BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Objek Penelitian Berdasarkan data-data yang diperoleh dari bagian Corporate Affair and Communication MBI, maka diperoleh mengenai gambaran dari PT Multi Bintang Indonesia Tbk. sebagai berikut: 4.1.1. Sejarah Terbentuknya PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Berawal di tahun 1929, ketika sebuah organisasi usaha Belanda mendirikan perusahaan pengolah bir yang pertama di Medan, N V Nederlands Indische Bierbrouwerijen, meskipun pabriknya belum berdiri. Baru dibulan November 1931, pabrik pengolah bir mulai beroperasi di Surabaya. Pabrik pengolah bir ini merupakan pabrik pertama yang pernah dioperasikan di luar Belanda sendiri. Dapat dikatakan, pabrik di Surabaya tersebut merupakan langkah awal globalisasi perusahaan bir Belanda yang di lakukan puluhan tahun yang lalu. Sejak tahun 1936, Heineken menjadi penanam modal terbesar di perusahaan tersebut. Namanyapun diubah menjadi Heineken Nederlands Indische Bierbrouwerijen Maattschapiji. Bendera perusahaanpun semakin berkibar. Di tahun 1972, nama perusahaan diubah menjadi PT Perusahaan Bir Indonesia. Pabrik yang kedua-pun berdiri di Tangerang, Jawa Barat dan mulai berproduksi tahun berikutnya. Sejak tahun 1974, pabrik di Tangerang tersebut juga mengolah bir hitam untuk PT Guinness Indonesia. Kerjasama tersebut 52 53 diperkuat ditahun 1981 dengan memperoleh lisensi dari Guinness Overseas Ltd. dan Arthur Guinness et Son CO. (Dublin) Ltd. Dalam tahun 1981, perusahaan mengganti benderanya menjadi PT Multi Bintang Indonesia, sekaligus memasyarakatkan sahamnya dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada bulan Desember tahun yang sama.. Nama sebelumnya hanya mencerminkan sebuah perusahaan bir, sedang strategi perusahaan lebih mengarah pada perusahaan minuman. Setelah itu, di tahun 1981, perusahaan mengambil alih pabrik pembotolan Coca Cola di Medan. Tahun berikutnya, perusahaan memperkenalkan GREEN SANDS SHANDY, sebuah minuman ringan non-alkohol, yang dengan cepat diterima baik oleh masyarakat dan terus berkembang, serta memimpin pasar dikelasnya. Hanya dengan pertimbangan bisnis semata ketika pabrik pembotolan Coca Cola berakhir di tahun1993. Saat ini PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan penghasil bir terdepan di Indonesia, yang memproduksi dan memasarkan serangkaian produk terkenal, seperti Bir Bintang, Heineken, Guinness Stout, dan Green Sands. Perseroan memiliki tempat pengolahan bir di Mojokerto dan Tangerang, serta kantor penjualan dan pemasaran yang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia, dari Medan di Sumatera Utara hingga Jayapura di Papua dengan kantor pusat di Jakarta. Pabrik Tangerang berdiri pada tahun 1974 berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 19 dengan luas area +/- 11 hektar. PT Multi Bintang Indonesia Tbk, Tangerang Brewery bertekad untuk menjadi Brewery terbaik di Indonesia, dalam bidang mutu, efisiensi, d an k ep ua sa n pelanggan. Melalui implementasi Total Productive Management, 54 kami terus menerus meningkatkan mutu, kepuasan pelanggan, efisiensi, organisasi dan tanggung jawab lingkungan. 4.1.2. Logo Perusahaan Makna Logo Bintang Bintang KEPUASAN PELANGGAN (CUSTOMER SATISFACTION) Secara konsisten dapat memenuhi kebutuhan pelanggan sehingga tidak terdapat complaint dari pelanggan HEMAT BIAYA PRODUKSI (COST LEADERSHIP) Memproduksi bir (/hl) pada biaya terendah dengan produktifitas yang tertinggi Best Brewery in the Asia Pacific region KINERJA & KEMAUAN UNTUK BERKEMBANG YANG TINGGI (HIGH PERFORMANCE LEARNING ORGANIZATION) Membuat lingkungan kerja yang fleksibel dan bermotivasi, dimana karyawan mempunyai tingkat kemandirian dan mempunyai kemauan untuk berkembang melalui pelatihan-pelatihan JAMINAN MUTU (QUALITY LEADERSHIP) Memproduksi bir berkualitas tinggi dengan metode yang paling efisien WARGA NEGARA YANG BAIK DAN BERTANGGUNGJAWAB (GOOD CORPORATE CITIZEN) Sebagai perusahaan yang baik dengan mematuhi undang-undang yang berlaku serta terus-menerus mengembangkan kerjasama yang baik, secara internal dan eksternal. Mempunyai hubungan dan komunikasi yang jelas dan terbuka dengan para pemegang saham. Gambar 3 : Makna Logo Bintang Makna MBI T, diterjemahkan sebagai berikut : Menjadi produsen minuman bekualitas kelas dunia Berorientasi pada keunggulan mutu, efisiensi dan kepuasan pelanggan Intensif mengembangkan organisasi dan kinerjanya untuk menjadi Terbaik di kategori industri sejenis 4.1.3. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan PT Multi Bintang Indonesia merupakan salah satu industri pengolahan bir yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 19, Tangerang 10032. PT Multi 55 Bintang Indonesia memiliki luas area keseluruhan sekitar sebelas hektar yang terbagi menjadi beberapa area yang dapat dilihat pada Lampiran halaman 43. Pembagian area bangunan PT Multi Bintang Indonesia, antara lain: 1. bangunan gedung untuk Brewhouse (pemasakan) sekitar 0,26 hektar yang meliputi bagian pemasakan wort sampai fermentasi 2. bangunan bottling hall untuk pengemasan baik botol maupun kaleng dengan luas sekitar 0,83 hektar 3. bangunan untuk bagian Engineering yang meliputi bengkel mesin dan kamar mesin dengan luas sekitar 0,2 hektar 4. bangunan raw material sebagai gudang penyimpanan bahan baku dengan luas sekitar 0,27 hektar 5. bangunan untuk perkantoran dibagi menjadi dua, yaitu kantor I (sekitar 0,12 hektar) dan kantor II (sekitar 0,006 hektar) 6. sisa tanah lainnya digunakan untuk area parkir, sarana olahraga, dan WWTP (Waste Water Treatment Plant) 4.1.4. Ketenagakerjaan Karyawan yang bekerja di PT Multi Bintang Indonesia seluruhnya berjumlah 560 orang, yang terbagi atas 230 karyawan official dan 330 karyawan Brewery Tangerang. Karyawan dibedakan menjadi dua golongan yaitu staf dan non-staf. Karyawan non staf terdiri dari pekerja tetap, karyawan kontrak dan karyawan harian lepas. Karyawan non-staf tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Karyawan staf adalah karyawan tetap yang sudah melewati masa percobaan. 56 Karyawan administratif bekerja selama lima hari seminggu mulai dari hari Senin sampai Jumat, dengan jam kerja mulai dari 07.30 sampai 16.00 WIB. Karyawan bagian produksi bekerja sesuai dengan pembagian shift karena proses produksi bersifat continuous (terus-menerus). Waktu shift dibagi menjadi tiga, yaitu pagi, siang, dan malam. Sistem yang digunakan adalah ”enam dua” yang berarti jika karyawan sudah bekerja selama enam hari, maka akan mendapatkan dua hari libur (off). Pembagian shift dimulai dengan dua hari shift pagi, dua hari shift siang, dua hari shift malam seperti yang telah dijelaskan setelah pergantian shift untuk seorang karyawan akan mendapatkan dua hari libur. Pembagian shift kerja yang diterapkan, antara lain: 1. shift I : dua hari masuk jam kerja mulai 06.00 – 14.00 WIB 2. shift II : dua hari masuk jam kerja mulai 14.00 – 23.00 WIB 3. shift III : dua hari masuk jam kerja mulai 23.00 – 06.00 WIB Setiap hari diadakan briefing selama satu jam (08.30 – 09.30) untuk perencanaan produksi dan tidak ada waktu khusus untuk istirahat. Jam makan dan shalat karyawan dilakukan secara bergantian. Masing-masing shift, karyawan bagian produksi memiliki satu orang supervisor yang bertugas mengawasi setiap produksi dan seorang General Operator (subtitusi foreman) yang bertugas membantu supervisor. Setiap pekerja yang melakukan kegiatan dalam lokasi industri mulai dari persiapan bahan baku di silo, pengolahan bir sampai ke pengemasan bir mendapat fasilitas keamanan kerja, seperti safety shoes, safety glass, dan ear plug. Selain itu, setiap pekerja diberi fasilitas perlindungan kesehatan berupa 57 pengobatan dan perawatan yang ditanggung oleh PT Multi Bintang Indonesia bagi pekerja yang sakit. 4.1.5. Produk-produk Perusahaan Produk yang dihasilkan oleh PT Multi Bintang Indonesia dibagi menjadi dua jenis minuman, yaitu minuman beralkohol dan minuman nonalkohol. Minuman beralkohol dibagi menjadi dua jenis, yaitu bir putih dan bir hitam. Merk produk minuman beralkohol dan minuman non-alkohol, sebagai berikut (lihat tabel 1) : Tabel 1. Daftar produk minuman yang diproduksi oleh PT Multi Bintang Indonesia Merek produk 1."Guiness Foreign Extra Stout" 2. "Bintang Pilsener" 3. "Heineken" 4. "Green Sands Original" 5. "Green Sands Passion" 6. "Green Sands Fiesta" 7. "Green Sands Recharge" 8. "Bintang Zero" Kategori produk Bir hitam Bir putih Bir putih Minuman non-alkohol Minuman non-alkohol Minuman non-alkohol Minuman non-alkohol Minuman non-alkohol 4.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi yang diterapkan oleh PT Multi Bintang Indonesia adalah sistem organisasi garis dan staff yang secara operasional bawahan bertanggung jawab langsung kepada atasan dan manager mendapat bantuan dari staff dalam menjalankan tugas. Struktur organisasi pada perusahaan ini disusun dan diterapkan dengan tujuan agar terjalin suatu koordinasi yang baik dalam 58 pelaksanaan tugas pada setiap bagian fungsional, sehingga setiap anggota organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien serta untuk menjaga kelancaran dan untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Implementasi struktur organisasi diatur dengan mengadakan pembagian tugas-tugas dan pendelegasian wewenang yang disertai tuntutan tanggung jawab. Suatu bentuk organisasi pada prinsipnya merupakan pembagian tugas kerja antara sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Pembagian tugas kerja ini dapat terlihat dalam struktur organisasi perusahaan. Secara umum struktur organisasi PT Multi Bintang Indonesia Tbk dapat kita lihat dari bagian berikut :Dari struktur organisasi ini dapat diketahui pola hubungan, tugas dan wewenang masing-masing bagian. Stuktur organisasi PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. sebagai berikut : 1. TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG Tanggung jawab dan wewenang dan hubungan dari setiap personel yang mengelola, melaksanakan, dan memantau pekerjaan, didefinisikan dengan: a) Struktur organisasi b) Uraian jabatan c) Prosedur standard (SOP) dan Work Instruction (WI) 2. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WAKIL MANAJEMEN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE DAN ENVIRONMENTAL MANAGEMENT REPRESENTATIVE) 1) Peran Keseluruhan Mengkoordinir dan mengelola sistem manajemen yang berkaitan dengan ISO 9001:2000, ISO 14001:2004 dan ISO 22000:2005 (HACCP) agar 59 berjalan dengan efektif. Meliputi keseluruhan PT Multi Bintang Indonesia Tangerang sesuai dengan arahan Brewery Manager dan Supply Chain Director serta sesuai dengan kebijakan perusahaan dan prosedur sebagaimana tercantum dalam Tangerang Manual dan Prosedur Standard (SOP). 2) Tanggung Jawab dan Tugas a) Mengembangkan organisasi fungsional yang sesuai kebutuhan dan komitmen bisnis, dan memastikan agar tetap terkendali. b) Beroperasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2000, ISO 14001:2004, ISO 22000:2005 (HACCP), dan persyaratan lainnya yang mungkin diperlukan oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk dari waktu ke waktu. c) Mengelola program internal audit dan Management Review. d) Memastikan kecukupan sumber daya untuk melakukan tugas di area tanggung jawabnya. e) Memastikan tindakan yang tepat waktu dan efektif dilakukan oleh departemen yang sesuai untuk memelihara integritas sistem manajemen yang diterapkan. f) Memastikan sistem manajemen dan program-program yang diterapkan di-review. g) Menetapkan dan memelihara sistem tindakan koreksi dan pencegahan untuk memastikan penanganan yang efektif. h) Memastikan dokumentasi sistem manajemen selalu aktual. 60 3. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB JABATAN KUNCI 3.1. Supply Chain Director 1. Peran Keseluruhan Mengembangkan, merekomendasikan, mengimplementasikan dan mengmonitoring proses pengolahan produk, pengemasan, distribusi (supply chain management) produk MBI, dan termasuk pengadaan bahan baku, dan pengadaan jasa untuk pengiriman produk ke pelanggan, serta memastikan tercapainya standar mutu, dan optimalisasi biaya. Sebagai anggota Direksi, dan Tim Manajemen, menyiapkan dan melaksanakan rencana dan kebijakan operasional 3 tahun yang telah disetujui untuk secara strategis menambahkan nilai pada operasi bisnis perusahaan, dengan mempertahankan dan meningkatkan laba bagi para Pemegang saham. 2. Tanggung Jawab dan Tugas a) Memastikan manajemen rantai pengadaan material yang efektif untuk memenuhi kepuasan pelanggan, meliputi bagian pemasaran dan penjualan, serta konsumen. b) Memastikan pencapaian mutu produk yang terbaik dan metoda pelaksanaan bisnis untuk menjadi pemimpin mutu di dalam industri. c) Memastikan optimalisasi biaya tanpa mengurangi mutu produk untuk mencapai kepemimpinan dalam penghematan biaya, dengan mengeluarkan biaya serendah mungkin dan memberikan laba yang lebih besar bagi perusahaan. 61 d) Memastikan Divisi Teknik mempunyai orang-orang dan kemampuan organisasi untuk mencapai kepuasan pelanggan, mutu dan kepemimpinan biaya. e) Memastikan integrasi MBI dengan masyarakat setempat dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan Undang-undang untuk menjadi Good Corporate Citizen (warga korporat yang baik) dalam menjalankan bisnis. f) Memastikan keamanan karyawan dan asset MBI demi tercapainya tujuan bisnis. g) Sebagai koordinator dari Crisis Team. 3.2. Human Resource Director 1. Peran Keseluruhan Mengembangkan, merekomendasikan, mengimplementasikan dan mengmonitoring rencana-rencana dan program-program Sumber Daya Manusia untuk memastikan optimalisasi sumber daya manusia untuk mendukung perusahaan dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. 2. Tanggung Jawab dan Tugas a) Memastikan tenaga kerja digunakan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. b) Memastikan pengembangan dan implementasi dari sistem dan kebijakan sumber daya manusia yang terintegrasi, yang mendukung pencapaian tujuan perusahaan. 62 c) Memastikan pencapaian dari Perjanjian Kerja Bersama dengan serikat pekerja untuk memastikan bahwa hasil negosiasi dapat menciptakan hubungan industri yang harmonis. d) Memastikan implementasi yang efektif dari rencana suksesi perusahaan untuk memastikan pemanfaatan yang optimal dari tenaga kerja yang potensial untuk mendukung strategi bisnis jangka panjang dan pendek dari perusahaan e) Memberikan pelayanan kepersonaliaan (misalnya: perpindahan, promosi) yang efisien bagi manajemen lini untuk operasi yang efektif. f) Perekrutan dan Penseleksian para manajer Senior (golongan 17 keatas) untuk memastikan mutu orang-orang untuk posisi kunci/senior manajer. g) Memastikan perealisasian inisiatif-inisiatif dari Sumber Daya Manusia Heineken Korporat melalui pengimplementasian di tingkat lokal. h) Mengerahkan dan mengendalikan pengembangan kebijakan dan program Keselamatan, Kesehatan Dan Lingkungan (SHE) untuk memastikan lingkungan kerja yang aman, sehat dan ramah lingkungan, di mana MBI beroperasi sesuai dengan standard dan peraturan perusahaan, pemerintah dan internasional. 3.3. Corporate Affair & Communication Manager 1. Peran Keseluruhan Bertanggung jawab dalam mengembangkan dan memelihara hubungan eksternal yang baik dengan institusi pemerintah, otoritas lokal, polisi, 63 institusi militer dan asosiasi industri untuk mendukung keberadaan dan pertumbuhan perusahaan. Secara internal posisi ini bertanggung jawab dalam mengembangkan sistem komunikasi antar-karyawan yang dapat mendukung peningkatan kinerja karyawan. Menjembatani komunikasi antara Manajemen dengan Serikat Pekerja. 2. Tanggung Jawab dan Tugas b) Mengembangkan, merumuskan, memonitor dan memastikan implementasi dari Kebijakan Urusan Perusahaan dan Komunikasi yang sesuai. c) Mengembangkan dan memelihara kontak dan hubungan yang baik bagi perusahaan dengan Lembaga dan pejabat Pemerintahan - pusat dan lokal, institusi kepolisian dan militer dan asosiasiasosiasi industri. d) Mengembangkan Program Pengembangan Lingkungan dan Komunitas (CDP = Community Development Programs) yang akan meningkatkan hubungan yang lebih baik antara Brewery dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. e) Penyimpanan yang efektif dan aman dari Lisensi Produk dan Perusahaan, surat-surat ijin dan sertifikasi yang diperlukan untuk menjalankan Perusahaan. f) Manajemen Media g) Corporate councelling dan unit bisnis perusahaan h) Memupuk identitas korporat dan sponsorship i) Membuat konsep kebijakan community development dan corporate social responsibility. 64 j) Menyusun materi publikasi successtory dan reputasi perusahaan. 3.4. SHE Officer 1. Peran Keseluruhan Mengelola semua program pengembangan lingkungan dan masyarakat (CDP = Community Development Program) di brewery serta memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar serta instansi pemerintah untuk memastikan kesesuaian dengan kebijakan dan peraturan pemerintah. Mengkoordinasikan semua penanganan isu-isu lingkungan, kesehatan dan keselamatan (SHE = Safety, Health, Environment) untuk memastikan kebijakan lingkungan dan prosedur standar yang telah disusun bisa terimplementasi dengan baik serta tercapainya sasaran dan program lingkungan. 2. Tanggung Jawab dan Tugas a) Menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat sekitar b) Menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan pemerintah dan instansi setempat c) Mengkoordinir penyusunan dan review kebijakan dan program lingkungan (set-up, implementasi dan audit) d) Memastikan kesadaran akan lingkungan, kesehatan dan keselamatan terus meningkat e) Mengelola program SHE secara efektif dan mengendalikan pengeluaran sesuai budget f) Mengelola administrasi berkaitan dengan SHE secara efisien 65 g) Mengkoordinir sistem dan program pencegahana bahaya kebakaran (Fire Fighting), serta sistem pencegahan / pananganan situasi krisis lainnya h) Sebagai wakil manajemen untuk sistem lingkungan (ISO 14001:2000). 4.3. Hasil Penelitian Penelitian ini di lakukan di PT Multi Bintang Indonesia Tbk. selama bulan November 2009 – Januari 2010 di bagian Corporate Communications, Khususnya bagian Public relations untuk mencari data yang mendasari mengapa PT Multi Bintang Indonesia Tbk. menerapkan Corporate Sosial Responsibility dan hasil ini dijabarkan dalam bentuk SWOT analisis. Pada tahapan awal dari pelaksanaan Public Relations, analisa SWOT tentunya untuk melihat faktor kekuatan dan kelemahan dari internal perusahaan, serta faktor peluang dan ancaman yang didapat dari eksternal perusahaan. Komponen Strenghts dan Weaknesses dikaji dari unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan, sedangkan kedua komponen lainnya Opportunities dan Threats dikaji dari lingkungan dimana perusahaan tersebut berada. SWOT yang dimiliki PT Multi Bintang Indonesia Tbk. adalah sebagai berikut : Menurut Corporate Seecretary PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Ibu Susi, (lihat lampiran halaman 9) : “ Percaya bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan kedudukan sosial yang mereka miliki (responsibilities of businessmen need to be commensurate with their social power). Sehingga, dalam jangka panjang pengusaha tidak menggunakan kekuasaan dengan bertanggungjawab sesuai 66 dengan anggapan masyarakat kehilangan kekuasaan yang mereka miliki sekarang. Selain itu Corporate Affair & Communication Manager Bapak Bobby H juga menambahkan bahwa kekuatan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (lihat lampiran halaman 13). “Kekuatan MBI terletak pada CSR yang menjadi pedoman untuk menciptakan profit dalam jangka panjang (CSR for profit), kegiatan sosial yang dijalankan harus berhubungan dengan kepentingan perusahaan dan harus mendukung bisnis perusahaan. Selain itu, manajemen Multi Bintang juga sangat mendukung adanya implementasi corporate social responsibility untuk menciptakan sustainable growth perusahaan yang lebih baik lagi.” Sementara itu kelemahan (weakness) PT Multi Bintang Indonesia Tbk. dikatakan oleh Ibu Susi sebagai berikut, (lihat lampiran halaman10): “ Kelemahannya pada image minuman beralkohol, yaitu apakah pemberian program corporate social responsibility dari pabrik minuman beralkohol ini termasuk halal dan sikap atas pabrik minuman beralkohol.” Dari faktor eksternal, ada beberapa peluang (opportunities) bagi PT Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu CSR tidak lagi dipandang sebagai keterpaksaan, melainkan sebagai kebutuhan dan bukan lagi melulu dari aspek sosial tetapi sudah jauh merasuk ke aspek bisnis dan penyehatan operasi. Dari yang semula dianggap sebagai cost, kini mulai diposisikan sebagai investasi. Alasan tentang perlunya aktivitas CSR karena bisa membangun positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor. (lihat lampiran halaman 10). 67 Faktor terakhir adalah ancaman (threats) tentang CSR adalah soal impak program tersebut pada profit perusahaan. Para pelaku usaha dituntut untuk ikut memikirkan program yang mampu mendukung sustainablility perusahaan dan aktivitas CSR itu sendiri. Dalam hal ini, strategi perusahaan mesti responsif terhadap kondisi-kondisi yang mempengaruhi bisnis, seperti perusahaan global, tren dipasar, dan kebutuhan stakeholders yang belum terpenuhi ketimbang mengabaikannya.(lihat lampiran halaman 10). Menurut Corp.Affair & Comm. Staf Bapak Sanny mengatakan,(lihat lampiran halaman 16) : “Substansi dari misi adalah memahami “bisnis apa yang diterjuni”. Pemahaman akan “bisnis apa yang diterjuni” tersebut harus diterjemahkan dengan jelas ke dalam lingkup bisnis. Tujuannya agar perusahaan mempunyai gambaran yang jelas tentang bidang-bidang bisnis yang harus dimasuki dan bidang-bidang mana yang harus dihindari. Penentuan lingkup menjadi sangat krusial ketika lingkungan bisnis berubah semakin cepat. Perubahan tersebut semakin berfungsi menghapus batas-batas di antara berbagai macam industri.” Perubahan lingkungan bisnis ini dapat dipahami dengan melakukan analisa 5’s forces dan isu-isu bagi stakeholders. 5’s forces analysis dilakukan dengan menganalisa : pendatang baru, pemasok, pembeli, persaingan dalam industri dan produk substitusi, Adapun gambaran tersebut sebagai berikut : 1. Pendatang baru (New Comer) Adanya pembatasan tentang produksi dan distribusi minuman beralkohol melalui Undang-undang No. 11 tentang Cukai dan Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomer : 359/MPP/Kep/1997 pasal 11 yang menyebutkan bahwa industri minuman beralkohol golongan 68 A, B dan C yang sudah tidak beroperasi lagi, izin usaha industri atau STPIK/TDI yang telah diperoleh dilarang untuk dipindah tangankan, diperbaharui, diganti dan atau dipindahkan lokasinya, dan izin usaha industri dimaksud dicabut serta dinyatakan tidak berlaku. Artinya bahwa pemain baru yang akan masuk dalam industri ini tidak memiliki kesempatan lagi. Namun pada kenyataannya, perusahaan minuman beralkohol yang tidak beroperasi tersebut dapat dipindah tangankan dan djual ke pihak lain. Pada umumnya perusahaan yang membeli adalah perusahaan minuman beralkohol yang lebih besar dan tahu bagaimana celah-celah bermain dalam industri ini. Artinya pendatang baru bukan berasal dari pemain baru namun dari pemain lama sehingga posisi pemain lama akan semakin kuat. 2. Pemasok (Supplier) Bahan baku minuman beralkohol yang utama adalah alkohol. Pemasok alkohol di Jawa Timur dikuasai oleh dua pemain besar yaitu : PT Molindo Raya di Lawang - Malang dan PT Karsavicta Satya di Jakarta dan Surabaya. Kedua pemain ini sangat dekat dengan semua pejabat dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai baik tingkat pusat maupun daerah. Hubungan yang erat antara pemasok dengan pejabat terkait, membuat produsen minuman beralkohol yang melakukan transaksi dengan mereka akan lebih terjamin keamanannya. Posisi pemasok yang kuat membuat mereka mampu mengatur produsen minuman beralkohol besar untuk bertransaksi dengan mereka. Tentunya dengan harga beli yang sudah ditambah dengan biaya keamanan. 69 Posisi pemasok yang kuat ini membuat mereka mampu mengatur produsen minuman beralkohol besar untuk mengambil dari mereka. Tentunya dengan harga beli yang sudah ditambahkan dengan biaya keamanannya. Sehingga produsen minuman beralkohol akan lebih terjamin keamanannya. Artinya posisi supplier di industri minuman beralkohol mempunyai posisi tawar-menawar yang kuat dan mempengaruhi kemampuan laba industri. 3. Pembeli (Buyer) Konsumsi minuman beralkohol di Jawa Timur memiliki trend meningkat. Pada tahun 2002 konsumsi minuman beralkohol perkapitanya adalah 0.09 liter per tahun. Namun pada tahun 2005, konsumsi minuman beralkohol perkapitanya naik menjadi sebesar 0.22 liter per tahun. Artinya konsumsi minuman beralkohol mengalami kenaikan selama 3 tahun sebesar 144 persen atau pertahunnya naik sebesar 48, 1 persen. Pembeli minuman beralkohol dapat dibedakan menjadi dua yaitu pembeli yang akan dijual lagi dan pembeli yang dikonsumsi sendiri. Pembeli yang dalam akan dijual lagi harus memiliki SIUP MB sebagaimana diatur Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan RI N0.361/MPP/Kep/10/1997. Oleh karena itu, agen, grosir dan pengecer baru mau akan melakukan transaksi minuman beralkohol, bila mereka dijamin keamanannya. Pembeli akan minta jaminan berupa: Penyelesaian dengan pihak keamanan apabila mereka terjaring dalam operasi minuman beralkohol dan penggantian semua barang yang disita. Intinya bahwa agen, grosir dan pengecer bersedia menjual minuman beralkohol bila mereka terjamin keamanannya. 70 Bagi pembeli yang akan dikonsumsi sendiri untuk membeli produk minuman beralkohol mereka terhambat dengan batas usia. Hanya yang telah usia 21 tahun ke atas yang boleh membeli secara langsung. Kondisi ini membuat produsen minuman beralkohol harus menjalin relasi yang baik dengan aparat keamanan disemua wilayah distribusinya. Semakin besar potensi daerah tersebut, semakin besar dan task force yang dikeluarkannya. Artinya bahwa penjualan minuman beralkohol sangat tergantung pada pembeli. Pembeli mempunyai tawar-menawar yang kuat karena pembeli akan bersedia menjadi pengecer atau pedagang besar setelah mendapat jaminan dari produsen. 4. Persaingan Industri (Industry Competitors) Intesitas dan jumlah kompetitor untuk setiap wilayah tidak sama. Jumlah kompetitor dan kapasitas produksi minuman beralkohol untuk wilayah kerja menurut kantor pelayananan Direktorat Jendral Bea dan Cukai, sebagai mana, sebagai berikut (lihat tabel 2): Tabel 2 : Jumlah Pemain dan Kapasitas Produksi Nomer Daerah Jumlah 1. Surabaya 7 perusahaan 2. Sidoarjo 1 Perusahaan 3. Malang 3 Perusahaan 4. Kediri 2 Perusahaan 5. Mojokerto 1 Perusahaan 6. Tulungagung 1Perusahaan 7. Bekasi 2 Perusahaan 8. Tangerang 2 Perusahaan 71 Sumber : Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai sejak tahun 2006, Kanwil VII dibagi menjadi 2 yaitu wilayah Surabaya dan Malang. Intesitas persaingan sangat tajam karena untuk wilayah Jawa Timur saja memiliki 15 perusahaan minuman beralkohol, Bekasi dan Tangerang 4 perusahaan. Pada jalur distribusinya terbatas, dengan memahami peta persaingan industri minuman beralkohol akan menciptakan perusahaan yang mampu bersaing. 5. Produk substitusi (Product Subtitution) Produk substitusi untuk minuman beralkohol adalah bir. Untuk saat ini, pemain pesaing besar adalah PT. Delta Djakarta Tbk., hubungan produsen tersebut sangat dekat dengan pemerintah. Hal yang menarik adalah salah satu pemegang saham PT. Delta Djakarta adalah pemerintah propinsi DKI. Selain bir, produk substitusi yang perlu menjadi perhatian adalah flavored alcoholic beverage (FABs). FABs dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu : alcoholic carbonates, alcoholic ready to drink, beer mixer dan wine cooler. Di Eropa, FaBs masih terus mendominasi pengembangan produk baru dengan pertumbuhan sebesar 38 persen. Sedangkan di Asia mulai berkembang dan menjadi pendorong pertumbuhan minuman beralkohol di beberapa negara seperti : Malaysia, Thailand dan Philipina. Di Indonesia, FABs impor mulai masuk tahun 2003. Produk substitusi lainnya yang bersifat lokal adalah Tuak dan Brem. Tuak sangat populer di daerah Medan, Madiun, Tuban dan 72 Banyuwangi. Pada umumnya minuman tradisional ini banyak digunakan dalam acara perkawinan yang dimeriahkan dengan tayuban. Oleh karena itu, inovasi produk di industri minuman beralkohol untuk mengikuti permintaan konsumen akan produk yang convenience dan ready mixed drinks menjadi faktor penentu kesuksesan industri minuman beralkohol. Dari analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa : pemain baru tidak dimungkinkan muncul oleh peraturan namun pemain lama dapat menjadi semakin kuat, suplier alkohol mempunyai posisi yang sangat kuat di mata pejabat terkait sehingga industri minuman beralkohol suka tidak suka akan membeli suplier ini, pembeli mempunyai posisi kuat karena memiliki kekuatan untuk menuntut pelayanan dan jaminan yang lebih baik dari produsen minuman beralkohol, intensitas persaingan sangat ketat sementara distribusinya sangat terbatas, dan banyaknya produk substitusi yang bermunculan. Melalui analisa SWOT, perusahaan akan mengetahui letak strengths, weaknesses, opportunities, dan threats, sehingga dapat ditentukan strategi CSR yang akan dilakukan untuk mendapatkan image positif perusahaan yang lebih baik lagi. Pada tahapan perencanaan, MBI menyusun strategi yang akan dilaksanakan. Perencanaan disusun berdasarkan pada data dan fakta yang telah didapat pada tahapan penelitian. Perencanaan inilah yang menjadi guidence pada implementasi CSR yang ditetapkan. 73 Menurut Corporate Secretary, Ibu Susi mengatakan, (lihat lampiran halaman 11) : “Perencanaan tersebut dilakukan dengan perumusan tujuan, yaitu pelaksanaan implementasi CSR adalah untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan. MBI ingin menjadi produsen minuman terbesar di Asia Pacific dengan meningkatkan nilai perusahaan bagi kepentingan semua “stakeholders”. MBI memiliki agenda “Sustainable Growth” yaitu bertumbuh secara berkelanjutan, selain penetapan tujuan MBI juga merumuskan key success factor , menentukan key performance indicators, menentukan strategi dan proses melaksanakan key performance indicators, melakukan monitoring.” Hal ini membuat PT Multi Bintang Indonesia Tbk. secara langsung atau tidak langsung, menerapkan program CSR yang dilakukan oleh perusahaan adalah merupakan respons atas status industrinya yang tidak jelas dan menguatnya kesadaran masyarakat akan perlunya kontribusi perusahaan bagi masyarakat sekitar. Situasi seperti ini mendorong perusahaan untuk melakukan program CSR, melalui implementasi CSR yang dilakukan oleh Public Relations. PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Untuk melaksanakan program-program CSR yang dilakukan Public Relations tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan penelitian atau pengumpulan data. Menurut Bapak Bobby H mengenai keberadaan Public Relations di PT Multi Bintang Indonesia Tbk menjelaskan bahwa,(lihat lampiran halaman 13) : “Public Relations sudah ada tentunnya sejak lama dan sudah dari dulu, PR adalah fungsi manajemen, karena PR dalam melaksanakan kegiatannya yang terencana tersebut tentu berhubungan dengan tujuan/goal perusahaan, intinya adalah untuk menciptakan dan memelihara saling pengertian, sehingga eksistensi 74 perusahaan akan didukung ditengah masyarakat dan untuk mendapat dukungan tersebut maka PR harus dapat menerapkan CSR dengan tepat.” Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa alasan utama PR PT Multi Bintang Indonesia Tbk menerapkan PR adalah untuk mengimplementasikan kegiatan CSR, maka perusahaan hingga saat ini tetap dapat bertumbuh secara berkelanjutan. Menurut Bapak Bobby H mengenai kedudukan PR PT Multi Bintang Indonesia Tbk menjelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman 14) : “ Divisi PR sekarang nama unitnya adalah Corporate Communication, yang mengelola PR, kedudukan Public Relations sudah mempunyai departemen atau divisi tersendiri yaitu Corporate Affair & Communication berada dibawah sekretariat perusahaan (corporate secretary). Kalau PR yang dikelola disini adalah untuk mengembangkan Program Pengembangan Lingkungan dan Komunitas (CDP = Community Development Programs) yang akan meningkatkan hubungan yang lebih baik antara Brewery dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya, sehingga kita mempunyai citra yang positif di masyarakat dan menempati awareness yang cukup baik di benak konsumen ya...kira-kira begitu. Jadi, kita mengelola dari sisi PRnya, untuk menerapkan CSR”. Dari wawancara tersebut penulis mempunyai kesimpulan bahwa, struktur organisasi perusahaan, kedudukan Public Relations sudah mempunyai departemen atau divisi tersendiri yaitu Corporate Affair & Communication. Kegiatan atau aktivitas Public Relations berada didalam divisi Corporate Affair & Communication. Sedangkan Corporate Affair & Communication sendiri kedudukannya berada dibawah sekretariat perusahaan (corporate secretary). Sekretariat perusahaan ini mempunyai tugas antara lain membina hubungan dengan investor, membina hubungan dengan pemerintah, membina hubungan 75 dengan perusahaan atau industri lain dan membina komunikasi baik itu eksternal maupun internal, dan dalam perusahaan khususnya, hal ini adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk. disebut juga corporate communication. Kemudian, corporate communication inilah yang menjalankan aktivitas PR dan tugas atau fungsi dari corporate communication adalah untuk menjaga citra positif produk perusahaan. Menurut Bapak Bobby H mengenai peran PR, dijelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman 14) : ”Peran Public Relations pada dasarnya adalah sebagai motor penggerak perusahaan, karena dalam konsep kita mengenal CSR adalah konsep yang hingga saat ini masih menghadapi pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Walaupun demikian...konsep ini merupakan konsep yang sangat baik, terutama dalam mempertahankan dan melestarikan sumber daya alam yang terbatas, yang telah dieploitasi perusahaan, dengan melestarikan sumber daya alam ini maka perusahaan akan dapat bertahan dalam jangka panjang.” Dari wawancara tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Public Relations berperan dalam pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan dan PR sendiri mempunyai peran untuk meningkatkan image atau citra positif perusahaan baik itu internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Jadi tugas dan peran PR disini adalah untuk melaksanakan program-program corporate social responsibility. Untuk itu, PR menjabarkannya kedalam visi, misi dan nilai-nilai perusahaan. Setelah memahami visi, misi dan isu-isu key stakeholders barulah PR merumuskan indikator dan target CSR. 76 4.3.1. Masalah-masalah dalam kegiatan Public Relations Dalam menjalankan suatu kegiatan atau strategi perusahaan tentu mengalami masalah-masalah atau kendala yang harus dihadapi, begitu pula dengan implementasi corporate social responsibility yang dilakukan PR PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Menurut Bapak Sanny mengenai kendala yang dihadapi dalam implementasi CSR menjelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman 16) : “ya..kendala yang kami hadapi karena industri minuman alkohol kurang mempunyai nilai positif dimata stakeholders, ya...tentunya diperlukan upaya pendekatan yang tepat terhadap stakeholders, untuk lebih mengetahui Apa yang menjadi isu-isu penting bagi key stakeholders meliputi : masyarakat, karyawan, konsumen dan shareholder? Bagi masyarakat (community) lebih banyak terkait dengan masalah moral meliputi : Apakah program corporate social responsibility yang diperoleh perusahaan merupakan suatu tindakan untuk mencegah masyarakat di sekitar pabrik melakukan protes atas keberadaan pabrik?, Apakah pemberian yang diperoleh dari pabrik minuman beralkohol ini termasuk halal?, dan Apakah bila pabrik ini diprotes oleh masyarakat yang berada di luar lingkungan pabrik maka masyarakat di sekitar lingkungan pabrik apa lagi mereka yang telah menikmati program CSR “harus” membela pabrik minuman beralkohol tersebut? Isu ini pun seringkali disalahgunakan oleh masyarakat yang tidak bertanggungjawab. Mereka menuntut pembagian hasil yang lebih besar dengan mengancam perusahaan apabila tidak memberi seperti apa yang diinginkan mereka akan melakukan demo untuk menutup pabrik. 77 Sejalan dengan isu di atas, isu-isu yang terkait dengan karyawan (employee) lebih banyak terkait dengan masalah moral. Isu-isu tersebut mencakup : Apakah bila terjadi pemeriksaan di pabrik, mereka harus mengatakan yang sebenarnya ataukah mengatakan hal-hal yang telah diperintahkan oleh atasannya?, Apakah pekerjaan ini termasuk “halal” mengingat mayoritas pekerja beragama Islam?, dan Apakah mereka dapat terus bekerja apabila pabrik ditutup untuk sementara karena proses penyelesaian terkait dengan masalah cukai? Isu ini sebenarnya merupakan situasi yang tidak membuat perusahaan nyaman. Hal ini seakan-akan menyebabkan perusahaan sulit menetapkan aturan yang jelas atas pelanggaran yang terjadi. Karyawan yang dipecat karena pelanggaran berat sudah pasti akan memanfaatkan isu ini sekaligus mengancam perusahaaan untuk membongkar rahasia yang mereka ketahui ke aparat atau publik melalui media massa. Sedangkan isu-isu bagi konsumen (customer) yaitu : Apakah produsen mau membantu mengurus perizinan yang dibutuhkan untuk menjadi pengecer atau penjual minuman beralkohol?, Apakah bila terjadi operasi minuman beralkohol baik dari aparat keamanan ataupun ormas, produsen akan mengganti barang-barang yang disita?, dan yang terakhir Apakah bila penjual ditahan oleh pihak kepolisian, produsen bersedia membantu penyelesaiannya? Namun, kadangkala ada pula pengecer yang nakal. Mereka mengaku telah disita barangnya walaupun sebenarnya tidak ada penyitaan ataupun biaya penyitaan sudah diganti oleh produsen lain namun mengaku belum mendapat penggantian dari produsen itu. Hal ini dapat terjadi karena ada 78 pedagang yang menambahkan jumlah barang yang disita, di bukti sitaan misalanya 10 karton menjadi 20 karton, dalam surat sitaan ditulis beberapa macam barang yang disita yang berasal dari beberapa produsen, maka surat sitaan akan diberikan pada produsen yang barang disitanya paling banyak, sedangkan produsen lain akan mendapat fotokopiannya saja, dan ada pula pedagang yang bekerjasama dengan aparat minta dibuatkan surat sitaan. Demikian pula, isu-isu yang terkait dengan pemegang saham (shareholder) yang menjadi isu utama adalah : Apakah industri minuman beralkohol ini dapat berjalan terus mengingat peraturan yang membatasi produksi dan distribusi minuman beralkohol semakin ketat dan dominasi mayoritas masyarakat penganut agama Islam yang mengharamkan minuman beralkohol. Isu yang kedua adalah : Apakah aparat terkait dengan industri minuman beralkohol dapat terus diajak ”bekerja sama” mengingat aturan korupsi semakin ketat. Isu yang terakhir adalah : Apakah biaya atau pungutan tidak resmi yang semakin besar yang mau tidak mau harus dikeluarkan ini masih memberikan keuntungan seperti yang diharapkan oleh pemegang saham? Isu ini menyebabkan pemegang saham berpikir secara praktis atau prakmatis saja. Artinya...selagi perusahaan dapat memperoleh profit sebanyak-banyaknya maka pemberian ”jatah” atau task force untuk aparat, media dan ormas tetap dilakukan. Sebaliknya apabila omzet perusahaan sedang turun maka beban atau pungutan tidak resmi ini sangat memberatkan perusahaan, karena ada aturan yang tidak tertulis sekali ”jatah” ini dikeluarkan maka harus terus dikeluarkan. Jika tidak, perusahaan akan mendapat bannyak gangguan yang menyebabkan perusahaan harus 79 mengeluarkan biaya yang lebih besar. Dengan demikian, apabila tidak mampu memberi ”jatah” maka perusahaan akan tutup dengan sendirinya. Dari wawancara diatas dapat diketahui mengenai masalah yang dihadapi dalam kegiatan Public Relations, antara lain : 1. Isu-isu yang terkait dengan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : program corporate social responsibility terkait dengan industri minuman beralkohol yang merupakan grey area industry, ke”halal”an program CSR dari pabrik minuman beralkohol, dan sikap atas pabrik minuman beralkohol. 2. Isu-isu yang terkait dengan karyawan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: kejujuran untuk mengatakan yang sebenarnya, halal atau tidaknya pekerjaan mereka, dan kontinuitas pendapatan untuk menunjang kebutuhan hidup. 3. Isu-isu yang terkait dengan konsumen dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : kelengkapan perijinan penjual eceran ataupun pedagang besar beralkohol, penggantian sitaan, dan penyelesaian dengan aparat terkait bila terjadi proses penahanan. 4. Isu-isu yang terkait dengan pemegang saham dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : kontinuitas usaha, kemauan aparat terkait minuman beralkohol untuk bekerjasama, dan biaya atau pungutan tidak resmi di industri minuman beralkohol semakin besar. 80 Di bawah ini merupakan gambar hubungan antara masyarakat, karyawan, konsumen, shareholder dan intansi terkait, sebagai berikut (lihat gambar 4) : Masyarakat Program CSR Operasional "Kerjasama" Jaminan Konsumen Pemegang Saham Intansi Terkait Jaminan Transaksi Operasional Gaji Karyawan Gambar 4 : Hubungan antara masyarakat, karyawan, konsumen, shareholder dan intansi terkait. Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa program CSR yang dilakukan perusahaan ke masyarakat menyebabkan perusahaan dapat terus beroperasional. Operasional ini juga didukung oleh karyawan yang mendapatkan gaji sesuai. Dengan kerjasama dengan intansi terkait dapat memberikan jaminan keamanan dan perusahaan pun dapat memberikan jaminan keamanan kepada konsumen, sehingga konsumen bersedia untuk melakukan transaksi dengan perusahaan. Sehingga perusahaan akan bertumbuh secara berkelanjutan. Dapat disimpulkan bahwa isu-isu yang muncul di stakeholders terkait dengan aspek legalitas, agama dan moralitas. Hal-hal yang terkait dengan aspek legalitas seperti belum adanya aturan yang memberi kepastian tentang 81 keberadaan industri minuman beralkohol. Kalaupun ada, kebijakan ini tidak didukung oleh intansi terkait. Sedangkan aspek agama terkait dengan halal atau tidaknya pekerjaan atau program corporate social responsibility yang diberikan oleh pabrik minuman beralkohol. Sedangkan masalah moralitas terkait dengan kejujuran dan balas jasa. Selain itu tugas dari public relations di PT Multi Bintang Indonesia Tbk. adalah menentukan indikator corporate social responsibility. Jadi isu-isu dari stakeholders di atas digunakan untuk merumuskan indikator CSR. Indikator CSR ini diterjemahkan ke dalam aktivitas-aktivitas perusahaan sehingga halhal yang menjadi isu-isu utama dapat dicapai. Dengan mencapai key issue stakeholders maka kontinuitas usaha akan berjalan secara berkelanjutan. Menyadari akan ketatnya lingkungan usaha di industri minuman beralkohol dan semakin kuatnya tuntutan masyarakat akan tanggungjawab sosial perusahaan maka perusahaan mulai merumuskan ke dalam visi dan misi perusahaan. 4.3.2. Mengintegrasikan CSR dalamVisi dan Misi Perusahaan Mengenai pertanyaan, apa yang menjadi visi misi perusahaan sesuai dengan tujuan tanggungjawab sosial perusahaan, Bapak Sanny menjelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman 17) : “...Untuk mencapai kesuksesan dalam jangka panjang, organisasi harus memiliki ideologi yang mencerminkan filosofi serta tujuan-tujuan keuntungannya. Kedua hal ini sering kali saling trade off satu sama lain, namun secara koheren diselaraskan oleh perusahaan-perusahaan yang sukses. Artinya dimensi filosofi (visi dan misi) mencerminkan idealisme, 82 sementara dimensi objective ( skop bisnis dan sasaran perusahaan) mencerminkan pragmatisme organisasi.” “Visi bersifat fundamental dan umum, supaya unsur-unsur yang umum ini dapat diimplementasikan sebagai pedoman operasional maka visi harus diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran perusahaan yang lebih kongkret dan memiliki dimensi operasional. Bila visi dirumuskan secara kualitatif maka sasaran perusahaan dirumuskan secara kuantitatif.” Berdasarkan kondisi lingkungan industri minuman beralkohol dan tuntutan masyarakat, maka perusahaan merumuskan visi dan misi berikut ini. The premier company delivering first choice brands and innovative solutions to consumer in Asia Pacific. Misi perusahaan adalah Meningkatkan nilai perusahaan bagi kepentingan semua “customers, employees, shareholders and society”, melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Goverance) dan meberikan kepuasan kepada stakeholders, dan untuk memperkuat visi dan misi perusahaan, dalam membuat tujuan, pernyataan Visi dan Misi adalah mencapai keberhasilan perusahaan / organisasi. Maka rumusan tujuan perusahaan / organisasi dilakukan dengan pola SMART, yaitu : 1. Spesifik, sebuah tujuan harus menuju satu arah yang mengerucut ke atas bukan mengembang dan melebar kemana-mana. 2. Measurable ( dapat diukur ), pencapaian tujuan juga harus ada ukurannya yaitu pada ukuran kuantitatif, apakah dapat dikatakan tujuan telah tercapai. 83 3. Achievable ( dapat dicapai ), dalam membuat sebuah tujuan juga harus didasarkan pada realitas yaitu bahwa tujuan itu dapat dicapai bukanlah sekedar angan-angan. 4. Reachable ( berorientasi pada tujuan atau hasil yang dapat dicapai ). 5. Time Table ( waktu pencapain tujuan seperti dalam berapa tahun atau beberapa bulan harus jelas ). Setelah tujuan perusahaan dibuat, maka dirumuskanlah nilai-nilai perusahaan. Menurut Bapak Sanny mengenai nilai perusahaan ini adalah :”In God We Trust, Relationship, Winning Spirit dan Innovation.” In God We Trust, ”merupakan nilai perusahaan yang mengandung makna takut dan percaya akan Tuhan. Nilai ini dapat dijabarkan kedalam kata TAAT” : Tuhan berfirman Aku percaya dan melakukan Aku melakukan yang aku bisa Tuhan melakukan yang aku tidak bisa Intergrity adalah ”nilai perusahaan yang menjadi karakter nilai dalam hidup karyawan. Komitmen diri pada karakter ketimbang pada keuntungan pribadi, pada orang ketimbang pada benda, pada pelayanan ketimbang pada kekuasaan, pada prinsip ketimbang pada kesenangan, pada pandangan jangka panjang ketimbang jangka pendek.” relationship dijabarkan berikut ini, ”kami mau membangun keluarga besar MBI antara konsumen, karyawan dan keluarganya, pemegang saham dan pihak-pihak terkait lainnya berdasarkan pada iman, keterbukaaan, 84 empati, saling menghormati dan percaya untuk memperoleh serta meningkatkan kemakmuran bersama.” Winning Spirit dijabarkan sebagai berikut, ”kami memiliki semangat sebagai pemenang dengan berpikir sebagai pemenang, bersiap menjadi pemenang, bekerja serupa pemenang, serta memiliki tekad untuk terus belajar, berlatih dan bisa dalam bekerja untuk memberikan hasil yang semakin hari semakin baik.” Innovation dijabarkan sebagai, ”bagi kami inovasi berarti dengan cerdik mencari, menggali, merumuskan, dan mencoba ide-ide baru serta berani berubah dengan selalu belajar, berlatih dan bisa serta menerapkan perkembangan teknologi untuk senantiasa meningkatkan kemakmuran bersama.” Setelah diketahui visi misi, tujuan dan nilai perusahaan maka langkah selanjutnya adalah penentuan indikator Corporate Social Resposibility (CSR). 4.3.3. Penentuan Indikator Corporate Social Resposibility (CSR) Menurut Bapak Bobby H mengenai penentuan indikator CSR, dijelaskan terlebih dahulu yaitu, (lihat lampiran halaman 14) : ”Isu-isu dari stakeholders di atas digunakan untuk merumuskan indikator CSR, indikator CSR ini diterjemahkan ke dalam aktivitas-aktivitas perusahaan sehingga hal-hal yang menjadi isu-isu utama dapat tercapai. Dengan mencapai key issue stakeholders maka kontinuitas usaha akan berjalan secara berkelanjutan.” Berikut adalah menghubungkan key issue dengan indikator Corporate Social Responsibility dan Aktivitas, akan dijelaskan sebagai berikut ( lihat tabel 3) : 85 Tabel 3 : Menghubungkan Key Issue dengan Indikator Corporate Social Responsibility dan Aktivitas Stakeholders Pemegang Saham Konsumen Key Issue Kontinuitas usaha Jumlah penjualan dan profit Kemauan Aparat untuk “kerjasama” Jumlah operasi terhadap miras Biaya-biaya tidak resmi Jumlah biaya-biaya yang tidak resmi Kelengkapan perijinan Jumlah toko yang memiliki ijin Penggantian Sitaan Jumlah sitaan yang telah diganti Penyelesaian dengan aparat Karyawan Masyarakat Indicators Activities/Strategies Continues improvement, tool free. Melakukan kunjungan ke instansi terkait. Memberikan ”uang keamanan”. Membuatkan perijinan toko. Mengganti sitaan. Jumlah keberhasilan penyelesaian perkara Menyelesaikan perkara. Kebebasan untuk berbicara yang sebenarnya. Mengatakan informasi yang benar. Ke”halal”an pekerjaan Kenyamanan dalam bekerja Menciptakan suasana kerja yang nyaman. Kontinuitas penghasilan Jumlah penghasilan yang diperoleh Kaitan status perusahaan dengan program CSR Jumlah masyrakat yang mendukung keberadaan perusahaan. Ke”halal”an CSR Jumlah penerimaan atas program CSR. Kejujuran Sikap masyarakat yang mendapat CSR Jumlah masyarakat yang berbicara positif tentang perusahaan. Melakukan aktivitas rohani, merekrut karyawan dari masyarakat sekitar, memberi upah yang layak (UMR). Melakukan pendekatan dengan masyarakat. Melakukan pemberian bea siswa, sembako, donor darah, bantuan untuk korban bencana alam, bantuan untuk panti asuhan. Menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan. Sumber : Data primer diolah Tabel 3 menunjukkan hubungan key issue dengan indikator corporate social responsibility dan aktivitas atau strategi yang digunakan untuk memenuhi key issue tersebut. 86 Menurut Bapak Sanny, parameter atau indikator kunci dari sukses implementasi CSR adalah, (lihat lampiran halaman 19) : “ Dari semua indicators yang tercapai adalah target implementasi CSR kepada stakeholders untuk mencapai kesuksesan implementasi CSR dan ini semua didukung oleh kinerja public relations .” Karena tugas public relations adalah mengimplementasikan aktivitas atau strategi, maka masalah yang terjadi dalam CSR merupakan masalah PR dan itu merupakan tanggungjawab bagi PR. 4.3.4. Implementasi Aktivitas atau Strategi yang dilakukan Public Relations Menurut Corporate Secretary Ibu Susi, mengenai pertanyaan mengapa perusahaan harus melaksanakan program CSR, menjelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman 11) : “Secara langsung atau tidak langsung program CSR yang dilakukan oleh public relations PT Multi Bintang Indonesia Tbk. adalah merupakan respons atas status industrinya yang tidak jelas dan menguatnya kesadaran masyarakat akan perlunya kontribusi perusahaan bagi masyarakat sekitar. Situasi dan kondisi seperti ini mendorong perusahaan untuk melakukan program CSR terhadap stakeholders perusahaan supaya perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan”. Menurut Corp. Affair and Comm. Manager Bapak Bobby H, mengatakan bahwa, (lihat lampiran halaman 14) : “Dalam implementasi aktivitas atau strategi yang dilaksanakan, adapun program-program yang telah dilakukan berikut ini : 87 Secara praktis, tanggungjawab sosial perusahaan ke pasar (marketplace) dapat dibedakan menjadi dua yaitu : aspek pelayanan dan aspek legalitas.” Aspek pelayanan mencakup : 1. memperbaiki kualitas produk yang telah dipasarkan secara berkesinambungan. 2. memberikan layanan bebas pulsa untuk mempermudah pemakai ataupun dari pedagang dalam memberikan komplain seperti keterlambatan barang, menjamin ketersediaan barang dalam jumlah yang cukup, pengiriman tepat waktu dan tanpa ada kesalahan. Pelayanan yang baik kepada pelanggan akan menimbulkan loyalitas sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan laba bagi pemegang saham (shareholder). Adapaun aspek legalitas mencakup : 1. Proses pengurusan perijinan bagi pengecer atau pedagang besar yang belum mempunyai legalitas. 2. Proses penggantian sitaan dan membantu penyelesaian dengan aparat keamanan. Aspek legal ini merupakan hal penting yang menjadi syarat agar mereka mau bertransaksi. Sedangkan tanggungjawab sosial perusahaan ke tempat kerja (workplace) adalah memberikan upah sesuai dengan upah minimum regional (UMR) untuk karyawan dengan masa kerja 0-3 bulan, sistem renumerasi yang memperhitungkan masa kerja, mengganti 100 persen biaya pengobatan, mengadakan hari raya lebaran dan tahun baru bersama, mengadakan doa pagi 88 bersama sebelum memulai aktivitas, program pelatihan, dan mengutamakan rekrutmen karyawan dari masyarakat sekitar pabrik. Tanggungjawab sosial perusahaan ke komunitas lokal (community) dapat dibedakan menjadi dua aspek yaitu : 1. Aspek sosial mencakup : pembagian sembako dan memberikan bea siswa (SD s/d SLTA), bagi masyarakat yang kurang mampu sebagai mana ditunjukkan pada tabel 3, buka puasa bersama masyarakat di balai desa atau kantor, membagikan hewan kurban pada saat Idul Adha, memberi bantuan pembangunan rumah ibadah dan jalam umum desa dan memberikan bantuan kepada korban banjir di Situbondo. (lihat tabel 4) Tabel 4 : Data Program Orang Tua Asuh Tahun SD SLTP SLTA TOTAL 2005 1400 712 346 2458 2006 1424 728 340 2492 2007 1200 520 325 2075 2008 1320 590 370 2280 2009 1345 600 380 2325 2. Sedangkan aspek pemberdayaan masyarakat mencakup untuk melakukan outsourcing ke masyarakat sekitar pabrik untuk pencucian botol. Program pemberdayaan masyarakat ini dilakukan dengan cara : a. menyeleksi kepala keluarga peserta program, b. mengangkat ketua kelompok yang bertanggungjawab atas pencapaian hasil dan pecah botol, 89 c. menjelaskan tentang sistem dan aturan pencucian botol. Proses pengiriman dan pengambilan dilakukan oleh pabrik sehingga tanggungjawab pengesub botol hanya mencuci saja. Upaya terakhir tanggungjawab sosial yang dilakukan public relations perusahaan adalah ke lingkungan hidup, tanggungjawab ini mempunyai cakupan mengenai dampak-dampak pada udara, air dan tanah serta effisiensi penggunaan sumber daya alam (SDA). Implementasi aktivitas atau strategi yang telah dilakukan untuk program CSR perusahaan sejauh ini program telah berjalan dengan baik dan cukup efektif. Setelah diperoleh gambaran mengenai Impementasi CSR, maka selanjutnya adalah program CSR apa saja yang telah diberikan PT Multi Bintang Indonesia Tbk terhadap masyarakat sekitar. Menurut Bapak Bobby H, menjelaskan bahwa, (lihat lampiran halaman 15) : “Melihat keadaan sekitar dengan berbagai bencana mulai dari kemiskinan, kelaparan, bencana alam dan wabah penyakit membuat perusahaan semakin memahami arti nilai dari kepedulian dan kasih.” Dua hal ini yang mendasari PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MBI) melakukan tanggungjawab sosialnya dengan mengimplementasikan aktivitas atau strategi dari program CSR terhadap masyarakat yang dilakukan oleh public relations, berikut ini yakni : 1. 19 November 2009, Gempa bumi di akhir september lalu yang meluluh lantakkan sektor ekonomi maupun sosial masyarakat Sumatra Barat, MBI menyampaikan bantuan renovasi bangunan sekolah kepada dua sekolah di Padang yang mengalami kerusakan yang cukup besar akibat peristiwa itu. Penyerahan bantuan kepada 90 kepala sekolah SDN No. 52 Parupak Tabing, Padang disaksikan oleh guru dan murid dan kepada kepala sekolah SDN No. 17 Mata Air Timur kecamatan Padang Selatan disaksikan oleh guru-guru dan pihak MBI. Sekitar 80 persen murid adalah anak buruh nelayan yang kondisi ekonominya termasuk keluarga miskin, jumlah siswa SDN 52 adalah 280 murid. Kalau SDN 17 mayoritas muridnya anak para pemulung. 2. 28 November 2009, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan atau semangat silaturrahmi dengan masyarakat sekitar, MBI memberikan program beasiswa kepada 105 siswa berprestasi dari tujuh sekolah di kelurahan Poris Gaga, Kecamatan Batuceper, Tangerang. Pemberian beasiswa dilakukan secara simbolis di SDN 3 Poris Gaga, dan tujuh SD yang menerima bantuan beasiswa berasal dari SDN 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 10 Poris Gaga, bantuan ini sebagai bentuk bantuan untuk 6 bulan yaitu siswa-siswi rangking 1, 2, 3, dan yang tidak mampu tapi berprestasi, serta untuk guru honorer diberikan Rp. 700.000. Program ini diberikan agar dapat membantu masyarakat yang lemah terutama dalam bidang pendidikan untuk anak-anak yang tidak mampu tapi berprestasi dan bantuan ini diberikan masing-masing kepada sekolah untuk mengelolanya. “ Bantuan beasiswa ini merupakan bagian dari program CSR yang merupakan bagian dari program community development program (CDP) setiap tahunnya, “ kata Brewery Manager Tangerang Sarjuni Rahmat. Diharapkan program yang sudah berjalan sejak tahun 1998 ini bisa menjadi ajang silaturahmi 91 antara PT MBI dengan masyarakat sekitar, “PT MBI berharap apa yang diberikan ini bisa bermanfaat, khususnya siswa dalam menunjang prestasi belajar,”tambahnya. Selain program bantuan beasiswa, program ini juga memberikan bantuan berupa subsidi kepada guru yang masih berstatus honorer. 3. 14 September 2009, Sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan misi sebagai “warga korporasi yang baik (good coorporate citizen)”. Brewery Sampang Agung melaksanakan pembagian bingkisan lebaran yang ditujukan kepada warga masyarakat lingkungan perusahaan. Sebanyak 680 paket bingkisan yang berisi kebutuhan pokok dibagikan kepada warga masyarakat. Ada tujuh dusun di Desa Sampangagung yang memperoleh pembagian bingkisan ini, dua dusun yang mendapatkan prioritas yaitu Dusun Sudimoro dan Dusun Turi yang berbatasan langsung dengan pabrik. Sedangkan lima dusun lainnya, yaitu : Sampang, Brubuh, Sugihwaras, Wunut, Kedunggalih juga memperoleh bingkisan lebaran ini meskipun jumlahnya lebih sedikit. Pembagian bingkisan ini merupakan salah satu wujud perhatian dan kepedulian perusahaan terhadap warga masyarakat lingkungan pabrik. 4. 20 November 2009, Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, keluarga besar PT MBI menggelar acara donor darah sebagai bentuk kepedulian kepada sesama. Acara donor darah ini berlangsung di ruang ex-marketing, lantai 2 Brewery Tangerang. Ajakan ini disambut dengan antusias, terbukti lebih dari 100 orang yang mendaftar, dan setelah melalui pemeriksaan medis 92 orang 92 dinyatakan memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya melalui PMI. 5. 27 November 2009, Bertepatan dengan pelaksanaan Hari Raya Kurban 1430 H yang setiap tahunnya, keluarga besar Brewery Sampangagung tak lepas dari keikutsertaannya ikut menyemarakkan Hari Raya Idul Adha dengan menyembelih kurban berupa kambing dilingkungan sekitar pabrik. 6. 27 November 2009, Brewery Tangerang telah menyerahkan kambing kurban sejumlah 53 ekor kepada pabrik. Kambing kurban warga yang tinggal di sekitar tersebut diberikan kepada kantor kecamatan, Koramil Polsekta Batuceper, pesantren, dan masjidmasjid yang terletak di sekitar pabrik, termasuk Masjid Al-Biru yang berlokasi di Brewery Tangerang. Lingkungan Porisgaga adalah yang terbanyak menerima kambing kurban.Pemberian kurban ini diterima dengan penuh rasa haru dalam suasana hikmat Idul Adha. Warga mennyampaikan rasa terimakasih kepada perusahaan yang selalu mengingat warga Porisgaga, Poris Jaya dan juga warga dari lokasi lain yang berdekatan termasuk kelurahan Batuceper, Kebun Besar dan Pesantren Asshidiqiyah di Jurumudi Tangerang. 7. 1 Desember 2009, sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak yatim piatu, MBI melakukan kunjungan ke Panti Asuhan AlMABRUROH di daerah Buaran Indah Tangerang. Selain memberikan bantuan sejumlah produk dan bahan sembako, kunjungan ini juga disertai berbagai acara yang bertujuan menghibur anak-anak Panti Asuhan. 93 4.3.5. Monitoring Implementasi program CSR Kegiatan corporate social responsibility PT Multi Bintang Indonesia Tbk. sebagai salah satu sasaran utama dari Public Relations (PR Objective), untuk meningkatkan kesadaran (awareness), membangun kepercayaan terhadap perusahaan dan mendukung pertumbuhan secara berkelanjutan. Selanjutnya, adalah dengan melakukan monitoring dari implementasi CSR yang telah dilakukan. Monitoring dapat berupa pelaporan setiap enam bulan tentang kegiatan yang telah dilakukan dan atau keluaran (outputs) yang telah dicapai dalam hal seperti imunisasi, perbaikan sekolah, pengadaan sistem air bersih dan program CSR lainnya yang telah diimplementasikan oleh perusahaan Menurut Corp.Affair and Communication Manager Bapak Bobby H, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 15) : “ Idealnya kegiatan manajemen paling tidak mencakup tiga komponen utama, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan memonitoring atau mengendalikan. Untuk memperoleh kinerja yang optimal dari suatu kebijakan (yang telah ditetapkan dan kemudian diimplementasikan dalam suatu program dan untuk dioperasionalkan lebih lanjut dalam suatu kegiatan) diperlukan suatu pengendalian yang intensif. Hal ini dimaksudkan untuk mencermati permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul untuk perbaikan perencanaan berikutnya.” ‘Selanjutnya, bahwa Monitoring adalah suatu aktivitas dalam siklus manajemen suatu organisasi yang dilakukan secara intensif setelah rencana ditetapkan atau untuk memantau dan kemudian mengukur pencapaian sasaran maupun cara mencapainya pada kurun waktu tertentu.” 94 Dari monitoring tersebut akan dapat diketahui kemajuan yang dicapai, hal tersebut mengandung adanya fungsi pengendalian (controlling function), seluruh aktivitas yang menjamin agar hasil-hasil aktual dapat sesuai dengan hasil-hasil yang direncanakan. Sehingga dapat diketahui apabila ternyata ada penyimpangan atau hambatan yang belum diperhitungkan sehingga dapat segera diambil tindakan korektif. Menurut Corp.Affair and Communication Manager Bapak Bobby H, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 15) ; Tiga persyaratan yang diperlukan untuk pengendalian yang efektif adalah adanya standar yang ditetapkan sebelumnya, informasi, dan tindakan korektif. “Namun dari tahun ketahun aspek inilah yang menjadi titik lemah karena laporan yang masuk sebagai salah satu informasi kemajuan aktivitas masih sangat rendah, baik kualitas maupun kuantitasnya, namun yang memprihatinkan adalah tindakan korektif belum sepenuhnya efektif.” Monitoring dilakukan dengan : a. Internal : Pembuatan Control parameter terhadap program CSR. b. Eksternal : Pembuatan kuesioner untuk mengetahui pendapat masyarakat mengenai dampak tanggungjawab sosial yang telah dilakukan perusahaan.(lihat tabel 5) 95 Tabel 5 Indikator Potensial untuk Monitoring Jenis Monitoring Anggaran dan Kerangka Waktu Pelaksanaan Program CSR Dasar untuk Indikator Apakah Semua staf PR telah ditunjuk dan program CSR sesuai menurut jadwal? Apakah peningkatan kemampuan dan kegiatan pelatihan telah diselesaikan menurut jadwal? Apakah kegiatan pelaksanaan program CSR tercapai sesuai dengan rencana pelaksanaan yang disetujui? Apakah dana program CSR telah dialokasikan pada kegiatan PR tepat pada waktunya? Apakah departemen/divisi PR telah menerima dana sesuai dengan jadwal? Apakah seluruh dana telah dikeluarkan menurut anggaran CSR? Apakah tahap persiapan kegiatan sosial berlangsung menurut jadwal? Apakah seluruh kegiatan program CSR telah berjalan dan tepat sasaran pada waktunya untuk pelaksanaan program CSR? Apakah masyarakat sekitar dan stakeholders perusahaan telah menerima program CSR sesuai dengan kebutuhan ? Apakah masyarakat telah menerima program CSR tepat pada waktunya? Apakah masayarakat telah menerima bantuan sosial dari perusahaan, seperti : klinik gratis, beasiswa, pengembangan fasilitas umum, pemberdayaan masyarakat, dll., menurut jadwal? Apakah semua program CSR telah diberikan? Apakah bantuan sosial ini sebagaima ditentukan? Apakah langkah-langkah dalam memberi pengertian atas program CSR untuk masyarakat sekitar pabrik telah dilakukan? Berapa orang yang telah menerima pengertian atas program CSR? Berapa jumlah orang yang telah menerima program CSR, sebagaimana rencana dalam anggaran kegiatan? Apakah mutu program CSR memenuhi standar yang disetujui? Apakah program CSR telah dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan komunitas setempat? Apakah komunitas setempat menerima program CSR yang telah diberikan? Apakah langkah-langkah bantuan sedang dilaksanakan sebagaimana direncanakan untuk penduduk setempat? Apakah pemberian didahului dengan penyediaan prasarana dan fasilitas sosial? Apakah masyarakat yang tidak mampu mendapatkan kemudahan dalam hal sekolah, pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat sekitar pabrik? Apakah kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan sebagaimana dikemukakan dalam rencana CSR, misalnya, proses produksi dapat berjalan baik karena adanya daya dukung dari masyarakat, sejumlah 96 Konsultasi, Pengaduan dan Masalah-masalah khusus Pemantauan Manfaat masyarakat dilatih dan diberi pekerjaan, dan sejumlah kegiatan untuk memperoleh pendapatan dibantu? Apakah karyawan, shareholder dan konsumen telah menerima program CSR termasuk pembayaran ganti rugi akibat penyitaan barang oleh petugas? Apakah konsultasi berjalan sebagaimana dijadwalakan termasuk rapat, pertemuan kelompok masyarakat dan kegiatan masyarakat terkait lainnya? Apakah surat edaran CSR telah dipersiapkan dan dibagikan? Berapa banyak orang (komunitas sekitar), karyawan, shareholder dan konsumen yang mengetahui hak yang harus diterima? Apakah ada stakeholders perusahaan yang memanfaatkan prosedur pengaduan? Apa hasilnya? Apakah pengaduan telah diselesaikan? Apakah fase persiapan program sosial telah dilaksanakan? Apakah langkah-langkah khusus untuk penduduk sekitar telah dilaksanakan? Perubahan apa yang telah berlangsung dalam hal pola pekerjaan dari penggunaan sumber daya dibandingkan dengan keadaan sebelum kegiatan CSR? Perubahan apa yang telah terjadi dalam hal pola pendapatan dan pengeluaran dibandingkan dengan keadaan sebelum kegiatan CSR? Ada perubahan apa dalam biaya hidup dibandingkan keadan sebelum? Apakah pendapatan perusahaan sejalan dengan perubahan ini? Perubahan apa yang terjadi dalam parameter sosial yang terkait dengan taraf hidup? Perubahan apa yang terjadi untuk kelompok masyarakat tidak mampu? Menurut Corp.Affair & Comm. Staf, Bapak Sanny : ”Tim PR biasanya akan dimintai untuk survei setiap tahun guna memperbahurui data dasar yang asli, yang menitik beratkan pada pemantauan dan monitoring, manfaat dari tujuan implementasi CSR. Tim akan membuat data dasar pemantauan, yang dikembangkan dari sistem pencatatan program sendiri. Hal ini dapat mencakup tabel, foto kegiatan CSR, salinan pengaduan. Desain kuesioner dan contoh kerangka akan dirancang untuk mengembangkan data dasar ”sebelum” dan ”sesudah” kegiatan CSR. Pada umumnya survei akan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data mengenai indikator pokok terhadap kegiatan, efisiensi, efektivitas, dampak dan kesinambungan program CSR. Hal ini dapat 97 ditunjang dengan PCP berkala (yang memungkinkan penilai berkonsultasi dengan berbagai stakeholder, seperti : pemegang saham, karyawan, masyarakat dan konsumen). Tim pemantauan biasanya juga melakukan sedikitnya satu survei pasca implementasi untuk menilai pencapaian tujuan program CSR, perubahan taraf hidup , pemulihan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, dan sebagainya.” (lihat tabel 6, 7 dan 8) Tabel 6 menjelaskan persyaratan dasar untuk pemantauan Pemantauan Maksud dan tujuan kegiatan eksternal dalam kaitannya dengan tujuan CSR , tujuan kebijaksanaan perusahaan. Informasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan ini mengacu pada UU No. 40 tahun 2007 tentang peraturan yang mewajibkan perusahaan melakukan CSR. Metode dan pendekatan pengumpulan informasi. Metodelogi secara terinci, penggunaan data sensus dan survei yang tersedia, updating berkala, kerangka pengambilan sampel, komparasi dan analisis, pengendalian mutu, dan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan. Partisipasi stakeholders, khususnya masyarakat sekitar, dalam pemantauan Sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga ahli dalam bidang Public Relations. Kerangka waktu program CSR. Persyaratan pelaporan. Tabel 7 Indikator Pemantauan Indikator Pemantauan Dasar untuk Indikator Informasi dasar mengenai Lokasi masyarakat yang terkena Komposisi dan struktur umur, tingkat pendidikan dampak dan keterampilan Gender (jenis kelamin) Kemudahan dalam pelayanan kesehatan, pendidikan, fasilitas umum dan fasilitas sosial lain. Jenis mata pencaharian dan pola pekerjaan. Sumber dan tingkat pendapatan. Partisipasi dalam kelompok masyarakat. 98 Peningkatan taraf hidup Apakah pemberian program CSR memberikan manfaat? Apakah masyarakat telah mau menerima program CSR yang diberikan perusahaan? Apakah persepsi ”masyarakat” tentang CSR industri minuman beralkohol? Apakah perusahaan berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat? Tabel 8 Indikator untuk Pemantauan (lanjutan) Indikator Pemantauan Dasar untuk Indikator Tingkat kepuasan Berapa banyak masyarakat komunitas sekitar yang mengetahui prosedur CSR dan pemberian CSR yang merupakan haknya? Apakah stakeholders mengetahui hak mereka? Apakah mereka mengetahui kalau telah memperoleh haknya? Bagaimana mengukur standar taraf hidup dan mata pencaharian mereka telah dibantu? Berapa banyak stakeholders mengetahui tentang prosedur pengaduan dan prosedur penyelesaian masalah? Efektivitas Perencanaan CSR Apakah jumlah dan kebutuhan fasilitas sosial telah dihitung secara benar? Apakah kerangka waktu dan dana cukup memenuhi tujuannya? Apakah kelompok tidak mampu diidentifikasikan dan dibantu? Bagaimana pelaksana program CSR menangani masalah yang tidak diduga? Dampak lain Adakah dampak tanggungjawab sosial yang tidak diinginkan? Adakah dampak yang tidak diinginkan terhadap pekerjaan atau pendapatan? Keterlibatan masyarakat yang merasakan dampak tanggungjawab sosial dalam program CSR perusahaan dapat membantu menyelesaikan banyak masalah sehari-hari yang sering timbul dalam pelaksanaan program CSR. Kelompok yang merasakan dampak tanggungjawab sosial harus terlibat, monitoring yang partisipatif membantu meningkatkan kualitas pelaksanaan 99 program dengan melibatkan stakeholders dalam desain dan pelaksanaan monitoring.(lihat tabel 9) Tabel 9 Penilaian Cepat secara Partisipatif (PCP) Wawancara dengan informan kunci : Memilih pemimpin setempat, tokoh masyarakat atau orang-orang dengan pengetahuan atau pengalaman khusus mengenai kegiatan dan pelaksanaan program CSR. Diskusi dengan kelompok sasaran : masalah khusus (misalnya:pembayaran ganti rugi barang sitaan, fasilitas umum, peningkatan pendapatan) dibicarakan dalam kelompok secara terbuka. Rapat umum masyarakat : rapat umum terbuka guna mendapat informasi tentang pelaksanaan berbagai kegiatan CSR. Pengamatan langsung terstruktur : pengamatan lapangan atas pelaksanaan CSR dan wawancara perseorangan atau kelompok untuk maksud tujuan pengecekan silang. Survei atau wawancara informal : survei informal, penduduk setempat, karyawan, shareholder dan konsumen, yang menggunakan metode non sampel. Studi kasus mendalam mengenai CSR dan penduduk setempat dari berbagai kelompok sosial untuk menilai dampak tanggungjawab sosial. Daftar Periksa : Pemantauan 1. Menentukan sistem pemantauan internal untuk menilai kemajuan dalam mencapai sasaran pokok dalam rencana program CSR : anggaran dan kerangka waktu, implementasi program, konsultasi, pengaduan dan masalah-masalah khusus serta manfaat. 2. Menyediakan waktu, sumber daya dan dana yang memadai untuk pemantauan internal. 100 3. Melakukan pengkajian secara teratur berdasarkan laporan pemantauan yang melibatkan stakeholders. Mencapai kesepakatan atas langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja CSR dan melaksanakannya. 4. Menentukan sistem pemantauan eksternal untuk menilai pencapaian dan kesesuaian dengan tujuan program CSR. 5. Menentukan cara melaporkan pemantauan serta persyaratan pelaporan. 6. Melibatkan masyarakat dalam pemantauan dan monitoring CSR, dengan menggunakan PCP dan metode lain. 7. Melakukan monitoring pasca pelaksanaan implementasi CSR yang dilaksanakan. 8. Meninjau kembali hal-hal yang dapat menjadi acuan dalam membuat keputusan dan perencanaan program CSR. (lihat tabel 10) Tabel 10 Pemantauan dalam siklus CSR : Butir-butir tindakan Siklus CSR Identifikasi program Butir-butir pokok tindakan Melakukan sebagai dasar perencanaan, pemantauan dan monitoring CSR untuk waktu mendatang. Mengidentifikasi program CSR. Studi kelayakan Konsultasi dengan semua stakeholders. Melakukan sensus dan survei untuk mendapatkan data dasar. Menentukan rencana CSR sebagai bagian tidak terpisahkan, yang melibatkan sumber daya internal dan eksternal, untuk mengembangkan data dasar yang sudah ada. Mengkaji rencana CSR untuk koordinasi kegiatan. Mengkaji anggaran dan sumber daya. 101 Penilaian Memeriksa apakah rencana CSR akan memberikan kemajuan dan pencapaian tujuan perusahaan. Pelaksanaan Mengembangkan lapangan. kapasitas pemantauan tingkat Melibatkan penduduk setempat dalam pemantauan. Memantau secara internal kemajuan dalam mencapai target anggaran dan kerangka waktu, pemberian program CSR kepada masyarakat, konsultasi, pengaduan dan masalah khusus serta berbagai manfaat lainnya. Menyiapkan laporan secara teratur mengenai semua aspek. Monitoring Melakukan monitoring pasca pelaksanaan CSR untuk menilai efektivitas, dampak, dan berkesinambungan serta untuk mempelajari strategi untuk perumusan kebijaksanaan dan perencanaan pada masa mendatang. Menurut Corporate Secretary PT MBI Ibu Susi, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 12) : “ PT MBI, melakukan monitoring melalui hasil program yang telah dijalankan, melalui pencapaian perusahaan seperti kepercayaan pemegang saham terhadap meningkatnya perusahaan, jumlah berinvestasi pembelian oleh lagi konsumen untuk membangun, karena terjamin keamanannya, karyawan loyal terhadap pekerjaannya karena dapat menunjang kebutuhan hidupnya, terciptanya suasana aman disekitar pabrik karena masyarakat merasa terbantu atas program-program yang telah diberikan oleh perusahaan.” 102 Menurut Ibu Susi mengatakan, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 12): “Perusahaan MBI telah menjadi perusahaan terbaik ke dua setelah PT Schneider.” Dengan demikian perusahaan dapat menilai apakah implementasi CSR yang dijalankan oleh public relations PT MBI sudah terimplementasikan dengan baik dan tepat. Berdasarkan interview dengan narasumber dari internal perusahaan, mereka memandang implementasi CSR sudah cukup baik namun belum baik sekali, sedangkan dari eksternal perusahaan di pandang sudah baik Berikut penuturan Corp.Affair and Communication, Bapak Sanny, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 19) : “ Implementasi CSR pada internal perusahaan sudah dapat dikategorikan baik, namun belum baik sekali. Hal ini dikarenakan perusahaan masih sulit menetapkan aturan yang jelas atas pelanggaran yang terjadi. Sedangkan implementasi CSR pada eksternal sudah baik sekali karena PT MBI sangat peduli terhadap community, dan customer dengan memberikan yang terbaik terhadap program-program yang telah diberikan.” Menurut karyawan MBI Bapak Hadi mengatakan, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 23) ; ”Dengan adanya program CSR yang diberikan sudah cukup baik, walaupun industri minuman beralkohol tetapi tetap dapat melakukan aktivitas rohani, perusahaan dapat memberikan upah yang layak dan memperhatikan kesejahteraan karyawan dan keluarga karyawan”. 103 Saran untuk perencanaan program CSR yang lebih baik dan lebih tepat lagi, Bapak Hadi mengatakan, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 23) : “Saya rasa untuk keberhasilan pelaksanaan program CSR, MBI perlu menerapkan sistem manajemen kinerja yang komprehensif ditunjang dengan penggunaan sistem aplikasi manajemen kinerja agar transparan, adil, dan menyeluruh. Target dan pencapaian dari seluruh karyawan staf bisa diakses oleh pimpinan diatasnya dengan akses internet pada sebuah program khusus.“ Sementara itu pandangan khalayak eksternal terhadap implementasi CSR PT MBI juga sudah baik, namun tentunya perlu lebih intensif lagi. Konsumen PT MBI Bapak Budi mengatakan, sebagai berikut (lihat lampiran halaman 29) : ”Saya rasa implementasi CSR yang dilakukan MBI sudah teapat sasarannya karena sudah membuat nyaman bagi konsumen tentang perlindungan dan hak konsumen terhadap perizinan.” Sementara itu, apakah masyarakat sekitar pabrik merasakan dampak tanggungjawab sosial yang telah dilakukan perusahaan, Ibu Mega mengatakan, (lihat lampiran halaman 24) : ” Saya rasa implementasi CSR yang dilakukan PT MBI sudah tepat sasaran karena dapat menjangkau masyarakat yang membutuhkan, dan masyarakat merasa diperhatikan dengan adanya program-program CSR yang diberikan oleh perusahaan, karena program yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan komunitas sekitar.” 104 Selanjutnya, penulis ingin mengetahui pendapat dari PR MBI, mengenai program pengembangan komunitas Community Development Program (CDP). Berdasarkan hasil wawancara dengan Corp. Affair & Communications Staff Bapak Sanny mengungkapkan bahwa, (lihat lampiran halaman 19) : “ …program yang sudah berjalan hingga saat ini merupakan hasil monitoring terhadap komunitas sekitar pabrik dan pemetaan yang kami lakukan beberapa waktu lalu, dari hasil monitoring tersebut kami berhasil mengidentifikasi kebutuhan komunitas sekitar…yang dibagi dalam enam kategori, yaitu : umum, pengembangan keagamaan, special event, lansia, balita, remaja”. Berikut ini adalah hasil monitoring program CSR, secara umum hasil monitoring kegiatan program CSR, dibawah ini adalah enam kategori kebutuhan masyarakat yang teridentifikasi dari program yang telah dijalankan public relations, yakni : 1. Kategori umum yang meliputi pengembangan fasilitas umum, seperti perbaikan kantor desa, fasilitas jalan, saluran air atau pembuangan. 2. Kategori pengembangan keagamaan, yakni perbaikan Mushola, Masjid dan fasilitas peribadatan lainnya. 3. Kategori special event, yang rutin dilakukan seperti peringatan hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. 4. Kategori program lansia, yang meliputi program pemeriksaan kesehatan bersama, dan pembagian sembako. 5. Kategori program balita mencakup bantuan aktivitas dan program kesehatan anak lainnya. 105 6. Kategori program remaja (Youth Program) dengan menyediakan fasilitas olah raga, mengadakan pelatihan seperti menjahit dan reparasi TV, program sunatan masal serta mensponsori aktifitas olah raga di sekolah yang berada di sekitar pabrik. Menurut Bapak Bambang Nurhadi mengenai Community Development Program Sampangagung, adalah : “Belum lama ini, Jochen Van Esch, Brewery Manager Sampangagung telah menyerahkan peralatan drum band untuk sekolah Taman kanak-kanak desa Sampangagung. Harapan kami…semoga bantuan tersebut berguna bagi siswa-siswi sekolah yang menerimanya”. Pada tahun ini, pelaksanaan program CSR baik internal maupun eksternal sudah berjalan sesuai dengan perencanaan dan perusahaan dapat bertumbuh secara berkelanjutan. Bahkan, implementasi CSR dapat berjalan lebih baik dari perencanaan dikarenakan adanya penyesuaian terhadap khalayak. Untuk implementasi CSR internal, sudah mengintegrasikan CSR dalam visi dan misi perusahaan dan keberhasilan program yang telah dijalankan diperusahaan dalam internal, karyawan lebih aktif dan tanggap dalam masalah-masalah yang terjadi diperusahaan dengan memberikan saran-saran serta kritik terhadap manajemen. Sementara untuk implementasi CSR eksternal, keberhasilan program yang telah dijalankan diperusahaan yaitu pada kepercayaan komunitas terhadap perusahaan menumbuhkan pemahaman komunitas bahwa perusahaan sangat peduli terhadap kebutuhan masyarakat melalui penyediaan fasilitas sosial dan kepedulian perusahaan terhadap kesehatan lingkungan melalui kegiatan CSR pengobatan gratis dan penyediaan klinik gratis, mengadakan pelatihan bagi 106 masyarakat, sehingga komunitas dapat mendukung program-program yang telah diterapkan. Berdasarkan monitoring yang dilakukan, adapun kendala dalam pelaksanaan CSR adalah perlunya komitmen semua pihak dalam setiap level, perlunya kecepatan komunikasi dan mobilitas yang tinggi dan perlu ketelatenan dalam hal teknis dan non teknis. 4.4. Analisa Data Proses menganalisa hasil penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara teori/konsep yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh. Dengan adanya analisa data ini, penulis akan menguraikan analisis hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara secara mendalam dan data-data yang lain sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai implementasi Corporate Social Responsibility yang dilakukan Public Relations PT Multi Bintang Indonesia Tbk. untuk menciptakan pertumbuhan secara berkelanjutan. Dalam mengelola perusahaan, diperlukan strategi dalam penyusunan siasat bisnis. Steiner dan Miner menyatakan bahwa strategi mengacu pada formulasi misi, tujuan dan objektif dasar organisasi, strategi-strategi program dan kebijakan untuk mencapainya, dan metode yang diperlukan untuk memastikan bahwa strategi diimplementasikan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Hal ini juga dilakukan oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk. dalam implementasi Corporate Social Responsibility perusahaan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan sebagai perusahan terbesar di Asia Pacific. Implementasi CSR tersebut diimplementasikan melalui program-program kegiatan sosial baik internal maupun eksternal. Program-program tersebut menggunakan metode informatif 107 dan persuasif. Dengan perencanaan yang tepat, tentunya visi dan misi perusahaan akan tercapai. Menurut Cutlip dan Center (dalam bukunya Efektif Public Relations), proses manajemen Public Relations sepenuhnya mengacu pada pendekatan manajerial. Hal ini juga dinyatakan oleh Corporate Seecretary PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Ibu Susi mengenai proses perencanaan program kerja Pada tahapan awal penelitian, PT Multi Bintang Indonesia Tbk. melakukan analisa SWOT. Melakukan atau merancang “SWOT” adalah memprediksikan sejauh mana sumber daya kekuatan atau kemampuan serta posisi kelemahan (strengths and weaknesses) yang dilihat dari segi internal. Kemudian sejauh mana pemonitoringan mengenai kesempatan atau peluang yang ada (opportunities) bahkan ancaman (thearts) yang datang dari segi eksternal. Berdasarkan analisa SWOT yang dilakukan baik melalui pernyataan dari Corporate Secretary Ibu Susi maupun Corporate Affair & Communication Manager Bapak Bobby H bahwa kekuatan PT Multi Bintang Indonesia Tbk. terletak pada CSR yang menjadi pedoman untuk menciptakan profit dalam jangka panjang (CSR for profit), kegiatan sosial yang dijalankan harus berhubungan dengan kepentingan perusahaan dan harus mendukung bisnis perusahaan. Selain itu, manajemen Multi Bintang juga sangat mendukung adanya strategi Public Relations dalam implementasi corporate social responsibility untuk menciptakan sustainable growth perusahaan yang lebih baik lagi. Hal ini dilakukan untuk dapat semakin mendekatkan diri dengan masyarakat dan dapat memperluas pangsa pasar yang ada. Pada tahapan perencanaan, yang berkaitan dengan kebijaksanaan serta penetapan program kerja perusahaan, yang sejalan dengan kepentingan atau 108 keinginan-keinginan pihak yang berkepentingan mulai diberikan, dengan perumusan tujuan yaitu pelaksanaan implementasi CSR adalah untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan. MBI ingin menjadi produsen minuman terbesar di Asia Pacific dengan meningkatkan nilai perusahaan bagi kepentingan semua “stakeholders”. MBI memiliki agenda “Sustainable Growth”yaitu bertumbuh secara berkelanjutan. Menurut Adam dan Neely (kerangka kerja the performance prism), enam tahapan untuk mengimplementasikan CSR dalam perusahaan. Tahap-tahap ini dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek CSR, identifikasi isu-isu penting bagi key stakeholders, mencari indikator dan target CSR, menentukan strategi apa yang harus dimplementasikan, secara berkala melakukan dialog, mencari informasi dan mengkaji performance dari program CSR, Melakukan disclosure dan pelaporan yang konsisten dan jujur. Implementasi corporate social responsibility merupakan suatu program yang disusun melalui perencanaan yang matang untuk memberikan kontribusi perusahaan ke lingkungannya, CSR adalah konsep yang masih pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Walaupun demikian konsep ini merupakn konsep yang sangat baik, dalam implementasi CSR ini menjadi peluang agar perusahaan dapat memberikan program-program CSR terhadap lingkungan internal dan eksternal. Implementasi corporate social responsibility bertujuan untuk meningkatkan citra perusahaan yang positif di mata masyarakat dan stakeholders perusahaan, dengan mengaplikasikan CSR, maka perusahaan hingga saat ini tetap dapat bertumbuh secara berkelanjutan. Implementasi CSR dimulai dengan mengintegrasikan CSR ke dalam visi dan misi perusahaan, tahapan ini ditentukan tujuan dan target yang akan dicapai perusahaan, dengan mencapai key issue 109 stakeholders dapat merumuskan key Succsess factor bersama key stakeholder, menentukan key performance indicators untuk menjamin bahwa visi dan misi terimplementasikan dengan baik, menentukan strategi dan proses untuk melaksanakan key performance indicators, melakukan dialog dengan stakeholders untuk memastikan bahwa program CSR telah berjalan dengan baik dan melakukan disclosure dan feedback program-program CSR serta monitoring program. Selanjutnya dalam mencapai key issue stakeholders, maka dapat diimplementasikan aktivitas atau strategi yang dilakukan Bapak Bobby H, menjelaskan bahwa dalam implementasi aktivitas atau strategi yang dilaksanakan, adapun program-program yang telah dilakukan berikut ini : Secara praktis, tanggungjawab sosial perusahaan ke pasar (marketplace) dapat dibedakan menjadi dua yaitu : aspek pelayanan dan aspek legalitas. Aspek pelayanan mencakup : 1. menperbaiki kualitas produk yang telah dipasarkan secara berkesinambungan. 2. memberikan layanan bebas pulsa untuk mempermudah pemakai ataupun dari pedagang dalam memberikan komplain seperti keterlambatan barang, menjamin ketersediaan barang dalam jumlah yang cukup, pengiriman tepat waktu dan tanpa ada kesalahan. Pelayanan yang baik kepada pelanggan akan menimbulkan loyalitas sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan laba bagi pemegang saham (shareholder). Adapaun aspek legalitas mencakup : 1. Proses pengurusan perijinan bagi pengecer atau pedagang besar yang belum mempunyai legalitas. 110 2. Proses penggantian sitaan dan membantu penyelesaian dengan aparat keamanan. Aspek legal ini merupakan hal penting yang menjadi syarat agar mereka mau bertransaksi. Sedangkan tanggungjawab sosial perusahaan ke tempat kerja (workplace) adalah memberikan upah sesuai dengan upah minimum regional (UMR) untuk karyawan dengan masa kerja 0-3 bulan, sistem renumerasi yang memperhitungkan masa kerja, mengganti 100 persen biaya pengobatan, mengadakan hari raya lebaran dan tahun baru bersama, mengadakan doa pagi bersama sebelum memulai aktivitas, program pelatihan, dan mengutamakan rekrutmen karyawan dari masyarakat sekitar pabrik. Tanggungjawab sosial perusahaan ke komunitas lokal (community) dapat dibedakan menjadi dua aspek yaitu : 1. Aspek sosial mencakup : pembagian sembako dan memberikan bea siswa (SD s/d SLTA), bagi masyarakat yang kurang mampu, buka puasa bersama masyarakat di balai desa atau kantor, membagikan hewan kurban pada saat Idul Adha, memberi bantuan pembangunan rumah ibadah dan jalam umum desa dan memberikan bantuan kepada korban banjir di Situbondo. Sedangkan aspek pemberdayaan masyarakat mencakup untuk melakukan outsourcing ke masyarakat sekitar pabrik untuk pencucian botol. Program pemberdayaan masyarakat ini dilakukan dengan cara : 1. menyeleksi kepala keluarga peserta program, 2. mengangkat ketua kelompok yang bertanggungjawab atas pencapaian hasil dan pecah botol, 111 3. menjelaskan tentang sistem dan aturan pencucian botol. Proses pengiriman dan pengambilan dilakukan oleh pabrik sehingga tanggungjawab pengesub botol hanya mencuci saja. Upaya terakhir tanggungjawab sosial yang dilakukan public relations perusahaan adalah ke lingkungan hidup, tanggungjawab ini mempunyai cakupan mengenai dampak-dampak pada udara, air dan tanah serta effisiensi penggunaan sumber daya alam (SDA). Implementasi aktivitas atau strategi yang telah dilakukan untuk program CSR perusahaan sejauh ini program telah berjalan dengan baik dan cukup efektif. Setelah diperoleh gambaran mengenai Impementasi CSR, maka selanjutnya adalah Melakukan disclosure dan pelaporan yang konsisten dan jujur, untuk mendiskusikan hot topic disamping cool topics dan selalu memberikan keterangan yang jujur dan transparan kepada stakeholders. Tahap terakhir adalah hasil monitoring, secara umum monitoring terhadap implementasi CSR PT Multi Bintang Indonesia Tbk. sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan key informan, dari pengamatan penulis, dari berita-berita mengenai PT Multi Bintang Indonesia Tbk. berupa advetorial yang cukup positif, serta implementasi CSR yang dilakukan sudah cukup tepat berdasarkan studi kepustakaan. Hasil monitoring tersebut berhasil di identifikasikan dengan kebutuhan komunitas sekitar, yang dibagi dalam enam kategori, yaitu : umum, pengembangan keagamaan, special event, lansia, balita, remaja. Dengan meminta feedback dari pihak eksternal perusahaan dapat memperbaiki kinerja CSR. Proses ini bertujuan meningkatkan kredibilitas eksternal dan keyakinan para stakeholders. Secara internal, feedback sangat membantu memperbaiki tindakan manajemen berdasarkan SWOT serta 112 menetapkan tindakan-tindakan perubahan untuk memperbaiki kinerja perusahaan dan proses ini merupakan continues improvement atas program CSR yang telah dijalankan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa proses perencanaan program kerja mengacu pada pendekatan manajerial. Menurut Adam dan Neely sudah dilaksanakan dengan baik oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk, dengan mengaplikasikan CSR ke dalam visi, misi dan nilai-nilai perusahaan maka perusahaan hingga saat ini tetap dapat bertumbuh secara berkelanjutan. 113