DM - ETD UGM

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005). Penyakit
ini dibedakan menjadi 2 jenis yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 2
sering kali tidak dapat dirasakan gejala gejalanya pada stadium awal dan tetap
tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun sampai terjadi bermacam-macam
komplikasi, bahkan sampai terjadi kematian. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau
kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan
pembuluh darah (Soegondo S, 2009)
Kasus DM ini semakin meningkat dari tahun ke tahun, secara
epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004).
Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54
tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. dan daerah
pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Penelitian Departemen Kesehatan pada tahun 2001, jumlah penderita
diabetes mellitus di Indonesia diperkirakan akan meningkat secara signifikan,
hal ini dipicu oleh faktor-faktor seperti demografi, gaya hidup. Menurut data
WHO (World Health Organisation) bahwa Indonesia akan menempati
peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4
juta jiwa pada tahun 2025, naik dua tingkat dibanding tahun 1995. (Rosyid,
2010).
Percepatan naiknya prevalensi penderita DM dipicu oleh pola makan
yang salah, dimana pada saat sekarang banyak masyarakat yang kurang
menyediakan
makanan
berserat,
banyak
konsumsi
makanan
yang
mengandung kolesterol, lemak jenuh, dan natrium, diperparah lagi dengan
seringnya konsumsi makanan dan minuman yang kaya akan gula (Qurratueni,
2009). Menurut WHO 1994, banyaknya konsumsi makanan dengan lemak
jenuh tinggi dan rendah serat akan memicu menurunnya kesensitifan insulin
dan ketidaknormalan glukosa darah.
Berdasar pada Konsensus Pengelolaan DM tipe 2 tahun 2011, dalam
tata laksana DM terdapat 4 pilar DM yang harus dilakukan dengan tepat yaitu
edukasi, terapi gizi
medis (perencanaan makan), latihan jasmani dan
intervensi farmakologis (pengobatan).
Dari survei yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dengan
pasien DM, sebagian besar pasien memiliki kebingungan dalam menentukan
menu makanan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan mereka, baik jenis,
jumlah dan jadwalnya, dan sikap pasien terbagi menjadi 2 yaitu anti terhadap
semua makanan sehingga status gizi menurun dan makan semua jenis
makanan sebagai kompensasi karena glukosa darah sulit terkontrol. Kedua
kondisi ini pastinya tidak baik untuk pengendalian glukosa darah pasien. Hal
tersebutlah yang mendasari peneliti tertarik untuk membuatkan daftar menu
diet DM untuk pasien DM yang glukosa darahnya tidak terkendali.
Akan tetapi walaupun telah mendapatkan penyuluhan tentang
perencanaan makan dalam bentuk daftar menu diet, lebih dari 50% pasien
tidak melaksanakannya (Anggraini, 2010). Agar pasien DM mematuhi
perencanaan makan yang sudah dibuatkan perlu adanya pengetahuan dan
pemahaman yang baik dari tiap-tiap pasien melalui edukasi yang dilakukan
oleh tim dokter (Riskawati,2001). Dengan memahami seluruh aspek diabetes,
khususnya pengelolaannya, diharapkan upaya edukasi mengenai perencanaan
makan akan lebih dipahami dan dilaksanakan oleh para penyandang
diabetes.(Anggraini, 2010), dan edukasi merupakan salah satu pilar dalam
pelaksanaan DM sehingga mutlak harus dilakukan.
Edukasi
diabetes
adalah
pendidikan
dan
latihan
mengenai
pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan DM (Suyono, 2002).
Edukasi atau penyuluhan diabetes dapat dilakukan kepada penyandang dan
keluarganya dengan cara tatap muka didukung dengan penyediaan bahan-
bahan edukasi. Tatap muka dapat dilaksanakan secara berkelompok atau
perseorangan (konseling) (Basuki 2009).
Konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan
empat mata atau tatap muka antara konselor dengan klien yang dilakukan
dalam suasana keahlian agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan
diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat kini dan di masa
mendatang (Sukardi, 2000) atau bisa dilkatakan bahwa konseling merupakan
penyuluhan yang dilakukan dengan tatap muka secara perseorangan.
Beberapa penelitian yang dilakukan pada umumnya menerapkan
edukasi dengan satu metode yaitu kuliah in class saja atau langsung edukasi
perseorangan (konseling) saja, sehingga sejauh mana pengaruh konseling
kurang dapat dipastikan, karena perbedaan antara pasien yang mendapatkan
kuliah tanpa konseling dengan pasien yang mendapatkan kuliah plus
konseling tidak diketahui. Atas dasar hal tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini, dengan mengangkat judul : Pengaruh Konseling
dalam Edukasi Daftar Menu Diet DM terhadap Pengendalian Glukosa Darah
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Praktek Dokter Keluarga BPJS.
B. Manfaat Penelitian
1. Membantu pasien dalam perencanaan makan dengan menu diet seharihari yang sesuai dengan kebutuhan kalorinya, mudah didapatkan sehingga
pasien tidak mengalami kebingungan sehingga kadar glukosa darah dapat
dikendalikan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi praktisi kesehatan
seperti dokter dan ahli gizi dalam rangka memudahkan pasien DM
menjalankan terapi diet.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian
lanjutan terkait perencanaan makan bagi pasien DM tipe 2.
C. Keaslian Penelitian
NO
1
Judul , Pengarang
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Pengaruh edukasi gizi
Edukasi
Eksperimental.
Tidak
terhadap pengetahuan,
meningkatkan
Pre and post test
kelompok kontrol.
pola makan dan kadar
pengetahuan,
desain.
Edukasi selama 21
glukosa darah pasien
memperbaiki pola
Jumlah sampel 30
hari
Diabetes melitus tipe
makan,
an.
Tidak
2
menurunkan gula
RSUD
Lanto’dg
Pasewang
Jeneponto
Mubarti
dan
memakai
mngukur
HbA1c.
darah
Setiawati
Media Gizi Indonesia
vol 2 2013.
2
Pengaruh
konseling
Terdapat pengaruh
Metode
yang
signifikan
menggunakan
perubahan kadar gula
antara
konseling
konseling
darah
dengan
gizi
terhadap
berdasarkan
pengetahuan
dan
kepatuhan diet pasien
edukasi
gula
Wayan
observasional, one
post test.
darah.
Tanpa kontrol
Tidak
di RSUD Kabupaten
Putu
Penelitian
grup, pre test and
pengaturan
DM di poliklinik gizi
Karangasem.
Jumlah sampel 35
mengukur
HbA1C
Desak
Sukraniti,
I
Ambartana.
2010
3
Weekly
lifestyle
counselling improves
glucose level in type 2
diabetes
mellitus
Nuggetsiana
Setyawati, dkk dalam
gaya
hidup
dan
modifikasi
diet
memiliki
efek
yang
patient.
Amalia
Konseling
bermakna
terhadap
gula darah
kadar
Ada
kontrol
kelompok
Randomized
controlled trial.
Jumlah sampel 26.
Kelompok
intervensi
mendapatkan
konseling
dan
edukasi mingguan.
jurnal
Universa
Medicina 2013
Kelompok kontrol
mendapatkan
konseling
dan.edukasi
satu kali.
cuma
Download