BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan Menurut Blum dalam Soekidjo (2003) upaya meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yaitu melalui : 1. Tekanan (enforcement) Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik adalah dengan cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam bentuk undang-undang, peraturan-peraturan, intruksi-intruksi, tekanan-tekanan dan sanksi- sanksi 2. Edukasi (education) Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan . Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Sehingga petugas penyuluhan kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Universitas Sumatera Utara Penyuluhan merupakan jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Atau merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana yang seseorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalahmasalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Di sini terlihat klien atau masyarakat yang bermasalah, dengan perilaku yang tidak sehat, setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki perilaku pada saat ini dan mungkin pada saat yang akan datang ( Sukardi & Ketut, 1995). Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan. Sehingga pendidikan kesehatan adalah bagian dari seluruh upaya kesehatan yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku sehat, pendidikan kesehatan mendorong perilaku yang menunjang kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan membantu pemulihan. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, persepsi dan perilaku seseorang atau masyarakat dalam pengambilan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (WHO, 1992). Sedangkan Glanz, dkk., (1997) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan alat untuk merubah perilaku dan kombinasi dari berbagai pengalaman belajar seseorang untuk memberikan fasilitas/sarana menuju perilaku sehat. Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai dari pendidikan kesehatan tersebut. Tujuan pendidikan kesehatan, Universitas Sumatera Utara menyangkut tiga hal, yaitu peningkatan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap (attitude), dan ketrampilan atau tingkah laku (practice), yang berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1997). Menurut Sarwono (1997), pendidikan kesehatan adalah proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi. Beragam teknik pendidikan meliputi ceramah, seminar, diskusi, lokakarya, simulasi, pameran, demonstransi, perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial. Sasaran pendidikan kesehatan disetiap tingkatan masyarakat berbeda antara satu dengan lainnya. Menurut Simons-Morton, dkk., (1995), ada empat tingkatan yang dapat dijadikan sasaran pendidikan kesehatan. Keempat tingkatan tersebut adalah : 1. Tingkatan individu Sasarannya yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan filosofi dari individu yang menjadi target sasaran. 2. Tingkatan organisasi Sasarannya yaitu kebijakan, praktek/pelaksanaan program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya pendukung. 3. Tingkatan kelompok masyarakat Sasarannya yaitu kebijakan, praktek/pelaksanaan program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya yang tersedia. 4. Tingkatan pemerintahan Sasarannya yaitu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dibidang kesehatan, program kesehatan, fasilitas sebagai sarana pendidikan kesehatan, sumber daya, peraturan-peraturan yang dibuat di bidang kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Menurut Pelto, dkk., (2004), adanya training konseling nutrisi yang memiliki beberapa karakteristik dapat menerangkan efek positif atas perubahan perilaku. Material konseling nutrisi pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dibangun atas dua dasar yaitu : 1) dapat menyediakan pengetahuan tentang kombinasi makanan dan praktek asupan makanan terhadap usia anak; 2) sebagai alat pengembangan skill untuk meningkatkan hubungan dan komunikasi yang lebih efektif. Pendidikan masyarakat mengandung pengertian usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian, ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku agar dapat diserap atau dipraktekkan oleh masyarakat. Dengan mengacu pada pengertian tersebut, penyuluhan adalah usaha mengubah perilaku masyarakat, keluarga, terutama kepala dan ibu rumah tangga, agar mereka mengetahui, menyadari, mempunyai kemampuan dan kemauan, serta tanggung jawab untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya (Kartasapoetra, 1994). 2.2. Komunikasi dan faktor Efektifitas Penyuluhan Secara umum, komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu yang berarti. Dalam kerangka penyuluhan, maka ilmu komunikasi jelas sangat diperlukan sebagai dasar dalam mentransfer pesan yang akan disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Sasaran komunikasi dalam penyuluhan kesehatan adalah masyarakat yang pada umumnya adalah kepala dan ibu rumah tangga, Wanita Usia Subur (WUS), Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan sebagainya. Jika pengertian komunikasi diatas dikaitkan dengan Universitas Sumatera Utara bidang kesehatan secara umum, maka komunikasi penyuluhan di bidang kesehatan dapat diartikan sebagai pernyataan antara manusia, baik secara individu maupun kelompok berkaitan dengan kegiatan penyuluhan di bidang kesehatan yang sifatnya khusus, menyangkut bidang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dengan menggunakan lambang-lambang tertentu (Lucie, 2005) Upaya seseorang atau sekelompok orang untuk dapat memperoleh informasi sekaligus teknologi yang tepat guna dan sesuai dengan kondisi sasaran, hanya dapat dilakukan jika sasaran memperoleh penyuluhan dengan benar. Pemahaman yang mendalam tentang peran penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi, penerangan, perubahan perilaku, sampai proses transformasi sosial (Suriatna, 1988). Menurut Widjaja (1986), komunikasi sebagai bentuk penyampaian pesan, maka perlu diketahui apakah pesan yang disampaikan telah efektif sampai kepada sasaran komunikasi. Untuk hal tersebut, maka seorang komunikator perlu melakukan evaluasi dalam bentuk umpan balik atau Feedback. Umpan balik dari komunikator ke komunikan dapat bersifat langsung (Direct Feed-Back) maupun tidak langsung (Indirect Feed-Back). Dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut : KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN UMPAN BALIK Gambar 1 : Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005). Universitas Sumatera Utara Gambar 1 menunjukkan bahwa seorang komunikator perlu mengetahui secara langsung pesan yang disampaikan kepada komunikan, apakah telah dapat diterima dengan baik dan jelas dalam bentuk umpan balik, sehingga pesan yang disampaikan selanjutnya dapat lebih diperjelas informasinya. KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN PIHAK LAIN III UMPAN BALIK PIHAK LAIN II PIHAK LAIN I Gambar 2 : Umpan Balik Tidak Langsung dari Proses Komunikasi Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005). Gambar 2 menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan apakah pesan tersebut telah mengena pada sasaran, dapat diketahui melalui adanya pihak lain yang memberikan umpan balik pada komunikator, adanya umpan balik memberikan kesempatan atau peluang komunikator untuk melanjutkan pesan atau memperbaiki pesan yang disampaikan sehingga tercapai tujuan (Soekartawi, 1988). Menurut Lucie (2005), didalam membahas faktor efektivitas penyuluhan, maka banyak unsur-unsur yang sangat berperanan dalam tercapainya efektifitas suatu penyuluhan, ada empat unsur yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Metode penyuluhan Menurut Van den Ban dan Hawkins (1996), pilihan seseorang terhadap satu metode/tekhnik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode ada tiga, dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut : Tabel. 2.1. Beberapa Keuntungan dan Kerugian dari Tiga Metode Penyuluhan. Metode 1. Penyuluhan Massal Keuntungan/kebaikan • Tidak terlalu resmi, kesehatan massal • Penuh kepercayaan Kekurangan • Memakan waktu lebih banyak • Biaya lebih besar • Bersifat kurang efisien pengaruhnya 2. Penyuluhan • Relatif lebih efisien, kesehatan • Masalah Kelompok kelompok pengorganisasian • Komunikator tidak tersamar • Pendekatan aktifitas pembentukan kelompok bersama • Kesulitan dalam pengorganisasian aktifitas diskusi • Memerlukan pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis 3. Penyuluhan • Waktu lebih efisien • Komunikator Perorangan • Adanya persiapan yang mantap tersamar • Langsung dapat dirasakan • Sifatnya lebih formal • Pengaruhnya relative sukar • Relatif lebih mudah diukur Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005). Universitas Sumatera Utara Banyak cara dalam menyampaikan informasi melalui pendidikan kesehatan, salah satunya adalah dengan ceramah. Menurut Maulana (2009), ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi berikut : a. Waktu penyampaian informasi terbatas b. Orang yang mendengarkan sudah termotivasi c. Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata d. Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain e. Ingin menambahkan atau menekankan apa-apa yang sudah dipelajari f. Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan apa yang sudah dicapai. g. Sasaran dapat memahami kata-kata yang digunakan. P E N D A H U L U A N Kurang efektif, tidak intensif, kemampuan penyuluhan agar mengetahui dan menaruh perhatian Metode Pendekatan Massal Metode Pendekatan Kelompok Metode Pendekatan Perorangan Kurang efektif, agak intensif, kemampuan penyuluhan mendorong masyarakat agar menilai dan mencoba Efektif, intensif, kemampuan penyuluhan masyarakat mulai menerapkan. KEBERHASILAN Gambar 3 : Keterkaitan Metode Massal, Kelompok, dan Perorangan dengan Keberhasilan Penyuluhan Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005). Universitas Sumatera Utara 2. Media penyuluhan Yaitu alat bantu penyuluhan, yang dalam peranannya berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Menurut Mardikanto (1993), media adalah alat bantu atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah diterima dan dipahami. Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas juga dapat berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah; 2) Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas, terutama jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak. Dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Bendag point. You can Bendathe summary of an • Sampel, model, Specimen (benda yang diawetkan), pamphlet, leaflet, folder, brosur/booklet • Placard, poster, flipchard, photo, flannelgraph, transparency, sheet Alat Peraga Penyuluhan Gambar Diproyeksikan or the summary of m Lambang Grafik the • Slide-film, movie-film, filmstrip, video-film, film televisi/TV • Grafik (garis, batang), diagram, schema, dan peta Gambar 4 : Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005). Universitas Sumatera Utara 3. Materi penyuluhan Yaitu segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, baik yang menyangkut ilmu atau teknologi. Materi yang baik dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, menarik karena dapat memperbaiki produktivitas sumber daya manusia, yang lebih penting lagi dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. Kartasaputra (1994) mengemukakan bahwa, materi penyuluhan agar dapat diterima, dimanfaatkan dan diaplikasikan oleh sasaran penyuluhan dengan baik, harus : a) sesuai dengan kemampuan sasaran penyuluhan; b) tidak bertentangan atau sesuai/selaras dengan adat/kepercayaan yang berkembang di daerah setempat; c) mampu mendatangkan keuntungan; d) bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan sesuai tingkat pengetahuan; e) mengesankan, dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata dan dapat dinikmati. 4. Waktu dan tempat penyuluhan Seorang penyuluh harus mengetahui kapan sasaran ada di lapangan, di rumah dalam keadaan santai, di kantor, ketika berada dalam kegiatan kelompok, sosialisasi masyarakat, dan sebagainya. Komunikasi akan lebih efektif apabila disampaikan secara langsung berhadapan. Menurut penelitian, teknik komunikasi yang efektif adalah dengan mengemukakan kesimpulan komunikasi secara eksplisit kepada subyek yang sikapnya hendak diubah, dan dengan mengulang-ulangargumentasi yang mendukung sikap yang dituju (Middlebrook, 1974). Akan tetapi pengulangan pesan yang terlalu sering justru dapat mendatangkan penolakan dari individu yang dijadikan target. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh (Cacioppo dan Petty, 1979 dalam Azwar Universitas Sumatera Utara 2003) ditemukan bahwa pengulangan akan menaikkan perubahan sikap, tetapi apabila diteruskan maka pengulangan itu justru akan menurun efeknya. Ternyata banyaknya pengulangan yang optimal adalah tiga kali, sedangkan kalau lebih dari tiga kali individu akan mengalami kebosanan dan dapat malah menolak pesan yang disampaikan (Watson, dkk., 1984). 2.3. Media Audio Visual Kata media berasal dari bahasa Latin Medius, yang secara harfiah berarti ”tengah”, ”perantara atau pengatur”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2006). Sedangkan menurut Gerlach & Ely (1971), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual/verbal. Alat-alat audio visual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat didengar dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audiovisual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Sasaran komunikasinya yaitu berupa pengajaran, penerangan dan penyuluhan. Alat-alat audio-visual antara lain termasuk gambar, foto, slide, model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi. Pendidikan visual artinya penyajian pengetahuan melalui pengalaman melihat, atau suatu metode untuk menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologis yang Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya (Machfoedz, dkk., 2005). Media audio dan audio-visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Disamping itu menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, menurut Arsyad (2006). Menurut beberapa faktor dalam filsafat dan sejarah pendidikan, pengetahuan disalurkan ke otak melalui satu indera atau lebih. Para ahli indera berpendapat, bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan inderaindera yang lain. Alat-alat audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada yang disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis. Oleh karena itu alat-alat audio visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti (Lucie, 2005). Salah satu penyebab yang utama dari tidak efisiennya cara belajar dan berkomunikasi adalah bahwa manusia adalah pelupa. Kalau sekiranya anak-anak atau orang dewasa mengekalkan 25% saja lebih banyak dari yang mereka ketahui, keadaan lingkungan kita pasti lebih baik dari sekarang (Suleiman, 1988). Media audio visual mempunyai karakteristik yang melekat padanya, meliputi sifat positif dan negatif; disebut positif karena dapat memperoleh manfaat yang lebih maksimal, jangkauan luas, seketika (serentak), menarik, kontak relatif mudah, efek dramatisasi, penentuan waktu penayangan mudah, gabungan (gambar, suara, gerak, warna, juga tulisan). Sedangkan sifat negatif, sekilas pandang dan dengar, frekuensi harus tinggi, mahal, tidak ada segmentasi, terbatas (harus pendek), membutuhkan waktu produksi yang rumit dan lama (Phyllis, 1989). Universitas Sumatera Utara Menurut Machfoedz, dkk., (2005), alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini disebut “alat peraga” karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dale (1969), membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut pada gambar 5 berikut yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Keterangan : 1) Kata-kata; 2) Tulisan; 3) Rekaman/Radio; 4) Film; 5) Televisi; 6) Pameran; 7) Field Trip 8) Demonstrasi; 9) Sandiwara; 10) Benda Tiruan; 11) Benda Asli. Gambar 5 Sumber : Kerucut Edgar Dale : Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Oleh Machfoedz (2005a), Halaman 84 Promosi Kesehatan Gambar kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk Universitas Sumatera Utara mempersepsikan bahan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa dalam penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan. Penulisan skenario yang perlu diperhatikan antara lain : pemikiran tentang cerita penyuluhan kesehatan, topik atau tema penyuluhan, jalan cerita dan esensi, pengembangan gagasan, penyatuan gagasan dalam urutan yang sesuai, pengembangan cerita dan sebagainya sehingga menarik untuk ditonton. Bahasa yang digunakan untuk pesan penyuluhan kesehatan melalui media audio visual harus menarik, sederhana dan mudah dimengerti, cukup jelas sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, sehingga mampu menggambarkan apa yang menjadi maksud yang sebenarnya, juga harus disesuaikan tampilan jenis gambar. Pengaturan audio visual dengan baik dapat memberi berbagai makna dalam suatu arus informasi yang berkualitas sehingga bisa diterima dalam belajar dan memungkinkan keadaan lebih baik (Norfolk, 2004). Pengaruh media audio visual paling lekat berhubungan dengan perilaku suatu propaganda. Media audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan, misalnya perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi tahap bertahan, menguatkan nilai, menengahi faktor, mempengaruhi perspektif psikologis. Mengkonstruksi pendengar untuk membentuk pandangan mereka sendiri tentang kenyataan sosial di tempat mereka berinteraksi dengan simbol yang ditawarkan media (Boyd, dkk., 1987). Alat visual untuk mengkonkritkan suatu ajaran dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga dikenal adanya alat audio visual atau Audio Visual Universitas Sumatera Utara Aids (AVA). Video sistem dalam penggunaannya sebagai peralatan putar ulang dari suatu program (rekaman), terdiri dari minimal satu buah video tape recorder (video cassette recorder/VCR) dan satu buah monitor atau lebih. Berbagai jenis VCR yang ada di pasaran dibuat dengan berbagai tujuan penggunaannya. Ada yang untuk keperluan broadcast, untuk keperluan pendidikan, pengajaran, penyuluhan, keperluan industri dan keperluan rumah tangga atau hiburan (Sadiman, dkk., 2003). Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Mahfoedz, dkk., 2005). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Feby. Dkk., (2004) pada post-test menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata pengetahuan pada kelompok intervensi lebih tinggi (21,61) dibandingkan dengan kelompok control (20,35). Promosi kesehatan melalui ceramah dibantu VCD dan Leaflet ternyata lebih meningkatkan pengetahuan guru penjakes tentang GAKI dibandingkan kelompok yang hanya mendapat promosi melalui ceramah dibantu media VCD. Hasil penelitian dilakukan oleh Pelto, dkk. (2004) menunjukkan bahwa dengan intervensi training konseling nutrisi merubah perilaku dokter dan memperbaiki pengetahuan pemberi perawatan, hasilnya ibu yang menerima nasehat dari perawat yang terlatih memiliki tingkat pengingatan pesan tinggi terhadap makanan khusus yaitu dari 27% menjadi 95%, praktek asupan dan rekomendasi penyajian makanan dari 20% menjadi 90% serta proporsi pesan yang diingat mengenai pentingnya ibu menyusui anak dari 30% menjadi 60%. Audio visual merupakan alat bantu yang paling tepat saat ini. Seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat dan pembuatan/pemakaian media audio visual tidaklah begitu Universitas Sumatera Utara mahal lagi. Sebagian besar masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan memiliki sarana Audio visual dirumah masing-masing (Arsyad, 2006). 2.4. Media Poster Kalender Menurut Angkowo dkk (2007), Sutikno (2009), yang membagi media berdasarkan jenisnya, media poster dan leafleat merupakan media gambar. Raharjo (1991) dalam Junita (2009) berdasarkan jenis media, poster dan leafleat merupakan media visual. Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan pembuatan dan penggunaan media, poster dan leafleat merupakan alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dan dapat dipergunakan di berbagai tempat. Menurut Sadiman (2003) dalam Junita (2009) media poster dan leafleat merupakan media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Menurut Smaldiono (2005) dalam Herliana (2007) mengemukakan bahwa media poster dan leafleat merupakan media yang dapat disajikan dalam berbagai format. Taufik (2007) menjelaskan bahwa media poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat. Poster Kalender adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, pesan-pesan kesehatan dan Kalender selama 1 tahun, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar tertarik pada suatu objek materi yang diinformasikan. Munir (2000), meneliti tentang pengaruh model pelatihan jarak jauh dan klasikal terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan tata laksana infeksi saluran pernafasan akut balita bagi paramedis di Kabupaten Karanganyar. Media yang dipakai adalah media film. Hasilnya menunjukkan bahwa model pelatihan klasikal disertai dengan media film tentang infeksi saluran pernafasan akut Universitas Sumatera Utara balita dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan bagi paramedis. Dewi (2004), meneliti upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada ibu balita dalam pemberian makanan sumber vitamin A alami. Metode yang dipakai adalah ceramah dengan media modul, subyek penelitian ibu balita. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan metode ceramah dengan media modul dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kemudian Sulistyanto (2006), meneliti tentang pengaruh pelatihan kader dengan media audio visual terhadap pengetahuan, sikap serta perilaku kader posyandu di Kecamatan Sintang Propinsi Kalimantan Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan dengan media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kader Posyandu. Berdasarkan hasil beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran perlu dipertimbangkan secara mendasar karena tidak satupun media pembelajaran yang cocok untuk semua individu, segala keadaan, segala macam karakteristik peserta didik dan segala tujuan yang ingin dicapai, media pembelajaran dapat dianggap sebagai salah satu komponen penting pada kegiatan pembelajaran dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang dipakai seorang pendidik merupakan hal yang paling esensial dalam menyajikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Tiap orang yang dididik memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatan, kemampuan dan minat membaca. Dengan variasi di dalam pendidikan kelemahan indera yang dimiliki peserta didik dapat dikurangi. Untuk mendapat perhatian peserta pendidik dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis dan menggunakan media serta dilanjutkan Universitas Sumatera Utara dengan melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap indera peserta (Sutikno, 2009). 2.5. Perilaku Menurut Blum (1974), dalam Maulana (2009), perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif ( sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan). Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, dari guru, orang tua, teman, buku dan media massa (WHO, 1992). Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif memiliki enam tingkatan yaitu : 1) tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2) memahami, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar; 3) aplikasi, yaitu mampu menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam Universitas Sumatera Utara situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah; 4) analisis, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subyek kendala komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya; 5) sintesis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6) evaluasi, yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi (Green & Lewis, 1986). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Azwar, 2003). Sedangkan menurut Simon-Morton, dkk., (1995), pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup. Menurut Widayatun (1999), sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak. Sikap juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberi pengaruh dinamika atau terarah terhadap respons individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1996), sikap dapat pula didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanent mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Universitas Sumatera Utara Sikap mempunyai fungsi yang berbeda bagi setiap orang yaitu : 1) pengetahuan; dengan sikapnya, seseorang akan mampu mengorganisasikan dan menginterpretasikan berbagai macam informasi yang diterima, 2) ekspresi diri; sehingga individu dapat menyatakan nilai-nilai atau keyakinannya, 3) sarana peningkatan harga diri; dengan mengetahui fungsi sikap bagi seseorang maka komunikator dapat menentukan strategi komunikasi yang tepat dengan memberikan pesan persuasi yang berisi informasi yang relevan bagi fungsi sikap yang bersangkutan (Azwar, 2003). Menurut Walgito (2003), ada beberapa faktor determinan sikap yang dianggap penting, yaitu : 1) Faktor fisiologis, seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap seseorang. Berkaitan dengan ini adalah faktor umur dan kesehatan. Pada umunya orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan pada orang dewasa sikapnya lebih moderat; 2) Faktor pengalaman langsung terhadap obyek sikap akan dipengaruhi langsung oleh pengalaman orang yang bersangkutan dengan obyek tersebut; 3) Faktor kerangka acuan, merupakan faktor penting dalam sikap seseorang, karena kerangka acuan ini berperan terhadap obyek sikap; dan 4) Faktor komunikasi sosial yang berwujud informasi seseorang kepada orang lain. Menurut Mantra (1997), perilaku manusia adalah respons individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku manusia itu sesuatu yang unik dan khusus, artinya dia tidak sama antar dan inter manusia baik dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian (Widayatun, 1999). Tindakan manusia ada tiga jenis yaitu : 1) tindakan ideal, artinya tindakan yang dapat diamati yang dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah; 2) Tindakan sekarang, artinya perilaku yang Universitas Sumatera Utara dilaksanakan saat ini, dan 3) tindakan yang diharapkan, yakni tindakan yang diharapkan dilaksanakan oleh sasaran (Azwar, 2003). Kurt Lewin dalam Brigham (1991), merumuskan suatu model hubungan tindakan yang mengatakan bahwa tindakan (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E) yaitu : B=f (P.E) Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, biografik, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan tindakan. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan tindakan, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi tindakan lebih kompleks. Menurut Sutarlinah (1983), perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan merupakan proses belajar yang ditujukan untuk peningkatan, pemeliharaan, pengurangan, dan penghilangan serta perkembangan dari tingkah laku lama. Menurut Mantra (1997), ada beberapa rangsangan yang dapat menyebabkan orang berubah pengetahuan, sikap dan tindakan, yaitu : 1) rangsangan fisik; 2) rangsangan rasional; 3) rangsangan emosional; 4) ketrampilan; 5) jaringan perorangan dan keluarga; 6) struktur sosial; 7) biaya; dan 8) perilaku yang bersaing. Pendidikan bukanlah satu-satunya cara merubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau kelompok, namun secara umum ada tiga macam cara untuk merubah individu atau kelompok yaitu menggunakan kekuasaan atau kekuatan, memberikan informasi, diskusi dan partisipasi (Sarwono, 1997). Universitas Sumatera Utara Menurut Rukminto (2001), merencanakan perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan pada individu atau pada sekelompok masyarakat melalui intervensi komunitas tidak mudah. Pada kenyataan di lapangan, ada berbagai kendala yang sering ditemui, kendala tersebut meliputi kendala yang berasal dari kepribadian individu dan kendala yang berasal dari sistem sosial yang berkembang dilingkungan kelompok masyarakat tersebut. Kendala individu antara lain adalah kestabilan, kebiasaan, hal-hal utama yang diyakini, seleksi ingatan dan persepsi, ketergantungan, superego, rasa tidak percaya serta rasa tidak aman. Kendala sistem sosial antara lain meliputi kesepakatan terhadap norma tertentu, kesatuan dan kepatuhan terhadap sistem dan budaya, hal-hal yang bersifat sakral, kelompok kepentingan, penolakan terhadap orang luar yang datang ke dalam komunitas tersebut. 2.6 Pengertian dan Tanda-tanda Gizi Buruk Menurut Arisman (2004), gizi buruk adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan, pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada semua golongan umur (anak dan orang dewasa). Kondisi kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi atau protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), cara menghitungnya yaitu : 1. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan, bila perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standart WHONCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut terkena gizi buruk. Universitas Sumatera Utara 2. Dengan mengukur tinggi badan dan lingkar lengan atas bila tidak sesuai dengan standart anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk. Menurut Budiarso (1986), penyebab utama dari gizi kurang dan buruk adalah tidak sesuainya zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Akan tetapi kejadiannya bukanlah akibat satu sebab saja, melainkan juga ada penyebabpenyebab lain yang mendorong terjadinya, antara lain adanya berbagai penyakit infeksi pada anak seperti campak, diare yang hebat. Konsekuensi masalah kurang gizi dapat dilihat pada gambar 6 sebagai berikut : Pertumbuhan terganggu Rentan terhadap penyakit Kecerdasan terhambat Perkembangan terganggu Resiko kematian meningkat pada balita gizi buruk GIZI KURANG & GIZI BURUK DADAFAFAan interesting Penyakit infeksi Asupan Energi, protein dan zat gizi mikro kurang Gambar 6 : Konsekuensi Masalah Kurang Gizi Sumber : Survei Kesehatan Rumah Kesehatan Oleh Budiarso (1986). Tangga, Buletin Penelitian Universitas Sumatera Utara Menurut hasil penelitian Butte, dkk., (2001), bahwa peran Air Susu Ibu (ASI) menunjang pertumbuhan anak sampai usia 4 bulan di Texas. Pertumbuhan bayi yang diamati ternyata sesuai dengan standart NCHS. Ditunjukkan pula hubungan antara asupan ASI dengan pertumbuhan. Pada penelitian yang dikerjakan oleh peneliti lain menunjukkan rasio berat badan 10-30% lebih tinggi pada bayi yang mendapatkan ASI dibandingkan dengan yang mendapat susu formula. Ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI lebih efisien menggunakan energi. Penelitian lain yang dilakukan di Washington DC-Baltimore oleh Ahn dan MacLean (2001), bahwa pada kelompok sosial ekonomi tinggi, kurva berat badan dan panjang badan anak bertambah dengan lama pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan akan menjamin pertumbuhan normal anak. Indonesia sebagai negara sedang berkembang lainnya mempunyai masalah gizi cukup besar, ditandai masih banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita dan anak usia sekolah. Anak yang menderita kurang gizi akan berdampak pada pertumbuhan, kecerdasan, dan rentan penyakit terlebih lagi apabila kekurangan gizi terjadi sejak masa janin dalam kandungan, kemungkinan besar terjadi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 2500 gram. Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 7 (Susenas, 2000) : Universitas Sumatera Utara Gizi Buruk pada Ibu Hamil Gizi Buruk pada Bayi dan Balita Kematian Ibu dan Bayi Menurunnya Kualitas SDM Indonesia Bahkan “Lost Generation” Gambar 7 : Hubungan Penderita Kurang Gizi dengan terjadinya BBLR Sumber : Penanggulangan Masalah Gizi Buruk, Revitalisasi Puskesmas Dan Posyandu oleh Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat (2005). 2.7. Landasan Teori Menurut Blum (1974) dalam Soekijo (2003) rangka meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan buruk, memerlukan intervensi salah satunya dengan upaya edukasi(education) yaitu upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan . Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan). Universitas Sumatera Utara Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Media audio visual adalah sasaran komunikasi berupa pengajaran, penerangan dan penyuluhan. Alat-alat audio-visual antara lain termasuk gambar, foto, slide, model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi. Pendidikan visual artinya penyajian pengetahuan melalui pengalaman melihat, atau suatu metode untuk menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologis yang menyatakan bahwa seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya (Machfoedz, 2009). Poster Kalender adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, pesan-pesan kesehatan dan Kalender selama 1 tahun, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar tertarik pada suatu objek materi yang diinformasikan. Universitas Sumatera Utara 2.8. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori maka kerangka konsep penelitian ini adalah : Variabel Independen Variabel Dependen Penyuluhan dengan ceramah disertai media audio visual Perilaku - Pengetahuan - Sikap - Tindakan Penyuluhan dengan ceramah disertai poster kalender Gambar 8 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Metode Ceramah dengan Media Audio Visual dan dengan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa metode ceramah dengan media audio visual dan metode ceramah dengan media poster kalender diharapkan mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu. Universitas Sumatera Utara