Artikel Pendidikan 59 FINANCIAL VALUE ADDED : PARADIGMA BARU PENGUKURAN KINERJA DAN NILAI TAMBAH PERUSAHAAN Oleh: I Made Murjana Dosen STIE AMM Mataram Abstrak: Salah satu alasan seorang investor menanamkan dananya di suatu perusahaan adalah karena perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Dengan kineja yang baik akan dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya. Metode konvensional yang telah banyak dipergunakan untuk menilai kinerrja keuangan melalui penggunaan rasio keuangan. Perhitungan rasio keuangan ini dapat dengn mudah dilakukan, Namun kelemahan metode ini tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat.Konsep baru dalam pengukuran kinerja keuangan adalah dengan konsep value based. Salah satu konsep baru yang sudah mulai banyak ditelaah baik secara konsepsional maupun empiris adalah Ekonomic Value Added (EVA). Konsep nilai tambah perusahaan yang belum banyak dikaji adalah konsep pengukuran nilai tambah perusahaan dengan menggunakan Financial Value Added (FVA). Kajian ini akan menjelaskan secara detail bagaimana mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan berdasarkan FVA yang dikaitkan dengan keputusan-keputusan dalam manajemen keuangan. Namun sebeumnya akan dijelaskan pengukuran dengan menggunakan rasio keuangan dan EVA sebagai pembanding. Kata kunci : Financial Ratio, Economic Value Added, Financial Value Added. PENDAHULUAN Tujuan perusahaan yang hanya menghasilkan laba sebesar-besarnya sudah kurang relevan lagi di masa sekarang karena tanggung jawab perusahaan tidaklah hanya kepada pemilik saja, melainkan tanggung jawab kepada seluruh stakeholder menjadi sangat penting sehingga hal ini menuntut perusahaan untuk menimbang semua strategi yang diambil. Berdasarkah hal tersebut maka tujuan yang sesuai adalah untuk memaksimalkan nilai suatu perusahaan Pengukuran kinerja keuangan perusahaan sangat penting dilakukan untuk menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan tersebut. Pengukuran keuangan lebih banyak dilakukan melalui pendekatan ratio keuangan seperti ratio likwiditas, solvabilitas/leverage, aktivitas maupun ratio profitabilitas. Pengukuran melalui pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya mudah dalam perhitungannya selama data historis tersedia, sedangkan kelemahannya adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat karena data yang dIgunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran/estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat. Untuk mengatasi berbagai permasalahaan yang timbul dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan data akuntansi, maka timbulah pemikiran menggunakan nilai (value based) dalam pengukuran pengelolaan modalnya, rencana pembiayaaan, wahana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan insentif bagi karyawan ( Amin Wijaya : 2001). Dengan value based sebagai alat ukur, pihak manajemen dituntut mampu meningkatkan nilai perusahaan. Pengukuran yang telah banyak dikemukakan dalam bebagai tulisan adalah Model EVA (Economic Value Added ). Paradigma yang belum banyak dibicarakan adalah model (FVA) Financial Value Added dan ( NVA).Net Value Added. Dalam kajian ini penulis khusus akan memaparkan pengukuran value added dengan menggunakan Financial Value Added, namun sebelum itu akan diuraikan pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan financial ratio dan pengukuran nilai tambah dengan menggunakan Economic Value Added sebagai dasar pembanding. PEMBAHASAN a. Financial Ratio Metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah dengan menggunakan pendekatan analisis financial ratio, Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menghitung berbagai macam ratio dimana data yang 60 Media Bina Ilmiah dianalisis diambil dari laporan keuangan perusahaan bersangkutan. Bambang Riyanto (1986) mengelompokkan rasio keuangan dalam enam (6) kelompok, yaitu : likwidity ratio,assets activity, leverage ratio, coverage ratio, profitability ratio dan market value ratio. Penggunaan financial ratio sangat penting dalam membantu perusahaan di dalam mengidentifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan perusahaan( Keon, 1996 : 94), disamping itu beliau juga mengatakan bahwa ada dua cara untuk membandingkan data laporan keuangan perusahaan yaitu 1). Dengan analisis trend yaitu membandingkan financial ratio antar waktu, dan 2). Dengan analisis Comparative, yakni membandingkan financial ratio suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Kelebihan dari penggunaan financial ratio sebagai pengukur kinerja keuangan adalah mudah dalam proses perhitungannya, selama data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap. Namun disisi lain terdapat juga kelemahan-kelemahannya. b. Kelemahan Financial Ratio. Kelemahan financial ratio karena perhitungannya berdasarkan data akuntansi yang dihasilkan dari nilai buku. Dengan demikian nilainya tidaklah mencerminkan yang ada di pasar. Misalkan : jika terdapat dua perusahaan yang identik, baik assets maupun struktur modalnya, namun berbeda waktu pendiriannya,maka perusahaan yang lebih dahulu berdiri memiliki laba bersih yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berdiri kemudian. Hal ini dapat dipahami, karena perusahaan yang lebih dahulu berdiri cendrung memiliki nilai penyusutan yang lebih kecil. Distorsi lain dari penggunaan data akuntansi adalah dalam penggunaan metode penyusutan maupun metode penilaian persediaan. Metode penyusutan saldo menurun akan menghasilkan laba lebih besar pada akhir umur ekonomis aktiva dibanding metode garis lurus mengakibatkan biaya penyusutan realtif stabil sepanjang umur aktiva bersangkutan. Dalam kondisi dimana harga barang cendrung naik, peng gunaan LIFO dalam menghitung persediaan akan menyebabkan beban pokok penjualan menjadi rendah sehingga beban pajak dan laba perusahaan juga akan berpengaruh. Dari pemaparan itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode penyusutan yang berbeda dalam menilai persediaan pada perusahaan yang berbedabeda akan menghasilkan keuntungan yang berbeda pula. Sehingga itulah sulitnya membandingkan kinerja perusahaan dengan menggunakan financial ratio tidak dapat menghasilkan nilai pengukuran yang akurat . c. Economic Value Added Istilah model EVA pertama kali dipopulerkan ole Stern Steward Management service yang merupakan perusahaan konsultan dari Amerika Serikat pada tahun 1980. Model EVA ini telah lama dikenal oleh para ekonom sebagai economic profit yaitu nilai profit yang melebihi ( kurang dari) tingkat pengembalian minimum yang bisa diperoleh (diderita) oleh pemegang saham dan kreditor dengan berivestasi di sekuritas lain yang mempunyai resiko sebanding ( operating cost) Dalam manajemen Keuangan, model ini juga telah populer sebagai alat untuk menilai kinerja (performance) suatu pusat investasi. Model EVA merupakan alternatif yang lebih baik dalam menilai kinerja manajer divisi dibandingkan dengan ROI. Dengan penilaian berdasar ROI, manajer divisi enggan melakukan investasi karena akan menurunkan ROI divisi, meskipun dapat menaikkan laba perusahaan secara keseluruhan ( hansen & Mowen, 2000). Secara umum EVA merupakan tujuan corperate untuk meningkatkannilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih antara laba operasi setelah pajak ( after tax operating income) dengan total biaya ( total cost of capital). Total biaya capital merupakan tingkat biaya modal dikalikan dengan total modal yang diinvestasikan ( utama, 1977 ). Perhitungan EVA dalam berbagai kondisi tidak harus persis sama dengan rumus tersebut karena terdapat penyesuaianpenyesuaian. Oleh karena itu beberapa perusahaan mempunyai versi berbeda dalam menghitung EVA dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian, misalnya Lee dalam Utama (1977) menghitung EVA = ( tingkat pengembalian atas modal – tingkat biaya modal ) x total modal. Jika EVA positif berarti terdapat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih tinggi daripada tingkat pengembalian modal yang diminta investor, yang berarti perusahaan telah memaksimumkan nilai perusahaan. Demikian sebaliknya jika EVA negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sehingga tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut investor, yang berarti perusahaan tidak berhasil menciptakan ng dapat ilai bagi pemilik modal. d. Manfaat Model EVA Menurut Amin Wijaya (2001) mengungkapkan ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh perusahaan dalam penggunaan EVA sebagai alat ukur kinerja perusahaan yaitu : Model EVA sebagai alat ukur penggunaannya dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan perusahaan lain maupun analisis kecendrungan ( trend), disamping juga hasil Artikel Pendidikan 61 perhitungan dengan EVA akan mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi biaya rendah. Selanjutnya menurut Sidharta Utama( 1997) : 10). Mengatakan ada beberapa manfaat dari model EVA ini anatara lain : 1. EVA digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai ( value creation) 2. Eva akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal 3. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang mampu memaksimumkan tingkat pengembalian modal dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaximalkan. 4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modalnya Selain ke-2 pendapat diatas EVA juga merupakan pengukuran yang penting karena dapat digunakan sebagai signal terjadinya financial distress pada suatu perusahaan ( salmi dan Virnaten,2001), dimana jika perusahaan tidak mampu memperoleh profit diatas required of return berarti EVA menjadi negative ini merupakan warning dari financial distress tersebut. e. Pengukuran EVA Pendekatan yang dipakai mengukur EVA, aadalah didasarkan dari struktur modal perusahaan (Veles-Pareja : 2000), dimana jika struktur modal perusahaan hanya menggunakan modal sendiri maka secara matematis EVA dapat ditentukan sebabagai berikut : EVA Dimana : NOPAT Ie E = NOPAT – (ie X E ) ------------(1) = Net Operating Profit After Taxes = Opportunity cost of equity = Total Equity. Namun manakala struktur modal perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : EVA Dimana : NOPAT WACC TA = NOPAT – (WACC X TA ) ------(2) = Net Operating Profit After Taxes = Weighted average cost of capital = Total Assets( total Modal). Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut : Jika EVA > 0 ini menunjukkan terjadinya nilai tambah ekonomis bagi perusahaan Jika EVA < 0 ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan Jika EVA = 0 ini menunjukkan terjadinya posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham. f. Cost of Capital Cost of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan melihatnya. Jika kita melihat dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity cost dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan, sedang dipandang dari sudut perusahaan cost of Capital adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan ( Keown : 1999). Untuk praktisi keuangan, istilah cost of Capital digunakan untuk: 1) Discounted rate untuk membawa cash flow pada masa mendatang suatu project. 2) Tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru. 3) Biaya modal dalam perhitungan EVAa umumnya konponen cost of capital terdiri dari cost of debt 4) Benchmark untuk menaksir tariff biaya pada modal yang dipergunakan pada umumnya konponen cost of capital terdiri dari cost of debt dan cost of equity ( Lisa Linawati Utomo : 1999 ) 1. Cost of Debt Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang ( obligasi ). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan memperhitungkan pajak penghasilan (debt deductible), maka biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax ). Biaya hutang = Kd Biaya hutang setelah kuda = Kd = kd (1 – t )--(3) Dimana : Kd = Biaya hutang setelah pajak Kd = Biaya hutang sebelum pajak T = Tarif pajak 2. Cost of Equity. 62 Media Bina Ilmiah Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor. Weston & Copeland ( 1992) mengatakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menghitung biaya modal yaitu melalui pendekatan Capital Assets pricing Model (CAMP), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yag diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas resiko degan premi resiko pasar dikalikan dengan ( resiko saham perusahaan ). Secara matematis dapat ditulis Ks dapat dicari dengan rumus : ks = Rf + ( Rm – Rf) β ……………(4) dimana ks = Tk. Pengembalian yang diinginkan investor (Opportunity of equit ) Rf = Tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko ( risk fee) Rm= Tingkat bunga investasi rata-rata dari pasar β = Ukuran resiko saham perusahaan 3. Weighteed Average Cost of Capital (WACC). Dalam praktek pembiayaan/pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan, dimana perhitungannya dapat digunakan rumus sebagai berikut : WACC = Wd . Kd ( 1 – t) + Ws.ks --------(5) Dimana : WACC = biaya Modal rata-rata tertimbang Wd = Proporsi hutang dalam struktur modal Kd = Cost of debt Ws = Proporsi sahambiasa daalam struktur modal Ks = Tingkat pengembalian yang diinginkan investor g. Keunggulan Dan Kelemahaan EVA Menurut Teuku Mirza (1997) keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai ( value creation) disamping itu : 1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitngkan beban sebagai konsekwensi investasi 2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nialai pasar dan bukan pada nilai buku. 3. Perhutungan EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industry atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian. 4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberrikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan Stakeholders Satisfaction Concepts. 5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. Selain berbagai keunggulan tersebut, konsep EVA juga memiliki kelemahan antara lain : 1. EVA hanya mengukur hasil akhir ( result) konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas tertentu. 2. Eva terlalu tertump pada keyakinan vahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil saham tertentu padahal factor-faktor lain terkadang justru lebih dominan. h. Financial Value Added Financial value added ( FVA) adalah metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan. Secara matematis FVA dinyatakan sebagai berikut : FVA= Nopat – (ED – D) ……..……… ………(6) Dimana : FVA = Financial Value Added NOPAT = Net Operating profit After Taxes ED – D = Equivalent Depreciation – Depreciation Interpretasi hasil perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut FVA : Jika FVA > 0 menunjukkan terjadi nilai tambah financial perusahaan, Jika FVA < 0 menunjukkan terjadi nilai tambah financial perusahaan, Jika FVA = 0 menunjukkan posisi impas. Perusahaan tentunya akan berusaha untuk memiliki nilai tambah financial bagi perusahaan dimana FVA > 0, ini terjadi manakala keuntungan bersih perusahaan dan penyusutan dapat mengcover equivalent depreciation atau ( Nopat +D) lebih besar dari ED. Jika ini tercapai berarti perusahaan dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham. Dengan menggunakan konsep BEP, maka Artikel Pendidikan 63 pengukuran FVA diatas dapat diketahui pada tingkat penjualan berapa unit perusahaan mencapai BEP. Dari interpretasi diatas posisi BEP tercapai pada saat FVA = 0. Formulasinya adalah sebagai berikut : FVA = NOPAT – (ED – D) = 0 { ( pxq – Vcxq – Fc – D) x (1 – t)} - { ED – D } = 0 Q = Fcx(1 – t) + D(1 –t)+ (ED – D) Mx (1 – t) Q = Fcx(1 – t) + ED – txD ---------------------7) Mx (1 – t) Dimana : Q = unit yang dijual Fc = Fixed Cost T = Tingkat pajak M = Unit margin D = Depreciation ED = Equivalent depreciation. pemilihan alternative investasi harus mempertimbangkan sumber-sumber pembiayaan, karena akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini secara intuitif juga mempengaruhi komposisi working capital dan fixed capital yang merupakan komponen pengubah nilai dalam kontek pengukuran FVA diatas. Manajemen harus mampu mengoftimalkan pengelolaan working capital dan fixed capital-nya agar tidak tercipta idle capital atau capital yang yang kurang efektif dalam proses peningkatan nilai perusahaan. Otomatis jumlah working capital dan fixed capital yang besar akan menciptakan tanggungan cost of capital yang lebih besar bagi perusahaan, ini juga akan menurunkan nilai FVA karena TR menjadi besar i. Hubungan FVA dengan keputusan dalam manajemen keuangan Pengukuran FVA sangatlah membantu perusahaan dalam menetapkan keputusan-keputusan yang harus dilakukan oleh perusahaan yang berkaitan dengan manajemen keuangan. Ada 3(tiga ) keputusan manajemen keuangan yang dapat menjadi value driver terciptanya FVA( Financial Value Added) yaitu : 1. Operating Decision yaitu suatu keputusan yang harus diambil perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengeola biaya-biaya yang timbul baik variable cost maupun fixed cost sedemikian rupa sehingga menghasilkan operating profit margin bagi perusahaan . Pertumbuhan volume penjualan (sales growth) merupakan indicator dari petumbuhan perusahaan atau value driver bagi terciptanya finvancial value added. Jadi sales growth yng tingga dengan income tax tertentu akan meningkatkan operating profit margin. 2. Financial Decision adalah suatu keputusan pembiayaan dimana perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling effisien, yang direfleksikan oleh cost of capital (k) yang dibayarkan selama periode n, Cost of capital kemudian menjadi factor pembagi terhadap nilai income yang diterima ( n,k). Dalam kontek value driver semakin rendah cost of capital yang ditanggung perusahaan maka semakin besar nilai per 1 sen uang yang diterima oleh perusahaan. Konsekuensinya, pada formula measure, semakin kecil cost of capital semakin besar ( n,k) sehingga semakin besar FVA. 3. Invesment decision, adalah keputusan manajemen terhadap pilihan-pilihan investasi yang secara normative harus mampu memaksimalkan nilai perusahaan. Proses j. Keunggulan konsep Financial Value Added 1. Jika ditilik ulang konsep NOPATD, melalui definisi equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi assets bagi kinerja perusahaan, demikian juga opportunity Cost dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek investasi. 2. FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi konsep value growth duration ( durasi proses penciptaan nilai). Unsur ini adalah hasil pengulangan nilai Equivalet Depreciation akibat bertambah panjangnya umur assets dimana assets dapat terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA proses ini tidak secara jelas dijabarkan. 3. EVA mengedepankan konsep Equivalent Depreciation dan Acumulated Equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs. Lebih lanjut , FVA lebih mampu mengharmonisasikan hasilnya dengan konsep NPV tahun per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai. 4. Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas. FVA memberi solusi terhadap mekanisme control dalam periode tahunan, yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV. EVA dan FVA sama-sama mampu menyelaraskan outputnya dengan hasil NPV, dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA memberi output yang lebih maju dengn berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan. Oleh karena itu, FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat control. k. Kelemahan Financial Value Added Dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan ( proyek) 64 Media Bina Ilmiah menjalankan investasi baru ditengah-tengah masa investasi yang diperhitungkan. EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan assets dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan (proyek). Fenomena ini tidak dapat diakomodasikan dalam penentuan titik impas pada konsep NPV dan EVA. SIMPULAN Kinerja FVA jelas lebih baik dibanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya dengan hasil NPV. Kelemahan FVA dalam mengantisipasi terjadinya rekrutment investasi baru ditengah horizon masa investasi yang sudah ditetapkan. Sebenarnya dapat ditanggulangi dengan merancang ulang definisi konsep Equivalent Depreciation menjadi akumulasi Depreciation dari berbagai investasi yang dijalankan, kemudian setiap element investasi tersebut masing-masing dihubungkan horizon masa investasi secara individual. Misalnya sebuah perusahaan dengan berbagai investasi dalam kurun waktu 1 tahun n1 dimana diasumsikan setiap investasi dimulai sedemikian rupa diawal setiap periode sehingga investasi-investasi yang berlangsung pada tahun 1 akan berlangsung selama n tahun, sedangkan yang dimulai pada tahun 2 akan berumur n – 2 tahun dan seterusnya. Equivalent Deprediation individual merupakan jumbah dari masing-masing nilai investasi awal yang terdiskonto oleh jumlah tahun dan tingkat diskonto terkait masing-masing investasi. DAFTAR PUSTAKA Amin Wijaya Tunggal, 2001, Memahami Konsep Value Added dan Value Based Management, Harvindo. Emery, Douglas R., and John D Finerty, 1997, Corporate finanacial Management, International Edition, Prentice Hall. New Jersey : Franciska Wiranda B. dan Rr. Iramani, 2004, Analisis Return On Equity, EVA dan FVA dalam pengukuran kinerja perusahaan serta pengaruhnya terhadap return dan Market Value pada industry makanan dan minuman, dalam laporan tak diterbitkan, STIE, Perbanas Surabaya. Keown ,Arthur, et.al, 1999, Basic Financial Management, eigh dition, USA : Prentice- Hall Inc. Lisa Linawati Utomo, 1999, Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Keuangan Perusahaan. Rao CheL, Bhavesh and Jurnal Akuntansi Keuangan. Pate Bhavesh and Rao Cherukuri, Net Present Added (NVA) and Share Value Appreciation Rate (SVAR) : Improved value addition Measures For Evaluation of capital projects ( On Line), (http/google. Com). Rodrieges S. Alfonso,2002, Financial Value Added, (Online) , (http/ssrn. Com, diakses 16 Nope mber 2004). Salmi, Timo and Ilka Virnaten, 2001 Economic Value Added : A simulation Analysis of the Trendy, Owner Oriented Management Tool, Acta Wasaensi No.20 Sidharta Utama. Economic Value Added : Pengukuran dan Penciptaan NIlai Perusahaan, Manajemen dan Usahawan Indonesia. April, 1997.