teori yang terkait dengan penelitian 1) Signalling Theory Signalling

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori –teori yang terkait dengan penelitian
1) Signalling Theory
Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan
atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa
yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana
pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan akurat dan tepat waktu
sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk
mengambil keputusan investasi.
Menurut Jogiyanto (2003:392), informasi yang dipublikasikan
sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung
nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut sebagai signal baik (goodnews) atau signal
buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik
bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
8
Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news)
sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan
demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam
volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik
terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi
pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
dapat menjadi signal bagi pihak diluar perusahaan, terutama bagi pihak
investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan
tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan
dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang
tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya
memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang
dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam
maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk
mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan
diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko
yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor
maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara
terbuka dan transparan.
9
2) Return Saham
Saham
adalah
tanda
bukti
kepemilikan
atau
penyertaan
pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten),
(Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5).
Saham juga merupakan bukti pengembalian bagian atau peserta
dalam suatu perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas).
Perusahaan yang berbentuk PT dapat menjual sahamnya kepada masyarakat
luas (masyarakat umum) apabila perusahaan tersebut sudah go public.
Perusahaan yang telah go public tersebut dapat menjual sahamnya di Bursa
Efek dengan cara mendaftarkan saham-sahamnya di Bursa Efek tersebut
(Martono dan Agus Harjito, 2010 : 367).
Return adalah laba atau suatu investasi yang biasanya dinyatakan
sebagai tarif presentase tahunan. Return saham merupakan tingkat
pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam
saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio. Return
saham ini dapat dijadikan sebagai indikator dari kegiatan perdagangan di
pasar modal.
Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan dikenal
luas di masyarakat. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau
klaim, maka saham terbagi atas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001 : 5)
1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan
pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan
10
hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi setelah perusahaan melunasi kewajiban hutangnya.
2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena
bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi
juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki
investor. Biasanya pemilik saham preferen memiliki hak istimewa
untuk memperoleh pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan
perusahaan terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada pemilik
saham biasa apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham
preferen serupa dengan saham biasa dalam hal ini mewakili
kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo serta
membayar dividen kepada investor.
Menurut Jogiyanto (2003 : 109) return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Return dibedakan menjadi dua :
a. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini
juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (excected return)
dan risiko di masa datang.
11
b. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh
oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi
yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan
adalah return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif
return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return).
Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja.
Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital Gain
merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif
dengan harga periode yang lalu. Sedangkan yield merupakan persentase
penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari
suatu investasi.
Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah
hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga
saham periode berjalan dengan dengan periode sebelumnya dengan
mengabaikan deviden, maka dapat ditulis rumus :
Ri
= Pt- (Pt -1)
Pt-1
Dimana :
Ri
= Return Saham
12
Pt
= Harga Saham pada periode t
Pt-1
= Harga Saham pada periode t-1
Periode yang diamati adalah periode jendela 21 hari yaitu sepuluh
hari sebelum dan sepuluh hari (-10 sampai dengan +10) sesudah publikasi
laporan keuangan masing-masing perusahaan. Alasan penggunaan periode
ini adalah (Sutrisno dan Retno, 2001)
a. Apabila kurang dari sepuluh hari dikhawatirkan informasi yang ada
belum cukup diserap pasar
b. Untuk menghindari adanya counfounding effect, yaitu dampak
yang disebabkan oleh adanya pengumuman lain seperti merger,
stock split, right issue dan pengumuman deviden.
3) Analisis Rasio
Menurut Hendra S. Raharja Putra (2009:196), pengertian dari rasio
secara simpel adalah membandingkan antara satu angka dengan angka
lainnya yang memberikan suatu makna. Suatu keuntungan dengan
menggunakan rasio adalah meringkas suatu data historis perusahaan sebagai
bahan perbandingan. Dari sekian banyak alat analisis keuangan, analisis
rasio adalah paling banyak digunakan.
13
4) Rasio Solvabilitas (Leverage)
Yaitu rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan mendanai
usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri (shareholders
equity) yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur
(creditors).
Hal yang pertama adalah para kreditur melihat atau menganalisis
berapa jumlah dana sendiri yang telah disetor (owner supplied funds)
sebagai margin of safety, yaitu merupakan suatu batas aman atas
kemungkinan buruk yang terjadi. Apabila pemilik perusahaan hanya
memiliki dana sendiri dengan porsi yang kecil dari jumlah dana yang
dibutuhkan, maka kreditur memiliki beban atau risiko besar. Kedua,
dengan dana pinjaman dari kreditur, pemilik perusahaan memiliki
keuntungan, yaitu masih memiliki hak mengendalikan perusahaan dengan
jumlah investasi terbatas. Ketiga, jika perusahaan memiliki kelebihan atau
keuntungan dari selisih keuntungan operasional dangan bunga atau biaya
modal, maka pemilik perusahaan akan memperoleh keuntungan tersebut.
Contoh apabila tingkat keuntungan sebesar 10%, sementara biaya modal
(bunga) sebesar 8%, maka selisih keuntungan tersebut adalah 2%.
Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah, memiliki risiko
kecil apabila kondisi perekonomian menurun, tetapi sebaliknya, apabila
kondisi perekonomian sedang naik (boom) perusahaan akan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan (return) yang relatif besar.
Keputusan tentang penggunaan leverage harus dipertimbangkan dengan
14
seksama antara kemungkinan risiko (risk) dengan tingkat keuntungan
(expected return) yang akan diperoleh.
Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini mengukur jumlah utang atau dana dari luar perusahaan terhadap
modal sendiri (shareholders equity). Perhitungan debt to equity ratio adalah
sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio =
Jumlah Hutang
.
Modal Sendiri/Ekuitas
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal.
Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan
semakin besar kewajibannya dan rasio
yang semakin rendah akan
menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya
(Sartono, 2001:66)
Debt to Equity Ratio (DER) menekankan pada peran penting pendanaan
utang bagi perusahaan dengan menunjukkan presentase aktiva perusahaan yang
didukung oleh pendanaan utang. Jadi, 45% dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (dari berbagai jenis), sementara sisanya 55% pendanaan berasal dari
15
ekuitas pemegang saham (VanHorne dan Wachowicz,1998) dalam (Sartono,
2001: 67).
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perhitungan sederhana yang
membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Debt to
equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total
ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga
dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.
Tingkat Debt to equity ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi
total hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar
apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan
berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak
eksternal (kreditur). Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan
sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak eksternal, sehingga
mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan yang
bersangkutan.
Penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan
berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return
perusahaan juga semakin menurun.
Semakin besar nilai Debt to equity ratio (DER) menandakan bahwa
struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif
terhadap ekuitas. Semakin tinggi Debt to equity ratio (DER) mencerminkan
risiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung
16
menghindari saham-saham yang memiliki Debt to equity ratio (DER) yang
tinggi.
DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. DER juga memberikan jaminan tentang
seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri. Hutang
memiliki beberapa keunggulan ( Brigham and Gapenski, 1997 : 767-786) : 1)
Bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah, 2) Kreditur
memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi
keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memiliki hak
suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan
penyertaan dana kecil. Sesuai dengan EBIT-EPS Analysis (Gitman, 1994:465468) ; bila biaya hutang murah, perusahaan akan lebih beruntung menggunakan
sumber modal berupa hutang yang lebih banyak, yang dicerminkan oleh debt
ratio (rasio antara hutang dengan total aktiva) yang makin besar, pada
perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan
laba persaham lebih besar. Jika laba persaham meningkat, maka akan
berdampak pada meningkatkan harga saham atau return saham.
5) Rasio Profitabilitas
Menurut
Harahap (2009:309), rasio
profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan
17
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan,
jumlah cabang dan sebagainya.
Analisis keuangan atau profitabilitas biasanya didasarkan pada informasi
yang terdapat dalam laporan laba rugi. Walaupun demikian, ada beberapa rasio
keuntungan yang menggunakan data atau informasi dari neraca. Pada
prinsipnya rasio ini menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam
menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari asset total yang
dimiliki. Rasio-rasio keuntungan yang sering dijumpai adalah rasio laba bersih
(profit margin), tingkat pengembalian (return on total assets), tingkat
pengembalian terhadap modal atau ekuitas (return on equity).
Tingkat Pengembalian atas modal (return on equity/ROE)
Menurut Tatang Ary Gumanti (2011 : 114), Return On Equity merupakan
rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan modal
yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Tingkat pengembalian
atas modal dihitung sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net
income after tax atau earning after tax = EAT) dan total ekuitas.
Perhitungan untuk ROE adalah sebagai berikut :
Return On Equity (ROE)
= Laba bersih setelah pajak
Total Modal
18
6) Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas
yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam
kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan
sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset
sebagai
pengguna
dana
seharusnya
bisa
dikendalikan
agar
bisa
dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana
semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umumnya
diukur dari perputaran masing-masing elemen aset.
Total Assets Turnover (TATO)
Total Assets Turnover (TATO) mengukur perputaran dari semua
assets yang dimiliki perusahaan. Total assets turnover dihitung dari
pembagian antara penjualan dengan total asetnya (Martono dan Agus
Harjito, 2010). Weston dan Brigham, 1998, menyatakan TATO merupakan
rasio pengelolaan aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan
dari semua aktiva perusahaan. Apabila perusahaan tidak menghasilkan
volume usaha yang cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya,
penjualan harus ditingkatkan. Sedangkan menurut (Abdul Halim, 2007),
TATO merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya
yang berupa assets. Semakin tinggi efisien penggunaan assets dan semakin
cepat pengembalian dana dalam bentuk kas. Total Assets Turnover (TATO)
19
sendiri merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang
mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio
rendah itu merupakan indikasi bahwa perusahaan beroprasi pada volume
yang memadai bagi kapasitas investasinya.
Activity ratio mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan
dalam mengelola asset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur
kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan bahan
mentah, barang dalam proses, dan barang jadi, serta kebijakan manajemen
dalam mengelola aktiva lainnya, dan kebijakan pemasaran. Rasio aktivitas
menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, khususnya penjualan,
dengan unsur-unsur yang ada pada neraca, khususnya unsur-unsur aktiva.
Perhitungan untuk TATO adalah sebagai berikut :
Total Asset Turnover (TATO) =
Penjualan Bersih
Total Aktiva
Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini semakin baik
karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.
B. Penelitian Terdahulu dan Bukti Empiris
Penelitian – penilitian terdahulu adalah kumpulan dari hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, yang mana
penelitian tersebut memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
20
Hasil penelitian yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dari
penelitian ini adalah :
1.
Penelitian yang dilakukan Artik Estuari (2009) yang menganalisis
pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On
Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Dividen Payout
Dividen (DPR) terhadap Return saham. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang membagikan dividen di Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2008, dengan menggunakan tipe penelitian explanatory
reasearch. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham.
2.
Nicky Nathaniel (2008) dalam tesisnya menguji pengaruh Debt to
Equity Ratio (DER), Earning Per Ratio (EPS), Net Profit Margin
(NPM), Price to Book Value (PBV) dan Return Saham, yang
mengambil sampel 35 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
return saham. Debt to Equity Ratio (DER) yang diperoleh dari laporan
keuangan berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada keputusan atas
harga saham di pasar modal Indonesia.
3.
Penelitian Ratna Prihantini (2009) dalam Tesisnya yang meneliti
pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Return On Assets (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), dan Current Ratio (CR) terhadap Return saham. Studi
21
kasus saham Industri Real Estate and property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2003-2006, dengan sampel penelitian sebanyak
23 perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Current Ratio
(CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
4.
Penelitian Sulaiman dan Ana Handi (2008) dalam penelitiannya yang
menguji pengaruh kinerja keuangan, Return on Equity (ROE), Earning
Per Share (EPS), Price to Book Value (PBV), Curent Ratio (CR), Total
Assets Turnover (TATO), Return On Investment (ROI) terhadap return
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
periode penelitian 2003-2005 dengan sampel penelitian 25 perusahaan
yang bergerak dalam bidang usaha manufaktur. Adapun hasil penelitian
ini menemukan bahwa Price to Book Value (PBV) berhubungan negatif
dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
5.
Penelitian IG. K. A. Ulupui (2006) yang menganalisis pengaruh rasio
likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham
pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry
barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2005 dengan
populasi 21 perusahaan serta sampel yang diambil sebanyak 13
perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Total Assets
Turnover (TATO) menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan
terhadap return saham hingga satu tahun kedepan.
6.
Penelitian Dwi Martani, dkk (2009) yang menganalisis pengaruh
financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the
22
interim report to the stock return, rasio yang digunakan dalam
penelitian ini Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE),
Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover
(TATO), Price to Book Value (PBV), CFO/Sales, Log TA. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2001-2006, yaitu sebanyak 39
perusahaan. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Total
Assets Turnover (TATO) berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap return saham.
7.
Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Kumala Trisnaeni (2007) yang
menganalisis pengaruh kinerja keuangan, Eearning Per Share (EPS),
Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return on
Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan return saham di Bursa
Efek Jakarta periode 2003-2005, yaitu sebanyak 30 perusahaan. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa Return On Assets (ROA) tidak
berpengaruh signifikan dan menunjukkan hubungan positif terhadap
Return saham.
8.
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Harjito dan Rangga Aryayoga
(2009) yang menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap return
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan periode amatan 2004-2007, dimana variabelnya yaitu :
Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return On
Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Return saham, dengan
23
meneliti sebanyak 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh
negatif dan tidak signifikan antara Return On Assets (ROA) terhadap
return saham.
9.
Penelitian yang dilakukan oleh Syihab Natarsyah (2000) yang
mengemukakan bahwa variabel ROA, ROE, DPR, DER dan BVS
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham.
Demikian jiga indeks beta sebagai pengukur risiko sistematis juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sehingga
dapat dikatakan bahwa faktor fundamental berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang
konsumsi yang go-public di pasar modal. Adapun dari hasil penelitian
tersebut, Natarsyah mengemukakan bahwa pengaruh terbesar diperoleh
petunjuk bahwa pengaruh terbesar diperoleh dari nilai koefisien BVS.
Namun demikian, dari hasil penelitian tersebut diperoleh petunjuk
bahwa orientasi pemodal sudah beralih dari Devidend Oriented kepada
Capital Gain Oriented. Disamping itu juga dinyatakan bahwa
pergerakan harga saham juga dipengaruhi oleh aspek psikologi pasar,
ketidakstabilan emosi para pemodal juga menyebabkan reaksi pasar
sehingga mempengaruhi harga saham.
24
Rangkuman daftar penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
1
Artik Esturi
(2009)
2
Nicky
Nathaniel
(2008)
3
Ratna
Prihantini
(2009)
4
Sulaiman dan
Ana Handi
(2008)
5
IG.K.A.
Ulupui (2006)
Variabel
Metode
Analisis
Current Ratio (CR), Regresi
Debt to Equity Ratio Linier
(DER), Earning Per Berganda
Share (EPS), dan
Deviden Payout
Division
Debt to Equity Ratio Regresi
(DER), Earning Per Berganda
Share (EPS), Net
Profit Margin
(NPM), dan Price to
Book Value (PBV)
Inflasi, Nilai Tukar,
Return On Assets
(ROA), Debt to
Equity Ratio (DER)
dan Current Ratio
(CR)
Return on Equity
(ROE), Earning Per
Share (EPS), Price
To Book Value
(PBV), Current
Ratio (CR), Total
Assets Turnover
(TATO), Return On
Investment (ROI)
Rasio Likuiditas,
Leverage, Aktivitas
dan Profitabilitas
25
Regresi
Linier
Berganda
Regresi
Linier
Berganda
Regresi
Berganda
Hasil Penelitian
Debt to Equity
Ratio (DER) tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham.
DER berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap return
saham. Sedangkan
NPM dan PBV
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap return
saham.
Current Ratio
(CR) berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap return
saham.
EPS, PBV, ROI
dan ROE
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap return
saham
Total Assets
Turnover (TATO)
menunjukkan hasil
yang negatif dan
tidak signifikan
terhadap return
Net Profit Margin
(NPM), Return On
Equity (ROE),
Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio
(DER), Total Assets
Turnover (TATO),
Price to Book Value
(PBV), CFO/Sales,
Log TA
7
Dyah Kumala Earning Per Share
Trisnaeni
(EPS), Price
(2007)
Earning Ratio
(PER), Debt to
Equity Ratio (DER),
Return On Equity
(ROE), dan return
saham
Economic Value
8
Agus Harjito
dan Rangga
Added (EVA),
Aryayoga
Return On Assets
(2009)
(ROA), Return On
Equity (ROE), Net
Profit Margin
(NPM), dan Return
Saham.
Syihab
Return On Asset
9
Natarsyah
(ROA), Return On
(2000)
Equity (ROE),
Deviden Payout
Ratio (DPR), Debt
to Equity Ratio
(DER) dan Book
Value per Share
(BVS)
Sumber : Berbagai jurnal penelitian terdahulu
6
Dwi Martanti,
dkk (2009)
Regresi
Linier
Berganda
saham
Total Assets
Turnover (TATO)
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap return
saham
Regresi
Berganda
ROA tidak
mempunyai
pengaruh positif
dan tidak
signifikan
terhadap return
saham.
Regresi
Linear
Berganda
Ada pengaruh
negatif dan tidak
signifikan antara
ROA terhadap
return saham.
Regresi
Linear
Berganda
ROA, ROE, DPR,
DER dan BVS
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap harga
saham
C. Kerangka Pemikiran
Bagi investor di pasar modal perubahan struktur modal perusahaan akan
mempengaruhi return yang diperoleh karena berkaitan dengan terjadinya
26
perubahan nilai perusahaan. Reaksi investor terhadap perubahan struktur modal
perusahaan dapat dilihat dari pergerakan harga saham di pasar modal.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laba/return saham diantaranya
adalah faktor fundamental dan kurs. Faktor fundamental menggambarkan
keadaaan internal perusahaan yang dapat dilihat pada data-data yang berasal
dari data keuangan perusahaan seperti ratio-ratio keuangan, neraca dan rugi
laba sedangkan kurs merupakan salah satu faktor ekonomi diluar perusahaan
yang ikut berpengaruh terhadap harga/return saham.
Variabel dalam penelitian ini meliputi Debt to Equity Ratio (DER), Return
on Equity (ROE), Total Assets Turnover (TATO) dan Return Saham sebagai
variabel dependen. Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE) dan
Total Assets Turnover (TATO) mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen yang mungkin
positif ataupun negative. Model penelitian dalam penelitian ini dapat
diilustrasikan dalam gambar dibawah ini.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Return on Equity (ROE)
Debt to Equity Ratio (DER)
Return Saham
Total Asset Turn Over (TATO)
Gambar 2.1
Model Konseptual
27
D. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian serta telaah pustaka, dan juga penelitian-penelitian terdahulu, maka
variabel yang mempengaruhi Return saham dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Hubungan antara Return On Equity (ROE) dan Return Saham
ROE merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan
menggunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
Tingkat pengembalian atas modal dihitung sebagai perbandingan antara
laba bersih setelah pajak (net income after tax atau earning after tax =
EAT) dan total ekuitas. Semakin tinggi pengembalian atas modal maka
akan menaikkan return saham. Jadi, Return On Equity (ROE) memiliki
pengaruh positif terhadap Return Saham.
Penelitian Agus Harjito dan Rangga Aryayoga (2009) menunjukkan
bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Selain itu penelitian yang ditunjukkan oleh Dwi Martani, dkk (2009)
menunjukkan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham.
H1: Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham
2.
Hubungan antara Debt to Equity Ratio (DER) dan Return Saham
DER merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio ini mengukur seberapa
jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini
mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. Sehingga menurunkan
28
minat investor untuk berinvestasi, maka menurunkan harga saham
perusahaan dan menurunnya return saham. Jadi, Debt to Equity Ratio
(DER) memiliki pengaruh yang negatif terhadap Return saham.
Artik Estuari (2009) hasil penelitiannya yang meneliti pengaruh CR, DER,
ROI, EPS,dan DPR terhadap return saham perusahaan di Bursa Efek
Indonesia menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Selain itu penelitian Nicky Nathaniel (2008)
menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap return saham.
H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham
3.
Hubungan antara Total Asset Turn Over (TATO) dan Return Saham
TATO merupakan rasio pengelolaan aktiva terakhir, mengukur perputaran
atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan. Apabila perusahaan tidak
menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran investasi sebesar
total aktivanya, penjualan harus ditingkatkan. Sedangkan menurut (Abdul
Halim, 2007), TATO merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk
mengukur
sampai
seberapa
besar
efektivitas
perusahaan
dalam
menggunakan sumber dayanya yang berupa assets. Semakin tinggi efisien
penggunaan assets dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk
kas. Jadi, Total Assets Turnover (TATO) memiliki pengaruh positif
terhadap Return Saham.
29
Hasil penelitian yang dilakukan oleh I G. K. A. ULUPUI (2009) yang
menyatakan bahwa Total Asset Turnover (TATO) menunjukkan hasil yang
negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Selain itu, penelitian
yang dilakukan (Dwi Martini, 2009) menunjukkan bahwa TATO
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham.
H3 = Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh terhadap return saham
30
Download