rasio adalah meringkas suatu data historis perusahaan sebagai bahan perbandingan. Dari sekian banyak alat analisis keuangan, analisis rasio adalah paling banyak digunakan. 13 4) Rasio Solvabilitas (Leverage) Yaitu rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri (shareholders equity) yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur (creditors). Hal yang pertama adalah para kreditur melihat atau menganalisis berapa jumlah dana sendiri yang telah disetor (owner supplied funds) sebagai margin of safety, yaitu merupakan suatu batas aman atas kemungkinan buruk yang terjadi. Apabila pemilik perusahaan hanya memiliki dana sendiri dengan porsi yang kecil dari jumlah dana yang dibutuhkan, maka kreditur memiliki beban atau risiko besar. Kedua, dengan dana pinjaman dari kreditur, pemilik perusahaan memiliki keuntungan, yaitu masih memiliki hak mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi terbatas. Ketiga, jika perusahaan memiliki kelebihan atau keuntungan dari selisih keuntungan operasional dangan bunga atau biaya modal, maka pemilik perusahaan akan memperoleh keuntungan tersebut. Contoh apabila tingkat keuntungan sebesar 10%, sementara biaya modal (bunga) sebesar 8%, maka selisih keuntungan tersebut adalah 2%. Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah, memiliki risiko kecil apabila kondisi perekonomian menurun, tetapi sebaliknya, apabila kondisi perekonomian sedang naik (boom) perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan (return) yang relatif besar. Keputusan tentang penggunaan leverage harus dipertimbangkan dengan 14 seksama antara kemungkinan risiko (risk) dengan tingkat keuntungan (expected return) yang akan diperoleh. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini mengukur jumlah utang atau dana dari luar perusahaan terhadap modal sendiri (shareholders equity). Perhitungan debt to equity ratio adalah sebagai berikut : Debt to Equity Ratio = Jumlah Hutang . Modal Sendiri/Ekuitas Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya (Sartono, 2001:66) Debt to Equity Ratio (DER) menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Jadi, 45% dari aktiva perusahaan didanai oleh utang (dari berbagai jenis), sementara sisanya 55% pendanaan berasal dari 15 ekuitas pemegang saham (VanHorne dan Wachowicz,1998) dalam (Sartono, 2001: 67). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Tingkat Debt to equity ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi total hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur). Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak eksternal, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return perusahaan juga semakin menurun. Semakin besar nilai Debt to equity ratio (DER) menandakan bahwa struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin tinggi Debt to equity ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung 16 menghindari saham-saham yang memiliki Debt to equity ratio (DER) yang tinggi. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri. Hutang memiliki beberapa keunggulan ( Brigham and Gapenski, 1997 : 767-786) : 1) Bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah, 2) Kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana kecil. Sesuai dengan EBIT-EPS Analysis (Gitman, 1994:465468) ; bila biaya hutang murah, perusahaan akan lebih beruntung menggunakan sumber modal berupa hutang yang lebih banyak, yang dicerminkan oleh debt ratio (rasio antara hutang dengan total aktiva) yang makin besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan laba persaham lebih besar. Jika laba persaham meningkat, maka akan berdampak pada meningkatkan harga saham atau return saham. 5) Rasio Profitabilitas Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan 17 sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Analisis keuangan atau profitabilitas biasanya didasarkan pada informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi. Walaupun demikian, ada beberapa rasio keuntungan yang menggunakan data atau informasi dari neraca. Pada prinsipnya rasio ini menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari asset total yang dimiliki. Rasio-rasio keuntungan yang sering dijumpai adalah rasio laba bersih (profit margin), tingkat pengembalian (return on total assets), tingkat pengembalian terhadap modal atau ekuitas (return on equity). Tingkat Pengembalian atas modal (return on equity/ROE) Menurut Tatang Ary Gumanti (2011 : 114), Return On Equity merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Tingkat pengembalian atas modal dihitung sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net income after tax atau earning after tax = EAT) dan total ekuitas. Perhitungan untuk ROE adalah sebagai berikut : Return On Equity (ROE) = Laba bersih setelah pajak Total Modal 18 6) Rasio Aktivitas Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umumnya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset. Total Assets Turnover (TATO) Total Assets Turnover (TATO) mengukur perputaran dari semua assets yang dimiliki perusahaan. Total assets turnover dihitung dari pembagian antara penjualan dengan total asetnya (Martono dan Agus Harjito, 2010). Weston dan Brigham, 1998, menyatakan TATO merupakan rasio pengelolaan aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan. Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus ditingkatkan. Sedangkan menurut (Abdul Halim, 2007), TATO merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya yang berupa assets. Semakin tinggi efisien penggunaan assets dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas. Total Assets Turnover (TATO) 19 sendiri merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bahwa perusahaan beroprasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya. Activity ratio mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola asset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi, serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya, dan kebijakan pemasaran. Rasio aktivitas menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, khususnya penjualan, dengan unsur-unsur yang ada pada neraca, khususnya unsur-unsur aktiva. Perhitungan untuk TATO adalah sebagai berikut : Total Asset Turnover (TATO) = Penjualan Bersih Total Aktiva Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya. B. Penelitian Terdahulu dan Bukti Empiris Penelitian – penilitian terdahulu adalah kumpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, yang mana penelitian tersebut memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. 20 Hasil penelitian yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan Artik Estuari (2009) yang menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Dividen Payout Dividen (DPR) terhadap Return saham. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang membagikan dividen di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008, dengan menggunakan tipe penelitian explanatory reasearch. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2. Nicky Nathaniel (2008) dalam tesisnya menguji pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Ratio (EPS), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value (PBV) dan Return Saham, yang mengambil sampel 35 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Debt to Equity Ratio (DER) yang diperoleh dari laporan keuangan berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada keputusan atas harga saham di pasar modal Indonesia. 3. Penelitian Ratna Prihantini (2009) dalam Tesisnya yang meneliti pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR) terhadap Return saham. Studi 21 kasus saham Industri Real Estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2006, dengan sampel penelitian sebanyak 23 perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. 4. Penelitian Sulaiman dan Ana Handi (2008) dalam penelitiannya yang menguji pengaruh kinerja keuangan, Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price to Book Value (PBV), Curent Ratio (CR), Total Assets Turnover (TATO), Return On Investment (ROI) terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, periode penelitian 2003-2005 dengan sampel penelitian 25 perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha manufaktur. Adapun hasil penelitian ini menemukan bahwa Price to Book Value (PBV) berhubungan negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 5. Penelitian IG. K. A. Ulupui (2006) yang menganalisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2005 dengan populasi 21 perusahaan serta sampel yang diambil sebanyak 13 perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Total Assets Turnover (TATO) menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan terhadap return saham hingga satu tahun kedepan. 6. Penelitian Dwi Martani, dkk (2009) yang menganalisis pengaruh financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the 22 interim report to the stock return, rasio yang digunakan dalam penelitian ini Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TATO), Price to Book Value (PBV), CFO/Sales, Log TA. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2006, yaitu sebanyak 39 perusahaan. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Kumala Trisnaeni (2007) yang menganalisis pengaruh kinerja keuangan, Eearning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan return saham di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005, yaitu sebanyak 30 perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan dan menunjukkan hubungan positif terhadap Return saham. 8. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Harjito dan Rangga Aryayoga (2009) yang menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode amatan 2004-2007, dimana variabelnya yaitu : Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Return saham, dengan 23 meneliti sebanyak 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh negatif dan tidak signifikan antara Return On Assets (ROA) terhadap return saham. 9. Penelitian yang dilakukan oleh Syihab Natarsyah (2000) yang mengemukakan bahwa variabel ROA, ROE, DPR, DER dan BVS berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Demikian jiga indeks beta sebagai pengukur risiko sistematis juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor fundamental berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang konsumsi yang go-public di pasar modal. Adapun dari hasil penelitian tersebut, Natarsyah mengemukakan bahwa pengaruh terbesar diperoleh petunjuk bahwa pengaruh terbesar diperoleh dari nilai koefisien BVS. Namun demikian, dari hasil penelitian tersebut diperoleh petunjuk bahwa orientasi pemodal sudah beralih dari Devidend Oriented kepada Capital Gain Oriented. Disamping itu juga dinyatakan bahwa pergerakan harga saham juga dipengaruhi oleh aspek psikologi pasar, ketidakstabilan emosi para pemodal juga menyebabkan reaksi pasar sehingga mempengaruhi harga saham. 24 Rangkuman daftar penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti 1 Artik Esturi (2009) 2 Nicky Nathaniel (2008) 3 Ratna Prihantini (2009) 4 Sulaiman dan Ana Handi (2008) 5 IG.K.A. Ulupui (2006) Variabel Metode Analisis Current Ratio (CR), Regresi Debt to Equity Ratio Linier (DER), Earning Per Berganda Share (EPS), dan Deviden Payout Division Debt to Equity Ratio Regresi (DER), Earning Per Berganda Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), dan Price to Book Value (PBV) Inflasi, Nilai Tukar, Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price To Book Value (PBV), Current Ratio (CR), Total Assets Turnover (TATO), Return On Investment (ROI) Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas 25 Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Berganda Hasil Penelitian Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan NPM dan PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. EPS, PBV, ROI dan ROE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham Total Assets Turnover (TATO) menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan terhadap return Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TATO), Price to Book Value (PBV), CFO/Sales, Log TA 7 Dyah Kumala Earning Per Share Trisnaeni (EPS), Price (2007) Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan return saham Economic Value 8 Agus Harjito dan Rangga Added (EVA), Aryayoga Return On Assets (2009) (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Return Saham. Syihab Return On Asset 9 Natarsyah (ROA), Return On (2000) Equity (ROE), Deviden Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Book Value per Share (BVS) Sumber : Berbagai jurnal penelitian terdahulu 6 Dwi Martanti, dkk (2009) Regresi Linier Berganda saham Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham Regresi Berganda ROA tidak mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Regresi Linear Berganda Ada pengaruh negatif dan tidak signifikan antara ROA terhadap return saham. Regresi Linear Berganda ROA, ROE, DPR, DER dan BVS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham C. Kerangka Pemikiran Bagi investor di pasar modal perubahan struktur modal perusahaan akan mempengaruhi return yang diperoleh karena berkaitan dengan terjadinya 26 perubahan nilai perusahaan. Reaksi investor terhadap perubahan struktur modal perusahaan dapat dilihat dari pergerakan harga saham di pasar modal. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laba/return saham diantaranya adalah faktor fundamental dan kurs. Faktor fundamental menggambarkan keadaaan internal perusahaan yang dapat dilihat pada data-data yang berasal dari data keuangan perusahaan seperti ratio-ratio keuangan, neraca dan rugi laba sedangkan kurs merupakan salah satu faktor ekonomi diluar perusahaan yang ikut berpengaruh terhadap harga/return saham. Variabel dalam penelitian ini meliputi Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Total Assets Turnover (TATO) dan Return Saham sebagai variabel dependen. Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE) dan Total Assets Turnover (TATO) mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen yang mungkin positif ataupun negative. Model penelitian dalam penelitian ini dapat diilustrasikan dalam gambar dibawah ini. Variabel Independen Variabel Dependen Return on Equity (ROE) Debt to Equity Ratio (DER) Return Saham Total Asset Turn Over (TATO) Gambar 2.1 Model Konseptual 27 D. Pengembangan Hipotesis Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta telaah pustaka, dan juga penelitian-penelitian terdahulu, maka variabel yang mempengaruhi Return saham dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hubungan antara Return On Equity (ROE) dan Return Saham ROE merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Tingkat pengembalian atas modal dihitung sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net income after tax atau earning after tax = EAT) dan total ekuitas. Semakin tinggi pengembalian atas modal maka akan menaikkan return saham. Jadi, Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh positif terhadap Return Saham. Penelitian Agus Harjito dan Rangga Aryayoga (2009) menunjukkan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Selain itu penelitian yang ditunjukkan oleh Dwi Martani, dkk (2009) menunjukkan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. H1: Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham 2. Hubungan antara Debt to Equity Ratio (DER) dan Return Saham DER merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. Sehingga menurunkan 28 minat investor untuk berinvestasi, maka menurunkan harga saham perusahaan dan menurunnya return saham. Jadi, Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang negatif terhadap Return saham. Artik Estuari (2009) hasil penelitiannya yang meneliti pengaruh CR, DER, ROI, EPS,dan DPR terhadap return saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Selain itu penelitian Nicky Nathaniel (2008) menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham 3. Hubungan antara Total Asset Turn Over (TATO) dan Return Saham TATO merupakan rasio pengelolaan aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan. Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus ditingkatkan. Sedangkan menurut (Abdul Halim, 2007), TATO merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya yang berupa assets. Semakin tinggi efisien penggunaan assets dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas. Jadi, Total Assets Turnover (TATO) memiliki pengaruh positif terhadap Return Saham. 29 Hasil penelitian yang dilakukan oleh I G. K. A. ULUPUI (2009) yang menyatakan bahwa Total Asset Turnover (TATO) menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Selain itu, penelitian yang dilakukan (Dwi Martini, 2009) menunjukkan bahwa TATO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. H3 = Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh terhadap return saham 30