52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Objek Penelitian
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari bagian Corporate Affair and
Communication MBI, maka diperoleh mengenai gambaran dari PT Multi Bintang
Indonesia Tbk. sebagai berikut:
4.1.1. Sejarah Terbentuknya PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
Berawal di tahun 1929, ketika sebuah organisasi usaha Belanda
mendirikan perusahaan pengolah bir yang pertama di Medan, N V Nederlands
Indische Bierbrouwerijen, meskipun pabriknya belum berdiri. Baru dibulan
November 1931, pabrik pengolah bir mulai beroperasi di Surabaya. Pabrik
pengolah bir ini merupakan pabrik pertama yang pernah dioperasikan di luar
Belanda sendiri. Dapat dikatakan, pabrik di Surabaya tersebut merupakan
langkah awal globalisasi perusahaan bir Belanda yang di lakukan puluhan
tahun yang lalu.
Sejak tahun 1936, Heineken menjadi penanam modal terbesar di
perusahaan tersebut. Namanyapun diubah menjadi Heineken Nederlands
Indische Bierbrouwerijen Maattschapiji. Bendera perusahaanpun semakin
berkibar. Di tahun 1972, nama perusahaan diubah menjadi PT Perusahaan Bir
Indonesia. Pabrik yang kedua-pun berdiri di Tangerang, Jawa Barat dan mulai
berproduksi tahun berikutnya. Sejak tahun 1974, pabrik di Tangerang tersebut
juga mengolah bir hitam untuk PT Guinness Indonesia. Kerjasama tersebut
52
53
diperkuat ditahun 1981 dengan memperoleh lisensi dari Guinness Overseas
Ltd. dan Arthur Guinness et Son CO. (Dublin) Ltd.
Dalam tahun 1981, perusahaan mengganti benderanya menjadi PT
Multi Bintang Indonesia, sekaligus memasyarakatkan sahamnya dan terdaftar
di Bursa Efek Jakarta pada bulan Desember tahun yang sama.. Nama
sebelumnya hanya mencerminkan sebuah perusahaan bir, sedang strategi
perusahaan lebih mengarah pada perusahaan minuman. Setelah itu, di tahun
1981, perusahaan mengambil alih pabrik pembotolan Coca Cola di Medan.
Tahun berikutnya, perusahaan memperkenalkan GREEN SANDS SHANDY,
sebuah minuman ringan non-alkohol, yang dengan cepat diterima baik oleh
masyarakat dan terus berkembang, serta memimpin pasar dikelasnya. Hanya
dengan pertimbangan bisnis semata ketika pabrik pembotolan Coca Cola
berakhir di tahun1993.
Saat ini PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan penghasil bir
terdepan di Indonesia, yang memproduksi dan memasarkan serangkaian
produk terkenal, seperti Bir Bintang, Heineken, Guinness Stout, dan Green
Sands. Perseroan memiliki tempat pengolahan bir di Mojokerto dan
Tangerang, serta kantor penjualan dan pemasaran yang tersebar di seluruh
kota besar di Indonesia, dari Medan di Sumatera Utara hingga Jayapura di
Papua dengan kantor pusat di Jakarta. Pabrik Tangerang berdiri pada tahun
1974 berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 19 dengan luas area +/- 11 hektar.
PT Multi Bintang Indonesia Tbk, Tangerang Brewery bertekad untuk
menjadi Brewery terbaik di Indonesia, dalam bidang mutu, efisiensi, d an
k ep ua sa n pelanggan. Melalui implementasi Total Productive Management,
54
kami terus menerus meningkatkan mutu, kepuasan pelanggan, efisiensi,
organisasi dan tanggung jawab lingkungan.
4.1.2. Logo Perusahaan
Makna Logo Bintang
Bintang
KEPUASAN PELANGGAN (CUSTOMER SATISFACTION)
Secara konsisten dapat memenuhi kebutuhan pelanggan sehingga tidak
terdapat complaint dari pelanggan
HEMAT BIAYA PRODUKSI
(COST LEADERSHIP)
Memproduksi bir (/hl) pada
biaya terendah dengan
produktifitas yang tertinggi
Best Brewery in
the Asia Pacific
region
KINERJA & KEMAUAN UNTUK
BERKEMBANG YANG TINGGI (HIGH
PERFORMANCE LEARNING
ORGANIZATION)
Membuat lingkungan kerja yang fleksibel dan
bermotivasi, dimana karyawan mempunyai tingkat
kemandirian dan mempunyai kemauan untuk
berkembang melalui pelatihan-pelatihan
JAMINAN MUTU
(QUALITY LEADERSHIP)
Memproduksi bir berkualitas
tinggi dengan metode yang
paling efisien
WARGA NEGARA YANG BAIK DAN
BERTANGGUNGJAWAB (GOOD
CORPORATE CITIZEN)
Sebagai perusahaan yang baik dengan mematuhi
undang-undang yang berlaku serta terus-menerus
mengembangkan kerjasama yang baik, secara
internal dan eksternal. Mempunyai hubungan dan
komunikasi yang jelas dan terbuka dengan para
pemegang saham.
Gambar 3 : Makna Logo Bintang
Makna MBI T, diterjemahkan sebagai berikut :
Menjadi produsen minuman bekualitas kelas dunia
Berorientasi pada keunggulan mutu, efisiensi dan kepuasan pelanggan
Intensif mengembangkan organisasi dan kinerjanya untuk menjadi
Terbaik di kategori industri sejenis
4.1.3. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
PT Multi Bintang Indonesia merupakan salah satu industri pengolahan
bir yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 19, Tangerang 10032. PT Multi
55
Bintang Indonesia memiliki luas area keseluruhan sekitar sebelas hektar yang
terbagi menjadi beberapa area yang dapat dilihat pada Lampiran halaman 43.
Pembagian area bangunan PT Multi Bintang Indonesia, antara lain:
1. bangunan gedung untuk Brewhouse (pemasakan) sekitar 0,26 hektar
yang meliputi bagian pemasakan wort sampai fermentasi
2. bangunan bottling hall untuk pengemasan baik botol maupun kaleng
dengan luas sekitar 0,83 hektar
3. bangunan untuk bagian Engineering yang meliputi bengkel mesin
dan kamar mesin dengan luas sekitar 0,2 hektar
4. bangunan raw material sebagai gudang penyimpanan bahan baku
dengan luas sekitar 0,27 hektar
5. bangunan untuk perkantoran dibagi menjadi dua, yaitu kantor I
(sekitar 0,12 hektar) dan kantor II (sekitar 0,006 hektar)
6. sisa tanah lainnya digunakan untuk area parkir, sarana olahraga, dan
WWTP (Waste Water Treatment Plant)
4.1.4. Ketenagakerjaan
Karyawan yang bekerja di PT Multi Bintang Indonesia seluruhnya
berjumlah 560 orang, yang terbagi atas 230 karyawan official dan 330
karyawan Brewery Tangerang. Karyawan dibedakan menjadi dua golongan
yaitu staf dan non-staf. Karyawan non staf terdiri dari pekerja tetap, karyawan
kontrak dan karyawan harian lepas. Karyawan non-staf tergabung dalam
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Karyawan staf adalah karyawan
tetap yang sudah melewati masa percobaan.
56
Karyawan administratif bekerja selama lima hari seminggu mulai dari
hari Senin sampai Jumat, dengan jam kerja mulai dari 07.30 sampai 16.00
WIB. Karyawan bagian produksi bekerja sesuai dengan pembagian shift
karena proses produksi bersifat continuous (terus-menerus). Waktu shift
dibagi menjadi tiga, yaitu pagi, siang, dan malam. Sistem yang digunakan
adalah ”enam dua” yang berarti jika karyawan sudah bekerja selama enam
hari, maka akan mendapatkan dua hari libur (off). Pembagian shift dimulai
dengan dua hari shift pagi, dua hari shift siang, dua hari shift malam seperti
yang telah dijelaskan setelah pergantian shift untuk seorang karyawan akan
mendapatkan dua hari libur. Pembagian shift kerja yang diterapkan, antara
lain:
1. shift I : dua hari masuk jam kerja mulai 06.00 – 14.00 WIB
2. shift II : dua hari masuk jam kerja mulai 14.00 – 23.00 WIB
3. shift III : dua hari masuk jam kerja mulai 23.00 – 06.00 WIB
Setiap hari diadakan briefing selama satu jam (08.30 – 09.30) untuk
perencanaan produksi dan tidak ada waktu khusus untuk istirahat. Jam makan
dan shalat karyawan dilakukan secara bergantian. Masing-masing shift,
karyawan bagian produksi memiliki satu orang supervisor yang bertugas
mengawasi setiap produksi dan seorang General Operator (subtitusi foreman)
yang bertugas membantu supervisor.
Setiap pekerja yang melakukan kegiatan dalam lokasi industri mulai
dari persiapan bahan baku di silo, pengolahan bir sampai ke pengemasan bir
mendapat fasilitas keamanan kerja, seperti safety shoes, safety glass, dan ear
plug. Selain itu, setiap pekerja diberi fasilitas perlindungan kesehatan berupa
57
pengobatan dan perawatan yang ditanggung oleh PT Multi Bintang Indonesia
bagi pekerja yang sakit.
4.1.5. Produk-produk Perusahaan
Produk yang dihasilkan oleh PT Multi Bintang Indonesia dibagi
menjadi dua jenis minuman, yaitu minuman beralkohol dan minuman nonalkohol. Minuman beralkohol dibagi menjadi dua jenis, yaitu bir putih dan bir
hitam. Merk produk minuman beralkohol dan minuman non-alkohol, sebagai
berikut (lihat tabel 1) :
Tabel 1. Daftar produk minuman yang diproduksi oleh PT Multi
Bintang Indonesia
Merek produk
1."Guiness Foreign Extra
Stout"
2. "Bintang Pilsener"
3. "Heineken"
4. "Green Sands Original"
5. "Green Sands Passion"
6. "Green Sands Fiesta"
7. "Green Sands Recharge"
8. "Bintang Zero"
Kategori produk
Bir hitam
Bir putih
Bir putih
Minuman non-alkohol
Minuman non-alkohol
Minuman non-alkohol
Minuman non-alkohol
Minuman non-alkohol
4.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang diterapkan oleh PT Multi Bintang Indonesia
adalah sistem organisasi garis dan staff yang secara operasional bawahan
bertanggung jawab langsung kepada atasan dan manager mendapat bantuan dari
staff dalam menjalankan tugas. Struktur organisasi pada perusahaan ini disusun
dan diterapkan dengan tujuan agar terjalin suatu koordinasi yang baik dalam
58
pelaksanaan tugas pada setiap bagian fungsional, sehingga setiap anggota
organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien serta untuk menjaga kelancaran
dan untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Implementasi struktur organisasi diatur dengan mengadakan
pembagian tugas-tugas dan pendelegasian wewenang yang disertai tuntutan
tanggung jawab.
Suatu bentuk organisasi pada prinsipnya merupakan pembagian tugas
kerja antara sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Pembagian
tugas kerja ini dapat terlihat dalam struktur organisasi perusahaan. Secara umum
struktur organisasi PT Multi Bintang Indonesia Tbk dapat kita lihat dari bagian
berikut :Dari struktur organisasi ini dapat diketahui pola hubungan, tugas dan
wewenang masing-masing bagian. Stuktur organisasi PT. Multi Bintang Indonesia
Tbk. sebagai berikut :
1. TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
Tanggung jawab dan wewenang dan hubungan dari setiap personel yang
mengelola, melaksanakan, dan memantau pekerjaan, didefinisikan dengan:
a) Struktur organisasi
b) Uraian jabatan
c) Prosedur standard (SOP) dan Work Instruction (WI)
2. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WAKIL MANAJEMEN
(MANAGEMENT REPRESENTATIVE DAN ENVIRONMENTAL
MANAGEMENT REPRESENTATIVE)
1) Peran Keseluruhan
Mengkoordinir dan mengelola sistem manajemen yang berkaitan dengan
ISO 9001:2000, ISO 14001:2004 dan ISO 22000:2005 (HACCP) agar
59
berjalan dengan efektif.
Meliputi keseluruhan PT Multi Bintang
Indonesia Tangerang sesuai dengan arahan Brewery Manager dan
Supply Chain Director serta sesuai dengan kebijakan perusahaan dan
prosedur sebagaimana tercantum dalam Tangerang Manual dan Prosedur
Standard (SOP).
2) Tanggung Jawab dan Tugas
a) Mengembangkan organisasi fungsional yang sesuai kebutuhan dan
komitmen bisnis, dan memastikan agar tetap terkendali.
b) Beroperasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2000, ISO
14001:2004, ISO 22000:2005 (HACCP), dan persyaratan lainnya
yang mungkin diperlukan oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk dari
waktu ke waktu.
c) Mengelola program internal audit dan Management Review.
d) Memastikan kecukupan sumber daya untuk melakukan tugas di area
tanggung jawabnya.
e) Memastikan tindakan yang tepat waktu dan efektif dilakukan oleh
departemen yang sesuai untuk memelihara integritas sistem
manajemen yang diterapkan.
f) Memastikan sistem manajemen dan program-program yang diterapkan
di-review.
g) Menetapkan dan memelihara sistem tindakan koreksi dan pencegahan
untuk memastikan penanganan yang efektif.
h) Memastikan dokumentasi sistem manajemen selalu aktual.
60
3. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB JABATAN KUNCI
3.1. Supply Chain Director
1. Peran Keseluruhan
Mengembangkan, merekomendasikan, mengimplementasikan dan
mengmonitoring proses
pengolahan
produk,
pengemasan,
distribusi (supply chain management) produk MBI,
dan
termasuk
pengadaan bahan baku, dan pengadaan jasa untuk pengiriman produk
ke pelanggan, serta memastikan tercapainya standar mutu, dan
optimalisasi biaya.
Sebagai anggota Direksi, dan Tim Manajemen, menyiapkan dan
melaksanakan rencana dan kebijakan operasional 3 tahun yang telah
disetujui untuk secara strategis menambahkan nilai pada operasi bisnis
perusahaan, dengan mempertahankan dan meningkatkan laba bagi para
Pemegang saham.
2. Tanggung Jawab dan Tugas
a) Memastikan manajemen rantai pengadaan material yang efektif untuk
memenuhi kepuasan pelanggan, meliputi bagian pemasaran dan
penjualan, serta konsumen.
b) Memastikan pencapaian mutu produk yang terbaik dan metoda
pelaksanaan bisnis untuk menjadi pemimpin mutu di dalam industri.
c) Memastikan optimalisasi biaya tanpa mengurangi mutu produk untuk
mencapai
kepemimpinan
dalam
penghematan
biaya,
dengan
mengeluarkan biaya serendah mungkin dan memberikan laba yang
lebih besar bagi perusahaan.
61
d) Memastikan Divisi Teknik mempunyai orang-orang dan kemampuan
organisasi
untuk
mencapai
kepuasan
pelanggan,
mutu
dan
kepemimpinan biaya.
e) Memastikan integrasi MBI dengan masyarakat setempat dan ketaatan
terhadap peraturan pemerintah dan Undang-undang untuk menjadi
Good Corporate Citizen (warga korporat yang baik) dalam menjalankan
bisnis.
f) Memastikan keamanan karyawan dan asset MBI demi tercapainya
tujuan bisnis.
g) Sebagai koordinator dari Crisis Team.
3.2. Human Resource Director
1. Peran Keseluruhan
Mengembangkan, merekomendasikan, mengimplementasikan dan
mengmonitoring rencana-rencana dan program-program Sumber Daya
Manusia untuk memastikan optimalisasi sumber daya manusia untuk
mendukung perusahaan dan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
2. Tanggung Jawab dan Tugas
a) Memastikan tenaga kerja digunakan sepenuhnya untuk memenuhi
kebutuhan operasional perusahaan.
b) Memastikan pengembangan dan implementasi dari sistem dan
kebijakan sumber daya manusia yang terintegrasi, yang mendukung
pencapaian tujuan perusahaan.
62
c) Memastikan pencapaian dari Perjanjian Kerja Bersama dengan serikat
pekerja untuk memastikan bahwa hasil negosiasi dapat menciptakan
hubungan industri yang harmonis.
d) Memastikan implementasi yang efektif dari rencana suksesi
perusahaan untuk memastikan pemanfaatan yang optimal dari tenaga
kerja yang potensial untuk mendukung strategi bisnis jangka panjang
dan pendek dari perusahaan
e) Memberikan pelayanan kepersonaliaan (misalnya: perpindahan,
promosi) yang efisien bagi manajemen lini untuk operasi yang efektif.
f) Perekrutan dan Penseleksian para manajer Senior (golongan 17
keatas) untuk memastikan mutu orang-orang untuk posisi kunci/senior
manajer.
g) Memastikan perealisasian inisiatif-inisiatif dari Sumber Daya
Manusia Heineken Korporat melalui pengimplementasian di tingkat
lokal.
h) Mengerahkan dan mengendalikan pengembangan kebijakan dan
program Keselamatan, Kesehatan Dan Lingkungan (SHE) untuk
memastikan lingkungan kerja yang aman, sehat dan ramah
lingkungan, di mana MBI beroperasi sesuai dengan standard dan
peraturan perusahaan, pemerintah dan internasional.
3.3. Corporate Affair & Communication Manager
1. Peran Keseluruhan
Bertanggung jawab dalam mengembangkan dan memelihara hubungan
eksternal yang baik dengan institusi pemerintah, otoritas lokal, polisi,
63
institusi militer dan asosiasi industri untuk mendukung keberadaan dan
pertumbuhan perusahaan. Secara internal posisi ini bertanggung jawab
dalam mengembangkan sistem komunikasi antar-karyawan yang dapat
mendukung peningkatan kinerja karyawan. Menjembatani komunikasi
antara Manajemen dengan Serikat Pekerja.
2. Tanggung Jawab dan Tugas
b) Mengembangkan, merumuskan, memonitor dan memastikan
implementasi
dari
Kebijakan
Urusan
Perusahaan
dan
Komunikasi yang sesuai.
c) Mengembangkan dan memelihara kontak dan hubungan yang
baik bagi perusahaan dengan Lembaga dan pejabat Pemerintahan
- pusat dan lokal, institusi kepolisian dan militer dan asosiasiasosiasi industri.
d) Mengembangkan Program Pengembangan Lingkungan dan
Komunitas (CDP = Community Development Programs) yang
akan meningkatkan hubungan yang lebih baik antara Brewery
dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
e) Penyimpanan yang efektif dan aman dari Lisensi Produk dan
Perusahaan, surat-surat ijin dan sertifikasi yang diperlukan untuk
menjalankan Perusahaan.
f) Manajemen Media
g) Corporate councelling dan unit bisnis perusahaan
h) Memupuk identitas korporat dan sponsorship
i) Membuat konsep kebijakan community development dan
corporate social responsibility.
64
j) Menyusun materi publikasi successtory dan reputasi perusahaan.
3.4. SHE Officer
1. Peran Keseluruhan
Mengelola semua program pengembangan lingkungan dan masyarakat
(CDP = Community Development Program) di brewery serta memelihara
hubungan baik dengan masyarakat sekitar serta instansi pemerintah untuk
memastikan kesesuaian dengan kebijakan dan peraturan pemerintah.
Mengkoordinasikan semua penanganan isu-isu lingkungan, kesehatan
dan keselamatan (SHE = Safety, Health, Environment) untuk memastikan
kebijakan lingkungan dan prosedur standar yang telah disusun bisa
terimplementasi dengan baik serta tercapainya sasaran dan program
lingkungan.
2. Tanggung Jawab dan Tugas
a) Menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat
sekitar
b) Menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan pemerintah dan
instansi setempat
c) Mengkoordinir penyusunan dan review kebijakan dan program
lingkungan (set-up, implementasi dan audit)
d) Memastikan kesadaran akan lingkungan, kesehatan dan keselamatan
terus meningkat
e) Mengelola program SHE
secara
efektif dan mengendalikan
pengeluaran sesuai budget
f) Mengelola administrasi berkaitan dengan SHE secara efisien
65
g) Mengkoordinir sistem dan program pencegahana bahaya kebakaran
(Fire Fighting), serta sistem pencegahan / pananganan situasi krisis
lainnya
h) Sebagai
wakil
manajemen
untuk
sistem
lingkungan
(ISO
14001:2000).
4.3. Hasil Penelitian
Penelitian ini di lakukan di PT Multi Bintang Indonesia Tbk. selama bulan
November 2009 – Januari 2010 di bagian Corporate Communications, Khususnya
bagian Public relations untuk mencari data yang mendasari mengapa PT Multi
Bintang Indonesia Tbk. menerapkan Corporate Sosial Responsibility dan hasil ini
dijabarkan dalam bentuk SWOT analisis.
Pada tahapan awal dari pelaksanaan Public Relations, analisa SWOT
tentunya untuk melihat faktor kekuatan dan kelemahan dari internal perusahaan,
serta
faktor peluang dan ancaman yang didapat dari eksternal perusahaan.
Komponen Strenghts dan Weaknesses dikaji dari unsur-unsur yang berasal dari
dalam perusahaan, sedangkan kedua komponen lainnya Opportunities dan Threats
dikaji dari lingkungan dimana perusahaan tersebut berada. SWOT yang dimiliki
PT Multi Bintang Indonesia Tbk. adalah sebagai berikut :
Menurut Corporate Seecretary PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Ibu Susi,
(lihat lampiran halaman 9) :
“ Percaya bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan
kedudukan sosial yang mereka miliki (responsibilities of businessmen need to be
commensurate with their social power). Sehingga, dalam jangka panjang
pengusaha tidak menggunakan kekuasaan dengan bertanggungjawab sesuai
66
dengan anggapan masyarakat kehilangan kekuasaan yang mereka miliki
sekarang.
Selain itu Corporate Affair & Communication Manager Bapak Bobby H
juga menambahkan bahwa kekuatan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (lihat
lampiran halaman 13).
“Kekuatan MBI terletak pada CSR yang menjadi pedoman untuk menciptakan
profit dalam jangka panjang (CSR for profit), kegiatan sosial yang dijalankan
harus berhubungan dengan kepentingan perusahaan dan harus mendukung bisnis
perusahaan. Selain itu, manajemen Multi Bintang juga sangat mendukung adanya
implementasi corporate social responsibility untuk menciptakan sustainable
growth perusahaan yang lebih baik lagi.”
Sementara itu kelemahan (weakness) PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
dikatakan oleh Ibu Susi sebagai berikut, (lihat lampiran halaman10):
“ Kelemahannya pada image minuman beralkohol, yaitu apakah
pemberian program corporate social responsibility dari pabrik minuman
beralkohol ini termasuk halal dan sikap atas pabrik minuman beralkohol.”
Dari faktor eksternal, ada beberapa peluang (opportunities) bagi PT Multi
Bintang Indonesia Tbk yaitu CSR tidak lagi dipandang sebagai keterpaksaan,
melainkan sebagai kebutuhan dan bukan lagi melulu dari aspek sosial tetapi
sudah jauh merasuk ke aspek bisnis dan penyehatan operasi. Dari yang semula
dianggap sebagai cost, kini mulai diposisikan sebagai investasi. Alasan tentang
perlunya aktivitas CSR karena bisa membangun positioning merek, mendongkrak
penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan,
mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata
investor. (lihat lampiran halaman 10).
67
Faktor terakhir adalah ancaman (threats) tentang CSR adalah soal impak
program tersebut pada profit perusahaan. Para pelaku usaha dituntut untuk ikut
memikirkan program yang mampu mendukung sustainablility perusahaan dan
aktivitas CSR itu sendiri. Dalam hal ini, strategi perusahaan mesti responsif
terhadap kondisi-kondisi yang mempengaruhi bisnis, seperti perusahaan global,
tren dipasar, dan kebutuhan stakeholders yang belum terpenuhi ketimbang
mengabaikannya.(lihat lampiran halaman 10).
Menurut
Corp.Affair
&
Comm.
Staf
Bapak
Sanny
mengatakan,(lihat lampiran halaman 16) :
“Substansi dari misi adalah memahami “bisnis apa yang diterjuni”.
Pemahaman akan “bisnis apa yang diterjuni” tersebut harus diterjemahkan
dengan jelas ke dalam lingkup bisnis. Tujuannya agar perusahaan mempunyai
gambaran yang jelas tentang bidang-bidang bisnis yang harus dimasuki dan
bidang-bidang mana yang harus dihindari. Penentuan lingkup menjadi sangat
krusial ketika lingkungan bisnis berubah semakin cepat. Perubahan tersebut
semakin berfungsi menghapus batas-batas di antara berbagai macam industri.”
Perubahan lingkungan bisnis ini dapat dipahami dengan melakukan analisa
5’s forces dan isu-isu bagi stakeholders. 5’s forces analysis dilakukan dengan
menganalisa : pendatang baru, pemasok, pembeli, persaingan dalam industri dan
produk substitusi, Adapun gambaran tersebut sebagai berikut :
1. Pendatang baru (New Comer)
Adanya pembatasan tentang produksi dan distribusi minuman
beralkohol melalui Undang-undang No. 11 tentang Cukai dan Keputusan
Mentri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomer : 359/MPP/Kep/1997
pasal 11 yang menyebutkan bahwa industri minuman beralkohol golongan
68
A, B dan C yang sudah tidak beroperasi lagi, izin usaha industri atau
STPIK/TDI yang telah diperoleh dilarang untuk dipindah tangankan,
diperbaharui, diganti dan atau dipindahkan lokasinya, dan izin usaha
industri dimaksud dicabut serta dinyatakan tidak berlaku. Artinya bahwa
pemain baru yang akan masuk dalam industri ini tidak memiliki
kesempatan lagi.
Namun pada kenyataannya, perusahaan minuman beralkohol yang
tidak beroperasi tersebut dapat dipindah tangankan dan djual ke pihak lain.
Pada umumnya perusahaan yang membeli adalah perusahaan minuman
beralkohol yang lebih besar dan tahu bagaimana celah-celah bermain
dalam industri ini. Artinya pendatang baru bukan berasal dari pemain baru
namun dari pemain lama sehingga posisi pemain lama akan semakin kuat.
2. Pemasok (Supplier)
Bahan baku minuman beralkohol yang utama adalah alkohol.
Pemasok alkohol di Jawa Timur dikuasai oleh dua pemain besar yaitu : PT
Molindo Raya di Lawang - Malang dan PT Karsavicta Satya di Jakarta dan
Surabaya. Kedua pemain ini sangat dekat dengan semua pejabat dari
Direktorat Jendral Bea dan Cukai baik tingkat pusat maupun daerah.
Hubungan yang erat antara pemasok dengan pejabat terkait,
membuat produsen minuman beralkohol yang melakukan transaksi dengan
mereka akan lebih terjamin keamanannya. Posisi pemasok yang kuat
membuat mereka mampu mengatur produsen minuman beralkohol besar
untuk bertransaksi dengan mereka. Tentunya dengan harga beli yang
sudah ditambah dengan biaya keamanan.
69
Posisi pemasok yang kuat ini membuat mereka mampu mengatur
produsen minuman beralkohol besar untuk mengambil dari mereka.
Tentunya dengan harga beli yang sudah ditambahkan dengan biaya
keamanannya. Sehingga produsen minuman beralkohol akan lebih
terjamin keamanannya. Artinya posisi supplier di industri minuman
beralkohol
mempunyai
posisi
tawar-menawar
yang
kuat
dan
mempengaruhi kemampuan laba industri.
3. Pembeli (Buyer)
Konsumsi minuman beralkohol di Jawa Timur memiliki trend
meningkat. Pada tahun 2002 konsumsi minuman beralkohol perkapitanya
adalah 0.09 liter per tahun. Namun pada tahun 2005, konsumsi minuman
beralkohol perkapitanya naik menjadi sebesar 0.22 liter per tahun. Artinya
konsumsi minuman beralkohol mengalami kenaikan selama 3 tahun
sebesar 144 persen atau pertahunnya naik sebesar 48, 1 persen.
Pembeli minuman beralkohol dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pembeli yang akan dijual lagi dan pembeli yang dikonsumsi sendiri.
Pembeli yang dalam akan dijual lagi harus memiliki SIUP MB
sebagaimana diatur Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan RI
N0.361/MPP/Kep/10/1997. Oleh karena itu, agen, grosir dan pengecer
baru mau akan melakukan transaksi minuman beralkohol, bila mereka
dijamin keamanannya. Pembeli akan minta jaminan berupa: Penyelesaian
dengan pihak keamanan apabila mereka terjaring dalam operasi minuman
beralkohol dan penggantian semua barang yang disita. Intinya bahwa agen,
grosir dan pengecer bersedia menjual minuman beralkohol bila mereka
terjamin keamanannya.
70
Bagi pembeli yang akan dikonsumsi sendiri untuk membeli produk
minuman beralkohol mereka terhambat dengan batas usia. Hanya yang
telah usia 21 tahun ke atas yang boleh membeli secara langsung. Kondisi
ini membuat produsen minuman beralkohol harus menjalin relasi yang
baik dengan aparat keamanan disemua wilayah distribusinya. Semakin
besar potensi daerah tersebut, semakin besar dan task force yang
dikeluarkannya.
Artinya bahwa penjualan minuman beralkohol sangat tergantung
pada pembeli. Pembeli mempunyai tawar-menawar yang kuat karena
pembeli akan bersedia menjadi pengecer atau pedagang besar setelah
mendapat jaminan dari produsen.
4. Persaingan Industri (Industry Competitors)
Intesitas dan jumlah kompetitor untuk setiap wilayah tidak sama.
Jumlah kompetitor dan kapasitas produksi minuman beralkohol untuk
wilayah kerja menurut kantor pelayananan Direktorat Jendral Bea dan
Cukai, sebagai mana, sebagai berikut (lihat tabel 2):
Tabel 2 : Jumlah Pemain dan Kapasitas Produksi
Nomer
Daerah
Jumlah
1.
Surabaya
7 perusahaan
2.
Sidoarjo
1 Perusahaan
3.
Malang
3 Perusahaan
4.
Kediri
2 Perusahaan
5.
Mojokerto
1 Perusahaan
6.
Tulungagung
1Perusahaan
7.
Bekasi
2 Perusahaan
8.
Tangerang
2 Perusahaan
71
Sumber : Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman dan Direktorat
Jendral Bea dan Cukai sejak tahun 2006, Kanwil VII dibagi menjadi 2
yaitu wilayah Surabaya dan Malang.
Intesitas persaingan sangat tajam karena untuk wilayah Jawa Timur
saja memiliki 15 perusahaan minuman beralkohol, Bekasi dan Tangerang
4 perusahaan. Pada jalur distribusinya terbatas, dengan memahami peta
persaingan industri minuman beralkohol akan menciptakan perusahaan
yang mampu bersaing.
5. Produk substitusi (Product Subtitution)
Produk substitusi untuk minuman beralkohol adalah bir. Untuk saat
ini, pemain pesaing besar adalah PT. Delta Djakarta Tbk., hubungan
produsen tersebut sangat dekat dengan pemerintah. Hal yang menarik
adalah salah satu pemegang saham PT. Delta Djakarta adalah pemerintah
propinsi DKI.
Selain bir, produk substitusi yang perlu menjadi perhatian adalah
flavored alcoholic beverage (FABs). FABs dapat dikelompokkan menjadi
5 kelompok yaitu : alcoholic carbonates, alcoholic ready to drink, beer
mixer dan wine cooler. Di Eropa, FaBs masih terus mendominasi
pengembangan produk baru dengan pertumbuhan sebesar 38 persen.
Sedangkan di Asia mulai berkembang dan menjadi pendorong
pertumbuhan minuman beralkohol di beberapa negara seperti : Malaysia,
Thailand dan Philipina. Di Indonesia, FABs impor mulai masuk tahun
2003.
Produk substitusi lainnya yang bersifat lokal adalah Tuak dan
Brem. Tuak sangat populer di daerah Medan, Madiun, Tuban dan
72
Banyuwangi. Pada umumnya minuman tradisional ini banyak digunakan
dalam acara perkawinan yang dimeriahkan dengan tayuban.
Oleh karena itu, inovasi produk di industri minuman beralkohol
untuk mengikuti permintaan konsumen akan produk yang convenience dan
ready mixed drinks menjadi faktor penentu kesuksesan industri minuman
beralkohol.
Dari analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa : pemain baru tidak
dimungkinkan muncul oleh peraturan namun pemain lama dapat menjadi semakin
kuat, suplier alkohol mempunyai posisi yang sangat kuat di mata pejabat terkait
sehingga industri minuman beralkohol suka tidak suka akan membeli suplier ini,
pembeli mempunyai posisi kuat karena memiliki kekuatan untuk menuntut
pelayanan dan jaminan yang lebih baik dari produsen minuman beralkohol,
intensitas persaingan sangat ketat sementara distribusinya sangat terbatas, dan
banyaknya produk substitusi yang bermunculan.
Melalui analisa SWOT, perusahaan akan mengetahui letak strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats, sehingga dapat ditentukan strategi CSR
yang akan dilakukan untuk mendapatkan image positif perusahaan yang lebih baik
lagi.
Pada
tahapan perencanaan,
MBI menyusun
strategi yang akan
dilaksanakan. Perencanaan disusun berdasarkan pada data dan fakta yang telah
didapat pada tahapan penelitian. Perencanaan inilah yang menjadi guidence pada
implementasi CSR yang ditetapkan.
73
Menurut Corporate Secretary, Ibu Susi mengatakan, (lihat lampiran
halaman 11) :
“Perencanaan tersebut dilakukan dengan perumusan tujuan, yaitu
pelaksanaan implementasi CSR adalah untuk mewujudkan visi dan misi
perusahaan. MBI ingin menjadi produsen minuman terbesar di Asia Pacific
dengan meningkatkan nilai perusahaan bagi kepentingan semua “stakeholders”.
MBI
memiliki
agenda “Sustainable
Growth”
yaitu
bertumbuh secara
berkelanjutan, selain penetapan tujuan MBI juga merumuskan key success factor ,
menentukan key performance indicators, menentukan strategi dan proses
melaksanakan key performance indicators, melakukan monitoring.”
Hal ini membuat PT Multi Bintang Indonesia Tbk. secara langsung atau
tidak langsung, menerapkan program CSR yang dilakukan oleh perusahaan adalah
merupakan respons atas status industrinya yang tidak jelas dan menguatnya
kesadaran masyarakat akan perlunya kontribusi perusahaan bagi masyarakat
sekitar. Situasi seperti ini mendorong perusahaan untuk melakukan program CSR,
melalui implementasi CSR yang dilakukan oleh Public Relations. PT Multi
Bintang Indonesia Tbk. Untuk melaksanakan program-program CSR yang
dilakukan Public Relations tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan penelitian
atau pengumpulan data.
Menurut Bapak Bobby H mengenai keberadaan Public Relations di PT
Multi Bintang Indonesia Tbk menjelaskan bahwa,(lihat lampiran halaman 13) :
“Public Relations sudah ada tentunnya sejak lama dan sudah dari dulu,
PR adalah fungsi manajemen, karena PR dalam melaksanakan kegiatannya yang
terencana tersebut tentu berhubungan dengan tujuan/goal perusahaan, intinya
adalah untuk menciptakan dan memelihara saling pengertian, sehingga eksistensi
74
perusahaan akan didukung ditengah masyarakat dan untuk mendapat dukungan
tersebut maka PR harus dapat menerapkan CSR dengan tepat.”
Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa alasan utama PR PT Multi
Bintang Indonesia Tbk menerapkan PR adalah untuk mengimplementasikan
kegiatan CSR, maka perusahaan hingga saat ini tetap dapat bertumbuh secara
berkelanjutan. Menurut Bapak Bobby H mengenai kedudukan PR PT Multi
Bintang Indonesia Tbk menjelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman 14) :
“ Divisi PR sekarang nama unitnya adalah Corporate Communication,
yang mengelola PR, kedudukan Public Relations sudah mempunyai departemen
atau divisi tersendiri yaitu Corporate Affair & Communication berada dibawah
sekretariat perusahaan (corporate secretary). Kalau PR yang dikelola disini
adalah untuk mengembangkan Program Pengembangan Lingkungan dan
Komunitas (CDP = Community Development Programs) yang akan meningkatkan
hubungan yang lebih baik antara Brewery dengan lingkungan dan masyarakat
sekitarnya, sehingga kita mempunyai citra yang positif
di masyarakat dan
menempati awareness yang cukup baik di benak konsumen ya...kira-kira begitu.
Jadi, kita mengelola dari sisi PRnya, untuk menerapkan CSR”.
Dari wawancara tersebut penulis mempunyai kesimpulan bahwa, struktur
organisasi perusahaan, kedudukan Public Relations sudah mempunyai departemen
atau divisi tersendiri yaitu Corporate Affair & Communication. Kegiatan atau
aktivitas Public Relations berada didalam divisi Corporate Affair
&
Communication. Sedangkan Corporate Affair & Communication sendiri
kedudukannya berada dibawah sekretariat perusahaan (corporate secretary).
Sekretariat perusahaan ini mempunyai tugas antara lain membina hubungan
dengan investor, membina hubungan dengan pemerintah, membina hubungan
75
dengan perusahaan atau industri lain dan membina komunikasi baik itu eksternal
maupun internal, dan dalam perusahaan khususnya, hal ini adalah PT Multi
Bintang Indonesia Tbk. disebut juga corporate communication. Kemudian,
corporate communication inilah yang menjalankan aktivitas PR dan tugas atau
fungsi dari corporate communication adalah untuk menjaga citra positif produk
perusahaan.
Menurut Bapak Bobby H mengenai peran PR, dijelaskan bahwa, (lihat
lampiran halaman 14) :
”Peran Public Relations pada dasarnya adalah sebagai motor penggerak
perusahaan, karena dalam konsep kita mengenal CSR adalah konsep yang hingga
saat ini masih menghadapi pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Walaupun
demikian...konsep ini merupakan konsep yang sangat baik, terutama dalam
mempertahankan dan melestarikan sumber daya alam yang terbatas, yang telah
dieploitasi perusahaan, dengan melestarikan sumber daya alam ini maka
perusahaan akan dapat bertahan dalam jangka panjang.”
Dari wawancara tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
Public Relations berperan dalam pertumbuhan yang berkelanjutan bagi
perusahaan dan PR sendiri mempunyai peran untuk meningkatkan image atau
citra positif perusahaan baik itu internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.
Jadi tugas dan peran PR disini adalah untuk melaksanakan program-program
corporate social responsibility. Untuk itu, PR menjabarkannya kedalam visi, misi
dan nilai-nilai perusahaan. Setelah memahami visi, misi dan isu-isu key
stakeholders barulah PR merumuskan indikator dan target CSR.
76
4.3.1. Masalah-masalah dalam kegiatan Public Relations
Dalam menjalankan suatu kegiatan atau strategi perusahaan tentu
mengalami masalah-masalah atau kendala yang harus dihadapi, begitu pula
dengan implementasi corporate social responsibility yang dilakukan PR PT
Multi Bintang Indonesia Tbk.
Menurut Bapak Sanny mengenai kendala yang dihadapi dalam
implementasi CSR menjelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman 16) :
“ya..kendala yang kami hadapi karena industri minuman alkohol kurang
mempunyai nilai positif dimata stakeholders, ya...tentunya diperlukan upaya
pendekatan yang tepat terhadap stakeholders, untuk lebih mengetahui Apa
yang menjadi isu-isu penting bagi key stakeholders meliputi : masyarakat,
karyawan, konsumen dan shareholder?
Bagi masyarakat (community) lebih banyak terkait dengan masalah moral
meliputi : Apakah program corporate social responsibility yang diperoleh
perusahaan merupakan suatu tindakan untuk mencegah masyarakat di sekitar
pabrik melakukan protes atas keberadaan pabrik?, Apakah pemberian yang
diperoleh dari pabrik minuman beralkohol ini termasuk halal?, dan Apakah
bila pabrik ini diprotes oleh masyarakat yang berada di luar lingkungan
pabrik maka masyarakat di sekitar lingkungan pabrik apa lagi mereka yang
telah menikmati program CSR “harus” membela pabrik minuman beralkohol
tersebut?
Isu ini pun seringkali disalahgunakan oleh masyarakat yang tidak
bertanggungjawab. Mereka menuntut pembagian hasil yang lebih besar
dengan mengancam perusahaan apabila tidak memberi seperti apa yang
diinginkan mereka akan melakukan demo untuk menutup pabrik.
77
Sejalan dengan isu di atas, isu-isu yang terkait dengan karyawan
(employee) lebih banyak terkait dengan masalah moral. Isu-isu tersebut
mencakup : Apakah bila terjadi pemeriksaan di pabrik, mereka harus
mengatakan yang sebenarnya ataukah mengatakan hal-hal yang telah
diperintahkan oleh atasannya?, Apakah pekerjaan ini termasuk “halal”
mengingat mayoritas pekerja beragama Islam?, dan Apakah mereka dapat
terus bekerja apabila pabrik ditutup untuk sementara karena proses
penyelesaian terkait dengan masalah cukai?
Isu ini sebenarnya merupakan situasi yang tidak membuat perusahaan
nyaman. Hal ini seakan-akan menyebabkan perusahaan sulit menetapkan
aturan yang jelas atas pelanggaran yang terjadi. Karyawan yang dipecat
karena pelanggaran berat sudah pasti akan memanfaatkan isu ini sekaligus
mengancam perusahaaan untuk membongkar rahasia yang mereka ketahui ke
aparat atau publik melalui media massa.
Sedangkan isu-isu bagi konsumen (customer) yaitu : Apakah produsen
mau membantu mengurus perizinan yang dibutuhkan untuk menjadi pengecer
atau penjual minuman beralkohol?, Apakah bila terjadi operasi minuman
beralkohol baik dari aparat keamanan ataupun ormas, produsen akan
mengganti barang-barang yang disita?, dan yang terakhir Apakah bila
penjual ditahan oleh pihak kepolisian, produsen bersedia membantu
penyelesaiannya?
Namun, kadangkala ada pula pengecer yang nakal. Mereka mengaku
telah disita barangnya walaupun sebenarnya tidak ada penyitaan ataupun
biaya penyitaan sudah diganti oleh produsen lain namun mengaku belum
mendapat penggantian dari produsen itu. Hal ini dapat terjadi karena ada
78
pedagang yang menambahkan jumlah barang yang disita, di bukti sitaan
misalanya 10 karton menjadi 20 karton, dalam surat sitaan ditulis beberapa
macam barang yang disita yang berasal dari beberapa produsen, maka surat
sitaan akan diberikan pada produsen yang barang disitanya paling banyak,
sedangkan produsen lain akan mendapat fotokopiannya saja, dan ada pula
pedagang yang bekerjasama dengan aparat minta dibuatkan surat sitaan.
Demikian
pula,
isu-isu
yang
terkait
dengan
pemegang
saham
(shareholder) yang menjadi isu utama adalah : Apakah industri minuman
beralkohol ini dapat berjalan terus mengingat peraturan yang membatasi
produksi dan distribusi minuman beralkohol semakin ketat dan dominasi
mayoritas masyarakat penganut agama Islam yang mengharamkan minuman
beralkohol. Isu yang kedua adalah : Apakah aparat terkait dengan industri
minuman beralkohol dapat terus diajak ”bekerja sama” mengingat aturan
korupsi semakin ketat. Isu yang terakhir adalah : Apakah biaya atau pungutan
tidak resmi yang semakin besar yang mau tidak mau harus dikeluarkan ini
masih memberikan keuntungan seperti yang diharapkan oleh pemegang
saham?
Isu ini menyebabkan pemegang saham berpikir secara praktis atau
prakmatis saja. Artinya...selagi perusahaan dapat memperoleh profit
sebanyak-banyaknya maka pemberian ”jatah” atau task force untuk aparat,
media dan ormas tetap dilakukan. Sebaliknya apabila omzet perusahaan
sedang turun maka beban atau pungutan tidak resmi ini sangat memberatkan
perusahaan, karena ada aturan yang tidak tertulis sekali ”jatah” ini
dikeluarkan maka harus terus dikeluarkan. Jika tidak, perusahaan akan
mendapat bannyak gangguan yang menyebabkan perusahaan harus
79
mengeluarkan biaya yang lebih besar. Dengan demikian, apabila tidak
mampu memberi ”jatah” maka perusahaan akan tutup dengan sendirinya.
Dari wawancara diatas dapat diketahui mengenai masalah yang dihadapi
dalam kegiatan Public Relations, antara lain :
1. Isu-isu yang terkait dengan masyarakat dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu : program corporate social responsibility terkait
dengan industri minuman beralkohol yang merupakan grey area
industry, ke”halal”an program CSR dari pabrik minuman beralkohol,
dan sikap atas pabrik minuman beralkohol.
2. Isu-isu yang terkait dengan karyawan dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu: kejujuran untuk mengatakan yang sebenarnya, halal atau
tidaknya pekerjaan mereka, dan kontinuitas pendapatan untuk
menunjang kebutuhan hidup.
3. Isu-isu yang terkait dengan konsumen dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu : kelengkapan perijinan penjual eceran ataupun pedagang
besar beralkohol, penggantian sitaan, dan penyelesaian dengan aparat
terkait bila terjadi proses penahanan.
4. Isu-isu yang terkait dengan pemegang saham dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu : kontinuitas usaha, kemauan aparat terkait
minuman beralkohol untuk bekerjasama, dan biaya atau pungutan
tidak resmi di industri minuman beralkohol semakin besar.
80
Di bawah ini merupakan gambar hubungan antara masyarakat, karyawan,
konsumen, shareholder dan intansi terkait, sebagai berikut (lihat gambar 4) :
Masyarakat
Program
CSR
Operasional
"Kerjasama"
Jaminan
Konsumen
Pemegang Saham
Intansi Terkait
Jaminan
Transaksi
Operasional
Gaji
Karyawan
Gambar 4 : Hubungan antara masyarakat, karyawan, konsumen, shareholder
dan intansi terkait.
Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa program CSR yang dilakukan
perusahaan
ke
masyarakat
menyebabkan
perusahaan
dapat
terus
beroperasional. Operasional ini juga didukung oleh karyawan yang
mendapatkan gaji sesuai. Dengan kerjasama dengan intansi terkait dapat
memberikan jaminan keamanan dan perusahaan pun dapat memberikan
jaminan keamanan kepada konsumen, sehingga konsumen bersedia untuk
melakukan transaksi dengan perusahaan. Sehingga perusahaan akan
bertumbuh secara berkelanjutan.
Dapat disimpulkan bahwa isu-isu yang muncul di stakeholders terkait
dengan aspek legalitas, agama dan moralitas. Hal-hal yang terkait dengan
aspek legalitas seperti belum adanya aturan yang memberi kepastian tentang
81
keberadaan industri minuman beralkohol. Kalaupun ada, kebijakan ini tidak
didukung oleh intansi terkait. Sedangkan aspek agama terkait dengan halal
atau tidaknya pekerjaan atau program corporate social responsibility yang
diberikan oleh pabrik minuman beralkohol. Sedangkan masalah moralitas
terkait dengan kejujuran dan balas jasa.
Selain itu tugas dari public relations di PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
adalah menentukan indikator corporate social responsibility. Jadi isu-isu dari
stakeholders di atas digunakan untuk merumuskan indikator CSR. Indikator
CSR ini diterjemahkan ke dalam aktivitas-aktivitas perusahaan sehingga halhal yang menjadi isu-isu utama dapat dicapai. Dengan mencapai key issue
stakeholders maka kontinuitas usaha akan berjalan secara berkelanjutan.
Menyadari akan ketatnya lingkungan usaha di industri minuman
beralkohol dan semakin kuatnya tuntutan masyarakat akan tanggungjawab
sosial perusahaan maka perusahaan mulai merumuskan ke dalam visi dan
misi perusahaan.
4.3.2. Mengintegrasikan CSR dalamVisi dan Misi Perusahaan
Mengenai pertanyaan, apa yang menjadi visi misi perusahaan sesuai
dengan tujuan tanggungjawab sosial perusahaan, Bapak Sanny menjelaskan
bahwa, (lihat lampiran halaman 17) :
“...Untuk mencapai kesuksesan dalam jangka panjang, organisasi harus
memiliki
ideologi
yang
mencerminkan
filosofi
serta
tujuan-tujuan
keuntungannya. Kedua hal ini sering kali saling trade off satu sama lain,
namun secara koheren diselaraskan oleh perusahaan-perusahaan yang
sukses. Artinya dimensi filosofi (visi dan misi) mencerminkan idealisme,
82
sementara dimensi objective ( skop bisnis dan sasaran perusahaan)
mencerminkan pragmatisme organisasi.”
“Visi bersifat fundamental dan umum, supaya unsur-unsur yang umum
ini dapat diimplementasikan sebagai pedoman operasional maka visi harus
diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran perusahaan yang lebih kongkret dan
memiliki dimensi operasional. Bila visi dirumuskan secara kualitatif maka
sasaran perusahaan dirumuskan secara kuantitatif.”
Berdasarkan kondisi lingkungan industri minuman beralkohol dan tuntutan
masyarakat, maka perusahaan merumuskan visi dan misi berikut ini. The
premier company delivering first choice brands and innovative solutions to
consumer in Asia Pacific.
Misi perusahaan adalah Meningkatkan nilai perusahaan bagi kepentingan
semua “customers, employees, shareholders and society”, melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Goverance) dan meberikan
kepuasan kepada stakeholders, dan untuk memperkuat visi
dan misi
perusahaan, dalam membuat tujuan, pernyataan Visi dan Misi adalah mencapai
keberhasilan perusahaan / organisasi. Maka rumusan tujuan perusahaan /
organisasi dilakukan dengan pola SMART, yaitu :
1. Spesifik, sebuah tujuan harus menuju satu arah yang mengerucut ke
atas bukan mengembang dan melebar kemana-mana.
2. Measurable ( dapat diukur ), pencapaian tujuan juga harus ada
ukurannya yaitu pada ukuran kuantitatif, apakah dapat dikatakan
tujuan telah tercapai.
83
3. Achievable ( dapat dicapai ), dalam membuat sebuah tujuan juga
harus didasarkan pada realitas yaitu bahwa tujuan itu dapat dicapai
bukanlah sekedar angan-angan.
4. Reachable ( berorientasi pada tujuan atau hasil yang dapat dicapai ).
5. Time Table ( waktu pencapain tujuan seperti dalam berapa tahun atau
beberapa bulan harus jelas ).
Setelah tujuan perusahaan dibuat, maka dirumuskanlah nilai-nilai
perusahaan. Menurut Bapak Sanny mengenai nilai perusahaan ini adalah :”In
God We Trust, Relationship, Winning Spirit dan Innovation.”
In God We Trust, ”merupakan nilai perusahaan yang mengandung makna
takut dan percaya akan Tuhan. Nilai ini dapat dijabarkan kedalam kata
TAAT” :
Tuhan berfirman
Aku percaya dan melakukan
Aku melakukan yang aku bisa
Tuhan melakukan yang aku tidak bisa
Intergrity adalah ”nilai perusahaan yang menjadi karakter nilai dalam
hidup karyawan. Komitmen diri pada karakter ketimbang pada keuntungan
pribadi, pada orang ketimbang pada benda, pada pelayanan ketimbang pada
kekuasaan, pada prinsip ketimbang pada kesenangan, pada pandangan
jangka panjang ketimbang jangka pendek.”
relationship dijabarkan berikut ini, ”kami mau membangun keluarga
besar MBI antara konsumen, karyawan dan keluarganya, pemegang saham
dan pihak-pihak terkait lainnya berdasarkan pada iman, keterbukaaan,
84
empati,
saling menghormati dan percaya untuk memperoleh serta
meningkatkan kemakmuran bersama.”
Winning Spirit dijabarkan sebagai berikut, ”kami memiliki semangat
sebagai pemenang dengan berpikir sebagai pemenang, bersiap menjadi
pemenang, bekerja serupa pemenang, serta memiliki tekad untuk terus
belajar, berlatih dan bisa dalam bekerja untuk memberikan hasil yang
semakin hari semakin baik.”
Innovation dijabarkan sebagai, ”bagi kami inovasi berarti dengan cerdik
mencari, menggali, merumuskan, dan mencoba ide-ide baru serta berani
berubah dengan selalu belajar, berlatih dan bisa serta menerapkan
perkembangan teknologi untuk senantiasa meningkatkan kemakmuran
bersama.”
Setelah diketahui visi misi, tujuan dan nilai perusahaan maka langkah
selanjutnya adalah penentuan indikator Corporate Social Resposibility (CSR).
4.3.3. Penentuan Indikator Corporate Social Resposibility (CSR)
Menurut Bapak Bobby H mengenai penentuan indikator CSR,
dijelaskan terlebih dahulu yaitu, (lihat lampiran halaman 14) :
”Isu-isu dari stakeholders di atas digunakan untuk merumuskan
indikator CSR, indikator CSR ini diterjemahkan ke dalam aktivitas-aktivitas
perusahaan sehingga hal-hal yang menjadi isu-isu utama dapat tercapai.
Dengan mencapai key issue stakeholders maka kontinuitas usaha akan
berjalan secara berkelanjutan.” Berikut adalah menghubungkan key issue
dengan indikator Corporate Social Responsibility dan Aktivitas, akan
dijelaskan sebagai berikut ( lihat tabel 3) :
85
Tabel 3 : Menghubungkan Key Issue dengan Indikator Corporate Social
Responsibility dan Aktivitas
Stakeholders
Pemegang
Saham
Konsumen
Key Issue
Kontinuitas usaha
Jumlah penjualan dan profit
Kemauan Aparat
untuk “kerjasama”
Jumlah operasi terhadap
miras
Biaya-biaya tidak
resmi
Jumlah biaya-biaya yang
tidak resmi
Kelengkapan
perijinan
Jumlah toko yang memiliki
ijin
Penggantian Sitaan
Jumlah sitaan yang telah
diganti
Penyelesaian dengan
aparat
Karyawan
Masyarakat
Indicators
Activities/Strategies
Continues improvement, tool free.
Melakukan kunjungan ke instansi
terkait.
Memberikan ”uang keamanan”.
Membuatkan perijinan toko.
Mengganti sitaan.
Jumlah keberhasilan
penyelesaian perkara
Menyelesaikan perkara.
Kebebasan untuk berbicara
yang sebenarnya.
Mengatakan informasi yang
benar.
Ke”halal”an
pekerjaan
Kenyamanan dalam bekerja
Menciptakan suasana kerja yang
nyaman.
Kontinuitas
penghasilan
Jumlah penghasilan yang
diperoleh
Kaitan status
perusahaan dengan
program CSR
Jumlah masyrakat yang
mendukung keberadaan
perusahaan.
Ke”halal”an CSR
Jumlah penerimaan atas
program CSR.
Kejujuran
Sikap masyarakat
yang mendapat CSR
Jumlah masyarakat yang
berbicara positif tentang
perusahaan.
Melakukan aktivitas rohani,
merekrut karyawan dari
masyarakat sekitar, memberi upah
yang layak (UMR).
Melakukan pendekatan dengan
masyarakat.
Melakukan pemberian bea siswa,
sembako, donor darah, bantuan
untuk korban bencana alam,
bantuan untuk panti asuhan.
Menginformasikan hal-hal yang
berkaitan dengan perusahaan.
Sumber : Data primer diolah
Tabel 3 menunjukkan hubungan key issue dengan indikator corporate social
responsibility dan aktivitas atau strategi yang digunakan untuk memenuhi key
issue tersebut.
86
Menurut Bapak Sanny, parameter atau indikator kunci dari sukses
implementasi CSR adalah, (lihat lampiran halaman 19) :
“ Dari semua indicators yang tercapai adalah target implementasi CSR
kepada stakeholders untuk mencapai kesuksesan implementasi CSR dan ini
semua didukung oleh kinerja public relations .”
Karena tugas public relations adalah mengimplementasikan aktivitas atau
strategi, maka masalah yang terjadi dalam CSR merupakan masalah PR dan
itu merupakan tanggungjawab bagi PR.
4.3.4. Implementasi Aktivitas atau Strategi yang dilakukan Public
Relations
Menurut Corporate Secretary Ibu Susi, mengenai pertanyaan mengapa
perusahaan harus melaksanakan program CSR, menjelaskan bahwa, (lihat
lampiran halaman 11) :
“Secara langsung atau tidak langsung program CSR yang dilakukan oleh
public relations PT Multi Bintang Indonesia Tbk. adalah merupakan respons
atas status industrinya yang tidak jelas dan menguatnya kesadaran
masyarakat akan perlunya kontribusi perusahaan bagi masyarakat sekitar.
Situasi dan kondisi seperti ini mendorong perusahaan untuk melakukan
program CSR terhadap stakeholders perusahaan supaya perusahaan dapat
tumbuh secara berkelanjutan”.
Menurut Corp. Affair and Comm. Manager Bapak Bobby H, mengatakan
bahwa, (lihat lampiran halaman 14) :
“Dalam implementasi aktivitas atau strategi yang dilaksanakan, adapun
program-program yang telah dilakukan berikut ini :
87
Secara praktis, tanggungjawab sosial perusahaan ke pasar (marketplace)
dapat dibedakan menjadi dua yaitu : aspek pelayanan dan aspek legalitas.”
Aspek pelayanan mencakup :
1. memperbaiki kualitas produk yang telah dipasarkan secara
berkesinambungan.
2. memberikan layanan bebas pulsa untuk mempermudah pemakai
ataupun dari pedagang dalam memberikan komplain seperti
keterlambatan barang, menjamin ketersediaan barang dalam jumlah
yang cukup, pengiriman tepat waktu dan tanpa ada kesalahan.
Pelayanan yang baik kepada pelanggan akan menimbulkan loyalitas
sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi yang signifikan pada
peningkatan laba bagi pemegang saham (shareholder).
Adapaun aspek legalitas mencakup :
1. Proses pengurusan perijinan bagi pengecer atau pedagang besar yang
belum mempunyai legalitas.
2. Proses penggantian sitaan dan membantu penyelesaian dengan aparat
keamanan.
Aspek legal ini merupakan hal penting yang menjadi syarat agar mereka mau
bertransaksi.
Sedangkan
tanggungjawab
sosial
perusahaan
ke
tempat
kerja
(workplace) adalah memberikan upah sesuai dengan upah minimum regional
(UMR) untuk karyawan dengan masa kerja 0-3 bulan, sistem renumerasi yang
memperhitungkan masa kerja, mengganti 100 persen biaya pengobatan,
mengadakan hari raya lebaran dan tahun baru bersama, mengadakan doa pagi
88
bersama sebelum memulai aktivitas, program pelatihan, dan mengutamakan
rekrutmen karyawan dari masyarakat sekitar pabrik.
Tanggungjawab sosial perusahaan ke komunitas lokal (community) dapat
dibedakan menjadi dua aspek yaitu :
1. Aspek sosial mencakup : pembagian sembako dan memberikan bea
siswa (SD s/d SLTA), bagi masyarakat yang kurang mampu sebagai
mana ditunjukkan pada tabel 3, buka puasa bersama masyarakat di
balai desa atau kantor, membagikan hewan kurban pada saat Idul
Adha, memberi bantuan pembangunan rumah ibadah dan jalam
umum desa dan memberikan bantuan kepada korban banjir di
Situbondo. (lihat tabel 4)
Tabel 4 : Data Program Orang Tua Asuh
Tahun
SD
SLTP
SLTA
TOTAL
2005
1400
712
346
2458
2006
1424
728
340
2492
2007
1200
520
325
2075
2008
1320
590
370
2280
2009
1345
600
380
2325
2. Sedangkan aspek pemberdayaan masyarakat mencakup untuk
melakukan outsourcing ke masyarakat sekitar pabrik untuk
pencucian botol. Program pemberdayaan masyarakat ini dilakukan
dengan cara :
a. menyeleksi kepala keluarga peserta program,
b. mengangkat ketua kelompok yang bertanggungjawab atas
pencapaian hasil dan pecah botol,
89
c. menjelaskan tentang sistem dan aturan pencucian botol. Proses
pengiriman dan pengambilan dilakukan oleh pabrik sehingga
tanggungjawab pengesub botol hanya mencuci saja.
Upaya terakhir tanggungjawab sosial yang dilakukan public relations
perusahaan adalah ke lingkungan hidup, tanggungjawab ini mempunyai
cakupan mengenai dampak-dampak pada udara, air dan tanah serta effisiensi
penggunaan sumber daya alam (SDA).
Implementasi aktivitas atau strategi yang telah dilakukan untuk program
CSR perusahaan sejauh ini program telah berjalan dengan baik dan cukup
efektif. Setelah diperoleh gambaran mengenai Impementasi CSR, maka
selanjutnya adalah program CSR apa saja yang telah diberikan PT Multi
Bintang Indonesia Tbk terhadap masyarakat sekitar.
Menurut Bapak Bobby H, menjelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman
15) :
“Melihat keadaan sekitar dengan berbagai bencana mulai dari kemiskinan,
kelaparan, bencana alam dan wabah penyakit membuat perusahaan semakin
memahami arti nilai dari kepedulian dan kasih.” Dua hal ini yang mendasari
PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MBI) melakukan tanggungjawab sosialnya
dengan mengimplementasikan aktivitas atau strategi dari program CSR
terhadap masyarakat yang dilakukan oleh public relations, berikut ini yakni :
1. 19 November 2009, Gempa bumi di akhir september lalu yang
meluluh lantakkan sektor ekonomi maupun sosial masyarakat
Sumatra Barat, MBI menyampaikan bantuan renovasi bangunan
sekolah kepada dua sekolah di Padang yang mengalami kerusakan
yang cukup besar akibat peristiwa itu. Penyerahan bantuan kepada
90
kepala sekolah SDN No. 52 Parupak Tabing, Padang disaksikan
oleh guru dan murid dan kepada kepala sekolah SDN No. 17 Mata
Air Timur kecamatan Padang Selatan disaksikan oleh guru-guru dan
pihak MBI. Sekitar 80 persen murid adalah anak buruh nelayan yang
kondisi ekonominya termasuk keluarga miskin, jumlah siswa SDN
52 adalah 280 murid. Kalau SDN 17 mayoritas muridnya anak para
pemulung.
2. 28 November 2009, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan
atau semangat silaturrahmi dengan masyarakat sekitar, MBI
memberikan program beasiswa kepada 105 siswa berprestasi dari
tujuh sekolah di kelurahan Poris Gaga, Kecamatan Batuceper,
Tangerang. Pemberian beasiswa dilakukan secara simbolis di SDN 3
Poris Gaga, dan tujuh SD yang menerima bantuan beasiswa berasal
dari SDN 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 10 Poris Gaga, bantuan ini
sebagai bentuk bantuan untuk 6 bulan yaitu siswa-siswi rangking 1,
2, 3, dan yang tidak mampu tapi berprestasi, serta untuk guru
honorer diberikan Rp. 700.000. Program ini diberikan agar dapat
membantu
masyarakat yang lemah terutama
dalam bidang
pendidikan untuk anak-anak yang tidak mampu tapi berprestasi dan
bantuan ini diberikan masing-masing kepada sekolah untuk
mengelolanya. “ Bantuan beasiswa ini merupakan bagian dari
program CSR yang merupakan bagian dari program community
development program (CDP) setiap tahunnya, “ kata Brewery
Manager Tangerang Sarjuni Rahmat. Diharapkan program yang
sudah berjalan sejak tahun 1998 ini bisa menjadi ajang silaturahmi
91
antara PT MBI dengan masyarakat sekitar, “PT MBI berharap apa
yang diberikan ini bisa bermanfaat, khususnya siswa dalam
menunjang prestasi belajar,”tambahnya. Selain program bantuan
beasiswa, program ini juga memberikan bantuan berupa subsidi
kepada guru yang masih berstatus honorer.
3. 14 September 2009, Sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan
misi sebagai “warga korporasi yang baik (good coorporate citizen)”.
Brewery Sampang Agung melaksanakan pembagian bingkisan
lebaran yang
ditujukan kepada warga masyarakat lingkungan
perusahaan. Sebanyak 680 paket bingkisan yang berisi kebutuhan
pokok dibagikan kepada warga masyarakat. Ada tujuh dusun di Desa
Sampangagung yang memperoleh pembagian bingkisan ini, dua
dusun yang mendapatkan prioritas yaitu Dusun Sudimoro dan Dusun
Turi yang berbatasan langsung dengan pabrik. Sedangkan lima dusun
lainnya, yaitu : Sampang, Brubuh, Sugihwaras, Wunut, Kedunggalih
juga memperoleh bingkisan lebaran ini meskipun jumlahnya lebih
sedikit. Pembagian bingkisan ini merupakan salah satu wujud
perhatian dan kepedulian perusahaan terhadap warga masyarakat
lingkungan pabrik.
4. 20 November 2009, Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan,
keluarga besar PT MBI menggelar acara donor darah sebagai bentuk
kepedulian kepada sesama. Acara donor darah ini berlangsung di
ruang ex-marketing, lantai 2 Brewery Tangerang. Ajakan ini
disambut dengan antusias, terbukti lebih dari 100 orang yang
mendaftar, dan setelah melalui pemeriksaan medis 92 orang
92
dinyatakan memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya melalui
PMI.
5. 27 November 2009, Bertepatan dengan pelaksanaan Hari Raya
Kurban 1430 H yang setiap tahunnya, keluarga besar Brewery
Sampangagung tak lepas dari keikutsertaannya ikut menyemarakkan
Hari Raya Idul Adha dengan menyembelih kurban berupa kambing
dilingkungan sekitar pabrik.
6. 27 November 2009, Brewery Tangerang telah menyerahkan kambing
kurban sejumlah 53 ekor kepada
pabrik.
Kambing
kurban
warga yang tinggal di sekitar
tersebut
diberikan
kepada
kantor
kecamatan, Koramil Polsekta Batuceper, pesantren, dan masjidmasjid yang terletak di sekitar pabrik, termasuk Masjid Al-Biru yang
berlokasi di Brewery Tangerang. Lingkungan Porisgaga adalah yang
terbanyak menerima kambing kurban.Pemberian kurban ini diterima
dengan penuh rasa haru dalam suasana hikmat Idul Adha. Warga
mennyampaikan rasa terimakasih kepada perusahaan yang selalu
mengingat warga Porisgaga, Poris Jaya dan juga warga dari lokasi
lain yang berdekatan termasuk kelurahan Batuceper, Kebun Besar
dan Pesantren Asshidiqiyah di Jurumudi Tangerang.
7. 1 Desember 2009, sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak
yatim piatu, MBI melakukan kunjungan ke Panti Asuhan AlMABRUROH
di
daerah
Buaran
Indah
Tangerang.
Selain
memberikan bantuan sejumlah produk dan bahan sembako,
kunjungan ini juga disertai berbagai acara yang bertujuan menghibur
anak-anak Panti Asuhan.
93
4.3.5. Monitoring Implementasi program CSR
Kegiatan corporate social responsibility PT Multi Bintang Indonesia
Tbk. sebagai salah satu sasaran utama dari Public Relations (PR Objective),
untuk meningkatkan kesadaran (awareness), membangun kepercayaan
terhadap perusahaan dan mendukung pertumbuhan secara berkelanjutan.
Selanjutnya, adalah dengan melakukan monitoring dari implementasi CSR
yang telah dilakukan.
Monitoring dapat berupa pelaporan setiap enam bulan tentang kegiatan
yang telah dilakukan dan atau keluaran (outputs) yang telah dicapai dalam hal
seperti imunisasi, perbaikan sekolah, pengadaan sistem air bersih dan program
CSR lainnya yang telah diimplementasikan oleh perusahaan
Menurut Corp.Affair and Communication Manager Bapak
Bobby H,
sebagai berikut (lihat lampiran halaman 15) :
“ Idealnya kegiatan manajemen paling tidak mencakup tiga komponen utama,
yaitu merencanakan, melaksanakan, dan memonitoring atau mengendalikan.
Untuk memperoleh kinerja yang optimal dari suatu kebijakan (yang telah
ditetapkan dan kemudian diimplementasikan dalam suatu program dan untuk
dioperasionalkan lebih lanjut dalam suatu kegiatan) diperlukan suatu
pengendalian yang intensif. Hal ini dimaksudkan untuk mencermati
permasalahan-permasalahan
yang
mungkin
timbul
untuk
perbaikan
perencanaan berikutnya.”
‘Selanjutnya, bahwa Monitoring adalah suatu aktivitas dalam siklus
manajemen suatu organisasi yang dilakukan secara intensif setelah rencana
ditetapkan atau untuk memantau dan kemudian mengukur pencapaian
sasaran maupun cara mencapainya pada kurun waktu tertentu.”
94
Dari monitoring tersebut akan dapat diketahui kemajuan yang dicapai, hal
tersebut mengandung
adanya fungsi pengendalian (controlling function),
seluruh aktivitas yang menjamin agar hasil-hasil aktual dapat sesuai dengan
hasil-hasil yang direncanakan. Sehingga dapat diketahui apabila ternyata ada
penyimpangan atau hambatan yang belum diperhitungkan sehingga dapat
segera diambil tindakan korektif.
Menurut Corp.Affair and Communication Manager Bapak
Bobby H,
sebagai berikut (lihat lampiran halaman 15) ;
Tiga persyaratan yang diperlukan untuk pengendalian yang efektif adalah
adanya standar yang ditetapkan sebelumnya, informasi, dan tindakan korektif.
“Namun dari tahun ketahun aspek inilah yang menjadi titik lemah karena
laporan yang masuk sebagai salah satu informasi kemajuan aktivitas masih
sangat
rendah,
baik
kualitas
maupun
kuantitasnya,
namun
yang
memprihatinkan adalah tindakan korektif belum sepenuhnya efektif.”
Monitoring dilakukan dengan :
a. Internal
:
Pembuatan Control parameter terhadap program CSR.
b. Eksternal : Pembuatan kuesioner untuk mengetahui pendapat
masyarakat
mengenai dampak tanggungjawab sosial yang telah
dilakukan perusahaan.(lihat tabel 5)
95
Tabel 5
Indikator Potensial untuk Monitoring
Jenis Monitoring
Anggaran dan Kerangka Waktu
Pelaksanaan Program CSR
Dasar untuk Indikator
Apakah Semua staf PR telah ditunjuk dan program CSR
sesuai menurut jadwal?
Apakah peningkatan kemampuan dan kegiatan pelatihan
telah diselesaikan menurut jadwal?
Apakah kegiatan pelaksanaan program CSR tercapai
sesuai dengan rencana pelaksanaan yang disetujui?
Apakah dana program CSR telah dialokasikan pada
kegiatan PR tepat pada waktunya?
Apakah departemen/divisi PR telah menerima dana
sesuai dengan jadwal?
Apakah seluruh dana telah dikeluarkan menurut
anggaran CSR?
Apakah tahap persiapan kegiatan sosial berlangsung
menurut jadwal?
Apakah seluruh kegiatan program CSR telah berjalan
dan tepat sasaran pada waktunya untuk pelaksanaan
program CSR?
Apakah masyarakat sekitar dan stakeholders perusahaan
telah menerima program CSR sesuai dengan kebutuhan
?
Apakah masyarakat telah menerima program CSR tepat
pada waktunya?
Apakah masayarakat telah menerima bantuan sosial dari
perusahaan, seperti : klinik gratis, beasiswa,
pengembangan
fasilitas
umum,
pemberdayaan
masyarakat, dll., menurut jadwal?
Apakah semua program CSR telah diberikan? Apakah
bantuan sosial ini sebagaima ditentukan? Apakah
langkah-langkah dalam memberi pengertian atas
program CSR untuk masyarakat sekitar pabrik telah
dilakukan?
Berapa orang yang telah menerima pengertian atas
program CSR?
Berapa jumlah orang yang telah menerima program
CSR, sebagaimana rencana dalam anggaran kegiatan?
Apakah mutu program CSR memenuhi standar yang
disetujui?
Apakah program CSR telah dipilih dan disesuaikan
dengan kebutuhan komunitas setempat?
Apakah komunitas setempat menerima program CSR
yang telah diberikan?
Apakah langkah-langkah bantuan sedang dilaksanakan
sebagaimana direncanakan untuk penduduk setempat?
Apakah pemberian didahului dengan penyediaan
prasarana dan fasilitas sosial?
Apakah masyarakat yang tidak mampu mendapatkan
kemudahan dalam hal sekolah, pelayanan kesehatan, dan
pemberdayaan masyarakat sekitar pabrik?
Apakah kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat
dilaksanakan sebagaimana dikemukakan dalam rencana
CSR, misalnya, proses produksi dapat berjalan baik
karena adanya daya dukung dari masyarakat, sejumlah
96
Konsultasi, Pengaduan dan
Masalah-masalah khusus
Pemantauan Manfaat
masyarakat dilatih dan diberi pekerjaan, dan sejumlah
kegiatan untuk memperoleh pendapatan dibantu?
Apakah karyawan, shareholder dan konsumen telah
menerima program CSR termasuk pembayaran ganti
rugi akibat penyitaan barang oleh petugas?
Apakah konsultasi berjalan sebagaimana dijadwalakan
termasuk rapat, pertemuan kelompok masyarakat dan
kegiatan masyarakat terkait lainnya? Apakah surat
edaran CSR telah dipersiapkan dan dibagikan?
Berapa banyak orang (komunitas sekitar), karyawan,
shareholder dan konsumen yang mengetahui hak yang
harus diterima?
Apakah
ada
stakeholders
perusahaan
yang
memanfaatkan prosedur pengaduan? Apa hasilnya?
Apakah pengaduan telah diselesaikan?
Apakah fase persiapan program sosial telah
dilaksanakan?
Apakah langkah-langkah khusus untuk penduduk sekitar
telah dilaksanakan?
Perubahan apa yang telah berlangsung dalam hal pola
pekerjaan dari penggunaan sumber daya dibandingkan
dengan keadaan sebelum kegiatan CSR?
Perubahan apa yang telah terjadi dalam hal pola
pendapatan dan pengeluaran dibandingkan dengan
keadaan sebelum kegiatan CSR? Ada perubahan apa
dalam biaya hidup dibandingkan keadan sebelum?
Apakah pendapatan perusahaan sejalan dengan
perubahan ini?
Perubahan apa yang terjadi dalam parameter sosial yang
terkait dengan taraf hidup?
Perubahan apa yang terjadi untuk kelompok masyarakat
tidak mampu?
Menurut Corp.Affair & Comm. Staf, Bapak Sanny :
”Tim PR biasanya akan dimintai untuk survei setiap tahun guna
memperbahurui data dasar yang asli, yang menitik beratkan pada
pemantauan dan monitoring, manfaat dari tujuan implementasi CSR. Tim
akan membuat data dasar pemantauan, yang dikembangkan dari sistem
pencatatan program sendiri. Hal ini dapat mencakup tabel, foto kegiatan
CSR, salinan pengaduan. Desain kuesioner dan contoh kerangka akan
dirancang untuk mengembangkan data dasar ”sebelum” dan ”sesudah”
kegiatan CSR. Pada umumnya survei akan menggunakan kuesioner untuk
memperoleh data mengenai indikator pokok terhadap kegiatan, efisiensi,
efektivitas, dampak dan kesinambungan program CSR. Hal ini dapat
97
ditunjang dengan PCP berkala (yang memungkinkan penilai berkonsultasi
dengan berbagai stakeholder, seperti : pemegang saham, karyawan,
masyarakat dan konsumen). Tim pemantauan biasanya juga melakukan
sedikitnya satu survei pasca implementasi untuk menilai pencapaian tujuan
program CSR, perubahan taraf hidup , pemulihan kehidupan ekonomi dan
sosial masyarakat, dan sebagainya.” (lihat tabel 6, 7 dan 8)
Tabel 6 menjelaskan persyaratan dasar untuk pemantauan
Pemantauan
Maksud dan tujuan kegiatan eksternal dalam kaitannya dengan tujuan CSR , tujuan
kebijaksanaan perusahaan.
Informasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan ini mengacu pada UU No. 40 tahun
2007 tentang peraturan yang mewajibkan perusahaan melakukan CSR.
Metode dan pendekatan pengumpulan informasi.
Metodelogi secara terinci, penggunaan data sensus dan survei yang tersedia, updating
berkala, kerangka pengambilan sampel, komparasi dan analisis, pengendalian mutu,
dan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan.
Partisipasi stakeholders, khususnya masyarakat sekitar, dalam pemantauan
Sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga ahli dalam bidang Public Relations.
Kerangka waktu program CSR.
Persyaratan pelaporan.
Tabel 7
Indikator Pemantauan
Indikator Pemantauan
Dasar untuk Indikator
Informasi dasar mengenai Lokasi
masyarakat yang terkena Komposisi dan struktur umur, tingkat pendidikan
dampak
dan keterampilan
Gender (jenis kelamin)
Kemudahan
dalam
pelayanan
kesehatan,
pendidikan, fasilitas umum dan fasilitas sosial lain.
Jenis mata pencaharian dan pola pekerjaan.
Sumber dan tingkat pendapatan.
Partisipasi dalam kelompok masyarakat.
98
Peningkatan taraf hidup
Apakah pemberian program CSR memberikan
manfaat?
Apakah masyarakat telah mau menerima program
CSR yang diberikan perusahaan?
Apakah persepsi ”masyarakat” tentang CSR industri
minuman beralkohol?
Apakah perusahaan berhasil mengembalikan
kepercayaan masyarakat?
Tabel 8
Indikator untuk Pemantauan (lanjutan)
Indikator Pemantauan
Dasar untuk Indikator
Tingkat kepuasan
Berapa banyak masyarakat komunitas sekitar yang
mengetahui prosedur CSR dan pemberian CSR
yang merupakan haknya? Apakah stakeholders
mengetahui hak mereka?
Apakah mereka mengetahui kalau telah
memperoleh haknya?
Bagaimana mengukur standar taraf hidup dan mata
pencaharian mereka telah dibantu?
Berapa banyak stakeholders mengetahui tentang
prosedur pengaduan dan prosedur penyelesaian
masalah?
Efektivitas Perencanaan CSR
Apakah jumlah dan kebutuhan fasilitas sosial telah
dihitung secara benar?
Apakah kerangka waktu dan dana cukup memenuhi
tujuannya?
Apakah kelompok tidak mampu diidentifikasikan
dan dibantu?
Bagaimana pelaksana program CSR menangani
masalah yang tidak diduga?
Dampak lain
Adakah dampak tanggungjawab sosial yang tidak
diinginkan?
Adakah dampak yang tidak diinginkan terhadap
pekerjaan atau pendapatan?
Keterlibatan masyarakat yang merasakan dampak tanggungjawab
sosial dalam program CSR perusahaan dapat membantu menyelesaikan
banyak masalah sehari-hari yang sering timbul dalam pelaksanaan program
CSR. Kelompok yang merasakan dampak tanggungjawab sosial harus terlibat,
monitoring yang partisipatif membantu meningkatkan kualitas pelaksanaan
99
program dengan melibatkan stakeholders dalam desain dan pelaksanaan
monitoring.(lihat tabel 9)
Tabel 9
Penilaian Cepat secara Partisipatif (PCP)
Wawancara dengan informan kunci : Memilih pemimpin setempat, tokoh
masyarakat atau orang-orang dengan pengetahuan atau pengalaman khusus
mengenai kegiatan dan pelaksanaan program CSR.
Diskusi dengan kelompok sasaran : masalah khusus (misalnya:pembayaran
ganti rugi barang sitaan, fasilitas umum, peningkatan pendapatan) dibicarakan
dalam kelompok secara terbuka.
Rapat umum masyarakat : rapat umum terbuka guna mendapat informasi
tentang pelaksanaan berbagai kegiatan CSR.
Pengamatan langsung terstruktur : pengamatan lapangan atas pelaksanaan
CSR dan wawancara perseorangan atau kelompok untuk maksud tujuan
pengecekan silang.
Survei atau wawancara informal : survei informal, penduduk setempat,
karyawan, shareholder dan konsumen, yang menggunakan metode non
sampel.
Studi kasus mendalam mengenai CSR dan penduduk setempat dari berbagai
kelompok sosial untuk menilai dampak tanggungjawab sosial.
Daftar Periksa : Pemantauan
1. Menentukan sistem pemantauan internal untuk menilai kemajuan dalam
mencapai sasaran pokok dalam rencana program CSR : anggaran dan
kerangka waktu, implementasi program, konsultasi, pengaduan dan
masalah-masalah khusus serta manfaat.
2. Menyediakan waktu, sumber daya dan dana yang memadai untuk
pemantauan internal.
100
3. Melakukan pengkajian secara teratur berdasarkan laporan pemantauan
yang melibatkan stakeholders. Mencapai kesepakatan atas langkah yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja CSR dan melaksanakannya.
4. Menentukan sistem pemantauan eksternal untuk menilai pencapaian dan
kesesuaian dengan tujuan program CSR.
5. Menentukan cara melaporkan pemantauan serta persyaratan pelaporan.
6. Melibatkan masyarakat dalam pemantauan dan monitoring CSR, dengan
menggunakan PCP dan metode lain.
7. Melakukan monitoring pasca pelaksanaan implementasi CSR yang
dilaksanakan.
8. Meninjau kembali hal-hal yang dapat menjadi acuan dalam membuat
keputusan dan perencanaan program CSR. (lihat tabel 10)
Tabel 10
Pemantauan dalam siklus CSR : Butir-butir tindakan
Siklus CSR
Identifikasi program
Butir-butir pokok tindakan
Melakukan sebagai dasar perencanaan, pemantauan dan
monitoring CSR untuk waktu mendatang.
Mengidentifikasi program CSR.
Studi kelayakan
Konsultasi dengan semua stakeholders.
Melakukan sensus dan survei untuk mendapatkan data
dasar.
Menentukan rencana CSR sebagai bagian tidak
terpisahkan, yang melibatkan sumber daya internal dan
eksternal, untuk mengembangkan data dasar yang
sudah ada.
Mengkaji rencana CSR untuk koordinasi kegiatan.
Mengkaji anggaran dan sumber daya.
101
Penilaian
Memeriksa apakah rencana CSR akan memberikan
kemajuan dan pencapaian tujuan perusahaan.
Pelaksanaan
Mengembangkan
lapangan.
kapasitas
pemantauan
tingkat
Melibatkan penduduk setempat dalam pemantauan.
Memantau secara internal kemajuan dalam mencapai
target anggaran dan kerangka waktu, pemberian
program CSR kepada masyarakat, konsultasi,
pengaduan dan masalah khusus serta berbagai manfaat
lainnya.
Menyiapkan laporan secara teratur mengenai semua
aspek.
Monitoring
Melakukan monitoring pasca pelaksanaan CSR untuk
menilai efektivitas, dampak, dan berkesinambungan
serta untuk mempelajari strategi untuk perumusan
kebijaksanaan dan perencanaan pada masa mendatang.
Menurut Corporate Secretary PT MBI Ibu Susi, sebagai berikut (lihat
lampiran halaman 12) :
“ PT MBI, melakukan monitoring melalui hasil program yang telah
dijalankan, melalui pencapaian perusahaan seperti kepercayaan pemegang
saham
terhadap
meningkatnya
perusahaan,
jumlah
berinvestasi
pembelian
oleh
lagi
konsumen
untuk
membangun,
karena
terjamin
keamanannya, karyawan loyal terhadap pekerjaannya karena dapat
menunjang kebutuhan hidupnya, terciptanya suasana aman disekitar pabrik
karena masyarakat merasa terbantu atas program-program yang telah
diberikan oleh perusahaan.”
102
Menurut Ibu Susi mengatakan, sebagai berikut (lihat lampiran halaman
12):
“Perusahaan MBI telah menjadi perusahaan terbaik ke dua setelah PT
Schneider.”
Dengan demikian perusahaan dapat menilai apakah implementasi CSR
yang dijalankan oleh public relations PT MBI sudah terimplementasikan
dengan baik dan tepat.
Berdasarkan interview dengan narasumber dari internal perusahaan,
mereka memandang implementasi CSR sudah cukup baik namun belum baik
sekali, sedangkan dari eksternal perusahaan di pandang sudah baik
Berikut penuturan Corp.Affair and Communication, Bapak Sanny, sebagai
berikut (lihat lampiran halaman 19) :
“ Implementasi CSR pada internal perusahaan sudah dapat dikategorikan
baik, namun belum baik sekali. Hal ini dikarenakan perusahaan masih sulit
menetapkan aturan yang jelas atas pelanggaran yang terjadi. Sedangkan
implementasi CSR pada eksternal sudah baik sekali karena PT MBI sangat
peduli terhadap community, dan customer dengan memberikan yang terbaik
terhadap program-program yang telah diberikan.”
Menurut karyawan MBI Bapak Hadi mengatakan, sebagai berikut (lihat
lampiran halaman 23) ;
”Dengan adanya program CSR yang diberikan sudah cukup baik, walaupun
industri minuman beralkohol tetapi tetap dapat melakukan aktivitas rohani,
perusahaan dapat memberikan upah yang layak dan memperhatikan
kesejahteraan karyawan dan keluarga karyawan”.
103
Saran untuk perencanaan program CSR yang lebih baik dan lebih tepat
lagi, Bapak Hadi mengatakan, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 23) :
“Saya rasa untuk keberhasilan pelaksanaan program CSR, MBI perlu
menerapkan sistem manajemen kinerja yang komprehensif ditunjang dengan
penggunaan sistem aplikasi manajemen kinerja agar transparan, adil, dan
menyeluruh. Target dan pencapaian dari seluruh karyawan staf bisa diakses
oleh pimpinan diatasnya dengan akses internet pada sebuah program
khusus.“
Sementara itu pandangan khalayak eksternal terhadap implementasi CSR
PT MBI juga sudah baik, namun tentunya perlu lebih intensif lagi.
Konsumen PT MBI Bapak Budi mengatakan, sebagai berikut (lihat
lampiran halaman 29) :
”Saya rasa implementasi CSR yang dilakukan MBI sudah teapat sasarannya
karena sudah membuat nyaman bagi konsumen tentang perlindungan dan hak
konsumen terhadap perizinan.”
Sementara itu, apakah masyarakat sekitar pabrik merasakan dampak
tanggungjawab
sosial yang telah dilakukan perusahaan,
Ibu Mega
mengatakan, (lihat lampiran halaman 24) :
” Saya rasa implementasi CSR yang dilakukan PT MBI sudah tepat sasaran
karena dapat menjangkau masyarakat yang membutuhkan, dan masyarakat
merasa diperhatikan dengan adanya program-program CSR yang diberikan
oleh perusahaan, karena program yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan komunitas sekitar.”
104
Selanjutnya, penulis ingin mengetahui pendapat dari PR MBI, mengenai
program pengembangan komunitas Community Development Program (CDP).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Corp. Affair & Communications
Staff Bapak Sanny mengungkapkan bahwa, (lihat lampiran halaman 19) :
“ …program yang sudah berjalan hingga saat ini merupakan hasil
monitoring terhadap komunitas sekitar pabrik dan pemetaan yang kami
lakukan beberapa waktu lalu, dari hasil monitoring tersebut kami berhasil
mengidentifikasi kebutuhan komunitas sekitar…yang dibagi dalam enam
kategori, yaitu : umum, pengembangan keagamaan, special event, lansia,
balita, remaja”.
Berikut ini adalah hasil monitoring program CSR, secara umum hasil
monitoring kegiatan program CSR, dibawah ini adalah enam kategori
kebutuhan masyarakat yang teridentifikasi dari program yang telah dijalankan
public relations, yakni :
1. Kategori umum yang meliputi pengembangan fasilitas umum, seperti
perbaikan kantor desa, fasilitas jalan, saluran air atau pembuangan.
2. Kategori pengembangan keagamaan, yakni perbaikan Mushola,
Masjid dan fasilitas peribadatan lainnya.
3. Kategori special event, yang rutin dilakukan seperti peringatan hari
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Raya Idul Fitri
dan Idul Adha.
4. Kategori program lansia, yang meliputi program pemeriksaan
kesehatan bersama, dan pembagian sembako.
5. Kategori program balita mencakup bantuan aktivitas dan program
kesehatan anak lainnya.
105
6. Kategori program remaja (Youth Program) dengan menyediakan
fasilitas olah raga, mengadakan pelatihan seperti menjahit dan
reparasi TV, program sunatan masal serta mensponsori aktifitas olah
raga di sekolah yang berada di sekitar pabrik.
Menurut Bapak Bambang Nurhadi mengenai Community Development
Program Sampangagung, adalah :
“Belum lama ini, Jochen Van Esch, Brewery Manager Sampangagung
telah menyerahkan peralatan drum band untuk sekolah Taman kanak-kanak
desa Sampangagung. Harapan kami…semoga bantuan tersebut berguna bagi
siswa-siswi sekolah yang menerimanya”.
Pada tahun ini, pelaksanaan program CSR baik internal maupun eksternal
sudah berjalan sesuai dengan perencanaan dan perusahaan dapat bertumbuh
secara berkelanjutan. Bahkan, implementasi CSR dapat berjalan lebih baik
dari perencanaan dikarenakan adanya penyesuaian terhadap khalayak. Untuk
implementasi CSR internal, sudah mengintegrasikan CSR dalam visi dan misi
perusahaan dan keberhasilan program yang telah dijalankan diperusahaan
dalam internal, karyawan lebih aktif dan tanggap dalam masalah-masalah
yang terjadi diperusahaan dengan memberikan saran-saran serta kritik
terhadap manajemen.
Sementara untuk implementasi CSR eksternal, keberhasilan program yang
telah dijalankan diperusahaan yaitu pada kepercayaan komunitas terhadap
perusahaan menumbuhkan pemahaman komunitas bahwa perusahaan sangat
peduli terhadap kebutuhan masyarakat melalui penyediaan fasilitas sosial dan
kepedulian perusahaan terhadap kesehatan lingkungan melalui kegiatan CSR
pengobatan gratis dan penyediaan klinik gratis, mengadakan pelatihan bagi
106
masyarakat, sehingga komunitas dapat mendukung program-program yang
telah diterapkan.
Berdasarkan
monitoring
yang dilakukan,
adapun
kendala
dalam
pelaksanaan CSR adalah perlunya komitmen semua pihak dalam setiap level,
perlunya kecepatan komunikasi dan mobilitas yang tinggi dan perlu
ketelatenan dalam hal teknis dan non teknis.
4.4. Analisa Data
Proses menganalisa hasil penelitian yang dilakukan untuk mencari
hubungan antara teori/konsep yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh.
Dengan adanya analisa data ini, penulis akan menguraikan analisis hasil penelitian
yang diperoleh dari wawancara secara mendalam dan data-data yang lain sehingga
diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai implementasi Corporate
Social Responsibility yang dilakukan Public Relations PT Multi Bintang
Indonesia Tbk. untuk menciptakan pertumbuhan secara berkelanjutan.
Dalam mengelola perusahaan, diperlukan strategi dalam penyusunan siasat
bisnis. Steiner dan Miner menyatakan bahwa strategi mengacu pada formulasi
misi, tujuan dan objektif dasar organisasi, strategi-strategi program dan kebijakan
untuk mencapainya, dan metode yang diperlukan untuk memastikan bahwa
strategi diimplementasikan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Hal ini juga
dilakukan oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk. dalam implementasi Corporate
Social Responsibility perusahaan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan
sebagai perusahan terbesar di Asia Pacific. Implementasi CSR tersebut
diimplementasikan melalui program-program kegiatan sosial baik internal
maupun eksternal. Program-program tersebut menggunakan metode informatif
107
dan persuasif. Dengan perencanaan yang tepat, tentunya visi dan misi perusahaan
akan tercapai.
Menurut Cutlip dan Center (dalam bukunya Efektif Public Relations),
proses manajemen Public Relations sepenuhnya mengacu pada pendekatan
manajerial. Hal ini juga dinyatakan oleh Corporate Seecretary PT Multi Bintang
Indonesia Tbk. Ibu Susi mengenai proses perencanaan program kerja
Pada tahapan awal penelitian, PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
melakukan analisa SWOT. Melakukan atau merancang “SWOT” adalah
memprediksikan sejauh mana sumber daya kekuatan atau kemampuan serta posisi
kelemahan (strengths and weaknesses) yang dilihat dari segi internal. Kemudian
sejauh mana pemonitoringan mengenai kesempatan atau peluang yang ada
(opportunities) bahkan ancaman (thearts) yang datang dari segi eksternal.
Berdasarkan analisa SWOT yang dilakukan baik melalui pernyataan dari
Corporate
Secretary Ibu Susi maupun Corporate Affair & Communication
Manager Bapak Bobby H bahwa kekuatan PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
terletak pada CSR yang menjadi pedoman untuk menciptakan profit dalam jangka
panjang (CSR for profit), kegiatan sosial yang dijalankan harus berhubungan
dengan kepentingan perusahaan dan harus mendukung bisnis perusahaan. Selain
itu, manajemen Multi Bintang juga sangat mendukung adanya strategi Public
Relations dalam implementasi corporate social responsibility untuk menciptakan
sustainable growth perusahaan yang lebih baik lagi. Hal ini dilakukan untuk
dapat semakin mendekatkan diri dengan masyarakat dan dapat memperluas
pangsa pasar yang ada.
Pada tahapan perencanaan, yang berkaitan dengan kebijaksanaan serta
penetapan program kerja perusahaan, yang sejalan dengan kepentingan atau
108
keinginan-keinginan pihak yang berkepentingan mulai diberikan, dengan
perumusan
tujuan
yaitu
pelaksanaan
implementasi
CSR
adalah
untuk
mewujudkan visi dan misi perusahaan. MBI ingin menjadi produsen minuman
terbesar di Asia Pacific dengan meningkatkan nilai perusahaan bagi kepentingan
semua “stakeholders”. MBI memiliki agenda “Sustainable Growth”yaitu
bertumbuh secara berkelanjutan.
Menurut Adam dan Neely (kerangka kerja the performance prism), enam
tahapan untuk mengimplementasikan CSR dalam perusahaan. Tahap-tahap ini
dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek CSR, identifikasi isu-isu penting
bagi key stakeholders, mencari indikator dan target CSR, menentukan strategi apa
yang harus dimplementasikan, secara berkala melakukan dialog, mencari
informasi dan mengkaji performance dari program CSR, Melakukan disclosure
dan pelaporan yang konsisten dan jujur.
Implementasi corporate social responsibility merupakan suatu program
yang disusun melalui perencanaan yang matang untuk memberikan kontribusi
perusahaan ke lingkungannya, CSR adalah konsep yang masih pro dan kontra
dalam pelaksanaannya. Walaupun demikian konsep ini merupakn konsep yang
sangat baik, dalam implementasi CSR ini menjadi peluang agar perusahaan dapat
memberikan program-program CSR terhadap lingkungan internal dan eksternal.
Implementasi
corporate
social
responsibility
bertujuan
untuk
meningkatkan citra perusahaan yang positif di mata masyarakat dan stakeholders
perusahaan, dengan mengaplikasikan CSR, maka perusahaan hingga saat ini tetap
dapat bertumbuh secara berkelanjutan. Implementasi CSR dimulai dengan
mengintegrasikan CSR ke dalam visi dan misi perusahaan, tahapan ini ditentukan
tujuan dan target yang akan dicapai perusahaan, dengan mencapai key issue
109
stakeholders dapat merumuskan key Succsess factor bersama key stakeholder,
menentukan key performance indicators untuk menjamin bahwa visi dan misi
terimplementasikan dengan baik, menentukan strategi dan proses untuk
melaksanakan key performance indicators, melakukan dialog dengan stakeholders
untuk memastikan bahwa program CSR telah berjalan dengan baik dan
melakukan disclosure dan feedback program-program CSR serta monitoring
program.
Selanjutnya dalam mencapai key issue stakeholders, maka dapat
diimplementasikan aktivitas atau strategi yang dilakukan Bapak Bobby H,
menjelaskan bahwa dalam implementasi aktivitas atau strategi yang dilaksanakan,
adapun program-program yang telah dilakukan berikut ini :
Secara praktis, tanggungjawab sosial perusahaan ke pasar (marketplace)
dapat dibedakan menjadi dua yaitu : aspek pelayanan dan aspek legalitas.
Aspek pelayanan mencakup :
1. menperbaiki
kualitas
produk
yang
telah
dipasarkan
secara
berkesinambungan.
2. memberikan layanan bebas pulsa untuk mempermudah pemakai ataupun
dari pedagang dalam memberikan komplain seperti keterlambatan barang,
menjamin ketersediaan barang dalam jumlah yang cukup, pengiriman tepat
waktu dan tanpa ada kesalahan.
Pelayanan yang baik kepada pelanggan akan menimbulkan loyalitas
sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan
laba bagi pemegang saham (shareholder). Adapaun aspek legalitas mencakup :
1. Proses pengurusan perijinan bagi pengecer atau pedagang besar yang
belum mempunyai legalitas.
110
2. Proses penggantian sitaan dan membantu penyelesaian dengan aparat
keamanan.
Aspek legal ini merupakan hal penting yang menjadi syarat agar mereka mau
bertransaksi.
Sedangkan
tanggungjawab
sosial
perusahaan
ke
tempat
kerja
(workplace) adalah memberikan upah sesuai dengan upah minimum regional
(UMR) untuk karyawan dengan masa kerja 0-3 bulan, sistem renumerasi yang
memperhitungkan masa kerja, mengganti 100 persen biaya pengobatan,
mengadakan hari raya lebaran dan tahun baru bersama, mengadakan doa pagi
bersama sebelum memulai aktivitas, program pelatihan, dan mengutamakan
rekrutmen karyawan dari masyarakat sekitar pabrik.
Tanggungjawab sosial perusahaan ke komunitas lokal (community) dapat
dibedakan menjadi dua aspek yaitu :
1. Aspek sosial mencakup : pembagian sembako dan memberikan bea siswa
(SD s/d SLTA), bagi masyarakat yang kurang mampu, buka puasa
bersama masyarakat di balai desa atau kantor, membagikan hewan kurban
pada saat Idul Adha, memberi bantuan pembangunan rumah ibadah dan
jalam umum desa dan memberikan bantuan kepada korban banjir di
Situbondo.
Sedangkan aspek pemberdayaan masyarakat mencakup untuk melakukan
outsourcing ke masyarakat sekitar pabrik untuk pencucian botol. Program
pemberdayaan masyarakat ini dilakukan dengan cara :
1. menyeleksi kepala keluarga peserta program,
2.
mengangkat ketua kelompok yang bertanggungjawab atas pencapaian
hasil dan pecah botol,
111
3. menjelaskan tentang sistem dan aturan pencucian botol. Proses pengiriman
dan pengambilan dilakukan oleh pabrik sehingga tanggungjawab pengesub
botol hanya mencuci saja.
Upaya terakhir tanggungjawab sosial yang dilakukan public relations
perusahaan adalah ke lingkungan hidup, tanggungjawab ini mempunyai cakupan
mengenai dampak-dampak pada udara, air dan tanah serta effisiensi penggunaan
sumber daya alam (SDA).
Implementasi aktivitas atau strategi yang telah dilakukan untuk program
CSR perusahaan sejauh ini program telah berjalan dengan baik dan cukup efektif.
Setelah diperoleh gambaran mengenai Impementasi CSR, maka selanjutnya
adalah Melakukan disclosure dan pelaporan yang konsisten dan jujur, untuk
mendiskusikan hot topic disamping cool topics dan selalu memberikan keterangan
yang jujur dan transparan kepada stakeholders.
Tahap terakhir adalah hasil monitoring, secara umum monitoring terhadap
implementasi CSR PT Multi Bintang Indonesia Tbk. sudah berjalan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari penjelasan key informan, dari pengamatan penulis, dari
berita-berita mengenai PT Multi Bintang Indonesia Tbk. berupa advetorial yang
cukup positif, serta implementasi CSR yang dilakukan sudah cukup tepat
berdasarkan studi kepustakaan.
Hasil monitoring tersebut berhasil di
identifikasikan dengan kebutuhan komunitas sekitar, yang dibagi dalam enam
kategori, yaitu : umum, pengembangan keagamaan, special event, lansia, balita,
remaja.
Dengan meminta feedback dari pihak eksternal perusahaan dapat
memperbaiki kinerja CSR. Proses ini bertujuan meningkatkan kredibilitas
eksternal dan keyakinan para stakeholders. Secara internal, feedback sangat
membantu
memperbaiki tindakan manajemen berdasarkan SWOT serta
112
menetapkan tindakan-tindakan perubahan untuk memperbaiki kinerja perusahaan
dan proses ini merupakan continues improvement atas program CSR yang telah
dijalankan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa proses perencanaan
program kerja mengacu pada pendekatan manajerial. Menurut Adam dan Neely
sudah dilaksanakan dengan baik oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk, dengan
mengaplikasikan CSR ke dalam visi, misi dan nilai-nilai perusahaan maka
perusahaan hingga saat ini tetap dapat bertumbuh secara berkelanjutan.
113
Download