BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini masalah gigi dan mulut masih menjadi masalah nasional di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9% dan hanya 31,1% saja masyarakat yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi (dokter gigi spesialis, dokter gigi, dan perawat gigi) (Kemenkes, 2013). Hasil penelitian Situmorang tahun 2004 pada masyarakat di 2 kecamatan Kota Medan menunjukkan tingginya prevalensi penyakit periodontal sebesar 96,58% dengan kebutuhan perawatan karang gigi sebesar 85,18% (Situmorang, 2005). Rongga mulut merupakan tempat berkumpulnya bakteri yang jumlahnya mencapai ratusan juta dan berfungsi sebagai pintu masuk dari bakteri penyebab penyakit ke bagian tubuh lainnya misalnya jantung yang dapat menyebar melalui aliran darah (bakteremia). Teori fokal infeksi menyebutkan bahwa infeksi di rongga mulut bertanggung jawab terhadap kejadian dan perkembangan penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan diabetes sehingga kesehatan rongga mulut tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan sistemik seseorang (cit. Pintauli dan Hamada, 2012). Seseorang dengan penyakit sistemik yang harus dikompromikan terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan medis yang menyebabkan keterbatasan melakukan aktivitas normal sehari-hari disebut sebagai pasien kompromis medis (Harris dan Garcia-Gordoy, 2004; Lockhart, 2013). Prevalensi pasien kompromis medis pada penelitian Rhodus et al. tahun 1989 adalah 24,6%, penelitian Smeets et al., tahun 1998 di Belanda adalah 28,2% (cit. Bhateja, 2012), penelitian Dhanuthai et al. tahun 2002-2004 di Thailand adalah 12,2% (Dhanuthai et al., 2009), penelitian Batheja tahun 2009-2010 di India adalah 1,02% (Bhateja, 2012), dan penelitian Shakir et al. tahun 2011 di Pakistan adalah 13,79% (Shakir et al., 2011). Meskipun prevalensi pasien kompromis medis pada pasien gigi tidak tinggi, namun beberapa pasien dengan kondisi kompromis medis kemungkinan memerlukan perawatan khusus ataupun obat-obatan tertentu terhadap kesehatan umum dan giginya (Bhateja, 2012). Kondisi kompromis medis dikategorikan ke dalam 8 kelompok yaitu: (1) gangguan kardiovaskuler, (2) gangguan perdarahan, (3) gangguan pernafasan, (4) gangguan endokrin, (5) gangguan sistem imun, (6) gangguan neurologi, (7) gangguan pencernaan, dan (8) gangguan ginjal. Namun, umumnya gangguan kardiovaskuler (penyakit jantung) dan gangguan endokrin (diabetes) merupakan kondisi kompromis medis yang sering terjadi (Broderick, 2009; Shakir et al., 2011). Peningkatan risiko terhadap kejadian penyakit jantung dan Diabetes melitus (DM) tipe 2 disebut juga sebagai sindrom metabolik (Tremblay et al., 2011). Hasil penelitian Dhanuthai et al. tahun 2002-2004 di Thailand menyatakan penyakit jantung (32,94%) dan diabetes (17,94%) sebagai kondisi kompromis medis yang paling umum terjadi (Dhanuthai et al., 2009). Pernyataan ini didukung oleh penelitian Batheja tahun 2009-2010 di India dan Shakir et al. tahun 2011 di Pakistan dengan persentase penyakit jantung (57,87% dan 90,81%) serta diabetes (35,73% dan 44,13%) (Bhateja, 2012; Shakir et al., 2011). Kesehatan mulut tidak hanya diperoleh dari kebersihan gigi saja tetapi juga penilaian secara menyeluruh terhadap gingiva, lidah, palatum, dan semua jaringan lunak yang ada di rongga mulut. Pemeliharaan kesehatan mulut yang dilakukan oleh pasien rawat inap, terutama pasien kompromis medis dapat mengurangi terjadinya risiko infeksi oral dan sistemik (Huskinson dan Lloyd, 2009). Umumnya masyarakat Indonesia menyikat gigi setiap hari, namun hanya 2,3% yang menyikat gigi dengan benar. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mulut (Kemenkes, 2013). de Oliveira et al. menyatakan bahwa seseorang dengan oral higiene buruk yang menyikat gigi hanya satu kali sehari memiliki peningkatan risiko 70% terhadap kejadian penyakit jantung dibandingkan dengan seseorang yang menyikat gigi 2 kali sehari (de Oliveira et al., 2010). Penelitian Neto et al. tahun 2011 yang dilakukan di Rumah Sakit Londrina Brazil menemukan bahwa status kesehatan mulut pasien rawat inap di rumah sakit buruk dan sebagian besar pasien membutuhkan perawatan kesehatan mulut, terlihat dari odds ratio oral higiene terhadap lesi oral (OR=3,11) dan oral higiene terhadap penyakit periodontal (OR=2,10). Oral higiene yang buruk dan akumulasi plak gigi sebagai penyebab utama terjadinya inflamasi gingiva serta termasuk faktor risiko memburuknya status kesehatan sistemik seseorang (Neto et al., 2011). Hasil penelitian Marjanovic dan Buhlin tahun 2013 pada pasien dengan diagnosis penyakit jantung dan DM yang berobat ke Fakultas Kedokteran Gigi Karolinska Swedia menunjukkan sebanyak 44,3% pasien penyakit jantung dan 21,2% pasien DM menderita periodontitis dengan odds ratio periodontitis terhadap penyakit jantung (OR=1,79) dan DM (OR=2,95) (Marjanovic dan Buhlin, 2013). Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2008, sekitar 17,3 juta jiwa atau 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung dan sekitar 7,3 juta jiwa kematian disebabkan penyakit jantung koroner. Diperkirakan tahun 2030 saat populasi penduduk mencapai 8,2 miliar jiwa, sekitar 32,5% kematian disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2011; Fauci et al., 2008). Penelitian de Stefano et al. menemukan penderita periodontitis mempunyai peluang 25% dan risiko 2 kali lebih besar pada pasien penderita penyakit jantung yang berusia di atas 50 tahun dibandingkan penyakit periodontal lainnya (cit. Pintauli dan Hamada, 2012). Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), tahun 2013 penderita DM di dunia mencapai 382 juta jiwa atau 8,3% penduduk dan menyebabkan 5,1 juta kematian serta diperkirakan tahun 2035 akan mencapai 592 juta jiwa. Indonesia, tahun 2013 berada pada peringkat 7 penderita DM terbanyak di dunia hingga mencapai 8,5 juta jiwa dan diperkirakan tahun 2035 akan berada pada peringkat 6 mencapai 14,1 juta jiwa terutama jenis DM tipe 2 yang hampir 90% dari keseluruhan penderita diabetes seluruh dunia (Broderick, 2009; cit. Sudoyo dkk., 2010; Intern Diabet Fed, 2013). Penelitian Hidayati dkk. di RSUD dr. Soetomo Surabaya menyatakan adanya hubungan oral higiene dengan periodontitis pada penderita DM tipe 2, terlihat dari odds rationya (OR=2,80) (Hidayati dkk., 2008). Sebagian besar masyarakat jarang melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin sehingga tidak menyadari bahwa mereka mengalami gejala awal penyakit kompromis medis seperti penyakit jantung atau diabetes yang jika tidak diketahui akan mengganggu kesehatan rongga mulutnya (Bhateja, 2012). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti tertarik untuk menganalisis bagaimana status oral higiene dan periodontal berdasarkan perilaku pasien kompromis medis rawat inap di rumah sakit terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status oral higiene dan periodontal pada pasien kompromis dan non kompromis medis rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum: Mengetahui hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status oral higiene dan periodontal pada pasien kompromis dan non kompromis medis rawat inap di RSUPHAM Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus: 1. Mengetahui rerata skor oral higiene dan periodontal pada pasien kompromis dan non kompromis medis rawat inap di RSUPHAM Medan. 2. Mengetahui gambaran perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada pasien kompromis dan non kompromis medis rawat inap di RSUPHAM Medan. 3. Mengetahui perbedaan status oral higiene dan periodontal pada pasien kompromis dan non kompromis medis rawat inap di RSUPHAM Medan? 4. Menganalisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status oral higiene pada pasien kompromis dan non kompromis medis rawat inap di RSUPHAM Medan. 5. Menganalisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status periodontal pada pasien kompromis dan non kompromis medis rawat inap di RSUPHAM Medan. 6. Mengetahui odds ratio oral higiene dan penyakit periodontal pada pasien kompromis dan non kompromis medis rawat inap di rumah sakit. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak Rumah Sakit diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi pelaksanaan prosedur pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebagai prosedur standar pasien rawat inap di rumah sakit untuk mencegah dan mengendalikan penyakit periodontal yang berhubungan dengan penyakit kompromis medis. 2. Bagi masyarakat khususnya pasien rumah sakit diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan baru mengenai kesehatan gigi dan mulut serta hubungannya dengan penyakit kompromis medis agar dapat meningkatkan perilaku pasien dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya. 3. Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian mengenai perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien kompromis dan non kompromis medis yang dirawat inap di rumah sakit.